Bab VI
(Lahirnya Commonwealth Of Australia).
Yang pertama, faktor-faktor yang mendorong gerakan federasi. Menjelang
akhir abad ke-19 seluruh unsur yang menghendaki persatuan berhasil
mengkonstruksikan landasan bangunan persatuan Australia. Faktor-faktor yang
mendorong koloni-koloni Australia untuk bersatu kembali diantaranya sebagai
berikut: 1. Hasrat meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui kerja sama di bidang
perdagangan menghendaki penggunaan bersama hal-hal yang berhubungan dengan
bea dan cukai perdagangan antar koloni. 2. Aspek militer dalam pertahanan dan
keamanan menuntut adanya satu komando, satu front, bila koloni-koloni itu sungguh-
sungguh diserang musuh. 3. Kebanggan unuk disebut sebagi orang Australia melebihi
kebanggan sebagai orang Victoria, orang Tasmania, serta sebutan kedaerahan lainnya.
Yang kedua, mewujudkan federasi Australia. Dorongan untuk mewujudkan antara
lain dimotori oleh berbagai liga federasi yang tumbuh dan berkembang di berbagai
koloni, landasan kunstitusional dan wujudnya dihasilkan lewat konvensi-konvensi
federal, dan pengesahannya dikukuhkan lewat referendum. Bersama dengan
munculnya abad ke-20, tanggal 1 Januari 1901, hadir pula satu calon negara baru, The
Commonwealth of Australia.
Bab VII
(struktur masyarakat dan sistem pemerintahan).
Yang pertama, tinjauan singkat migrasi ke Austarlia. Terbentuknya
masyarakat Australia sekarang melalui proses migrasi yang cukup panjang. Tiga
gelombang utama migrasi yang berperan dalam proses tersebut adalah: 1. Gelombang
migrasi penduduk asli yang diperkirakan sudah mulai berlansung 30.000 tahun yang
lal; 2. Gelombang migrasi yang mulai sejak tahun 1788, yaitu saat mulai tibanya
rombongan orang-orang eropa pertama yang berasal dari Inggris; 3. Gelombang
migrasi yang mulai memasuki Australia sesudah Perang Dunia II. Yang kedua,
keanekaragaman dalam masyarakat Australia. Antara tahun 1945 dan tahun 1970-an,
Australia menerima imigran yang berasal dari hampir seluruh negara di daratan
Eropa. Bahkan juga dari negara-negara di Timur-Tengah, seperti Israel, Libanon,
Turki, dan Mesir. Imigran gelombang ketiga ini berpengaruh besar terhadap struktur
masyarakat Australia, dan juga terhadap pandangan hidupnya, Australia menjadi
melting pot dari banyak pandangan kebangsaan dan juga menjadi negeri di mana
terdapat ratusan bahasa. Yang ketiga, sistem pemerintahan. Masyarakat yang lahir
dari proses sejarah yang cukup panjang itu, bernaung di bawah pemerintahan federal,
dalam suatu negara yang resminya bernama Commonwealth of Australia. Bentuk
negaranya adalah negara serikat, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah
dominion. Kepala negaranya adalah seorang Gubernur Jendral sebagai wakil raja atau
ratu Inggris. Yang keempat, partai politik. Di Australia hanya ada tiga partai utama,
yaitu Partai Buruh Australia (Australian Labor Party), Partai Liberal (Liberal Party),
dan Partai Country (Country Party). Partai Liberal dan Partai Country biasanya saling
mendukung dan bergabung atau berkoalisi menghadapi Partai Buruh, karena itu
dalam berbagai literatur, keduanya disebut Non-Labor atau Non-Labor Coalition.
Ketiga partai menitikberatkan dukungannya pada sistem pemerintahan parlementer
yang didasarkan pada pemilihan biasa secara rahasia.
Bab VIII
(perkembangan polotik luar negeri).
Yang pertama, fase sebelum perang dunia I. Terbentuknya Commonwealth of
Australia pada tahunn 1901, pada hakekatnya masih merupakan pembulatan koloni-
koloni Inggris di Australia menjadi satu koloni. Pada tahun 1907, Australia secara
resmi memperoleh status dominan, namun dalam kenyataan politik luar negerinya
tetap mengandalkan kepada Inggris. Dengan The Defence Act tahun 1909, Australia
mulai melengkapi dirinya dengan unsur angkatan bersenjata, suatu unsur yang
memungkinnya dapat mempertahankan diri apabila ada serangan musuh dan tidak
hanya mengandalkan keamanannya pada angkatan laut Inggris. Yang kedua, dari
masa Perang Dunia I sampai dengan Perang Dunia II. Selama Perang Dunia I,
angkatan bersenjata Australia diperbantukan pada pasukan Inggris. Setelah Perang
Dunia I selesai, Australia sebagai suatu negara yang merdeka ikut aktif dalam
perjanjian perdamaian Versailles dan perjanjian-perjanjian lain yang mengakhiri
perang tersebut. Sebagai anggota Liga Bangsa-Bangsa, Australia diberi kepercayaan
menerima tanggung jawab atas daerh-daerah mandat. Yang ketiga, masa sesudah
Perang Dunia II. Sesudah Perang Dunia II, hampir di seluruh dunia terjadi perubahan
besar di bidang politik. Perang Dunia II merupakan peristiwa penting yang juga ikut
berpengaruh terhadap politik luar negeri Australia. Hubungannya dengan Amerika
Serikat makin dekat, bahkan bergabung dengan Amerika Serikat dalam dua fakta
pertahanan bersama, yaitu ANZUS dan SEATO. Dengan negara-negara sedang
berkembang di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia menjalin kerja sama
melalui Colombo Plan. Yang keempat, beberapa catatan dalam hubungan bilateral
Indonesia-Australia. Hubungan bilateral Indonesia-Australia seringkali di bumbui
oleh ketegangan-ketegangan yang sebenarnya tidak perlu kalau kedua negara mau dan
berusaha meningkatkan saling pengertian. Perbedaan cultural dan sistem politik
sesungguhnya tidak perlu mengorbankan hubungan bilateral Indonesia-Australia,
karena sekalipun dalam banyak hal terdapat perbedaan, kepentingan bersama
seharusnya mengarahkan kegiatan kedua negara kepada kerja sama yang saling
menguntungkan.Yang kelima, kesalahpahaman Australia memandang ASEAN.
Perselisihan pendapat antara Auatralia dengan ASEAN tentang beberapa hal seperti
perdagangan, penerbangan sipil, imigrasi, Radio Australia, dan moral serta hak-hak
asasi manusia, merupakan refleksi perbedaan yang mendalam antara kedua belah
pihak tentang hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai dan prioritas. Perselisihan
pendapat tentang berbagai hal itu sering timbul karena masing-masing melihatnya
cara pandang yang berbeda.