Anda di halaman 1dari 8

ANALISA PUTUSAN HUKUM ORANG DAN KELUARGA

TENTANG PENGUASAAN HAK ASUH ANAK


Putusan PA MAKASSAR Nomor 1898/Pdt.G/2017/PA.Mks

Disusun oleh :
Ichbal Zul Hilmi - 6052001477
Ryu Zustine Paulus Simanjuntak - 6052001265
Galih Rifki Wiratama - 6052101360
Muhammad Raffigo Jusuf - 6052102282
Mfalme Alby Putra - 6052101340

Fakultas Hukum
Ilmu Hukum
2022
Penggugat (nama tidak disebutkan) umur 26 tahun, agama Islam,pendidikan terakhir
SMA, pekerjaan SPG, tempat tinggal di Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, Kota
Makassar, disebut sebagai Penggugat
Tergugat, (nama tidak disebutkan) umur 40 tahun, agama Islam,pendidikan terakhir S1,
pekerjaan Pemborong Bangunan, tempat tinggal Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan
Biringkanaya, Kota Makassar, dalam hal ini memberikan kuasa kepada Mashuri Pandudaya, SH
dan Syamsul Alam, SH, MH, Advokat/Penasehat Hukum, pada Kantor “ARH Law Firm”,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus yang terdaftar pada register surat kuasa Pengadilan Agama
Makassar, Nomor 603/SK/X/2017/PA.Mks, tanggal 24 Oktober 2017, disebut sebagai Tergugat

KASUS POSISI
Penggugat berumur 26 tahun ber agama islam yang bekerja sebagai SPG bertempat
tinggal di Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar berdasarkan Putusan
Pengadilan Agama Makassar Nomor: 1112/Pdt.G/2017/PA.Mks. Antara Penggugat dan
Tergugat umur 40 tahun, agama Islam,pendidikan terakhir S1, pekerjaan Pemborong Bangunan,
tempat tinggal Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar telah bercerai
di Pengadilan Agama Makassar dengan Akta Cerai Nomor: 1289/AC/2017/PA/Mks.Penggugat
mendalilkan Bahwa setelah anak yang bernama ANAK dalam cenderung dalam pemeliharaan
Penggugat, namun ketika Tergugat ingin bertemu dan membawa anak tersebut, Penggugat
mengizinkan Tergugat karena sebelumnya antara Penggugat dan Tergugat telah bersepakat
untuk memelihara anak secara bergantian tetapi sejak tanggal 01 Oktober 2017 Tergugat tidak
mengizinkan Penggugat bertemu dengan anak kandungnya sendiri.penggugat mendalilkan
Tergugat tidak dapat menjadi ayah yang baik karena Tergugat mencoba memisahkan seorang ibu
dengan anaknya.Tergugat bekerja sebagai pemborong dan membawa ANAK ke tempat kerjanya
yang membuat penggugat khawatir akan kesehatan anaknya.Pemisahan yang dilakukan oleh
tergugat ditakutkan akan mengganggu pertumbuhan psikis pada anak karena anak masih di
bawah umur dan dinilai belum mummayiz jika hadhannah masih berada pada tergugat.
Tergugat menolak seluruh dalil-dalil dan hal-hal lain yang dari Penggugat kecuali hal-hal
yang tegas dan jelas kebenarannya. Tergugat menolak dalil penggugat yang menyatakan bahwa
anak yang bernama ANAK cenderung dalam pemeliharaan Penggugat. Tergugat menolak
dengan tegas dalil Penggugat yang dalam suratnya mengatakan bahwa Tergugat mengambil dan
membawa anak tersebut sampai sekarang, tidak mengizinkan Penggugat untuk bertemu anaknya
sendiri, lalu Tergugat tidak dapat menjadi ayah yang baik karena mencoba memisahkan antara
ibu dan anaknya.
Tergugat menolak gugatan tersebut, lalu menghukum Penggugat untuk membayar biaya
yang timbul dalam perkara ini atas jawaban Tergugat, Penggugat harus mengajukan replik secara
lisan yang menyatakan bahwa penggugat masih merasa kesulitan untuk menemui anak tersebut,
meskipun ada Penggugat selama 1 minggu dan jika Penggugat mau bertemu anak tersebut,
Penggugat harus menghubungi kuasa Tergugat, Tergugat tidak dapat dihubungi dan sudah tidak
ada komunikasi.

ISI PERTIMBANGAN HAKIM


Berdasarkan gugatan penggugat, Menimbang berdasarkan yang ditentukan oleh Pasal 49
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, yang kemudian diubah dengan Undang-
Undang Nomor 50 Tahun 2009, Tentang peradilan agama begitu juga penjelasan isinya. Dan
untuk memenuhi maksud pasal 154 RBg. jo.PERMA RI. Nomor 1 Tahun 2016, Mengenai proses
Mediasi di Pengadilan, Majelis Hakim telah berupaya untuk mendamaikan antara pihak
penggugat dan tergugat namun tidak berhasil.
Menimbang, bahwa penggugat dalam gugatan nya meminta bahwa hak asuh anak yang
bernama ANAK berumur 4 tahun 10 bulan berada di tangan penggugat sebagai ibu kandung
anak tersebut, dengan alasan inti nya tergugat tidak mengizinkan penggugat untuk bertemu anak
kandung nya dan membatasi penggugat, sehingga penggugat merasa khawatir akan
perkembangan atau pertumbuhan fisik maupun psikis karena anak secara naluri memiliki
kedekatan hubungan emosional dengan ibunya.
Menimbang, bahwa penggugat dan tergugat telah dikaruniakan anak berumur 4 tahun 10
bulan, dan sekarang berada pada tergugat karena berdasarkan kesepakatan penggugat dan
tergugat terkait mengasuh dan merawat anak secara bergantian. Tergugat juga mendalilkan
bahwa tidak benar apabila tergugat tidak mengizinkan dan berusaha untuk memisahkan
hubungan antara seorang ibu dan anak, apabila anak tersebut berada di tergugat, tergugat juga
tidak membatasi penggugat. Justru tergugat khawatir karena penggugat berprofesi sebagai SPG
dan terkadang pulang sampai larut malam, yang akhirnya menitipkan anak nya oleh kakek dan
nenek anak tersebut yang sudah tua.
Menimbang, replik nya penggugat mendalilkan bahwa sampai sekarang masih merasa
kesulitan bertemu anaknya karena dibatasi oleh kuasa tergugat dan hal tersebut di duplik tergugat
bahwa tergugat telah memfasilitasi pertemuan antara penggugat dan anaknya. Maka apakah
penggugat patut mendapatkan hak asuh kepada anak nya yang berumur 4 tahun 10 bulan. Dari
jawab menjawab atas dalil-dalil yang digugat oleh penggugat, telah dibantah oleh tergugat. Maka
perlu diuji dengan alat bukti yang sah, sehingga kedua belah pihak harus dibebani bukti-bukti
menurut ketentuan Pasal 283 R.Bg dan pasal 1865 KUH Perdata.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan terbukti anak Penggugat dan
Tergugat tersebut belum mencapai umur 12 Tahun dan penggugat sebagai ibu kandung dari anak
dapat mengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dengan dibantu oleh kedua
orangtuanya dan terpenuhi kebutuhannya. Dan menimbang bahwa tergugat membawa anaknya
ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda motor sehingga mengancam keselamatan jiwa anak
dan mengganggu kesehatan anak tersebut. Pemeliharaan anak pada dasarnya untuk kepentingan
anak itu sendiri, baik untuk pertumbuhan jasmani, rohani, kecerdasan intelektual maupun
agamanya. Dalam Undnag-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pasal 7 ayat
(1) dengan tegas menyatakan bahwa “ Setiap anak berhak untuk mengetahui orangtuanya,
dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri “ dan dalam pasal 14 menjelaskan bahwa “
Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada alasan/atau aturan
hukum yang sah menunjukan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak
dan merupakan pertimbangan terakhir”.
Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan pasal 45 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974 tentang perkawinan menegaskan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan
mendidik anak mereka sebaik-baiknya sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri,
kewajiban mana berlaku terus menerus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus”.
Dan menimbang bahwa oleh karena penggugat tetap merasa sulit untuk bertemu dengan anaknya
karena hanya difasilitasi oleh kuasa/pengacara Tergugat sehingga Majelis berpendapat dengan
putusnya perkara ini, Penggugat akan semakin sulit untuk bertemu dengan anaknya.
Akhirnya Majelis Hakim berkesimpulan, bahwa anak Penggugat dan Tergugat bernama
ANAK, umur 4 Tahun 10 Bulan, maka berdasarkan Pasal 105 ayat (a) dan (b) kompilasi hukum
islam, menetapkan bahwa hak pengasuhan anak berada kepada penggugat yaitu sebagai ibu
kandungnya. Penggugat pun tetap memberikan kesempatan kepada Tergugat untuk tetap
memberikan kasih sayang seorang ayah sepanjang tidak mengganggu aktifitas anak,
perkembangan jiwa dan pertumbuhan jasmani, rohani, kecerdasan intelektual maupun agamanya.
Namun jika orangtua yang diberikan hak asuhnya melalaikan tanggung jawabnya sehingga
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak maka hak asuh tersebut
dapat di cabut kuasa hak asuhnya sebagai orangtua yang telah diatur dalam pasal 30 ayat (1)
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2014 tentang
perlindungan anak.
Dengan demikian hakim mengeluarkan putusan yang didapat dari fakta-fakta dan
persidangan yang telah dijabarkan oleh Penggugat dan Tergugat. Hasil dari keputusan hakim
mengadili bahwa :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat
2. Menetapkan hak pengasuhan anak yang bernama ANAK, tanggal lahir 11
Desember 2012 berada pada penggugat selaku ibu kandung anak tersebut
3. Memerintahkan kepada Tergugat untuk menyerahkan anak tersebut kepada
Penggugat
4. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.
261.000,00 ( dua ratus enam puluh satu ribu rupiah )
Demikian putusan tersebut dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Makassar pada hari Kamis,
tanggal 28 Desember 2017.

ANALISIS PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN HAKIM


Menurut kami, pertimbangan hakim pada paragraf ketiga merupakan dasar hakim
memilih mengabulkan gugatan penggugat berdasarkan fakta-fakta yang disebutkan untuk
memberikan hak asuh kepada ibu adalah benar karena tergugat khawatir penggugat yang
berprofesi sebagai SPG terkadang pulang sampai larut malam dan akhirnya menitipkan pada
kakek dan nenek nya namun perilaku sang ayah dengan membawa anaknya ke tempat kerja
menunjukan bahwa tidak cakap nya sebagai ayah dalam memelihara anaknya juga sikap egois si
ayah ditunjukan melalui tindakannya melarang ibunya untuk bertemu sang anak.
Pertimbangan hakim pada paragraf dua, lima, dan enam merupakan dasar hakim
mengeluarkan putusan ketiga dikarenakan seorang anak dalam pertumbuhannya di butuhkan
kasih sayang kedua orang tuanya untuk tumbuh psikisnya secara maksimal tindakan memisahkan
anak dari ibunya yang dilakukan oleh sang ayah merupakan tindakan yang salah.
Putusan hakim sudah benar melihat kebutuhan seorang anak yang masih di bawah umur
dan membutuhkan kedua orang tuanya untuk berkembang terutama secara psikis juga untuk
memenuhi tuntutan penggugat maupun tergugat dalam hak asuh anak sehingga tidak
menguntungkan secara sepihak,usaha mencari jalan tengah untuk mendamaikan kedua belah
pihak secara adil berdasarkan Undang-undang yang telah ditetapkan dan menghasilkan
Penggugat mendapatkan hak pengasuh anak yang Penggugat minta sejak awal putusan ini.

KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan keputusan yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama Makassar,
kewenangan bertindak yang diberikan oleh hakim berbentuk Hak Asuh bahwa Putusan hakim
sudah benar melihat kebutuhan seorang anak yang masih di bawah umur dan membutuhkan
kedua orang tuanya untuk berkembang terutama secara psikis juga untuk memenuhi tuntutan
penggugat maupun tergugat dalam hak asuh anak sehingga tidak menguntungkan secara
sepihak,usaha mencari jalan tengah untuk mendamaikan kedua belah pihak secara adil
berdasarkan Undang-undang yang telah ditetapkan dan menghasilkan Penggugat mendapatkan
hak pengasuh anak yang Penggugat minta sejak awal putusan ini.
Dan dalam kasus tersebut kedua orang tua sebenarnya cakap dalam memiliki hak asuh
namun dalam pertimbangan hakim dan fakta-fakta dijabarkan, Penggugat mendapatkan apa yang
dia gugat terhadap Tergugat.

DAFTAR PUSTAKA

Direksi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. 2017. “PUTUSAN PA MAKASSAR


1898/PDT.G/2017/PA.MKS”,
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/c1d3a88f747fd13da1175700745f3075.
html , diakses pada 13 Oktober 2022 pukul 15.04.

Anda mungkin juga menyukai