N I M : 21100120140132
Kelas : Geologi (B)
TUGAS GEOMORFOLOGI 1
• Jelaskan secara singkat penanggalan umur numerik
a.Dendrochronology
b.Radiocacarbon Dating
c.K/Ar Dating
d.U/Th Dating
e.Luminescence Dating
f.In-situ Cosmogenic Nuclide Analysis
JAWABAN
a. Dendrochronology
Berbagai metode pertanggalan sudah mulai diaplikasikan sejak awal ilmu arkeologi
berkembang pada abad 19. Metode tradisional dengan cara mengamati style dan material
yang digunakan dari suatu benda kemudian memperkirakan masa kapan benda tersebut
dibuat dianggap kurang valid, karena masih mengandung subjektivitas. Kemudian para
arkeolog mulai menemukan menggunakan metode-metode baru yang lebih valid dan
semakin berkembang sampai dikenal metode pertanggalan radiokarbon. Metode yang
pernah digunakan dalam sejarah analisis arkeologi dan sampai sekarang masih relevan dan
terus dikembangkan adalah dendrokronologi. Dendrokronologi adalah suatu metode
pertanggalan (dating) yang menggunakan lingkaran tahun (tree-ring/annual ring) pada
tumbuhan. Metode ini dapat diterapkan pada ilmu arkeologi untuk mengetahui usia benda-
benda peninggalan yang menggunakan material kayu, misalnya panel lukisan, pilar
bangunan dll.
Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu tentang lingkaran tahun pada tumbuhan,
lingkaran tahun adalah terbentuknya cincin yang terjadi akibat pertumbuhan sekunder dari
kambium yang ke arah luar membentuk jaringan gabus (floem) dan kedalam membentuk
jaringan kayu (xilem). Ketika musim penghujan, dimana air dan zat hara melimpah
sehingga pertumbuhan berlangsung pesat dan sel yang terbentuk berwarna terang karena
menyerap banyak air, sehingga cincin yang terbentuk lebih lebar. Pada musim kemarau,
cincin yang terbentuk berwarna gelap karena sel yang terbentuk lebih kecil dan banyak
menyerap cahaya. Jadi lingkaran tahun terdri dari dua warna, yaitu gelap dan terang yang
dihitung sebagai 1 tahun. Berdasarkan hal tersebut maka lingkaran tahun dianggap dapat
menggambarkan kondisi iklim pada masa tersebut, apakah kekeringan atau basah.
Dendrokronologi pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an oleh seorang astronom
bernama Andreww Ellicot Douglas dan dikenal dengan The Douglass Method. Metode ini
dilakukan dengan menghitung secara teliti setiap lingkaran tahun yang terekspresi pada
sebuah penampang lintang batang pohon. Penghitungan harus dipastikan tidak melewatkan
atau mengulang setiap lingkar tahun, karena satu lingkaran mewaliki satu tahun usia batang
kayu. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam Dendrokronologi adalah dengan
membuat sayatan tipis atau dengan melakukan coring untuk mendapatkan garis-garis
lingkaran tahun yang selengkap-lengkapnya. Berikutnya adalah pengamatan menggunakan
binokuler dan pendokumentasian dengan resolusi kamera yang tajam.
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan sampel kayu
untuk menghindari kesalahan interpretasi dalam analisis. Faktor-faktor tersebut misalnya
adalah penggunaan kembali kayu-kayu yang dipotong/ditebang pada masa lalu untuk
digunakan sekarang dan perubahan kebiasaan dalam penggunaan kayu, misalnya variasi
lama pengeringan kayu sebelum digunakan. Selain itu pada saat analisis harus diperhatikan
secara seksama adanya kerusakan atau anomali pada batang untuk memberikan hasil yang
valid.
Setelah proses pengambilan sampel selanjutnya adalah analisis. Untuk membangun sebuah
kronologi yang panjang ke masa lalu, maka hasil pengukuran usia suatu spesies pohon akan
dikombinasikan atau dikonsolidasikan dengan hasil pengukuran spesies yang lain. Sebagai
contoh disajikan pada tabel berikut ini;
Amerika Utara
No Spesies Kronologi Usia
Hasil diatas memberikan sebuah kronologi yang komplit yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai database untuk melakukan analisis dendrokronologi pada benda arkeologis yang
dikehendaki. Tentu metode ini belum dapat diterapkan di seluruh tempat di muka bumi
karena keterbatasan sumberdaya pohon yang usianya bisa dikronologiskan hingga ribuan
tahun yang lalu. Pada prakteknya metode ini pernah diterapkan di Amerika Utara, Eropa,
dan Kepulauan Aegean. Tepatnya di Pueblo Bonito, Amerika Utara metode ini digunakan
untuk menentukan usia lima monumen berusia sejak 1276-1299 sekaligus melakukan
observasi terhadap iklim masa lalu. Beberapa tempat di Eropa seperti di Zurich, Swiss,
dengan Dendrokronologi dapat diketahui masa Neolitik. Pada beberapa bangunan tua
seperti gereja medieval di kepulauan Aegean (Yunani) juga telah dilakukan penelitian
menggunakan Dendrokronologi.
Selain untuk mengetahui usia suatu benda arkeologis, metode ini lebih jauh lagi dapat
digunakan untuk mengobservasi kejadian pada masa lalu, terutama yang berhubungan
dengan alam. Peristiwa tersebut antara lain; polusi, erosi dan tanah longsor, banjir,
perubagan glasial, gempa bumi dll.
Pada masa sekarang dimana metode radiokarbon sudah sangat populer, digunakan untuk
mengkalibrasi metode Dendrokronologi. Hasilnya menunjukkan keselarasan meskipun ada
beberapa perbedaan yang dimungkinkan karena adanya error. Metode ini disebut dengan
Wiggle Method. Harapan dari ilmu pengetahuan pada metode ini adalah tercapainya
kronologi yang lebih panjang lagi.
Metode Dendrokronologis berangkat dari sebuah ide yang simpel namun sangat jenius
pada masa itu. Meskipun terdapat banyak keterbatasan dari metode ini, serta ketelitian yang
sangat tinggi dibutuhkan, namun metode ini sangat praktis digunakan pada benda-benda
arkeologis yang menggunakan kayu bahkan untuk mengetahui kondisi lingkungan suatu
waktu dimana sebuah benda arkeologis digunakan. Metode ini masih relevan digunakan
hingga sekarang, bahkan telah dilakukan kalibrasi dengan analisis radiokarbon. Hal ini
menunjukkan bahwa metode ini memang terpercaya untuk melakukan analisis arkeologis.
Selama ini penelitian maupun publikasi tentang penggunaan metode Dendrokronologi
banyak dari daerah Eropa dan Amerika. Mungkin disebabkan disana banyak spesies pohon
berusia ribuan tahun masih hidup sehingga dapat digunakan sebagai acuan atau data base.
Metode menggunakan database tersebut kurang relevan jika dilakukan di Indonesia karena
perbedaan lokasi astronomis dan geografis menyebabkan perbedaan bentuk lingkaran
tahun. Indonesia terletak di daerah tropis, namun akan memperkaya khasanah penelitian
arkeologis.
b. .Radiocacarbon Dating
Metode ini dikembangkan pada akhir tahun 1940-an oleh Williard Libby
Metode ini didasarkan pada fakta bahwa radiokarbon (14C) dihasilkan terus- menerus
di atmosfer sebagai hasil interaksi sinar kosmik dengan nitrogen di atmosfer .
14
C yang dihasilkan bergabung dengan oksigen di atmosfer untuk membentuk
karbondioksida radioaktif, yang digunakan tumbuhan untuk proses fotosintesis;
14
hewan memakan tumbuhan tersebut dan menerima C. Ketika hewan dan tumbuhan
tersebut mati, pertukaran karbon antara mereka dengan lingkungan berakhir, dan sejak
14
saat itu, jumlah C yang dikandungnya mulai berkurang sedikit demi sedikit ketika
14
C mengalami peluruhan radioaktif. Pengukuran jumlah 14C dalam sampel tumbuhan
atau hewan mati seperti pada suatu potongan kayu atau potongan tulang menyediakan
informasi yang dapat digunakan untuk memperkirakan kapan tumbuhan atau hewan
14
tersebut mati. Semakin tua sampel tersebut, maka semakin sedikit C yang dapat
dideteksi dari sampel tersebut, dan karena waktu paruh 14C (masa ketika setengah dari
sampel yang diberikan telah meluruh) adalah sekitar 5.730 tahun, penanggalan tertua
yang dapat terukur melalui metode ini adalah sekitar 50.000 tahun lalu, meskipun
metode penyiapan khusus terkadang dapat memberikan analisis akurat bagi sampel
yang sudah sangat tua.
d. .U/Th Dating
Uranium-Thorium dating adalah teknik penanggalan mutlak yang didasarkan pada deteksi
oleh spektometri massa dari produk pembusukan induk (U-234) dan anak (Th-230)
melalui emisi partikel alfa. Pembusukan Uranium-234 ke Thorium-230 adalah bagian dari
seri pembusukan yang jauh lebih lama, dimulai dari U-238 dan berakhir pada Pb-206.
Untuk Uranium-Thorium dating, rasio awal 230Th/234U pada saat pembentukan sampel
harus diketahui atau dihitung. Seiring waktu, Thorium-230 terakumulasi dalam sampel
melalui pembusukan radiometric. Usia sampel didasarkan pada perbedaan antara rasio
awal 230Th/234U dan yang ada dalam sampel yang ditinggalkan. Metode ini
mengasumsikan bahwa sampel (Th-230 atau U-234) tidak bertukar dengan lingkungan
(yaitu, bahwa metode ini merupakan sistem tertutup). Metode ini digunakan untuk sampel
yang dapat mempertahankan Uranium dan Thorium, seperti sedimen karbonat, tulang, dan
gigi. Usia antara 1000 dan 300.000 tahun telah diukur dengan metode ini.
e. Luminescence Dating
Penanggalan luminesensi mengacu pada sekelompok metode untuk menentukan berapa lama butiran
mineral terakhir kali terpapar sinar matahari atau pemanasan yang cukup. Ini berguna untuk ahli geologi
dan arkeolog yang ingin tahu kapan peristiwa seperti itu terjadi. Ini menggunakan berbagai metode
untuk merangsang dan mengukur pendaran.
metode riwayat paparan nuklida kosmogenik sedang mengalami perkembangan besar dalam
bidang analitis, teoretis, dan terapan. Kemampuan untuk secara rutin mengukur konsentrasi
rendah dari nuklida kosmogenik stabil dan radioaktif telah menghasilkan metode baru untuk
menjawab pertanyaan geologi yang sudah lama ada dan telah memberikan wawasan tentang
kecepatan dan gaya proses permukaan. Sifat fisik dan kimia yang berbeda dari enam nuklida
yang paling banyak digunakan: 3He, 10Be, 14C, 21Ne, 26Al, dan 36Cl, memungkinkan untuk
menerapkan metode penanggalan paparan permukaan pada permukaan batuan dari hampir semua
litologi pada lintang dan ketinggian apa pun, untuk eksposur mulai dari 102 hingga 107 tahun.
Metode nuklida kosmogenik in situ terestrial mulai merevolusi cara kita mempelajari evolusi
lanskap. Nuklida tunggal atau ganda dapat diukur dalam satu permukaan batuan untuk
mendapatkan laju erosi pada permukaan bongkahan batu dan batuan dasar, laju sayatan fluvial,
laju penggundulan bentang alam individu atau seluruh cekungan drainase, sejarah penguburan
permukaan batuan dan sedimen, retret scarp, laju patahan slip , paleoseismologi, dan
paleoaltimetri. Usia variasi iklim yang dicatat oleh moraine dan sedimen aluvium sedang
ditentukan secara langsung. Kemajuan dalam pemahaman kita tentang bagaimana radiasi kosmik
berinteraksi dengan medan geomagnetik dan atmosfer akan meningkatkan simulasi numerik
interaksi sinar kosmik selama durasi pemaparan dan melengkapi pengukuran empiris tambahan
dari laju produksi nuklida. Ketidakpastian total dalam usia eksposur terus meningkat. Artikel ini
menyajikan teori yang diperlukan untuk menafsirkan data nuklida kosmogenik, meninjau
perkiraan parameter, menjelaskan strategi dan pertimbangan praktis dalam aplikasi lapangan, dan
menilai sumber kesalahan dalam menafsirkan pengukuran nuklida kosmogenik.
DAFTAR PUSTAKA
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/dendrochronology-salah-satu-metode-
pertanggalan-dalam-arkeologi/
http://www.passmyexams.co.uk/GCSE/physics/radiocarbon-dating
https://mimirbook.com/id/5a6a6e16139
https://www.geo.arizona.edu/Antevs/ecol438/uthdating.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Luminescence_dating
https://www.researchgate.net/publication/254861687_Terrestrial_in_situ_cosmogenic_nuclides_
Theory_and_application