Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Tersedia online di www.sciencedirect.com

Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255

3rdKonferensi Internasional tentang Masa Depan Berkelanjutan untuk Keamanan Manusia


BERKELANJUTAN 2012

Teknik Gravitasi Gradien untuk Identifikasi Zona Rekahan di Palu


Koro strike-slip fault
Setianingsihsebuah,*, Rustan Efendib, Wawan Gunawan Abdul Kadirsebuah, Djoko Santososebuah,
Chalid Idham Abdullahc, Susanti Alawiyahsebuah
sebuahTeknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
bJurusan Fisika, Universitas Tadulako, Kampus Bumi Kaktus Tondo, Palu 94118, Indonesia
cTeknik Geologi, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Abstrak

Gaya-gaya yang bekerja pada massa batuan dapat mengakibatkan perubahan fisik pada kedua sisi bidang patahan yang dikenal sebagai zona rekahan. Aktivitas tektonik ini akan menyebabkan

perbedaan kerapatan zona rekahan dengan kerapatan batuan di sekitarnya. Kondisi ini dapat dideteksi dengan menggunakan metode gravitasi. Perubahan densitas batuan dibandingkan dengan zona

rekahan relatif kecil, sehingga diperlukan teknik pengolahan data gravitasi yang teliti untuk mendeteksi keberadaannya. Penelitian ini telah mengembangkan dan mengimplementasikan teknik gradien

gravitasi sebagai salah satu teknik pengolahan dan akuisisi data gravitasi yang ditemukan memiliki akurasi tinggi untuk mendeteksi batas-batas perubahan kontras kerapatan batuan. Untuk keperluan

analisis respon gravitasi dalam mengidentifikasi zona rekahan, Karakteristik gravitasi dan respon gradien zona rekahan pada sistem sesar mendatar dianalisis berdasarkan hasil pemodelan maju dan

terbalik. Selanjutnya, inversi gradien dan anomali gayaberat diterapkan pada data gayaberat menuju sesar mendatar Palu-Koro, segmen Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Hasil pengukuran

menunjukkan bahwa anomali gradien gravitasi memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan anomali gravitasinya dalam mendeteksi zona rekahan. Selain itu, hasil inversi anomali gradien

gravitasi menunjukkan bahwa batas-batas perubahan lateral dalam distribusi kontras densitas zona rekahan dapat diidentifikasi lebih akurat. Inversi gradien dan anomali gayaberat diterapkan pada

data gayaberat menuju sesar mendatar Palu-Koro, segmen Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa anomali gradien gravitasi memiliki sensitivitas yang lebih

tinggi dibandingkan anomali gravitasinya dalam mendeteksi zona rekahan. Selain itu, hasil inversi anomali gradien gravitasi menunjukkan bahwa batas-batas perubahan lateral dalam distribusi kontras

densitas zona rekahan dapat diidentifikasi lebih akurat. Inversi gradien dan anomali gayaberat diterapkan pada data gayaberat menuju sesar mendatar Palu-Koro, segmen Kota Palu, Sulawesi Tengah,

Indonesia. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa anomali gradien gravitasi memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan anomali gravitasinya dalam mendeteksi zona rekahan. Selain itu, hasil

inversi anomali gradien gravitasi menunjukkan bahwa batas-batas perubahan lateral dalam distribusi kontras densitas zona rekahan dapat diidentifikasi lebih akurat.

. V.
© 20132 Sang Otorisasirrs.. Pubbakuakusayasayasshheeddbbkamukamu .Buka akses di bawahLisensi CC BY-NC-ND.
EEakuakusseevvyaituyaiturrBB.V Seleksi dan/pHaierepr-ereerviulangw
bersaingkamuw
dankamuenrdresrprHaienspsiHaibnakussayasayatbkamuakuHaisayaftySHaikamufSSTkamuSEBUAHSSayaT om
ittm
NSEBUAHcSayaHaiNnfceHaiulangnnfceeulang'ssekaliHaismcm
eediasebuahtenedsebuahsnkamudhalsHaikamurptepdataubtkamuedKbkamukamuatauKHaikamukamuHainkeuniversitas

kamu er)s,i(tG
(HAInPivIR EIR
y;C(OP ES) , ) , (GCCHAIHAIEE-E
(G ),E()G, C
- SHS HS)E,
(CHAISE-SEBUAH SS
)(,R(AkuCHE), AS)C, O
(G (READALAHSEBUAHHR),S()GsebuahC
danO(EGSSEBUAHSR)SsebagaisebuahcnHaid-h(oGstSsS. ) sebagai co-host.

Kata kunci:zona fraktur; gradien gravitasi; kontras kepadatan.

* Penulis yang sesuai. Telp.: +62-22-2534137; faks: +62-22-2534137.


Alamat email:nsh_id@yahoo.com.

1878-0296 © 2013 Penulis. Diterbitkan oleh Elsevier BVBuka akses di bawahLisensi CC BY-NC-ND.
Seleksi dan peer-review di bawah tanggung jawab komite konferensi SUSTAIN dan didukung oleh Universitas Kyoto; (OPIR), (GCOE-ES),
(GCOE-HSE), (CSEAS), (RISH), (GCOE-ARS) dan (GSS) sebagai co-host.
doi:10.1016/j.proenv.2013.02.035
Setianingsih dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255 249

1. Perkenalan

Batuan bumi sangat lambat tetapi terus bergerak dan berubah bentuk. Batuan di dekat permukaan
bumi berperilaku rapuh dan merespons tekanan besar dengan retak kecuali jika berubah bentuk secara
perlahan. Dalam geologi, sesar terjadi pada patahan batuan getas, dan terjadi perpindahan satu sisi zona
rekahan relatif terhadap sisi lainnya. Sesar mendatar adalah jenis sesar di mana perpindahan pada sesar
terjadi sepanjang arah horizontal. Sesar seperti itu dihasilkan dari tegangan geser yang bekerja di kerak.

Model sistem sesar mendatar dapat dibangun dengan menggunakan tiga elemen seperti ditunjukkan pada Gambar
1, yaitu bidang sesar (inti sesar), zona rekahan, dan batuan induk yang tidak terdeformasi [1]. Gaya-gaya yang bekerja
pada suatu massa batuan akan menghasilkan zona rekahan seperti yang terdapat di wilayah sesar mendatar Palu Koro.
Zona rekahan dicirikan oleh perubahan kontras densitas karena porositas sekunder yang terkait dengan sistem rekahan
atau patahan. Pecahan pada suatu massa batuan akan menyebabkan densitas bulk menurun sedangkan porositas
batuan meningkat, sehingga membuat densitas zona rekahan berbeda dengan batuan sekitarnya. Perubahan densitas
batuan pada zona rekahan relatif kecil. Oleh karena itu, diperlukan teknik akuisisi data gravitasi yang ketat untuk
mendeteksi keberadaannya. Pemodelan perubahan kontras densitas pada zona rekahan menggunakan teknik gradien
gravitasi menghasilkan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode gravitasi konvensional dalam mendeteksi
batas-batas perubahan densitas batuan [2&3]. Informasi gradien vertikal juga lebih sensitif daripada gravitasi itu sendiri
terutama untuk menggambarkan kontak struktur geologi [4&5].

Gambar.1. Model sistem sesar mendatar yang dibangun oleh inti sesar, zona rekahan, dan batuan induk yang tidak terdeformasi [1].

2. Data dan Metode

Pada penelitian ini dikonstruksi model sesar mendatar seperti pada Gambar 2a. Terdiri dari zona
rekahan dimana sisi-sisi bidang sesar berbentuk simetris dan perubahan kontras densitas menurun secara
linier dengan bertambahnya jarak dari bidang sesar menuju zona rekahan (-0,05 gr/cm).3, -0,04 gr/cm3,
-0,03 gr/cm3, -0,02 gr/cm3, -0,01 gr/cm3dan - 0,005 gr/cm3, masing-masing). Model dibangun di atas asumsi
bahwa zona patahan didekati oleh satu set sel prisma persegi panjang.
Respon anomali gravitasi dari model sesar mendatar dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan.(1)[6].
2 2 2 xsayakamuj
gz G k zk arctan xsayacatatan(Rijk kamuj)kamujcatatan(Rijk xsaya) (1)
zkRijk
saya,j,

saya1j1k1
250 Setianingsih dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255

Di mana;gzadalah anomali gravitasi yang disebabkan oleh tubuh kubus; Gadalah gravitasi konstan, adalah kontras densitas dari

saya j k
tubuh kubus; saya,j,k
1 1 1, koordinat x, y, z adalah batas badan kubus pada sumbu x, sumbu y, dan z-

sumbu, danRijkadalah panjang antara stasiun pengukuran dengan pusat tubuh koordinat.
Akhirnya, respons gradien horizontal (turunan horizontal dari data gravitasi) dalam arah x dan y dapat dihitung
dengan persamaan.(2), sedangkan persamaan(3)akan digunakan untuk memperkirakan respons gradien vertikal
[7 & 8].
2 2 2 2 2 2
gxz G ln kamusaya Rijk dan gyz G lnxsaya Rijk (2)
saya1j1k1 saya1j1k1

2 2 2
gzz G (3)
xsayakamusaya
arctan
zkRijk
saya,j,k

saya1j1k1

Hasil pemodelan ke depan menunjukkan bahwa respon gradien vertikal dan horizontal dapat mendeteksi
batas-batas perubahan lateral densitas batuan secara lebih akurat. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2c
dan 2d, tepi zona rekahan tampak jelas dari gradien gravitasi dibandingkan dengan respons gravitasi (Gbr. 2b).
Untuk tujuan analisis, Gambar 3 menunjukkan respons gravitasi dan gradiennya untuk bagian A1-A2.
Berdasarkan gambar tersebut, dapat diamati bahwa keberadaan zona rekahan pada sistem sesar mendatar
menyebabkan gradien vertikal negatif dan respons gravitasi, sedangkan bidang sesar dan batas zona rekahan
memiliki amplitudo gradien horizontal serta respons gradien horizontal kedua dengan pola simetris tetapi
berlawanan tanda. Dengan demikian, kriteria ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi zona rekahan.

A1 A2

(sebuah) (b)

A1 A2 A1 A2

(c) (d)
Gbr.2. (a) Model zona rekahan dalam sistem sesar mendatar; (b) Respon gravitasi model; (c) Respon gradien vertikal
model; (d) Respon gradien horizontal model.
Setianingsih dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255 251

Gambar 3. Gravitasi dan respon gradiennya untuk bagian A1-A2 dari model sesar mendatar.

Wilayah sesar Palu Koro (Gambar 4) dipilih sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa sesar Palu Koro
merupakan sesar dengan pergerakan horizontal mencapai 35 ± 8 mm per tahun [9]. Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah
tersebut memiliki aktivitas tektonik yang tinggi sehingga menimbulkan zona rekahan. Dengan demikian, dimungkinkan untuk
melakukan pengujian dan implementasi metode gradien gravitasi yang dikembangkan untuk mendeteksi zona patahan di
wilayah sesar mendatar.

(sebuah) (b)
Gambar 4. (a) Wilayah studi dan sebaran episentrum gempa di Wilayah Palu; (b) Distribusi pengukuran gravitasi dan peta
geologi sesar Palu Koro [9&10&11].
Untuk mengidentifikasi zona rekahan, telah dilakukan analisis data gayaberat pada anomali Bouguer lengkap
252 Setianingsih dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255

(CBA). Untuk setiap stasiun pengukuran gravitasi, anomali diturunkan menggunakan persamaan. (4).

CBA gobs ge FC BC TC (4)


dimana : gobsadalah gravitasi yang diamati di stasiun (atau nilai pengukuran gravitasi setelah pasang surut dan orreksi
drift diterapkan), geadalah nilai gravitasi ellipsoid di stasiun, FC adalah koreksi udara bebas di stasiun sama dengan
0,3045 /meter (dalam mGal), BC adalah koreksi Bouguer sama dengan 2 bh (dalam mGal), h adalah
elevasi stasiun; adalah konstanta gravitasi umum dan TC adalah koreksi medan.
Setelah menyelesaikan perhitungan anomali Bouguer, proses selanjutnya yang perlu dilakukan dalam pengolahan
data gayaberat adalah analisis spektrum untuk menentukan window filter yang akan digunakan dalam menyaring
anomali gayaberat regional-residual. Tujuan dari proses ini adalah untuk membagi anomali gravitasi Bouguer menjadi
efek gravitasi dangkal dan dalam. Efek dangkal ditunjukkan oleh anomali residual, sedangkan efek dalam ditunjukkan
oleh anomali regional.
Untuk keperluan analisis respon gravitasi dalam mengidentifikasi zona fraktur, anomali gravitasi dan
gradien horizontal yang disebabkan oleh perubahan kontras densitas zona fraktur telah dianalisis
berdasarkan anomali regional. Teknik pemisahan kembali diterapkan untuk mendapatkan anomali residual
yang terdapat pada anomali regional. Selanjutnya anomali gayaberat residual ini digunakan sebagai
anomali gayaberat yang menggambarkan perubahan kontras densitas zona rekahan di daerah penelitian.
Anomali gradien horizontal diperoleh dari pengukuran gayaberat pada dua lokasi berbeda secara
horizontal menggunakan pola grid. Penentuan nilai gradien horizontal menggunakan konsep
interval gradien [3]:

gx(2) gx(1) gkamu


(1)
gzx dan gzi
gkamu(2)
(5)
x2 x1 kamu2 kamu1

Di mana: gzx adalah anomali gradien horizontal pada arah x, gzi adalah anomali gradien horizontal di y-
arah.

Anomali gradien vertikal diperoleh dari pengukuran gravitasi pada dua ketinggian yang berbeda dimana
pengukuran kedua terletak vertikal di atas pengukuran pertama. Pengukuran gravitasi di daerah penelitian pada
dua ketinggian yang berbeda telah dilakukan menggunakan menara dengan perbedaan ketinggian 103 cm.
Penentuan nilai gradien vertikal menggunakan konsep interval gradien [3]:

gz(2) gz(1) (6)


gzz
h2 h1

3. Hasil dan Diskusi

Pada Gambar 5 menunjukkan data gravitasi dan gradiennya yang telah diukur di sesar Palu Koro,
segmen Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Nilai anomali gayaberat daerah penelitian berkisar antara
-3,2 sampai 5 mGal dengan anomali rendah sesuai dengan sesar lokal yang dipengaruhi oleh pola regional
sesar Palu Koro (Gbr. 5a). Sedangkan nilai anomali gradien vertikal daerah penelitian adalah dari -0,32
sampai 0,18 mGal/m dimana anomali rendah terletak di bagian barat laut (Gbr. 5b). Anomali gradien
vertikal negatif di daerah ini menunjukkan kontras densitas negatif yang mungkin disebabkan oleh
rekahan akibat aktivitas tektonik sesar mendatar Palu-Koro, segmen Palu.
Peta anomali gradien vertikal menunjukkan sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi batas-batas perubahan
kontras densitas yang lebih kecil. Selain itu, geometri anomali kecil dapat diidentifikasi secara akurat
Setianingsih dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255 253

dengan resolusi yang lebih tinggi daripada saat menggunakan peta anomali gravitasi. Meskipun gradien vertikal tidak
memiliki sensitivitas dalam mendeteksi efek regional, namun anomali gradien vertikal resolusi tinggi dapat digunakan
sebagai pengontrol dalam mendeteksi lokasi dan geometri sumber anomali dangkal.

Bagian 1 Bagian 1

Seksi 2 Seksi 2

(sebuah) (b)

Bagian 1 Bagian 1

Seksi 2 Seksi 2

(c) (d)

Gambar 5. (a) Peta anomali gravitasi sesar Palu Koro dan seksi 1 dan 2 untuk analisis gradien gravitasi; (b) Peta anomali
gradien vertikal sesar Palu Koro; (c) peta anomali gradien horizontal sesar Palu Koro arah Timur; (d) Peta anomali gradien
horizontal pada arah utara sesar Palu Koro.

Pada Gambar 5c menunjukkan peta anomali gradien horizontal sesar Palu Koro arah Timur. Secara
umum bagian barat daerah penelitian memiliki nilai gradien horizontal positif antara 0,011 sampai 0,013
mGal/m dengan pola anomali memanjang dari Selatan ke Utara. Sementara itu, di bagian timur daerah
penelitian, anomali gradien horizontal juga menunjukkan pola memanjang Utara-Selatan dengan nilai
negatif sekitar -0,001 sampai -0,0036 mGal/m. Detail pola simetri nilai anomali positif dan negatif pada
daerah ini menunjukkan adanya batas-batas perubahan kontras densitas akibat zona rekahan pada sesar
mendatar Palu Koro.
Peta anomali gradien horizontal sesar Palu Koro arah Utara (Gambar 5d) juga menunjukkan
pola simetri dengan nilai anomali positif dan negatif. Namun, tampaknya kepadatan
254 Setianingsih dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255

perubahan kontras pada arah Utara-Selatan kurang signifikan dibandingkan dengan arah Timur-Barat. Hal ini
menunjukkan bahwa perubahan kontras densitas di daerah ini dominan pada arah Timur-Barat akibat aktivitas sesar
Palu Koro dengan pergerakan Utara-Selatan.
Analisis lebih lanjut tentang gravitasi dan respons gradiennya dilakukan dengan menganalisis dua bagian gravitasi
dan anomali gradiennya. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa gradien gravitasi memiliki sensitivitas yang lebih tinggi
dibandingkan anomali gravitasinya dalam mendeteksi zona rekahan. Berdasarkan analisis gravitasi dan respons
gradiennya menggunakan bagian 1 dan 2 (pada Gambar 6), hasilnya menunjukkan kesesuaian pola respons seperti yang
dibangun pada pemodelan ke depan. Oleh karena itu, zona rekahan di daerah penelitian dapat diidentifikasi
berdasarkan kriteria tersebut.

(sebuah) (b)
Gambar 6. (a) Gravitasi dan respon gradiennya untuk seksi 1 sesar Palu Koro; (b) Gravitasi dan respon gradiennya untuk seksi 2 sesar Palu
Koro.

Akhirnya, kami telah menerapkan teknik inversi ke gravitasi dan data gradiennya. Nilai rms error
dan jumlah iterasi hasil inversi data gradien gravitasi lebih kecil jika menggunakan inversi anomali
gravitasinya. Hasil inversi anomali gradien gravitasi menunjukkan bahwa batas-batas perubahan
lateral pada distribusi kontras densitas zona rekahan dapat diidentifikasi lebih akurat dibandingkan
dengan menggunakan inversi anomali gravitasinya.
Hasil inversi (pada Gambar 7) menunjukkan bahwa sebaran kontras densitas zona rekahan di wilayah
sesar Palu Koro ruas Kota Palu berada pada interval -0.2 sampai dengan 0.13 gram/cm.3. Arah dan
distribusi kontras densitas zona rekahan di sesar Palu Koro umumnya memiliki pola yang memanjang dari
Utara ke Selatan. Berdasarkan sebaran kontras densitasnya, segmen Kota Palu dapat dibagi menjadi tiga
zona rekahan. Zona rekahan tersebut diduga sebagai sesar lokal yang dipengaruhi oleh pola regional
sesar Palu Koro yang memanjang dari Utara ke Selatan.
Setianingsih dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 17 (2013) 248 – 255 255

Gambar 7. Peta sebaran kontras densitas zona rekahan di wilayah sesar Palu Koro yang diidentifikasi dengan hasil inversi.

4. Kesimpulan

Teknik Gravity Gradient dapat digunakan untuk mendeteksi zona rekahan pada sistem sesar mendatar seperti
yang terdapat pada daerah sesar Palu Koro dengan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan anomali
gaya beratnya. Hasil inversi menunjukkan bahwa sebaran kontras densitas di daerah penelitian terdiri dari tiga
zona rekahan yang diinterpretasikan sebagai sesar lokal akibat aktivitas tektonik sesar mendatar Palu Koro.

Referensi

[1] Gudmundsson A, Brenner OGSL, Fjeldskaar I. Pengaruh menghubungkan diskontinuitas pada pertumbuhan rekahan dan air tanah
mengangkut.Jurnal Hidrogeologi2003;11: 84-99.
[2] Efendi R, Mahmud Y. Pemodelan perubahan densitas pada sesar mendatar menggunakan gradien gayaberat.Klub Jurnal Ilmiah
Prosiding2011. BMKG Jakarta.
[3] Efendi R. Identifikasi zona rekahan menggunakan gradien dan residual anomali gayaberat mikro : studi kasus sesar Palu Koro. Disertasi
2011. Institut Teknologi Bandung.
[4] Efendi R, Santoso D, Kadir WGA, Abdullah IK. Pemodelan tiga dimensi gradien gayaberat zona sesar Palu Koro.Konvensi dan
Pameran Tahunan HAGI ke-36 dan IAGI ke-402011. Makassar.
[5] Klingele EE, Marson I, Kahke HG. Interpretasi otomatis data gradiometri gravitasi dalam gradien vertikal dua dimensi,
Prospeksi Geofisika1991;39: 407-434.
[6] Plouff D. Gravitasi dan medan magnet prisma poligonal dan aplikasi untuk koreksi medan magnet.Geofisika1976;41: 727-741.

[7] Li X, Chouteau M. Pemodelan gravitasi tiga dimensi di semua ruang,Survei di Geofisika1998;19: 339-368.
[8] Nagy D, Papp G, Bendek J. Potensial gravitasi dan turunannya untuk prisma,Jurnal Geodesi2000;74: 552-560.
[9] BMKG. Peta sebaran episenter gempa bumi di Palu dan sekitarnya.Desirian IIIMei 2009. Stasiun Geofisika Palu.
[10] Bellier O, Sebrier M, Beaudouin, Villeneuve, Braucher R, Bourles D, Siame L, Putranto E, Pratomo I. Slip rate tinggi untuk seismisitas
rendah di sepanjang sesar aktif Palu-Koro di Sulawesi Tengah (Indonesia),Terra Nova2001;13: 463-470.
[11] Sukamto R. Peta geologi lembar Palu.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung1973.
[12] Soehaimi, Firdaus. Geologi lajur sesar segmen Palu Koro Palu.Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung1999.

Anda mungkin juga menyukai