Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Energi listrik kebutuhan yang sangat penting dan vital dalam semua aktifitas
sehari hari di UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED). UNIMED mempunyai
bangunan gedung yang terdiri dari Gedung : Biro Rektor, olah raga, 7 Gedung Fakultas,
Auditorium, Serba Guna, puskom, digital library, kolam renang dan masih banayak lagi.
Walaupun gedung-gedung terletak pada tempat yang tidak berjauhan masih dalam suatu
kawasan Universitas Negeri Medan, tetapi masing-masing gedung tersebut memiliki alat
pembatas dan pengukuran daya listrik terpakai, dan mempunyai kebutuhan daya listrik
terpasang yang berbeda-beda sesuai kebutuhannya sehingga biaya rekening listrik di
bebankan pada tiap-tiap pengguna bangunan gedung pada Universitas Negeri Medan.
Hampir semua kegiatan membutuhkan energi, termasuk kegiatan administrasi,
akademis membutuhkan listrik. Demikian juga dengan kebutuhan lainya yaitu penerangan
dan komunikasi. Keadaan ini dapat terlaksana dengan bila kebutuhan energi listrik
terpenuhi, dengan pengertian bahwa kekurangan energi listrik dapat mengganggu aktivitas
di lingkungan UNIMED. Oleh sebab itu kesinambungan dan ketersediaan energi listrik
harus dipertahankan. Saat ini kebutuhan energi listrik semakin meningkat seiring dengan
pertambahan peralatan dan kemajuan teknologi yang digunakan.
Penggunaan energi listrik pada masing-masing unit gedung perkuliahan tergantung
dari keberfungsian gedung tersebut, sehingga perlu dipertahankan keseimbangan
penggunaannya. Hal-hal yang sering terjadi di lingkungan UNIMED selama ini adalah
terjadinya drop tegangan. Dengan keadaan ini sering terjadinya gangguan pelaksanaan
kegiatan baik perkuliahan maupun administrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak terlepas
dari komputer yang membutuhkan energi listrik, demikian juga dengan alat-alat
perkuliahan yang membutuhkan listrik. Adapun alat-alat lain yang membutuhkan litrik
pada kegiatan perkuliahan adalah infokus, Air Condition (AC) atau juga kipas angin.
Ada beberapa gedung yang ada di lingkungan Unimed yang masing masing
memiliki fungsi yang berbeda-beda, yaitu gedung administrasi, gedung perkuliahan dan
laboratorium, semua aktivitas didalammnya adalah membutuhkan listrik yang secara terus
menerus diharapkan tersedia. Namun pada kenyataan sehari-hari, sering terjadi gangguan
yang menyebabkan terganggunya aktivitas baik perkuliahan maupun kegiatan lainnya yang
membutuhkan peralatan listrik.
Gedung 37 difungsikan sebagai gedung perkuliahan pada Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
terdiri dari tiga lantai. Kebutuhan listrik pada gedung ini adalah sebagai penerangan, kipas
angin dan juga untuk AC. Sebagai tujuan pelaksanaan praktek ini adalah memeriksa
keberadaan kelistrikan pada gedung ini maka perlu ditelusuri pemanfaatannya dari seluruh
kegiatan yang memerlukan listrik.
Untuk mengetahui daya listrik terpasang pada gedung 37 maka dilakukan
penelusuran tentang daya terpasang yang digunakan. Total daya yang terpasang pada sistem
dapat dihitung dengan cara melakukan perbandingan antara kebutuhan maksimum dalam
sebuah sistem tersebut dengan Faktor kebutuhan (Fdm). Dari setiap gedung yang ada di
Universitas Negeri Medan.

B. Pembatasan Masalah
Dengan mempertimbangkan luasnya permasalahan kelistrikan pada Gedung
37.2.12, maka pada kegiatan lapangan ini dibatasi pada kajian sistem intensitas penerangan.

C. Perumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada kegiatan ini adalah :
1. Apakah intensitas penerangan di gedung 37.2.12 sesuai dengan standar yang telah
ditentukan ?
2. Berapakah jumlah lampu yang digunakan digedung 37.2.12 ?
3. Jenis lampu apa yang digunakan di gedung 37.2.12 ?

D. Tujuan PKLI
Secara umum, adapun tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan praktek kerja
lapangan industri ini adalah:
1. Untuk mengetahui intensitas penerangan di gedung Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
2. Untuk mengetahui jumlah lampu yang digunakan di Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
3. Untuk mengetahui jenis lampu yang digunakan di Fakultas Ilmu Sosial (FIS
E. Manfaat PKLI
1. Bagi mahasiswa
a. Memperoleh pengetahuan baru berapa perhitungan intensitas penerangan di
Fakultas Ilmu Sosial (FIS).
b. Memperoleh pengetahuan tentang jenis lampu yang digunakan Fakultas
ILmu Sosial (FIS).
2. Bagi FT-UNIMED
a. Meningkatkan mutu lulusan antara keseimbangan penguasaan teori dan
praktek.
b. Menjalin kerjasama antara Fakultas Teknik dengan Fakultas Ilmu Sosial.

F. Waktu Dan Tempat Praktek Kerja Lapangan Industri


a. Waktu
Pelaksanaan praktek kerja lapangan industri (PKLI) yaitu selama 1 bulan atau 30
hari yang dimulai pada tanggal 15 Juni 2016 dan selesai pada tanggal 16 Juli 2015.
Praktek kerja lapangan industri dilakukan pada hari kerja senin sampai hari jumat
pukul 10:00 16:00 WIB.

b. Tempat PKLI
Tempat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan Industri (PKLI) yaitu bertempat
di Gedung Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Medan.

G. Gambaran Umum Fakultas Ilmu Sosial


Fakultas ilmu sosial Universitas Negeri Medan terletak di jalan Williem Iskandar, Psr
V telepon (061) 6623942 dengan laman profil http://fis.unimed.ac.id dengan :

DEKAN : Dra. Nurmala Berutu, M.Pd


WAKIL DEKAN I : Dr. Deny Setiawan, M.Si
WAKIL DEKAN II : Dra. Flores Tanjung, M.A
WAKIL DEKAN III : Drs. Waston Malau, M.SP

Yang mempunyai Visi dan Misi dalam fakultas tersebut.


VISI

Menjadi Fakultas yang unggul dalam pengembangan Pendidikan dan Ilmu Sosial..

MISI

1.Mengajarkan Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu Sosial Berbasis Kompetensi secara


profesional.

2.Mengembangkan Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu Sosial melalui kegiatan penelitian


secara individu maupun kelembagaan.

3.Mengaplikasikan Pendidikan dan Ilmu-ilmu sosial untuk masyarakat luas melalui


kegiatan pengabdian dan kerja sama dengan berbagai kalangan.

4.Mendorong usaha-usaha penciptaan masyarakat yang agamis, bermoral, disiplin,


profesional, dan beretos kerja yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur budaya bangsa.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Instalasi Listrik


Hazairin Samaulah,dkk (2002) dalam jurnalnya menyampaikan Instalasi listrik
adalah suatu sistem / rangkaian yang digunakan untuk menyalurkan daya listrik (Electric
Power) untuk kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Instalasi pada garis besarnya dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Instalasi penerangan listrik

2. Instalasi daya listrik

Yang termasuk didalam instalasi penerangan listrik adalah seluruh instalasi yang
digunakan untuk memberikan daya listrik pada lampu. Pada lampu ini daya listrik / tenaga
listrik diubah menjadi cahaya yang digunakan untuk menerangi tempat / bagian sesuai
dengan kebutuhannya.

Instalasi penerangan listrik ada 2 (dua) macam, yaitu :

1. Instalasi di dalam gedung

2. Instalasi di luar gedung

Instalasi di dalam gedung adalah instalasi listrik di dalam bangunan gedung


(termasuk untuk penerangan, teras dan lain lain) sedangkan instalasi di luar bangunan
gedung (termasuk disini adalah penerangan halaman, taman, jalan peneragan papan nama
dan lain lain). Tujuan utama dari instalasi penerangan adalah untuk memberikan
kenyamanan terhadap keadaan yang memerlukan ketelitian maka diperlukam penerangan
yang mempunyai kuat penerangan besar sedangkan untuk pekerjaan pekerjaan yang
memerlukan ketelitian tidak perlu menggunakan penerangan yang mempunyai penerangan
besar. Sedangan instalasi daya listirk adalah instalasi yang digunakan utnuk menjalankan
mesin mesin listrik termasuk disini adalah instalasi untuk melayani motor motor listrik
di pabrik, pompa air, dan lain lain, pada mesin mesinlistrik ini energi diubah menjadi
energi mekanis sesuai dengan kebutuhan manusia.

B. Pengertian Intensitas Penerangan.

Intensitas Penerangan adalah flux cahaya yang jatuh pada suatu permukaan.jadi
kekuatan penerangan dari suatu permukaan bidang diukur dengan flux cahaya persatuan
luas permukaan yang menerima cahaya,semakin besar pula kekuatan penerangan pada
permukaan tersebut.

Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan untuk fungsi tempat tinggal


adalah 250 lux, perkantoran 350 lux, cafeteria 250 lux, rumah sakit 250 lux, pertokoan 500
lux, laboratorium 500 lux, perpustakaan 300 lux, dan ruang kuliah 250 lux (SNI 03-2000
dalam Thojib dan Adhitama, 2013). Oleh karena itu, untuk dapat mencapai standar yang
telah ditentukan perlu diperhatikan beberapa kriteria yaitu sebagai berikut: kuat
pencahayaan dan hubungan antara kuat pencahayaan dengan reflektansi yaitu koefisien
depresi, koefisien penggunaan dan reflektansi (SNI 03-6575-2001).

Intesitas penerangan atau iluminansi disuatu bidang ialah flux cahaya yang jatuh pada 1
m2 dari bidang itu. Satuan untuk intensitas penerangan adalah lux (lx), dan lambangnya E.
Jadi 1 lux = 1 lumen per m2 (Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT , 2014)
Menurut Poppy Cinthya Devi, dkk. (2014) bahwa illuminasi yang tidak memenuhi
standar SNI dapat dikatakan sebagai pencahayaan yang buruk. Pencahayaan yang buruk
akan mengganggu penglihatan sehingga menurunkan konsentrasi mahasiswa dalam proses
pembelajaran.

C. SNI Pencahayaan
Standar memuat ketentuan pedoman pencahayaan pada bangunan gedung untuk
memperoleh sistem pencahayaan dengan pengoperasian yang optimal sehingga penggunaan
energi dapat efisien tanpa harus mengurangi dan mengubah fungsi bangunan,kenyamanan
dan produktivitas kerja penghuni serta mempertimbangkan aspek biaya. Standar ini
diperuntukan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan gedung untuk mencapai penggunaan energi yang efisien.

Tabel 2.1 Tingkat pencahayaan, rata-rata, renderansi dan temperture warna yang di
rekomendasikan oleh SNI 03-6197-2000
Temperature Warna
Tingkat Kelompok Warm Cool Day
Fungsi Ruangan Pencahayaan Renderasi White White Light
(Lux) Warna <3000 K 3300 K >5300
- 5300 K
K
Ruang Tinggal
Teras 60 1 atau 2
Ruang Tamu 120 150 1 atau 2
Ruang Makan 120 250 1 atau 2
Ruang Kerja 120 250 1
Kamar Tidur 120 250 1 atau 2
Dapur 250 1 atau 2
Garasi 60 3 atau 4
Kamar Mandi 250 1 atau 2
Lembaga Pendidikan
Ruang Kelas 250 1 atau 2
Perpustakaan 300 1 atau 2
Laboratorium 500 1
Ruang Gambar 750 1
Kantin 200 1
Perkantoran
Ruang Direktur 350 1 atau 2
Ruang Kerja 350 1 atau 2
Ruang Komputer 350 1 atau 2
Ruang Rapat 300 1
Ruang Gambar 750 1 atau 2
Ruang Arsip Aktif 300 1 atau 2
Gedung Arsip 150 1 atau 2
Hotel dan Restoran
Lobi 100 1
Ruang Serbaguna 200 1
Ruang Makan 250 1
Kafetaria 200 1
Kamar Tidur 150 1 atau 2
Dapur 300 1

D. Korelasi Suhu Warna (Correlated Color Temperature)

Suhu warna merupakan karakteristik warna yang terlihat dari sumber cahaya, itu
dihitung dengan menentukan temperature cahaya pada garis isotemperature dengan
satuan Kelvin (K).

Istilah suhu warna hanya digunakan untuk mengukur warna dari sumber dari cahaya
yang sama dengan radiasi suhu warna lebih dari 6000 K disebut warna putih kebiruan,
sementara suhu warna lebih rendah 1500 3500 K disebut warana kemerahan atau
kekuningan putih.

Suhu warna merupakan factor penting untuk aplikasi seperti pencahayaan, fotografi,
videografi dan bidang lainnya yang melibatkan pencahayaan. Menggunakan matahari
sebagai contoh, saat matahari melintasi langit dari pagi hingga sore warna sinar
matahari tampak berbeda. Hal ini dapat merah, orange, kuning atau putih tergantung
pada posisinya. Sinar matahari berubah warna disaat yang berbeda dalam sehari ini
adalah hasil dari hamburan cahaya, dan itu bukan karena perubahan radiasi benda
hitam.

Untuk warna sinar matahari, suhu warnanya berbeda misalnya matahari dipagi
memiliki korelasi suhu warna dari 2000 K 3000 K (orange atau kemerahan menjadi
putih), disiang itu di 5500 K 6500 K (putih atau putih dingin), dan dimalam hari suhu
warna turun kembali ke 1850 K 2000 K.

E. Persyaratan Umum Pencahayaan Menurut SNI

Adapun persyaratan umum pencahayaan buatan menurut Standar Nasional Indonesia


(SNI) harus memenuhi diantara sebagai berikut:

a. Tingkat pencahayaan minimal yang direkomendasikan tidak boleh kurang dari


tingkat pencahayaan (4.1.1)
b. Daya listrik maksimum per meter persegi tidak boleh melebihi nilai kecuali: (4.1.2)
c. Pencahayaan untuk bioskop, siaran TV, presentasi audio visual dan semua fasilitas
hiburan yang memerlukan pencahayaan sebagai elemen teknologi utama dalam
pelaksanaan fungsinya. (4.1.2.1)
d. Pencahayaan khusus untuk bidang kedokteran. (4.1.2.2)
e. Fasilitas olahraga dalam ruangan atau indoor.(4.1.2.3)
f. Pencahayaan yang diperlukan untuk pameran di galeri, museum, dan monument.
(4.1.2.4)
g. Pencahayaan luar untuk monumen (4.1.2.5)
h. Pencahayaan khusus untuk penelitian di laboratorium (4.1.2.6)
i. Pencahayaan darurat (4.1.2.7)
j. Ruangan yang mempunyai tingkat keamanan dengan resiko tinggi yang dinyatakan
oleh peraturan atau oleh petugas keamanan dianggap memerlukan pencahayaan.
(4.1.2.8)
k. Ruangan kelas dengan rancangan khusus untuk orang yang mempunyai penglihatan
yang kurang, atau untuk orang lanjut usia. (4.1.2.9)
l. Pencahayaan untuk lampu tanda arah dalam bangunan gedung
m. Jendela peraga pada took/etalase.
n. Kegiatan lain seperti agro industry (rumah kaca), fasilitas pemrosesan dan lain-lain.
o. Penggunaan lampu yang mempunyai efikasi lebih tinggi dan menghindari
pemakaian lampu dengan efikasi rendah. Dianjurkan menggunakan lampu flouresen
dan lampu pelepasan gas lainnya. (4.1.3.1)
p. Pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi pencahayaan sesuai
dengan penggunaannya, mempunyai efisiensi yang tinggi dan tidak mengakibatkan
silau atau refleksi yang mengganggu. (4.1.3.2)
q. Pemanfaatan cahaya alami siang hari. (4.1.3.3)

F. Jenis Sumber Cahaya


1. Pencahayaan alami
Pencahayan Alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari.
Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan
jendela-jendela yang besar atau pun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
lantai.Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan
penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber
alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
1. Variasi intensitas cahaya matahari
2. Distribusi dari terangnya cahaya
3. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya,jarak antar bangunan
4. Letak geografis dan kegunaan.

2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain
cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai
oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok
pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan
dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta
terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.
2. Memungkinkan penghuni berjalan danbergerak secara mudah dan aman
3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja
4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.
5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.
6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan

Untuk Suatu Lingkungan Kerja Maka Perlu pula Diperhatikan hal-hal berikut:
Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan
melengkapi pencahayaan alami.
Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang
memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum
Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah
menyebar atau tefokus pada satu arah.
Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian
ruangan yang diterangi atau tidak
Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya
Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi
atau rendah.

G. Dampak pencahayaan bagi kesehatan

Cahaya buatan adalah cahaya yang berasal dari hasil karya manusia berupa lampu
yang dapat menyinari ruangan sebagai pengganti jika sinar matahari tidak
ada.dengan cahaya buatan yang baik disaring dari kesilauan akan bisa mempertinggi
aktivitas kita dalam bekerja jika dibandingkan jika beraktivitas pada cahaya siang
alamiah. Efek pencahayaan ini bisa terjadi melalui tiga cara yaitu; Direct
(langsung),dimana cahaya yang diterima langsung dari sumbernya ,misalnya lampu
meja untuk membaca indirect(tak langsung),dimana bila cahaya yang diterima
merupakan hasil pantulan dinding dan loteng,seperti halnya diruang tamu,semi
direct (ganural diffusing),apabila cahaya itu datang dan dipancarkan kesegala
jurusan seperti halnya di kantor-kantor.

Adapun beberapa syarat agar tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan


mata yaitu; Pencahyaan buatan tidak boleh menimbulkan pertambahan udara
(ditempat kerja,misalnya yang berlebihan,. Jika hal ini terjadi diusahakan supaya
suhu tersebut turun ,misalnya dengan mengusahakan pengaturan ventilasi ,Ac, dan
Fan .kedua sumber haruslah bisa memberikan pencahayaan dengan intensitas
yang tetap ,menyebar ,merata ,tidak berkedip-kedip tidak menyilaukan dan tidak
menimbulkan bayangan yang mengganggu .Ketiga ,pencahayaan haruslah cukup
imtesitasnya ,sesuai dengan beban aktivitas (bekerja) yang dilakukan oleh seseorang
yang sedang melakukan suatu pekerjaan.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan
performansi kerja sebagai berikut:

Kehilangan produktifitas
Kualitas kerja rendah
Banyak terjadi kesalahan an
Celakaan kerja meningkat

Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja ditentukan,


jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan,
maka akan semakin besar kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan.

H. Perhitungan Intensitas Penerangan.


Perhitungan Intensitas Penerangan adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat dan
dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil pengukuran secara langsung sehingga
diperoleh instalasi pencahayaan yang paling optimal.Intesitas penerangan adalah flux
cahaya yang jatuh pada suatu dipermukaan jadi kekuatan penerangan dari suatu permukaan
bidang diukur dengan flux cahaya persatuan luas permukaan yang menerima
cahaya,semakin besar flux cahaya ,semakin besar pula kekuatan peneramgan pada
permukaan tersebut.

1. Iluminasi (Kuat Penerangan)


Iluminasi menurut Hermawan, Karnoto (2005) adalah (kuat penerangan) kepadatan
arus gaya bercahaya yang jatuh pada permukaan seluas satu satuan luas, kalau permukaan
diterangi secara seragam.

I. Lampu

1. Sejarah lampu
Edison bukanlah penemu satu-satunya yang berusaha dan terlibat dalam penemuan
bola lampu. Salah satu pesaing utamanya adalah Joseph W. Swan dari Inggris. Swan adalah
seorang ahli kimia, swan bereksperimen di tahun 1850 dan 60-an dengan filamen karbon.
pada upaya awalnya dia gagal, karena pompa vakum pada tahun-tahun tersebut tidak dapat
menghampakan udara dari lampu. Pada pertengahan 1870-an muncul baru lahir pompa
yang dapat menghampakan udara dari lampu, hal tersebut memacu Swan kembali ke
bereksperimen. Pada akhir 1878, Swan melaporkan keberhasilan ke Newcastle Chemical
Society dan pada Februari 1879 menunjukkan lampu bekerja ke sebuah kampus di
Newcastle. Lampu miliknya mengandung unsur-unsur yang sebagian besar terdapat pula
pada lampu milik Edison pada bulan Oktober, sebuah lampu dengan bola lampu kaca yang
hampa dan tertutup dari udara, kabel penyambung platinum, dan elemen pemancar cahaya
yang terbuat dari karbon. (Arief.wara:2010).
Meskipun demikian kenapa Edisonlah yang selalu dikreditkan sebagai penemu bola
lampu? Seperti para penemu yang terlibat dalam penemuan bola lampu lainnya, Swan
menggunakan batang karbon dengan tahanan listrik rendah pada lampunya. Karena
hubungan antara resistensi dan arus, dengan elemen resistensi yang rendah maka banyak
dibutuhkan arus listrik agar menjadi panas dan bersinar. Ini berarti bahwa konduktor
pembawa listrik di lampu harus relatif pendek dan tipis, hal tersebut dapat diterima untuk
percobaan atau demonstrasi, tapi tidak untuk dikomersilkan. (Arief.wara:2010).
Lampu Swan tidak dapat bertahan lama sebab terdapat gas yang terperangkap di
batang lampu terlepas ketika lampu sudah tengah menyala, Jadi meski lampu Swan bekerja
cukup baik dalam demonstrasi, namun tidak praktis digunakan dimasyarakat. Dengan
demikian pengertian lampu adalah sebuah peranti yang memproduksi cahaya.
(Arief.wara:2010).

2. Jenis-jenis lampu
a. Lampu Pijar.
Lampu pijar adalah lampu yang menghasilkan cahaya dengan memanaskan serabut
pijar (filamen) di dalamnya. Di dalam serabut pijar inilah tenaga listrik diubah menjadi
panas dan cahaya. Terdapat beberapa ukuran daya untuk lampu pijar misalnya: 10W, 15W,
25W, 40W, 60W dan lain-lain. Semakin besar daya sebuah lampu pijar, maka akan
semakin terang lampu tersebut.
Lampu Incandescent (lampu pijar) merupakan salah satu jenis lampu yang harganya
murah tetapi umur pemakaiannya relatif singkat antara 750 hingga 1000 jam. Meskipun
lampu ini memiliki masa pakai yang relatif singkat namun masih sering digunakan
khususnya di ruang baca dan ruang hias karena warna cahaya yang hangat dan nyaman
disamping kemampuannya untuk menghasilkan warna benda yang mirip dengan Lampu
pijar menurut (Jimy Harto Saputro*, Tejo Sukmadi, and Karnoto 2013) .
Lampu pijar (incandescent lamp) menggunakan filament tipis di dalam bola kaca
yang hampa udara. Arus listrik mengalir dan memanaskan filamen. Pada suhu yang tinggi,
cahaya akan berpijar pada filamen tersebut. Apabila bohlam bocor dan oksigen menyentuh
filament panas, reaksi secara kimia akan terjadi sehingga lampu rusak dan tidak dapat
digunakan lagi. Cahaya lampu pijar dibangkitkan dengan mengalirkan arus listrik dalam
suatu kawat halus. Dalam kawat ini, energi listrik diubah menjadi panas dan cahaya. Kalau
suhu ditingkatkan, panjang gelombangakan bergeser.
Maksimum grafik energi akan bergeser ke arah gelombang yang lebih pendek,
kearah warna ungu. Bola lampu pijar terdiri dari hampa udara atau berisi gas, yang dapat
menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten/wolfram, namun tidak akan menghentikan
penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun
pada permukaan lampu yang relatif dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan
terjadinya penguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan makin mudah menekan
terjadinya penguapan.

Kelebihan lampu incandencent (Lampu Pijar):


a. Biaya awal rendah
b. Renderasi warna yang sangat baik
c. Start cepat
d. Mempunyai kemampuan dimming dengan biaya rendah
e. Warna Skin-flattering warm
f. Bentuk kecil dapat digunakan untuk lampu spot
g. Mempunyai jenis dan spesifikasi yang

Gambar 2.1 Lampu pijar


(sumber: Arief.wara:2010).
Gambar 2.2 Bagian-bagian lampu pijar
(Arief.wara:2010).
Keterangan gambar
1. Bola lampu
2. Gas bertekanan rendah
3. Filamen Wolfram
4. Kawat penghubung ke kaki tengah
5. Kawat penghubung ke ulir
6. Kawat penyangga
7. Kaca penyangg
8. Kontak listrik di ulir
9. Sekrup ulir
10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah

b. Lampu TL
Lampu tabung fluoresen atau TL terdiri dari beberapa komponen pokok, berupa:
tabung, sepasang fitting, starter, dan balas (ballast). Untuk lampu TL juga terdapat
bermacam-macam ukuran dayanya, misalnya; 10W, 15W, 20W, 40W dan lain-lain. Lampu
ini termasuk lampu mercuri tekanan rendah.sebelah dalam diisi dengan serbuk flouresen
dan isi tabung itu sendiri adalah uap air raksa dan gas mulia argon. Uap air raksa akan
memancarkan sinar ultra ungu dengan panjang gelombang 253,7 millimikron. Sinar ini
diserap oleh serbuk flouresen dan diubah menjadi cahaya tampak.(Drs.charles A.Selan
1997)
Menurut Baso Mukhlis (2001) ada kelebihan dan kelemahan lampu TL yaitu;
Kelebihan
a. Lebih efisien 4 s/d 5 kali disbanding incandescent, dengan umur yang lebih lama (10 s.d
20 kali).
b. Mudah perawatannya
c. Biaya rendah dan banyak ukuran serta warna.
d. Tidak begitu panas dan menyilaukan, relatif tidak sensitif akan perubahan tegangan.
Kelemahan :
a. Kebanyakan bentuk lampu besar dan membutuhkan luminer yang relative mahal.
b. Balas terkadang menghasilkan suara yang keras.
c. Sensitif terhadap suhu, terkadang sulit dihidupkan pada suhu rendah. Lumen dapat
berkurang pada suhu rendah maupun tinggi, untuk itu diperlukan balas khusus.
d. Untuk dimming diperlukan balas spesial yang relatif mahal

Gambar 2.3 Lampu TL / Fluorescent.


(Arief.wara:2010)
Gambar 2.4 Bagian-bagaian lampu TL / Fluorescent.
(Arief.wara:2010)

Keterangan gambar
1. Starter
2. Tabung kaca berlapis fosfor
3. Elektroda
4. Aliran elektroda
5. Kumparan ballast
6. Kabel kesumber listrik
7. Elektroda.

c. Lampu Hemat Energi.


Jenis lampu ini menyerupai lampu pijar yang sebenarnya pada dasarnya adalah
lampu tabung-tabung fluorescent yang digabungkan menjadi satu rangkaian.
Gambar 2.5 Lampu hemat energi
(Arief.wara:2010).

Lampu ini menurut (Baso Mukhlis 2001) digunakan untuk menggantikan lampu
incandencent tanpa harus mengubah luminer tapi menghasilkan efisiensi yang tinggi (4 kali
lebih tinggi). Suhu warna sekitar 2700 K dan color rendering Index 82. Balas lampu ini bisa
dalam unit tersebut dan juga dapat terpisah dengan lampunya. Umur balas yang terpisah
lebih tinggi beberapa tahun dari umur lampu yang sekitar 12,000 jam. Balas yang dipakai
bisa mengetik atau elektrik

Lampu integrated compact fluorescent (balas dan lampu jadi satu) bayak digunakan
pada rumah tangga, komerisal maupun industri yang banyak menghemat energi dan biaya.
Sedangkan balas yang terpisah mempunyai efikasi, renderasi warna dan umur lebih tinggi
dibanding yang tidak terpisah

Gambar 2.6 Bagian-bagian lampu hemat energi


(Arief.wara:2010).

Keterangan Gambar
1. Bohlam luar
2. Tabung
3. Ballast
4. Starter
5. Kaki lampu
BAB III

PENGALAMAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

Laporan ini disusun dengan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan

informasi dan data-data yang berhubungan dengan topik pembahasan ini, seperti studi

lapangan yaitu pengamatan langsung di lapangan terhadap obyek permasalahan disertai

dengan tanya jawab dengan pembimbing lapangan dan teknisi.

Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, metodologi yang digunakan berupa

metode observasi langsung melakukan pengukuran luas ruangan, pengukuran intensitas

cahaya dan mendata seluruh jumlah lampu yang ada pada rungan yang ada pada gedung

Perpustakaan Lama di samping membagikan format pengisian data peralatan pada setiap

ruangan. Pada suatu gedung atau ruangan dibutuhkan pemakaian intensitas cahaya yang

jelas dan baik sesuai kebutuhan ruangan yang telah dirancangkan. Dalam penelitian ini

akan dilakukan pembelajaran tentang studi perhitungan penerangan dan evaluasi tentang

konsumsi cahaya serta penentuan titik lampu berdasarkan luas ruangan yang ada pada

gedung perpustakaan lama UNIMED.

Adapun penelitian berlangsung digedung 15 lantai 1, dan untuk mengetahui

bagaimana intensitas penerangan di gedung ini maka diperlukan pengukuran luas ruagan

dan penentuan denah ruangan. Adapun denah ruangan yang akan diteliti terlihat pada

gambar 3.1
Nama
Gedung Perpustakaan
Kode
Gedung 15.
Lantai I
Kode
Ruang
No. Luas
No Nama Ruangan Panjang Lebar Jumlah Versi
Ruang (M)
SIMAK-
BMN
1 15.1.01 Ruang Dosen 6.30 11.65 73.40 73.40 RD
2 15.1.02 Ruang Internet 6.30 8.88 55.91 55.91 RI
3 15.1.03 Musholla 6.30 6.23 39.22 39.22 LAIN
4 15.1.04 Ruang Baca 12.60 11.65 146.79 146.79 LAIN
5 15.1.05 Ruang Pengembalian 6.30 5.88 37.01 37.01 ADM
6 15.1.06 Ruang KA. Perpustakaan 6.30 8.88 55.91 55.91 ADM
7 15.1.07 Ruang Tata Usaha 6.30 9.00 56.70 56.70 ADM
8 15.1.08 Ruang Kerja 6.30 8.88 55.91 55.91 LAIN
9 15.1.09 Gudang 2.00 1.43 2.85 2.85 LAIN
10 15.1.10 DP 1.95 2.78 5.41 5.41 LAIN
11 15.1.11 Kamar Mandi Pria 3.20 5.88 18.80 KM
3.10 2.00 6.20 KM
Kamar Mandi Wanita 3.10 3.88 12.01 37.01 KM
12 15.1. Tangga I 4.23 3.45 14.58 14.58
13 15.1. Tangga II 4.23 3.45 14.58 14.58
14 15.1. Lift 2.00 1.35 2.70 2.70
15 15.1. Hall 1 9.00 26.75 240.75 240.75
16 15.1. Hall 2 6.40 3.55 22.72 22.72
17 15.1. Hall 3 2.08 3.45 7.16 7.16
18 15.1. Hall 4 6.40 3.55 22.72 22.72
19 15.1. Hall 5 6.30 5.78 36.38 36.38
20 15.1. Hall 6 2.08 3.45 7.16 7.16
21 15.1. Hall 7 2.35 2.78 6.52 6.52
22 15.1. Hall 8 6.30 3.00 18.90 18.90
23 15.1. WIFI ZONE HOT SPOT 3.63 33.85 122.71 122.71

Total 1,083.00 1,083.00


34200

6300 6300 9000 6300 6300 3625

3200 3100

2000 1950
3550

2075 1875
3875
15.1.11
5875 RUANG WC WNTA
RUANG
15.1.11
KERJA WC LK INTERNET
8875 15.1.08 RUANG 15.1.02 8875
2000
DOSEN
15.1.01 11650

1425 15.1.09
GDG
2775 15.1.10 2775
DP
1350

TEMPAT HOT SPOT WIFI


TERAS SAMPING
MUSHOLA
RUANG 15.1.03 6225
turun turun
TATA USAHA
9000 3450 15.1.07 9000 26750
naik naik

2775 2775

3000
RUANG
RUANG KA. BACA 11650
PERPUSTAKAAN 15.1.04
8875 15.1.06 RUANG 8875
PENGEMBALIAN
5875 15.1.05

2075

3550 3550

4225 6400 4225

DENAH LANTAI 1
3.1. Pengenalan Sistem Pencahayaan

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka

diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem

pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam

yaitu:

A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang

perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi

ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang

mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.

Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada

didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan

B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu

diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem

ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa

langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%,

sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%

C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari,

sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem

1
2

ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah

dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,

sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan

langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini

masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas

kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit

dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik.

Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan

kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan

kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu

bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:

Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

TINGKAT
JENIS
PENCAHAYAAN KETERANGAN
KEGIATAN
MINIMAL (LUX)
3

TINGKAT
JENIS
PENCAHAYAAN KETERANGAN
KEGIATAN
MINIMAL (LUX)
Pekerjaan kasar 100 Ruang penyimpanan & ruang
dan tidak terus peralatan/instalasi yang
menerus memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar 200 Pekerjaan dengan mesin dan
dan terus perakitan kasar
menerus
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun
Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau bekerja
halus dengan mesin kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
teksti, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Pekerjaan amat 1500 Mengukir dengan tangan,
halus pemeriksaan pekerjaan mesin
Tidak menimbulkan dan perakitan yang sangat halus
bayangan
Pekerjaan 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
terinci perakitan sangat halus
Tidak menimbulkan
bayangan

Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi

Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan

ruang tergantung area kegiatannya, seperti berikut:

Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan

Pencahayaan
Keperluan Contoh Area Kegiatan
(LUX)
Pencahayaan 20 Layanan penerangan yang minimum
Umum untuk dalam area sirkulasi luar ruangan,
ruangan dan area pertokoan didaerah terbuka, halaman
tempat penyimpanan
50 Tempat pejalan kaki & panggung
4

Pencahayaan
Keperluan Contoh Area Kegiatan
(LUX)
yang jarang 70 Ruang boiler
digunakan 100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan
dan/atau tugas- ruang penyimpan.
tugas atau

visual sederhana
Pencahayaan 200 Layanan penerangan yang minimum
umum untuk dalam tugas
interior 300 Meja & mesin kerja ukuran sedang,
proses umum dalam industri kimia dan
makanan, kegiatan membaca dan
membuat arsip.
450 Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
untuk menggambar, perakitan mesin
dan bagian yang halus, pekerjaan warna,
tugas menggambar kritis.
1500 Pekerjaan mesin dan diatas meja yang
sangat halus, perakitan mesin presisi
kecil dan instrumen; komponen
elektronik, pengukuran & pemeriksaan
bagian kecil yang rumit (sebagian
mungkin diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat)
Pencahayaan 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali,
tambahan misal instrumen yang sangat kecil,
setempat untuk pembuatan jam tangan, pengukiran
tugas visual yang
tepat

Sumber : www.energyefficiencyasia.org

Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk

melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan

komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial.

Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja

dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut.

Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer


5

Tingkat Pencahayaan
Keadaan Pekerja
(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber 300
dokumen yang terbaca jelas
400-500
Kegiatan Komputer dengan sumber
dokumen yang tidak terbaca jelas 500-700

Tugas memasukan data

3.2. Pengenalan Lumen

3.3 Perhitungan Lumen

Anda mungkin juga menyukai