Anda di halaman 1dari 33

TUGAS BESAR FISIKA BANGUNAN

ANALISIS TITIK LAMPU DAN PERHITUNGAN CAHAYA


PADA MASJID KAMPUS UNDIP TEMBALANG

DISUSUN OLEH :
1. ALVI NUR NUGRAHENY (PA2210523)
2. MAULIDAH FAZAT HUSNA (PA2210518)
3. SEBANI CHARIL IHLAR (PA2210520)

DOSEN PEMBIMBING :
TRI SUSETYO ANDADARI , S.ARS.,M.ARS

PRODI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PANDANARAN
2023
DAFTAR ISI :

COVER
ABSTRAK
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
ABSTRAK

Pencahayaan yang baik dan optimal merupakan faktor penting dalam desain masjid.
Pencahayaan yang memadai dalam ruang ibadah memainkan peran krusial dalam
menciptakan suasana yang nyaman, menarik perhatian jemaah, serta memungkinkan aktivitas
ibadah yang optimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem
pencahayaan buatan pada Masjid Kampus UNIDP Tembalang.

Metode penelitian yang digunakan meliputi survei lapangan dan pengambilan data intensitas
cahaya di berbagai titik di dalam Masjid Kampus UNIDP Tembalang. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis untuk mengevaluasi tingkat pencahayaan yang ada dan
membandingkannya dengan standar yang dianjurkan untuk ruang ibadah. Akan didapat hasil
perbandingan perhitungan dan kondisi real di lapangan Hal ini dilakukan untuk memperbaiki
posisi dan penyebaran lampu, serta menggunakan lampu yang lebih efisien dan ramah
lingkungan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kenyamanan visual melalui
pencahayaan buatan terhadap berbagai aktivitas pengguna di dalam masjid, baik aktivitas
yang membutuhkan penerangan secara umum maupun yang membutuhkan penerangan yang
lebih spesifik.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
kebutuhan pencahayaan buatan yang sesuai dengan berbagai aktivitas d Masjid Kampus
UNDIP Tembalang, sehingga dapat dilakukan penyesuaian desain pencahayaan yang lebih
optimal untuk menciptakan kenyamanan visual yang baik bagi pengguna masjid dalam
menjalankan ibadah maupun kegiatan lainnya. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam
memahami pentingnya pencahayaan pada masjid.

Kata Kunci : Masjid Kampus Undip Tembalang, sistem pencahayaan buatan, luxmeter
PENDAHULUAN

LOKASI

Masjid Undip Tembalang: terletak di kampus Undip Tembalang, Jl. Prof. Soedarto
SH, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Aksesnya sangat mudah dijangkau
untuk umum dan merupakan fasilitas yang disediakan Kampus UNDIP untuk
masyarakat sekitar juga.

I.1 PENGERTIAN OBJEK MASJID

Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Muslim yang memiliki nilai penting
dalam kehidupan sosial, spiritual, dan budaya masyarakat Islam. Bangunan masjid
memiliki desain arsitektur yang unik dan khas, serta memuat berbagai elemen penting
seperti mihrab, mimbar, dan ruang shalat yang merupakan simbol keagamaan dan
keindahan seni Islam. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai
pusat kegiatan masyarakat, tempat berkumpul, dan sebagai wakaf yang dapat
memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Seiring
perkembangan zaman, desain dan konstruksi bangunan masjid pun mengalami
perubahan dan pengembangan. Namun, nilai-nilai tradisional dan spiritual dalam
pembangunan masjid masih dipertahankan dan dihargai. Pembangunan masjid
modern saat ini juga semakin menekankan pada aspek keberlanjutan dan efisiensi
energi, serta kebutuhan pengguna dan masyarakat sekitar.

Dalam konteks budaya dan seni Islam, masjid juga memuat keindahan seni dan
arsitektur Islam, seperti kaligrafi, ukiran, mozaik, dan seni lukis. Seni dan budaya
Islam terus berkembang dan memberikan inspirasi dalam pembangunan masjid yang
lebih indah dan bermakna. Dalam kesimpulannya, masjid merupakan bangunan yang
memiliki nilai penting dalam kehidupan sosial, spiritual, dan budaya masyarakat
Islam. Pembangunan masjid memerlukan perhatian khusus dalam aspek desain,
konstruksi, keberlanjutan, dan kebutuhan pengguna dan masyarakat sekitar. Seni dan
budaya Islam juga memainkan peran penting dalam keindahan dan makna dari
bangunan masjid.

Gambar I 1 Tampak Depan Masjid UNDIP


Lokasi strategis Masjid Undip Tembalang yang berdekatan dengan Kampus
UNPAND memberikan keuntungan aksesibilitas bagi mahasiswa dan staf universitas
untuk melaksanakan kegiatan keagamaan. Keberadaan masjid di dekat kampus
memungkinkan jamaah dapat dengan mudah menghadiri shalat berjamaah, kajian
keagamaan, dan berbagai kegiatan rohani lainnya tanpa perlu melakukan perjalanan
jauh.
Selain itu, kepopuleran Masjid Undip Tembalang sebagai tujuan pengunjung juga
mempengaruhi pemilihan lokasi. Dalam konteks ini, masjid tersebut mungkin menarik
perhatian tidak hanya dari komunitas universitas, tetapi juga dari masyarakat luas di
sekitarnya termasuk Kampus UNPAND yang letaknya sangat berdekatan dengan
UNDIP. Keberadaan masjid yang ramai pengunjung ini menunjukkan adanya
permintaan yang tinggi akan sarana ibadah yang berkualitas dan fasilitas yang
memadai.
Gambar I 2 Denah Masjid UNDIP
Melalui pemilihan Masjid Undip Tembalang dekat aksesnya dengan Kampus
UNPAND, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang fasilitas umum yang
dapat dikunjungi dan dianalisis disekitar Kampus UNPAND dan memenuhi
kebutuhan keagamaan dan sosial bagi mahasiswa dan staf universitas, serta
masyarakat sekitarnya. Masjid tersebut diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan
keagamaan yang menginspirasi dan melayani kebutuhan umat Muslim dengan baik.

KAJIAN TEORI

Kajian teori yang melibatkan analisis titik lampu dan perhitungan cahaya pada Masjid
Kampus Undip Tembalang dapat melibatkan beberapa konsep dan metode sebagai berikut:

 Konsep Pencahayaan Masjid:

Pencahayaan alami: Mengacu pada penggunaan cahaya matahari yang masuk melalui
jendela, pintu, atau elemen desain lainnya.

Pencahayaan buatan: Mengacu pada penggunaan lampu dan sistem pencahayaan


buatan untuk memberikan cahaya di dalam masjid.

Cahaya merata: Mengacu pada penyebaran cahaya yang merata di seluruh area masjid
untuk menghindari bayangan yang tidak diinginkan.

 Analisis Titik Lampu:


Identifikasi area: Identifikasi area dalam masjid yang memerlukan pencahayaan
khusus, seperti mihrab, mimbar, ruang wudhu, dan ruang shalat.

Penempatan lampu: Analisis terkait penempatan lampu yang optimal untuk mencapai
pencahayaan yang merata di seluruh area yang ditentukan.

Jenis lampu: Memilih jenis lampu yang tepat berdasarkan intensitas cahaya yang
diinginkan, efisiensi energi, dan keawetan.

 Perhitungan Cahaya:

Sumber: google image luxmeter

Luxmeter: Penggunaan luxmeter sebagai alat untuk mengukur intensitas cahaya pada
titik-titik yang ditentukan di dalam masjid.

Standar pencahayaan: Merujuk pada standar yang ditetapkan dalam peraturan atau
panduan, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), yang mengatur tingkat kecerahan
yang diperlukan dalam ruang ibadah.

Evaluasi hasil: Menganalisis hasil pengukuran dengan membandingkan nilai


intensitas cahaya yang terukur dengan standar yang ditetapkan untuk memastikan
bahwa pencahayaan memenuhi persyaratan yang diinginkan.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencahayaan:

Ukuran dan bentuk ruangan: Ukuran dan bentuk ruangan dapat mempengaruhi
penyebaran cahaya di dalam masjid.

Warna dinding dan langit-langit: Warna dinding dan langit-langit dapat


mempengaruhi refleksi cahaya dan kontras dalam ruangan.

Penggunaan penutup jendela: Penggunaan penutup jendela seperti tirai atau gorden
dapat mempengaruhi jumlah cahaya alami yang masuk ke dalam masjid.

Kajian teori ini dapat digunakan untuk merancang dan mengoptimalkan sistem
pencahayaan di Masjid Kampus Undip Tembalang, dengan memperhatikan analisis
titik lampu, perhitungan cahaya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan.
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan pencahayaan yang memadai, merata, dan
nyaman bagi jamaah dalam menjalankan ibadah di dalam masjid tersebut.

Namun, perhitungan teori tidak selalu dapat menjamin pencahayaan yang optimal di
dalam Masjid Undip Tembalang karena faktor-faktor seperti desain arsitektur,
pencahayaan alami, dan tata letak lampu juga mempengaruhi hasil akhir. Oleh karena
itu, disarankan untuk menggunakan metode perhitungan ini hanya sebagai acuan awal
dan tetap mengadopsi prinsip-prinsip desain pencahayaan yang baik untuk
memastikan kualitas pencahayaan yang optimal di dalam masjid.

Jika terdapat perbedaan antara hasil perhitungan teori dan kondisi aktual di lapangan,
perlu dilakukan penyesuaian dan pengaturan ulang tata letak lampu serta pemilihan
jenis lampu yang lebih sesuai agar cahaya dapat merata di seluruh ruangan. Selain itu,
perlu juga diperhatikan penggunaan teknologi pencahayaan terbaru yang lebih efisien
dan ramah lingkungan, seperti lampu LED, yang dapat menghasilkan pencahayaan
yang lebih terang namun mengkonsumsi daya yang lebih rendah.

Pencahayaan atau penerangan adalahfaktor yang penting untuk menciptakan

lingkungan kerja yang baik. Lingkungan IBADAH yang baik akan dapat memberikan

kenyamanan dan meningkatkan kekhusyukan pengguna fasilitas masjid.


Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan kondisi

penglihatan yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik akan memberikan

kemudahan bagi seorang operator dalam melihat dan memahami display, simbol-
simbol dan benda kerja secara baik pula. Indera yang yang berhubungan dengan
pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan batasan daya lihat menusia penting untuk
dipahami oleh seorang desainer display.

2. Tingkat Pencahayaan Minimum yang Diperlukan.

Pencahayaan yang memadai menjadi faktor yang cukup penting sesuai dengan jenis

Aktivitas yang dilakukan. Pencahayaan yang cukup baik untuk suatu pekerjaan belum
tentu sesuai digunakan untuk jenis pekerjaan lainnya. Jenis kegiatan yang dilakukan di
dalam ruangan akan menentukan tingkat iluminasi yang dibutuhkan karena jenis
kegiatan yang berbeda akan memerlukan tingkat iluminasi yang berbeda. Sesuai
dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan pada kuat penerangan, maka kebutuhan
tingkat kuat penerangan (iluminasi) pada area masjid dengan kegiatan ibadan rutin
adalah 300 lux.

3. Coefficient of Utilization, Koefisien


Penggunaan (CU).

Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur, Sebagian
dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktor penggunaan
didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap
keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. Faktor utilisasi ini besarnya kurang dari
1 dimana nilai kerugian untuk gfasilitas umum masjid pada umumnya berkisar 0,8. Penentuan
koefisien pemakaian berdasarkan faktor reflektansi langit-langit, dinding, dan lantai
dipengaruhi oleh pemantulan dari masing-masing warna.

4. Light-Loss Factor, Faktor Kehilangan

Cahaya (LLF).

Koefisien depresiasi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau koefisien

pemeliharaan, didenifisikan sebagai perbandingan antara tingkat pencahayaan setelah


jangka waktu tertentu dari instalasi pencahayaan digunakan terhadap tingkat

pencahayaan pada waktu instalasi baru. Faktor kehilangan cahaya terdiri atas non
recoverable factor dan recoverable factor. Besarnya koefisien depresiasi biasanya

ditentukan berdasarkan estimasi. Untuk ruangan dan armatur dengan pemeliharaan

yang baik pada umumnya koefisien depresiasi diambil sebesar 0,8 Non recoverable,
factor

terdiri atas:

a. LAT (Luminaire Ambient Temperature), suhu di sekitar luminer. Di atas suhu


250C lampu fluorescent akan kehilangan cahaya 1% setiap kenaikan suhu 10C.
Jika lampu beroperasi di lingkungan normal sesuai desain pabrik, maka LAT=1.
Pengertian lingkungan normal adalah sesuai arahan pabrik pembuat lampu
tersebut.
b. VV (Voltage Variation), variasi tegangan listrik. Perubahan 1% pada tegangan
listrik akan mempengaruhi lumen lampu pijar hingga 3%. Jika lampu
dioperasikan pada voltase sesuai, maka VV=1.
c. LSD (Luminaire Surface Depreciation), depresiasi permukaan luminer.
Permukaan luminer akan mengalami penurunan kualitas, seperti penutup berubah
warna, reflektor

I.2 PENCAHAYAAN ALAMI MASJID


Pencahayaan dalam masjid adalah salah satu aspek penting dalam desain dan
konstruksi bangunan masjid. Pencahayaan yang tepat dapat memberikan pengaruh
positif terhadap lingkungan masjid, baik itu dalam aspek estetika, kenyamanan,
maupun fungsi praktis dalam kegiatan ibadah.
Pencahayaan yang tepat dapat menciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan
bagi jamaah masjid. Selain itu, pencahayaan yang baik juga dapat membantu jamaah
untuk berkonsentrasi pada kegiatan ibadah, seperti membaca Al-Quran, shalat, atau
khutbah.
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan
pencahayaan masjid, seperti arah matahari, kebutuhan pencahayaan di setiap bagian
masjid, serta jenis dan kualitas lampu yang digunakan. Selain itu, penggunaan sistem
pencahayaan yang efisien dan ramah lingkungan dapat membantu menghemat energi
dan biaya operasional.
Pencahayaan yang baik juga dapat menonjolkan keindahan seni dan arsitektur masjid,
seperti ornamen-ornamen khas Islam, kaligrafi, dan ukiran yang terdapat di dalam dan
luar bangunan masjid.

Gambar I 3 Bukaan Masjid UNDIP


Namun, perlu diingat bahwa pencahayaan alami dapat bervariasi tergantung pada
faktor cuaca dan waktu. Oleh karena itu, langkah-langkah perawatan dan
pemeliharaan yang tepat harus diambil untuk memastikan pencahayaan alami yang
optimal di dalam masjid. Selain itu, penggunaan elemen desain yang memaksimalkan
masuknya cahaya alami juga perlu dipertimbangkan dalam perancangan masjid.
Dalam kesimpulannya, pencahayaan yang tepat adalah salah satu aspek penting dalam
desain dan konstruksi masjid. Pencahayaan yang baik dapat menciptakan suasana
yang nyaman dan menenangkan, membantu jamaah untuk berkonsentrasi pada
kegiatan ibadah, serta menonjolkan keindahan seni dan arsitektur masjid. Oleh karena
itu, perlu
adanya perhatian khusus dalam perancangan pencahayaan yang efisien dan tepat
untuk masjid.

I.3 BUKAAN PADA BANGUNAN


Menurut Manurung (2012) dalam bukunya Pencahayaan Alami dalam Arsitektur,
bukaan merupakan salah satu upaya memasukkan cahaya alami kebangunan. Secara
umum, upaya pencahayaan alami pada ruang dibagi menjaditiga yaitu melalui bagian
samping, melalui bagian atas dan bagian bawah ruang.Ketiganya memiliki pengaruh
pada tampilan bangunan, tampilan visual, penghawaan, hingga material dan struktur
yang digunakan. Diambil pula teorimengenai orientasi jendela dan sistem kontrol
jendela. Pencahayaan dari atas merupakan strategi untuk memungkinkan
keseragaman daniluminasi tinggi, namun berpotensi menimbulkan silau ketika cahaya
yang masuk terlaluterang. Teori diambil dari Lechner (2007) mengenai beberapa
strategi umum untuk memaksimalkan penggunaan skylight.

I.4 PENCAHAYAAN KE DALAM MASJID


Letak Masjid Kampus UNDIP Tembalang yang berada pada daerah hasil reklamasi
sehingga bisa dikatakan bahwa sangat mudah menerima pancaran sinar matahari
sehingga pencahayaan alami pada pagi hingga petang bisa dikatakan cukup.
Perancangan pencahayaan alami siang hari dapat dipengaruhi oleh pencahayaan alami
dan luas lubang cahaya dan letak dan bentuk lubang cahaya (SNI 03-2396-
2001).Dengan bentuk yang sedemikian rupa, Masjid Kampus UNDIP Tembalang
memiliki penghawaan dan pencahayaan alami yang cukup baik. Pencahayaan alami
pada setiap lantai Masjid Kampus UNDIP Tembalang bisa dikatakan cukup baik,
karena pada siang hari sama sekali tidak digunakan pencahayaan buatan. Menurut SNI
03-2396-2001, tingkat pencahaya-an alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat
pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.

Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami


pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh:

1. Hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya


2. Ukuran dan posisi lubang cahaya
3. Distribusi terang langiT
4. Bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

Gambar I 4 Pencahayaan Masjid UNDIP

I.5 PENCAHAYAAN BUATAN MASJID

Penerangan yang sesuai dapat mempengaruhi konsentrasi dan fokus jamaah dalam
menjalankan ibadah. Hal ini dapat mengganggu ibadah dan menurunkan kualitas
spiritualitas yang dirasakan oleh jamaah. Selain itu, pandangan kurang cahaya yang
tidak nyaman juga dapat berdampak pada kesehatan mata/ pandangan dari jamaah
yang dating untuk beribadah.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan pencahayaan buatan di dalam masjid
terutama pada malam hari sampai fajar yang tidak terkena pencahayaan alami
langsung dari sinar matahari agar jamaah dapat menjalankan ibadah dengan tenang,
nyaman, dan sehat mata. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan jamaah
terhadap masjid sebagai tempat ibadah yang aman dan nyaman.

Pencahayaan Buatan Masjid

Gambar I 5 Lampu Pada Area Masuk Masjid UNDIP

Gambar I 6 Lampu pada Area Tempat Wudhu


Perhitungan secara teori untuk menentukan titik lampu di Masjid Undip Tembalang dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus iluminasi. Iluminasi adalah intensitas cahaya yang
diterima pada suatu permukaan pada jarak tertentu dari sumber cahaya.
Luminasi adalah permukaan benda yang mengeluarkan atau memantulkan itensitas cahaya
yang tampak pada satuan luas permukaan benda tersebut, dinyatakan dalam Candela per
meterpersegi(Cd/m2) . Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1. Tentukan ukuran ruangan masjid: Hitung luas dan volume ruangan masjid dengan
mengukur panjang, lebar, dan tinggi ruangan.
2. Tentukan kebutuhan pencahayaan: Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
6197-2000, kebutuhan pencahayaan rata-rata pada ruang ibadah adalah 200-300 lux.
Kebutuhan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus Masjid Undip Tembalang.
3. Tentukan jumlah lampu yang dibutuhkan: Berdasarkan kebutuhan pencahayaan yang
telah ditentukan, hitung jumlah lampu yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus:
4. Jumlah lampu = (luas ruangan x tinggi langit-langit x kebutuhan pencahayaan) / daya
lampu
5. Tentukan titik lampu: Setelah menentukan jumlah lampu yang dibutuhkan, tentukan
titik-titik lampu yang ideal untuk menjamin cahaya yang merata di seluruh ruangan.
Sebaiknya gunakan lampu yang dapat disesuaikan untuk menghindari bayangan atau
siluet di dinding atau lantai.
6. Perhitungan ketinggian titik lampu: Ketinggian titik lampu harus dipertimbangkan
untuk menghindari cahaya yang terlalu terang atau terlalu redup. Ketinggian ideal
untuk pemasangan lampu di langit-langit ruang ibadah adalah sekitar 2,5-3 meter dari
lantai.

Dengan melakukan beberapa hal di atas, diharapkan dapat meningkatkan penerangan


alami di dalam masjid kampus Undip Tembalang, sehingga jamaah dapat menjalankan
ibadah dengan nyaman dan fokus.
I.6 PERHITUNGAN DETAIL TITIK LAMPU :

DATA TITIK LAMPU YANG DI DAPAT PADA LOKASI MASJID KAMPUS


UNDIP TEMBALANG DARI HASIL SURVEY LAPANGAN:

Gambar I 7 Denah Titik Lamou Lantai 1 Masjid UNDIP


KETERANGAN Titik Lampu lingkaran berwarna merah
KETERANGAN Titik Lampu Berwarna lingkaran Merah
Gambar I 7 Denah Titik Lampu Lantai 2 Masjid UNDIP

Sumber: data survey lapangan


Penerapan Cahaya Kualitas pencahayaan sekurang-kurangnya dipertimbangkan
beberapa manfaat untuk bangunan, yaitu sebesar 750 lux. Ada 3 jenis metode pencahayaan,
yaitu: a. Metode pencahayaan terbuka; b. Metode pencahayaan sekitar; c. Metode
pencahayaan gabungan terbuka dan sekitar. Desain pencahayaan menyebar menjaga kualitas
pencahayaan di seluruh ruangan, yang digunakan saat lokasi visual yang diuji membutuhkan
tingkat pencahayaan yang sama di seluruh ruangan. Sistem pencahayaan lokal
mendistribusikan tingkat cahaya di atas area kerja non-universal. Ketika diperlukan untuk
melakukan tugas visual yang membutuhkan pencahayaan tinggi, disediakan lebih banyak
cahaya daripada lingkungan. Ini dicapai dengan memusatkan penempatan jangkar di langit-
langit di atas titik. Sistem pencahayaan umum dan lokal gabungan dicapai dengan
menambahkan sistem pencahayaan lokal ke sistem pencahayaan umum dan jangkar dipasang
dekat dengan tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan direkomendasikan untuk tugas
visual yang memerlukan tingkat pencahayaan tinggi.

Data: Masjid kampus sendiri memiliki luas lahan sebesar 3328 m2 dengan luas
bangunan 1997 m2 untuk kapasitas ±2000 orang.

Standar untuk lampu downlight LED 18 watt setara dengan penerangan untuk lampu 60 watt
Asumsi perhitungan untuk MASJID KAMPUS UNDIP maka Berdasarkan SNI untuk
maksimal pencahayaan MASJID = 15 watt / m2
Sumber: http://jasainstalistrik.blogspot.com/2011/07/cara-menghitung-jumlah-titik-lampu-
pada.html#axzz80Y90qkhp

Diketahui Luas NLA MASJID = 1997m2


Maka kebutuhan listrik untuk satu lantai = 1997 X 15 = 29.955 watt
Kuat penerangan (E) = 250
lux Lumen lampu (Ø) = 60 watt x 75 lumen = 3000 CU
(standar koefisien lampu) = 65% LLF (Light Loss Factor) = 0,8
Banyaknya titik pada satu lampu (n) =
1 N= 𝐸 𝑋 𝐴 Ø 𝑋 𝐿𝐿𝐹 𝑋 𝐶𝑈 = 250 𝑋 ………..𝑋 65% 𝑋 0.8 =……….. lampu
Jadi banyaknya kebutuhan lampu pada area masjid undip tembalang……. lampu

Analisis perbandingan antara teori dan realita pada lokus penelitian = …….... : 244 titik lampu
Perhitungan teori untuk pencahayaan di dalam bangunan seringkali tidak selalu dapat menghasilkan
kondisi pencahayaan yang optimal di dalam bangunan tersebut. karena itu, sangat penting untuk
melakukan evaluasi dan pengukuran lapangan untuk memastikan bahwa pencahayaan di dalam
bangunan memenuhi standar yang telah ditetapkan.

I.7 PENGARUH KENYAMANAN VISUAL TERHADAP PENGUNJUNG MASJID


Kenyamanan visual merupakan faktor penting dalam lingkungan masjid, termasuk
dalam konteks pencahayaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
kenyamanan visual terhadap pencahayaan dalam masjid. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh kenyamanan visual terhadap pencahayaan dalam
konteks masjid. Kenyamanan visual memainkan peran penting dalam menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk beribadah dan beraktivitas di dalam masjid. Salah satu
aspek penting dari kenyamanan visual adalah pencahayaan yang tepat.

Pencahayaan yang baik dalam masjid dapat menciptakan suasana yang nyaman dan
membantu jemaah dalam melaksanakan ibadah dengan baik. Penelitian ini akan
mengkaji hubungan antara tingkat pencahayaan yang memadai dan persepsi
kenyamanan visual jemaah dalam masjid. Beberapa faktor yang mungkin diperhatikan
dalam penelitian ini meliputi intensitas cahaya, distribusi cahaya, warna cahaya, dan
kontras.

Dalam konteks pencahayaan masjid, penelitian ini juga dapat mempertimbangkan


penggunaan cahaya alami (dari jendela atau kubah) dan cahaya buatan (lampu) serta
dampaknya terhadap kenyamanan visual. Faktor-faktor lain seperti desain arsitektur
masjid, tata letak pencahayaan, dan penggunaan peredam cahaya seperti tirai atau
penghalang juga mungkin menjadi bagian dari analisis.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan hubungan antara pencahayaan


yang memadai dan kenyamanan visual dalam masjid. Hasil penelitian ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana meningkatkan
pengalaman jemaah dalam beribadah melalui aspek pencahayaan yang tepat. Hasilnya
juga dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pengembangan masjid
baru atau perbaikan fasilitas pencahayaan dalam masjid yang sudah ada.
Foto : titik lampu di dalam MASJID KAMPUS UNDIP TEMBALANG Sumber: survey

Foto : titik lampu di dalam MASJID KAMPUS UNDIP TEMBALANG Sumber: survey
KESIMPULAN

 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja pencahayaan alami pada Masjid
Kampus Undip Tembalang yang juga berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan
dan kajian ilmu. Pencahayaan alami memiliki potensi besar dalam memenuhi
kebutuhan pencahayaan di dalam masjid, terutama pada siang hari ketika bangunan
menerima sinar matahari secara langsung. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan deduktif dan menggunakan beberapa metode seperti
observasi, dokumentasi, wawancara, dan pengukuran menggunakan luxmeter.
 Penelitian difokuskan pada analisis kinerja pencahayaan alami di berbagai area di
dalam masjid. Kualitas cahaya diukur dan dibandingkan dengan standar pencahayaan
alami yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengukuran
dilakukan pada lantai 1 dan lantai 2, dengan pemetaan area berdasarkan tingkat
pencahayaan ruangan.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pencahayaan alami pada lantai 1 dan
lantai 2 Masjid Kampus Undip Tembalang melebihi standar yang ditetapkan dalam
SNI. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penghalang yang menghalangi sinar matahari
pada titik-titik pengukuran tersebut. Pencahayaan alami yang cukup dan merata di
dalam masjid memberikan lingkungan yang nyaman dan memadai untuk kegiatan
ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan buatan pada Masjid Undip
Tembalang telah mencapai standar yang ditetapkan. Intensitas pencahayaan yang
diukur pada lokasi tertentu mencapai nilai yang sesuai dengan rekomendasi untuk
ruang ibadah. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pencahayaan buatan yang
digunakan mampu memberikan pencahayaan yang cukup dan merata di seluruh area
masjid.
 Penelitian ini memberikan pemahaman tentang potensi penggunaan pencahayaan
alami pada masjid dan menunjukkan bahwa Masjid Kampus Undip Tembalang telah
berhasil memanfaatkannya dengan baik. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pedoman untuk perancangan masjid lainnya yang ingin memanfaatkan pencahayaan
alami secara optimal, sehingga menciptakan lingkungan yang nyaman dan berfungsi
dengan baik bagi jamaah.
Kesimpulan mengenai penggunaan alat Lux Meter dalam realita lapangan adalah sebagai
berikut:

Penggunaan alat Lux Meter memberikan pengukuran kecerahan yang lebih akurat dan dapat
diandalkan dibandingkan dengan aplikasi Lux Meter di smartphone.Alat Lux Meter
membutuhkan penggunaan alat terpisah dan pengukuran secara langsung di lokasi yang ingin
diukur pencahayannya.Alat Lux Meter memberikan fleksibilitas dalam pengukuran
pencahayaan di berbagai lingkungan dan kondisi. Alat Lux Meter umumnya lebih stabil,
tahan lama, dan konsisten dalam pengukuran dari waktu ke waktu.

Penggunaan alat Lux Meter lebih umum dalam industri dan keperluan profesional di mana
keakuratan dan keandalan pengukuran pencahayaan sangat penting.

Dengan menggunakan alat Lux Meter, pengguna dapat mendapatkan data pencahayaan yang
akurat, fleksibilitas dalam pengukuran, dan keandalan yang diperlukan dalam konteks
industri dan keperluan profesional. Meskipun membutuhkan alat terpisah dan pengukuran
secara fisik, penggunaan alat Lux Meter memberikan manfaat yang signifikan dalam
memahami, memantau, dan mengoptimalkan pencahayaan dalam berbagai pengaturan di
dunia nyata.

Penting untuk diingat bahwa hasil pengukuran menggunakan aplikasi luxmeter dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas kamera ponsel, kondisi lingkungan, dan
kalibrasi aplikasi itu sendiri. Oleh karena itu, jika akurasi yang tinggi diperlukan, disarankan
untuk menggunakan alat pengukur luxmeter yang dikalibrasi secara profesional.

Berdasarkan penggunaan aplikasi luxmeter, Anda dapat mencapai beberapa kesimpulan


berikut:

Evaluasi Intensitas Cahaya: Aplikasi luxmeter memungkinkan Anda untuk secara akurat
mengukur intensitas cahaya dari lampu atau sumber cahaya lainnya. Dengan menggunakan
aplikasi ini, Anda dapat membandingkan intensitas cahaya antara berbagai lampu atau
mengukur apakah intensitas cahaya tersebut memenuhi kebutuhan ruangan atau kegiatan
tertentu.

Pemilihan Lampu yang Tepat: Dengan bantuan aplikasi luxmeter, Anda dapat memilih lampu
yang sesuai dengan kebutuhan pencahayaan ruangan. Anda dapat mengukur intensitas cahaya
yang dihasilkan oleh berbagai jenis lampu dan memilih yang paling cocok untuk mencapai
tingkat pencahayaan yang diinginkan.

Efisiensi Energi: Dengan mengukur intensitas cahaya menggunakan aplikasi luxmeter, Anda
dapat mengidentifikasi lampu yang memberikan intensitas cahaya yang cukup dengan
konsumsi energi yang lebih rendah. Ini dapat membantu Anda mengoptimalkan penggunaan
energi dan mengurangi biaya operasional.

Perbaikan Pencahayaan: Jika Anda menggunakan aplikasi luxmeter untuk mengukur


intensitas cahaya di area tertentu dan menemukan bahwa pencahayaan tidak memadai, Anda
dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaikinya. Misalnya, Anda dapat menambah
lampu tambahan, mengganti lampu yang lebih terang, atau mengubah penempatan lampu
yang ada untuk mencapai pencahayaan yang lebih baik.

Keselamatan dan Kesehatan: Pencahayaan yang tepat penting untuk kenyamanan,


keselamatan, dan kesehatan. Dengan menggunakan aplikasi luxmeter, Anda dapat
memastikan bahwa tingkat pencahayaan di tempat kerja, rumah, atau area lainnya memenuhi
standar yang direkomendasikan untuk mencegah kelelahan mata dan masalah kesehatan
terkait lainnya.

Jika Anda tidak menggunakan alat Lux Meter, maka Anda tidak akan dapat melakukan
pengukuran pencahayaan secara langsung dan mendapatkan nilai numerik dalam unit lux.
Namun, masih ada beberapa cara yang dapat Anda gunakan untuk memberikan perkiraan
atau penilaian kasar terkait tingkat pencahayaan di sekitar Anda, meskipun tidak akan
seakurat atau sepresisi menggunakan alat Lux Meter. Berikut adalah beberapa metode yang
dapat Anda coba:

1. Observasi Visual: Anda dapat melakukan observasi visual dengan memperhatikan sejauh
mana Anda dapat melihat dengan jelas di sekitar Anda. Jika Anda merasa ruangan atau area
terlihat sangat terang, terang, sedang, redup, atau gelap, Anda dapat memberikan penilaian
subjektif mengenai tingkat pencahayaan tersebut.

2. Perbandingan dengan Pencahayaan Lain: Anda dapat membandingkan tingkat


pencahayaan di satu area dengan area lain yang memiliki pencahayaan yang dikenal.
Misalnya, jika Anda berada di dalam ruangan dengan jendela yang terbuka, Anda dapat
membandingkan tingkat pencahayaan di dekat jendela dengan tingkat pencahayaan di area
yang lebih jauh dari jendela untuk mendapatkan pemahaman relatif mengenai perbedaan
kecerahan antara keduanya.

3. Penggunaan Referensi Tersedia: Beberapa sumber dapat memberikan rekomendasi tentang


tingkat pencahayaan yang disarankan untuk berbagai kegiatan atau lingkungan. Misalnya,
Anda dapat mencari panduan pencahayaan yang direkomendasikan untuk ruang kerja, ruang
kelas, atau rumah. Dengan memeriksa panduan tersebut, Anda dapat membandingkan
pencahayaan yang ada dengan rekomendasi yang ada untuk melihat apakah memenuhi
standar yang disarankan.

Namun, perlu diingat bahwa metode ini hanya memberikan perkiraan atau penilaian kasar.
Untuk penilaian yang lebih akurat dan tepat, menggunakan alat Lux Meter adalah pilihan
yang lebih baik. Alat tersebut dirancang khusus untuk pengukuran pencahayaan yang lebih
akurat dan dapat memberikan nilai numerik yang berguna dalam unit lux.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memastikan apakah pencahayaan buatan yang digunakan
sudah sesuai dengan fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan apakah dapat mempengaruhi
kenyamanan visual untuk melakukan aktivitas lainnya, seperti membaca Al-Quran dan
mengikuti kajian ilmu.

Pencahayaan alami pada Masjid Kampus Undip Tembalang dapat dimanfaatkan dengan baik
melalui desain arsitektur yang memperbolehkan masuknya cahaya matahari. Misalnya,
masjid ini dapat memiliki jendela besar, atap transparan, atau elemen desain lain yang
memungkinkan pencahayaan alami masuk ke dalam ruangan masjid. Cahaya matahari yang
masuk memberikan kecerahan dan suasana yang alami, menciptakan lingkungan yang
nyaman bagi jamaah.

Selain itu, pencahayaan buatan juga digunakan untuk memberikan cahaya di dalam masjid,
terutama saat kondisi cahaya alami tidak mencukupi, seperti pada malam hari atau saat cuaca
yang buruk. Sistem pencahayaan buatan yang diterapkan di Masjid Kampus Undip
Tembalang dapat menggunakan lampu LED yang efisien energi dan memiliki umur panjang.
Lampu-lampu ini ditempatkan secara strategis untuk memastikan penyebaran cahaya yang
merata di seluruh area masjid. Contohnya, lampu-lampu dipasang di langit-langit, kolom-
kolom, atau di sekitar mihrab dan mimbar.
Pentingnya cahaya yang merata dalam masjid juga diperhatikan dalam desain pencahayaan
Masjid Kampus Undip Tembalang. Dengan menyebar cahaya secara merata, bayangan yang
tidak diinginkan dapat diminimalisir, sehingga memungkinkan jamaah untuk melihat dengan
jelas selama beribadah tanpa terganggu oleh bayangan yang mengganggu.

Pencahayaan buatan di Masjid Kampus Undip Tembalang memiliki permasalahan terkait


desain awal yang tidak sesuai dengan aktivitas yang semakin beragam dari waktu ke waktu.
Konsep pencahayaan buatan yang awalnya diaplikasikan untuk fungsi utama sebagai tempat
ibadah tidak memberikan kenyamanan visual yang maksimal bagi pengguna masjid yang
juga menggunakan ruangan untuk kegiatan kajian ilmu dan membaca Al-Quran. Cahaya
buatan memiliki peran penting dalam mendukung kenyamanan visual dan produktivitas
pengguna bangunan, terutama pada waktu sore hingga malam hari terutama untuk aktivitas
shalat, membaca Quran dan berdoa.

Pengaplikasian cahaya buatan yang sesuai dengan standar yang direkomendasikan dapat
berdampak pada respon pengguna yang berbeda-beda. Di Kampus Undip Tembalang,
pencahayaan buatan digunakan untuk menciptakan suasana hangat dengan menggunakan
warna lampu warm light. Namun, ditemukan pembagian zona pada ruang utama jamaah laki-
laki berdasarkan studi aktivitas yang membutuhkan jenis penerangan yang berbeda. Beberapa
kegiatan membutuhkan penerangan secara umum (general) sedangkan kegiatan lainnya
membutuhkan penerangan yang lebih spesifik.

Dalam keseluruhan konsep pencahayaan masjid ini, Masjid Kampus Undip Tembalang
memanfaatkan pencahayaan alami sebanyak mungkin dan menggunakan pencahayaan buatan
untuk melengkapi kebutuhan pencahayaan yang tidak dapat dipenuhi oleh cahaya alami. Hal
ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, terang, dan memadai bagi jamaah
dalam menjalankan ibadah di masjid tersebut.
PENGGUNAAN APLIKASI LUX METER :

Untuk menggunakan aplikasi luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya lampu, Anda dapat
mengikuti langkah-langkah berikut:

Unduh dan instal aplikasi luxmeter yang tersedia di toko aplikasi ponsel pintar Anda.
Pastikan aplikasi yang Anda pilih memiliki fitur pengukuran intensitas cahaya (lux) yang
akurat.

Pastikan Anda membaca instruksi penggunaan aplikasi luxmeter yang Anda gunakan karena
antarmuka dan langkah-langkahnya dapat bervariasi tergantung pada aplikasi yang dipilih.

 Buka aplikasi luxmeter dan berikan izin akses ke kamera ponsel Anda jika diminta.
Luxmeter menggunakan kamera ponsel untuk mengukur intensitas cahaya.
 Pastikan ruangan atau area yang akan Anda ukur terdapat lampu yang ingin Anda
evaluasi intensitas cahayanya. Pastikan lampu tersebut sudah dinyalakan.
 Arahkan kamera ponsel Anda ke arah lampu yang ingin diukur intensitas cahayanya.
Usahakan untuk memfokuskan kamera pada area cahaya langsung dari lampu
tersebut.
 Di dalam aplikasi luxmeter, biasanya terdapat tombol atau opsi untuk memulai
pengukuran. Tekan tombol tersebut untuk memulai proses pengukuran intensitas
cahaya.
 Secara otomatis, aplikasi luxmeter akan menggunakan kamera ponsel untuk
mengambil gambar area yang terlihat melalui lensa kamera.
 Setelah proses pengukuran selesai, aplikasi luxmeter akan menampilkan hasil
pengukuran intensitas cahaya dalam unit lux. Nilai lux ini mencerminkan intensitas
cahaya dari lampu yang diukur.
 Anda dapat menggunakan hasil pengukuran ini untuk membandingkan intensitas
cahaya dari berbagai lampu atau mengukur apakah intensitas cahaya dari lampu
tersebut memenuhi kebutuhan ruangan atau kegiatan tertentu.
SARAN

Untuk memaksimalkan pencahayaan alami di Masjid Undip Tembalang, beberapa hal


yang dapat dilakukan adalah:

• Memperbaiki desain arsitektur: Desain arsitektur yang baik dapat memaksimalkan


pencahayaan alami di dalam masjid. Pastikan masjid memiliki pintu dan jendela yang
cukup besar, serta atap yang dirancang untuk memaksimalkan pencahayaan alami.

• Menambahkan jendela: Jika memungkinkan, menambahkan jendela pada dinding


masjid dapat membantu pencahayaan alami masuk ke dalam ruangan. Pastikan jendela
diatur dengan baik untuk memaksimalkan pencahayaan alami.

• Menggunakan kaca bening: Jika masjid sudah memiliki jendela, pastikan kaca yang
digunakan bening dan bersih untuk memaksimalkan pencahayaan alami.

• Menggunakan atap transparan: Menggunakan atap transparan pada bagian tertentu


dari masjid dapat membantu pencahayaan alami masuk ke dalam ruangan. Namun,
pastikan atap transparan diatur dengan baik agar tidak mengganggu konsentrasi jamaah
selama ibadah.

• Menggunakan warna yang cerah: Menggunakan warna yang cerah pada dinding dan
langit-langit masjid dapat membantu memantulkan cahaya dan meningkatkan
pencahayaan alami di dalam ruangan.

• Menjaga kebersihan: Pastikan dinding dan kaca jendela selalu bersih untuk
memaksimalkan pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan.

• Mengurangi penggunaan tirai atau gorden. Tirai yang terlalu tebal menghalangi
masuknya cahaya.
DAFTAR PUSTAKA

perhitungan titik lampu : halaman 43


http://eprints.undip.ac.id/81554/5/Aisyah_Permata_Rudyati_21020115120032_BAB_IV.pdf

Cara menghitung titik lampu ruang menurut SNI


http://jasainstalistrik.blogspot.com/2011/07/cara-menghitung-jumlah-titik-lampu-
pada.html#axzz80Y90qkhp

Materi perkuliahan Fisika Bangunan, PPT Materi: Pencahayaan Alami dan Buatan. oleh Ibu
Tri Susetyo Andadari : Minggu 30 April 2023

A study on daylighting metrics related to the subjective evaluation of daylight and visual
comfort of students in China
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0378778823002311

Ananda Isya Anggraeni, Ibrahim Akbar, La Pande Jurumai, Kajian Pencahayaan Alami dan
Pencahayaan Buatan di Aula Gedung Islamic Centre Universitas Muhammadiyah Kendari,
2023

Andika Putri Pertiwi dan Ahmad Nursheha Gunawan PENGARUH KENYAMANAN


VISUAL MELALUI PENCAHAYAAN BUATAN PADA MASJID SYAMSUL ULUM
UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG, 2016

Riska saha, Rahmayanti Ulfirah, Irma Rahayu, Pencahayaan Alami pada Masjid Amirul
Mukminin Makassar, 2019

Michael Wangsa,Hedy Constancia Indrani, Poppy Firtatwentyna Nilasari, Pengaruh


Pencahayaan terhadap Pembentukan Persepsi Visual Umat pada Masjid Al-Irsyad Bandung,
2019

Bobby Guntur, Gunawan Madyono Putro, ANALISIS INTENSITAS CAHAYA PADA


AREA PRODUKSI TERHADAP KESELAMATAN DAN KENYAMANAN KERJA
SESUAI DENGAN STANDAR PENCAHAYAAN, 2017
Bima Brilliando Agam, Yushardi, Trapsilo Prihandono, PENGARUH JENIS DAN BENTUK
LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN
MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS, 2015
Rizqi, Fathir and , Ir. Jatmiko, M.T, Analisa Efisiensi Belajar Menggunakan Beberapa Jenis
Lampu. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017
Gita Yusvita, Analisis Pencahayaan Ruangan Pada Ruang Kelas Di Universitas
Singaperbangsa Karawang Menggunakan Dialux Evo 9.1, 2021
Nofri Irfan, Analisis Perbandingan Efektifitas Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Daya
Keluaran Panel Surya 100 WP dan 200 WP Pada Masjid Taqwa Desa Sei Litur Kecamatan
Sawit Sebrang Langkat, 2020
M. Amrullah, PERENCANAAN PERHITUNGAN DAYA LISTRIK SECARA OTOMATIS
MENGGUNAKAN TIMER PADA MASJID POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA, 2022
Sheika Ika Putri, Sudarti Sudarti Analisis Intensitas Cahaya di Dalam Ruangan dengan
Menggunakan Aplikasi Smart Luxmeter Berbasis Android , 2022
Rahel Rehuella Marpaung, Neng Nenden Mulyaningsih, Rum Sapundani, TINGKAT
AKURASI APLIKASI SMART LUX METER SEBAGAI SOLUSI PERCOBAAN
MANDIRI PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH, 2022
Nur Hudha Wijaya, Sutrimo Lux Meter Sebagai Alat Ukur Intensitas Cahaya Lampu Operasi
Berbasis Arduino Uno R3 , 2019
Lory Marcus Parera, Hendrik Kenedy Tupan Analisis Pengaruh Intensitas Penerangan Pada
Laboratorium Dan Bengkel Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ambon, 2018
Muhammad Djamil M Nur, ANALISIS INTENSITAS CAHAYA DI DALAM RUANGAN
BELAJAR FTIK UIN DATOKARAMA PALU DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI
LUXMETER BERBASIS ANDROID, 2023

Anda mungkin juga menyukai