Anda di halaman 1dari 8

ARSITEK ENTERPRENUER

Up-grade dan Fleksibilitas yang Konsisten dalam Berprofesi

ARSITEK ENTERPRENUER
“Up-grade dan Fleksibilitas yang Konsisten dalam Berprofesi”

Asri Mariza Oktavia


Program Profesi Arsitek Universitas Indonesia
ARSITEK ENTERPRENUER
Up-grade dan Fleksibilitas yang Konsisten dalam Berprofesi

Abstrak

Perubahan dan Perkembangan globalisasi kehidupan, serta digital menuntut seorang ahli termasuk
Arsitek untuk bersikap profesional, fleksibel dan berinovasi melahirkan arsitektur – arsitektur yang
memiliki nilai. Tidak melepaskan jati diri yang memiliki potensi karakter tradisional yang bisa
dikombinasikan dalam balutan modern. Agar keterbaruan dan sikap latah dalam menghadirkan desain
sebagai bagian proses design thinking memiliki nilai, karakter dan ekperimental membentuk peradaban
arsitektur dan tetap maju. Tujuan penulisan ini untuk pemahaman penulis terkait posisi apa nantinya
yang akan dipilih, dengan meninjau, bagaimana dunia praktek profesi yang terjadi, apa peluang yang
bisa dilakukan, dan nilai – nilai apa yang akan diambil untuk diterapkan dalam berpraktek sebagai
seorang profesional. Kesimpulan penulis bukan hipotesa secara ilmiah yang terstruktur tetapi lebih
kepada bagaimana pandangan dan pemahaman penulis terkait bagaimana sikap dan pandangan untuk
memilih posisi Arsitek apa kedepannya dalam berpraktek. Dan kasus yang dicontohkan sebagai bentuk
tolok ukur meninjau pilihan kedepannya.

Keywords : praktik konvensional, globalisasi, posisi berpraktek


ARSITEK ENTERPRENUER
“Up-grade dan Fleksibilitas yang Konsisten dalam Berprofesi”
Asri Mariza Oktavia
Terori Perancangan II
Program Profesi Arsitek Universitas Indonesia

Peradaban yang terus berkembang, dan perubahan konvensional menjadi industrial digital yang
mengglobal memberi dampak terhadap arsitektur yang dihadirkan. Sehingga, Arsitek yang merupakan
tombak penting sebagai Designer dalam menghadirkan ruang arsitektur sebagai proses design thinking
bangunan dan lingkungan binaan dituntut harus memilih posisi yang jelas dalam berpraktek
profesional. Dimana, kejelasan posisi sebagai ahli profesional akan memberikan dampak terhadap
keterbaruan arsitektur yang memiliki nilai /pun karakter dengan tetap memperhatikan kaidah
keberlanjutan, keterbaruan, baik media digital sebagai alat mempermudah visual desain, pengetahuan
situasi dan kondisi lokasi untuk menghadirkan arsitektur ideal sesuai tempat, riset desain, maupun
pemilihan material dan pertimbangan ekologis serta ruang yang “memanusiakan penggunanya”. Commented [ea1]: Awal paragraf yang menjelaskan
terkait keresahan saa ini dari praktik profesi untuk
Dalam merancang, Arsitek sebagai ahli profesional diharuskan memiliki dasar Designing meminimalkan dampak di masa depan serta posisi untuk
menjadi arsitek seperti apa di masa depan
menurut Donald A Scon dalam (Clark, Hazel & David Brody, 2009;110- 114) yaitu : Tacit & Explicit
Knowledge yang berkaitan dengan keterampilan, Uniq & General yang berkaitan menghasilkan
sesuatu yang beda berdasarkan mekanisme penalaran dan membuat keputusan dengan memperhatikan
aturan, General & comulativ berkaitan tentang keterbaruan, Pluralism & Communal berkaitan
kerjasama stakeholder dalam menghasilkan keputusan optimal terkait hasil akhir dari design sebagai
produk sosial. Commented [ea2]: Referensi dari teori / jurnal terkait
seharusnya praktek keprofesian arsitek. Sitasi Bacaan
Beberapa kasus dengan seiringnya arsitektur yang muncul, timbul kelatahan dimana arsitektur kemudian diransfer / dideskripsikan dengan bahasa sendiri.
Agar tidak ada PLAGIASI.
sebagai keilmuan rancang bangun yang memberikan solusi untuk masalah bangunan menjadi produk
yang mengikuti trend pasar. Sehingga, nilai dan karakter sebagai proses design thinking dalam
menghadirkan suatu desain semakin tidak jelas. Commented [ea3]: Praktek arsitek yang terjadi sat ini
untuk meninjau sinkron antara teori keilmuan dengan
Produk arsitektur yang hadir terlihat bukan lagi jawaban solusi pemecahan masalah tetapi lapangan dan praktek arsitek yang terjadi
memunculkan brand citra dengan hadirnya bentuk arsitektural yang latah. Dan permasalahan tersebut
bertolak belakang dari makna Desain itu sendiri, yang merupakan proses mencari solusi dari
permasalahan dengan integrasi keilmuan melalui proses penalaran – penalaran dan kajian keilmuan
yang terintegrasi dan produk merupakan jawaban solusi dari permasalahan terkait dan sesuai
kebutuhan. Hadir dan lahirnya produk dari kasus diatas, merupakan hasil praktisi – praktisi yang secara
praktikal dalam proses menghasilkan produk yang tidak optimal dalam basic keilmuan dibidang
arsitektur & lingkungan binaan. Dimana produk yang dihadirkan, secara fungsi tidak “Memanusiakan”
penggunanya. Dalam artian ruang yang dihasilkan belum optimal memenuhi kebutuhan pengguna dan
minimnya kajian “Setting Perilaku” (Setiawan,2014).
Dalam penjelasan lain dari kasus hadirnya konsep kafe, ada beberapa kasus penempelan selogan
suatu kepercayaan / pemahaman dengan citra brand serta perubahan gaya hidup dan konsep tempat
dalam proses desain, ini tidak termasuk produk dari sebuah proses desain karena masih ada pengaruh
politik konvensional menurut Peter Cook (1970) dalam (Susano, 2020;72). Dimana praktik
konvensiolan berupa arsitektur yang hadir dengan konsep ruang yang latah / sama. Sedangkan, disisi
lain menurut Donald A Scon dalam (Clark, Hazel & David Brody, 2009;110- 114) antara
menghadirkan produk desain yang baru, unik, general, plural dan komunal juga belum memenuhi arti
desain itu sendiri. Dalam artian, suatu ruang yang dihadirkan berdasarkan trend waktu dan mencoba
memaklumi kebiasaan atau trend yang ada untuk ditempelkan atau disematkan dalam produk dengan
mengesampingkan proses, dimana permalahan yang akan dicarikan solusinya melalui pendekatan
design thinking belum optimal untuk dipetakan. Dari segi ide kratif berupa konsep brand itu merupakan
pendukung, tetapi yang paling utama adalah bagaimana suatu produk desain mampu menjawab dan
menjadi solusi dari permasalahan pengguna terkait kebutuhan ruang yang digunakan.
Mengutip dari Richard Buchanan juga menjelaskan dari pendapat Hort Rittels 1960 dalam
(Clark, Hazel & David Brody, 2009;96-100) bahwa dalam proses design thinking melalui pendekatan
Wicked problems yang merupakan formulasi metode desain dalam menanggapai dan memecahkan isu
permasalahan. Jika dikaitkan dengan kasus diatas, isu dari permaslahan desain secara jelas belum
terpetakan apa yang mau dicari solusinya. Hilangnya proses design thinking yang terprogres terhadap
kebutuhan ruang masih bersifat konvensional dalam menghadirkan arsitektur yang unik dan
keterbaruan. Arsitektur yang hadir berupa bentuk dari tipologi trend untuk satu waktu dengan atribut
yang dominan adalah trend. Sehingga, menurut Matthew Turner (Clark, Hazel & David Brody, 2009;9)
perlu observasi dan kajian yang mendalam terkait bagaimana sejarah, sosial, politik dan budaya pada
arsitektural yang dihadirkan untuk pengoptimalan desain melalui eksperimen – eksperimen arsitektur
bukan menampilkan brand sebagai point utamanya tanpa menjawab permasalahan desain itu sendiri. Commented [ea4]: Melakukan kajian analisa yang terjadi
dan praktek yang seharusnya berdasarkan teori keilmuan.
Dan dalam menjawab permasalahan itu, pemetaan dari point -point yang saling terintegrasi Sehingga meminimalkan dampak kedepannya.
dengan proses design thinking akan merubah citra dari konsep kafe dan hunian dan terlepas dari praktik
konvensional pelabelan dan konsep ruang yang seragam. Proses identifikasi ini merupakan bagian dari
arsitektur eksperimen. Menurut Peter Cook (1970) dalam (Susano, 2020;72) sangat perlu sebagai
bentuk progresif konsep ide kreatif, keterbaruan, berbeda dengan praktik politik konvensional,
memiliki kerangka ilmiah dapat dipertanggung jawabkan dan dievaluasi menjadikan design yang jauh
dari kelatahan. Sehingga Riset desain sebagai bentuk pengembangan dengan kajian penelitian
memberikan solusi meminimalkan permasalahan, dan menghasilkan produk yang dibutuhkan
(Sugiyono,2016). Serta prediksi keberlanjutan peradaban masa akan datang yang terbentuk.
Disisi lain, berkembangnya teknologi juga menjadi salah satu tolok ukur dalam mendesain dan
menghadirkan bentuk ekperimental untuk melepas praktik konvensional terkait visual desain yang
dihadrikan dan proyeksi informasi analisis penggunaan material, struktur sebagai kelayakan bangunan
terbangun dan bentuk ekplorasi alternatif (Gunagama, Galieh dan Nur Fitri Lathifa,2017).
Selain teknologi, pasar global yang berkembang juga mempengaruhi dengan adanya kolaborasi
sebagi bentuk / dampak dari pasar bebas di era globalisasi (Edrees) maka berefek terhadap Arsitek
sebagai bagian dari tenaga ahli di bidang jasa konstruksi / sebagai Komoditi intelektual (intelectual
property). Dimana Arsitek sebagai pemeran ahli jasa konstruksi harus mampu berperan secara
profesional, sebagai human capital yang memiliki intelectual property yang mampu berkarya secara
kreatif dan inovatif (Rully).
Untuk mempersiapkan ahli profesional maka langkah awal yang dilakukan adalah pertama
menyetarakan kemampuan dibidang pendidikan dengan adanya perubahan – perubahan kurikulum
yang mengikuti standar internasional. Dimana Mahasiswa/i calon arsitek dituntut menjadi Designer,
tanpa meninggalkan engineer yang diperlukan untuk rekayasa perancangan (Rully). Kedua adanya
Program Profesi Arsitek sebagai pembelajaran lanjutan untuk menyiapkan ahli – ahli profesional untuk
melakukan eksplor terkait inovasi, ide – ide, etika profesional yang unggul dalam ilmu rancang,
terdidik, dan berpengalaman (Kutipan PPT Ar. Fauza, Bandung 2020 Tentang Arsitek, IAI dan
Tantangan Kode ETIK Dunia Profesi) serta unggul di pasar global (Sulistyanto). Dengan didukung
oleh badan / organisasi sebagai Asosiasi profesi arsitek yang akan menjamin Kualitas dan
Akuntabilitas Profesionalisme sesuai Pasal 26 ayat 1 UU Arsitek. Ketiga adalah background kultur,
maka indonesia (Edrees) memiliki potensi local genius sebagai kelebihan dari arsitek luar yang tidak
sekaya indonesia. Commented [ea5]: Membuat pembahasan dan
penambahan teori atau keilmuan terkait.
Salah satu kasus atau contoh dari penggabungan penjabaran diatas adalah seorang mahasiswa
lulusan arsitek ITB Bapak Ciputra, yang terus belajar melatih diri mendirkan prusahaan semasa kuliah
kemudian setelah selesai pendidikan berwirausaha menjadi Developer. Beliau belajar dari pengalaman,
ketidak pastian, terus mengamati, menanamkan sikap bijak, Memasukkan Tuhan dalam Setiap proses
yang dilakukan, tidak merasa puas dengan hasil, menghargai setiap proses (Wadhan). Commented [ea6]: Contoh berdasarkan teori praktek
keprofesian
Terlepas dari menjadi seorang developer, nilai yang saya dapat disini adalah kekonsistensian
seorang Ciputra untuk menghadirkan atau men-develop lahan menjadi nilai yang memperhatikan
sustanability kawasan binaan. Maka, jika dikaitkan posisi saya menjadi arsitek profesional adalah
inovasi, kreatif, sikap dan konsisten memberi yang terbaik untuk klien, ekologis adalah tujuan dan
tanggung jawab seorang profesional. Serta, kemampuan untuk mengontrol dan entesitas sebagai
manusia serta memasukkan nilai bahwa segala sesuatu akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan
yang merupakan dasar seorang Profesional Enterprenuer. Commented [ea7]: Posisi saya kedepannya dalam
berpraktek ingin mengambil nilai apa dari contoh
Selain itu, dari arsitek indonesia, diantaranya Ridwan Kamil, dan Yu Sing, sebagai arsitek sebelumnya.
nusantara yang berada pada era – global dan digital tidak melepas karakter arsitektur tradisional tetapi
mengkombinasikan dalam berpraktek bukan menyeragamkan bentuk tetapi tanggap terhadap konteks
dimana bangunan berada dan mengimplementasikan kedalam interior, ekterior dan sebagainya
(Sudarwani). Dan juga Arsitek Andi Rahman yang concern dalam praktik riset desain tanpa
meninggalkan potensi local genius dalam bidang material, kreatifitsa serta ruang dalam.
Kasus lain yang saya ambil konsistensi dalam berpraktek adalah Arsitek Eero Saarinen. Dalam
proses bekerja menggunakan Framework Top-DOWN dari Big Idea – Proses Kumpulan Bias (Fokus,
Kritis, Filter, Pengujian, Ekspleratif)- Sistem Nilai (Analogi ekternal + internal dalam prosees Transfer
Bentuk Metafora). Bentuk Proses Struktur yang Mekanis (Sistematis, Eksploratis dan Kritis).
Dengan Sistem Nilai Perancangan Saarinen yang Konsisten pada Fokus Idea, Sikap dalam
Keputusan & Kolaborasi, Detail / Peka dalam Proses, Belajar / Riset Kajian (pengetahuan, teknologi,
material, konteks, domain terkait / prioritas), dan Eksperimen neo-Futuristik.
Dimana, Konsistensi bagi Saarinen merupakan pendekatan yang berbeda pada setiap desain dan
permasalahan yang ada dan tetap fokus pada ide / konteks yang menjadi prioritas. Terlihat dari proses
dan hasil karya Saarinen pada tahun yang sama, dengan adanya pendekatan sesuai permasalahan,
kebutuhan / fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dalam desain. Sehingga, Keberanian dan konsisten
dari sikap Saarinen dalam konsep ruang dan analoginya menghadirkan bangunan yang neo-futuristik
sebagai arsitektur eksperimental dengan bentuk yang sederhana, bahan dan kejujuran ekspresi
bangunan. Yang merupakan konsep inovatif, lepas dari praktik konvensional, dan progresif desain
dalam beraksitektur (Susano,2020). Serta, Proses Source of good fit (Alexander,1973) untuk
membentuk framework konsep desain ekspresif Saarinen.
Berkaca dari Karakteristik arsitek dan nilai background kultur indonesia (Edrees) yang memiliki
potensi local genius sebagai kelebihan dari arsitek luar, maka kasus hilangnya orientasi proses desain
thingking yang terjadi pada praktek arsitek, akan menjadi peluang besar untuk memunculkan arsitek
nusantara. Yang concern untuk terus berinovasi mengimplmentasikan nilai tradisional dalam balutan
modern dan menggunakan media teknologi untuk berpraktek. Commented [ea8]: Contoh lain yang concern dibidang
arsitektur tetapi tidak melepaskan diri dari jati dirinya.
Sehingga, dari uraian kasus yang terjadi dalam dunia praktik arsitektur serta solusi dan Kemudian membahas nilai apa saja yang ditanam dalam
berpraktek. Apa saja yang perlu di up-grade dll
kelebihan arsitek nusantara, maka untuk praktik saya kedepannya akan mengambil Posisi menerapkan
teori atau konsep Enterpreneurship dalam berprofesi sebagai Arsitek. Dalam artian, konsisten untuk
mengkonversi ide -ide baru, tunduk terhadap kode etik profesional yang berlaku di negara, berani
bersikap bijak, melihat peluang / fleksibelitas tetapi tetap dalam koridor. Up-grade dan Fleksibilitas
yang Konsisten dalam Berprofesi. Dimana sebagai Arsitek Profesional yang unggul dalam ilmu rancang,
terdidik, berpengalaman dan terus melakukan eksplor terkait inovasai ide – ide (Kutipan PPT Ar.
Fauza, Bandung 2020 Tentang Arsitek, IAI dan Tantangan Kode ETIK Dunia Profesi). Selain itu,
konsep pertimbangan arsitek nusantara yang diutarakan oleh Prof. Josef, dimana arsitektur nusantara
merupakan bentuk arsitektur naungan yang berbeda dengan arsitektur Eropa menjadi referensi Praktek
posisi saya kedepannya. Karena, sebagai seorang arsitek nusantara Prof. Josef, sangat kritis dalam
memepertegas ideal arsitektur untuk kondisi negara tropis denagn 2 musim yang memperhatikan
perlindungan luar dan tidak mengabaikan keruangan bangunan (Prijotomo, Josef). Commented [ea9]: Kesimpulan posisi saya secara
mendalam terkait bagaimana praktek yang ingin saya
jalankan agar sesuai dengan koridor keprofesian. Dan
Referensi : menjawab keresahan terkait praktek, proses desain dan
arsitektur yang dihadirkan saat ini
Artikel, 2014. Teori Struktur Tata Ruang dan Perkembangan Kota. Web Geografi Lingkungan oleh Khoirunnas
Anfa’uhum Linnas. Diupload tanggal 12-11-2018. http://geoenviron.blogspot.com/2014/01/teori-struktur-tata-
ruang-dan.html
Artikel, 2009. Arsitektur Islam Dari Masa Ke Masa. Khazzanah Republika. Diupload tanggal 12-11-
2018.https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-usantara/09/07/10/61535-arsitektur-islam-dari-
masa-ke-masa
Philip, Plowright. Revealing Architectural Design Methods, Frameworks and Tools. Routledge is an imprint of the
Taylor & Francis Group, London And New York. 2014.
Alexander, Christopher. Notes On The Synthesis Of Form. Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts,
1973.
Rob, Whitehead.2014. Saarinen’s Shells: The Evolution Of Engineering Influence. IASS-SLTE 2014 Symposium
Clark, Hazel & David Brody. Studies A Reader. Berg Publishers Oxford, New York, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung, 2016.
Susano, Agustinus. Peta metode Desain. Program Studi Arsitektur & Perencanaan Universitas Tarumanegara. Jakarta,
2020.
Landmarks Preservation Commission, 1994. Trans World Airlines Flight Center (now TWA Terminal A) at new york
international airport, John F. Kennedy International Airport, Queens. Built 1956-62; Architects, Eero Saarinen
& Associates (Eero Saarinen and Kevin Roche).
Safitri, Meida & Muhammad,2017. Prinsip Desain Arsitektur Neo-Futuristik Pada Bangunan Komersil Karya Eero
Saarinen. Skripsi Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Medan
Oxman, Rivkadan Robert Oxman.Theories of the Digital in Architecture.Routledge,Taylor & Francis Group, London
& New York, 2014.
Kennedya, Russell.2015. Looking back to move forward: the Dymaxion revisited. Scien Direct. Procedia Technology
20. (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).Peer-review under responsibility of School of
Engineering, Faculty of Science Engineering & Built Environment, Deakin University. doi:
10.1016/j.protcy.2015.07.009.
Massey, Jonathan.2010. Buckminster Fuller's cybernetic pastoral: the United States Pavilion at Expo 67. The Journal
of Architecture, 11: 4, 463 — 483. DOI: 10.1080/13602360601037883. URL:
http://dx.doi.org/10.1080/13602360601037883.
Cowcher, Daniel Thomas.2015. Design and analysis of geodesic tensegrity structures with agriculture applications.
Theses Swansea University, College of Engineering. https://www.archdaily.com/572135/ad-classics-montreal-
biosphere-buckminster-fuller.
Eyüce, Emine Özen.2013. Allure Of The "Crystal: Myths And Metaphors In Architectural Morphogenesis. Archnet-
Ijar, Volume 10 - Issue 1.
Ashadi.2019. Arsitektur Dekonstruktivis. UMJ Press.
Crysler, C. Greig, Stephen Cairnsand Hilde Heynen. The SAGE Handbook of Architectural Theory. Sage. Landon
Rahayu, Tri dan Sugiharto. 2016 Problem Perancangan Arsitektur Inspirasi dan tujun Arsitektur Post-Modern. LPPM
Univ. Parahyangan.
Prijotomo, Josef. Prijotomo Membenahi Arsitektur Nusantar. Wastu Lanas Grafika, Surabaya.2018
PPAR Public Lecture Series 2020/2021: Enterpreneurship Media Arsitektur, Mendorong Profesi Arsitek dengan
Imelda Akmal.
Wadhan, Konsepsi Semangat Kewirausahaan Ciputra (Kesesuaian dengan Konsep Ekonomi Islam)
Sulistyanto, Indro. Peran Arsitek Profesional Dalam Penguasaan Build Ability Dan Design Ability Sebagai Competitive
Advantage Menghadapi Perdagangan Bebas Asean.
Power Point Ar. Fauzan A.T. Noe’man, IAI, 2020. Arsitek, IAI dan Tantangan KODE ETIK Dunia PROFESI (Diakses
04 April 2021).
Edrees, Munichy B. Profesi Arsitek Di Era Globalisasi.
Rully.Peran Unggulan Daya Saing Arsitek Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pada Era Globalisasi.
Sulistyanto, Indro. Peran Arsitek Profesional Dalam Penguasaan Build Ability Dan Design Ability Sebagai Competitive
Advantage Menghadapi Perdagangan Bebas Asean.
Power Point Ar. Fauzan A.T. Noe’man, IAI, 2020. Arsitek, IAI dan Tantangan KODE ETIK Dunia PROFESI (Diakses
04 April 2021).
Gunagama, M. Galieh dan Nur Fitri Lathifa.2017. Automatictecture : Otomatisasi Penuh Dalam Arsitektur Masa
Depan. Jurnal Arsitektur NALARs Volume 16 Nomor 1

http://www.iai.or.id/

Anda mungkin juga menyukai