Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002,

pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan

merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang

aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.

Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek

yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Standart intensitas penerangan

terhadap jenis pekerjaan diatur dalam Peraturan Menteri Perburuhan

Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta

Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan ketentuan penting

intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan.

Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen

agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan

secara jelas, cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang

memadai akan memberikan kesan pemandangan yang baik dan keadaan

lingkungan yang menyegarkan. Sebuah benda akan terlihat bila benda

tersebut memantulkan cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri

maupun berupa pantulan yang datang dari sumber cahaya lain, dengan

demikian maksud dari pencahayaan adalah agar benda terlihat jelas.

Pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan


dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan

mata dan kegairahan kerja (Subaris dan Haryono, 2008).

Hasil penelitian pada Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular

Badan Lembaga Kesehatan Depkes RI menyatakan, akibat dari pemakaian

fasilitas kerja yang tidak ergonomis akan menyebabkan perasaan tidak

nyaman, konsentrasi menurun, mengantuk dan lain sebagainya, hal ini

dapat terjadi juga pada siswa sekolah dasar dalam kualitas penerangan

ruang kelasnya. Adapun bila kondisi tersebut berlangsung lama dan secara

terus menerus (selama masa sekolah) akibat yang ditimbulkan akan lebih

jauh akan dapat menyebabkan gangguan penglihatan (Depkes RI, 2008).

Penerangan yang kurang akan mempengaruhi ketajaman

penglihatan dimana ketajaman akan menurun karena kelelahan mata.

Kondisi tersebut disebabkan karena mata berakomodasi secara terus

menerus sehingga mengakibatkan kelelahan pada otot-otot mata. Desain

penerangan yang dirancang ergonomis untuk murid sekolah akan

memberikan efek kondisi belajar yang nyaman dan tidak menyebabkan

kelelahan mata. Dampak dari ketidak sesuaian antara kondisi penerangan

ruang kelas dengan sistem penglihatan pada siswa merupakan salah satu

kendala dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Secara umum di Indonesia belum dilakukan analisis mengenai

fenomena dasar penerangan untuk fasilitas belajar di sekolah dasar,

sehingga murid sekolah juga punya peluang untuk menderita kelelahan


mata dan dapat menganggu kesehatan terutama kesehatan penglihatan

siswa sekolah dasar.

Usia 5-12 tahun merupakan usia perkembangan anak sekolah

dimana pada usia ini terjadi perubahan-perubahan pada diri anak seperti

perubahan pada aspek fisik, kognitif, emosi dan psikososial. Desain

penerangan diruang kelas seharusnya disesuaikan dengan keadaan

bangunan dan tata letaknya. Hal ini dapat terlihat dari kondisi bangunan

yang tua dan penggunaan lampu dalam kelas yang kurang baik untuk

kesehatan. Kondisi ini akan mengakibatkan kelelahan pada mata anak dan

dapat mengurangi daya konsentrasi selama proses belajar mengajar yang

diakibatkan ketidaknyamanan siswa dalam melihat. Hal tersebutlah yang

menjadi pendorong atau latar belakang peneliti dalam melakukan

penelitian mengenai pengaruh tingkat pencahayaan terhadap proses belajar

mengajar di ruang kelas Sekolah Dasar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh tingkat pencahayaan

terhadap proses belajar mengajar di ruang kelas Sekolah Dasar Negeri

Mawas Kota Makassar ?”.


C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari proposal ini antara lain :

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengaruh intensitas pencahayaan

terhadap proses belajar mengajar di ruang kelas Sekolah Dasar.

b. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui kondisi ruang kelas dengan tingkat intensitas

cahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan mata saat proses

belajar mengajar di ruang kelas Sekolah Dasar Negeri Mawas Kota

Makassar.

b) Untuk mengukur tingkat pencahayaan di dalam ruang kelas

Sekolah Dasar Negeri Mawas Kota Makassar.

c) Untuk membandingkan hasil pengukuran intensitas cahaya di

dalam ruang kelas SDN Mawas Kota Makassar dengan standar

ketentuan pencahayaan ruang.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Menambah wacana, informasi, pengetahuan dan referensi di

perpustakaan Program Studi Kesehatan Masyarakat berkaitan dengan

studi ilmu bidang Kesehatan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan khususnya bagi SD

Negeri Mawas Kota Makassar dan instansi pendidikan pada


umumnya mengenaifasilitas belajar berupa desain penerangan diruang

kelas yang nyaman.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya untuk menggali

dan melakukan penelitian berikutnya.


BAB II

TARGET DAN LUARAN

A. Target

Sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya

merupakan bagian dari sistem sosial bangsa yang bertujuan untuk

mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab,

beriman, bertaqwa, sehat jasmani maupun rohani, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, berkepribadian yang mantap serta mandiri. Agar tujuan

tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat, baik secara

infrastruktur maupun suprastruktur. Kurikulum ini nantinya yang akan

digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan seluruh kegiatan

pembelajaran, khususnya interaksi antar pendidik dengan peserta didik

dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dituntut untuk

dapat menyelenggarakan pembelajaran yang menarik dan bermakna

sehingga prestasi yang dicapai dapat sesuai dengan target yang telah

ditetapkan.

Adapun Target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan survei di

Sekolah Dasar Negeri Mawas yang berlokasi di Jln. Mawas V No.1,

Mamajang, KotaMakassar pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni

2018.
B. Luaran

Luaran yang diharapkan dalam kegiatan survei ini adalah:

a. Dapat memperkenalkan kepada Guru-guru dan Siswa-siswa bahwa

tingkat pencahayaan di dalam ruang kelas merupakan aspek penting

yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan juga dapat

mempengaruhi derajat kesehatan.

b. Dapat menciptakan inovasi baru kepada Guru dan Siswa terkait dengan

pencahayaan yang sesuai dengan standar pencahayaan ruang di ruang

kelas Sekolah Dasar Negeri Mawas Kota Makassar.


BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Jenis Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode survei dan observasi

dengan pendekatan deskriptif, untuk mengetahui bagaimana gambaran

keadaan tingkat pencahayaan di ruang kelas Sekolah Dasar Negeri Mawas

yang berlokasi di Jln. Mawas V No.1 Mamajang,Kota Makassar.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Waktu Pelaksanaan

Survei ini dilakukan yaitu pada:

Pelaksanaan Survei : Mei-Juni 2018

b. Tempat Pelaksanaan

Survei ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Mawas, Jln. Mawas V

No.1 Mamajang, Kota Makassar.

C. Populasi

Populasi dalam kegiatan survai ini adalah ruang kelas yang berada di

Sekolah Dasar Negeri Mawas , Jln. Mawas V No.1 Mamajang, Kota

Makassar sebanyak 9 ruang kelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penyusunan laporan praktek kerja

lapangan adalah sebagai berikut :


 Interview (wawancara)

Yaitu pengumpulan data secara langsung kepada setiap responden

dengan menggunakan alat ukur yakni kuisioner. Teknik pengumpulan data

dilakukan untuk jenis data primer dari hasil observasi dan wawancara

terhadap objek sasaran yaitu Siswa SDN Mawas.


BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Sekolah Dasar Negeri Mawas yang terletak di Jln. Mawas V No.1

Mamajang, Kota Makassar.merupakan pusat kegiatan belajar-mengajar

yang menjadi tumpuan harapan orang tua, masyarakat dan pemerintah

karena sekolah memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran dan

pelatihan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan afektif (nilai

dan sikap) bagi peserta didik.

Sekolah Dasar ini berakreditasi B , dengan Kepala Sekolah

bernama St. Jumasari. Adapun Guru-guru yang mengajar di SD ini yakni

sebanyak 15 orang guru , siswa laki-laki sebanyak 125 orang, dan siswa

perempuan sebanyak 109 orang. Kurikulum pendidikan yang diterapkan di

sekolah ini yaitu kurikulum 2013 . adapun informasi yang didapatkan ,

yakni Luas Tanah : 1,255 M² , sudah ada akses internet di Sekolah dasar

ini , sebanyak 9 ruang kelas , tidak ada laboratorium, 1 perpustakaan, dan

2 sanitasi siswa.
B. Pembahasan

1. Identifikasi Masalah

Kualitas pencahayan dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu


(Karlen, 2008):
1.    Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan.
Suatu rasio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi
variasi yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya
masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga
mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat objek-objek yang
lebih gelap dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan terang
cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih
dari 3 sampai 1. Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini,
cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali lebih besar
dari latar belakang.
2.    Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang
berlebihan mengenai mata. Cahaya yang menyilaukan dapat
dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
a.       Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort
Glare) Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan
yang terlalu fatal terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan
meyebabkan meningkatnya tingkat kelelahan dan dapat menyebabkan
rasa sakit pada bagian kepala.
b.    Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia
kurang bisa untuk menerima cahaya seperti ini.
3.    Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows) adalah akibat dari
sumber cahaya buatan (artificial) yang kecil atau dari cahaya yang
langsung berasal dari cahaya matahari. Kedua sumber tersebut dapat
menyebabkan rasio terang yang berlebihan dalam jangkauan
penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu jelas.
4.    Background (Latar Belakang)
Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat
sesederhana mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang
yang mempunyai banyak perpindahan sedapat mungkin dihindari,
dengan menggunakan sekat-sekat.

2. Pemecahan Masalah
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang,

maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan

kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja

dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:

a. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke

benda yang perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam

mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat

menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik

karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.

Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta

benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar

tampak menyegarkan.
b. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada

benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke

langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem

pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-

langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean

pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien

pemantulan antara 5-90%

c. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada

benda yang perlu disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-

langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem

direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan

sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan

masih ditemui.

d. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit

dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian

bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu


diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini

masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat

dikurangi.

e. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit

dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi

seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber

cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik.

Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan

kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total

yang jatuh pada permukaan kerja.

Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan

dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah

jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan
adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
2. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan
produktivitas manusia.
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh pihak terkait, baik itu dari pihak
Pemerintah, Guru-guru , dan lain sebagainya dapat memperhatikan sarana
dan prasarana yang dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan para Siswa
dalam menuntut Ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencetak
manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman,
bertaqwa, sehat jasmani maupun rohani, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, berkepribadian yang mantap serta mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah


penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif.

Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 , Syarat-Syarat Kesehatan,


Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, telah menetapkan ketentuan
penting intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai