DISUSUN OLEH :
1. ALVI NUR NUGRAHENY (PA2210523)
2. MAULIDAH FAZAT HUSNA (PA2210518)
3. SEBANI CHARIL IHLAR (PA2210520)
DOSEN PEMBIMBING :
TRI SUSETYO ANDADARI , S.ARS.,M.ARS
COVER
ABSTRAK
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
ABSTRAK
Pencahayaan yang baik dan optimal merupakan faktor penting dalam desain masjid.
Pencahayaan yang memadai dalam ruang ibadah memainkan peran krusial dalam
menciptakan suasana yang nyaman, menarik perhatian jemaah, serta memungkinkan aktivitas
ibadah yang optimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem
pencahayaan buatan pada Masjid Kampus UNIDP Tembalang.
Metode penelitian yang digunakan meliputi survei lapangan dan pengambilan data intensitas
cahaya di berbagai titik di dalam Masjid Kampus UNIDP Tembalang. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis untuk mengevaluasi tingkat pencahayaan yang ada dan
membandingkannya dengan standar yang dianjurkan untuk ruang ibadah. Akan didapat hasil
perbandingan perhitungan dan kondisi real di lapangan Hal ini dilakukan untuk memperbaiki
posisi dan penyebaran lampu, serta menggunakan lampu yang lebih efisien dan ramah
lingkungan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji kenyamanan visual melalui
pencahayaan buatan terhadap berbagai aktivitas pengguna di dalam masjid, baik aktivitas
yang membutuhkan penerangan secara umum maupun yang membutuhkan penerangan yang
lebih spesifik.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
kebutuhan pencahayaan buatan yang sesuai dengan berbagai aktivitas d Masjid Kampus
UNDIP Tembalang, sehingga dapat dilakukan penyesuaian desain pencahayaan yang lebih
optimal untuk menciptakan kenyamanan visual yang baik bagi pengguna masjid dalam
menjalankan ibadah maupun kegiatan lainnya. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam
memahami pentingnya pencahayaan pada masjid.
Kata Kunci : Masjid Kampus Undip Tembalang, sistem pencahayaan buatan, luxmeter
PENDAHULUAN
LOKASI
Masjid Undip Tembalang: terletak di kampus Undip Tembalang, Jl. Prof. Soedarto
SH, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Aksesnya sangat mudah dijangkau
untuk umum dan merupakan fasilitas yang disediakan Kampus UNDIP untuk
masyarakat sekitar juga.
Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Muslim yang memiliki nilai penting
dalam kehidupan sosial, spiritual, dan budaya masyarakat Islam. Bangunan masjid
memiliki desain arsitektur yang unik dan khas, serta memuat berbagai elemen penting
seperti mihrab, mimbar, dan ruang shalat yang merupakan simbol keagamaan dan
keindahan seni Islam. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai
pusat kegiatan masyarakat, tempat berkumpul, dan sebagai wakaf yang dapat
memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Seiring
perkembangan zaman, desain dan konstruksi bangunan masjid pun mengalami
perubahan dan pengembangan. Namun, nilai-nilai tradisional dan spiritual dalam
pembangunan masjid masih dipertahankan dan dihargai. Pembangunan masjid
modern saat ini juga semakin menekankan pada aspek keberlanjutan dan efisiensi
energi, serta kebutuhan pengguna dan masyarakat sekitar.
Dalam konteks budaya dan seni Islam, masjid juga memuat keindahan seni dan
arsitektur Islam, seperti kaligrafi, ukiran, mozaik, dan seni lukis. Seni dan budaya
Islam terus berkembang dan memberikan inspirasi dalam pembangunan masjid yang
lebih indah dan bermakna. Dalam kesimpulannya, masjid merupakan bangunan yang
memiliki nilai penting dalam kehidupan sosial, spiritual, dan budaya masyarakat
Islam. Pembangunan masjid memerlukan perhatian khusus dalam aspek desain,
konstruksi, keberlanjutan, dan kebutuhan pengguna dan masyarakat sekitar. Seni dan
budaya Islam juga memainkan peran penting dalam keindahan dan makna dari
bangunan masjid.
KAJIAN TEORI
Kajian teori yang melibatkan analisis titik lampu dan perhitungan cahaya pada Masjid
Kampus Undip Tembalang dapat melibatkan beberapa konsep dan metode sebagai berikut:
Pencahayaan alami: Mengacu pada penggunaan cahaya matahari yang masuk melalui
jendela, pintu, atau elemen desain lainnya.
Cahaya merata: Mengacu pada penyebaran cahaya yang merata di seluruh area masjid
untuk menghindari bayangan yang tidak diinginkan.
Analisis Titik Lampu:
Penempatan lampu: Analisis terkait penempatan lampu yang optimal untuk mencapai
pencahayaan yang merata di seluruh area yang ditentukan.
Jenis lampu: Memilih jenis lampu yang tepat berdasarkan intensitas cahaya yang
diinginkan, efisiensi energi, dan keawetan.
Perhitungan Cahaya:
Luxmeter: Penggunaan luxmeter sebagai alat untuk mengukur intensitas cahaya pada
titik-titik yang ditentukan di dalam masjid.
Standar pencahayaan: Merujuk pada standar yang ditetapkan dalam peraturan atau
panduan, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), yang mengatur tingkat kecerahan
yang diperlukan dalam ruang ibadah.
Ukuran dan bentuk ruangan: Ukuran dan bentuk ruangan dapat mempengaruhi
penyebaran cahaya di dalam masjid.
Penggunaan penutup jendela: Penggunaan penutup jendela seperti tirai atau gorden
dapat mempengaruhi jumlah cahaya alami yang masuk ke dalam masjid.
Kajian teori ini dapat digunakan untuk merancang dan mengoptimalkan sistem
pencahayaan di Masjid Kampus Undip Tembalang, dengan memperhatikan analisis
titik lampu, perhitungan cahaya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan.
Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan pencahayaan yang memadai, merata, dan
nyaman bagi jamaah dalam menjalankan ibadah di dalam masjid tersebut.
Namun, perhitungan teori tidak selalu dapat menjamin pencahayaan yang optimal di
dalam Masjid Undip Tembalang karena faktor-faktor seperti desain arsitektur,
pencahayaan alami, dan tata letak lampu juga mempengaruhi hasil akhir. Oleh karena
itu, disarankan untuk menggunakan metode perhitungan ini hanya sebagai acuan awal
dan tetap mengadopsi prinsip-prinsip desain pencahayaan yang baik untuk
memastikan kualitas pencahayaan yang optimal di dalam masjid.
Jika terdapat perbedaan antara hasil perhitungan teori dan kondisi aktual di lapangan,
perlu dilakukan penyesuaian dan pengaturan ulang tata letak lampu serta pemilihan
jenis lampu yang lebih sesuai agar cahaya dapat merata di seluruh ruangan. Selain itu,
perlu juga diperhatikan penggunaan teknologi pencahayaan terbaru yang lebih efisien
dan ramah lingkungan, seperti lampu LED, yang dapat menghasilkan pencahayaan
yang lebih terang namun mengkonsumsi daya yang lebih rendah.
lingkungan kerja yang baik. Lingkungan IBADAH yang baik akan dapat memberikan
kenyamanan dan meningkatkan kekhusyukan pengguna fasilitas masjid.
Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan kondisi
penglihatan yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik akan memberikan
kemudahan bagi seorang operator dalam melihat dan memahami display, simbol-
simbol dan benda kerja secara baik pula. Indera yang yang berhubungan dengan
pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan batasan daya lihat menusia penting untuk
dipahami oleh seorang desainer display.
Pencahayaan yang memadai menjadi faktor yang cukup penting sesuai dengan jenis
Aktivitas yang dilakukan. Pencahayaan yang cukup baik untuk suatu pekerjaan belum
tentu sesuai digunakan untuk jenis pekerjaan lainnya. Jenis kegiatan yang dilakukan di
dalam ruangan akan menentukan tingkat iluminasi yang dibutuhkan karena jenis
kegiatan yang berbeda akan memerlukan tingkat iluminasi yang berbeda. Sesuai
dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan pada kuat penerangan, maka kebutuhan
tingkat kuat penerangan (iluminasi) pada area masjid dengan kegiatan ibadan rutin
adalah 300 lux.
Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur, Sebagian
dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktor penggunaan
didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai di bidang kerja terhadap
keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. Faktor utilisasi ini besarnya kurang dari
1 dimana nilai kerugian untuk gfasilitas umum masjid pada umumnya berkisar 0,8. Penentuan
koefisien pemakaian berdasarkan faktor reflektansi langit-langit, dinding, dan lantai
dipengaruhi oleh pemantulan dari masing-masing warna.
Cahaya (LLF).
Koefisien depresiasi atau sering disebut juga koefisien rugi-rugi cahaya atau koefisien
yang baik pada umumnya koefisien depresiasi diambil sebesar 0,8 Non recoverable,
factor
terdiri atas:
Penerangan yang sesuai dapat mempengaruhi konsentrasi dan fokus jamaah dalam
menjalankan ibadah. Hal ini dapat mengganggu ibadah dan menurunkan kualitas
spiritualitas yang dirasakan oleh jamaah. Selain itu, pandangan kurang cahaya yang
tidak nyaman juga dapat berdampak pada kesehatan mata/ pandangan dari jamaah
yang dating untuk beribadah.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan pencahayaan buatan di dalam masjid
terutama pada malam hari sampai fajar yang tidak terkena pencahayaan alami
langsung dari sinar matahari agar jamaah dapat menjalankan ibadah dengan tenang,
nyaman, dan sehat mata. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan jamaah
terhadap masjid sebagai tempat ibadah yang aman dan nyaman.
1. Tentukan ukuran ruangan masjid: Hitung luas dan volume ruangan masjid dengan
mengukur panjang, lebar, dan tinggi ruangan.
2. Tentukan kebutuhan pencahayaan: Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
6197-2000, kebutuhan pencahayaan rata-rata pada ruang ibadah adalah 200-300 lux.
Kebutuhan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus Masjid Undip Tembalang.
3. Tentukan jumlah lampu yang dibutuhkan: Berdasarkan kebutuhan pencahayaan yang
telah ditentukan, hitung jumlah lampu yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus:
4. Jumlah lampu = (luas ruangan x tinggi langit-langit x kebutuhan pencahayaan) / daya
lampu
5. Tentukan titik lampu: Setelah menentukan jumlah lampu yang dibutuhkan, tentukan
titik-titik lampu yang ideal untuk menjamin cahaya yang merata di seluruh ruangan.
Sebaiknya gunakan lampu yang dapat disesuaikan untuk menghindari bayangan atau
siluet di dinding atau lantai.
6. Perhitungan ketinggian titik lampu: Ketinggian titik lampu harus dipertimbangkan
untuk menghindari cahaya yang terlalu terang atau terlalu redup. Ketinggian ideal
untuk pemasangan lampu di langit-langit ruang ibadah adalah sekitar 2,5-3 meter dari
lantai.
Data: Masjid kampus sendiri memiliki luas lahan sebesar 3328 m2 dengan luas
bangunan 1997 m2 untuk kapasitas ±2000 orang.
Standar untuk lampu downlight LED 18 watt setara dengan penerangan untuk lampu 60 watt
Asumsi perhitungan untuk MASJID KAMPUS UNDIP maka Berdasarkan SNI untuk
maksimal pencahayaan MASJID = 15 watt / m2
PEMBAHASAN
Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum untuk ruang Masjid adalah 15 watt/ m2, sedangkan untuk
rumah tak melebihi 10 watt/m2, ( tambahan Ir. Hartono Poerbo, M.Arch : untuk toko 20-40 watt/m2,
hotel 10-30 watt/m2, sekolah 15-30 watt/m2, rumah sakit 10-30 watt/m2 ).
Oke langsung saja untuk menghitung Jumlah lampu pada suatu ruang dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
N= (E x L x W x) / (Q x LLF x CU x n)
Keterangan :
N = Jumlah titik lampu
E = Kuat penerangan (Lux), rumah atau apartemen standar 100lux - 250lux
L = Panjang ruangan
W = Lebar ruangan
Q = Total lumen lampu (w x L/w: daya lampu x luminous efficacy lamp dapat dilihat
pada box lampu yg dibeli)
LLF (Light Loss Factor) = Faktor cahaya hilang rumah atau apartemen standardnya 0,7-0,8
CU (Coeffesien of utilization) = Faktor pemanfaatan rumah atau apartemen (50% - 65%)
n = Jumlah lampu dalam 1 titik lampu (jumlahnya 1)
Sumber: http://jasainstalistrik.blogspot.com/2011/07/cara-menghitung-jumlah-titik-lampu-
pada.html#axzz80Y90qkhp
Untuk melengkapi perhitungan, kita perlu menentukan banyaknya titik pada satu lampu (n) agar dapat
menghitung jumlah titik lampu (N) yang dibutuhkan untuk mencapai kebutuhan pencahayaan di
masjid.
Diketahui:
Luas NLA masjid (Luas ruang yang akan diberi pencahayaan) = 1997 m²
Kebutuhan listrik untuk satu lantai = 29.955 watt (didapatkan dari Luas NLA masjid × 15 watt/m²)
Kuat penerangan (E) = 250 lux
Lumen lampu (Ø) = 60 watt × 75 lumen = 4500 lumen (didapatkan dari daya lampu × Luminous
Efficacy Lamp)
CU (Coeffesien of utilization) = 65% = 0.65
LLF (Light Loss Factor) = 0.8
Kita dapat menggunakan rumus berikut untuk menghitung jumlah titik lampu (N):
Kita sudah memiliki nilai E, Luas ruang, Ø, LLF, dan CU. Yang belum kita ketahui adalah nilai n.
Sebelum melanjutkan, perlu dicatat bahwa nilai n biasanya berkisar antara 1 hingga beberapa titik
lampu dalam satu sumber cahaya, tergantung pada jenis lampu, distribusi cahaya, dan preferensi
desain pencahayaan. Sebagai contoh, jika kita asumsikan 1 titik lampu per sumber cahaya, maka n =
1.
Jadi, untuk mencapai tingkat pencahayaan 250 lux di seluruh NLA masjid dengan menggunakan
lampu berdaya 60 watt yang menghasilkan 75 lumen per watt, kita memerlukan sekitar 213 titik
lampu dengan asumsi hanya 1 titik lampu dalam satu sumber cahaya (n = 1). Perlu diingat bahwa
angka ini bisa berbeda jika kita menggunakan nilai n yang berbeda atau jenis lampu yang berbeda
dengan karakteristik pencahayaan yang berbeda.
Analisis perbandingan antara teori dan realita pada lokus penelitian tersebut dapat melibatkan
beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan:
Perhitungan Kebutuhan Lampu: Dalam teori, kita menggunakan rumus yang tepat untuk menghitung
jumlah titik lampu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat pencahayaan 250 lux di seluruh NLA
masjid. Namun, di dunia nyata, perhitungan ini bisa menjadi lebih kompleks karena ada berbagai
faktor lain yang dapat mempengaruhi kebutuhan pencahayaan, seperti distribusi cahaya dari sumber
lampu tertentu, faktor pencahayaan alami, tekstur permukaan ruang, dan sebagainya. Oleh karena itu,
jumlah titik lampu yang sebenarnya dapat bervariasi dari perhitungan teoritis tergantung pada kondisi
dan variabel yang ada di lapangan.
Jenis Lampu dan Efisiensi Energi: Dalam teori, kita mengasumsikan penggunaan lampu dengan daya
60 watt dan efisiensi cahaya 75 lumen per watt. Namun, di dunia nyata, mungkin ada pilihan berbagai
jenis lampu dengan efisiensi energi yang berbeda yang dapat mempengaruhi jumlah total lumen yang
dihasilkan. Selain itu, teknologi pencahayaan terus berkembang, dan ada kemungkinan ada lampu-
lampu yang lebih efisien dan canggih yang tersedia di pasaran, yang akan mempengaruhi perhitungan
aktual kebutuhan pencahayaan.
Faktor Lingkungan dan Desain: Faktor lingkungan dan desain juga dapat mempengaruhi distribusi
cahaya di dalam masjid. Misalnya, pemilihan reflektor, posisi lampu, dan tata letak ruangan dapat
mempengaruhi bagaimana cahaya tersebar di seluruh area NLA masjid. Hal ini dapat mempengaruhi
kebutuhan jumlah titik lampu yang sebenarnya.
Dalam analisis perbandingan antara teori dan realita, penting untuk diingat bahwa
perhitungan teoritis hanyalah perkiraan berdasarkan asumsi tertentu. Faktor-faktor kompleks
di dunia nyata dapat menyebabkan perbedaan antara perhitungan teoritis dan situasi aktual.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengukuran dan evaluasi di lapangan untuk memastikan
pencahayaan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya. Selalu disarankan untuk
bekerja sama dengan profesional pencahayaan yang berpengalaman untuk mendapatkan hasil
pencahayaan yang optimal.
Hasil perhitungan N secara teori : Realita N di lapangan
N titik lampu secara realita lebih banyak daripada perhitungan teori karena ada
beebrapa tempat titik area dari masjid kampus yang perlu penerangan ekstra karena
luasnya ruangan dan tingginya kebutuhan membaca alquran di dalam masjid.
Perhitungan teori untuk pencahayaan di dalam bangunan seringkali tidak selalu dapat menghasilkan
kondisi pencahayaan yang optimal di dalam bangunan tersebut. karena itu, sangat penting untuk
melakukan evaluasi dan pengukuran lapangan untuk memastikan bahwa pencahayaan di dalam
bangunan memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Pencahayaan yang baik dalam masjid dapat menciptakan suasana yang nyaman dan
membantu jemaah dalam melaksanakan ibadah dengan baik. Penelitian ini akan
mengkaji hubungan antara tingkat pencahayaan yang memadai dan persepsi
kenyamanan visual jemaah dalam masjid. Beberapa faktor yang mungkin diperhatikan
dalam penelitian ini meliputi intensitas cahaya, distribusi cahaya, warna cahaya, dan
kontras.
Foto : titik lampu di dalam MASJID KAMPUS UNDIP TEMBALANG Sumber: survey
Foto : titik lampu di dalam MASJID KAMPUS UNDIP TEMBALANG Sumber: survey
N titik lampu secara realita lebih banyak daripada perhitungan teori karena ada beebrapa
tempat titik area dari masjid kampus yang perlu penerangan ekstra karena luasnya ruangan
dan tingginya kebutuhan membaca alquran di dalam masjid.
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja pencahayaan alami pada Masjid
Kampus Undip Tembalang yang juga berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan
dan kajian ilmu. Pencahayaan alami memiliki potensi besar dalam memenuhi
kebutuhan pencahayaan di dalam masjid, terutama pada siang hari ketika bangunan
menerima sinar matahari secara langsung. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan deduktif dan menggunakan beberapa metode seperti
observasi, dokumentasi, wawancara, dan pengukuran menggunakan luxmeter.
Penelitian difokuskan pada analisis kinerja pencahayaan alami di berbagai area di
dalam masjid. Kualitas cahaya diukur dan dibandingkan dengan standar pencahayaan
alami yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengukuran
dilakukan pada lantai 1 dan lantai 2, dengan pemetaan area berdasarkan tingkat
pencahayaan ruangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pencahayaan alami pada lantai 1 dan
lantai 2 Masjid Kampus Undip Tembalang melebihi standar yang ditetapkan dalam
SNI. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penghalang yang menghalangi sinar matahari
pada titik-titik pengukuran tersebut. Pencahayaan alami yang cukup dan merata di
dalam masjid memberikan lingkungan yang nyaman dan memadai untuk kegiatan
ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan buatan pada Masjid Undip
Tembalang telah mencapai standar yang ditetapkan. Intensitas pencahayaan yang
diukur pada lokasi tertentu mencapai nilai yang sesuai dengan rekomendasi untuk
ruang ibadah. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pencahayaan buatan yang
digunakan mampu memberikan pencahayaan yang cukup dan merata di seluruh area
masjid.
Penelitian ini memberikan pemahaman tentang potensi penggunaan pencahayaan
alami pada masjid dan menunjukkan bahwa Masjid Kampus Undip Tembalang telah
berhasil memanfaatkannya dengan baik. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pedoman untuk perancangan masjid lainnya yang ingin memanfaatkan pencahayaan
alami secara optimal, sehingga menciptakan lingkungan yang nyaman dan berfungsi
dengan baik bagi jamaah.
Kesimpulan mengenai penggunaan alat Lux Meter dalam realita lapangan adalah sebagai
berikut:
Penggunaan alat Lux Meter memberikan pengukuran kecerahan yang lebih akurat dan dapat
diandalkan dibandingkan dengan aplikasi Lux Meter di smartphone.Alat Lux Meter
membutuhkan penggunaan alat terpisah dan pengukuran secara langsung di lokasi yang ingin
diukur pencahayannya.Alat Lux Meter memberikan fleksibilitas dalam pengukuran
pencahayaan di berbagai lingkungan dan kondisi. Alat Lux Meter umumnya lebih stabil,
tahan lama, dan konsisten dalam pengukuran dari waktu ke waktu.
Penggunaan alat Lux Meter lebih umum dalam industri dan keperluan profesional di mana
keakuratan dan keandalan pengukuran pencahayaan sangat penting.
Dengan menggunakan alat Lux Meter, pengguna dapat mendapatkan data pencahayaan yang
akurat, fleksibilitas dalam pengukuran, dan keandalan yang diperlukan dalam konteks
industri dan keperluan profesional. Meskipun membutuhkan alat terpisah dan pengukuran
secara fisik, penggunaan alat Lux Meter memberikan manfaat yang signifikan dalam
memahami, memantau, dan mengoptimalkan pencahayaan dalam berbagai pengaturan di
dunia nyata.
Penting untuk diingat bahwa hasil pengukuran menggunakan aplikasi luxmeter dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas kamera ponsel, kondisi lingkungan, dan
kalibrasi aplikasi itu sendiri. Oleh karena itu, jika akurasi yang tinggi diperlukan, disarankan
untuk menggunakan alat pengukur luxmeter yang dikalibrasi secara profesional.
Evaluasi Intensitas Cahaya: Aplikasi luxmeter memungkinkan Anda untuk secara akurat
mengukur intensitas cahaya dari lampu atau sumber cahaya lainnya. Dengan menggunakan
aplikasi ini, Anda dapat membandingkan intensitas cahaya antara berbagai lampu atau
mengukur apakah intensitas cahaya tersebut memenuhi kebutuhan ruangan atau kegiatan
tertentu.
Pemilihan Lampu yang Tepat: Dengan bantuan aplikasi luxmeter, Anda dapat memilih lampu
yang sesuai dengan kebutuhan pencahayaan ruangan. Anda dapat mengukur intensitas cahaya
yang dihasilkan oleh berbagai jenis lampu dan memilih yang paling cocok untuk mencapai
tingkat pencahayaan yang diinginkan.
Efisiensi Energi: Dengan mengukur intensitas cahaya menggunakan aplikasi luxmeter, Anda
dapat mengidentifikasi lampu yang memberikan intensitas cahaya yang cukup dengan
konsumsi energi yang lebih rendah. Ini dapat membantu Anda mengoptimalkan penggunaan
energi dan mengurangi biaya operasional.
Perbaikan Pencahayaan: Jika Anda menggunakan aplikasi luxmeter untuk mengukur
intensitas cahaya di area tertentu dan menemukan bahwa pencahayaan tidak memadai, Anda
dapat mengambil langkah-langkah untuk memperbaikinya. Misalnya, Anda dapat menambah
lampu tambahan, mengganti lampu yang lebih terang, atau mengubah penempatan lampu
yang ada untuk mencapai pencahayaan yang lebih baik.
Jika Anda tidak menggunakan alat Lux Meter, maka Anda tidak akan dapat melakukan
pengukuran pencahayaan secara langsung dan mendapatkan nilai numerik dalam unit lux.
Namun, masih ada beberapa cara yang dapat Anda gunakan untuk memberikan perkiraan
atau penilaian kasar terkait tingkat pencahayaan di sekitar Anda, meskipun tidak akan
seakurat atau sepresisi menggunakan alat Lux Meter. Berikut adalah beberapa metode yang
dapat Anda coba:
1. Observasi Visual: Anda dapat melakukan observasi visual dengan memperhatikan sejauh
mana Anda dapat melihat dengan jelas di sekitar Anda. Jika Anda merasa ruangan atau area
terlihat sangat terang, terang, sedang, redup, atau gelap, Anda dapat memberikan penilaian
subjektif mengenai tingkat pencahayaan tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa metode ini hanya memberikan perkiraan atau penilaian kasar.
Untuk penilaian yang lebih akurat dan tepat, menggunakan alat Lux Meter adalah pilihan
yang lebih baik. Alat tersebut dirancang khusus untuk pengukuran pencahayaan yang lebih
akurat dan dapat memberikan nilai numerik yang berguna dalam unit lux.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memastikan apakah pencahayaan buatan yang digunakan
sudah sesuai dengan fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan apakah dapat mempengaruhi
kenyamanan visual untuk melakukan aktivitas lainnya, seperti membaca Al-Quran dan
mengikuti kajian ilmu.
Pencahayaan alami pada Masjid Kampus Undip Tembalang dapat dimanfaatkan dengan baik
melalui desain arsitektur yang memperbolehkan masuknya cahaya matahari. Misalnya,
masjid ini dapat memiliki jendela besar, atap transparan, atau elemen desain lain yang
memungkinkan pencahayaan alami masuk ke dalam ruangan masjid. Cahaya matahari yang
masuk memberikan kecerahan dan suasana yang alami, menciptakan lingkungan yang
nyaman bagi jamaah.
Selain itu, pencahayaan buatan juga digunakan untuk memberikan cahaya di dalam masjid,
terutama saat kondisi cahaya alami tidak mencukupi, seperti pada malam hari atau saat cuaca
yang buruk. Sistem pencahayaan buatan yang diterapkan di Masjid Kampus Undip
Tembalang dapat menggunakan lampu LED yang efisien energi dan memiliki umur panjang.
Lampu-lampu ini ditempatkan secara strategis untuk memastikan penyebaran cahaya yang
merata di seluruh area masjid. Contohnya, lampu-lampu dipasang di langit-langit, kolom-
kolom, atau di sekitar mihrab dan mimbar.
Pentingnya cahaya yang merata dalam masjid juga diperhatikan dalam desain pencahayaan
Masjid Kampus Undip Tembalang. Dengan menyebar cahaya secara merata, bayangan yang
tidak diinginkan dapat diminimalisir, sehingga memungkinkan jamaah untuk melihat dengan
jelas selama beribadah tanpa terganggu oleh bayangan yang mengganggu.
Pengaplikasian cahaya buatan yang sesuai dengan standar yang direkomendasikan dapat
berdampak pada respon pengguna yang berbeda-beda. Di Kampus Undip Tembalang,
pencahayaan buatan digunakan untuk menciptakan suasana hangat dengan menggunakan
warna lampu warm light. Namun, ditemukan pembagian zona pada ruang utama jamaah laki-
laki berdasarkan studi aktivitas yang membutuhkan jenis penerangan yang berbeda. Beberapa
kegiatan membutuhkan penerangan secara umum (general) sedangkan kegiatan lainnya
membutuhkan penerangan yang lebih spesifik.
Dalam keseluruhan konsep pencahayaan masjid ini, Masjid Kampus Undip Tembalang
memanfaatkan pencahayaan alami sebanyak mungkin dan menggunakan pencahayaan buatan
untuk melengkapi kebutuhan pencahayaan yang tidak dapat dipenuhi oleh cahaya alami. Hal
ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, terang, dan memadai bagi jamaah
dalam menjalankan ibadah di masjid tersebut.
N titik lampu secara realita lebih banyak daripada perhitungan teori karena ada beebrapa
tempat titik area dari masjid kampus yang perlu penerangan ekstra karena luasnya ruangan
dan tingginya kebutuhan membaca alquran di dalam masjid.
SARAN
• Menggunakan kaca bening: Jika masjid sudah memiliki jendela, pastikan kaca yang
digunakan bening dan bersih untuk memaksimalkan pencahayaan alami.
• Menggunakan warna yang cerah: Menggunakan warna yang cerah pada dinding dan
langit-langit masjid dapat membantu memantulkan cahaya dan meningkatkan
pencahayaan alami di dalam ruangan.
• Menjaga kebersihan: Pastikan dinding dan kaca jendela selalu bersih untuk
memaksimalkan pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan.
• Mengurangi penggunaan tirai atau gorden. Tirai yang terlalu tebal menghalangi
masuknya cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Materi perkuliahan Fisika Bangunan, PPT Materi: Pencahayaan Alami dan Buatan. oleh Ibu
Tri Susetyo Andadari : Minggu 30 April 2023
A study on daylighting metrics related to the subjective evaluation of daylight and visual
comfort of students in China
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0378778823002311
Ananda Isya Anggraeni, Ibrahim Akbar, La Pande Jurumai, Kajian Pencahayaan Alami dan
Pencahayaan Buatan di Aula Gedung Islamic Centre Universitas Muhammadiyah Kendari,
2023
Riska saha, Rahmayanti Ulfirah, Irma Rahayu, Pencahayaan Alami pada Masjid Amirul
Mukminin Makassar, 2019