Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYEHATAN UDARA - A
“Analisa Tingkat Pencahayaan ”

Disusun Oleh :
Kelas II A
Kelompok V
Anisalirizati 211210515
Irfan Saputra 211210547
Muhammad Farid 211210557
Putri Tsania 211210565
Rosandra Yendita Rahma 211210569
Vila Alya Nuzul Ranov 211210585

Dosen Pembimbing :
Asep Irfan, SKM, M.Kes
Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si
Afridon, ST, M.Si

Instruktur :
Rana Ramadhani Alfiyah Nashiza, S.Tr.Kes

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Berdasarkan Praktikum Mata Kuliah Penyehatan Udara yang telah


dilaksanakan di Ruang Kelas 2.1 Poltekkes Kemenkes Padang tentang “Analisa
Tingkat Pencahayaan ” yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 Oktober 2022
pukul 08.30 – 10.57 WIB, telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Instruktur

(Afridon, ST, M.Si) (Rana Ramadhani Alfiyah Nashiza, S.Tr.Kes)

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kelompok ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyusun laporan praktek
Penyehatan Udara yang berjudul “Analisa Tingkat Pencahayaan” ini dengan baik.
Dan tidak lupa pula shalawat beserta salam Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang berilmu
pengetahuan yang sama-sama kita rasakan saat sekarang ini.
Dalam penulisan laporan ini kelompok telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikannya dengan baik. Namun, kelompok menyadari
masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam melakukan pembuatan laporan
ini. Untuk itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan
selanjutnya dalam tulisan laporan yang akan datang.
Kelompok menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan praktek ini
tidak terlepas dari dukungan dorongan kerjasama maupun bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kelompok mengucapkan terima kasih atas ilmu dan
bimbingan yang telah diberikan kepada kelompok. Demikaian halnya untuk:
1. Dosen Pembimbing : Afridon, ST, M.Si
2. Instruktur : Rana Ramadhani Alfiyah Nashiza, S.Tr.Kes
3. Rekan-rekan yang telah membantu dalam pencarian bahan dan telah bekerja
sama.
Akhir kata, kelompok berharap semoga laporan ini mempunyai arti dan
manfaat bagi pembaca semuanya.

Padang, 19 Oktober 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.Latar Belakang................................................................................................. 1
B.Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
A.Pengertian Pencahayaan .................................................................................. 3
B.Sistem Pencahayaan ......................................................................................... 4
C.Sumber Pencahayaan ....................................................................................... 5
D.Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pencahayaan ...................................... 5
E.Pengukuran Pencahayaan ................................................................................. 7
F.Standar Pencahayaan ........................................................................................ 9
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 11
A.Waktu dan Pelaksanaan ................................................................................. 11
B.Alat................................................................................................................. 11
C.Prosedur Kerja ............................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 13
A.Hasil ............................................................................................................... 13
B.Pembahasan ................................................................................................... 14
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 16
A.Kesimpulan .................................................................................................... 16
B.Saran .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
LAMPIRAN ......................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses belajar berlaku bagi setiap manusia selama hidupnya. Proses belajar
dapat dilakukan dalam lembaga formal dan informal. Lembaga formal pendidikan
yang telah akrab dalam hidup kita seharihari adalah sekolah. Sekolah yang baik
seharusnya didesain sehingga dapat meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar. Selain itu, desain sekolah yang baik dapat membuat setiap warga sekolah
termotivasi dan dapat merasa diterima di lingkungan tersebut dan nyaman selama
proses belajar mengajar (Perkins, 2001: 179).
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
sebuah ruang. Sebuah ruangan akan berfungsi maksimal apabila memiliki akses
pencahayaan yang baik. Dengan pencahayaan yang baik, maka benda-benda akan
dapat dilihat dengan jelas sehingga aktivitas dalam ruang akan berjalan dengan
lancar. Pencahayaan yang tidak tepat dapat merusak atmosfer ruang sehingga
menimbulkan perasaan kurang nyaman, selain itu juga menimbulkan tekanan
secara psikologis terhadap pengguna ruang, gangguan penglihatan, dan gangguan
kesehatan lainnnya. Oleh sebab itu, intensitas cahaya perlu diatur untuk
menghasilkan kesesuaian kebutuhan penglihatan di dalam ruang berdasarkan jenis
aktivitasnya.
Pencahayaan yang baik dapat membantu meningkatkan minat dan perhatian
serta dapat mendukung siswa untuk melihat ke papan tulis dengan lebih mudah.
Walau saat ini jenis lampu telah beragam, namun pencahayaan alami dalam ruang
kelas selalu diupayakan karena pencahayaan alami dapat memberi semangat dan
menciptakan suasana yang ceria (Bean, 2004:193).
Hal ini membuat jenis pencahayaan yang memakai pencahayaan alami dan
buatan sering dipakai dalam ruang kelas sekarang ini. Efisiensi energi dan
kenyamanan visual adalah kata kunci dalam desain pencahayaan sekolah.
Keseimbangan cahaya langsung dan tidak langsung yang tersedia cukup dalam
ruang kelas dapat mendukung siswa untuk mengerjakan tugas yang berorientasi
pada kertas dan komputer dengan baik (Perkins, 2001: 138). Pada ruang kelas yang
memakai media pengajaran papan tulis, harus diperhatikan pencahayaan untuk

1
media tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa refleksi cahaya tidak
menimbulkan masalah penglihatan bagi siswa khususnya mereka yang duduk dekat
papan tulis.
Untuk media whiteboard maka kuat pencahayaan yang disarankan adalah
250 lux, sedangkan untuk blackboard yang daya pantulnya tidak lebih dari 0,1 maka
kuat pencahayaan yang disarankan adalah 500 lux. Sedangkan ruang kelas yang
menggunakan media LCD, pencahayaan umum yang disarankan adalah 250-300
lux dengan menyediakan dimmer untuk mengatasi masalah pencahayaan (glare)
yang timbul.
Menurut Darmasetiawan dan Puspakesuma (1991: 20) dan Bean (2004:
193), lampu yang dipakai dalam ruang kelas sebaiknya lampu dengan warna cahaya
putih netral yang cahayanya dapat menyatu dengan baik dengan cahaya alami,
karenanya disarankan lampu dengan temperatur sekitar 4000 K. Jenis lampu yang
disarankan untuk ruang kelas dengan tinggi sampai dengan 3 m, menurut Neufert
(1984) sesuai DIN 5053 (Darmasetiawan dan Puspakesuma, 1991: 41), adalah
lampu TL standar, lampu TL U, HQI kurang dari 250 W, dan HQI 250 W.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan analisa tingkat pencahayaan
di ruangan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui alat pemeriksaan pencahayaan
b. Mengetahui prosedur kerja pemeriksaan pencahayaan
c. Mengetahui besarnya intensitas cahaya di ruang kelas 2.1 Poltekkes
Kemenkes Padang

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangandidefinisikan sebagai
tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang
dimaksud adalah sebuah bidang horizontal imajiner yang terletak setinggi 0,75
meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki satuan
lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.
Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.Pencahayaan yang
baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya
dengan jelas. Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki
panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energy cahaya
lainnya dalam spectrum elektromagnetisnya (Suhadri, 2008).
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif.
Pencahayaan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda-benda ditempat kerja. Pencahayaan dapat berasal dari cahaya
alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi
disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu pencahayaan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan (Suma’mur, 2009).

3
B. Sistem Pencahayaan
Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di
ruangan, yaitu :
1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistim ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi
ada kelemahannya, karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung, maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yangoptimal, disarankan langi-langit, dinding, serta benda yang ada
didalamruangan perlu diberi warna cerah, agar tampak menyegarkan.
2. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsungdapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki efisiensi pemantulan
90%, sedangkan apabiladicat putih effisien pemantulan antara 5-90%.
3. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada bendayang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dandinding. Pencahayaan
sistem ini termasuk system direct-indirect Yakni memancarkan setengah cahaya ke
bawah dan sisanya keatas. Padasistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih
ditemui.
4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang
optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian, serta dirawat dengan
baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada, serta kesilauan dapat
dikurangi.
5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Seluruh
langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, sehingga perlu diberikan perhatian dan

4
pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan
bayangan dan kesilauan, sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total
yang jatuh pada permukaan kerja.
C. Sumber Pencahayaan
Sumber pencahayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sumber pencahayaan alami adalah sumber dari pencahayaan yamg didapat
dari sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam
sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak
jendela dan lebar jendela. Luas jendela untuk pencahayaan alami sekitar 20%
luas lantai ruangan. Pencahayaan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan,
dan luas jalan masuk pencahayaan alami
2. Sumber pencahayaan buatan adalah sumber pencahayaan yang berasal dari
lampu buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu
tempat kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan alami, juga
dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta suasana yang menyenangkan
dan terasa nyaman untuk mata kita. Untuk itu dalam pemilihan atau
pengadaan lampu perlu di perhatikan tentang efek dari pencahayaan buatan
terhadap obyek yang di amati, tugas visual tertentu memerlukan pencahayaan
buatan yang lebih baik (Suma’mur, 2009).
D. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pencahayaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pencahayaan di ruang kerja
menurut Soeripto (2008) yaitu:
1. Kontras
Sifat terlihat dengan memberi cahaya dari lampu.Sebagai contoh, tinta tulis
yang berwarna hitam memantulkan sedikitcahaya atau sama sekali tidak
memantulkan cahaya, sementara kertassurat yang dapat ditulisi memantulkan
hampir seluruh cahaya yang jatuh padanya. Oleh karena adanya kontras
(perbedaan) yang tinggi,maka sifat dapat dilihat pada tempat kerja menjadi baik,
dan membacadapat dilakukan dengan mudah.

5
2. Arah dan distribusi cahaya
Ditinjau dari cara distribusinya, kita memiliki 6 macamsistem sumber
cahaya buatan (lampu) sebagai berikut :
a) Langsung : 90% cahaya menuju ke bawah.
b) Semi langsung : 60%-90% cahaya menuju ke bawah,sedang komponen
cahaya yang lain menuju ke atas.
c) General diffuse : 40%-60% cahaya menuju ke bawah,sedang komponen
yang lain menuju ke arah horizontal.
d) Langsung-tidak langsung : 40%-60% cahaya menuju ke atas
dankomponen yang lain menuju ke bawah.
e) Semi tidak langsung :10%-40% cahaya menuju ke bawah,dan komponen
yang lain menuju ke atas.
f) Tidak langsung : kurang dari 10% cahaya menuju kebawah.
3. Kesilauan
Kesilauan didefinisikan sebagai reaksi Psycho-Physiologi daritenaga kerja
terhadap besarnya pencahayaan lampu (sumber cahaya) yang terlalu terang. Kita
mengenal 3 macam kesilauan yaitu:
a) Kesilauan langsung (direct-glare) ialah kesilauan yang diakibatkanoleh
besarnya pencahayaan atau terlalu terangnya lampu (sumbercahaya)
yang utama pada lapangan pandang, lampu sumber cahayayang utama
ini adalah lampu biasa yang digunakan untuk pencahayaan seluruh
ruangan.
b) Kesilauan tidak langsung (indirect-glare) ialah kesilauan
yangdiakibatkan oleh besarnya pencahayaan atau terlalu terangnya
lampu(sumber cahaya) yang berasal dari lampu sumber yang
kedua,yakni permukaan yang dapat memantulkan cahaya, misalnya
kaca,meja, atap dan dinding yang mengkilat dan lain-lain.
c) Kesilauan oleh kontras (contrast-glare) ialah kesilauan yangdiakibatkan
oleh terlalu besarnya perbandingan atau perbedaan daripencahayaan di
tempat kerja (visual task) dengan lingkungan kerja(pencahayaan seluruh
ruangan).

6
d) Dampak pencahayaan tidak baik
Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan
gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan
penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan
(Suhadri, 2008) :
1) Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2) Kelelahan mental.
3) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4) Kerusakan indra mata dan lain-lain.
E. Pengukuran Pencahayaan
Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas pencahayaan adalah Lux
meter. Alat bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik
oleh photo electric cell. Intensitas inyatakan dalam pencahayaan dalam Lux.
Intensitas pencahayaan diukur dengan 2 cara yaitu :
1. Pencahayaan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada
objek yang dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar).Pengukuran titik
pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.
2. Pencahayaan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi
luas lantai, dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai (setinggi
pinggang). Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari
lantai (Suma’mur, 2009).
Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu dapat dibedakan berdasarkan luas
ruangan sebagai berikut :
a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter. Contoh
daerah pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan
kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.1 berikut ini.

7
1m 1m 1m 1m

1m

1m

Sumber: BSN,2004.
Gambar 1.1. Penentuan titik pengukuran pencahayaan umum
dengan luas kurang dari 10m2

b. Luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 : titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Contoh daerah
pengukuran intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan antara 10m 2
sampai 100m2 seperti pada Gambar 2.2 berikut ini.

3m 3m 3m 3m

3m

3m

3m

Sumber: BSN,2004.
Gambar.1.2. Penentuan titik pengukuran pencahayaan umum
dengan luas antara 10m2 sampai 100m2

8
c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi : titik potong horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh daerah pengukuran
intensitas pencahayaan umum untuk luas ruangan lebih dari 100 meter
persegi seperti Gambar 2.3 berikut ini.
6m 6m 6m 6m

6m

6m

6m

Sumber: BSN,2004.
Gambar 1.3. Penentuan titik pengukuran pencahayaan umum dengan
luas lebih dari 100m2
F. Standar Pencahayaan
Standar pencahayaan pada ruangan menurut Suma’mur (2009) bahwa
kebutuhan intensitas pencahayaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di
tempat kerja tidak memadai.
Tabel.1.1. Tingkat Pencahayaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tingkat
Jenis
Contoh Pekerjaan Pencahayaan yang
Pekerjaan
dibutuhkan (Lux)
Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 170
Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350
Teliti Membaca, menggambar 350-700
Sangat teliti Pemasangan 700-1000
Sumber : Suma’mur, 2009.

9
Standar pencahayaan lain yang tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri ialah sebagai
berikut,
Tabel.1.2.
Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002
Jenis Pekerjaan Tingkat Keterangan
Pencahayaan
Minimal ( Lux )
Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan dan ruang
tidak terus-menerus peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar dan 200 Pekerjaan dengan mesin dan
terus-menerus perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang
kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/
penyusun
Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau bekerja
Halus dengan mesin kantor,
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,
Tidak pemeriksaan pekerjaan mesin
menimbulkan dan perakitan yang sangat
Bayangan halus.
Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
Tidak perakitan
menimbulkan sangat halus.
Bayangan
Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Pelaksanaan
Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada:
Hari/Tanggal : Kamis / 19 Oktober 2022
Pukul : 08.00 – 10.55 WIB
Tempat : Ruang kelas 2.1 Poltekkes Kemenkes Padang

B. Alat
Tabel 3.1
Alat intensitas cahaya
No Nama Gambar Fungsi Jumlah
1. Lux Meter Lux 1
meter digunakan
untuk mengukur
tingkat
iluminasi.

2. Alat Tulis Sebagai media 1


mencatat hasil
pemeriksaan
cahaya.

C. Prosedur Kerja
1. Menentukan titik pengukuran dengan memotong garis horizontal panjang dan
lebar ruangan pada setiap jarak tertentu
2. Mempersiapkan alat
a. Hidupkan alat dengan menekan tombol power
b. Pilih kisaran range yang akan diukur (2000 lux, 20.000 lux atau 50.000
lux) pada tombol Range
c. Membuka penutup photo cell agar bisa di gunakan
d. Tempelkan sensor ke bagian tubuh sampai angka menunjukkan nol

11
e. Arahkan sencor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan
daerah yang akan diukur kuat penerangannya
f. Amati angka pada alat sampai angka konstan
g. Tekan tombol hold untuk menahan angka yang terdapat pada alat
h. Lakukan pada tiap-tiap titik ruangan
3. Mengukur penerangan umum
a. Membagi ruangan menjadi beberapa titik pengukuran dengan jarak antar
titik sekitar 1 meter.
b. Ruangan yang menjadi tempat pengukuran dalam keadaan lampu hidup
sebagaimana sesuai aktivitas.
c. Melakukan pengukuran dengan tinggi Luxmeter kurang lebih 85 cm di
atas lantai dan posisi photo cell menghadap sumber cahaya.
d. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
e. Mencatat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Lokasi Praktikum : Ruang Kelas 2.1 Poltekkes Kemenkes Padang
2. Waktu Praktikum : 08.30-10.30 WIB
Berdasarkan metode pengukuran pencahayaan general di dapatkan hasil
sebagai berikut:
a. Perhitungan Luas ruang kelas 2.1 Poltekkes Kemenkes Padang
L = panjang(p) x Lebar (l)
L=9mx9m
L = 81 m
b. Penentuan titik potong
Luas ruang kelas berada pada rentang 10m² – 100 m², maka titik potong
dilakukan setiap jarak 3m, baik panjang maupun lebarnya.
3m 3m 3m 3m

3m

3m

3m

c. Hasil pengukuran
Titik Pengukuran Besar Pencahayaan
Pencahayaan (lux)
Titik 1 388 lux
Titik 2 292 lux
Titik 3 338 lux
Titik 4 436 lux
Titik 5 285 lux
Titik 6 369 lux
Titik 7 360 lux
Titik 8 266 lux
Titik 9 479 lux

13
d. Rumus

Jumlah Semua Intensitas Cahaya (lux)𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘


𝑥= Jumlah titik seluruh ruangan

388+292+338+436+285+369+360+266+479
𝑥= (lux)
9

𝑥 = 357 Lux
B. Pembahasan
Pengukuran pencahayaan pada praktikum mata kuliah penyehatan udara
materi “Analisa tingkat pencahayaan” dilaksanakan di ruang kelas 2.1 Poltekkes
Kemenkes Padang, dimana pengukuran dilakukan secara general menggunakan
Lux meter.
1. Pengukuran pencahayaan general
Pengukuran pencahayaan secara general dilakukan di 9 titik dalam ruang
kelas, diperoleh hasil akhir 357 Lux
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata pengukuran general ruang kelas 2.1
Poltekkes kemenkes Padang diperoleh hasil sebesar 357 Lux. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang
Standar Sarana dan Prasarana, ruang kelas sebagai salah satu bagian dari prasarana
sekolah harus memiliki syarat dan ketentuan demi menunjang aktivitas di dalam
kelas. Syarat tersebut diantaranya luasan minimum, sirkulasi dan pencahayaan.
Kebutuhan pencahayaan ruang kelas berdasarkan SNI 03-6197-2000 tentang
konservasi energi pada sistem pencahayaan, ialah harus memenuhi intensitas
pencahayaan sebesar 250 lux.
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
sebuah ruang. Sekolah yang baik seharusnya didesain sehingga dapat meningkatkan
efektifitas proses belajar mengajar. Standar pencahayaan ruang kelas di Indonesia
adalah 250-300 lux. Sedangkan lampu yang dipakai dalam ruang kelas disarankan
lampu dengan warna cahaya putih netral yang cahayanya dapat menyatu dengan
baik dengan cahaya alami.
Dari hasil pengukuran yang di dapat melebihi batas minimum pencahayaan
di ruang kelas, hal ini dikarenakan sumber pencahayaan di ruang kelas
menggunakan beberapa lampu yang cukup banyak dan cukup terang, ditambah

14
warna cat dinding di kelas yang berarna putih di sertai papan tulis berwarna putih.
Tak hanya itu ada beberapa jendela yang terbuks dan tidak tertutupi gorden
sehingga cahaya matahari masuk ke dalam ruang kelas.

15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adapun alat pemeriksaan pencahayaan yang di gunakan adalah berupa lux
meter serta alat tulis.
2. Prosedur kerja pemeriksaan pencahayaan menentukan titik pengukuran
ruangan pada setiap jarak tertentu, setelah di dapat titik yang akan di ukur,
hidupkan alat dan sesuaikan range nya dan juga membuka penutup photo cell
agar bisa di gunakan, tempelkan sensor ke bagian tubuh sampai angka
menunjukkan nol, arahkan sencor cahaya dengan menggunakan tangan pada
permukaan daerah yang akan diukur kuat penerangannya, amati angka pada
alat sampai angka konstan, melakukan pengukuran dengan tinggi luxmeter
kurang lebih 85 cm di atas lantai dan posisi photo cell menghadap sumber
cahaya, membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil, mencatat hasil
pengukuran pada lembar hasil pencatatan.
3. Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa tingkat pencahayaan di ruang kelas
2.1 Poltekkes kemenkes Padang diperoleh hasil sebesar 357 Lux, dimana
hasil ini melebihi batas minimum pencahayaan ruang kelas.

B. Saran
Dalam praktik ini di harapkan kita dapat memahami dan mengetahui cara
menganalisis pencahayaan di ruang indoor

16
DAFTAR PUSTAKA
Arismaya, Jemmy. 2014. Pengukuran Intensitas Cahaya di Lingkungan Sekitar
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB. Skripsi.Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2008. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor,
Kelembapan, Iklim, Gempa Bumi, Bunyi dan Kebakaran. Kanisius.
Yogyakarta.
Hendra, Sekar Tina dan Amah Majidah. 2013. Tingkat Pencahayaan Perpustakaan
di Lingkungan Universitas Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 7, No. 6, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.
Lasa, H. S. 2005. Manajemen Perpustakaan. Gama Media. Yogyakarta.
Prabu, 2009. Penerangan Tempat Kerja, Pusat Pelayanan Ergonomidan
Kesker.Jakarta.
Soeripto. 2008. Higiene Industri. Balai Penerbit FKUI. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Suhardi. 2008. Diktat: Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta: Jurdik
FMIPA
Suma’mur, PK, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung,
Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis
untuk Peningkatan Produktifitas Kerja. Guna Widya. Surabaya.

17
LAMPIRAN
Praktek Analisa tingkat pencahayaan di ruang kelas 2.1 Poltekkes Kemenkes
Padang
NO GAMBAR KEGIATAN
1.
Keadaan ruang 2.1 untuk menghitung
intensitas cahaya (di gunakan kursi untuk
menandai titik pemeriksaan )

2.

Proses penelitian intensitas cahaya

3.

Hasil yang tetera pada alat lux meter

4.
Hasil data yang di dapat

18
LAMPIRAN :
Kebutuhan pencahayaan ruang kelas berdasarkan sni 03-6197-2000 tentang
konservasi energi pada sistem pencahayaan

19

Anda mungkin juga menyukai