Anda di halaman 1dari 23

Laporan Summary

Kajian Disain dengan Metoda


Post Occupancy Evaluation
Rumah Susun Sarijadi
Bandung

Abstrak.

Evaluasi Pasca Huni adalah sebuah metoda standar akademis yang digunakan oleh kalangan
ilmiah dan konsultan dibidang kawasan binaan dan arsitektur, untuk mengetahui sejauh mana
hasil sebuah karya arsitektur dan lingkungan binaan mempunyai dampak pada penghuninya.
Dampak yang dimaksud adalah dampak yang dirasakan oleh penghuni sebuah kawasan binaan.
Baik tangible maupun intangible. Namu dalam penelitian disini akan lebih dibahas terutama
dampak yang ditimbulkan oleh disain arsitektur dan teknis bangunan.
Dalam hal ini evaluasi pasca huni dilakukan pada lingkungan binaan rumah susun sarijadi
Bandung, dengan obyek penghuninya, untuk mengetahui sejauh mana penghuni rumah susun
sarijadi menyikapi hasil sebuah lingkungan binaan, setelah lebih dari 10 tahun menempati rumah
susun tersebut.

  1
 
1. Latar belakang.

Latar belakang Evaluasi Pasca Huni pada rumah susun Sarijadi ini didasari pada keinginan untuk
mengetahui sejauh mana dampak disain bangunan pada penghuninya. Hal ini penting untuk
mengetahui timbal balik penggunan bangunan terhadap performa bangunan termasuk
didalamnya fungsi dan ketersediaan fasilitas .

2. Maksud dan tujuan

Tujuan dari evaluasi pasca huni pada rumah susun Sarijadi ini adalah untuk mengetahui
persepsi penghuni terhadap performa disain rumah susun yang dipakai selama ini. Hasil – hasil
dari evaluasi pasca huni yang dillakukan ini digunakan sebagi rekomendai untuk memperbaiki
disain

yang sama dimasa yang akan datang.


Pada dasarnya tujuan dari produk disain adalah untuk membuat feature – feature positip dan nilai
yang baik dan meminimalisasai permasalahan – permasalahan dan kekeliruan – kekeliruan
perancangan, sehingga disain yang dihasilkan dimasa depan menjadi lebih lebih baik.

3. Metode pelaksanaan

A.  Identifikasi

Identifikasi ini mencoba untuk menemukan hal – hal yang menjadi faktor penentu bagi
keberlangsungan bangunan dan dampaknya pada pengguna bangunan. Juga
menemukan suatu dampak utama dari permasalahan yang timbul dari penghuni
setelah sekian lamanya memakai bangunan tersebut sebagai sebuah dugaan
hipotetik.

B.   Investigasi

Investigasi yang dilakukan, pertama dengan melakukan survai langsung dikompleks


rumah susun Sarijadi. Kedua dengan membuat kuisener yang memuat pertanyaan –
pertanyaan yang dikembangkan dari identifikasi dan dugaan hipotetik yang telah
ada.
  2
1.   Elemen – elemen teknis, yaitu hal – hal yang berkait dengan permasalan teknis
disain, seperti halnya. Kesehatan, keamanan, sanitasi, daya tahan bangunan dan
lainnya.
2.   Elemen – elemen fungsional, yaitu hal – hal yang berkait dengan pengoperasian
yang berdampak pada efisiensi dan efektifitas.
3.   Elemen Perilaku, yaitu aspek – aspek yang berkait dengan psikologi, sosiologi
dan kepuasan penghuni bangunan

C.  Diagnosa

Diagnosa yang dilakukan dengan memberikan pertimbangan – pertimbangan disain


seusai dengan temuan – temuan investigasi, yaitu survai dan kuisiner, kemudian
melakukan analisis lebih mendalam. Analisis yang dilakukan dengan mempertimbangkan
perbaikan disain dari sisi fungsi, efisiensi, efektifitas, persepsi penghuni, kenyamanan dan
sebagainya.

4. Identifikasi.

Identifikasi yang dilakukan berdasarkan pengamatan menghasilkan dugaan hipotetik yang


mengarahkan potensi permasalahan pada beberapa hal yang kemungkinan mempunyai
kecenderungan menjadi mendominasi keinginan penghuni.
Beberapa hal tersebut meliputi permasalahan arsitektur yang terlihat sepertihalnya :
1. permasalahan pencahayaan udara
2. permasalalan besaran dan dimensi ruang

3. permasalahan perletakan ruang


4. permasalahan penghawaan
ruang. 5. permasalahan
aksesibilitas
6. permasalahan sirkulasi
7. permasalahan penataan ruang
luar. 8. permasalahan disain –
image.
9. Permasalahan parkir dsb.

  3
 

Identifikasi Data Fisik Bangunan


Kasus proyek : Rumah susun
Lokasi : Sarijadi
Terdiri dari : 11
blok
Tiap blok berisi : 24 hunian
Jumlah lantai : 4 lantai
Dimensi hunian : 36 m2
Sistem struktur : beton block
Dinding : precast
Sistem kepemilikan : tunai /
kredit Developer Perum Perumnas

Identifikasi Visual

Kondisi Eksisting Rumah Susun Sarijadi Bandung dengan tampilan arsitektur yang terlihat
cenderung menekankan funsgi ruang semata.sehingga disain yang dibuat sekedar
memenuhi standar perancangan ruang, standar utilitas, dan finishing yang seefisien mungkin.

Tidak terlihat upaya memberikan sentuhan estetika atau penambahan elemen dekoratif dan
 penambahan finishing warna atau tekstur yang memungkinkan tampilan bangunan lebih
mempunyai vitalitas, kegairahan dan daya hidup layaknya manusia penghuninya..

  4
 

Taman belakang dan pedestrian digunakan sebagai tempat parkir dan kios dagang. Hal ini terjadi
karena ketersediaan lahan untuk parkir tidak mengikuti standar jumlah penghuni, sehingga
 penghuni memanfaatkan sisa – sisa lahan disekeliling lingkungannya untuk parkir kendaraan.

Utilitas Tangga kebakaran dibuat hanya bagi


mereka yang muda dan sehat , bagaimana
dengan para orang tua, anak-anak dan
penderita sakit atau difable?
Sebuah pemecahan disain yang sangat
normative, tanpa memperhitungkan kondisi riil
di lapangan.

  5
 

Bordes dan kanopi jendela difungsikan oleh penghuni menjadi tempat vegetasi kering. Hal ini
dilakukan karena keinginan penghuni untuk memiliki sebuah taman disekitar rumahnya,
walaupun hanya sekedar taman kering kecil.

Lahan Kosong disisi paling timur Rusun Sarijadi dipakai untuk pengembangan jangka panjang.
Baik untuk membangun Rusun, bangunan penunjang ataupun fasilitas komersial lainnya.
Sementara masih dimiliki oleh Perum Perumnas.

  6
 
5. Investigasi

Kuisioner bermaksud mendapatkan asumsi penghuni yang berkaitan dengan


: 1.  Penghawaan dan sirkulasi udara
 
2. Pencahayaan dan penerangan alami
3.   kenyamanan dalam ruang
4.   besaran ruang yang
dibutuhkan 5.   jumlah ruang yang
dibutuhkan
6.  tingkat kenyamanan pada tiap – tiap ruang
7.  prediksi kebutuhkan ruang jangka panjang
8.  masalah parkir
9.   masalah keamanan
10.  masalah kebisingan dan
kepadatan 11. kebutuhan fasilitas
penunjang.
12. masalah citra bangunan.

5.1. Hasil Kuisiner

Investigasi untuk mengetahui aspek teknis, fungsional dan perilaku penghuni rumah susun
Sarijadi. Pada investigasi yang dilakukan dengan kuisiner yang mengambil responden 20
penghuni dari 32 penghuni pada tiap blok yang berjumlah total 11 blok bangunan rumah susun, maka
didapatkan hasil seperti di bawah ini :

No Pertanyaan Ya Tidak
% %
1. Apakah anda merasa nyaman tinggal di rumah susun Sarijadi ? 80% 20%
2. Apakah lingkungan anda cukup aman ? 100% -
3. Apakah rumah anda mempunyai pandangan keluar yang baik ? 85% 15%
4. Apakah jumlah ruang tidur anda sesuai dengan jumlah anggota 40% 60%

  7
keluarga anda

  8
5. Apakah luas rumah anda cukup bagi jumlah keluarga anda? 30% 70%
6. Apakah anda membutuhkan ruang tidur yang lebih besar? 30% 70%
7. Apakah anda membutuhkan penambahan ruang tidur? 60% 40%
8. Apakah saat ini anda membutuhkan lebih dari 2 ruang tidur? 50% 50%
9. Apakah anda mempunyai rencana untuk menambah ruang tidur? 35% 65%
10. Apakah ruang tamu anda cukup memadai bagi kegiatan? 70% 30%
11. Apakah dapur cukup lebar untuk memasak? 35% 65%
12. Apakah anda membutuhkan ruang makan tersendiri? 65% 35%
13. Apakah pencahayaan matahari pada ruang rumah anda cukup? 100% 0%
14. Apakah udara di dalam rumah saudara terasa panas? 10% 90%
15. Apakah di dalam rumah anda merasa bising? 20% 80%
16. Apakah kebisingan karena kegiatan tetangga anda? 10% 90%
17. Apakah anda terganggu dengan kegiatan tetangga anda? 5% 95%
18. Apakah anda terganggu dengan suara-suara di luar rumah anda? 35% 65%
19. Apakah anda mempunyai tanaman? 40% 60%
20. Apakah anda membutuhkan taman bagi rumah anda? 100% 0%

Dari hasil investigasi berupa kuisener ini , maka dapat disimpukan hasil analisa hipotetik yaitu :
1.  Komposisi ruang yang ada cukup nyaman dengan lingkungan yang cukup aman (80% -
100% responden).

2.   View yang dihasilkan dari penempatan ruang cukup baik (85% responden).
3.   60% responden membutuhkan jumlah ruang tidur lebih banyak karena tidak sesuai lagi
dengan membesarnya jumlah anggota keluarga.
4.   70% responden tidak membutuhkan dimensi ruang tidur yang lebih besar (tetapi
jumlah ruang tidur yang semestinya ditambah).
5.   65% responden menyatakan perlu perluasan dapur untuk
memasak. 6.  65% responden ingin mempunyai ruang makan
tersendri.
7.  70% responden menyatakan puas dengan dimensi ruang tamu.
8.  65% responden menginginkan ruang tamu yamg lebih besar.

  9
9.   Sistem pencahayaan dan penghawaan yang ada cukup memuaskan reponden
(90% - 100% responden menyatakan puas).
10.  (90% - 100% responden) Para penghuni rumah susun ingin membutuhkan
taman tersendiri.

5.2. Hasil Wawancara.

Investigasi selanjutnya adalah wawancara yang dilakukan untuk mengetahui secara


langsung kondisi bangunan melalui dampak apa yang dirasakan pengguna bangunan selama
menghuni rumah susun Sarijadi. Melalui wawancara yang diambil secara acak pada
beberapa penghuni dewasa maka wawancara menghasilkan beberapa statemen
yaitu:
- Penghuni ingin menghilangkan citra bahwa menghuni rumah susun tidak identik dengan
orang miskin
- Sebagian penghuni membutuhkan ruang parkir mobil

-  Kebutuhan untuk penyediaan kebutuhan/fasilitas umum yang dekat dari rumah.


-  Keinginan untuk mempunyai rumah yang dapat diperlebar sesuai dengan kebutuan ruang
tidur untuk menampung perkembangan anak yang makin dewasa.

Dari hasil kuisiner dan wawancara , maka dapat disimpulkan keluhan – keluhan dari penghuni
rumah susun Sarijadi , yaitu:
1.   Dibutuhkan penambahan ruang tidur bagi penghuni.
2.   Dibutuhkan penambahan ruang
makan. 3.  Dibutuhkan perluasan ruang
dapur.
4.   Dibutuhkan ruang parkir mobil bagi sebagian penghuni.
5.   Dibutuhkan zoning bagi penyediaan fasilitas dan kebutuhan
umum. 6.  Dibutuhkan taman yang lebih luas.

6. Diagnosa

6.1. Definisi Rusun : (Pasal 1, BAB I, Permen.P.U 60 / PRI / 1992)

Bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam

bangunan- bangunan yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun
  10
vertical dan

  11
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama dan tanah bersama.

6.2. Persyaratan teknis Rusun:


1.   Memenuhi persyaratan penghawaan pencahayaan suara dan bau.
2.   Rusun hunian mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal & tempat
pelayanan 3.  Struktur bangunan mempunyai keawetan sekurangnya 50 Th dan bahan
non struktur
sekurangnya 20 Th
4.   Railing lantai 2 ke atas sekurangnya setinggi 120 Cm.
5.   Salah satu dinding kaca dapat di pecah untuk penyelamatan
kebakaran. 6.  Beban bergerak yang dapat ditahan struktur sekurangnya
200 Kg/Cm2 
7.   Rusun harus dilengkapi alat transportasi bangunan, pintu dan tangga darurat kebakaran,

alat dan sistem alarm kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir dan
 jaringan-jaringan air bersih, saluran pembuangan air kotor, tempat sampah, jaringan
listrik, generator listrik, tempat jaringan telepon & alat komunikasi
8.    Alat transportasi bangunan: tangga, lift atau eskalator.
9.   Lift & ekskalator untuk Rusun 5 lantai keatas.

6.3. Prasarana Fasilitas


1. Jalan & Tempat

parkir 2. Utilitas umum


3. Fasilitas niaga

4. Fasilitas kesehatan

5. Fasilitas
peribadatan

7. Kesimpulan

Rusun Sarijadi secara umum memenuhi standar teknis bangunan . dengan fakta – fakta yang
dapat dijelaskan didalan hasil survai lapangan dan survai angket yang telah disebarkan.
  12
Namun terdapat beberapa permasalahan baik yang berhubangan dengan sedikit
permasalah teknis dan permasalahan psikologis – sosial. Masalah teknis yang masih ada
yaitu :
1. sistem perparkiran yang tidak didisain sejak awal sesuai dengan jumlah penghuni rumahnya
. sehingga setelah Rusun operasional lebih 10 tahun terjadi permasalahan perparkiran.
2. Kedua yaitu fasilitas sosial dan umum, serta fasilitas perniagaan yang tidak asessible,
dalam arti tidak memberikan cukup pelayanan dan maknanya sebagai sebuah
prasarana kurang mendapat perhatian warga Rusun.
3. Ketiga mengenai besaran ruang yang dirasa masih kurang memenuhi
kenyamanan penghuni seperti halnya di dapur tempat memasak dan kamar
mandi.
4. Keempat , adanya keinginan untuk menambah jumlah ruang tidur yang selama ini
dirasa tidak sesuai dengan perkembangan jumlah jiwa penghuninya.
5. Kelima , terdapat sejumlah penghuni yang ingin mempunyai ruang makan sendiri
sebagai sebuah private zone dalam rumahnya.

Masalah yang paling penting adalah kondisi psikologis penghuninya yang tidak menyetujui
dengan image yang dimunculkan dalam makna rumah susun sederhana adalah pasti dihuni
orang kurang mampu . padahal kenyataanya ada sejumlah penghuni adalah warga dengan
pendidikan S1. sehingga makan Rumah Rusun harus dirubah untuk memberikan image
baru sebagai hunian yang layak dan baik, dalam artian hunian yang dihuni karena
keterpaksaaan ataupun sebagai hunian masyarakat marginal di perkotaan.
Rumah susun juga bukan berarti hunian kelas dua yang jauh dari nyaman secara sosial, aman
secara teknis dan mempunyai kelengkapan fasilitas umum yang memadai

8. Rekomendasi Pendekatan Disain

8.1. Persepsi Rumah susun

Persepsi rusun sebagai hunian bagi warga miskin ini, dalam dugaan hipotetik dikarenakan
kondisi bentukan yang memanjang – melajur seperti asrama atau barak militer, yang dalam

  13
maknawi merupakan tempat yang temporal. Didisain untuk menampung fungsi secara darurat
atau sementara, sehingga tidak memerlukan image atau sekedar memenuhi fungsinya.

8.2. Alternatif Disain Rumah Susun

a.   Bentukan yang lebih dinamis dan imaginative dengan tetap mengadaptasi fungsi,
kegiatan dan jumlah ruang.
b.   Membagi bentukan masing – masing rumah menjadi lebih jelas tetapi masih dalam
konteks kebersamaan kegiatan sehingga menimbulkan rasa kepemilikan dan privasi
yang lebih baik dengan tetap memberikan ruang kegiatan bersama dan bersosialisasi.
c.   Memberikan elemen – elemen yang lebih humanistik dan maknawi , dengan
memberi bentukan – bentukan yang unik dan inovatif untuk melawan persepsi
konvensional, sehingga keunikannya bentuk akan mengangkat harkat dan martabat
penghuninya

dengan tidak meninggalkan kenyamanan ruang dan dengan harga yang tetap
terjangkau. d.  Kondisi kolektif memori masyarakat terlanjur memandang rumah susun
sebagai hunian
yang dihuni oleh sebuah masyarakat urban yang tak mampu dan berperilaku rural,
sehingga ketika terdengan kata “rumah susun”, bayangan kita umumnya menuju
kesebuah rumah bertingkat empat atau lebih yang terkesan dibangun tidak selesai (
unfinishing ) , dengan jemuran bergelantung, tanpa pemeliharaan dan pengelolaan, dihuni
oleh masyrakat berperilaku rural, tidak tertib dan akhirnya kumuh. Hal ini berbeda ketika
orang mendengan kata “ apartment” atau bahkan “kondominium”. Sehingga usulan
ekstrim disini adalah mengubah nama “rumah susun” menjadi nama yang menimbulkan
image baru yang menghilangkan collctive memory masyarakat semisal : hunian vertikal
masyarakat disingkat hukalmas, atau rumah tingkat kota, disingkat rutita, atau rumah
masyarakat kota, disingkat rumasta. Dsb.

8.3.. Faslitas Penunjang


Para penghuni menginginkan penyediaan fasilitas yang akomodatif , asessible dan
terjangkau. Misalnya untuk perniagaan , perparkiran dan fasilitas sosial tempat ibadah dan
tempat pertemuan.

 Alternatif Fasilitas penunjang


  14
a.   Penempatan fasilitas dalam satu zona yang berada diantara kegiatan hunian
b.   Dalam zona faslitas tersebut disusun kegiatan – kegiatan yang ada dengan

memperhatikan aspek asesibilitas, akomodatif dan fungsinya. Seperti misalnya


menempatkan parkir dilantai satu, kemudian kegiatan peniagaan dilantai dua dan
tiga, kemudian fasilitas mushola dan ruang pertemuan di lantai empat.
c.    Adanya sistem sewa bagi fasilitas yang disediakan, sepertihalnya parkir , kios
perniagaan dan ruang pertemuan.

9. Rekomendasi Rancangan Disain.

Rancangan ini merupakan sebuah alternatip solusi yang menjadi rekomendasi yang dihasilkan
dari diagnosa yang dilakukan pada rumah susun sarijadi. Solusi rancangan baru tersebut
direncanakan

dibangun pada area terbuka disisi timur rumah susun sarijadi dan menyambung dengan rumah
susun yang lama.
Rancangan tersebut mempunyai konsep yang mengadopsi hasil – hasil evaluasi pasca huni dari
tahapan identifikasi – investigasi dan diagnosa, memperhitungkan aspek manusiawi , perilaku dan
aspek teknis arsitektural. Selain itu juga digagas permasalahan pencitraan sebuah rumah susun
sebagai hunian yang baik dan bukan sebagai hunian masyarakat kelas dua, seperti yang selama
ini menjadi citra yang melekat bagi penghuninya.

  15
 

  14

Lampiran Studi Empirik Rumah Susun di Indonesia


a. Rusun pada Perkotaan
1.  Bandung – Rusun Sarijadi
Rusuna Jual berlantai 4 menggunakan sistem
beton blok tahun 1979. sebanyak 11 blok =
1.056 unit hunian F.36 (lt 1 s/d 4 )

2.  Jakarta – Rusuna Klender


Rusuna Jual berlantai 4 menggunakan sistem beton blok & konvensional th 1983.
Sebanyak 78 blok = 1.280 unit hunian F.36 dan F.54 (lantai 1 s/d 4).
3.  Surabaya – Rusuna Menanggal
Rusuna Jual berlantai 4 menggunakan sistem beton bertulang sarang laba-laba tahun
1984. Sebanyak 752 unit hunian F.36 dan F.54 (lantai 1 s/d 4).
4.  Jakarta – Rusun Puri Kemayoran
Rusun Menengah berlantai 25 dibangun tahun 1994.
Sebanyak 2 blok = 742 unit hunian (lantai 4 s/d
25), lantai dasar s/d 3 unit usaha dan sosial.
5.  Jakarta – Rusuna Pasar Jum’at
Rusuna Sewa berlantai 10 menggunakan sistem
beton blok tahun 1986. Sebanyak 1 twin blok = 120 unit hunian F.36 (lantai s/d 10),
Fasum di lantai dasar dan 6.

b.   Peremajaan Kota dan Lingkungan Kumuh

1.   Jakarta – Rusuna Tanah Abang

Rusun Jual berlantai 4 menggunakan sistem beton panil dan rangka beton tahun
1980 Sebanyak 60 blok = 960 unit hunian F.36 (lantai 1 s/d 4).
2.   Jakarta – Rusuna Kebon Kacang

Peremajaan lokasi eks kebakaran dengan Rusuna Jual berlantai 4 menggunakan


sistem struktur baja tahun 1982. Sebanyak 7 twin blok = 664 unit hunian F.21, F.42
dan F.51 (lantai 1 s/d 4).

  15

3.   Jakarta – Rusuna Kemayoran

Peremajaan lokasi eks Bendara Rusuna Jual


dan Sewa berlantai 5 dengan sistem outinord
dan konvensional tahun 1990. Sebanyak 89 blok
= 2.746 unit hunian F.18, F.21, F.36, F.42,
(lantai 2 s/d 5), lantai dasar unit usaha dan unit
sosial.
4.   Jakara – Rusuna Pulogadung

Peremajaan Lingkungan kumuh di lokasi Uji Kendaraan DLLAJR dengan Rusuna Jual

berlantai 4 menggunakan sistem konvensionil tahun 1994. Sebanyak 1 blok = 154 unit
hunian F.36 (lantai 1 s/d 4)
5.   Semarang – Rusuna Bandar Harjo
Peremajaan Lingkungan Kumuh dengan Rusuna Jual berlantai 4 menggunakan
sistem konvensionil tahun 1996. Sebanyak 4 blok = 180 unit hunian F.21 (lantai 2
s/d4)

c.   Peremajaan Kota pada lahan Eks Kebakaran

1.   Palembang – Rusuna Ilir Barat

Peremajaan Lingkungan Eks Kebakaran dengan Rusuna Jual berlantai 4


menggunakan sistem konvensionil tahun 1984. Sebanyak 89 blok = 3.500 unit F.18,
F.36, dan F.54 (lantai 1 s/d 4).

2.   Medan–Rusuna Sukaramai

Peremajaan Lingkungan Eks Kebakaran


dengan Rusuna Jual berlantai 4 menggunakan

sistem konvensionil, dan fabrikasi, tahun 1991.


Sebanyak 20 blok = 528 unit hunian F.36,
(lantai 1 s/d 4)

  16

 
d.   Peremajaan Bantaran Sungai

Jakarta – Rusunawa Koja


Peremajaan Bantaran Sungai Sunter dengan Rusuna Sewa berlantai 6 menggunakan
sistem waffle Crete tahun 1999. Sebanyak 3 blok = 348 unit hunian F.21 dan F.30 (lantai 2
s/d 6), lantai dasar unit usaha & sosial.

e.   Penyediaan Rumah Susun Sederhana Sewa


1.   Jakarta – Rusunawa Cengkareng

Peruntukan Karyawan industri disekitar Kawasan Bumi Citra idaman Cengkareng.


Rusuna Sewa berlantai 5 menggunakan sistem waffle crete, outinord, konvensionil
tahun 1994. Sebanyak 16 twinblok = 1.920 unit hunian F.21, (lantai 2 s/d 5). Lantai
dasar untuk unit usaha dan unit sosial.
2.   Batam – Rusunawa Tanjung Playu

Peruntukan Karyawan industri Batamindo dan sekitarnya. Rusuna Sewa berlantai 5


menggunakan sistem outinord tahun 1996. Sebanyak 4 twinblok = 480 unit hunian
F.21, (lantai 2 s/d 5), lantai dasar untuk unit usaha dan unit sosial
3.   Surabaya – Rusunawa Warugunung

Peruntukan Karyawan industri disekitar Warugunung. Rusuna Sewa berlantai 5


menggunakan sistem outinord tahun 1997. Sebanyak 5 Twinblok = 600 unit hunian
F.21, (lantai 2 s/d 5), lantai dasar untuk unit usaha dan unit sosial
4.   Tangerang – Rusunawa Manisjaya

Peruntukan Karyawan industri di sekitara Manisjaya. Rusuna Sewa berlantai 5


menggunakan sistem outinord tahun 1997. Sebanyak 2 twinblok = 240 unit hunian

F.21 (lantai 2 s/d 5). Lantai dasar untuk unit usaha dan unit
sosial 5.  Cirebon – Rusunawa Harjamukti
Peruntukan Karyawan industri di sekitar Harjamukti. Rusuna Sewa berlantai 5
menggunakan sistem outinord tahun 1999. Sebanyak 1 twinblok = 120 unit hunian
F.21. (lantai 2 s/d 5), lantai dasar untuk unit usaha dan unit sosial
6.   Samarinda – Rusunawa Sel Kunjang

  17

Peruntukan Karyawan industri Pergudangan Sel Kunjang. Rusuna Sewa berlantai 5


menggunakan sistem outinord tahun 1999. Sebanyak 1 twinblok = 120 unit hunian
F.21, (lantai 2 s/d 5), lantai dasar untuk unit usaha dan unit sosial
7.   Jakarta – Rusunawa Pulogebang

Peruntukan Karyawan industri di sekitar Pulogebang. Rusuna Sewa berlantai 5


menggunakan sistem outinord tahun 2000. Sebanyak 2 twinblok = 240 unit hunian
F.21,(lantai 2 s./d 5), lantai dasar untuk unit usaha dan unit sosial
8.   Makasar – Rusunawa Kampus Unhas

Peruntukan Karyawan industri di sekitar Kampus. Rusuna Sewa berlantai 5


menggunakan sistem outinord tahun 2001. Sebanyak 4 twinblok = 120 unit hunian
F.21, (lantai 2 s/d 5) lantai dasar untuk unit usaha dan unit sosial
  18

Daftar Pustaka.

 Antoniades, C, Anthony, “Poetics of Architecture ‘, Van Nostrand Reinhold, New York, 1992
 Architectural Design,”Reconstruction – Decontruction”, Acedemy Edition , London, 1989
Bauhaus, Institut Fur Auslandsbeziehungan, Stutgart, 1985
Corbusier, Le, “Talks with Students”, Princenton Architectural Press, 1999
Corbusier, Le, “Vers Une Architecture”,
Cook, Peter ,” New Spirit in Architecture,”Rizzoli , New York, 1991
Farmer, Ben ,” Companion to Contmporary Architectural Thought”, Routledge, New york, 1993.
Jenck, Charles,”The Architecture of The Jumping Universe”, Academy Edition, St. Martin Press,
New York 1995

J en kic,k Ce, ah Jurlregse, n“M. “oAd Herisn ot Mryo voef mMeondt einrn A Arrcchitietectutturere’, ”P,
eFnregdueinri cBko, oAk sP ,ra Aeugsetr,a lNiae,w 1 9Y7o3rk, . 1963
Jodidio, Philip, “Contemporary American Architect”, Benedikt taschen GmbH , Germany, 1993
Jodidio, Philip, “Richard Meier”, Benedikt Taschen GmbH, Germany, 1995
Johnson, philip, “ The International Style”, The Norton Library, New York, 1960
Lacy, Bill, “ 100 Contemporary Architects “, Thames and Hudson, London, 1991
Lampugnani, M, Vittorio,”Architecture and City Planning in the Twentieth Century”, Van Nostrnd
Reinhold Company, New York, 1980
Middleton, robin, ed. “The Beaux Arts “, MIT Press Edition , 1992
Nicholas , Karen, “Michael Graves: Building s and Project 1982 – 1989”, Princenton Architectural
Press, New York, 1990
Oliver, Paul and Hayward, Richard, “ Architecture and Invitation”, Basil Blackwell, Inc, Oxford, UK,
1990.
Papadakis, Andrea, “Modern Pluralism “, Architectural Design, Academy Edition, London, 1992
Papadakis, Andrea, Catherine Cookie, Andrew Benjamin, “Decontruction, Omnibus Volume”,
Rizzoli , New York, 1989
Pee, Lucy, “ An Introduction to 20 th Century Architecture “, Chartwell Books, Inc, New Jersey,
1989 Process, “Contemporary Soviet Architecture”, edisi 54 , January 1985
Pevsner , Nicholaus, “ A History of Building Types”, Bollingen Serries XXXV, Princenton University
Press, 1989
Rogers, Richard, ‘Architectural A Modern View”, Thames Hudson, London, 1991
Scully, Vincent,” The Arhitecture of Robert Ventury”, University of Mexico Press , Albuquerque,
1989
Terrail, Pierre, “Architectural Design for Today”, Academy Edition, London, 1991
Tschumi, Bernard, “Architecture and Disjunction”, MIT Press, Cambridge , 1996
Tschumi, Bernard, “The Manhattan Transcript”, Academy Edition, London, 1994
Ventury, Robert, “Complexity and Contradiction in Architecture “, Museum Modern Art, New York,
1969
Yeang , Ken , “Bioclimatic Skyscrapers”Arthemus, London, 1994
Yeang, Ken , “Designing with Nature”, McGraw Hill Book Company, London, 1995

  19

Anda mungkin juga menyukai