Anda di halaman 1dari 3

Judul : Kisah Bu Yanti yang bangkit dari keterpurukan

Sub Judul : Kisah Bu Yanti yang bangkit dari keterpurukan berkat pembiayaan dari Kopsyah BMI

Saat ini sepertinya sudah menjadi waktu yang tepat bagi seluruh insan di dunia untuk bangkit.
Setelah melewati 2 tahun harus berkutit dengan wabah virus corona yang melanda seluruh belahan
dunia. Saat itu banyak cara yang dilakukan oleh manusia agar tetap sehat dan selamat dari wabah
tersebut. Salah satunya adalah dengan minum jamu.

Menurut mayoritas masyarakat Indonesia, Jamu adalah minuman verbal yang berkhasiat tinggi
untuk menjaga kesehatan. Dan jamu adalah salah satu pilihan utama karena khasiatnya dan
harganya yang relatif murah. Karena itulah dua tahun yang lalu adalah tahun yang membawa
keberkahan bagi para penjual jamu.

Itu yang dirasakan oleh Ibu penjual jamu yang berlokasi di Perumahan Taman Kirana Solear. Ibu itu
bernama Sri Suyanti. Ibu yang sering dipanggil yanti atau mama dinar ini sudah berjualan jamu sejak
2002 yang lalu. Ia merasa dengan wabah corona ini membawa keberkahan tersendiri baginya.

“Saya sudah jualan jamu sejak 2002 yang lalu. Jadi kira-kira sudah 19 tahun saya jualan jamu. Tidak
bisa dipungkiri, wabah corona membawa keberkahan tersendiri bagi saya. Pendapatan saya
meningkat drastis selama 2 tahun yang lalu dibanding tahun-tahun sebelumnya.” Ujar ibu asli
Wonogiri itu.

Ternyata dari 19 tahun mengarungi kehidupan sebagai penjual jamu, tidak ia jalani dengan lurus-
lurus saja. Pahit manis pengalaman telah ia rasakan semua.

“Pada pertengahan tahun 2002 saya mulai dengan mengikuti kakak ipar jualan jamu di Adiyasa,
Tigaraksa. Setelah 1 bulan ikut dan diajari cara meracik jamu, saya bersama suami saya minta izin
untuk jualan jamu sendiri. Karena kami ingin pindah tempat ke taman kirana solear, Tangerang. Pada
saat itu saya jualan jamu gendong dengan jalan kaki. Sementara suami saya pakai sepeda.”
Terangnya menjelaskan awal ia berjualan jamu.

Usaha mereka pun semakin meningkat. Karena permintaan jamu yang semakin banyak. Akhirnya
pada tahun 2006 mereka menambah karyawan. “Setelah melihat usaha jamu ini semakin meningkat,
maka tahun 2006 kami putuskan untuk merekrut karyawan. Ada 5 karyawan yang kami rekrut.
Karena sudah ada 5 karyawan, pada saat itu kami sedikit santai.” Tambahnya.

Seakan Allah sedang mengingatkan mereka! Tahun 2013 adalah tahun yang tidak akan mereka
lupakan. Karena pada saat itulah seakan yang Allah berikan, Allah ambil seketika.

“Tahun 2013 adalah sejarah kelam yang tidak akan kami lupakan. Waktu itu adalah puncak dimana
akibat dari kelalaikan kami dalam manajemen. Akibatnya, apa yang kita peroleh habis sirna. Pada
saat itu kami benar-benar terpuruk.” Ujarnya menceritakan masa kelamnya.

Pada saat terpuruk, ia bersama suaminya tidak mau berlama-lama meratapi keadaannya itu dan
bertekad untuk lekas bangkit. Pada saat keinginannya untuk bangkit, tiba-tiba datang tetangganya
untuk mengajaknya menjadi anggota BMI.

“Pada saat kami terpuruk dan ingin bangkit, tiba-tiba ada tetangga saya yang datang. Ia mengajak
saya untuk ikut menjadi anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia. Karena ia tau saya
benar-benar membutuhkan modal untuk bangkit.” Terangnya menceritakan awal menjadi anggota
BMI.
Ia melanjutkan, Pada tahun pertama ia menjadi anggota Kopsyah BMI, Ia mendapat pembiayaan
sebesar 2 juta rupiah. Uang itu ia alokasikan untuk modal jamu.

“Setelah sekolah (mendapat mendidikan perkoperasian) selama 1 minggu, akhirnya saya dapat
pembiayaan dari BMI. Saat itu saya mendapat pembiayaan sebanyak 2 juta rupiah. Uang itu
langsung saya belikan bahan-bahan untuk membuat jamu.” Tambahnya.

Ia bersama suaminya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Setelah mendapat permodalan dari
BMI, ia langsung memulai usaha kembali. Pada saat memulai, ada teman suaminya yang ingin ikut
bergabung dengannya. “Pada saat itu, kami memulai usaha kembali dengan 3 personil. Yaitu saya,
suami dan teman suami yang mau ikut bergabung. Jadi pada saat itu kami mulai usaha dengan 1
karyawan.” Terangnya Wanita berumur 38 tahun itu.

Usahanya pun semakin meningkat! Dengan bertambahnya modal dan potensi yang semakin besar,
akhirnya mereka pun menambah karyawan. “Tahun 2015, kami menambah 2 karyawan lagi karena
kita lihat potensi semakin besar. Dan sekarang kami sudah punya 10 karyawan.” Tegasnya
menceritakan peningkatan usahanya.

Pengalaman pahit tahun 2013 itu mereka jadikan pelajaran yang sangat berharga agar tidak terulang
kembali dan lebih berhati-hati dalam memanage keuangan. Selain itu ia jadikan sebagai
penyemangat agar lebih memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

“Setelah kejadian tahun 2013, kami sepakat harus lebih banting tulang. Dari jam 3 pagi kami sudah
bangun untuk meracik jamu. Karena jam 6 pagi, kami beserta 10 karyawan sudah harus mulai untuk
keliling sesuai tempat yang sudah dibagikan. Untuk saat ini kami jualannya di perkampungan dan
perumahan daerah tigaraksa sampai solear.” Terangnya menceritakan usaha banting tulangnya.

“Jualannya sampe jam 12 siang. Jam 1 siang, kami lanjut untuk meracik jamu lagi untuk kami jual dari
jam 3 sore sampai 6 sore. Kadang ada juga karyawan kami yang baru pulang dari jualannya jam 7
malam.” Tambahnya dengan yakin.

Ia ingat betul bahwa BMI lah yang menolongnya di saat terpuruk. Ia juga bersyukur karena merasa
bahwa BMI lah yang selalu hadir dan ikut andil dalam kesuksesan usahanya itu hingga sekarang.

“Alhamdulillah, kami merasa bersyukur telah mengenal BMI. Dimana setiap saya butuh modal, selalu
ada bantuan dari BMI. Kopsyah BMI juga ikut andil dimana saya mau usaha dan adanya peningkatan
usaha.” Tambahnya bersyukur dengan kehadiran BMI di dalam kehidupan usahanya.

Selain itu, ia juga merasakan peningkatan yang luar biasa dibanding tahun sebelum keterpurukan itu
terjadi. Ia membandingkan apa yang ia punya sekarang dengan yang sebelumnya.

“Sebelum terpuruk, dulu kami punya 3 buah motor, 1 bangunan warung kecil, dan 2 mobil angkot
doyok. Sekarang kami sudah punya 10 buah motor, bisa merenovasi rumah, 2 mobil angkot dan 1
bangunan warung.” Tambahnya.

Ia tidak hanya memikirkan nasibnya sendiri. Ia yang saat ini telah sukses tidak menutup mata dengan
keadaan temannya. Ia pun membantu teman yang saat ini sedang terpuruk.

“Saat ini saya dapat pembiayaan sebesar 150 juta. Uang itu untuk nambah modal show room mobil.
Show room itu join bersama teman yang saat ini kekurangan modal. Setidaknya saya bisa sedikit
membantunya karena saya merasa pernah di posisi itu (kekurangan modal). Yang penting kita tidak
rugi dari usaha itu.”Pungkasnya.
Habis gelap terbitlah terang ! Itulah ungkapan yang cocok disematkan kepada Bu Yanti dan
Suaminya.

Kita semua tau bahwa manusia tidak akan lepas dari ujian dari Sang Pencipta, Allah SWT. Karena
kadang ujian itu adalah tanda sayang dari Sang Ilahi Robbi. Dan dari ujian yang ada itu Allah ingin
setiap hambanya hadapi dengan kesabaran. Allah berfirman di dalam surat Al-Baqarah ayat 155 yang
berbunyi :

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-
Baqarah : 155)

Selain kesabaran yang harus diutamakan, Tidak putus asa adalah langkah yang paling tepat untuk
menyikapi ujian itu . Banyak ayat yang membahas tentang dilarangnya untuk putus asa. Salah
satunya dalam firman Allah surat Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi :

“….Janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah.. (QS. Az-Zumar : 53)

Dan yang terakhir, yang perlu kita tanamkan di dalam mengarungi kehidupan adalah janji Allah :
setiap setelah kesulitan, itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah:5)

Wallahu a’lam bish-showaab.

Anda mungkin juga menyukai