Anda di halaman 1dari 22

Prosiding Seminar ACE 22-23

Oktober
2016

ACE 3-070 Studi Potensi Kerawanan Bencana


Erupsi Gunung Marapi dan Pengaruhnya
Terhadap Pengembangan WilayahPertanian
di Kab. Tanah Datar

Daz Edwiza 1, Bujang Rusman 2, Bambang Istijono3 , Abdul Hakam 3

1 Jurusan Pertanian Pascasarjana, Universitas Andalas


2 Jurusan Ilmu Tanah Fak. Pertanian, Universitas Andalas
3 Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik, Universitas Andalas

Intisari
Erupsi gunung api menghasilkan sejumlah bencana diantaranya
lava dan awan panas (priroklastik) dan aliran lahar dingin . Potensi
bencana letusan gunung api di Indonesia sangat besar , karena dari
data yang ada terdapat 129 gunung api aktif tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Diantara gunung api tersebut salah satunya
yang cukup aktif adalah gunung marapi yang terletak di wilayah
Sumatera Barat tepatnya berlokasi di dua kabupaten Tanah datar
dan Agam. Gunung marapi ini memiliki karakteristik erupsi berupa
runtuhan kubah lava yang dapat menyebabkan bahaya aliran awan
panas yang sangat membahayakan bagi aktifitas penduduk dan
kawasan pertanian.
Dalam tulisan ini akan dilakukan pengkajian terhadap produksi
pertanian di daerah studi tepatnya di kecamatan Batipuh dan
Tanah Datar lainnya yang sangat rawan sebaran awan panas dan
banjir lahar yang didasarkan terhadap peta topografi dan peta
rawan bencana yang dibuat oleh Dana dan Santoso Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana ESDM 2006, dalam rentang
waktu tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahu
perubahan produksi hasil pertanian padi di kawasan rawan
bencana erupsi gunung marapi untuk memberikan panduan yang
memadai bagi daerah terkait bencana gunung api saat ini. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 887


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan interpretasi


peta , survey lapangan dan studi dokumentasi dari data ari dinas-
dinas terkait , terutama dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Berdasarkan data terdapat peningkatan luas lahan produksi dan
juga hasil produksinya Dari tahun 2008 ke 2012 ,yaitu
peningkatan luas lahan dari 40999 ha menjadi 43488 Ha, atau
sekitar 6,071 %. Sementara produksi hasil pertaniannya meningkat
dari 228383,12 ton menjadi 249758,00 ton atau meningkat sekitar
9,35 %. Analisa kajian menyimpulkan bahwa kecamatan Batipuh
rata-rata produksi saat ini adalah 5,83 ton per ha. Kalau kita
perhatikan data sejarah erupsi yang terjadi selang waktu 2008 –
2012 , pada akhir tahun 2011 telah terjadi aktifitas erupsi melalui
letusan yang menyemburkan abu dan awan hitam yang jaraknya
berkilo-kilo meter yang sampai ke wilayah Padang Pariaman dan
status meningkat Waspada level II. Dari data ternyata terlihat
dampak positif , yang mana pada tahun 2012 produksi tetap
meningkat. Hal ini penulis memperkirakan arah awan debu tidak
mengarah ke wilayah kajian , tetapi lebih dominan berarah ke
tenggara, sehingga tidak menimbulkan dampak langsung berupa awan
panas, tetapi dampak positif dikemudian hari jelas terindikasi dari
peningkatn hasil produksi padi.
Kata kunci : erupsi, marapi, produksi hasil pertanian.

PENDAHULUAN
Erupsi gunung api menghasilkan sejumlah bencana diantaranya lava
dan awan panas (priroklastik) dan aliran lahar dingin . Potensi bencana
letusan gunung api di indonesia sangat besar , karena dari data yang ada
terdapat 129 gunung api aktif tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Diantara gunung api tersebut salah satunya yang cukup aktif adalah
gunung marapi yang terletak di wilayah Sumatera Barat tepatnya
berlokasi di dua kabupaten Tanah datar dan Agam. Gunung marapi ini
memiliki karakteristik erupsi berupa runtuhan kubah lava yang dapat
menyebabkan bahaya aliran awan panas yang sangat membahayakan
bagi aktifiitas penduduk dan kawasan pertanian.
Penelitian masalah dan topik erupsi gunung api telah banyak dilakukan
terutama terhadap gunung api yang ada di wilayah pulau jawa
diantaranya gunung merapi di Jawa tengah, semeru di Jawa Timur dan
Galunggung di Jawa Barat , tetapi khusus yang membahas masalah erupsi
gunung api yang ada di wilayah Sumatera Barat belum banyak dilakukan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 888


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

, terutama terhadap gunung marapi yang paling aktif di wilayah ini. Oleh
karena itu penulis mencoba mengkaji lebih jauh karakteristik erupsi
gunung marapi terutama dikaitkan dampaknya terhadap produksi tani di
wilyah sekitarnya.
Pengkajian gunung api dan dampaknya sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan bagi perencanaan penggunaan lahan dan manajemen darurat.
Probabilistik alami yang terkait gunung api merupakan proses kompleks,
yang dikarakteristik oleh beberapa parameter, biasanya tidak diketahui
derajat kebebasan serta hubungan linierisasinya. Kompleksitas gunung
api adalah bersifat intrinsik, yang artinya tidak dapat dihindari
meletusnya, tidak dapat diprediksi dari evolusi waktu dari sistem
vulkanik dan juga dari titik pandang determinan (Arliandy, dkk, 2014)..
Dengan kesulitan ini untuk mencegah adanya jawaban masalah atas
resiko atau bencana dari perspektip bidang keilmuan. Langkah kegiatan
pengkajian dengan merekayasa, dikarenakan potensi dahsyatnya gunung
api serta pengaruhnya terhadap wilayah pertanian , pemukiman
perkotaan, komunitas keilmuan harus mampu merumuskan secara
akurat dan presisi sehingga tersedianya metoda dan didasarkan
pemahaman sistem gunung api saat ini.
Dalam tulisan ini akan dilakukan pengkajian terhadap produksi pertanian
di daerah penelitian tepatnya di kecamatan Batipuh yang sangat rawan
sebaran awan panas dan banjir lahar yang didasarkan terhadap peta
topografi dan peta rawan bencana yang dibuat oleh Dana dan Santoso
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana ESDM 2006, dalam rentang
waktu tertentu. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui perubahan
produksi hasil pertanian padi di kawasan rawan bencana erupsi gunung
marapi untuk memberikan panduan yang memadai bagi daerah terkait
bencana gunung api saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan
interpretasi peta , survey lapangan dan studi dokumentasi dari data dari
dinas-dinas terkait , terutama dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Dengan mengetahui laju perubahan produksi hasil pertanian di tinjau
dari aspek tingkat produksi dalam waktu yang berbeda dengan
menggunakan data-data dari survey dan data sekunder dapat dijadikan
dasar untuk pegembangan wilayah kajian.
Kabupaten Tanah Datar adalah daerah yang rawan bencana dilihat dari
aspek geografis, klimatologis dan demografis. Letak geografis kabupaten
tanah datar tersebut di wilayah gunung berapi aktif yang menyebabkan
daerah tersebut mempunyai potensi yang cukup baik dalam hal

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 889


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

pertanian sekaligus juga rawan terhadap bencana erupsi. Secara umum


geologis Indonesia terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu Lempeng Eurasia,
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang membuat Indonesia
kaya dengan cadangan mineral sekaligus mempunyai dinamika geologis
yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi bencana gempa
vulkanik, tsunami dan gerakan tanah/longsor. Selain itu, Indonesia
mempunyai banyak gunung api aktif yang sewaktu-waktu dapat meletus.
Sedangkan secara demografis, jumlah penduduk yang sangat banyak
akan berpotensi menjadi pemicu konflik akibat kemajemukannya
tersebut. Erupsi gunung api menghasilkan sejumlah bencana yaitu lava,
jatuhnya piroklastik, aliran piroklastik, lonjakan piroklastik, ledakan
lateral, longsoran puing-puing, tsunami vulkanik, lumpur, banjir dan gas.
Dasar pemikiran pengkajian bencana gunung api dihubungkan ke ukuran,
frekuensi erupsi dan kedekatan dengan gunung api serta pengaruhnya
terhadap hasil produksi pertanian dari masyarakat seperti misalnya
penurunan produksi, kematian tanaman dan keracunan akibat gas.
Pengkajian gunung api sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi
perencanaan daerah kabupaten Tanah datar.
Gunung Marapi merupakan salah satu gunungapi aktif di Sumatera Barat
dengan ketinggian puncak sekitar 2.900 m dpl. Secara geografis puncak
Gunung Marapi terletak pada posisi 0°22’47.72” LS dan 100°28’16.71”
BT dengan ketinggian pastinya 2.891 m dpl (Rasyid, 1990). Secara
administratif Gunung Marapi termasuk dalam wilayah Kabupaten Agam,
Kabupaten Tanah Datar, Kota Bukit tinggi dan Kota Padangpanjang,
Provinsi Sumatera Barat. Untuk mencapai Gunung Marapi, dari Jakarta
dapat menggunakan pesawat terbang atau dengan jalan darat melalui
Padang kemudian dilanjutkan ke Kota Bukittinggi. Dengan cara yang
sama perjalanan dapat melalui sebelah Barat. Jalur tersebut melalui Kota
Baru dan Sungai Puar, Kabupaten Agam. Apabila melalui sebelah
Tenggara, melewati Kota Pariaman, Kabupaten Tanah Datar.
Kabupaten Tanah Datar mempunyai luas sekitar 1.336 km2 atau 133.600
hektar, yang terletak pada 00°17"- 00°39" Lintang Selatan dan 100°19"-
100°51" Bujur Timur dan memiliki 14 kecamatan dengan 75 nagari yang
memiliki komposisi luas lahan sebagaimana terlihat pada Tabel 1: Luas
Wilayah Menurut Kecamatan.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 890


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Gambar 1 Peta Kabupaten Tanah Datar

Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 891


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Gunung Marapi yang sebagian wilayahnya berada di Kabupaten Tanah


Datar, adalah merupakan salah satu gunungapi aktif yang terletak pada
deretan Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang sejak dari daerah
Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara
hingga daerah Aceh merupakan sesar/tektonik aktif, yang sangat
berpengaruh terhadap kegiatan Gunung Marapi.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui perubahan produksi hasil
pertanian padi di kawasan rawan bencana erupsi gunung Marapi untuk
memberikan panduan yang memadai bagi daerah terkait bencana gunung
api .Keluaran dari penelitian ini adalah melihat dan melakukan
pendalaman terhadap perkembangan produksi hasil pertanian sebagai
akibat yang ditimbulkan letusan gunung Marapi, dalam rentang waktu
tertentu disekitar lokasi kawasan rawan bencana erupsi gunung marapi
dalam beberapa tingkat kelas kerawanan yang dikaitkan dengan rata-
rata produksi tani padi. Manfaat penelitian ini sebagai landasan
dokumen rencana aksi daerah terhadap pengurangan resiko bencana
gunung api marapi dan bahan pertimbangan dan sebagai dasar penataan
kawasan untuk aktifitas pertanian dalam pengembangan potensi wilayah
sekitar.
Sejarah letusan Gunung marapi dari laporan Direketorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi Bandung (2003) dijelaskan sebagai berikut :
 Kegiatan Letusan Gn Marapi sudah terpantau sejak 1807 sampai
sekarang
 Sampai tgl 8 Januari 2014 telah terjadi letusan sebanyak 1326
kali
 Hari Rabu , 8 Januari 2014 tercatat letusan sebanyak 13 kali, dan
diantaranya 5 kali letusan dg hembusan asap putih setinggi 200
m
 Pada tahun 1952 terjadi tanggal 29 Mei , terjadi bualan asap
berbentuk kol kembang setinggi 2000 - 3000 meter sampai
malam hari, kemudian diikuti hujan abu di Padang Panjang .
Tgl 26 februari 2014 Gn. Marapi meletus jam 16,05 WIB, melepaskan
material pasir, tefra, dan abu vulkanik ke wilayah kabupaten Tanah Datar
dan Agam, oleh karenanya status Gunung ditetapkan siaga level 3 dan
radius 3 km dari pusat kawah harus dikosongkan. Tidak ada evakuasi
pada letusan tersebut.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 892


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Dari data sejarah kejadian erupsi gunung Marapi dapat di katakan cukup
tinggi frekuensi nya sejak tahun 1807 sampai sekarang , walaupun
kejadian yang menimbulkan bencana yang berakibat terhadap penduduk
dan lahan pertanian tidak begitu tinggi, namun kewaspadaan sangat
perlu ditingkatkan karena gunung marapi berada diwilayah sesar besar
Sumatera yang cukup aktif dan sangat berpotensi menimbulkan gempa
Vulkanik.
Aspek tanah sangat perpengaruh terhadap produksi pertanian , karena
letusan gunung tersebut menyebabkan kerusakan lahan karena sifat
fisik, kimia , maupun bilogi mengalami perubahan, (Syekhfani , 1991) .
Suhu Material yang dilepaskan saat erupsi yang umumnya tinggi dapat
mempengaruhi langsung terhadap kehidupan jasad mikro tanah atau
juga dapat menimbulkan menimbunan bahan-bahan beracun yang dapat
mempengaruhi kehidupan tanaman. Tetapi dilain pihak akibat erupsi
gunung api dapat menguntungkan dari segi kesuburan tanah yaitu
berupa penambahan bahan debu pasir yang kaya akan unsur hara. Dari
analisis contoh-contoh tanah bahan erupsi dan tanah yang diambil
menunjukan bahwa pasir dan debu memberikan kontribusi unsur P dan S
(syekhfani, 1991).
Hal lain yang juga dapat dijadikan analisa pengaruh erupsi adalah di
wilayah sekitar sungai, yaitu merupakan wilayah cekungan yang paling
dominan terkena dampak lahar dingin. Lahan sawah umumnya
berdekatan dengan wilayah sungai oleh karenanya , lahan sawah cukup
menderita bila banjir lahar datang dan menghanyutkan tanaman padi .
Sementara tanaman padi yang tidak hanyut tentu akan memperoleh
timbunan bahan-bahan material pasir, debu dan batuan kerikil sampai
koral dan bahan organik lainnyan yang cukup tebal.
Perubahan kondisi lingkungan sangat memungkinkan timbulnya hama
atau penyakit tanaman tertentu, yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi pertanian. Jadi dalam melakukan penangan wilayah rentan
erupsi gunung api sangat diperlukan suatu tindakan yang optimal dan
mendapat perhatian khusus bila kita ingin memperbaiki fungsi lahan
pertanian. Suatu wilayah terkena dampak belum tentu berproduksi baik
atau belum dapat memastikan tunas-tunas tumbuh normal setelah
terkena dampak erupsi dan kembali berproduksi, perlu penangan jangka
pendek , menengah dan jangka panjang.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 893


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

METODOLOGI STUDI
Dalam tulisan ini akan dilakukan pengkajian tingkat produksi hasil
pertanian daerah penelitian terutama hasilnya sebagai akibat sebaran
awan panas atau debu erupsi dari aspek arah angin yang dominan dan
kondisi geologi dan topografi dalam rentang waktu tertentu. Jadi tujuan
penelitian ini adalah membuat perbandingan terhadap produksi hasil
pertanian di kawasan rawan bencana erupsi gunung marapi untuk
memberikan panduan yang memadai bagi daerah terkait bencana gunung
api saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan interpretasi
peta , survey lapangan dan studi dokumentasi dari data dari dinas-dinas
terkait , terutama dengan penelitian yang sedang dilakukan. Analisis yang
dilakukan yaitu analisis laju produksi pertanian dari berbagai jenis
tanaman serta resiko erupsi gunung marapi, seberapa luas jangkauan
bencana erupsi gunung marapi terhadap kawasan lahan pertanian dan
permukiman. Dengan analisis ini dapat diketahui seberapa besar hasil
pertanian di kawasan pertanian dan permukiman yang berada pada
resiko terkena dampak erupsi tinggi, sedang, maupun rendah. Analisis
data dapat dilakukan setelah data terkumpul dan diolah agar lebih
mudah dipahami dan disimpulkan. Data dan informasi hasil observasi
data skunder yang diperoleh, serta telaah literatur dianalisis untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Analisis yang
dilakukan adalah analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisa kuantitatif
digunakan pada data numerik, sedangkan analisa kualitatif digunakan
pada data berupa teks. Analisis tingkat resiko bencana erupsi awan
panas akibat erupsi gunung api terhadap lahan pertanian di wilayah
kajian khusunya kabupaten tanah datar, mencakup seberapa luas dan
besar dampak awan panas terhadap kawasan lahan pertanian, terutama
dampak fisiknya.
Adapun data data primer dan sekender yang dibutuhkan untuk
mendapatkan keluaran yang memadai ditinjau dari berbagai aspek
adalah sebagai berikut : Peta topografi wilayah penelitian, data kecepatan
dan arah angin dari lokasi stasion Geofisika terdekat, data klimatologi,
data produksi tani dan data sejarah kejadian erupsi gunung marapi.
Metode dan kriteria daerah Kawasan Rawan Bencana dapat dibagi
sebagai berikut :Kawasan rawan bencana gunung api adalah kawasan
yang pernah terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya
letusan baik baik secara langsung mapun tidak langsung. Peta kawasan
rawan bencana gunung api merupakan peta yang ditunjuk sebagai

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 894


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

tingkat kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan gunung


apai atau aktifitas gunung api (Arliandy dkk, 2014). Berdasarkan
Peraturan Menteri ESDM No. 15 tahun 2011 tentang Pedoman Mitigasi
Bencana Gunung Api, Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami maka
pemetaan kawasan rawan bencana gunungapi dilakukan untuk
menentukan kawasan berdasarkan tingkat kerawanan terhadap bahaya
erupsi gunungapi dan tidak dibatasi oleh wilayah administratif. Peta
tersebut digunakan sebagai dasar antisipasi dan pertimbangan
pengambilan keputusan untuk Pemerintah dan pemerintah daerah dalam
upaya mitigasi bencana kawasan rawan bencana gunungapi dibagi
menjadi 3 (tiga) kawasan, yaitu:
1. Kawasan rawan bencana I merupakan kawasan yang berpotensi
terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu,
dan/atau air dengan keasaman tinggi. Apabila letusan membesar,
kawasan ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan
tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat, serta lontaran
batu pijar;
2. Kawasan rawan bencana II merupakan kawasan yang
berpotensiterlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu pijar,
guguran lava,hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar,
dan/atau
3. Kawasan rawan bencana III merupakan kawasan yang sangat
berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava,
lontaran batu pijar, dan/atau gas beracun.
Data hasil survey dan kuisioner lapangan dan data dari BPS digunakan
untuk melakukan analisis tingkat produksi hasil pertanian dari
bermacam jenis tanaman. Jika hasil menunjukan peningkatan berarti
dampak erupsi positif dan jika berkurang berarti dampaknya negatif dan
tentu perlu dilakukan penataan wilayah tersebut.

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN


Dari Analisa Peta Kawasan Rawan Bencana Lokasi Kajian diketahui
bahwa :Daerah bahaya meliputi wilayah yang secara langsung akan
terancam bahan letusan berupa jatuhan bom vulkanik, eflata dan
piroklastik, luncuran awan panas serta aliran lava dan lahar. Termasuk
daerah bahaya adalah wilayah di sekitar Gunungapi Marapi dalam radius
5 km dari pusat kegiatan. Untuk menghindari bahaya aliran lava,

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 895


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

terutama daerah topografi rendah dan adanya lembah dalam


disepanjang aliran sungai yang berhulu dari sekitar kawah puncak dan
juga melihat kawah yang giat sekarang pada puncak sebelah barat barat
Gunungapi Marapi, maka setengah lingkaran bagian baratlah yang lebih
banyak ancaman bahaya letusan. Sebaliknya berdasarkan morfologinya,
setengah lingkaran bagian timur akan lebih kecil terhadap bahaya aliran
dari puncak, namun demikian masih akan terancam oleh bahaya timpaan
bom gunungapi atau bahaya eflata lainnya yang terlempar melalui udara.
Untuk menghindari bahaya lahar, maka daerah bahaya diperluas
mengikuti lajur lembah sungai yang hulunya berasal dari puncak
Gunungapi Marapi. Luas daerah bahaya ± 104 km² dengan jumlah
penduduk ± 52.682 jiwa menurut catatan pada tahun 2013. Daerah
bahaya ini termasuk bahaya yang ditimbulkan akibat gempa bumi
tektonik, dimana Gunungapi Marapi juga merupakan daerah rawan
gempa.
Wilayah di luar daerah bahaya yang terancam lontaran bahan letusan
berupa abu dan pasir serta aliran lahar hujan adalah daerah waspada,
termasuk daerah topografi rendah di sepanjang aliran sungai yang
berhulu di sekitar puncak. Berdasarkan bahaya aliran lava, lahar dan
awan panas , daerah waspada ini diperlebar ke arah barat laut yakni
sepanjang aliran Batang Air Rimbo Piatu dan kearah tenggara sepanjang
lembah Batang Gadis sehingga dalam musim hujan dapat terlanda aliran
lahar. Selain mengikuti sungai diatas pada sungai lainnya atas
pertimbangan morfologi sungai gunungapi Marapi diperpanjang
mengikuti lajur sungai. Luas daerah waspada ± 168,2 km² (Laporan Balai
Wil. V Sumatera, 2014).
1. Kawasan Rawan Bencana 3.
Peta kawasan rawan bencana 3 adalah kawasan yang sering terlanda
aliran lava, aliran piroklastik (awan panas), aliran gas-gas volkanik
beracun dan lontaran batu pijar, berupa pecahan lava, bom (kerak
roti/tahi sapi), hujan batu, pasir, abu (lebat), terutama daerah
disekitar puncak, disekitar kaldera Bancah.
a) Kawasan rawan bencana terhadap massa aliran, aliran lava, aliran
piroklastik, serta pada umumnya daerah ini tidak berpenduduk,
daerah puncak, kaldera Bancah, oleh karena medan yang terjal,
berbatu, yang termasuk kawasan Cagar alam dan Hutan Wisata.
b) Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran, berupa
lontaran batu pijar, bom vulkanik, batuan piroklastik, kerikil

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 896


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

hingga abu yang sangat lebat, daerah yang terlanda, terutama


daerah puncak dengan radius 3 Km dari titik erupsi
a) Luas daerah kawasan rawan bencana 3 dengan luas 33,3
Km2 tidak berpenduduk

Sumber data : BPBD Kabupaten Tanah Datar


Gambar 2 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Marapi Kabupaten Tanah
Datar
2. Kawasan Rawan Bencana2
Peta kawasan rawan bencana 2 berpotensi terlanda aliran lava, aliran
piroklastika, aliran gas-gas volkanik beracun, aliran lahar dan lontaran
batu pijar, hujan batu, pasir, abu(lebat).
a) Kawasan rawan bencana terhadap bahan aliran massa, aliran
lava, aliran pirokalstik, pada umumnya daerah ini tidak
berpenduduk, oleh karena medan yang terjal, berbatu,
merupakan daerah puncak dan lereng gunungapi Marapi,
sebagian termasuk kawasan Cagar alam dan Hutan Wisata.
b) Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran, dengan radius
7 Km, meliputi daerah yang bertopografi rendah terutama daerah
sebelah barat-barat daya, oleh karena bentuk morfologinya agak
terbuka ke arah tersebut.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 897


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

c) Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran, berupa


lontaran batu pijar, bom vulkanik, batuan piroklastik hingga abu
yang sangat lebat, daerah yang diperkirakan berpotensi terhadap
lontaran batu, hujan abu lebat, terutama dibagian puncak dengan
radius 5 Km dari titik erupsi.

Luas daerah kawasan rawan bencana2 dengan luas :120,6 Km2bagian


barat adalah bagian Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto, dengan
penduduk = 3.076 Jiwa, Nagari Andaleh dengan penduduk = 1.722 Jiwa,
Nagari Sabu dengan penduduk = 2.492 Jiwa. Jumlah penduduk di
Kawasan Rawan Bencana 2, yaitu sebanyak = 7.290 Jiwa.

3. Kawasan Rawan Bencana1


Pada kawasan rawan bencana1 Gunungapi Marapi, terbagi
menjadi 2 (dua), diantaranya adalah :

a) Daerah yang berpotensi terhadap aliran/terlanda lahar,


banjir, aliran gas-gas volkanik beracun.
Kawasan rawan bencana terhadap bahan aliran yang terletak
di dalam lembah/aliran sepanjang :
1) Sepanjang B.A sungai Rimbo Piatu, B.A. Bonjol, B.A.
Gadang, B.A. Sitapu, B.A. Sereh Silintak dan B.A.
Jambor daerah Utara – Barat, Barat Laut.
2) Sepanjang B.A. Arau, B.A. Mandailing, B.A. Bangkahan,
B.A. Sigarunggung, B.A. Sungai Jambu/B.A. Malona,
sebelah Timur.
3) Sepanjang B.A. Batang Gadis, sebelah Tenggara.
4) Sepanjang sungai B.A. Sabu dan B.A. Gadis, sebelah
Selatan.

b) Terhadap lontaran/jatuhan batuan piroklastik, hujan abu


(lebat), lontaran batu, pasir dan lumpur dengan radius 7 Km
dari pusat erupsi, bahkan kemungkinan dapat menjadi daerah
perluasan Peta kawasan rawan bencana2 atau perluasan
aliran piroklastik, lahar letusan dan aliran gas-gas volkanik
beracun, meliputi daerah yang bertopografi rendah terutama

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 898


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

daerah sebelah barat-barat daya, oleh karena bentuk


morfologinya agak terbuka ke arah tersebut.
Luas daerah kawasan rawan bencana1 dengan luas :
211,9 Km2 dengan jumlah penduduk = 106.954 jiwa,
berdasarkan catatan sipil pada Th . 2013.

Lahar dingin merupakan ancaman sekunder bahaya erupsi gunung


berapi yang berupa longsoran material vulkanik lama yang terdapat pada
lereng gunung api karena jenuh air atau curah hujan yang cukup tinggi
bisa mengakibatkan banjir bandang. Aliran lumpur ini, membahayakan
terutama bagi penduduk yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai.
Banjir lahar dingin harus diwaspadai pasca erupsi gunung berapi. Banjir
lahar dingin adalah serbuan banjir dari puncak gunung yang baru
meletus yang berisi air, pasir dan batu-batuan. Banjir lahar dingin dipicu
oleh hujan lebat yang menggerus pasir di sekitar gunung paska
letusannya. Dampak banjir lahar dingin tersebut seperti banjir bandang
lainnya tetapi alirannya tidak terlalu kencang karena mengikuti aliran
sungai mengalir. Hanya saja karena berisi beberapa material vulkanik
seringkali banjir lahar dingin dapat menghancurkan dam atau rumah
yang dilaluinya bila dalam jumlah banyak.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 899


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Tabel 2 Data Penyebaran Penduduk Daerah Rawan Bencana I


Gunung Marapi di Kabupaten Tanah Datar

Bahaya lahar dingin dari material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi
akan berlangsung dalam waktu yang lama, hingga mencapai lebih dari
satu tahun. Banjir lahar dingin yang terjadi, berdampak lingkunan sekitar
seperti kerusakan yang terjadi pada kali tersebut, yang awal mulanya kali
tersebut memiliki hulu yang besar akan tetapi setelah di lewati lahar
dingin dari marapi, hulu sungai tersebut menjadi kecil dan disamping-
sampingya ada bebatuan dan pasir dari dampak erupsi gunung marapi,
disamping mengakibatkan dampak negatif, sungai tersebut menyimpan
dampak positif, diantara sebagai lahan matapencarian, penduduk sekitar,
seperti pengumpulkan matrial-matrial sebagai bahan bangunan. Batu dan
pasir yang diolah lagi sehingga menghasilkan keuntungan.
Adapun Potensi Bahaya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Berhubung sangat sering terjadinya kegiatan gunungapi, baik
magmatik maupun preatik, sejak abad ke 16 dan ada kecenderungan
sumber magmanya cukup dangkal, maka diperkirakan potensi bahaya
yang akan terjadi pada masa mendatang adalah terdiri atas (bila
terjadi kegiatannya), Potensi bahaya Gunung Marapi yang mungkin
terjadi adalah :

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 900


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

a) Aliran lava, disekitar kaldera Bancah (puncak) hingga


lereng
b) Aliran piroklastik (aliran awanpanas)
c) Letusan magmatis/preatik, jatuhan piroklastik, lontaran
melalui udara
d) Pencemaran lingkungan oleh sebaran debu, gas-gas
gungapi
e) Longsoran/tanah longsor, aliran lahar
f) Banjir bandang/aliran lumpur.
Ancaman yang paling rawan terhadap bahaya letusan secara langsung,
oleh karena bentuk pematang kawah berupa setengah lingkaran yang
terbuka ke arah barat-barat daya, sedangkan ke arah sebelah timur relatif
kecil, akan tetapi terancam oleh karena lontaran benda pijar, berupa bom
vulkanik, hujan pasir dana abu.
2) Potensi bahaya aliran (aliran piroklastik, lava, lumpur/banjir
bandang) mengarah ke :
a) Utara-Barat, Barat laut, sepanjang Batang Air Sungai
Rimbo Piatu, Batang Air Bonjol, Batang Air Gadang, Batang
Air Sitapu, Batang Air Sereh Silintak dan Batang Air
Jambor.
b) Timur, sepanjang Batang Air Anau, Batang Air Mandailing,
Batang Air Bangkahan, Batang Air Sigarunggung, Batang
Air Sungai Jambu/Bt Malona.
c) Tenggara, sepanjang Batang Air Batang Gadis.
d) Selatan sungai Batang Air Sabu dan Batang Air Gadis

Analisa peta dilakukan pada wilayah dengan tingkat bahaya erupsi yang
tinggi di wilayah kajian dilakukan dengan memperhatikan arah aliran
sungai yang melewati lokasi kajian .Untuk Batipuh ada beberapa sungai
yaitu batang Sikalao dan sebagian Batang Mengkudu dan merupakan
kawasan rawan bencana I yang berjarak sekitar 7 km dari pusat erupsi.
Di Kecamatan Batipuh tutupan lahan umumnya terdiri dari sawah
produktif hal ini terlihat dari peta topografi Jantop TNI- AD , 1984 skala 1
: 50.000,
Perkembangan perekonomian Kabupaten Tanah Datar masih didominasi
oleh sektor pertanian. Dengan kontribusi sebanyak 37,84 persen, sektor
pertanian didaerah itu telah tumbuh dan berkembang sebagai basis
ekonomi rakyat. Sekitar 56,74 persen dari luas wilayah kabupaten telah
digunakan dengan baik sebagai lahan pertanian.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 901


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Dengan dukungan tenaga kerja mencapai 49,85 persen, secara agroklimat


dan geografis, daerah ini memungkinkan untuk pengembangan komiditi
yang bernilai ekonomi tinggi. Sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura merupakan salah satu unggulan daerah. Jenis komoditi
unggulan pada sub sektor ini adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu,
ubi jalar dan kedelai. Untuk komoditi sayuran, yang menjadi unggulan
adalah cabai, tomat, wortel, terung, bawang, kubis, buncis, sawi, dan
kentang. Sementara, untuk komoditi buah-buahan, unggulan di antaranya
sawo, alpukat, durian, rambutan dan pisang.
Tabel 3 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Per Hektar Padi
Menurut Kecamatan
Rata-
rata
Luas Panen Produksi Produk
No Kecamatan
(Ha) (ton) si
(ton/ha
)
1 X Koto 3.634 20.441 5,62
2 Batipuh 5.001 29.151 5,83
3 Batipuh Selatan 1.359 7.613 5,60
4 Pariangan 3.864 25.065 6,49
5 Rambatan 3.801 20.465 5,38
6 Lima Kaum 3.190 18.237 5,72
7 Tanjung Emas 3.041 17.136 5,63
8 Padang Ganting 2.030 12.083 5,95
9 Lintau Buo 2.144 11.327 5,28
10 Lintau Buo utara 4.111 21.373 5,20
11 Sungayang 2.680 17.039 6,36
12 Sungai Tarab 4.182 22.692 5,43
13 Salimpaung 2.575 15.520 6,03
14 Tanjung Baru 1.876 11.616 6,19
Jumlah 2012 43.488 249.758,00 5,74
2011 42.949 248.651,48 5,79
2010 43.015 242.120,00 5,63
2009 41.183 232.607,94 5,65
2008 40.999 228.383,12 5,57

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 902


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka 2013


Kalau kita perhatikan data dari kabupaten tanah datar yang ada (sumber
BPS, Kab. 2013) terdapat peningkatan luas lahan produksi dan juga hasil
produksinya . Dari tahun 2008 ke 2012 terdapat peningkatan luas lahan
dari 40999 ha menjadi 43488 Ha, atau sekitar 6,071 %. Sementara
produksi hasil pertaniannya meningkat dari 228383, 12 ton menjadi
249758,00 atau meningkat sekitar 9,35 %. Khusus kecamatan Batipuh
rata-rata produksi saat ini adalah 5,83 ton per ha. Kalau kita perhatikan
data sejarah erupsi yang terjadi selang waktu 2008 – 2012 , pada akhir
tahun 2011 telah terjadi aktifitas erupsi melalui letusan yang
menyemburkan abu dan awan hitam yang jaraknya berkilo-kilo meter
yang sampai ke wilayah Padang Pariaman dan status meningkat Waspada
level II. Dari data yang ada produksi padi tidak berpengaruh sekali
terlihat pada tahun 2012, dimana produksi tetap meningkat. Hal ini
peneliti memperkirakan arah awan debu tidak mengarah ke wilayah
kajian , tetapi lebih dominan berarah ke tenggara, sehingga tidak
menimbulkan dampak langsung berupa awan panas, tetapi dampak
positif dikemudian hari jelas terindikasi dari peningkatn hasil produksi
padi.
Tabel 4 Luas Lahan Menurut Penggunaan
Luas
No Penggunaan Tanah Persentase
(Ha)
1 Pemukiman 12.073,00 9,04
2 Pertanian lahan Kering 17.691,52 13,24
3 Pertanian Lahan basah 23.653,00 17,70
Sawah 22.945,00 17,17
Kolam 708,00 0,53
4 Perairan Umum 6.970,77 5.22
Telaga 17,97 0,01
Sungai 292,80 0,22
Danau 6.660,00 4,99
5 Hutan 49.921,52 37,37
Hutan Lindung 20.336,87 15,22
Hutan Produksi 9.359,06 7,01
Hutan Konservasi 20.111,69 15,05
Hutan Konversi 113,90 0,09
6 Perkebunan 23.290,19 17,43
Perkebunan Rakyat 23.290,19 17,43

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 903


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Luas
No Penggunaan Tanah Persentase
(Ha)
Jumlah 133.600,00 100,00
Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka 2013
Tutupan lahan di Kabupaten Tanah Datar di dominasi hutan dengan luas
83.089 ha, (58,94%) kemudian dilanjutkan dengan jenis tutupan lahan
pertanian dengan luas 35.415 ha (25,12%) dan untuk lebih detailnya
dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5 Jenis Tutupan Lahan di Kabupaten Tanah Datar

Luas
No Tutupan Lahan
Ha %
1 Perairan Darat 69 0,05
2 Perkampungan 3.527 2,68
3 Perkebunan 26.342 20,05
4 Persawahan 13.955 10.62
5 Padang 22 0.02
6 Hutan 73.219 55,72
7 Pertanian Tanah Kering 14.148 10,77
8 Tanah Terbuka 122 0,09
Total 131.404 100,00
Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka 2013
Dari jenis tutupan lahan terlihat wilayah studi bervarasi antara lahan
pertanian tanah kering dan persawahan dan perkebunan. Wilayah ini di
dominasi oleh lahan perkebunan yang mencapai sekitar 20,05 persen
sementara untuk lahan persawahan hanya sekitar 10,62 persen, dan
pertanian tanah kering 10,77 persen.
Pengamatan lapangan secara visual dan pengambilan sampel debu erupsi
dan tanah pada lokasi dilakukan untuk mengetahui unsur –unsur yang
ada, perlu dilakukan terutama pada berbagai lokasi bahaya . Disamping
itu juga perlu dilakukan analisa sampel material pada sungai –sungai
yang mengalir di wilayah kajian. Hal ini dapat dilakukan karena sungai
merupakan wilayah cekungan yang paling dominan terkena dampak
lahar dingin. Lahan sawah umumnya berdekatan dengan wilayah sungai,
oleh karenanya lahan sawah cukup menderita bila banjir lahar datang
dan menghanyutkan tanaman padi . Sementara tanaman padi yang tidak
hanyut tentu akan memperoleh timbunan bahan-bahan material pasir,

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 904


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

debu dan batuan kerikil sampai koral dan bahan organik lainnyan yang
cukup tebal.
Perubahan kondisi lingkungan sangat memungkinkan timbulnya hama
atau penyakit tanaman tertentu, yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi pertanian. Jadi dalam melakukan penangan wilayah rentan
erupsi gunung api sangat diperlukan suatu tindakan yang optimal dan
mendapat perhatian khusus bila kita ingin memperbaiki fungsi lahan
pertanian. Suatu wilayah terkena dampak belum tentu berproduksi baik
atau belum dapat memastikan tunas-tunas tumbuh normal setelah
terkena dampak erupsi dan kembali berproduksi, perlu penangan jangka
pendek , menengah dan jangka panjang.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas pada kesempatan ini dapat
peneliti ambil beberapa kesimpulan dan mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut :
1) Berdasarkan data kajian terdapat peningkatan luas lahan
produksi dan juga hasil produksinya . Dari tahun 2008 ke 2012
,yaitu peningkatan luas lahan dari 40999 ha menjadi 43488 Ha,
atau sekitar 6,071 %. Sementara produksi hasil pertaniannya
meningkat dari 228383, 12 ton menjadi 249758,00 atau
meningkat sekitar 9,35 %.
2) Khusus kecamatan Batipuh rata-rata produksi saat ini adalah 5,83
ton per ha. Kalau kita perhatikan data sejarah erupsi yang terjadi
selang waktu 2008 – 2012 , pada akhir tahun 2011 telah terjadi
aktifitas erupsi melalui letusan yang menyemburkan abu dan
awan hitam yang jaraknya berkilo-kilo meter yang sampai ke
wilayah Padang Pariaman dan status meningkat Waspada level II.
Dari data ternyata terlihat dampak positif , yang mana pada tahun
2012 produksi tetap meningkat. Hal ini peneliti memperkirakan
arah awan debu tidak mengarah ke wilayah kajian , tetapi lebih
dominan berarah ke tenggara, sehingga tidak menimbulkan
dampak langsung berupa awan panas, tetapi dampak positif
dikemudian hari jelas terindikasi dari peningkatn hasil produksi
padi.
3) Dari jenis tutupan lahan terlihat wilayah studi bervarasi anatar
lahan pertanian tanah kering dan persawahan dan perkebunan.
Wilayah ini di dominasi oleh lahan perkebunan yang
mencapai sekitar 20,05 persen sementara untuk lahan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 905


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

persawahan hanya sekitar 10,62 persen, dan pertanian tanah


kering 10,77 persen.

REKOMENDASI
Untuk memastikan secara kuantitatif perlu dilakukan penelitian sampel
debu dan tanah pada lokasi kajian , untuk mengetahui faktor-faktor fisis
dan kimia yang perpengaruh peningkatan produksi padi tersebut

UCAPAN TERIMA KASIH


Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu untuk terwujudnya makalah seminar ini terutama
kepada bapak –bapak pembimbing dan instansi terkait yang telah sudi
memberikan beberapa data yang diperlukan serta kepada panitia
seminar ibu Ida dan bapak Junaidi dan mahasiswa yang membantu di
sekretariat.

REFERENSI

Arliandy, Arief, L, Arwan ,: Pemodelan Kawasan Rawan Bencana Erupsi


Gunung Api Berbasiskan Data Penginderaan Jauh, Jurnal Geodesi
Undip, Vo; 3 No. 4 .,th. 2014
Abdillah, M. Rais,: Prediksi sebaran abu vulkanik di udara dengan
menggunakan model PUFF , Prodi meteorologi FITK , ITB Bandung ,
2012.
Berita Vulkanologi, Edisi Khusus no. 157 th 1990, Penerbit Direktorat
Vulkanologi , Dirjen Geologi dan SDM .
Daryono , Ancaman Banjir Lahar Dingin Merapi, peneliti pada Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ,2011 .
Deddy Suhadi, Makalah, Potensi Bahaya Letusan Gunung Api Marapi.
Departemen Pertambangan Dan Energi, Badan Geologi, Pusat
Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2009
Hendra Gunawan, Laporan Akhir Penelitian Gunungapi Marapi, Sumatra
Barat.Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, ESDM, 2010
H. Kusumosubroto, Aliran Debris & Lahar , Pembentukan, Pengaliran ,
Pengendapan dan Pengendaliannya, Graha Ilmu, 2013.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 906


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Laporan Pemantauan dan Evaluasi Bencana Geologi di Provinsi Sumatera


Barat, tahun 2011.
Arliandy, Arief, L, Arwan ,: Pemodelan Kawasan Rawan Bencana Erupsi
Gunung Api Berbasiskan Data Penginderaan Jauh, Jurnal Geodesi
Undip, Vo; 3 No. 4 .,th. 2014
Agus krisbiantoro, : Analisis ejeksi dan dispersi awan debu vulkanik
gunung semeru Jawa Timur , Jurnal Neutrino, Vol. 4 no. 1 Okt. 2011.
Abdillah, M. Rais,: Prediksi sebaran abu vulkanik di udara dengan
menggunakan model PUFF , Prodi meteorologi FITK , ITB Bandung ,
2012.
Berita Vulkanologi, Edisi Khusus no. 157 th 1990, Penerbit Direktorat
Vulkanologi , Dirjen Geologi dan SDM .
Daryono , Ancaman Banjir Lahar Dingin Merapi, peneliti pada Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ,2011 .
Deddy Suhadi, Makalah, Potensi Bahaya Letusan Gunung Api Marapi.
Departemen Pertambangan Dan Energi, Badan Geologi, Pusat
Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2009
Hendra Gunawan, Laporan Akhir Penelitian Gunungapi Marapi, Sumatra
Barat.Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, ESDM, 2010
Laporan Pemantauan dan Evaluasi Bencana Geologi di Provinsi Sumatera
Barat, tahun 2011.
Laporan Awal Studi Komprehensif Penegndalian Banjir Lahar Sediment
Kawasan Gunung Marapi, PT. Aztindo Rekaperdana , Bandung,
2014.
Laporan DataBase Gunungapi Kerinci, Marapi, Talang , Tandikek
Sumatera Barat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Bandung, 2003.
19. Laporan Pemantauan dan Penyebar luasan Informasi Potensi
Bencana Alam Tahun 2013, , Pemerintah Kabupaten Tanah Datar,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Tahun 2013
Mamik Santoso, dkk., Laporan Pemetaan Kawasan Rawan Bencana G.
Marapi.Departement Pertambangan Dan Energi, Direktorat
Jenderal Geologi Dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Vulkanologi
Dan Mitigasi Bencana Geologi.2002.

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 907


Prosiding Seminar ACE 22-23
Oktober
2016

Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana, 2008
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan letusan Gunung Berapi dan
Kawasan Rawan Gempa Bumi, Dirjen Penataan Ruang Dept PU ,
Jakarta , 2008
16. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 lembar Batu Sangkar,
Tahun 1984;
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Marapi Sumatera Barat Skala 1
: 50.000 Tahun 2006, dan laporan pemetaan kawasan rawan
bencana Gunung Marapi Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah
Datar, oleh Proyek Penyelidikan dan Pengamatan GunungApi,
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Direktorat
Jenderal Geologi dan SumberDaya Mineral, Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral;2006
Peta Geologi Lembar Solok, Sumatra Skala 1 : 250.000 Tahun 2007 dan
Lembar Padang, Sumatera Skala 1 : 250.000 Tahun
Pemantauan dan Penyebarluasan Informasi Potensi Bencana Alam Tahun
2012, , Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Badan Penanggulangan
Bencana Daerah, Tahun 2013
Suyitno Hadi Putro, Dampak bencana aliran lahar dingin gunung Merapi
pasca erupsi di kali putih, makalah seminar nasional
pengembangan kawasan Merapi , Mhs program Doktor T. Sipil
Undip Semarang, 2012
.Setiyawidi, et.al : Pemanfaatan sistem informasi geografis untuk zonasi
tingkat kerawanan bencana letusan gunung api Tangkubanperahu,
Jurnal GEA, Vol 11 , No. 2 Oktober 2011.
Syekhfani, Survey Pendahuluan Dalam Usaha Menanggulangi Kerusakan
lahan Akibat Letusan Gunung Kelut, makalah seminar, Balittan
dan Univ. Brawijaya, 1991
Tanah Datar Dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah
Kabupaten Tanah Datar

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 908

Anda mungkin juga menyukai