Anda di halaman 1dari 7

E-ISSN : 2656-5226

Jurnal Azimut EDISI KHUSUS SMAR


Februari 2020 (15-21)
©2020 Program Studi Geografi UNITAS Padang

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut

ARAHAN MITIGASI EROSI BERBASIS SPASIAL DI KAWASAN


GUNUNG PADANG KOTA PADANG

Hary Febrianto1), Nina Ismayani2), M. Iqbal Liayong Pratama3)


1), 2)
Universitas Tamansiswa Padang, 3) Universitas Negeri Gorontalo
Email: aryfebrianto428@gmail.com 1),nina7ismayani@gmail.com 2), m.iqbal@ung.ac.id 3)

ABSTRACT

This research is motivated by the level of land erosion hazard that occurs with the characteristic
category of moderate and bad land erosion levels, the total erosion hazard that occurs is 669.65 ha, so it
has an impact on land cover changes in the Mount Padang area which resulted in Edp exceeding its 4.2
ton limit. . The purpose of this study is to formulate spatial-based erosion mitigation directions in the
Mount Padang area to the level of land erosion that occurs. The type of research used is R&D (Research
and Development) through the stages of studying and understanding previous research, field surveys,
and finally conducting literature studies in formulating spatial-based mitigation directions for the level of
land erosion hazards that occur. The findings were obtained by the authors formulate spatial-based
erosion mitigation directions in the form of spatial-based map-making actions in the Mount Padang area,
as well as providing socialization to local communities in the Mount Padang area to be able to manage
their lands properly.

Key words: level of danger, erosion, mitigation, spatial

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingkat bahaya erosi lahan yang terjadi dengan kategori karakteristik
tingkat erosi lahan sedang dan buruk , tingkat bahaya erosi total yang terjadi bernilai 669,65 ha, sehingga
berdampak terhadap perubahan tutupan lahan kawasan Gunung Padang yang mengakibatkan Edp
melampaui batasnya 4,2 ton. Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan arahan mitigasi erosi
berbasis spasial yang ada di kawasan Gunung Padang terhadap tingkat bahaya erosi lahan yang terjadi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and Devoplment) melalui tahapan mempelajari
dan memahami penelitian terdahulu, survey lapangan, dan terakhir melakukan studi literatur dalam
merumuskan arahan mitigasi berbasis spasial terhadap tingkat bahaya erosi lahan yang terjadi. Hasil
temuan yang diperoleh penulis merumuskan arahan mitigasi erosi berbasis spasial dalam bentuk tindak
pembuatan peta berbasis spasial di kawasan Gunung Padang, serta memberikan sosialisasi kepada
masyarakat setempat yang berada di kawasan Gunung Padang untuk bisa megelola lahan-
lahannya dengan baik.

Kata kunci: tingkat bahaya, erosi, mitigasi, spasial

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut15
Jurnal Azimut EDISI KHUSUS SMAR Februari 2020 (15-21)

1. PENDAHULUAN Gunung Padang di dominasi oleh wilayah


Bencana alam yang terjadi saat ini hutan dan permukiman .
telah banyak menimbulkan keresahan pada Hermon (2010) melakukan penelitian
masyarakat dan makhluk lainnya, baik itu terkait (Edp) di kawasan Gunung Padang
pada saat pra bencana sampai masa pasca dengan hasil bahwa proses erosi yang
bencana alam, berupa gangguan dipercepat sangat intesif setiap satuan
keberlajutan kehidupan pada masyarakat lahannya berkisar 9,90 ton/ha/tahun sampai
dan makhluk hidup lainnya di kawasan 125 ton/ha/tahun yang melebihi standar
tempat terjadi bencana alam tersebut yang telah ditetapkan (4,2 to/ha/tahun), hal
(Hermon, 2015: 15). Hermon (2015) ini disebabkan oleh pola penggunaan lahan
mengelompokkan bencana alam yang terjadi masyrakat di kawasan Gunung Padang tidak
secara horizontalnya menjadi dua bagian, mengacu pada pola penggunaan lahan
yaitu bencana alam aktual (bencana yang semestinya yang ditetapkan oleh
terjadi saat ini, bersifat tiba-tiba, cepat, pemerintah.
daerahnya sempit dan korban jiwanya relatif Wilayah permukiman penduduk di
sedikt, contohnya: Banjir, gempa bumi, daerah Gunung Padang menyebar di
gunung meletus, dan lain-lainnya). Bencana wilayah-wilayah yang seharusnya hutan
alam potensial (bencana alam yang yang menjadi wilayah tangkapan air, tapi
terjadinya perlahan, waktu yang lama, akibat desakan pertambahan penduduk,
dalam wilayah yang sangat luas dan wilayah-wilayah yang seharusnya menjadi
menimbulkan banyak korban, contohnya: tempat hutan tersebut, sekarang dijadikan
kekeringan, pemanasan global, degradasi sebagai areal permukiman dan yang baru-
lahan). baru ini menjadi areal wisata taman Siti
Hermon dan Daswirman (2006) Nurbaya. Terhadap pola penggunaan lahan
mengemukakan berkaitan terhadap erosi, yang terdapat pada daerah tersebut
telah mengkaji tentang nilai (Edp) daerah tergolong pada lahan pertanian holtikultura
Gunung Padang Sumatera Barat dan tingkat dan kebun campuran, dan yang terbaru areal
degradasi tanah daerah Gunung Padang wisata, sehingga areal digunakan untuk
Sumatera Barat serta kaitannya atau hutan relatif kecil (< 40%).
hubungan antara keduanya, kawasan Kondisi topografi, geomorfologi, dan
Gunung Padang terletak di delapan kondisi penggunaan lahan diatas, terhadap
Kelurahan dari Kecamatan Padang Selatan kawasan ini bisa dikategorikan sebagai
Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat telah kawasan cukup mendukung terjadinya
terjadi erosi. Terkait dengan dengan hal itu proses erosi, dan selayaknya wilayah yang
bentuk morfologi Gunung Padang telah terdapat di kawasan Gunung Padang
diuraikan oleh Brotodiharjo (2001) dalam merupakan wilayah perhutanan yang
penelitian Daswirman dan Hermon (2006) kisarannya sekitar 60-70% dari lahan yang
memberikan penjelasan bahwa morfologi ada, sehingga wilayah atau kawasan ini jauh
daerah Gunung Padang merupakan wilayah dari erosi dan degradasi lahan.
perbukitan dengan ketinggian sedang serta Kondisi kawasanGunung Padang saat ini
memiliki lereng yang sedang sampai sangat sudah mulai kritis sehingga menimbulkan
curam (kemiringan lereng rata-rata 300– degradasi fisik tanah sudah mencapai pada
650). Serta pola penggunaan lahan di daerah level yang memprihatinkan (Hermon, 2010).
Degradasi fisik tanah yang terjadi

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut 16
Jurnal Azimut EDISI KHUSUS SMAR Februari 2020 (15-21)

diperkirakan oleh erosi lahan yang terjadi, jika disimpulkan secara keseluruhannyaerosi
yang bersifat menghilangkan lapisan-lapisan yang terjadi dapat di kategori sangat berat
tanah, dimana proses kehilangan tanah ini 669,65 ton/ha/tahun dengan perwakilan titik
lebih cepat dari proses pembentukan tanah. sampel empat titik (MKH, LKH, CKH,
Kondisi yang kritis dan degradasi lahan AAP) dengan total luasan lahannya kawasan
yang terjadi di kawasan membuat penulis Gunung Padang Kota Padang ± 676,40 ha,
tertarik ingin melihat dan menganalisis yang dapat dilihat pada (Gambar 1. Tingkat
tingkat bahaya dari erosi yang terjadi di bahaya erosi).
kawasan Gunung Padang, sehingga perlunya
suatu tindakan dan arahan mitigasi yang
sesuai berdasarkan spasial dari kawasan
yang terjadinya erosi sehingga penulis
merasa perlu melakukan penelitian tentang
Arahan Mitigasi Erosi Berbasis Spasial di
Kawasan Gunung Padang Kota Padang.

2. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian Research and Development Gambar 1. Tingkat Bahaya Erosi
(R&D) dalam bentuk pengembangan model
(bentuk gambar tiga dimensi serta narasi)
Tingkat bahaya erosi yang diperoleh
dengan menganalisis karakteristik lahan
dengan kategori sangat berat dari
yang mengakibatkan terjadi tingkat bahaya
perwakilan empat satuan lahan, sehingga
erosi terhadap lahan dikawasan Gunung
dari hasil tersebut penulis dapat menyusun
Padang Kota Padang, serta dalam
arahan mitigasi berbasis spasial pada
menentukan arahan dan kebijakan mitigasi
kawasan Gunung Padang dengan penetapan
terhadap tingkat bahaya bencana erosi lahan
satuan lahan yang perlu diberi prioritas a
yang berbasiskan spasial dikawasan Gunung
pada tingkat erosi sangat berat, berat dan
Padang Kota Padang.
sedang dengan tindakan rehabilitas lahan
dengan teknik lubang resapan biopori pada
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
lahan permukiman, pembuatan teras bangku
pada lahan yang kemiringan lereng >40%,
Karakteristik lahan terhadap tingkat serta merehabilitas lahan dengan penanaman
bahaya erosi menunjukkan bahwa tanaman yang berakar serabut dan dapat
karakteristik lahan kawasan Gunung Padang menyerap air, penjelasan terhadap tingkat
mendukung terjadinya erosi lahan dengan bahaya erosi. temuan di atas maka penulis
kategori karakteristik lahan sedang terhadap mendapatkan beberapa arahan mitigasi erosi
tiga titik sampel area (wilayah Mata Air berbasis spasial yang penulis peroleh dari
dengan satuan lahannya LKH, Rawang studi literature dari empat jurnal penelitian
dengan satuan lahannya LKH, Air manis (jurnal Rusnam, et al. 2013, Rusdi, M. et al.
dengan satuan lahanya CKH) dan buruk 2013, Sinaga, Janixon, et al. 2011, Sutapa, I
terhadap dua titik sampel area (wilayah Wayan. 2010) dengan hasilnya sebagai
Batang Arau dengan satuan lahannya AAP), berikut:

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut 17
Jurnal Azimut EDISI KHUSUS SMAR Februari 2020 (15-21)

1). Prioritas a. (arahan mitigasi berbasis c) Merehabilitasi lahan-lahan yang kritis


spasial untuk tingkat bahaya erosi lahan yang berada di kawasan Gunung
dengan kategori berat dan sedang), dengan Padang, terutama lahan-lahan yang
upaya mitigasinya sebagai berikut: berada di sekitar permukiman dan lahan
a) Menerapkan metode membuat lubang yang ditumbuhi tumbuhan ilalang,
resapan biopori pada daerah dengan melakukan perencanaan
permukiman yang ada di kawasan pengolahan vegetasi yang baik dan
Gunung Padang melalui sosialisasi benar, terutama dalam pemilihan jenis
langsung kepada masyarakat yang tanaman dan pola penanaman, seperti:
diharapkan menjadi kearifan lokal strip tanaman rumput (padang rumput)
masyarakat setempat. lubang resapan dan menanami tanaman berakar serabut
biopori berfungsi meningkatkan daya seperti kacang tanah, bawang dengan
resapan air kedalam tanah sehingga menanaminya mengikuti pola
dapat mengurangi terjadinya potensi kemiringan lereng atau garis kontur.
erosi ketika hujan turun, metode ini
menurut penulis sangat sesuai dengan 2). Prioritas b (arahan mitigasi berbasis
kondisi lahan yang ada di kawasan spasial untuk tingkat bahaya erosi lahan
Gunung Padang yang mana saat ini telah ringan dan sangat ringan), dengan upaya
banyak lahan di jadikan lahan mitigasinya sebagai berikut:
permukiman, yang terdapat di beberapa
a) Melakukan tindakan untuk
lokasi yaituBatang Arau, Seberang
mempertahankan keberadaan
Palinggam, Rawangdan Seberang
vegetasi penutup tanah yang telah
Padang.
ada di kawasan Gunung Padang
b) Membuat teras bangku yang diterapkan
untuk mencegah erosi dan
pada lereng 10-40%, teras bangku ini
meluasnya aliran permukaan serta
merupakan teras yang dibuat dengan
melakukan usaha untuk mengelola
cara memotong lereng dan
vegetasi dengan baik seperti
meratakannya dengan dibidang olah
penanaman kebun campuran, semak,
sehingga terjadi deretan menyerupai
hutan serta Pertanaman dengan
tangga yang bermanfaat sebagai
sistem lorong atau alley cropping
pengendalian aliran permukaan dan
yang berada di semua kawasan
erosi, teknik ini menurut penulis bisa
Gunung Padang.Pelakasanaan
dilakukan dikawasan Gunung Padang,
tindakan ini disampaikan langsung
karena kawasan Gunung Padang ini
kemasyarakat dengan lahan yang
memiliki kemiringan lereng 30-60%.
dikateogrikan sedang.
Teknik ini juga bisa digunakan sebagai
langkah penataan dan perencanaan b) Memberikan sosialisasi kepada
ruang di kawasan Gunung Padang yang masyarakat setempat yang berada di
disosialisasikan secara langsung. kawasan Gunung Padang untuk bisa
Pembuatan teras bangku ini sesuai dan megelola lahan-lahannya dengan
tepat dilakukan di kawasan Gunung baik terutama lahan-lahan yang
Padang dengan lokasinyaBatang Arau, berada di kemiringan lereng yang
Seberang Palinggam, dan Seberang miring, agak curam dan curam agar
Padang. bisa mengelolanya dengan mengikuti

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut 18
Jurnal Azimut EDISI KHUSUS SMAR Februari 2020 (15-21)

pengelolaan lahan pada lereng yang Saran yang dapat diberikan dari hasil
tinggi berpola teras bangku dan penelitian ini terutama pada masyarakat
pekuatan tebing, serta pemilihan setempat dan pemerintah atau dinas terkait
tanaman yang sesuai agar tidak yaitu masyarakat yang berada di kawasan
terjadi erosi lahan yang berat. Gunung Padang Kota Padang disarankan
dalam melakukan aktivitas tidak
Arahan mitigasi erosi berbasis spasial mengganggu penggunaan lahan yang telah
yang disusun dengan metode studi literatur ada, serta mulai melakukan tindakan
ini telah penulis analisis dan sesuaikan penanaman vegetasi lagi terutama vegetasi
dengan kondisi dan permasalahan yang ada yang memeiliki kemampuan untuk
di kawasan Gunung Padang. Arahan menyimpan air aliran permukaan.
mitigasi berbasis spasial ini diharapkan Pemerintah diharapkan bekerja sama
dapat menjadi salah satu pengetahuan umum dengan masyarakat setempat dalam
dan menjadi kearifan lokal bagi masyarakat penyuluhan tentang pentingnya
kawasan Gunung Padang, penjelasan pemeliharaan komponen pengendali erosi
selanjutnya dapat dilihat pada (Gambar 2. untuk meningkatkan dan mempertahankan
Arahan Mitigasi berbasis spasial). lahan hutan, perkebunan sebagai langkah
awal pencegahan terhadap erosi.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Samsu, et al. 2010. Analisis Erosi


Lahan Pertaniandan Parameter
Ekonomi Menggunakan Metode Nail
(Net Agricultural Income Loss)
Berbasis Sistem Informasi Geografis
di Hulu Das Jeneberang. Jurnal
Analisis Erosi Lahan Vol 1. No 1,
April, 2010.
Gambar 2. Arahan Mitigasi Berbasis Spasial
Arjana, I GustiBagus. 2013. Geografi
KESIMPULAN DAN SARAN Lingkungan Sebuah Introduksi. PT
Raja grafindo Persada: Jakarta.
Tingkat bahaya erosi pada Kawasan
Gunung Padang termasuk dalam kategori Arsad, Sintanala. 2006. Konservasi
sangat berat 669,65 Tanahdan Air, edisi kedua. Institut
Pertanian Bogor Press: Bogor.
ton/ha/tahunton/ha/tahun dengan perwakilan
titik sampel area empat titik (MKH, LKH, BMKG . 2016. Data Curah Hujan Periode
CKH, AAP) . 2005-2015: Sicincin.
Arahan mitigasi berbasis spasial pada
kawasan Gunung Padang dengan penetapan Data Lapangan di Kawasan Gunung
satuan lahan yang perlu diberi prioritas a Padang. 2016. Data Bappeda Kota
pada tingkat erosi sangat berat, berat dan Padang. 2012.
sedang. Serta Arahan mitigasi Prioritas b
Forum Tentor. 2011. Buku Hafalan Luar
pada tingkat bahaya erosi ringan, sangat Kepala Geografi. PT Buku Seru:
ringan. Jakarta.

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut 19
Jurnal Azimut EDISI KHUSUS SMAR Februari 2020 (15-21)

Thessaloniki, Greece. (Jurnal


Fitria, Irma, et al. 2012. Analisis Erosi Management Lingkugandan GIS Vol
Lahan Pertanian dan Parameter 10.No. 2, 2009).
Ekonomi Menggunakan Metode NAIL
(Net Agricultural Income Loss) Komaruddin, Nanang. 2008. Penilaian
Berbasis Sistem Informasi Geografis Tingkat BahayaErosi di SUB Daerah
di Hulu DAS Jenneberang. Sulawesi Aliran Sungai Cileungsi Bagor.
Selatan: Universitas Hasanudin Fakultas Pertanian Universitas
Program Studi Geofisika Jurusan Padjadjaran: Bandung. Jurnal
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Agrikultural Vol 9. No. 3, 2008.
Pengetahuan Alam. Jurnal Geofisika,
Vol . No 1, Maret 2012. Manik, Sontang Eddy Karden. 2007.
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Herawati, Tuti. 2010. Analisis Spasial Penerbit Djambatan: Jakarta.
Tingakat Bahaya Erosi di Wiliyah
DAS Cisadane Kabuapten Bogor. Manoppo, J Fabian. 2009. Analisa Erosi
Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Tanah Pasir Kelanaun Bitung. Bangka
Alam: Bogor. Jurnal Penelitian Bilitung. Jurnal TeknoVol 7, No. 49,
Hutan Dan Konservasi Alam Vol. 7, April 2009.
No. 4. 2010.
Mestika, Zed. 2004. Metode Penelitian
Hermon, Dedi. 2015. Geografi Bencana Kepustakaan. Yayasan Obor
Alam. Rajagrafindo Prasada: Padang. Indonesia: Jakarta.

Hermon, Dedi. 2010. Prediksi Erosi Nurhayati, Lilis, et al. 2012. Pengaruh
Diperbolehkan (EDP) dan Degradasi Erosi Terhadap Produktivitas Lahan
Fisik Tanah Daerah Gunung Padang DAS Walikan Kabupaten
Sumatera Barat. Jurusan Geografi Karanganyar dan Wonogiri Tahun
Fakultas Ilmu Sosial Universitas 2012. Pendidikan Geogarfi PIPS.
Negeri Padang: Padang. FKIP. UNS Surakarta: Surakarta.
Jurnal Pendidikan Geografi, Vol 1
Hermon, Dedi & Daswirman. 2006. Kajian Februari 2012.
erosi diperbolehakan di Kawasan
Gunung Padang Kota Padang. Pujiastuti, Sri Elisabeth. 2009. Erosi Tanah
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Sebagai Fenomena Pendahulu
Universitas Negeri Padang: Padang. Bencana Banjir Di DAS Bengawan
Solo: Suatu Kajian Fisik. Universitas
Hasil Labor Balai Pengkajian Pertanian HKBP Nommensen: Jakarta.
Sumatera Barat. 24 Februari 2016:
Solok Sumatera Barat. Prasetyo, Bambang dan Jannah, Miftahul
Lina. 2005. Metode Penelitian
Ioanis Z. Gitas, et al. 2009. Multi Temporal Kuantitatif. Rajagrafindo Persada:
Soil Erosion Risk Assessment In N. Jakarta.
Chalkidiki Using A Modified USLE
Raster Model. Greece: Laboratory of Pratiwi, Ayu. 2013. Analisis Tingkat
Forest Management and Remote Bahaya Erosi Menggunakan Metode
Sensing, School of Forestry and CA (Celuler Automata) di SUB DAS
Natural Environment, Aristotle Jenneberang Kabupaten Gowa
University of Thessaloniki, Greece, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
and University of Macedonia, Geofisika, Vol 1. No 1, Januari 2013.
Departement of Appllied Informatics,

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut 20
Jurnal Azimut EDISI KHUSUS SMAR Februari 2020 (15-21)

Ratung, Monica Marizca, et al. 2013.


Analisis Erosi dan Sedimentasi Lahan Yudhistira, et al. 2011. Kajian Dampak
di Sub DAS Panasen Kabupaten Kerusakan Lingkungan Akibat
Minahasa. Jurnal Sipil Statik Vol 1. Dampak Penambangan Pasir di Desa
No. 5, April 201: 309-317. Keningan Kawasan Gunung Merapi.
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 9, No. 2:
Rusdi, et al. 2013. Evaluasi Degradasi 76-84, 2011.
Lahan Diakibatkan Erosi pada Areal
Pertanian di Kecamatan Lembah
Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Konservasi Sumber Daya
Lahan Volume 1. No. 1, Mei 2013:
24-39.

Rusnam, et al. 2013. Analisis Spasial


Besaran Tingkat Bahaya Erosi pada
Setiap Satuan Lahan di Sub DAS
Batang Kandis. Jurnal Teknik
Lingkungan Unand Volume 10, No. 2,
Juli 2013: 149-167.

Sinaga, Janixon, et al. 2011. Analisis


Potensi Erosi pada Penggunaan Lahan
DAS Sedau di Kecamatan Singkawang
Selatan. Jurnal Teknik Lingkungan
Vol 1. No. 1, Maret 2011.

Sucipto.2007. Analisis Erosi yang Terjadi di


Lahan Karena Pengaruh Kepadatan
Tanah. Jurnal Analisis Erosi Vol. 12.
No. 1, April 2007: 51-60.

Sutapa, Wayan I. 2010. Analisis Potensi


Erosi pada Daerah Aliran Sungai DAS
di Sulawesi Tengah. Jurnal Smartek
Vol 8. No. 3, Agustus 2012: 169-181.

Tarigan, Risnain Dela. 2011. Pengaruh


Erosivitas dan Topografi Terhadap
Kehilangan Tanah pada Erosi Alur di
Daerah Aliran Sungai Secang Desa
Hargo tirto Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulonprogo. Jurnal Teknik
Lingkungan, 2011: 412-420.

Tuffalia, M, et al. 2012. Analisis Spasial


Tingkat Bahaya Erosi di Daerah
Aliran Sungai Moramo dengan
Menggunakan Sistem Informasi
Geografis. Jurnal Agroteknos Vol 2,
No.3, November 2012.

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut 21

Anda mungkin juga menyukai