Oktober
2016
Intisari
Erupsi gunung api menghasilkan sejumlah bencana diantaranya
lava dan awan panas (priroklastik) dan aliran lahar dingin . Potensi
bencana letusan gunung api di Indonesia sangat besar , karena dari
data yang ada terdapat 129 gunung api aktif tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Diantara gunung api tersebut salah satunya
yang cukup aktif adalah gunung marapi yang terletak di wilayah
Sumatera Barat tepatnya berlokasi di dua kabupaten Tanah datar
dan Agam. Gunung marapi ini memiliki karakteristik erupsi berupa
runtuhan kubah lava yang dapat menyebabkan bahaya aliran awan
panas yang sangat membahayakan bagi aktifitas penduduk dan
kawasan pertanian.
Dalam tulisan ini akan dilakukan pengkajian terhadap produksi
pertanian di daerah studi tepatnya di kecamatan Batipuh dan
Tanah Datar lainnya yang sangat rawan sebaran awan panas dan
banjir lahar yang didasarkan terhadap peta topografi dan peta
rawan bencana yang dibuat oleh Dana dan Santoso Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana ESDM 2006, dalam rentang
waktu tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahu
perubahan produksi hasil pertanian padi di kawasan rawan
bencana erupsi gunung marapi untuk memberikan panduan yang
memadai bagi daerah terkait bencana gunung api saat ini. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
PENDAHULUAN
Erupsi gunung api menghasilkan sejumlah bencana diantaranya lava
dan awan panas (priroklastik) dan aliran lahar dingin . Potensi bencana
letusan gunung api di indonesia sangat besar , karena dari data yang ada
terdapat 129 gunung api aktif tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Diantara gunung api tersebut salah satunya yang cukup aktif adalah
gunung marapi yang terletak di wilayah Sumatera Barat tepatnya
berlokasi di dua kabupaten Tanah datar dan Agam. Gunung marapi ini
memiliki karakteristik erupsi berupa runtuhan kubah lava yang dapat
menyebabkan bahaya aliran awan panas yang sangat membahayakan
bagi aktifiitas penduduk dan kawasan pertanian.
Penelitian masalah dan topik erupsi gunung api telah banyak dilakukan
terutama terhadap gunung api yang ada di wilayah pulau jawa
diantaranya gunung merapi di Jawa tengah, semeru di Jawa Timur dan
Galunggung di Jawa Barat , tetapi khusus yang membahas masalah erupsi
gunung api yang ada di wilayah Sumatera Barat belum banyak dilakukan
, terutama terhadap gunung marapi yang paling aktif di wilayah ini. Oleh
karena itu penulis mencoba mengkaji lebih jauh karakteristik erupsi
gunung marapi terutama dikaitkan dampaknya terhadap produksi tani di
wilyah sekitarnya.
Pengkajian gunung api dan dampaknya sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan bagi perencanaan penggunaan lahan dan manajemen darurat.
Probabilistik alami yang terkait gunung api merupakan proses kompleks,
yang dikarakteristik oleh beberapa parameter, biasanya tidak diketahui
derajat kebebasan serta hubungan linierisasinya. Kompleksitas gunung
api adalah bersifat intrinsik, yang artinya tidak dapat dihindari
meletusnya, tidak dapat diprediksi dari evolusi waktu dari sistem
vulkanik dan juga dari titik pandang determinan (Arliandy, dkk, 2014)..
Dengan kesulitan ini untuk mencegah adanya jawaban masalah atas
resiko atau bencana dari perspektip bidang keilmuan. Langkah kegiatan
pengkajian dengan merekayasa, dikarenakan potensi dahsyatnya gunung
api serta pengaruhnya terhadap wilayah pertanian , pemukiman
perkotaan, komunitas keilmuan harus mampu merumuskan secara
akurat dan presisi sehingga tersedianya metoda dan didasarkan
pemahaman sistem gunung api saat ini.
Dalam tulisan ini akan dilakukan pengkajian terhadap produksi pertanian
di daerah penelitian tepatnya di kecamatan Batipuh yang sangat rawan
sebaran awan panas dan banjir lahar yang didasarkan terhadap peta
topografi dan peta rawan bencana yang dibuat oleh Dana dan Santoso
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana ESDM 2006, dalam rentang
waktu tertentu. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui perubahan
produksi hasil pertanian padi di kawasan rawan bencana erupsi gunung
marapi untuk memberikan panduan yang memadai bagi daerah terkait
bencana gunung api saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan
interpretasi peta , survey lapangan dan studi dokumentasi dari data dari
dinas-dinas terkait , terutama dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Dengan mengetahui laju perubahan produksi hasil pertanian di tinjau
dari aspek tingkat produksi dalam waktu yang berbeda dengan
menggunakan data-data dari survey dan data sekunder dapat dijadikan
dasar untuk pegembangan wilayah kajian.
Kabupaten Tanah Datar adalah daerah yang rawan bencana dilihat dari
aspek geografis, klimatologis dan demografis. Letak geografis kabupaten
tanah datar tersebut di wilayah gunung berapi aktif yang menyebabkan
daerah tersebut mempunyai potensi yang cukup baik dalam hal
Dari data sejarah kejadian erupsi gunung Marapi dapat di katakan cukup
tinggi frekuensi nya sejak tahun 1807 sampai sekarang , walaupun
kejadian yang menimbulkan bencana yang berakibat terhadap penduduk
dan lahan pertanian tidak begitu tinggi, namun kewaspadaan sangat
perlu ditingkatkan karena gunung marapi berada diwilayah sesar besar
Sumatera yang cukup aktif dan sangat berpotensi menimbulkan gempa
Vulkanik.
Aspek tanah sangat perpengaruh terhadap produksi pertanian , karena
letusan gunung tersebut menyebabkan kerusakan lahan karena sifat
fisik, kimia , maupun bilogi mengalami perubahan, (Syekhfani , 1991) .
Suhu Material yang dilepaskan saat erupsi yang umumnya tinggi dapat
mempengaruhi langsung terhadap kehidupan jasad mikro tanah atau
juga dapat menimbulkan menimbunan bahan-bahan beracun yang dapat
mempengaruhi kehidupan tanaman. Tetapi dilain pihak akibat erupsi
gunung api dapat menguntungkan dari segi kesuburan tanah yaitu
berupa penambahan bahan debu pasir yang kaya akan unsur hara. Dari
analisis contoh-contoh tanah bahan erupsi dan tanah yang diambil
menunjukan bahwa pasir dan debu memberikan kontribusi unsur P dan S
(syekhfani, 1991).
Hal lain yang juga dapat dijadikan analisa pengaruh erupsi adalah di
wilayah sekitar sungai, yaitu merupakan wilayah cekungan yang paling
dominan terkena dampak lahar dingin. Lahan sawah umumnya
berdekatan dengan wilayah sungai oleh karenanya , lahan sawah cukup
menderita bila banjir lahar datang dan menghanyutkan tanaman padi .
Sementara tanaman padi yang tidak hanyut tentu akan memperoleh
timbunan bahan-bahan material pasir, debu dan batuan kerikil sampai
koral dan bahan organik lainnyan yang cukup tebal.
Perubahan kondisi lingkungan sangat memungkinkan timbulnya hama
atau penyakit tanaman tertentu, yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi pertanian. Jadi dalam melakukan penangan wilayah rentan
erupsi gunung api sangat diperlukan suatu tindakan yang optimal dan
mendapat perhatian khusus bila kita ingin memperbaiki fungsi lahan
pertanian. Suatu wilayah terkena dampak belum tentu berproduksi baik
atau belum dapat memastikan tunas-tunas tumbuh normal setelah
terkena dampak erupsi dan kembali berproduksi, perlu penangan jangka
pendek , menengah dan jangka panjang.
METODOLOGI STUDI
Dalam tulisan ini akan dilakukan pengkajian tingkat produksi hasil
pertanian daerah penelitian terutama hasilnya sebagai akibat sebaran
awan panas atau debu erupsi dari aspek arah angin yang dominan dan
kondisi geologi dan topografi dalam rentang waktu tertentu. Jadi tujuan
penelitian ini adalah membuat perbandingan terhadap produksi hasil
pertanian di kawasan rawan bencana erupsi gunung marapi untuk
memberikan panduan yang memadai bagi daerah terkait bencana gunung
api saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dilakukan interpretasi
peta , survey lapangan dan studi dokumentasi dari data dari dinas-dinas
terkait , terutama dengan penelitian yang sedang dilakukan. Analisis yang
dilakukan yaitu analisis laju produksi pertanian dari berbagai jenis
tanaman serta resiko erupsi gunung marapi, seberapa luas jangkauan
bencana erupsi gunung marapi terhadap kawasan lahan pertanian dan
permukiman. Dengan analisis ini dapat diketahui seberapa besar hasil
pertanian di kawasan pertanian dan permukiman yang berada pada
resiko terkena dampak erupsi tinggi, sedang, maupun rendah. Analisis
data dapat dilakukan setelah data terkumpul dan diolah agar lebih
mudah dipahami dan disimpulkan. Data dan informasi hasil observasi
data skunder yang diperoleh, serta telaah literatur dianalisis untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Analisis yang
dilakukan adalah analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisa kuantitatif
digunakan pada data numerik, sedangkan analisa kualitatif digunakan
pada data berupa teks. Analisis tingkat resiko bencana erupsi awan
panas akibat erupsi gunung api terhadap lahan pertanian di wilayah
kajian khusunya kabupaten tanah datar, mencakup seberapa luas dan
besar dampak awan panas terhadap kawasan lahan pertanian, terutama
dampak fisiknya.
Adapun data data primer dan sekender yang dibutuhkan untuk
mendapatkan keluaran yang memadai ditinjau dari berbagai aspek
adalah sebagai berikut : Peta topografi wilayah penelitian, data kecepatan
dan arah angin dari lokasi stasion Geofisika terdekat, data klimatologi,
data produksi tani dan data sejarah kejadian erupsi gunung marapi.
Metode dan kriteria daerah Kawasan Rawan Bencana dapat dibagi
sebagai berikut :Kawasan rawan bencana gunung api adalah kawasan
yang pernah terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya
letusan baik baik secara langsung mapun tidak langsung. Peta kawasan
rawan bencana gunung api merupakan peta yang ditunjuk sebagai
Bahaya lahar dingin dari material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi
akan berlangsung dalam waktu yang lama, hingga mencapai lebih dari
satu tahun. Banjir lahar dingin yang terjadi, berdampak lingkunan sekitar
seperti kerusakan yang terjadi pada kali tersebut, yang awal mulanya kali
tersebut memiliki hulu yang besar akan tetapi setelah di lewati lahar
dingin dari marapi, hulu sungai tersebut menjadi kecil dan disamping-
sampingya ada bebatuan dan pasir dari dampak erupsi gunung marapi,
disamping mengakibatkan dampak negatif, sungai tersebut menyimpan
dampak positif, diantara sebagai lahan matapencarian, penduduk sekitar,
seperti pengumpulkan matrial-matrial sebagai bahan bangunan. Batu dan
pasir yang diolah lagi sehingga menghasilkan keuntungan.
Adapun Potensi Bahaya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Berhubung sangat sering terjadinya kegiatan gunungapi, baik
magmatik maupun preatik, sejak abad ke 16 dan ada kecenderungan
sumber magmanya cukup dangkal, maka diperkirakan potensi bahaya
yang akan terjadi pada masa mendatang adalah terdiri atas (bila
terjadi kegiatannya), Potensi bahaya Gunung Marapi yang mungkin
terjadi adalah :
Analisa peta dilakukan pada wilayah dengan tingkat bahaya erupsi yang
tinggi di wilayah kajian dilakukan dengan memperhatikan arah aliran
sungai yang melewati lokasi kajian .Untuk Batipuh ada beberapa sungai
yaitu batang Sikalao dan sebagian Batang Mengkudu dan merupakan
kawasan rawan bencana I yang berjarak sekitar 7 km dari pusat erupsi.
Di Kecamatan Batipuh tutupan lahan umumnya terdiri dari sawah
produktif hal ini terlihat dari peta topografi Jantop TNI- AD , 1984 skala 1
: 50.000,
Perkembangan perekonomian Kabupaten Tanah Datar masih didominasi
oleh sektor pertanian. Dengan kontribusi sebanyak 37,84 persen, sektor
pertanian didaerah itu telah tumbuh dan berkembang sebagai basis
ekonomi rakyat. Sekitar 56,74 persen dari luas wilayah kabupaten telah
digunakan dengan baik sebagai lahan pertanian.
Luas
No Penggunaan Tanah Persentase
(Ha)
Jumlah 133.600,00 100,00
Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka 2013
Tutupan lahan di Kabupaten Tanah Datar di dominasi hutan dengan luas
83.089 ha, (58,94%) kemudian dilanjutkan dengan jenis tutupan lahan
pertanian dengan luas 35.415 ha (25,12%) dan untuk lebih detailnya
dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5 Jenis Tutupan Lahan di Kabupaten Tanah Datar
Luas
No Tutupan Lahan
Ha %
1 Perairan Darat 69 0,05
2 Perkampungan 3.527 2,68
3 Perkebunan 26.342 20,05
4 Persawahan 13.955 10.62
5 Padang 22 0.02
6 Hutan 73.219 55,72
7 Pertanian Tanah Kering 14.148 10,77
8 Tanah Terbuka 122 0,09
Total 131.404 100,00
Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka 2013
Dari jenis tutupan lahan terlihat wilayah studi bervarasi antara lahan
pertanian tanah kering dan persawahan dan perkebunan. Wilayah ini di
dominasi oleh lahan perkebunan yang mencapai sekitar 20,05 persen
sementara untuk lahan persawahan hanya sekitar 10,62 persen, dan
pertanian tanah kering 10,77 persen.
Pengamatan lapangan secara visual dan pengambilan sampel debu erupsi
dan tanah pada lokasi dilakukan untuk mengetahui unsur –unsur yang
ada, perlu dilakukan terutama pada berbagai lokasi bahaya . Disamping
itu juga perlu dilakukan analisa sampel material pada sungai –sungai
yang mengalir di wilayah kajian. Hal ini dapat dilakukan karena sungai
merupakan wilayah cekungan yang paling dominan terkena dampak
lahar dingin. Lahan sawah umumnya berdekatan dengan wilayah sungai,
oleh karenanya lahan sawah cukup menderita bila banjir lahar datang
dan menghanyutkan tanaman padi . Sementara tanaman padi yang tidak
hanyut tentu akan memperoleh timbunan bahan-bahan material pasir,
debu dan batuan kerikil sampai koral dan bahan organik lainnyan yang
cukup tebal.
Perubahan kondisi lingkungan sangat memungkinkan timbulnya hama
atau penyakit tanaman tertentu, yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi pertanian. Jadi dalam melakukan penangan wilayah rentan
erupsi gunung api sangat diperlukan suatu tindakan yang optimal dan
mendapat perhatian khusus bila kita ingin memperbaiki fungsi lahan
pertanian. Suatu wilayah terkena dampak belum tentu berproduksi baik
atau belum dapat memastikan tunas-tunas tumbuh normal setelah
terkena dampak erupsi dan kembali berproduksi, perlu penangan jangka
pendek , menengah dan jangka panjang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas pada kesempatan ini dapat
peneliti ambil beberapa kesimpulan dan mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut :
1) Berdasarkan data kajian terdapat peningkatan luas lahan
produksi dan juga hasil produksinya . Dari tahun 2008 ke 2012
,yaitu peningkatan luas lahan dari 40999 ha menjadi 43488 Ha,
atau sekitar 6,071 %. Sementara produksi hasil pertaniannya
meningkat dari 228383, 12 ton menjadi 249758,00 atau
meningkat sekitar 9,35 %.
2) Khusus kecamatan Batipuh rata-rata produksi saat ini adalah 5,83
ton per ha. Kalau kita perhatikan data sejarah erupsi yang terjadi
selang waktu 2008 – 2012 , pada akhir tahun 2011 telah terjadi
aktifitas erupsi melalui letusan yang menyemburkan abu dan
awan hitam yang jaraknya berkilo-kilo meter yang sampai ke
wilayah Padang Pariaman dan status meningkat Waspada level II.
Dari data ternyata terlihat dampak positif , yang mana pada tahun
2012 produksi tetap meningkat. Hal ini peneliti memperkirakan
arah awan debu tidak mengarah ke wilayah kajian , tetapi lebih
dominan berarah ke tenggara, sehingga tidak menimbulkan
dampak langsung berupa awan panas, tetapi dampak positif
dikemudian hari jelas terindikasi dari peningkatn hasil produksi
padi.
3) Dari jenis tutupan lahan terlihat wilayah studi bervarasi anatar
lahan pertanian tanah kering dan persawahan dan perkebunan.
Wilayah ini di dominasi oleh lahan perkebunan yang
mencapai sekitar 20,05 persen sementara untuk lahan
REKOMENDASI
Untuk memastikan secara kuantitatif perlu dilakukan penelitian sampel
debu dan tanah pada lokasi kajian , untuk mengetahui faktor-faktor fisis
dan kimia yang perpengaruh peningkatan produksi padi tersebut
REFERENSI