Dosen Pembimbing :
Prof. Ir. Edy Darmawan, M. Eng
Disusun oleh :
.2 Pendekatan Kinerja
.2.1 Sistem Pencahayaan
.2.2 Sistem Penghawaan
.2.3 Sistem Jaringan Air Bersih
.2.4 Sistem Jaringan Air Kotor
.2.5 Sistem Jaringan Listrik
.2.6 Sistem Pembuangan Sampah
.2.7 Sistem Pencegahan Kebakaran
.2.8 Sistem Komunikasi
.2.9 Sistem Penangkal Petir
.2.10 Sistem Keamanan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Masjid ialah tempat ibadah utama bagi umat muslim di seluruh dunia.
Hampir seluruh kegiatan keagamaan umat muslim berpusat di masjid,
dimulai dari kegiatan ibadah rutin seperti sholat wajib dan sunnah hingga
kegiatan pengajian dan ceramah agama serta pendidikan untuk anak-
anak & remaja (madrasah) bahkan biasa digunakan sebagai tempat untuk
menjalankan acara pernikahan. Oleh karena masjid merupakan tempat
yang vital bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah baik itu yang
bersifat masal maupun individual, sudah sepatutnya pembangunan dan
perancangan masjid dapat memberikan kenyamanan bagi para jama’ah
dalam melaksanakan peribadatan. Masjid yang baik dari segi
perancangan diharapkan dapat membantu umat muslim dalam
melaksanakan ibadah dengan khusyuk dan khidmat. Masjid yang baik
tidak hanya indah dari segi estetika namun juga dapat memberikan
kenyamanan dari sisi termal, pencahayaan maupun akustik.
Akan tetapi, Menurut penelitian Prof. Soegijanto dari ITB, 90% masjid
yang telah berdiri di Indonesia berakustik buruk dimana ada kurang lebih
800.000 jumlah masjid yang telah berdiri, padahal sebagian besar
kegiatan di masjid merupakan kegiatan suara. Aspek akustik mencakup
berbagai hal tentang kondisi tata suara yang terkait dengan masjid, mulai
dari bentuk ruang, pemilihan material (absorber dan diffuser) , hingga
pemilihan lokasi masjid dan orientasi bangunan yang tepat agar tidak
terganggu bising dari luar yang dapat mengganggu jama’ah yang sedang
beribadah.
1.4. MANFAAT
1.4.1. SUBJEKTIF
Dengan dirancangnya “Masjid Agung Jawa Tengah” yang
terletak di Kota Magelang dapat menjadi solusi permasalahan
masjid-masjid berakustik buruk yang telah berdiri di Indonesia
dan menjadi tempat beribadah yang nyaman, aman dan indah.
1.4.2. OBJEKTIF
Untuk memberikan latihan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa dalam menyusun
Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur
(LP3A) sebagai bagian atau syarat dalam mengerjakan Tugas
Akhir periode 150 pada Jurusan S1 Teknik Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
2. Data Sekunder
Diperoleh dari studi literatur melalui buku, jurnal, peraturan-
peraturan, referensi internet dn bahan-bahan lain yang dapat
dipertanggung jawabkan mengenai perencanaan dan
perancangan “Masjid Agung Jawa Tengah” di Kota
Magelang.
AKTUALITA
90% Masjid di Indonesia berakustik buruk
Perencanaan dan Perancangan masjid di Indonesia kurang memperhatikan akustik ruang
URGENSI
Dibutuhkan Masjid Agung Jawa Tengah yang terletak di Kota Magelang
Dibutuhkan Masjid dengan akustik ruang yang baik sehingga jamaah yang beribadah disana khusyuk dan
nyaman dalam beribadah.
ORIGINALITAS
Perancangan Masjid Agung Jawa Tengah yang terletak di Kota Magelang yang dapat mencukupi
kapasitas kaum muslim di Jawa Tengah dan juga baik dari segi akustik ruangnya.
Tujuan:
Memperoleh suatu judul Perancangan Arsitektur dan besaran ruang yang menjadi acuan dalam
Perancangan Masjid Agung Jawa Tengah di Kota Magelang.
Sasaran
Tersusunnya usulan langkah-langkah dasar proses Perancangan Masjid Agung Jawa Tengah di Kota
2.
Magelang berdasarkan aspek-aspek panduan perancangan (Design Guidelines Aspect).
Ruang
3. Lingkup
Merancang Masjid Agung Jawa Tengah di tapak yang aksesible.
4.
5.
Penggabungan data dengan evaluasi dari studi literature dan studi banding sehingga didapat permasalahan
yang digunakan untuk merancang Masjid Agung Jawa Tengah di Kota Magelang.
TINJAUAN PUSTAKA
Di lihat dari segi harfiah, perkataan masjid berasal dari kata bahasa
Arab. Masjid berasal dari pokok sujudan, dengan fi’il madli sajada yang
berarti tempat sujud atau tempat sembahyang, dan karena berupa isim
makan, maka diberi awalan “ma” yang kemudian berubah kata menjadi
masjidu. Umumnya dalam bahasa Indonesia huruf “a” menjadi “e”,
sehingga kata masjid ada kalanya disebutkan dengan mesjid.
Masjid memiliki arti yang cukup luas. Selain sebagai tempat beribadah
juga tempat untuk melakukan berbagai aktivitas atau kebudayaan Islam.
Kenyataan ini selanjutnya memberikan penegasan bahwa orang muslim
yang berkenaan mendirikan dan memelihara keberadaan masjid pada
dasarnya adalah orang yang memiliki tingkat keimanan dan ketaqwaan
yang lebih.
Masjid sebagai tempat suci ibadah umat Islam atau Baitullah (rumah
Allah) juga memiliki sejarah yang cukup signifikan untuk dikaji. Fakta
sejarah membuktikan bahwa sesampainya Nabi Muhammad SAW di
sebuah desa kecil bernama Quba‟ pada hari senin 12 Rabi‟ul Awal 1 H
(28 Juni), disini mereka beristirahat lebih kurang empat hari dan hari yang
sedikit ini dipergunakan Nabi untuk mendirikan sebuah masjid, yang
sampai sat ini terkenal dengan nama tempat itu sendiri, yakni Masjid
Quba‟
Salah satu tujuannya tentu saja yaitu untuk digunakan sebagai tempat
ibadah, terutama shalat lima waktu. Ibadah shalat bukan saja penting bagi
hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memiliki implikasi sosial
yang lebih luas bagi seorang Muslim.
Masjid Banten juga masuk masjid yang tertua di Jawa, didirikan oleh
pangeran Muhammad (1562-1595M). Makam para sultan terletak
dipekarangannya dibagian sebelah utara, sehingga masjid ini dapat juga
digolongkan pada jenis masjid makam. Sultan Hasanudin sendiri sebagai
raja pertama Banten dan sekaligus juga pengembang ajara Islam, juga
dimakamkan disitu.
Masjid Ampel juga masuk masjid tua di Jawa, dibangun oleh Sunan
Ampel (wafat 1481), seorang mubaligh Islam pertama di jawa. Sesudah
beliau wafat ia juga dimakamkan di sekitar masjid. Oleh karena itu, masjid
ini tetap diziarahi dan dikeramatkan hingga kini.
Pada abad terakhir dari sejarah negeri yang didatangi Islam terdapat
gejala bahwa masjid hanya tempat ibadah shalat saja. Di sisi lain terdapat
pula kenyataan-kenyataan sebagai efek bahwa masjid hanya tempat
ibadah shalat saja, betapa meningkatnya kekudusan masjid. Kekudussan
ada yang meningkat menjadi sifat keramat dalam anggapan masyarakat
sekitar masjid. Apabila dikaji lebih jauh maka akan nampak anggapan itu
tidak sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan Nabi mengenai fungsi
masjid. Sehingga tidak sesuai dengan konsepsi Islam tentang masjid itu
sendiri.
Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat
Islam, beberapa di antaranya adalah:
.2 Sebagai Tempat Beribadah
Seni yang Islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini,
dengan “bahasa indah” serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni Islam
adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam
tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan.
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai
abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan
tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit
dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari
berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan
lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan
dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai- nilai
Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif
bijaksana digulirkan. Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini
memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal
dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi
fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat
mendesak (urgent) dilakukan umat Islam.
Selain itu, Masjid juga memiliki fungsi yang tidak hanya dominan dalam
kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:
6) Tempat sosial.
Gambar
. Bunyi mengenai bidang ruang, terpantul, diserap, diteruskan atau difraksi
Waktu dengung adalah acuan awal dalam disain akustik ruang. Waktu
dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu sumber bunyi yang
dihentikan seketika untuk turun intensitasnya sebesar 60 dB dari intensitas
awal. Karakteristik permukaan bidang mempengaruhi terjadinya pantulan,
serapan dan sebaran bunyi. Pantulan yang terjadi terus menerus
mengakibatkan terjadinya waktu dengung yang lebih panjang. Bangunan
masjid adakalanya memerlukan waktu dengung lebih panjang, agar suara
alunan ayat-ayat Al Qur’an terdengar lebih merdu dan syahdu. Namun kondisi
ideal waktu
dengung untuk sumber bunyi suara imam atau khatib tetap menjadi standar
utama. Waktu dengung untuk ruangan yang aktifitasnya banyak percakapan
(alamiah) 0,5-1 detik, untuk aktifitas music 1-2 detik (Mediastika,2005,p.81).
Waktu dengung tergantung juga pada volume ruang dan luas permukaan
bidang pembentuk ruang :
.2.5 EARLY DECAY TIME (EDT), CLARITY (C) DAN DEFINITION (D)
EDT atau Early Decay Time yaitu perhitungan waktu dengung (RT)
yang didasarkan pada pengaruh bunyi awal yaitu bunyi langsung dan
pantulan-pantulan awal yaitu waktu yang diperlukan Tingkat Tekanan Bunyi
(TTB) untuk meluruh sebesar 10 dB. Standar nilai EDT untuk ruang
pembicaraan adalah 0,648 – 0,81 detik. Pengukuran EDT disarankan untuk
menghitung parameter subjektif seperti clarity. Clarity atau kejernihan bunyi
diukur dengan membandingkan antara energi suara yang termanfaatkan
(yang datang sekitar 0.05 – 0.08 detik pertama setelah suara langsung)
dengan suara pantulan yang datang setelahnya, dengan mengacu pada
asumsi bahwa suara yang ditangkap pendengar dalam percakapan adalah
antara 50-80 ms dan suara yang datang sesudahnya dianggap suara yang
merusak. Semakin tinggi nilai C50, maka semakin pendek waktu dengung,
antara energi yang diterima pada 80 ms pertama dari signal yang diterima
dan energy yang diterima sesudahnya. Batas ini ditujukan untuk kejelasan
pada musik. Nilai C80 adalah nilai parameter yang terukur lebih dari 80 ms,
semakin tinggi nilai C80 maka suara akan semakin tidak bagus.
rasio antara energi yang diterima pada 50 ms pertama dengan total energi
yang diterima. Durasi 50 ms disebut juga batas kejelasan speech yang dapat
diterima. Semakin besar nilai D50 maka semakin baik pula tingkat kejelasan
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4703/3/BAB%20II.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Akustik_ruang
https://www.slideshare.net/immamahapatih/sni-nomor-2003-1733-tahun2004
https://blogs.itb.ac.id/jsarwono/files/2010/03/uts-akustik-2010-ganes-shukri-
13307091.pdf
https://www.itb.ac.id/news/read/1869/home/ahli-fisika-bangunan-akustik-prof-
r-m-soegijanto-menekuni-jejak-guru