Anda di halaman 1dari 3

Nama: Selvi Ila Nola

Nim: 2020224010043

Kelas: 4A TRKBG

“SISTEM PENCAHAYAAN”

Vicky Prasetia, Supriyono, Purwiyanto (2022) Sistem pencahayaan menjadi salah


satu aspek penilaian laik fungsi bangunan gedung. Sistem pencahayaan bangunan
gedung termasuk dalam aspek kesehatan bangunan gedung. Sistem pencahayaan
bangunan gedung untuk mencapai laik fungsi harus memenuhi nilai iluminasi setiap
ruangan sesuai dengan jenis pemanfaatannya sesuai dengan SNI 6197:2011, SNI
03-2396-2001, dan SNI 03-6575-2001. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
sistem pencahayaan pada Gedung Kuliah bersama Politeknik Negeri Cilacap.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan membandingkan besarnya
intensitas cahaya berdasarkan dari pengukuran lapangan, hasil perhitungan, dan
standar SNI 6197:2011. Berdasarkan dari hasil observasi, pengolahan data, dan
pengukuran, didapatkan masih ada beberapa ruangan di Gedung Kuliah Bersama
belum memenuhi SNI. Ruangan yang telah memenuhi sni antara lain ruang kelas,
ruang perpustakaan, laboratorium bahasa, ruang transit dosen, ruang serba guna,
teras, dan gudang. Perlu dilakukan perawatan dan perbaikan lampu untuk ruangan
yang belum memenuhi SNI. Perawatan dan perbaikan sistem pencahayaan
dilakukan dengan mengganti, menambah, dan/atau melakukan reposisi lampu.

Fany Wijaya, Graciela (2019) Pencahayaan dan penghawaan adalah kebutuhan


fisiologis mutlak manusia dalam beraktivitas. Pencahayaan dan penghawaan alami
memiliki banyak fungsi, yaitu meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja
serta menjaga kesehatan manusia di dalamnya. Selain itu pencahayaan dan
penghawaan alami dapat menghemat penggunaan energi listrik. Salah satu gedung
green building yang didirikan di Surabaya adalah Gedung Q Universitas Kristen
Petra. Gedung Q ini dirancang menjadi bangunan berkelanjutan yang hemat energi
dari segi perancangan, pembangunan dan operasionalnya. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian dimulai dari pengumpulan data
melalui metode observasi lapangan dan kajian literatur, lalu data dianalisa dengan
metode analisa deskriptif. Hasilnya menunjukkan bahwa gedung Q Universitas
Kristen Petra menghemat penggunaan energi listrik dengan memaksimalkan
pencahayaan dan penghawaan alami. Hal ini terbukti dari tidak digunakannya
pencahayaan buatan pada siang hingga sore hari. Material kaca dan desain ruangan
open space digunakan untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami.

Muhammad Yusuf, Winarso Suatu ruangan yang pencahayaan baik dapat


mempengaruhi optimalnya proses belajar mengajar. Dengan pencahayaan yang
baik maka terciptanya perasaan yang nyaman. Sedangkan sebaliknya apabila
pencahayaan pada ruang kelas tidak baik maka menyebabkan perasaan yang tidak
nyaman. pencahayaan yang kurang tepat juga dapat menyebabkan tekanan secara
mental terhadap pengguna ruangan, gangguan pada mata, dan gangguan pada
tubuh. Oleh karena itu, intensitasi pencahayaan di dalam ruangan perlu diatur untuk
menghasilkan kebutuhan penglihatan. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) [1].

Sistem pencahayaan yang baik adalah sistem pencahayaan yang sesuai dengan
kebutuhan aktifitas rutin setiap hari seperti pekerjaan perkantoran, bengkel,
pendidikan dan lainnya. Sistem pencahyaan yang baik merupakan salah satu faktor
penting dalam meningkatkan kenyamanan, produktifitas dan kontinuitas kerja.
Pada umumnya sumber pencahayaan yang baik berasal dari sinar matahari maupun
penerangan buatan dari lampu. [2].

Banyaknya pencahayaan dan kualitasnya pada suatu ruangan dapat mempengaruhi


kinerja dan kenyamanan pengguna, misalnya kebutuhan intensitas cahaya untuk
membaca dan melukis pasti berbeda. Pencahayaan berlebih ataupun kurang
menyebabkan produktifitas kerja terganggu. Semua aktifitas pekerjaan kerja oleh
manusia membutuhkan cahaya untuk berfungsi dengan baik. Jika pencahayaan di
dalam ruangan tidak sesuai dengan standar pencahayaan, maka akan menurunkan
tingkat kinerja dan produktivitas manusia di dalamnya [3].

Berbagai cara untuk mendesain sistem pencahayaan agar lebih baik dilakukan oleh
perencana suatu bangunan, misalnya dengan software DIALux. DIALux adalah
perangkat lunak komputer untuk simulasi dan visualisasi pencahayaan di suatu
lingkungan. Studi pencahayaan di Indonesia menggunakan Dialux karena gratis dan
relatif mudah digunakan. Software DIALux memudahkan perencana untuk
menciptakan lingkungan virtual baik siang hari maupun malam hari dengan cahaya
buatan serta mensimulasikan bangunan, ruangan, dan menganalisis kinerja sistem
pencahayaan di lokasi geografis dan lingkungan objek tertentu. Keluaran software
DIALux berupa angka, grafik, dan gambar dan dapat memberikan gambaran yang
cukup untuk menggambarkan situasi pencahayaan yang optimal [4].

Penelitian intensitas pencahyaan ini dilakukan pada gedung FKIP Universitas


Muhammadiyah Purwokerto dengan menggunakan dua metode yaitu dengnan
metode pengukuran dan pengamatan (observasi) di lapangan dan dengan metode
visualisasi menggunakan aplikasi DIALux yaitu sebuah perangkat lunak yang
digunakan untuk melakukan simulasi pencahayaan, dalam ruangan maupun luar
ruangan, pencahayaan alami maupun buatan.

Anda mungkin juga menyukai