Anda di halaman 1dari 75

STUDIO DESAIN BANGUNAN METODE

PERANCANGAN PEMBANGUAN RUMAH TINGGAL


DIPERKOTAAN

Disusun Oleh
Nama : Abikara Arga Setyawan
Kelas : BAB
NIM : 239022140024
Dosen Pembimbing:
I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Putra, S.T.,M.T.,IAI
Dr. Ni Made Emmi Nutrisia D., S.T, M.T
Asisten pembimbing:
Brigitta Catarina Prada, S.Ds.
Reandini Syu’ara Dewi S.Ds.,M.Ds

INSTITUT DESAIN DAN BISNIS BALI


TAHUN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya, Yang telah
memberi kelancaran dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah Dengan judul
“METODE PENULISAN PERENCANAAN RUMAH TINGGAL DIPERKOTAAN”
dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Putra,
S.T.,M.T.,IAI dan Dr. Ni Made Emmi Nutrisia D., S.t., M.T selaku dosen pada mata
kuliah Studio Desain Bangunan yang telah membimbing dalam proses pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari keterbatasan dalam wawasan maupun pengalaman Sehingga
makalah ini tidak sepenuhnya benar dan memiliki banyak kekurangan Selama
pembuatan makalah. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran Dan kritik
dari pembaca agar pembuatan makalah dapat mencapai hasil yang Sempurna.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih dan berharap agar makalah ini Dapat
menambah wawasan serta pengalaman bagi pembaca dan menginspirasi Pembaca
untuk berkarya untuk kedepannya.

Denpasar, 2024

Penulis
ABSTRAK
Desain bangunan adalah salah satu aspek terpenting dalam bidang arsitektur. Ini
adalah proses kreatif di mana seorang arsitek menggabungkan pengetahuan teknis,
estetika, dan fungsionalitas untuk menciptakan bangunan yang unik dan berfungsi dengan
baik. Desain Bangunan penting karena memiliki beberapa fungsi yaitu, Fungsionalitas:
Desain bangunan adalah tentang menciptakan ruang yang sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan penghuninya. Ini melibatkan pemikiran tentang bagaimana orang akan
menggunakan bangunan tersebut, baik itu sebuah rumah, kantor, atau ruang
umum.Estetika: Desain bangunan juga melibatkan pertimbangan estetika. Bangunan yang
dirancang dengan baik dapat menjadi karya seni yang mempercantik lingkungan
sekitarnya dan memberikan pengalaman visual yang positif. Kenyamanan dan Kesehatan:
Sebuah desain bangunan yang baik juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti
pencahayaan alami, ventilasi, dan pengaturan suhu untuk menciptakan kondisi yang
nyaman dan sehat bagi penghuninya.
Rumah Tinggal adalah produk arsitektur yang paling dasar dan lengkap. Rumah
tinggal mewakili pelaku aktifitas di dalamnya, yaitu manusia yang mewakili dirinya
sendiri dalam beraktifitas. Tiap manusia mewakili personal dalam dirinya masing-masing
yang begitu beragam. Hal ini disebabkan oleh adanya kebutuhan manusia dalam
kehidupannya. Kebutuhan manusia ini mempunyai tuntutan-tuntutan dalam
pewujudannya. Rumah tinggal merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan
tersebut. Agar rumah tinggal bisa memenuhi tuntutan kebutuhan manusia dalam
beraktifitas, diperlukan suatu Konsep Perancangan Rumah Tinggal. Konsep ini
merupakan pedoman dasar dalam merancang rumah tinggal agar kebutuhan manusia
sebagai pemakai dapat terpenuhi sesuai tujuan merancang suatu wadah arsitektur.
Personal masing-masing manusia tersebut yang menjadikan disain rumah tinggal begitu
banyak beragam sehingga Rumah bisa disebut produk arsitektur paling sederhana
sekaligus juga paling rumit.
Desain interior sendiri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hal Merancang
suatu bangunan khususnya yaitu pembangunan Perpustakaan. Perancangan pembangunan
perpustakaan perlu memperhatikan fungsi tiap ruangan, Unsur keindahan dan
keharmonisan baik dari segi interior maupun eksterior. Perpustakaan Umum daerah
adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, Bahan cetakan serta rekaman lain
untuk kepentingan masyarakat umum. Di sisi lain Fungsi perpustakaan umum ialah
tempat dimana semua lapisan masyarakat dari Segala umur, dari balita sampai usia lanjut
bisa terus belajar tanpa dibatasi usia dan Ruang-ruang kelas. Tujuan perancangan ini
dilakukan untuk meningkatkan Kunjungan pada perpustakaan umum daerah di Jakarta.
Untuk mendapatkan data Yang akurat digunakan metode observasi langsung dan
wawancara langsung pada Pengunjung yang mengunjungi perpustakaan tersebut.
Harapan saya dengan tujuan Perancangan ini, mampu untuk dipelajarin kelak oleh junior
desain interior sebagai Contoh untuk penulisan dalam karya tugas akhir ini
Kata kunci: Perpustakaan umum, Desain Interior, Jakarta
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Batasan Desain

1.3.1. Batasan Jenis Bangunan

1.3.2. Batasan Luas Bangunan

1.3.3. Batasan Jumlah Ruang

1.3.4. Batasan Ruang Lingkup Pembahasan

1.3.5. Batasan Waktu

1.3.6. Batasan Civitas dan Aktivitas

1.4 Tujuan Desain

1.5 Manfaat Desain

1.5.1. Manfaat Teoritis / Akademik

1.5.2. Manfaat Praktis

BAB II TINJAUAN LITERATUR

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1. Definisi Rumah Tinggal

2.1.2. Fungsi Rumah Tinggal

2.1.3. Jenis Rumah Tinggal

2.1.4. Jenis Ruang Rumah Tinggal

2.1.5. Besaran Ruang Rumah Tinggal

2.1.6. Standar & Peraturan

2.1.7. Struktur dan Jenis Tangga

2.1.8. Pencahayaan dan Penghawaan Rumah Tinggal

2.1.9. Kriteria Rumah yang adaptif untuk pencegahan penyebaran virus Covid 19
2.1.10. Sempadan,Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

2.1.11. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

2.1.12. Koefisien Dasar Hijau

2.2 Tinjauan Desain Bangunan

2.2.1. Organisasi Ruang

2.2.2. Sirkulasi Ruang

2.2.3. Elemen Pembentuk Ruang

2.2.4. Elemen Pelengkap Ruang

2.2.5. Furniture

2.2.6. Aksesoris

2.2.7. Utilitas (MEP)

2.2.8 Standar Perancangan Ruang

BAB III METODOLOGI DESAIN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Data Primer

3.1.2 Data Sekunder

3.2 Metode Analisis Data

3.2.1 Metode Analisis Data Kuantitatif

3.2.2 Metode Analisis Data Kualitatif

3.3 Metode Sinesta

3.4 Metode Desain

3.5 Proses Desain

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN

4.1 Analisis Pemilihan Site dan Bangunan

4.1.1 Kriteria Pemilihan Site dan Bangunan

4.1.2 Proses Pemilihan Site dan Bangunan

4.1.3 Penentuan Site dan Bangunan

4.2 Analisis Site dan Bangunan Terpilih

4.2.1 Peta Lokasi


4.2.2 Analisis Bentuk Dimensi dan Site

4.2.3 Analisis Traffic dan Kebisingan

4.2.4 Analisis Utilitas

4.2.5 Analisis Hidrologi

4.2.6 Analisis Vegetasi

4.2.7 Analisis Iklim

4.2.8 Analisis View

BAB V PROGRAM PERANCANGAN BANGUNAN

5.1 Tema Bangunan dan Konsep Desain (Bangunan Hijau)

5.1.1 Latar Belakang Tema dan Konsep

5.1.2 Pendekatan dan Penjabaran Tema dan Konsep Desain

5.1.3 Aplikasi Tema dan Konsep Desain

•Bentuk bangunan

•Ruang Luar

•Pencahayaan

•Penghawaan

•Ruang Dalam (Lantai,Dinding,Plafond, & Furniture)

•Fasade bangunan

5.2 Program Ruang

5.2.1 Data Owner

5.2.2.Civitas dan aktivitas

5.2.3 Kebutuhan Ruang

5.2.4 Program Performansi

5.2.5 Besaran Ruang

5.2.6 Hubungan Ruang

5.2.7 Sonasi dan Sirkulasi Ruang

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

6.1 Konsep Perancangan Tapak


6.1.1. Konsep Zoning

6.1.2. Konsep Utilitas

6.1.3. Konsep Ruang Luar

6.2 Konsep Perancangan Bangunan

6.2.1. Konsep Entrance Bangunan

6.2.2. Konsep Bentuk dan Dimensi Bangunan

6.2.3. Konsep Sirkulasi Bangunan

6.2.4. Konsep Ruang Dalam

6.2.5. Konsep Ruang Luar

6.2.6. Konsep Orientasi Bangunan

6.2.5. Konsep Tampilan Bangunan

6.2.6. Konsep Utilitas Bangunan

6.2.7. Konsep Struktur Bangunan

6.2.8. Konsep Bangunan Hijau

6.3 Blok Plan

BAB VI PENUTUP

7.1 Simpulan

7.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

• Peta Lokasi

• Layout Plan

• Denah LT 1

• Denah LT 2

• Tampak Depan

• Tampak Samping

• Potongan A-A

• Potongan B-B

• Rencana Pondasi

• Detail Pondasi

• Rencana kusen

• Detail Kusen

• Rencana Plafond

• Rencna Kap

• Rencana Titik lampu dan Stop Kontak

• Detail tangga

• Detail Septictank

• 3D Eksterior 2 sudut
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok dalam hidup semua manusia.


Dari tahun ke tahun, manusia mencari tempat untuk bernaung, sehingga
tempat tinggal menjadi salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari dan
dipisahkan. Tempat tinggal merupakan bangunan atau fasad yang ditinggali
oleh manusia berupa rumah, apartemen, hotel, dan lainnya. Rumah merupakan
tempat tinggal yang menjadi kediaman untuk manusia. Rumah merupakan
tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu
diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu
msayarakat. Oleh karena itu, setiap perumahan memiliki sistem nilai yang
berlaku bagi warganya. Sistem nilai tersebut berbeda antara satu perumahan
dengan perumahan yang lain, tergantung pada daerah ataupun keadaan
masyarakat setempat (Sarwono, 1998). Rumah tidak hanya sebagai tempat
berlindung namun rumah tinggal juga memperhatikan nilai – nilai estetika
pada dekorasi luaran, isian, serta lingkungan rumah tinggal.

Pembangunan bangunan semakin luas indikatornya. Terdapat banyak


pertimbangan yang perlu dipastikan mengenai lokasi pembangunan.
Kenyaman dan keamanan penghuni turut andil dalam pertimbangan
pembangunan. Kenyamanan dapat diperoleh melalui suasana ruang,
pencahayaan ruang, penghawaan ruang, sirkulasi ruang, dan kelayakan
ruang bagi penghuni. Salah satu konsep yang digunakan untuk bangunan
rumah tinggal adalah konsep Modern Minimalis yang memanfaatkan
elemen minimalis untuk meningkatkan kualitas sebuah ruang. Proyek
perancangan rumah tinggal akan berlokasi di dekat pantai, Kelurahan
Sanur, Kecamatan Denpasar.

Civitas merupakan Keluarga Besar terdiri dari Ayah, Ibu, 1 anak dewasa
sudah nikah (Suami istri sudah punya anak balita 1), Ayah, Ibu, 1 anak
dewasa sudah nikah (Suami istri belum punya anak). Aktivitas yang
dilakukan civitas berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari di dalam rumah,
hobi, serta profesi yang dijalani saat ini.

Pemilihan tema dan konsep yang telah dijabarkan di atas tidak terlepas
dari kebiasaan penghuni rumah tinggal termasuk, aktivitas, hobi, dan
profesi dari masing – masing individu. Civitas untuk pembangunan rumah
tinggal masing – masing PNS, Guru, Penjaga Bandara, Dosen dan 1 anak
yang merupakan siswa yang memiliki aktivitas serta hobi yang cukup
sama. Pemilihan tema dan keberagaman dari aktivitas civitas saling
berkaitan.

Maka dari itu, penulis berharap perancangan rumah tinggal ini dapat
terencana dengan baik melalui analisis yang cukup dan data yang
kompeten untuk memberi kenyamanan yang layak bagi civitas permanen
maupun civitas non-permanen.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang didapat yakni:


1.2.1. Bagaimana cara mendesain rumah tinggal dengan lahan permintaan klien?

1.2.2. Bagaimana cara menerapkan tema dan konsep modern minimalis untuk
menjadi sebuah rumah tinggal yang cocok dengan civitas dan aktivitas
penghuni rumah?

1.3 Batasan Desain

Dalam proses mendesain rumah tinggal ada batasan-batasan desain yang perlu
diperhatikan, yaitu:

1.3.1 Batasan Jenis Bangunan

Jenis rumah yang dirancang merupakan rumah tinggal dua lantai dengan
menerapkan konsep modern minimalis.

1.3.2 Batasan Luas Bangunan

Batasan luas bangunan yang ditentukan menyesuaikan dengan KDB


maksimal 60% dengan luas site sebesar 100m 2- 200m 2.

1.3.3 Batasan Jumlah Ruang

Jumlah lantai bangunan ditetapkan maksimal dua lantai, 3 Kamar Tidur,


2 Kamar Mandi. Berdasarkan hasil Wawancara dan permintaan dari
civitas.

1.3.4 Batasan Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan perancangan rumah tinggal ini dimulai dari


latar belakang perancangan, analisa dari permasalahan yang dirumuskan,
serta solusi dari permasalahan yang didapatkan dari hasil survey dan
wawancara civitas. Ruang lingkup pembahasan juga menyangkut kriteria
rumah tinggal dengan konsep modern minimalis.

1.3.5 Batasan Waktu

Batasan waktu pengerjaan perancangan rumah tinggal ini sampai


dengan pertemuan ke-16 mata kuliah Studio Desain Bangunan.

1.3.6 Batasan Civitas dan Aktivitas

Civitas merupakan Keluarga Besar terdiri dari Ayah, Ibu, 1 anak


dewasa sudah nikah (Suami istri sudah punya anak balita 1), Ayah, Ibu, 1
anak dewasa sudah nikah (Suami istri belum punya anak). Aktivitas yang
dilakukan civitas berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari di dalam rumah,
hobi, serta profesi yang dijalani saat ini.

1.4 Tujuan Desain

1.4.1 Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini yaitu :

1. Dapat memaksimalkan penggunaan lahan dengan tetap


menjaga kenyamanan.
2. Untuk mewujudkan konsep modern minimalis pada
perancangan tempat rumah tinggal.
1.5 Manfaat Desain
Terdapat manfaat akademik dan praktis yang dapat diambil dari
perancangan rumah tinggal ini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis/Akademik

Pada hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat


yang berkaitan dengan pengetahuan dan wawasan, sehingga riset
yang dilakukan dan dirancang dapat menjadi referensi untuk
mahasiswa lainnya dengan usungan konsep biophilic berdasarkan
fungsi dan kebutuhan civitas.

Tema dan konsep yang digunakan dalam penelitian akan


memberi gambaran dan bayang dari perspektif lain dari berbagai
perancang. Tema aman dan nyaman dengan konsep Modern
Minimalis dapat menjadi salah satu inspirasi Ketika perancang
merancang pembangunan yang memiliki kesamaan dengan
penelitian ini. Hasil penelitian dapat memberi tambahan wawasan
yang luas bagi para perancang.

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberi manfaat yang berguna bagi sosial, dimana


masyarakat dapat memahami dan menerapkan pengetahuan
melalui hasil penelitian tanpa perlu memahami bidang
dengan konsep yang serupa. Berikut 3 (tiga) penjabaran
dari manfaat praktis.

1. Manfaat bagi Individu Hasil dari penelitian dapat


memberi pengetahuan dan wawasan dalam pembangunan
rumah tinggal yang memiliki tema dengan konsep yang
sama yang dapat diterapkan pada perencanaan kedepannya.

2. Manfaat bagi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini,


pemerintah dapat membantu memberi gagasan ide dalam
pembangunan rumah tinggal yang dapat diimplementasikan
dalam pembangunan rumah tinggal bersubsidi.

3. Manfaat bagi Masyarakat Kombinasi tema dan konsep


ini dapat menjadi acuan masyarakat yang memiliki
pemikiran sama dengan civitas dalam penelitian ini.
Dengan penelitian ini masyarakat dapat menggabungkan
tema dan konsep lainnya yang dapat diterapkan pada
masyarakat dalam pembangunan rumah tinggal dengan
memperhatikan lingkungan sekitar dengan penyatuan
elemen berupa alam.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Definisi Rumah Tinggal

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat


tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Undang –
Undang No.4 Tahun 1992). Dalam pengertian luas, rumah adalah
bagian yang utuh dari pemukiman, dan bukan hasil fisik sekali
jadi semata, melainkan merupakan proses yang terus berkembang
dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam
suatu kurun waktu (John F.C Turner, 1972) Berdasarkan
pengertian tersebut rumah tinggal dapat diartikan sebagai hunian
yang mengikuti dampak lingkungan sekitar yang terus berkembang
pesat.

2.1.2 Fungsi Rumah Tinggal

Secara garis besar, rumah memiliki 4 (Empat) fungsi utama


sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia,
yakni sebagai berikut.

1. Rumah wajib memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia;

2. Rumah wajib memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia;

3. Rumah wajib melindungi manusia dari penularan penyakit;


4. dan Rumah wajib melindungi manusia dari gangguan luar.

2.1.3 Jenis Rumah Tinggal

Menurut kutipan situs adhyaksapersada, terdapat beberapa


jenis rumah tinggal yang dapat dijadikan tempat tinggal sebagai
berikut

1. Rumah Tunggal (Detached)

Rumah Tunggal merupakan rumah tinggal yang


terpisah dari rumah lainnya (Berdiri sendiri). Pada
umumnya, rumah tunggal hanya digunakan atau ditempati
untuk hanya satu keluarga serta memiliki jarak yang cukup
jauh antar rumah satu dengan rumah lainnya.

Gambar 2. 1 Rumah Tinggal

Sumber: Pinhome.com

2. Rumah Tapak
Rumah tapak merupakan rumah tinggal yang
dibangun diatas tanah dengan kepemilikan tunggal. Rumah
tapak akan semakin mahal apabila dibangun berdampingan
dengan rumah lainnya. Dalam artian lain, dinding pada
rumah tapak yang satu dengan rumah llainnya
bergandengan atau berderet.
Gambar 2. 2 Rumah Tapak

Sumber: www.bramblefurniture.com

3. Apartemen

Apartemen merupakan tempat tinggal bertingkat


dengan ruang hunian yang berdampingan. Letak apartemen
dibangun di tengah kota yang dekat dengan perkantoran,
pusat kegiatan, dan bangunan – bangunan tinggi. Pada
umumnya, apartemen dilengkapi dengan fasilitas yang
bermanfaat untuk para penghuninya.

Gambar 2. 3 Apartemen

Sumber: Rumah123.com
4. Rumah Susun (Flat)

Rumah susun (Flat) merupakan tempat tinggal berupa


bangunan atau gedung bertingkat disebuah lingkungan
yang bagian – bagiannya distruktur dengan fungsinya.
Rumah susun dapat dikategorikan sebagai apartemen
sederhana.

Gambar 2. 4 Rumah Susun

Sumber: SLFKonsultan

5. Rumah Cluster

Rumah Cluster merupakan tempat tinggal berupa


perumahan secara berderet atau sebuah komplek
perumahan yang dibangun secara berkelompok. Bentuk
rumah cluster dibangun secara serasi, dimana bangunan
atau fasad yang satu dengan lainnya memiliki bentuk yang
sejenis.
Gambar 2. 5 Rumah Cluster

Sumber: Rumah.com

2.1.4 Jenis Ruang Rumah Tinggal

1. Teras

Teras merupakan ruang peralihan dimana tata


letaknya berada pada awal masuk, maupun belakang
tempat tinggal. Teras bersifat publik dimana tamu maupun
penghuni dapat memasuki ruang tersebut.teras memiliki
fungsi sebagai jalur masuk dan keluarnya sirkulasi udara.

Gambar 2. 6 Teras

Sumber: Lamud
2. Garasi

Garasi merupakan ruang khusus memarkir mobil dari


penghuni atau tamu yang datang berkunjung, yang berarti
garasi memiliki sifat publik. Pada beberapa garasi terdapat
penyimpanan barang dan peralatan berupa perkakas yang
digunakan untuk perbaikan kendaraan.

Gambar 2. 7 Garasi

Sumber: Zigwheels ndonesia

3. Ruang Tidur

Ruang tidur merupakan ruang yang digunakan


penghuni sebagai tempat peristirahatan. Ruang tidur
bersifat privasi, dimana hanya penghuni yang dapat
memasuki ruang. Pada ruang tidur terdapat beberapa
furniture seperti kasur dengan bantal, guling, dan selimut,
terdapat lemari, meja, kursi, dan lainnya.
Gambar 2. 8 Ruang Tidur

Sumber: InteriorDesign.id

4. Ruang Mandi / Water Closet

Ruang mandi merupakan ruang yang digunakan


untuk mandi dan bersifat wajib dimiliki setiap rumah.
Ruang mandi bersifat servis dimana semua manusia dapat
menggunakannya. Pada ruang mandi terdapat shower,
bathtub atau bak air, wastafel, dan closet.

Gambar 2. 9 Kamar MandSumber: Kompas Properti


Gambar 2. 10 Water Closet

Sumber: Bob Vila

5. Ruang Makan

Ruang makan merupakan ruang yang digunakan


untuk makan dan minum oleh penghuni dan bersifat semi-
publik. Pada umumnya ruang makan memiliki rak sebagai
penyimpanan, meja dan kursi untuk penyajian makan dan
minum.

Gambar 2. 11 Ruang Makan

Sumber: Grid.ID
6. Ruang Keluarga

Ruang keluarga merupakan ruang hunian untuk


penghuni melakukan aktivitas secara publik (Anggota
keluarga) yang bersifat semi-publik. Terdapat TV, sofa,
meja, karpet, dan peralatan elektronik lainnya.

Gambar 2. 12 Ruang Keluarga

Sumber: Arsitag

7. Ruang Tamu

Ruang tamu merupakan ruang penyambutan tamu


yang publik berkunjung. Ruang tamu bersifat publik
dimana setiap tamu maupun penghuni dapat memasuki
ruang tersebut. Pada umumnya ruang tamu memiliki
beberapa sofa ataupun kursi, meja, lemari pajangan, dan
lainnya.
Gambar 2. 13 Ruang Tamu

Sumber: CNN Indonesia

8. Dapur

Dapur merupakan ruang penyajian makanan dan


minuman dan bersifat servis, dimana ruang tersebut
digunakan oleh sesuai kebutuhan. Dapur memiliki kompor,
kulkas, meja penyajian, dan lainnya.

Gambar 2. 14 Dapur

Sumber: Fotokita – Grid.ID


9. Gudang

Gudang merupakan ruang penyimpanan alat dan


barang penghuni. Gudang bersifat publik ataupun
privasi tergantung pada alat dan barang yang disimpan.

Gambar 2. 15 Gudang Rumah

Sumber: Grid.ID

10. Ruang Kerja (Workspace)

Ruang kerja (Workspace) merupakan ruang untuk


bekerja yang bersifat publik. Pada ruang kerja peralatan
dan perabotan dapat dikondisikan tergantung pada profesi
penghuni tersebut.
Gambar 2. 16 Ruang Kerja

Sumber: JustCo

11. Ruang Cuci (Servce Area)

Ruang cuci (Service area) merupakan ruang untuk


mencuci pakaian – pakaian kotor dan bersifat servis. Ruang
cuci dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan alat
kebersihan berupa pel, sapu, dan berbagai jenis pembersih
cair.

Gambar 2. 17 Ruang Cuci

Sumber: Lamudi
2.1.5 Besaran Ruang Rumah Tinggal

No. Nama Ruang Standar Ruangan

1 R.T Utama

2 R.T kedua

3 R.T Anak

4 K.M & W.C

5 Ruang Tamu

6 Ruang Keluarga

7 Ruang Makan

8 R.T Asisten Rumah Tangga

9 K.M & W.C Asisten Rumah


Tangga
10 Garasi

11 Dapur

12 Ruang Cuci (Service Area)

13 Ruang Kerja (workspace)

Tabel 2. 1 Besaran Ruang Rumah Tinggal

Sumber:Neufert Data Arsitek dan Asumsi


Pribadi
2.1.6 Standar & Pengaturan

Standar dalam Penerangan Sorot Lampu

Gambar 2. 18 Standar dalam Dapur

Sumber: Neufert Data Arsitek Jilid 1


Standar dalam Tangga

Gambar 2. 19 Standar dalam Tangga

Sumber: Neufert Data Arsitek Jilid 1


Standar dalam Dapur

Gambar 2. 20 Standar dalam Dapur

Sumber: Neufert Data Arsitek Jilid 1


2.1.7 Struktur dan Jenis Tangga

Berikut merupakan struktur – struktur tangga.

a. Ibu Tangga

Ibu tangga atau induk tangga merupakan bagian dari


tangga sebagai konstruksi utama yang berfungsi untuk
mendukung anak tangga. Material yang digunakan
untuk membuat ibu tangga antara lain, beton bertulang,
kayu, baja, pelat baja, baja profil kanal, juga besi.

Gambar 2. 21 Ibu Tangga

Sumber: Yudha Arch

b. Anak Tangga

Anak tangga berfungsi sebagai tumpuan telapak kaki,


dibuat dengan jarak yang sama. Bentuk anak tangga dapat
divariasikan sesuai selera penghuni.
Gambar 2. 22 Anak Tangga

Sumber: Quora

c. Bordes

Bordes adalah pelat datar diantara anak – anak tangga


sebagai tempat beristirahat sejenak, bordes dipasang pada
bagian sudut tempat peralihan arah tangga berbelok.
Bordes dapat dibuat dengan 3 (Tiga) model, yaitu Bordes
tangga lurus, Bordes tangga berbentuk L dan Bordes
tangga berbentuk U.

Gambar 2. 23 Bordes Tangga

Sumber: Pengadaan (Eprocurement)


d. Railing

Pagar tangga atau railing tangga adalah bagian dari


struktur tangga yang berfungsi sebagai pelindung yang
diletakkan disamping sisi tangga dan dipasang pada atas
ibu tangga. Pagar tangga dipasang untuk melindungi
manusia agar tidak terjatuh. Pada umumnya railing
dipasangkan dengan pegangan tangga atau penyangga
tangan untuk menjamin keselamatan manusia.

Gambar 2. 24 Railing

Sumber: Great Lakes Metasl Fabrication

e. Balustrade

Balustrade atau barisan baluster berfungsi sebagai


tumpuan tangan manusia agar terhindar dari bahaya yang
dapat terjadi. Balustrade bertumpu pada tiang – tiang
tangga yang tertanama dengan kuat pada ibu tangga.
Material dapat menggunakan bahan kayu, beton, dan
lainnya.
Gambar 2. 25 Balustrade

Sumber: Coastal Staircase

Berikut merupakan jenis – jenis tangga.

a. Tangga Lurus

Tangga lurus merupakan tangga yang berbentuk lurus


tanpa adanya belokan dari bawah sampai ke atas.
Terkadang tangga lurus dapat diberi bordes pada tengah
tangga. Tangga lurus memberi kesan yang sederhana dan
sering terlihat pada rumah bertema sederhana dan
minimalis.

Gambar 2. 26 Tangga Lurus


Sumber: Tokopedia
b. Tangga Berbentuk L

Tangga berbentuk L merupakan jenis tangga yang


berbelok kearah kanan maupun kiri sehingga menyeruai
huruf kapital L. Pada umumnya arah belokan tangga
sebesar

90 derajat dan diberikan bordes pada belokan tangga.


Tangga berbentuk L sering diletakkan dalam rumah
berkonsep minimalis dengan ruangan berukuran kecil. Jenis
tangga ini sering digunakan karena penempatan yang
mudah dan tidak memakan banyak ruang.

Gambar 2. 27 Tangga berbentuk

L Sumber: Rumahku Unik

c. Tangga Berbentuk U

Tangga berbentuk U merupakan jenis tangga yang


berbelok hingga 180 derajat dengan pemasangan bordes
sebagai pusat belokan. Bordes yang dipasang
merupakan bordes yang berbentuk persegi Panjang. Tangga
berbentuk U sering digunakan pada rumah karena tidak
memerlukan
dimensi ruang yang luas sehingga tidak menyia – nyiakan luas ruang.

Gambar 2. 28 Tangga berbentuk

U Sumber: Builder ID

d. Tangga Putar atau Spiral

Tangga putar atau spiral merupakan jenis tangga memutar yang menjulang ke atas.
Tangga putar tidak terdapat bordes karena tidak memiliki belokan. Tangga putar jarang
terlihat di rumah pada umumnya, dikarenakan biaya pembuatan yang terbilang cukup
mahal. Tangga putar sering dijumpai pada tengah ruangan. Tangga putar digunakan
untuk jalan ke loteng.

Gambar 2. 29 Tangga Spiral

Sumber: Alam Sakti


2.1.8 Pencahayaan dan Penghawaan Rumah Tinggal

1. Pencahayaan

Tata pencahayaan dalam interior merupakan


bagian dalam ruang yang diletakkan dengan tepat sehingga
dappat menciptakan suasana tertentu dalam suatu ruangan.
Dengan peletakan letak cahaya, pencahayaan dapat
memberi atmosfer dan suasana yang berbeda. Terdapat 2
(Dua) jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Penjelasan sebagai berikut.

a. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami merupakan pencahayaan


yang bersumber dari sinar matahari.
Pencahayaan alami timbul pada pagi hari hingga
sore hari. Pencahayaan ini digunakan untuk
penghematan biaya listrik pada rumah tinggal dan
tidak dibutuhkan perawatan instalasi. Pencahayaan
alami dapat dibuat dengan memasang jendela pada
sisi timur atau barat, dimana matahari terbit dan
terb
ena
m.

Gambar 2. 30 Pencahayaan Alami dengan Sinar Matahari

Sumber: Neliti
b. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan


yang bersumber dari cahaya buatan manusia berupa
lampu. Pencahayaan buatan dipasang pada ruang
yang tidak tersorot sinar matahari yang cukup atau
ketika hari menjelang malam (gelap). Pencahayaan
buatan berguna untuk membantu penglihatan atau
indra visual manusia ketika melakukan aktivitas
dalam ruang.

Gambar 2. 31 Pencahayaan dengan Pencahayaan Buatan

Sumber: boekoe tjatatan


2. Penghawaan

Penghawaan atau pengudaraan merupakan proses


pertukaran sirkulasi udara yang terjadi dalam suatu
bangunan. Penghawaan berguna untuk mengurangi
kadar uap air, suhu, gas, dan bau tidak sedap sehingga
kenyamanan dan keamanan dalam rumah dapat terjamin.
Terdapat 2 (Dua) jenis penghawaan, yaitu penghawaan
alami dan penghawaan buatan. Penjelasan sebagai berikut.

a. Penghawaan Alami

Penghawaan alami merupakan penghawaan


dengan proses pertukaran udara alami melalui
tumbuhan dan pepohonan hijau. Penghawaan alami
diperoleh melalui jendela dan ventilasi dalam
ruang, serta pembuatan plafon tinggi agar proses
pertukaran dapat masuk dengan cepat dan bebas
bersirkulasi dalam ruang.

Gambar 2. 32 Penghawaan Alami

Sumber: Arsitektur & Lingkungan


b. Penghawaan Buatan

Penghawaan buatan merupakan


penghawaan dengan proses pertukaran buatan
melalui alat buatan manusia. Penghawaan
buatan diperoleh melalui kipas angin dan AC
(Air Conditioner). Pemasangan alat tersebut
berada pada ruangan minim sirkulasi atau ruang
tertutup.

Gambar 2. 33 Penghawaan Buatan


Manusia

Sumber: e-
journal.uajy.ac.id

2.1.9 Kriteria Rumah Modern Minimalis

Saat ini pada zaman sudah semakin berkembang dan semakin kompleks menuntut
semua orang untuk lebih ekstra bekerja keras dalam menciptakan inovasi, kreativitas, ide-
ide baru yang dapat menjadi inspirasi semua orang agar tidak tergeser bahkan ketinggalan
zaman. Kini semakin banyak orang yang menumbuhkan ide-ide kreatif mereka untuk
dijual di pasaran. Dalam satu contoh kasus Rumah dengan model minimalis dimana anda
bisa membangun rumah yang modern, nyaman dan sederhana di lahan yang tidak terlalu
besar.

Rumah minimalis modern telah menjadi salah satu konsep desain arsitektur yang
marak digandrungi orang beberapa tahun kebelakang. Di tambah ada dukungan filosofi
gaya hidup minimalis memang semakin popular karena kesederhanaan namun tidak
menyingkirkan kenyamanan dan keindahannya.
Tujuan memilih konsep rumah minimalis modern adalah mencapai desain yang
lebih efisien dan efektif melalui kesederhanaan dalam bentuk, ruang, material, detil dan
warna. Konsep rumah minimalis modern juga mengutamakan beberapa unsur dalam
penataan dekorasi sehingga tercapai sebuah konsep rumah yang diinginkan atau
diidamkan pemiliknya.

a. Meningkatkan produktivitas kerja seseorang;


b. Meningkatkan tingkat kreativitas seseorang;

aktivitasnya;

d. Mempercepat pemulihan pasca operasi;

e. Membuat suasana lebih tenang pada area rumah tinggal;

f. dan Menurunkan angka kriminalitas.


Terdapat berbagai cara untuk menerapkan konsep rumah
biophilic, diantaranya sebagai berikut.

a. Membuat area hijau atau taman di depan atau


belakang rumah tinggal;

b. Memperbanyak bukaan berupa ventilasi atau jendela


di rumah untuk meningkatkan sirkulasi udara;

c. Menyimpan dan menanam tanaman hijau pada area rumah


tinggal;

d. Menggunakan banyak unsur alami di rumah seperti


perabotan kayu, rotan, serat – serat, dan dekorasi alami
lainnnya;e. dan Membuat bukaan untuk mempermudah
sinar matahari ke dalam rumah tinggal.

2.1.10 Sempadan dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Sempadan merupakan garis minimal batasan antara lahan


dengan lahan lainnya. Garis sempadan bangunan (GSB) adalah
garis batas minimal yang membatasi bangunan dan batas lahan
dengan lahan lain seperti jalan, jaringan tegangan tinggi, rel kereta
api, taman umum, tepi pantai, tepi sungai, dan bangunan tetangga.
Jarak antar sebuah bangunan dengan daerah lainnya ditentukan
menurut GSB yang diatur oleh peraturan daerah setempat. Pada
umumnya nilai GSB adalah setengah dari lebar jalan. Semakin
tinggi kelas jalan, maka semakin besar nilai GSB. Untuk wilayah
perumahan, nilai GSB berkisar 3 (tiga) hingga 6 (enam) meter.
Menurut keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/1998
tentang persyaratan teknis bangunan Gedung, ada beberapa
persyaratan untuk memenuhi GSB samping dan belakang
bangunan. Di antaranya adalah bidang dinding terluar tidak
diperkenan melampaui batas pekarangan serta struktur dan fondasi
bangunan terluar harus
berjarak sekurang – kurangnya 10 (Sepuluh) cm ke arah dalam
dari batas bangunan.

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase


berdasarkan perbandingan antara seluruh lantai dasar bangunan
gedung terhadap luas lahan perpetakan atau daerah perencanaan
sesuai Keterangan Rencana Kota (KRK). Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2021 dipergunakan sebagai factor untuk mengklasifikasikan
bangunan gedung berdasarkan lokasi. Klasifikasi berdasarkan
lokasi tersebut meliputi.

a. Lokasi Padat
Lokasi padat pada umumya lokasi yang
terletak di daerah perdagangan/ pusat kota dengan
KDB lebih dari 60 % (enam puluh persen);

b. Lokasi Sedang

Lokasi sedang pada umumnya terletak di


daerah pemukiman dengan KDB antara 40 %
(empat puluh persen) hingga 60 % (enam puluh
persen);

c. Lokasi Renggang

Lokasi renggang pada umumnya terletak


pada daerah pinggiran luar kota atau daerah yang
berfungsi sebagai resapan dengan KDB 40 %
(empat puluh persen) atau di bawahnya
2.1.11 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah perbandingan


antara luas lantai bangunan dengan luas tanah.

(BCR x n), n = Jumlah lantai (tingkat)

bangunan
Angka koefisien yang digunakan biasa brupa desimal (misal :

1,2; 1,6; 2,5; dsb) peraturan KLB akan mempengaruhi skyline yang
tercipta oleh kumpulan bangunan yang ada di sekitar. Tujuan dari
penetapan KLB terkait dengan hak setiap orang/ bangunan untuk
menerima sinar matahari. Jika bangunan memiliki tinggi yang
serasi maka bangunan yang disampingnya dapat menerima sinar
matahari yang sama dengan bangunan yang ada di sebelahnya.

KLB melibatkan seluruh lantai yang telah terdesain termasuk


lantai dasar itu sendiri. Cara perhitungannya tetap sama yaitu
membandingkan luasan seluruh lantai dengan luas kavling yang
ada.

Sebagai contoh, setelah menghitung luas lantai dasar beserta


lantai atasnya dengan luasan 200 m2. Jika lahan 200 m2, maka
nilai KLB bangunan adalah 1.0. Kalau ditentukan KLB rumah 1.2,
maka nilai KLB masuk.

2.1.12 Koefisien Dasar Hijau (KDH)

Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase


perbandingan antara ruang terbuka di luar ruangan yang ada
diberikan terhadap ruang terbuka hijau terhadap luas lahan.
Tujuan di terapkan peraturan KDH untuk mengatur luas ruangan
yang ada di alam terbuka agar tidak menghambat aliran resapan
air ke dalam tanah. Sehingga pepohonan atau tanaman yang ada
disekitar bangunan tidak mengalami kekeringan kemudian mati.
Dengan penerapan aturan KDH ini dimaksudkan agar tanaman
tetap bisa
hidup dengan subur sehingga kota tidak mengalami pencemaran
udara dan tetap memiliki sirkulasi udara yang memadai.
Dalam Permen PU No. 29 tentang pedoman yang persyaratan
teknis bangunan gedung mengharuskan minimal 10 % (sepuluh
persen) besar KDH dari seluruh luas bangunan tersebut. Berikut
merupakan rumus Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang bisa
dipahami.

KDH = (Luas terbuka di luar ruangan :


Luas lahan) x 100%
Contoh, terdapat luar ruangan dengan luas 100 m2.
Sementara luas lahan sebesar 500 m2. Jika menggunakan rumus
di atas, maka tampilan hitangan sebagai berikut.

KDH = (100 m2: 500 m2) x 100% = 20%

Dengan perumusan di atas dapat dipastikan lahan


termasuk dalam penetapan batas minimum KDH, yaitu sebesar
10 % (sepuluh persen).

2.2 Tinjauan Desain Bangunan


2.2.1 Organisasi Ruang

Organisasi ruang di buat untuk mengatur dan mengorganisasi ruang


yang memiliki kebutuhan – kebutuhan tertentu. Kebutuhan ruang
khusus dapat berupa fungsi khusus atau membutuhkan bentuk yang
khusus, fleksibel dalam penggunaan dan dapat bebas dimanipulasi,
tunggal dan unik fungsi atau kepentingannya terhadap organisasi
bangunannya, memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan menjadi
suatu kkumpulan fungsional atau diulang dalam sebuah sekuen linear,
membutuhkan paparan eksterior terhadap cahaya, ventilasi,
pemandangan, atau akses ke ruang – ruang luar, kebutuhan harus
terpisah demi menjaga privasi, harus
mudah diakses. Berikut beberapa pembentukan tata ruang di
dalam suatu wilayah atau bangunan memiliki beberapa metode
organisasi.

a. Organisasi Linier atau Linear

Organisasi linear merupakan organisasi urutan ruang


yang berada dalam satu garis dan berulang. Organisasi linear
pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang – ruang ini
dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang
lainnya atau dihubungkan melalui ruang linear yang berbeda
dan terpisah. Pada umumnya organisasi ini terdiri danri
ruang – ruang yang berulang, serupa dalam ukuran, bentuk,
dan fungsi. Ruang – ruang yang secara fungsional atau
simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat
berada di manapun sepanjang rangkaian linear.

Gambar 2. 34 Organisasi Ruang Linear

Sumber: arsitektur

b. Organisasi Terpusat atau Center

Organisasi terpusat merupakan sebuah ruang dominan


terpusat dengan pengelompokan sejumlah sekunder.
Organisasi terpusat adalah komposisi terpusat dan stabil
yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan
mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan
dominan.
Ruang pemersatu terpusat pada umumnya berbentuk teratur
dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah
ruang sekunder di sekelilingnya. Ruang – ruang sekunder
memiliki ukuran yang berbeda satu sama lain sebagai
tanggapan terhadap kebutuhan akan fungsi, terhadap
kepentingan relatif, terhadap lingkungan sekitar, dan
terhadap kondisi tapak.

Gambar 2. 35 Organisasi Ruang Terpusat

Sumber: Neufert Data Arsitek

c. Organisasi Radial

Organisasi radial memadukan unsur – unsur organisasi


terpusat dan linear. Organisasi radial terdiri dari ruang pusat
yang dominan di mana sejumlah organisasi linear
berkembang menurut arah jari – jarinya. Ruang pusat pada
suatu organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur.
Lengan – lengan linearnya, memiliki kemungkinan serupa
antara satu dengan yang lainnya dalam hal bentuk
dan Panjang untuk
mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara
keseluruhan. Lengan – lengan radialnya juga dapat berbeda
satu sama lain untuk menanggapi kebutuhan – kebutuhan
akan fungsi dan konteksnya

Gambar 2. 36 Organisasi Ruang Radial

Sumber: Unika Repository

d. Organisasi Cluster

Organisasi cluster mempertimbangkan pendekatan fisik


untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya.
Organisasi ini terdiri dari ruang – ruang yang berulang dan
memiliki fungsi – fungsi sejenis serta memiliki sifat visual
yang umum seperti wujud dan orientasi. Pola organisasi
cluster tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk
organisasi cluster bersifat fleksibel dan dapat menerima
pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi
karakternya.
Gambar 2. 37 Organisasi Ruang Cluster

Sumber; Neufert Data Arsitek

e. Organiasasi Grid

Organisasi grid terdiri dari bentuk dan ruang di mana


posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh
pola atau bidang grid tiga dimensi. Suatu grid diciptakan
oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus dengan
membentuk sebuah pola titik – titik teratur pada
pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam tiga dimensi,
maka pola grid berupa satu set unit ruang yang berulang.
Gambar 2. 38 Organisasi Ruang Grid

Sumber: Unika Repository

2.2.2 Sirkulasi Ruang

Sirkulasi ruang adalah bentuk rancangan atau alur ruang


pergerakan dari suatu ruang ke ruang lain berupa pola – pola. Jalur
sirkulasi dapat diatikan sebagai “tali” yang mengikat ruang –
ruang suatu bangunan atau deretan ruang dalam maupun luar untuk
menjadi saling berhubungan (Ching, 1996). Berikut beberapa jenis
sirkulasi ruang.

a. Pola Linear

Pola sirkulasi linear dapat dilihat dengan ciri pola


yang berupa satu atau dua arah dan sangat sederhana serta
pencapaian yang mudah dan statis terhadap jarak
Gambar 2. 39 Pola Sirulasi Linear

Sumber: Spada UNS – Universitas Sebelas Maret

b. Pola Radial

Pola sirkulasi radial dapat dilihat dengan ciri memiliki


pusat ruang, berkembang ke seluruh arah, sirkulasi tidak
terlalu panjang, membutuhkan luasan tapak yang besar, dan
memiliki hubungan antar ruang begitu erat.

Gambar 2. 40 Pola Sirkulasi Radial

Sumber: e-journal.uajy.ac.id
c. Pola Spiral

Pola sirkulasi spiral dapat dilihat dengan ciri jalan


tunggal menerus yang berasal dari titik pusat, mengeliliingi
pusatnya dengan jarak yang berubah, jalur tunggal yang
dimiliki menerus berawal dari sebuah titik pusat, bergerak
melingkar atau berputar mengelilingi titik pusat tersebut, dan
semakin lama semakin jauh dari titik pusat.

Gambar 2. 41 Pola Sirkulasi Spiral

Sumber: e-journal.uajy.ac.id

d. Pola Network

Pola sirkulasi network dapat dilihat dengan ciri


berkembang ke segala arah, dapat menyesuaikan dengan
kondisi tapak, mengarah pada ruang yang dominan, tidak
memiliki titik pusat ruang, tidak dapat dibentuk suatu
pengakhiran, dan terdiri dari jalur – jalur yang
menghubungkan titik – titik yang terbentuk di dalam ruang.
Gambar 2. 42 Pola Sirkulasi Campuran

Sumber: repository.ub.ac.id

2.2.3 Elemen Pembentuk Ruang

Elemen pembentuk ruang interior adalah unsur yang wajib


dalam suatu ruang. Elemen antar elemen saling berhubung
dan saling ketegantungan. Berikut beberapa elemen –
elemen pembentuk ruang.

1 Lantai
Lantai merupakan elemen yang berada pada dasar atau paling
bawah dalam suatu ruangan. Lantai berfungsi untuk membentuk
karakter dan menunjang aktivitas yang ada dalam ruangan
tersebut. Lantai memberikan suasana yang berbeda tergantung
pada material yang digunakan. Berikut beberapa jenis lantai.

a. Lantai Tegel

Lantai ini berbahan dasar campuran semen dan


pasir. Lantai tegel memiliki beragam warna dengan
ukuran rata – rata sebesar 30 x 30 cm atau 40 x 40 cm.
Lantai tegel sangat diandalkan pada daerah
beriklim tropis karena memberi kesan sejuk terhadap
ruangan.
Gambar 2. 43 Lantai Tegel Polos

Sumber: Lazada

b. Lantai Teraso

Lantai ini berbahan dasar semen dan pasir,


dengan bagian atas dilapisi bahan keras dengan
beberapa kombinasi campuran antara kulit kerrang laut
dan pecahan marmer. Ukuran lantai ini berkisar pada
20 x 20 cm dan 30 x 30 cm dengan warna putih.

Gambar 2. 44 Lantai Teraso

Sumber: Berita 99.co


c. Lantai keramik

Lantai keramik merupakan jenis lantai yang


sering dijumpai dan digunakan oleh masyarakat. Lantai
keramik memiliki berbagai macam warna dengan
ukuran bermacam – macam. Untuk ruang yang sering
terkena air diperkenan untuk menggunakan lantai
keramik yang bertekstur kasar agar tidak licin.

Gambar 2. 45 Lantai Keramik

Sumber: InteriorDesign.id

d. Lantai Marmer

Lantai marmer merupakan jenis lantai berasal


dari batuan alami yang terbentuk akibat metamorfosa
batu gamping. Pemasangan lantai marmer memberi
kesan mewah untuk ruang tinggal. Marmer memiliki
kelebihan untuk tahan api dan mampu menahan beban
yang cukup berat.
Gambar 2. 46 Lantai Marmer

Sumber: Rumah123.com

e. Lantai Granit

Lantai granit terbuat dari batu granit yang


merupakan batu alami terbuat dari magma yang sudah
mendingin dan di bawah tekanan ekstrim selama
bertahun – tahun. Granit memiliki sifat yang kuat, anti-
gores, anti-noda, dan anti slip atau licin. Lantai granit
memberi kesan mewah dalam rumah tinggal, tidak
mudah pudar serta awet.

Gambar 2. 47 Lantai Granit

Sumber: Ruparupa
f. Lantai Vinyl

Lantai vinyl merupakan lantai berbahan


sintetis yang tahan lama, dan mudah dipasang. Sifatnya
tahan terhadap air, anti rayap, tahan terhadap noda,
mudah diaplikasikan dan memiliki banyak desain.
Terdapat 2 (dua) jenis vinyl, yang pertama adalah vinyl
tile yang bermotif menyerupai keramik atau batu
marmer, dan vinyl roll dengan Panjang mencapai 25
(dua puluh lima) meter dengan lebar hingga 2 (dua)
meter.

Gambar 2. 48 Lantai Vinyl

Sumber: Lantai Kayu Jogja

g. Lantai Parket

Lantai parket merupakan jenis lantai kayu


menggantikan lantai papan untuk rumah panggung,
berbentuk potongan – potongan kayu. Lantai parket
berbahan dasar kayu solid atau kayu asli dengan
tekonologi layer. Bertekstur tidak terlalu licin sehingga
mengurangi risiko terpeleset. Lantai ini cocok dipasang
pada daerah dengan iklim tropis karena dapat
menghangatkan di saat musim hujan datang
dan memberi kesejukan di saat panas.

Gambar 2. 49 Lantai Parket

Sumber: Rumah123.com

2. Dinding

Dinding adalah elemen pembentuk ruang yang


dipasang pada bagian tengah antara plaform dan loantai.
Dinding memberi daya tarik tersendiri dengan corak yang
berbeda – beda. Berikut merupakan beberapa jenis dinding.

a. Bata Merah

Dinding bata merah sering digunakan pada


masyarakat. Dinding ini terbuat dari tanah liat
yang dicetak dan di jemur hingga kering. Dan akan
dibakar hingga kemerahan.
Gambar 2. 50 Bata Merah

Sumber: Kompas.com

b. Batako

Batako terbuat dari campuran tras, kapur, pasir,


dan semen. Kekuatannya lebih rendah disbanding bata
merah dan mudah pecah. Ukuran yang umum
berkisar

40 x 20 x 10 cm. ukuran batako lebih besar dari bata


merah sehingga proses pemasangan terbilang cukup
cepat.

Gambar 2. 51 Batako

Sumber: Rumah.com
c. Bata Ringan/ Hebel

Bata ringan atau hebel merupakan salah satu jenis


beton ringan aerasi yang memiliki bobot yang terbilang
ringan. Hebel digunakan untuk bangunan bertingkat
agar mengurangi pembebanan sehingga biaya pondasi
menjadi murah.

Gambar 2. 52 Bata Ringan atau Hebel

Sumber: Mas Fikr

3. Plafon (Ceiling)

Plafon merupakan bagian elemen yang terdapat pada


atas atau langit – langit suatu ruang. Palfon memiliki
ketinggian yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan
penghuni. Plafon dapat memberi daya tarik visual dengan
pemasangan dekorasi lampu. Berikut merupakan beberapa
jenis pada plafon.

a. Plafon Gypsum

Plafon gypsum terbuat dari kapur yang berbentuk


bubuk. Plafon ini sering digunakan oleh masyarakat
karena biaya yang tergolong murah dan menghasilkan
permukaan yang halus.
Gambar 2. 53 Plafon Gypsum

Sumber: Kompas Properti

b. Plafon Gypsum Anti Air

Sama seperti palfon gypsum, dengan


penambahan material lainnya agar tidak adanya air
yang teresap. Plafon ini sering digunakan oleh
masyarakat pada kamar mandi atau toilet.

Gambar 2. 54 Plafon Gypsum Anti Air

Sumber: Rumah123.com
c. Plafon PVC

Plafon PVC menggunakan material berupa


plastic yang tercipta dari senyawa Polyvinyl
Chloride. PVC memiliki sifat tahan lama, anti-rayap,
dan kokoh. Plafon ini tergolong ringan sehingga dapat
mengurangi penmasangan rangka berlebih.

Gambar 2. 55 Plafon PVC

Sumber: Plafon PVC

Hyfon

d. Plafon Triplek

Plafon triplek merupakan jenis plafon dengan


material berupa kayu tipis. Plafon ini sangat ringan dan
sering digunakan oleh masyarakat serta mudah
dipasang.
Gambar 2. 56 Plafon Triplek

Sumber: Berita 99.co

2.2.4 Elemen Pelengkap Ruang

Terdapat 2 (Dua) jenis elemen pelengkap interior


berdasarkan sifatnya, yakni sebagai berikut.

1. Elemen Bersifat Dapat Berpindah (Moveable Element)

Elemen ini merupakan elemen yang dapat bergerak


dengan dipindah atau digeser dari satu tempat ke tempat
lainnya. Elemen ini memiliki beberapa pendukung gerak
untuk berpindah tempat seperti roda, ringan, atau mudah
dilipat. Elemen tersebut dapat dikondisikan dan sesuai
dengan kondisi ruang yang ada, elemen – elemen bersifat
dapat berpindah berupa rak dengan roda kecil, kursi, meja
kecil, dan lainnya.

2. Elemen Bersifat Tetap (Fixed Element)

Elemen ini merupakan elemen yang tidak dapat


dipindahkan maupun digeser kearah lain. Pada umumnya
elemen ini berukuran besar dan berat. Elemen ini berada
pada dinding atau lantai suatu ruang tinggal. Elemen –
elemen bersifat tetap berupa kabinet, sofa besar, bathtub, dan
lainnya.
2.2.5 Mebel atau Furniture

Mebel atau Furniture adalah perabotan atau peralatan yang


digunakan untuk mengisi kelengkapan dalam rumah tinggal.
Mebel merupakan aspek wajib pada ruang agar tak terasa hampa.
Mebel digunakan sesuai dengan kondisi dan ruangan tersebut.
Berikut beberapa macam mebel.

a. Furniture Built In

Furniture built in merupakan furniture peletakkan


mebelnya tidak dapat dirubah dan bersifat permanen.pada
umumnya perancangan ini dibuat agar dapat
memaksimalkan ruang tinggal.

b. Furniture Free Standing

Furniture free standing merupakan furniture yang


dapat dipindahkan dan tidak bersifat permanen. Mebel ini
berupa mebel berukuran besar seperti bathtub, sofa besar,
Kasur, dan lainnya.

c. Furniture Mobile

Furniture mobile merupakan furniture yang dapat


digerakkan ketika dipindah karena memiliki roda kecil pada
bagian bawah mebel. Mebel ini berupa kursi roda, rak yang
memiliki roda, dan lainnya.

d. Furniture Knockdown

Furniture knockdown merupakan furniture yang dapat


dibongkar pasang Kembali dengan mudah dan dapat
dilakukan secara sendiri. Mebel ini cocok untuk rumah
tinggal berkonsep minimalis. Mebel ini berupa mebel yang
terbuat dari kayu.
2.2.6 Aksesoris

Aksesoris, dalam beberapa kamus Bahasa Indonesia


dimengerti sebagai barang atau benda tambahan yang
berfungsi sebagai pelengkap. Benda yang dimaksud di sini dapat
berfungsi mutlak atau hanya sekedar dekorasi. Pepis (1965),
manggambarkan sebagai kumpulan benda – benda relatif kecil
yang ditata dengan baik yang akan membuat perubahan signifikan
pada sebuah tatanan interior.

2.2.7 Utilitas (MEP)

Utilitas bangunan atau Mechanical Electrical Plumbing


(MEP) merupakan kelengkapan infrastruktur yang menunjang
aktivitas di dalam maupun luar bangunan dengan baik. Setiap
bangunan memiliki aspek nilai dan fungsional yang tinggi, baik
rumah tapak hingga infrastruktur. Utilitas bangunan akan
menghasilkan manfaat yang meliputi kenyamanan, kesehatan,
aksesibilitas, komunikasi, dan mobiltas untuk penghuni rumah
tinggal. Saat merencanakan dan merancang suatu bangunan,
utilitas bangunan diharuskan menjadi prioritas awal perencanaan
agar bangunan berfungsi dengan baik sehingga kenyamanan
penghuni dapat terjamin. Sistem utilitas bangunan yang perlu
diaplikasikan atau direncanakan dalam pembangunan rumah
tinggal sebagai berikut.

a. Sistem Ventilasi dan Udara;


b. Sistem Pencegah Kebakaran;
c. Sistem Komunikasi;

d. Sistem Perpipaan dan


Sanitasi;

e. dan Sistem Listrik atau


Elektrik.
2.2.8 Standar Perancangan Ruangan

Standar perancangan ruangan diperlukan agar


perencanaan dan proses pembangunan dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Hal tersebut perlu direncanakan, didiskusikan, dan
ditinjau lebih jauh sehingga tahapan perencanaan dapat terlihat.
Dalam perancangan bangunan rumah tinggal terdapat beberapa hal
yang perlu ditinjau atau direncanakan, diantara lain.

A. Biaya dan Konsep

Pada tahap perencanaan dan konsep, diperlukannya


estimasi atau kisaran dari biaya (Budget) yang ada dan
merencanakan konsep yang diinginkan penghuni. Untuk
kisaran biaya diperlukannya perhitungan pada jasa, jenis
material, dan waktu perancangan bangunan. Berikut
beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mecapai hasil
yang diinginkan.

1. Persyaratan Ruang
a. Pencahayaan;

b. dan Penghawaan.

2. Organisasi Ruang

a. Macam Ruang;

b. Hubungan Ruang;

c. Besaran Ruang;

d. Sirkulasi Ruang;

e. dan Pengelompokkan Ruang.


3. Struktur Ruang
a. Struktur Pondasi;

b. Struktur Dinding;

c. dan Struktur Atap.


4. Utilitas Bangunan

a. Sistem Ventilasi dan Udara;

b. Sistem Pencegah Kebakaran;

c. Sistem Komunikasi;

d. Sistem Perpipaan dan Sanitasi;

e. dan Sistem Listrik.

B. Keahlian Pelaksana atau Vendor

Kualitas bangunan dapat diperoleh melalui diskusi


antara ahli pelaksana dengan penghuni (Client). Kemudian
rancangan akan dikerjakan oleh tukang atau perkerja.
Kualitas juga dapa diperoleh dari kualitas pekerja.

C. Kualitas dan Material Bangunan

Kuliats bangunan dapat ditingkatkan dengan jenis


material yang dipilih. Jenis material bangunan yang
bagus diperlukan biaya (Budget) yang besar.

D. Urutan Prioritas Pekerjaan

1. Tahap Persiapan Kerja;

2. Tahap Perancangan Struktur Pondasi;


3. Tahap Perancangan Struktur Dinding;

4. Tahap Perancangan Struktur Atap;

5. Tahap Pengecatan;

6. dan Tahap Akhir atau Finishing.

E. Pelaksanaan Waktu Kerja

Diperlukannya waktu yang mumpuni atau dibutuhkan


dalam mengerjakan suatu bangunan. Semakin tergesa – gesa
dalam perancangan, hasil yang didapat tidak akan maksimal.
Oleh karena itu diperlukannya perundingan waktu yang
disepakat
75

Anda mungkin juga menyukai