Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Penyehatan Udara

Nama Dosen : Iwan Suryadi SKM., M.Kes

ANALISA PENGUKURAN PENCAHAYAAN PADA PUSAT


PERBELANJAAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK - 6

- Andi Megawati Putri ( PO714221191. 053 )


- Dikbarindla Mei Kiant Maghfira ( PO714221191. 060 )
- Oktavia ( PO714221191. 085 )
- Riska Gunadi ( PO714221191. 087 )
- Nur Fajri ( PO714221191. 077 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyusun makalah Penyehatan Udara –
A dengan judul “ Analisa Pengukuran Pencahayaan Pada Pusat Perbelanjaan”.

Diharapkan agar mahasiswa dapat mengembangkan pikiran dan


menginterpretasikan hasil-hasil yang telah didapat. Pada kesempatan ini kami juga
tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan baik moril dan material. Dan khususnya kepada
dosen mata kuliah Penyehatan Udara A atas nama Iwan Suryadi, SKM., M.Kes
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan sebagaimana adanya.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangannya


oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar
kelak laporan ini dapat lebih baik lagi. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 08 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Analisis Cahaya Alami Pada Gedung Perbelanjaan Mall Daya Grand Square
Makassar ......................................................................................................................... 3
B. Efektivitas Pencahayaan Atririum Lenmarc Mall Di Surabaya .............................. 4
C. Evaluasi Sistem Pencahayaan Ruang Belanja 212 Mart Yos Sudarso Rumbai
Pesisir .............................................................................................................................. 6
D. Performa pencahayaan dan penghawaan serta persepsi pengguna bangunan pasar
di kota Pontianak............................................................................................................. 7
E. Kajian Sistem pencahayaan dan penghawaan pada pasar rakyat sidoarjo,
lamongan. ...................................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja
dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat,
nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang memadai akan memberikan
kesan pemandangan yang baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan. Sebuah
benda akan terlihat bila benda tersebut memantulkan cahaya, baik yang berasal dari
benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang datang dari sumber cahaya lain,
dengan demikian maksud dari pencahayaan adalah agar benda terlihat jelas.
Pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan
kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan
kegairahan kerja (Subaris dan Haryono, 2008).
Hasil penelitian pada Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular Badan
Lembaga Kesehatan Depkes RI menyatakan, akibat dari pemakaian fasilitas kerja
yang tidak ergonomis akan menyebabkan perasaan tidak nyaman, konsentrasi
menurun, mengantuk dan lain sebagainya, hal ini dapat terjadi juga pada siswa
sekolah dasar dalam kualitas penerangan ruang kelasnya. Adapun bila kondisi
tersebut berlangsung lama dan secara terus menerus (selama masa sekolah) akibat
yang ditimbulkan akan lebih jauh akan dapat menyebabkan gangguan penglihatan
(Depkes RI, 2008).
Penerangan yang kurang akan mempengaruhi ketajaman penglihatan
dimana ketajaman akan menurun karena kelelahan mata. Kondisi tersebut
disebabkan karena mata berakomodasi secara terus menerus sehingga
mengakibatkan kelelahan pada otot-otot mata. Desain penerangan yang dirancang
ergonomis untuk murid sekolah akan memberikan efek kondisi belajar yang
nyaman dan tidak menyebabkan kelelahan mata. Dampak dari ketidak sesuaian
antara kondisi penerangan ruang kelas dengan sistem penglihatan pada siswa
merupakan salah satu kendala dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia
yang berkualitas.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis cahaya alami pada gedung perbelanjaan Mall Daya Grand
Square Makassar ?
2. Bagaimana efektivitas pencahayaan atririum Lenmarc Mall di Surabaya ?
3. Bagaimana sistem pencahayaan ruang belanja 212Mart Yos Sudarso Rumbai
Pesisir ?
4. Bagaimana pencahayaan dan penghawaan serta persepsi pengguna bangunan
pasar di kota Pontianak ?
5. Bagaimana sistem pencahayaan dan penghawaan pada pasar rakyat Sidoarjo
?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis cahaya alami pada gedung perbelanjaan Mall Daya
Grand Square Makassar.
2. Untuk mengetahui efektivitas pencahayaan atririum Lenmarc Mall di
Surabaya.
3. Untuk mengetahui sistem pencahayaan ruang belanja 212Mart Yos Sudarso
Rumbai Pesisir.
4. Untuk mengetahui pencahayaan dan penghawaan serta persepsi pengguna
bangunan pasar di kota Pontianak.
5. Untuk mengetahui sistem pencahayaan dan penghawaan pada pasar rakyat
Sidoarjo.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Cahaya Alami Pada Gedung Perbelanjaan Mall Daya Grand


Square Makassar
Pemanfaatan pencahayaan alami semaksimal mungkin menjadi tantangan
dalam merencanakan suatu bangunan dan hal ini terkait dengan desain bangunan
hemat energi, dimana penggunaan energi listrik dapat diminimalkan. Distribusi
cahaya alami diserap masuk kedalam bangunan melalui bukaan pada selubung
bangunan dan daya serap cahaya tergantung luasan, reflektansi ataupun material
bukaan, sehingga dalam mendesain bangunan perlu perencanaan sistem
pencahayaan yang terencana dengan baik. Desain sistem pencahayaan buatan
berdasarkan rekomendasi standar tingkat iluminasi yang direkomendasikan oleh
SNI 03-6575-2001 dan penjelasan tentang pencahayaan alami diuraikan pada
rekomendasi SNI 03-2396-2001 yaitu Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung.
Pusat perbelanjaan merupakan bangunan bersifat mengundang dan
menerima sehingga pengunjung berminat untuk berbelanja atau rekreasi pada
bangunan ini. Mall Daya Grand Square merupakan pusat perbelanjaan yang
terletak jauh dari pusat kota, namun bangunan ini merupakan pengembangan
pusat perbelanjaan pada kawasan timur kota Makassar. Berdasarkan hal ini,
perlu menganalisis obyek tersebut dari segi distribusi pencahayaan alami pada
bangunan tersebut, sehingga dapat menjadi panutan dalam mendesain
pencahayaan pada bangunan pusat perbelanjaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai iluminasi pada area terbuka
relative tinggi, namun semakin jauh dari sumber cahaya alami maka nilai
iluminasi semakin menurun. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengukuran pada
pintu utama Mall A dan B yaitu sekitar 102 –708 lux (Mall A) dan antara 50 –
3000 lux (Mall B). Prosentasi distribusi cahaya pada pintu utama Mall A dan B
adalah berbeda, oleh karena posisi main entrance antara mall A dan B adalah
berbeda. Posisi Mall A berhubungan dengan beberapa unit ruko sedangkan
posisi Mall B berhubungan langsung dengan ruang terbuka.

3
Distribusi cahaya alami berpengaruh terhadap kondisi langit (clear sky,
intermediate sky dan ov ercast sky) dan nilai iluminasi cahaya pada pagi,siang
dan sore hari. Hasil analisis menyimpulkan bahwa diantara ketiga waktu
tersebut, nilai iluminasi cahaya yang tertinggi pada siang hari sebesar > 30.000
lux pada kondisi langit cerah.
Berdasarkan analisis hasil pengukuran, sehingga dapat disimpulkan bahwa
distribusi cahaya berpengaruh terhadap kedalaman ruang, posisi bangunan dan
kondisi langit. Konstribusi penelitian ini merupakan panduan (guideline) dalam
merencanakan desain pencahayaan pada bangunan gedung perbelanjaan.
B. Efektivitas Pencahayaan Atririum Lenmarc Mall Di Surabaya
Atrium mal merupakan pusat dari sebuah mal dan memiliki fungsi sebagai
tempat pameran, tempat berjalan, juga sebagai tempat berkumpul. Elemen
arsitektur yang sangat sering digunakan pada masa ini ialah skylight yang berada
di atas void pada atrium. Di Surabaya, salah satu Mal yang memiliki skylight
pada atriumnya adalah Lenmarc Mal. Lenmarc Mal memiliki masalah dalam
pencahayaan atriumnya, yakni dirasa gelap sehingga kurang efektif mewadahi
kegiatan-kegiatan tersebut, namun belum ada penelitian yang membuktikannya.
Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas pencahayaan
atrium Lenmarc Mal dengan menggunakan daylight factor. Hasilnya,
pencahayaan pada Lenmarc Mal tidak memenuhi standar DF dan berada jauh di
bawahnya. Untuk mengatasi masalah ini, maka penelitian ini mengusulkan
perbaikan desain skylight dengan 3 usulan, yaitu pemberian kaca film 20%, kaca
film 40% dan saringan matahari. Supaya hasil desain lebih valid, maka dilakukan
simulasi dengan model maket 1:20. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa
penambahan kaca film 40% adalah perbaikan paling efektif untuk atrium
Lenmarc Mal Surabaya.
Kegiatan yang dilakukan didalam mal adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk umum, seperti berjalan, duduk, maupun membuat pameran.
Salah satu elemen arsitektural, yang menjadi tren mal di Indonesia adalah
skylight roof yang berada diatas atrium dengan void, yang berguna untuk Studi
memasukkan cahaya alami ke dalamnya (Anugrahwati, 2010). Pencahayaan

4
alami memberikan manfaat yang baik bagi psikologis dan manfaat lainyaitu
pengurangan energi untuk pencahayaan buatan (Oksiovita, 2010).
Menurut Tanner (2010), beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya yang
memiliki bukaan alami untuk memasukan cahaya matahari pada atriumnya,
adalah Lenmarc Mal, Grand City Mal dan Galaxy mal Surabaya. Ketiga pusat
perbelanjaan ini memiliki tata pencahayaaan yang menurut beberapa orang
sudah memenuhi standar pencahayaan yang baik dan nyaman (Tanner, 2014).
Namun, dalam kajian yang dibahas oleh Tanner dan teman-temannya, ditemukan
adanya masalah yang terdapat pada salah satu mal tersebut, yaitu Lenmarc Mal
Surabaya
Skylight Skylight merupakan bukaan horizontal pada atap. Skylight dibagi
menjadi beberapa tipe berdasarkan fungsi dan bentuknya. Dalam tulisannya,
Anugrahwati (2010) mengelompokkan tipe skylight berdasarkan bentuknya, dan
dapat dibagi menjadi 9 tipe yaitu flat skylight, round skylight, pyramid skylight,
polygon skylight, dome skylight, hip-ridge skylight, ridge skylight, lean-to
skylight, barrel vault skylight dan clarestory. Skylight yang digunakan oleh
Lenmarc Mal Surabaya merupakan polygon skylight, dibawah ini merupakan
contoh polygon skylight.
Standar Standar DF yang dicantumkan secara internasional, sebenarnya
adalah untuk kota dengan langit tidak cerah. Namun, dalam sebuah research
yang ditulis dalam jurnal oleh Jay Yong Suk (2011), beliau mencoba
membandingkan DF ketika mendung dan DF ketika cerah, hasilnya adalah,
keduanya mirip atau hampir sama, sehingga, standar yang dikeluarkan CIE (CIE
S003 Spatial distribution of daylight).
Dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, Lenmarc Mal memiliki
sistem pencahayaan pada atriumnya yang dinilai kurang baik, dikarenakan
cahaya matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan tanpa ada
penyaringan, sehingga banyak orang mengeluh mengenai kesilauan yang
dihasilkan dari skylight Lenmarc Mal. Menanggapi banyak keluhan, Lenmarc
Mal menambahi skylight mereka dengan polikarbonat putih susu. Belum ada
penelitian mengenai bagaimana pencahayaan mereka sekarang, namun menurut
tanggapan beberapa orang ynag menulis review, dikatakan bahwa Lenmarc Mal

5
sekarang menjadi gelap. Melihat hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini
yang ingin menguji bagaimanakah efektivitas dari sistem pencahayaan yang
mereka gunakan pada atrium Lenmarc Mal Surabaya ini. Dari penelitian yang
telah dilakukan dari jam buka mal hingga terbenamnya matahari, maka
ditemukan bahwa sistem pencahayaan menggunakan skylight yang telah ditutup
oleh polikarbonat putih susu ini memang cenderung gelap dan tidak
memaksimalkan potensi cahaya matahari yang masuk. Hasil ini juga
mengatakan bahwa dengan menggunakan standar DF, atrium Lenmarc Mal
belum memenuhi standar yang harus ada pada sebuah atrium, karena terlalu
gelap. Maka dari itu supaya usulan desain dapat menjadi lebih valid,
dilakukanlah simulasi dengan menggunakan model maket berskala 1:20 yang
akan mensimulasi bangunan dengan pergantian 3 penutup atap, kaca film 20%,
kaca film 40% dan saringan.
C. Evaluasi Sistem Pencahayaan Ruang Belanja 212 Mart Yos Sudarso
Rumbai Pesisir
Gerai 212Mart Yos Sudarso adalah pusat belanja modern dimana konsumen
menemukan kebutuhan sehari-harinya ditempat ini. Dalam pelayanan, 212Mart
Yos Sudarso membutuhkan sistem pencahayaan yang memadai sebagai
pelayanan terhadap konsumennya. Berdasarkan hasil pengukuran, nilai rata-rata
pencahayaan pada teras adalah 51 lux dan ruang belanja 181 lux, nilai ini masih
belum sesuai dengan standar SNI 03-6575-2001 yaitu 60 lux untuk teras dan 250
lux untuk ruang belanja. Berdasarkan perhitungan, lampu yang terpasang pada
teras dan ruang belanja akan menhasilkan 87 lux untuk teras dan 363,17 untuk
ruang belanja. Hal ini disebabkan karena beberapa lampu yang rusak pada teras
dan tidak dihidupkan pada ruang belanja (jalur lampu downlight). Penggunaan
lampu TL jenis LED 16 W dan lampu pijar LED 18 W direkomendasikan untuk
memenuhi kebutuhan sistem penerangan di 212Mart karena hemat dan memiliki
lumen yang memadai untuk ruang belanja dan teras.
sistem pencahayaan 212Mart memiliki 3 area pencahayaan. Area pertama
di teras dan perkarangan atau parkir 212Mart, Area kedua didalam atau pada
ruang belanja dan area ketiga pada gudang dan WC. Pada penelitian ini, analisis

6
dilakukan pada ketiga lokasi yang akan dijadikan objek penelitian dan
selanjutnya area tersebut disebut :
1. Area 1 mewakili area teras dan perkarangan
2. Area 2 mewakili area ruang belanja
3. Area 3 mewakili gudang
Lampu penerangan yang terpasang pada masing masing area hampir sama
yatu pijar dengan daya 18 Watt dan Neon 16 Watt, sementara pada area 1
ditambah 4 lampu sorot yang menerangkan area parkir. Berikut jumlah beban
atau lampu terpasang berdasarkan area penelitian. Pencahayaan rata-rata untuk
Area 1, 2 dan 3 belum memenuhi standar yang dirokemendasikan oleh SNI 03-
6575-2001. Pada standar SNI 03-6575-2001 untuk pencahayaan pada pasar
swalayan (212Mart masuk kategori pasar swalayan) adalah 500 lux pada bidang
vertikal pada rak barang. Namun ketinggian rak yang berbeda dan tidak semua
barang terletak pada ketinggian yang sama, penulis mengukur tingkat
pencahayaan sejajar lantai. Berdasarkan standar SNI 03-65752001 untuk toko
kue dan makanan adalah 250 lux pada pengukuran sejajar lantai, nilai yang sama
untuk gudang dan kamar mandi yaitu 250 lux. Sementara teras berdasarkan
standar SNI 03-6575-2001 60 lux.
Rata-rata tingkat pencahayaan pada area 1 adalah 51 lux (belum memenuhi
standar SNI 03-6575-2001 yaitu 60 lux), Area 2 rata-rata adalah 181 lux ( masih
kategori belum memenuhi standar yaitu 250 lux) namun sudah memenuhi
standar berdasarkan optimalis penggunaan, area 3 rata-rata adalah 98 lux (belum
memenuhi standaryaitu 250 lux). 2. Kebutuhan intensitas penerangan pada area
1 adalah 2880 lumen, area 2 adalah 24000 lumen dan area 3 adalah 4000 lumen
dan dibawah nilai bila semua lampu keaadan baik dan dihidupkan.
D. Performa pencahayaan dan penghawaan serta persepsi pengguna
bangunan pasar di kota Pontianak
Permasalahan yang ada pada pasar-pasar tradisional termasuk yang terjadi
pada pasar Kemuning dan Dahlia Kota Pontianak dapat menggambarkan kualitas
performansi bangunan. Pencahayaan, sirkulasi udara, dan temperatur dalam
ruang pada bangunan merupakan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi
kenyamanan aktivitas pengguna. Tulisan ini memaparkan mengenai hasil

7
penelitian khususnya mengenai tingkat pencahayaan, keadaan udara, dan
temperatur dalam ruang pada dua pasar tradisional di Kota Pontianak tersebut.
Performansi kedua pasar tersebut diukur untuk dibandingkan dengan standar
untuk aktivitas yang sesuai. Selain itu dikumpulkan pula pendapat dari para
pengguna tentang kepuasan terhadap aspek pencahayaan, keadaan udara, dan
temperatur dalam ruang di kedua pasar tersebut. Data-data yang dikumpulkan
melalui 2 cara yaitu observasi dan kuesioner. Observasi dilakukan dengan
pengukuran pada bangunan. Kuesioner disebarkan kepada 195 responden
khususnya penjual dan pembeli pasar untuk melihat tingkat kepuasan
berdasarkan persepsi pengguna. Hasil analisis diperoleh bahwa tingkat
performansi pencahayaan, keadaan udara, dan temperatur dalam ruang pada
kedua bangunan pasar tersebut termasuk rendah, begitu pula kepuasan pengguna
terhadap kedua aspek tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi pada bangunan-bangunan pasar
tradisional adalah kesan kumuh dan kotor yang muncul pada bangunan tersebut.
Terbentuknya pasar dengan kesan kumuh dapat diakibatkan karena faktor tata
persampahan yang kurang baik, dan pencemaran udara dari bau yang
ditimbulkan akibat aktivitas pasar yang kurang tertangani dengan baik.
Pencahayaan dan penghawaan yang kurang memadai juga merupakan faktor
yang dapat memunculkan lingkungan pasar yang kumuh dan sehingga
berpotensi menumbuhkan lingkungan pasar yang kurang sehat.
tujuan untuk melakukan pengukuran terhadap performa pencahayaan dan
penghawaan bangunan pasar khususnya pasar tradisional Kemuning dan Dahlia
yang ada di Kota Pontianak. Penelitian dibatasi pada aspek pencahayaan dan
penghawaan di dua bangunan pasar tradisional tersebut. Performa bangunan
merupakan suatu keadaan yang menggambarkan tingkat pencapaian hasil atau
kinerja bangunan untuk memenuhi kebutuhan fungsi atau kepuasan dari
pengguna. Performa dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan keadaaan
yang terjadi dengan standar atau ketentuan yang berlaku mengenai kinerja
bangunan yang seharusnya terpenuhi. Standar atau ketentuan yang dipakai dapat
berupa SNI atau ketentuan lain. Pengukuran dapat juga dilakukan dengan
penggalian terhadap kepuasan pengguna sehingga dapat menggambarkan

8
tingkat pencapaian kinerja dari persepsi pengguna. Hasil penelitian pengukuran
terhadap performa pencahayaan dan penghawaan bangunan pasar khususnya
pasar tradisional Kemuning dapat menggambarkan tingkat kualitas pencahayaan
dan penghawaan pada pasar tradisional yang menjadi kasus, untuk dapat menjadi
bahan masukan perbaikan kondisi yang ada dan pertimbangan bagi perancangan
pasar-pasar tradisional berikutnya. Untuk mencapai kenyamanan dalam
bangunan beberapa aspek ditinjau dari segi kesehatan telah dijelaskan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Kepeutusan tersebut dapat dijadikan acuan
untuk melakukan penilaian terhadap performa pencahayaan pada bangunan
pasar. Beberapa aspek kenyamanan dalam bangunan pada Keputusan Menteri
tersebut terkait dengan masalah pencahayaan dalam bangunan, suhu dan
kelembaban, dan tingkat kebisingan.
Tingkat pencahayaan yang disyaratkan dalam ruangan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
tersebut seperti yang jelaskan pada Tabel 1. Selain itu, untuk menunjang
lingkungan pasar yang lebih bersih dan sehat serta mengantisipasi terbentuknya
lingkungan pasar yang kumuh dan berpotensi menumbuhkan lingkungan tidak
sehat, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Suhu dan kelembaban yang
dipersyaratkan secara kesehatan menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah 18 – 280 C
dengan kelembaban: 40 % - 60 %. Namun, persyaratan ini harus disesuaikan
dengan standar fungsi dan kebutuhan ruang. Apabila tidak ditentukan dalam
standar, secara umum menurut SNI 03-6390-2000 tentang konservasi energi
sistem tata udara pada bangunan gedung harus digunakan kondisi perencanaan
dengan temperatur bola kering 25°C 1 °C dan kelembaban relatif 60% ± 10%
untuk kenyamanan pengguna. Sedangkan menurut Karyono (2001), dengan
mengacu pada pedoman ANSI/ASHRAE 55-1992, suhu nyaman 24o C ± 2oC ,

9
atau rentang antara 22oC hingga 26oC. Ketentuan dalam perencanaan sirkulasi
udara menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 29/Prt/M/2006
Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung adalah jumlah bukaan
ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan
ventilasi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan tingkat pencahayaan pada bangunan
Pasar Kemuning cukup rendah performansi nya jika dibandingkan dengan
persyataran standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang terukur di pasar
Kemuning, pencahayaan tidak merata pada bagian-bagian bangunan. Hasil
pengukuran di bagian Penjualan lantai 1, pencahayaan mulai dari 22 lux sampai
dengan 1464 lux. Nilai 22 lux sangat rendah dari persyaratan yang tetapkan yaitu
mencapai 200-300 lux. Hasil pengukuran di bagian Penjualan lantai 2,
pencahayaan dari 10 lux sampai dengan 4760 lux. Pencahayaan ini sangat
tergantung letak los/kios. Los dan kios-kios yang berada di bagian tengah
bangunan memiliki tingkat pencahayaan yang rendah, sedangkan los atau kios-
kios yang berada di bagian sisi bangunan mendapatkan pencahayaan yang
berlebih dari matahari. Kondisi temperatur dalam bangunan juga menunjukkan
performa yang rendah karena berdasarkan pengukuran rata-rata temperatur
dalam bangunan 32 oC. Hasil observasi yang dilakukan di Pasar Dahlia
menunjukkan performansi yang tidak jauh berbeda dengan pasar Kemuning.
Tingkat performansi pencahayaan pada bangunan Pasar Dahlia juga termasuk
rendah dibandingkan persyaratan yang dibutuhkan. Kondisi yang terukur di
pasar Dahlia, pencahayaan tidak merata pada bagian-bagian bangunan. Hasil
pengukuran di bagian penjualan lantai 1 pencahayaan mulai dari 10 lux sampai
dengan 2800 lux. Sedangkan di lantai 2 dari 10 lux sampai dengan 4000 lux,
padahal standar untuk kegiatan yang sesuai pada aktivitas pasar mengharuskan
pencahayaan pada 200-300 lux. Pencahayaan ini juga sangat tergantung letak
los/kios. Los dan Kios-Kios yang berada di bagian tengah bangunan memiliki
pencahayaan yang rendah, sedangkan los atau kios-kios yang berada di bagian
sisi bangunan yang berhubungan langsung dengan bagian luar mendapatkan
pencahayaan yang cukup, bahkan berlebih karena mendapat cahaya langsung
dari matahari. Kondisi temperatur dalam bangunan menunjukkan ratarata

10
temperatur 33 oC. Padahal, nilai temperatur nyaman yang dipersyaratkan secara
kesehatan menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah 18 – 28 0 C.
terhadap 3 aspek kenyamanan : kenyamanan udara, temperatur dan
pencahayaan dalam ruang pada objek pasar yang diteliti, dapat ditarik beberapa
kesimpulan berikut : 1. Kedua bangunan pasar pada umumya telah memiliki
bukaan yang cukup besar terlihat dari nilai performanya yang baik, namun
penghawaan tidak dirasakan nyaman oleh pengguna, terlihat dari nilai responden
yang berada dibawah 0,5. Hal ini memberikan gambaran bahwa kemungkinan
sirkulasi udara belum berjalan dengan baik akibat faktor lain seperti pergerakan
angin selain besar bukaan. 2. Pada kedua pasar, nilai performa percahayaan
rendah dengan nilai yang sama yaitu 0,1. Pencahayaan juga dirasakan tidak
nyaman oleh pengguna terlihat dari nilai NP yang rendah berada dibawah 0,5. 3.
Pada kedua bangunan pasar masih menunjukkan performa yang kurang baik
untuk temperatur ruang maupun pencahayaan dalam ruang. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai performa yang kurang untuk kedua aspek tersebut dengan nilai
performa di bawah 0,5. Pengguna juga merasa tidak nyaman dengan kedua aspek
tersebut terlihat dari nilai responden yang berada di bawah nilai 0,5. Kedua hasil
tersebut dapat memberikan gambaran bahwa desain pasar khususnya untuk
aspek pencahayaan dan penghawaan pada kedua pasar belum memberikan nilai
kepuasan pada pengguna.
E. Kajian Sistem pencahayaan dan penghawaan pada pasar rakyat sidoarjo,
lamongan.
Bangunan pasar yang dipilih sebagai objek kasus adalah Pasar Rakyat
Sidoharjo yang terletak di kabupaten Lamongan. Dalam menentukan objek
terdapat beberapa pertimbangan antara lain berupa permasalahan maupun
keberhasilan dari desain bangunan tersebut. Lokasi dari Pasar Rakyat Sidoharjo
terletak di Jalan Pahlawan, Lamongan. Bangunan yang terdiri dari 2 lantai dengan
luas keseluruhan pasar yaitu 4.411 M2. pada lantai 1 berupa los/meja jualan, ruko,
dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan pada lantai 2 terdapat kantor
pengelola dari Pasar Rakyat Sidoharjo.

11
Berdasarkan hasil kuesioner responden/pengguna pasar menunjukkan nilai
kepuasan dari pengguna pasar terhadap variable-variabel yang telah ditentukan.
Dari kuesioner yang menggunakan skala likert yang telah disebarkan
kepengunjung Pasar Rakyat Sidoharjo, hasil penilaian kepuasan dapat dilihat dari
hasil yang diberikan pada kuesioner yang ditunjukkan pada gambar 2 dan gambar
3. Gambar 2 menunjukkan nilai-nilai yang dipilih oleh responden terhadap
pencahayaan ruang yang dirasakan ketika berada di dalam bangunan pasar. Dari
diagram tersebut, telihat bahwa rata-rata responden memberikan penilaian di skala
5, yang menunjukkan bahwa pengunjung pasar merasa cukup puas terhadap
penerangan dalam pasar Pada gambar 3 menunjukkan penilaian yang dipilih oleh
responden terhadap keadaaan udara yang dirasakan ketika berada di dalam
bangunan pasar. Dari diagram tersebut, menunjukkan bahwa rata-rata responden
memberikan penilaian di skala 4. Bangunan Pasar Rakyat Sidoharjo mendapat
penilaian dari responden terhadap keadaan udara yang dirasakan menunjukan
cukup puas atau kurang puas terhadap keadaan udara yang ada di dalam bangunan.
Jika dilihat berdasarkan dari Nilai Responden [NR], maka terlihat seperti
diagram 2 bahwa nilai responden digunakan untuk melihat tingkat kepuasan dari
pengunjung pasar terhadap kenyamanan dalam bangunan pasar. Terlihat bahwa
Pasar Rakyat Sidoharjo mempunyai nilai responden terhadap pencahayaan dan
penghawaan berada pada 60. Nilai tersebut menunjukkan responden merasa cukup
nyaman dengan keadaan pencahayaan dan penghawaan dalam ruang pasar.
Berdasarkan hasil kondisi pencahayaan alami dan penghawaan alami pada
Pasar Rakyat Sidoharjo Lamongan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengunjung
pasar merasakan kenyamanan yang “cukup” ketika berada di dalam pasar. Namun
jika melihat kuantitas pencahayaan dan penghawaan menurut standart yang
ditetapkan SNI masih kurang memenuhi dari standard. tetapi untuk nilai kualitas
pencahayaan dan penghawaan masih memenuhi standar. Adanya ventilasi
diharapkan dapat mempertinggi nilai sirkulasi udara sehingga suhu udara dalam
ruangan terreduksi. Penambahan lubang ventilasi juga diharapkan dapat
mengoptimalkan sinar matahari dan angin yang masuk sehingga pencahayaan dan
penghawaan alami pada ruang dalam dapat meningkat.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Distribusi cahaya alami diserap masuk kedalam bangunan melalui
bukaan pada selubung bangunan dan daya serap cahaya tergantung
luasan, reflektansi ataupun material bukaan, sehingga dalam mendesain
bangunan perlu perencanaan sistem pencahayaan yang terencana dengan
baik.Berdasarkan hal ini, perlu menganalisis obyek tersebut dari segi
distribusi pencahayaan alami pada bangunan tersebut, sehingga dapat
menjadi panutan dalam mendesain pencahayaan pada bangunan pusat
perbelanjaan.
2. Dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, Lenmarc Mal
memiliki sistem pencahayaan pada atriumnya yang dinilai kurang baik,
dikarenakan cahaya matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan
tanpa ada penyaringan, sehingga banyak orang mengeluh mengenai
kesilauan yang dihasilkan dari skylight Lenmarc Mal. Dari penelitian
yang telah dilakukan dari jam buka mal hingga terbenamnya matahari,
maka ditemukan bahwa sistem pencahayaan menggunakan skylight yang
telah ditutup oleh polikarbonat putih susu ini memang cenderung gelap
dan tidak memaksimalkan potensi cahaya matahari yang masuk.
3. Berdasarkan hasil pengukuran, nilai rata-rata pencahayaan pada teras
adalah 51 lux dan ruang belanja 181 lux, nilai ini masih belum sesuai
dengan standar SNI 03-6575-2001 yaitu 60 lux untuk teras dan 250 lux
untuk ruang belanja. Area pertama di teras dan perkarangan atau parkir
212Mart, Area kedua didalam atau pada ruang belanja dan area ketiga
pada gudang dan WC. Area 3 mewakili gudang Lampu penerangan yang
terpasang pada masing masing area hampir sama yatu pijar dengan daya
18 Watt dan Neon 16 Watt, sementara pada area 1 ditambah 4 lampu
sorot yang menerangkan area parkir. Rata-rata tingkat pencahayaan pada
area 1 adalah 51 lux (belum memenuhi standar SNI 03-6575-2001 yaitu
60 lux), Area 2 rata-rata adalah 181 lux ( masih kategori belum
memenuhi standar yaitu 250 lux) namun sudah memenuhi standar

13
berdasarkan optimalis penggunaan, area 3 rata-rata adalah 98 lux (belum
memenuhi standaryaitu 250 lux).
4. Hasil penelitian pengukuran terhadap performa pencahayaan dan
penghawaan bangunan pasar khususnya pasar tradisional Kemuning
dapat menggambarkan tingkat kualitas pencahayaan dan penghawaan
pada pasar tradisional yang menjadi kasus, untuk dapat menjadi bahan
masukan perbaikan kondisi yang ada dan pertimbangan bagi
perancangan pasar-pasar tradisional berikutnya. Selain itu, untuk
menunjang lingkungan pasar yang lebih bersih dan sehat serta
mengantisipasi terbentuknya lingkungan pasar yang kumuh dan
berpotensi menumbuhkan lingkungan tidak sehat, pemerintah
mengeluarkan kebijakan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor : 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Berdasarkan observasi yang
dilakukan tingkat pencahayaan pada bangunan Pasar Kemuning cukup
rendah performansi nya jika dibandingkan dengan persyataran standar
yang telah ditetapkan.
5. Bangunan Pasar Rakyat Sidoharjo mendapat penilaian dari responden
terhadap keadaan udara yang dirasakan menunjukan cukup puas atau
kurang puas terhadap keadaan udara yang ada di dalam bangunan.
Berdasarkan hasil kondisi pencahayaan alami dan penghawaan alami
pada Pasar Rakyat Sidoharjo Lamongan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengunjung pasar merasakan kenyamanan yang “cukup” ketika berada di
dalam pasar.
B. Saran
1. perlu menganalisis obyek tersebut dari segi distribusi pencahayaan
alami pada bangunan tersebut, sehingga dapat menjadi panutan dalam
mendesain pencahayaan pada bangunan pusat perbelanjaan.
2. Melakukan pemilihan alat pada bagian atap Mall yang cocok dan sesuai
serta memenuhi standar agar cahaya langsung masuk dan kondisi
ruangan menjadi tidak gelap

14
3. Penggunaan lampu TL jenis LED 16 W dan lampu pijar LED 18 W
direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan sistem penerangan di
212Mart karena hemat dan memiliki lumen yang memadai untuk ruang
belanja dan teras.
4. Disarankan untuk pencahayaan di wilayah pusat perbelanjaan seperti
pasar kondisi pencahayaan harus lebih diperhatikan. kegiatan yang
sesuai pada aktivitas pasar mengharuskan pencahayaan pada 200-300
lux
5. Terlihat bahwa Pasar Rakyat Sidoharjo mempunyai nilai responden
terhadap pencahayaan dan penghawaan berada pada 60 dan disarankan
nilai ini lebih ditingkatkan agar pelanggan merasa lebih nyaman.

15
DAFTAR PUSTAKA

Putra Mansur.2019. Evaluasi Sistem Pencahayaan Ruang Belanja 212Mart Yos


Sudarso Rumbai Pesisir. Jurnal Teknik. 13 (2): 153 – 160

Jamala Nurul. 2017. Analisis Cahaya Alami Pada Gedung Perbelanjaan Mall
Daya Grand Squard Makassar. Seminar Ilmiah Nasional Sains dan
Teknologi. 3 (1): 16 – 24

Lestari, dkk. 2017. Performa Pencahayaan dan Penghawaan Serta Persepsi


Pengguna Bangunan Pasar Di Kota Pontianak. Langkau Petang. 4 (2):
124 – 135

Chany Therecia. 2019. Studi Efektivitas Pencahayaan Atrium Lenmarc Mall di


Surabaya, Jurnal Edimensi Arsitektur. 2 (1): 601 – 608

Rochimah Hidayatul. 2020. Kajian Sistem Pencahayaan dan Penghawaan Pada


Pasar Rakyat Sidoarjo Lamongan. 1 (2): 220 – 228

16

Anda mungkin juga menyukai