Anda di halaman 1dari 9

Maximizing The Lighting Performance of

The Grand Mosque of Candi Lama of Semarang

Iffani Muhandis Shidqi1, Aditya Wisnu Wardana1, Agung Prasetyo1,


Mawar Asih Agustina1, Rizka Tri Arinta2
1
Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945
Semarang; 2 Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Alamat Email penulis: aditya.w.wardanaa@gmail.com; iffanimuhandis70@gmail.com;
agungprasetyo10a@gmail.com; mawar.asih13@gmail.com

ABSTRAK
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan 87,18% masyarakat Indonesia beragama
Islam. Dengan populasi muslim di Indonesia tersebut membuat setiap daerah memiliki
masjid sendiri. Banyaknya bangunan masjid ini tidak semua memiliki kualitas
sesuai standar yang dianjurkan pemerintah Indonesia seperti tingkat
pencahayaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pencahayaan
alami dan buatan di Masjid Raya candi Lama Semarang. Peneliti berharap
dengan dilakukannya penelitian ini bisa memaksimalkan performa pencahayaan
bangunan rumah ibadah yang ada di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian kuantitatif yaitu dengan menganalisa dari data pengukuran
pencahayaan menggunakan lux-meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pencahayaan sebelumnya masih bisa ditingkatkan agar pengunjung bisa
beribadah dengan khusuk dan nyaman.
Kata kunci: Pencahayaan, Performa, Masjid Raya Candi Lama

ABSTRACT
Data from the Central Statistics Agency states that 87.18% of Indonesians are Muslim.
The sizeable Muslim population in Indonesia makes each region has its mosque. Not all of
these mosque buildings have the quality according to the standards recommended by the
Indonesian government, such as lighting levels. This study was conducted to determine the
level of natural and artificial lighting in the Grand Mosque of the Old Temple of
Semarang. Researchers hope that this research can maximize the lighting performance of
houses of worship in Indonesia. This research was conducted using quantitative methods
by analyzing the lux meters lighting measurement data. The results showed that the
previous lighting could still be improved to support visitors to worship solemnly and
comfortably.

Keywords: Lighting, Performance, Mosque

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penganut agama Islam terbanyak di
dunia. Menurut Badan Pusat Statistik, data sensus tahun 2010, populasi Indonesia yaitu
berjumalah 237.641.326 jiwa. Dari besarnya jumalah tersebut persentase umat islam
87,18% yaitu sekitar 207,18 juta jiwa.
Bagi umat beragama salah satu yang menjadi kebutuhan utama adalah ketersediaan
rumah ibadah. Masyarakat muslim dianjurkan oleh agama untuk melakukan ibadah di
masjid karena dalam agama islam itu lebih utama dari pada beribadah sendiri di rumah.
Kebiasaan ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagaimana untuk mempersiapkan
fasilitas rumah ibadah.
Menurut Data Kementrian Agama, menyatakan bahwa jumlah masjid di Indonesia
pada tahun 2010 sebanyak 255.147 buah. Banyaknya bangunan masjid ini tidak semua
memiliki kualitas sesuai standar yang dianjurkan pemerintah Indonesia seperti diantaranya
tingkat kebisingan, tingkat kenyamanan termal dan tingkat pencahayaan. Salah satunya
sabuah masjid yang kami jadikan objek penelitian kali ini adalah Masjid Raya Candi Lama
Semarang. Ketika kami berkunjung disana kamu memiliki asumsi awal bahwa susana ruang
utama tempat pengunjung beribadah terlalu gelap. Banyak faktor yang bisa menjadi
penyebab, salah satu diantaranya adalah penempatan bukaan yang kurang tepat sehingga
tidak semua cahaya bisa sampai ke area-area tertentu dengan sempurna.
Masjid Raya Candi Lama ini memiliki kapasitas sekitar 300 orang. Dengan
banyaknya pengunjung di masjid ini, perlu diadakan penelitian untuk memaksimalkan
pencahayaan masjid sehingga pengunjung bisa beribadah dengan khusuk dan nyaman.

2. Metode

2.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif karena hal yang akan diteliti
bersifat terukur. Hasil dari pengukuran menjadi analisa untuk menentukan hasil dari
penelitian.

2.2 Variabel

Menurut Arikunto (2010) variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian. Variabel dibagi menjadi variabel penyebab dan variabel
akibat. Variabel penyebab disebut juga variabel bebas, sedangkan variabel akibat disebut
juga variabel terikat.
Variabel bebas yang digunakan adalah waktu pengambilan data. Variabel terikatnya
adalah hasil pengukuran dengan lux-meter. Variabel operasional untuk performa
pencayaan adalah kontras cahaya, tekstur, kedalaman, kecerlangan cahaya.
Gambar 1. Bangunan (a) dan Interior (b) Masjid Raya candi Lama
(Sumber: Penulis, 2022)

2.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi langsung dengan
melakukan pengukuran di 5 titik dalam ruang masjid menggunakan aplikasi lux-meter.
Pengukuran tersebut dilakukan pada 4 waktu dalam 1 hari untuk mendapatkan tingkat
pencahayaan rata-rata bangunan. Pengukuran dilakukan pukul 09.00, 12.00, 15.00, dan
18.00 WIB

2.4 Metode Analisa Rekomendasi Desain

Dalam penelitian ini kita akan merekomendasikan desain untuk meningkatkan


performa pencahayaan. Untuk menilai performa dari desain rekomendasi, kami
menggunakan analisa pencahayaan dari aplikasi Ecotect.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Analisa Site Bangunan

Masjid Raya Candi Lama berada di Jl. Dr. Wahidin No.109, Kaliwiru, Kecamatan
Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Pada bagian timur masjid merupakan
area parkir dan jalan Dr. Wahidin. Di bagian selatan masjid merupakan bangunan Super
Indo. Di bagian barat masjid merupakan perumahan warga dan di bagian selatan masjid
merupakan area perkantoran.

Gambar 2. Peta Lokasi dan Arah Kiblat Masjid Raya Candi Lama
(Sumber: www.google.com/maps, 2022)

Arah hadap bangunan Masjid Raya Candi Lama menyesuaikan dengan arah kiblat,
yaitu menuju Ka’bah di Mekkah, yaitu sisi Barat bangunan masjid. Pada gambar diatas, arah
kiblat ditunjukkan dengan garis merah. Untuk main entrance Masjid Raya Candi Lama ini
berada disebelah timur dekat dengan Jl. Dr. Wahidin.

Gambar 3. Bukaan Main Enterence


(Sumber: Penulis, 2022)

Untuk main enterence terdapat bukaan besar yang difungsikan sebagai pintu dan
jendela. Terdapat tiga pintu utama dimana dua pintu untuk jamaah laki-laki dan satu pintu
untuk jamaah perempuan. Bukaan besar ini berfungsi juga sebagai sumber pencahayaan
alami terbesar.

Gambar 4. Bukaan di Area Imam


(Sumber: Penulis, 2022)

Dibagian area imam terdapat jendela mati berukuran 50x50 cm berjumlah 16


buah yang terletak diatas. Letak jendela barada di ketinggian 4,5 meter. Jendela ini
menjadi sumber pencayaan alami di area imam dan bagian depan.

3.2 Analisa Data Pengukuran

Gambar 4. Denah Masjid


(Sumber: Penulis, 2022)

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan lux-meter


di beberapa titik dalam ruang masjid seperti yang tergambar dalam gambar.4. Pengukuran
dilakukan berkala dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Dari pengukuran ini
didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran Pencahayaan Alami Menggunakan Lux-meter
Kode Warna 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB Rata-rata Kekurangan
SNI (200 lux)
504 lux 936 lux 257 lux 565 lux Sudah
Memenuhi
120 lux 103 lux 80 lux 101 lux 99 lux
113 lux 95 lux 76 lux 94 lux 106 lux
150 lux 124 lux 40 lux 104 lux 96 lux
66 lux 106 lux 37 lux 69 lux 131 lux
(Sumber: penulis, 2022)

Tabel 2. Hasil Pengukuran Pencahayaan Buatan Menggunakan Lux-meter


Kode Warna 18.00 WIB Rata-rata Kekurangan
SNI (200 lux)
88 lux 88 lux 112 lux

49 lux 49 lux 151 lux


46 lux 46 lux 154 lux
47 lux 47 lux 153 lux
47 lux 47 lux 153 lux
(Sumber: penulis, 2022)

Standar bangunan ibadah berdasarkan SNI Pencahayaan Buatan 2001 memiliki


pencahayaan 200 lux. Berdasarkan standar tersebut dari hasil pengukuran didapatkan
bahwa pencahayaan alami di Masjid Raya Candi Lama hanya di bagian selasar yang sudah
memenuhi standar SNI. Dititik lain belum memenuhi standar SNI.

3.3 Rekomendasi

Merespon hasil analisa yang menyatakan ada beberapa titik yang belum memenuhi
standar SNI, peneliti mencoba memberikan rekomendasi untuk meningkatkan performa
pencahayaan hingga memenuhi standar SNI.

3.3.1 Rekomendasi Pencahayaan Alami

Peneliti menemukan indikasi penyebab kurangnya pencahayaan yang masuk


dikarenakan kurangnya bukaan yang ada dalam bangunan. Untuk itu peneliti mencoba
membuat rekomendasi dengan menambahkan beberapa bukaan diantaranya di area imam,
kanan kiri bangunan dan area tengah bangunan. Bukaan yang bisa ditambahkan berupa
dinding roster.
Gambar 5. Eksisting (a) dan Rekomendasi (b) Penambahan Bukaan Pada Bangunan
(Sumber: Penulis, 2022)

Dari penambahan tersebut kami mencoba untuk menganalisa lux yang masuk
kedalam bangunan dengan menggunakan aplikasi ecotect. Setelah dianalisa, penambahan
bukaan mampu meningkatkan performa pencahayaan hingga memenuhi standar SNI yaitu
200 lux.

Gambar 6. Perbedaan Warna Setelah Dilakukan Penambahan Bukaan


(Sumber: Penulis, 2022)

3.3.2 Rekomendasi Pencahayaan Buatan

Peneliti menemukan indikasi penyebab kurangnya pencahayaan buatan Masjid


Racya Candi Lama dikarenakan pemilihan tipe lampu dan energi lampu yang kurang tepat.
Untuk itu peneliti mencoba membuat rekomendasi dengan mengganti tipe lampu dan
menambah energi lampu diantaranya di area utama Masjid.
Gambar 7. Eksisting (a) dan Rekomendasi (b) Penggantian Tipe Lampu
(Sumber: Penulis, 2022)

Dari penambahan tersebut kami mencoba untuk menganalisa lux yang masuk kedalam
bangunan dengan menggunakan aplikasi ecotect. Setelah dianalisa, penambahan bukaan
mampu meningkatkan performa pencahayaan hingga memenuhi standar SNI yaitu 200 lux.

Gambar 8. Perbedaan Warna Setelah Dilakukan Penambahan Penggantian


(Sumber: Penulis, 2022)

4. Kesimpulan

Secara keseluruhan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan Masjid Raya Candi
Lama belum memenuhi standar SNI. Hanya di daerah selasar yang sudah memenuhi
standar pencahayaan SNI. Untuk memenuhi standar dari SNI, bisa dilakukan beberapa
upaya untuk meningkatkan performa pencahayaan Masjid.
Untuk meningkatkan performa pencahayaan alami dapat dilakukan dengan
menambah bukaan di beberapa bagian yang membutuhkan tambahan pencahyaan,
diantaranya area ruang utama masjid. Untuk meningkatkan performa pencahayaan buatan
dapat dilakukan dengan mengganti tipe lampu dengan energi yang lebih tinggi agar cahaya
yang dihasilkan bisa menyebar merata ke seluruh area ruangan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan dengan melakukan beberapa perubahan
tersebut bisa meningkatkan performa pencahayaan bangunan rumah ibadah memenuhi
standar SNI. Dengan demikian kualitas kenyamanan terkait pencahayaan bisa teratasi dan
pengunjung bisa melakukan aktivitas di masjid dengan nyaman.

Daftar Pustaka

Anjarwulan, S. P. (t.t.). SAINS DAN TEKNOLOGI BANGUNAN DEKONSTRUKSI DALAM KARYA


ZAHA HADID. 8.

Arifianto, B. S., Prihantoro, K., & Sasongko, N. A. (2022). Policy Formulation towards Net
Zeroemission 2060 and Criteria for Development of Nuclear Power Plants in Indonesia using
the Score card Deployment Method. 7(3), 6.

Li, D. H. W., & Lam, J. C. (2001). Evaluation of lighting performance in of®ce buildings with
daylighting controls. Energy and Buildings, 11.

Michael Wangsa. (t.t.). Pengaruh Pencahayaan terhadap Pembentukan Persepsi Visual Umat
pada Masjid Al-Irsyad Bandung.

Widyastuti, D. S. (t.t.). Intensitas Penerangan Pada Ruang Kelas Dan Laboratorium Teknik
Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 9.

Anda mungkin juga menyukai