com
Diindeks oleh
Kata kunci:longsor, likuifaksi, ruas jalan Balaroa, metode keseimbangan batas doi:
10.5937/jaes0-28853
Kutip artikel:
Ramadhani, S., Martini, Labmbang, M., Anwar, SY (2021) INVESTIGASI POTENSI LONGSOR AKIBAT
LIKUIFAKSI PADA BAGIAN JALAN BALAROA MENGGUNAKAN METODE LIMIT EQUILIBRIUM,Jurnal
Ilmu Teknik Terapan, 19(3) 556-563, DOI:10.5937/ jaes0-28853
Gempa pada 28 September 2018 di kota Palu memicu likuifaksi. Likuifaksi mempengaruhi beberapa daerah,
termasuk Balaroa. Beberapa bagian di Balaroa mengalami longsor seperti ruas jalan yang membentuk lereng.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi longsor akibat likuifaksi di ruas jalan Balaroa
berdasarkan pemodelan numerik menggunakan metode limit equalibrium. Penelitian ini dilakukan di Balaroa,
Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Analisis stabilitas lereng memodelkan tiga lokasi
rawan longsor menggunakan metode limit equalibrium dibantu program Slide 7.0. Hasil penelitian menunjukkan
nilai faktor keamanan selang tiga lokasi di ruas jalan Balora menggunakan metode Ordinary, Bishop dan Janbu
adalah FS<1.
Kata kunci: longsor, likuifaksi, ruas jalan Balaroa, metode kesetimbangan batas
PENGANTAR
Pergerakan massa tanah atau tanah longsor merupakan salah daerah padat penduduk. Gempa 7,4 SR pada 28 September
satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, khususnya di 2018 melanda Balaroa dan menyebabkan terjadinya likuifaksi.
Provinsi Sulawesi Tengah termasuk Kota Palu. Tingkat kerawanan Likuifaksi tersebut kemudian memicu terjadinya longsor pada
longsor Kota Palu berada pada kategori tinggi dengan skor ruas jalan Balaroa seperti terlihat pada Gambar 1. Ruas jalan
23,7[1]. Terjadinya longsor biasanya disebabkan oleh beberapa tersebut terletak pada topografi perbukitan, sehingga longsor
faktor antara lain curah hujan yang tinggi, aktivitas manusia membentuk lereng yang semakin curam yang memiliki
seperti pembangunan rumah dengan memotong kaki lereng, tingkat kerawanan bahaya longsor yang sangat tinggi.
aktivitas gempa bumi, pelapukan batuan, dll. Dampak longsor
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, seperti kerugian Longsor yang terjadi di Balaroa berbeda dengan lokasi lainnya
jiwa dan materi serta menyebabkan pemutusan hubungan kerja karena memiliki kemiringan yang lebih curam. Tanah longsor
terhadap kegiatan ekonomi dan pembangunan di sekitar daerah menutupi area sekitar 0,4 km2lebar dan panjang 980 m. Daerah
bencana. longsor merupakan pemukiman dengan kepadatan tinggi seperti
Balaroa adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Palu yang ditunjukkan pada gambar 1 sebelum likuifaksi dan gambar 2
Barat. Pada tahun 2018, jumlah penduduk adalah 14.779 dan luas setelah likuifaksi [3].
total 2,38 Km2[2]. Secara topografis Balaroa terdiri dari 85% Ruas jalan Balaroa merupakan jalan alternatif yang menghubungkan
dataran dan 15% perbukitan, sehingga dianggap sebagai Kota Palu dengan Kabupaten Donggala (Gambar 1.a) dan
Tanah longsor
Tanah longsor
(sebuah) (b)
Gambar 1: Longsor di ruas jalan Balaroa akibat gempa 28 September 2018. a) Kota Palu
jalan alternatif menuju Kabupaten Donggala dan b) jalan alternatif Kota Palu menuju Kabupaten Sigi.
* sriyati@untad.ac.id 556
Sriyati Ramadhani, dkk. - Penyelidikan potensi longsor akibat likuifaksi pada
Ruas Jalan Balaroa menggunakan metode limit equalibrium
(sebuah) (b)
Gambar 2: Peta kecamatan Balaroa. a) sebelum likuifaksi dan b) setelah likuifaksi [3]
Kota Palu dengan Kabupaten Sigi (Gambar 1.b). Masih banyak di dasar. Pasir berwarna abu-abu, gembur, porositas baik,
bangunan di atas lereng yang terbentuk akibat likuifaksi permeabilitas baik dengan ketebalan 1-7,2m, lanau
antara lain rumah tinggal, sekolah dan perkantoran seperti terdapat di bawah pasir coklat abu-abu, lunak - keras,
kantor desa Balaroa. Kondisi lereng menggambarkan bahwa plastisitas sedang dengan ketebalan 0,2-0,7m, sedangkan
jika lereng tidak stabil akan mengancam keselamatan lempung berwarna coklat - coklat tua, lunak - keras,
masyarakat dan juga pemukimannya. Sebagaimana diketahui plastisitas tinggi dengan ketebalan bervariasi antara
bahwa Balaroa merupakan daerah yang dilalui sesar Palu 0,1-2,7m. Kedalaman muka air tanah berkisar antara
Koro dan termasuk dalam kawasan zona merah (ZRB 4) 0,5-16m di bawah permukaan tanah. Ketinggian air tanah
berdasarkan peta Daerah Rawan Bencana [4]. di sekitar ubun-ubun gerakan tanah sekitar lebih dari 13
Berdasarkan kondisi topografi, geologi, dan seismologi, m di bawah permukaan tanah sedangkan pada batas
wilayah Kota Palu berpotensi mengalami kerusakan dengan sedimen rawa sekitar 6 m di bawah permukaan
akibat gempa bumi termasuk bencana sekunder seperti tanah. Air tanah yang berbatasan dengan endapan rawa
tsunami, likuifaksi dan longsor tebing, sebagaimana diperkirakan berada di zona akuifer terbatas. Air di lokasi
sebelumnya telah terjadi gempa 7,6 SR pada tanggal 20 ini bersifat artesis, sehingga dari titik ini memiliki tekanan
Mei 1938. getaran dialami di seluruh Pulau Sulawesi [5]. air pori yang relatif tinggi hingga ke kaki lereng
Kondisi geologi dan morfologi daerah yang sangat perumahan Balaroa yang hanya sekitar 1,5 m di bawah
padat akan mempengaruhi bahaya likuifaksi. permukaan tanah.
Hasil analisis laboratorium [9] menunjukkan bahwa
Ketidakstabilan lereng terjadi karena kemiringan lereng yang tinggi tanah pasir memiliki berat jenis 2,682-2,770, berat
dan curam, kondisi geologi dan topografi seperti pemotongan lereng satuan 1,494-1,868gr/cm.3, kadar air 4,78% - 18,99%,
bawah tanah dan adanya lapisan yang lemah juga [7]. Jika kelompok simbol adalah SW, SM , SC, SP, nilai kohesi
kemiringannya tidak stabil, maka akan mengancam keselamatan jiwa 0,000–0,100 kg/cm2dan nilai sudut gesekan adalah
manusia dan bangunan di sekitarnya. Pemotongan lereng akan 22,90Hai–39.38Hai. Hasil analisis laboratorium untuk
menyebabkan perubahan gaya yang besar pada lereng yang pada tanah lanau memiliki berat jenis 2,697-2,773, berat
akhirnya mengakibatkan terganggunya stabilitas lereng [8]. satuan 1,578-1,902gr/cm3, kadar air 4,34%– 36,71%,
Melihat permasalahan-permasalahan sebelumnya, maka
kelompok simbol ML, MH, nilai kohesi 0,000– 0,152kg/
penting untuk dilakukan studi kestabilan lereng pada ruas
cm2dan sudut gesekan adalah 21,94Hai–40.03Hai. Hasil
jalan Balaroa karena kawasan ini termasuk kawasan
analisis laboratorium untuk tanah lempung memiliki
pemukiman padat penduduk. Kestabilan lereng dianalisis
berat jenis 2.687-2.777, berat satuan 1.500-1.950gr/ cm3
dengan metode limit equalibrium menggunakan program
, kadar air 9,98%-27,79%, kelompok simbol CL, nilai
Slide. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kohesi 0,044–0,173 kg/cm2dan sudut gesekan 21,94Hai
potensi longsor akibat likuifaksi pada ruas jalan Balaroa
-28.47Hai.
dengan menggunakan metode limit equalibrium. 2. Molasa Celebes Serasin and Serasin (QTms): Batuan ini
ditemukan pada ketinggian yang lebih rendah di sisi kedua
Kondisi Geologi Kota Palu pematang, tumpang tindih dengan Formasi Tinombo dan
kompleks batuan metamorf pada ketinggian yang lebih
Berdasarkan analisis geologi teknik [9], Kota Palu memiliki
rendah, mengandung puing-puing yang berasal dari formasi
beberapa formasi batuan yang menyusun daerah ini:
yang lebih tua yang terdiri dari konglomerat, batupasir,
1. Alluvium dan sedimen pantai (Qap): Terdiri dari kerikil, pasir, lumpur batulumpur, batugamping koral, dan napal, dalam hal ini
dan batugamping karang. Di daerah yang terbentuk oleh semuanya hanya mengeras lemah.
endapan alluvium, lapisan tanah umumnya mengandung pasir di
Penelitian [9] memperkirakan bahwa likuifaksi di Kota Palu tampaknya
bagian atas, lanau di bagian tengah dan lempung.
sangat mungkin terjadi, karena formasi batuannya dan
Tabel 1: Kondisi ekuilibrium statis yang dipenuhi oleh metode kesetimbangan batas [12]
Kesetimbangan gaya
metode Kesetimbangan Momen
Arah X Arah Y
Metode irisan biasa Tidak Tidak Ya
Bhisop disederhanakan Ya Tidak Ya
Janbu disederhanakan Ya Ya Tidak
Ketegasan Bhisop Ya Ya Ya
Spencer's Ya Ya Ya
Sarma Ya Ya Ya
Morgenstren – Harga Ya Ya Ya
[15] Keruntuhan lereng akibat gempa biasanya memiliki Nilai faktor aman dalam pemodelan lereng ditentukan dengan
beberapa karakteristik antara lain kekerasan awal dan menggunakan metode Ordinary, metode Bishop Simplified
kecepatan tinggi. dan metode Janbu [19]. Jenis keruntuhan permukaan yang
Tegangan geser terjadi pada lereng batuan akibat beban digunakan dalam penelitian ini adalah keruntuhan sirkular
dinamis gempa dan pengaruh peningkatan tegangan dengan model material menggunakan kriteria keruntuhan
geser terjadi pada permukaan tanah dari bagian tengah Mohr Coulomb. Faktor-faktor yang mempengaruhi likuifaksi
lereng sampai kaki lereng dengan perpanjangan ke bagian antara lain intensitas gempa yang tinggi dan muka air tanah.
dalam lereng. ]. Keruntuhan lereng akibat gempa biasanya Daerah penelitian rawan gempa, sehingga dalam
memiliki beberapa karakteristik antara lain sebaran yang menganalisis beban gempa dimasukkan berdasarkan peta
luas, jumlah yang besar dan kecepatan yang tinggi [17]. percepatan puncak di batuan dasar (SB) untuk probabilitas
[18] Gempa Wenchuan telah menyebabkan ribuan tanah terlampaui sebesar 10% dalam 50 tahun berada pada zona
longsor seismik. nilai PGA 0,6-0,7g [20], maka koefisien seismik horizontal
ditentukan 0,5 percepatan puncak horizontal dengan
METODE PENELITIAN menentukan kelas tapak dan faktor amplifikasi. Lokasi
penelitian berada pada kelas situs batuan (SB) dengan faktor
Pada penelitian ini dilakukan survei lokasi untuk amplifikasi untuk periode 1 detik adalah 1,0, sehingga
mengetahui geometri lereng dan pengambilan sampel koefisien seismik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tanah. Sampel tanah diambil untuk menguji sifat teknis 1x0,5x0,6=0,3 [14]. Muka air tanah berada pada kedalaman
tanah, termasuk fisik dan mekanik, di laboratorium. 2m dari permukaan tanah di kaki lereng, oleh karena itu
Data survei lokasi dan hasil uji laboratorium kemudian dalam analisis diasumsikan muka airtanah berada pada
dianalisis berdasarkan metode kesetimbangan batas kedalaman 2m.
dengan bantuan Slide 7.0. Metode kesetimbangan
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil observasi lapangan dan uji
batas menerapkan konsep nilai faktor keamanan (SF)
laboratorium, lapisan tanah di kawasan Balaroa didominasi oleh
dalam menganalisis pemodelan 3 (tiga) titik kondisi
lapisan pasir. Kerapatan tanah yang ditemukan di lapangan untuk
lereng eksisting yang rawan longsor. Ketiga titik lokasi
ketiga lokasi sangat gembur pada kedalaman 0-0,2m dengan nilai
tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dengan koordinat
qc 20 kg/cm2, lepas pada kedalaman 0,2-0,4 m dengan nilai qc
0°54'21.3516" LS dan 119°50'23.136" BT untuk lokasi 1,
20-40 kg/cm2, semi-longgar pada kedalaman 0,4- 1,6m dengan
koordinat 0°54'24.066" LS dan 119°50'22.7832" BT
nilai qc 40-120kg/cm2dan padat pada kedalaman 1,6-3m dengan
untuk lokasi 2 dan koordinat 0°54'23.9544" LS dan
nilai qc 120-200kg/cm2. Nilai dari
119°50'20.
Tabel 3: Input Parameter yang digunakan pada Slide 7.0 Analisis stabilitas lereng menggunakan metode
kesetimbangan batas
Parameter lokasi 1 lokasi 2 lokasi 3
Sandy Sandy Sandy Pada penelitian ini analisis kestabilan lereng menggunakan metode limit equalibrium
nama material untuk mendapatkan nilai faktor keamanan yang dipertimbangkan dengan metode
Lanau Lanau Tanah liat
Ordinary, metode Bishop dan metode Janbu dengan memodelkan 3 lereng eksisting
Berat unit
15.3 16 15.6 pada ruas jalan Balaroa yang rawan longsor. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4
(kN/m3)
untuk kondisi lereng sebelum beban gempa dan Tabel 5 untuk kondisi lereng dengan
c (kN/m2) 15 18 25 beban gempa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai faktor keamanan lereng
(o) 27 38 25 eksisting di lokasi 1 dengan ketinggian lereng 6,5 m dan sudut 730 adalah 0,237 (Biasa),
0,275 (Uskup) dan 0,237 (Janbu). Setelah diberikan beban gempa sebesar 0,3g, nilai
Mohr Mohr Mohr
Jenis Kekuatan faktor keamanannya menurun sebesar 0,078 (Biasa), 0,127 (Uskup) dan 0,078 (Janbu).
Coulomb Coulomb Coulomb
Nilai faktor keamanan lereng eksisting di lokasi 2 dengan ketinggian lereng 12. 32 m
dan sudut 81° adalah 0,226 (Biasa), 0,300 (Uskup) dan 0,226 (Janbu), kemudian setelah
kadar air untuk ketiga lokasi tersebut adalah lokasi 1 sebesar
diberi beban gempa sebesar 0,3g, nilai faktor keamanannya turun sebesar 0,022
8,11%, lokasi 2 sebesar 8,3% dan lokasi 3 sebesar 6,1%.
(Bishop), 0,109 (Uskup) dan 0,019 (Janbu). Nilai faktor keamanan pada lereng eksisting
Parameter input yang dibutuhkan dalam analisis stabilitas lereng
lokasi 3 dengan ketinggian lereng 13,65 m dan sudut 84° adalah 0,147 (Biasa), 0,168
menggunakan program Slide dapat dilihat pada Tabel 3.
(Uskup) dan 0,146 (Janbu) kemudian setelah diberikan beban gempa sebesar 0,3g, nilai
HASIL DAN DISKUSI faktor keamanan menurun sebesar 0,019 (Biasa), 0,110 (Uskup) dan 0,016 (Janbu).
Tampilan analisis pemodelan lereng eksisting dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Deskripsi umum lokasi Nilai faktor keamanan pada lereng eksisting lokasi 3 dengan ketinggian lereng 13,65 m
dan sudut 84° adalah 0,147 (Biasa), 0,168 (Uskup) dan 0,146 (Janbu) kemudian setelah
Kemiringan di daerah penelitian berkisar antara 20%-23%. diberikan beban gempa sebesar 0,3g, nilai faktor keamanan menurun sebesar 0,019
Lereng ini terbentuk akibat gempa pada 28 September (Biasa), 0,110 (Uskup) dan 0,016 (Janbu). Tampilan analisis pemodelan lereng eksisting
2018 yang mengakibatkan likuifaksi. dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Nilai faktor keamanan pada lereng eksisting
Lokasi penelitian ini masing-masing memiliki ketinggian lereng lokasi 3 dengan ketinggian lereng 13,65 m dan sudut 84° adalah 0,147 (Biasa), 0,168
6,5m di lokasi 1 dengan sudut kemiringan 73° (Gambar 6.a), lokasi (Uskup) dan 0,146 (Janbu) kemudian setelah diberikan beban gempa sebesar 0,3g, nilai
2 memiliki ketinggian lereng 12,32m dengan sudut kemiringan faktor keamanan menurun sebesar 0,019 (Biasa), 0,110 (Uskup) dan 0,016 (Janbu).
81° (Gambar 6. b) dan lokasi 3 memiliki ketinggian lereng 13,65m Tampilan analisis pemodelan lereng eksisting dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
dengan sudut kemiringan 84° (Gambar 6.c)
Faktor Keamanan
Ketinggian lereng
Lokasi Litologi Sudut (°) Biasa ��������� Janbu Sederhana-
(m)
metode metode �����
Hasil analisis stabilitas lereng di atas menjelaskan bahwa adalah FS<1, hal ini menunjukkan bahwa lereng dalam kondisi tidak
kondisi lereng eksisting di lokasi 1, lokasi 2, dan lokasi 3 aman atau dalam kondisi kritis, oleh karena itu pemerintah harus
berada dalam kondisi tidak aman baik sebelum maupun mempertimbangkannya dengan membuat lereng miring atau
sesudah beban gempa dengan nilai FS<1 [13]. memberikan perkuatan pada lereng.
3. Pusgen. (2019). Investigasi Awal Longsor-Likuifaksi 7. Liu, H., Yang, T., & Qin, Y. (2011). Analisis Penggalian
Geotechnical Extreme Events Reconnaissance Lereng Tinggi Dengan Metode Elemen Hingga.
(GEER) Akibat Gempa Palu 28 September 2018 ICTE, hal 1660-1665. https://ascelibrary.org/doi/
(Repot Geoteknik pada Gempa Palu-Donggala pdf/10.1061/41184%28419%29274.
2018); Pusat Penelitian dan Pengembangan 8. Ramadhani, S., Rifa'I, A., Suryolelono, KB, & Wilopo,
Perumahan dan Pemukiman, Badan Penelitian dan W. (2018). Kestabilan Lereng Batuan Metamorf
Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum Berdasarkan Klasifikasi Massa Batuan Pada
dan Perumahan Rakyat. Tambang Emas Poboya Provinsi Sulawesi Tengah.
4. https://www.humanitarianresponse.info/sites/www. Tinjauan Internasional Teknik Sipil, Vol. 9 (No. 3):
humanresponse.info/files/documents/files/ 91-97. https://doi.org/10.15866/irece.v9i3.13889
zrb_palu_dsk_alternatif_1_11des.pdf (diakses, 6 9. Widyaningrum, W. (2012). Penyelidikan Geologi
Oktober 2020, Pukul 09:53). Teknik Potensi Likuifaksi Daerah Palu, Provinsi
5. Ramadhani, S. (2011). Kondisi Seismisitas dan Sulawesi Tengah, Kementerian Energi dan Sumber
Dampaknya untuk Kota Palu. Jurnal Teknik Sipil Daya Mineral, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya
Infrastruktur. 1(2), 111-119. http://jurnal.untad.ac.id/ Air Tanah dan Geologi Lingkungan.
jurnal/index.php/JTSI/article/view/692. 10. de Vallejo, LI, & Ferrer, M. (2011). Teknik Geologi.
6. Sinarta, IN, & Basoka, IWA (2019). Potensi Bencana London, New York: CRC Press Taylor dan Francis
Likuifaksi Berdasarkan Data Geologi, CPT dan Group.
Lubang Bor Di Pulau Bali Selatan. Jurnal Ilmu Teknik
Terapan. 17(4), 642, 535 - 540. doi: 10.5937/
jaes17-20794
11. Ureel, S., & Momayez, M. (2014). Investigasi Metode 16. Zhang, L., Liu, J., Fu, H., & Guo, Z. (2011). Analisis
Kesetimbangan Batas dan Pemodelan Numerik untuk Stabi Dinamis https://ascelibrary.org/doi/ abs/
Analisis Stabilitas Lereng Batuan. Mekanika Batuan 10.1061/47628(407)24litas Lereng Batuan di Daerah
dan Penerapannya dalam Teknik Sipil, Pertambangan, Seismik di Provinsi Sichuan. ASCE, 217, 188-194.
dan Perminyakan, 218-227. https://ascelibrary.org/doi/ 17. Lu, L., Wang, Z., Huang, X., Zheng, B., & Arai, K.
abs/10.1061/9780784413395.025 (2014). Metode Analisis Kombinasi Dinamis dan
12. Abramson, LW, Lee, TS, Sharma, S., & Boyce, Statis Analisis Stabilitas Lereng Saat Gempa.
GM (2002). Stabilitas Lereng dan Metode Stabilisasi Masalah Matematika dalam Rekayasa. https://
(edisi ke-2). New York: John Wiley & Sons, Inc. doi.org/10.1155/2014/573962
13. Hoek, E. (1991). Kapan Desain dalam Teknik Batuan 18. Luo, Y., Wang, Y., Fu, R., & Liu, J. (2013). Kajian
Dapat Diterima. 3, hal. 1485-1497. Aachen: Mekanisme Pembentukan Longsor Liujiawan yang
Prosiding Kongres Internasional ke-7 tentang Dipicu Gempa Wenchuan. IACGE. https://
Mekanika Batuan. ascelibrary.org/doi/abs/10.1061/9780784413128.009
14. SNI 8460. (2017). Persyaratan Geoteknik 19. Ilmu Pengetahuan. (2018). Slide 7.0 Program. Toronto,
Perancangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Ontario, Kanada: Rocscience Inc.
15. Zhao, M., Liu, J., Chen, B., & Liu, D. (2007). Model 20. Pusgen. (2017). Peta Sumber dan Bahaya Gempa
peramalan kombinasi bobot variabel deformasi dan Indonesia 2017. Jakarta: Pusat Studi Gempa
ketidakstabilan lereng. Mekanika Batuan dan Tanah, Nasional.
28(s1), hal. 553-557. Cina. http://en.cnki.com.cn/
Article_en/CJFDTotal-YTLX2007S1112.htm