“Orang yang beriman selalu menyembunyikan apa yang ada padanya. Jika lisannya
ungkapan yang diucapkan itu. Berusahalah menutupi apa yang telah lahir, dan mohon
kemaafan.”
“Jika dunia dan akhirat datang melayanimu, dengan tanpa susah payah,
ketuklah pintu Tuhanmu dan menetaplah di dalamnya. Bila kamu telah
menetap di dalamnya, akan jelaslah bagimu seperti “buah fikiran.”
(Syeh Abdul Qodir Jaelani)
“Janganlah engkau menuntut imbuhan atas amal perbuatanmu, baik
keduniaan maupun keakhiratan. Janganlah kamu mencari nikmat,
carilah Zat yang memberimu nikmat. Carilah tetangga sebelum
mendapatkan rumah. Dialah Zat yang mewujudkan segala sesuatu, Zat
yang mengaturkannya dan yang wujud sesudah segala sesuatu.
“Para kekasih Allah (aulia) terhadap makhluk adalah buta, tuli dan bisu.
Jika hati mereka telah dekat kepada Allah Azza Wajalla, maka mereka
tidak mendengar dan melihat selain-Nya. Mereka berada pada
kedudukan antara Al-Jalal dan Al-Jamal, tidak berpaling ke kanan
ataupun kiri. Bagi mereka tidak ada belakang, yang ada hanyalah
depan. Manusia, jin, malaikat dan makhluk yang lain melayani mereka.
Para kekasih Allah itu tidak pernah bertindak dan bersikap demi diri dan
nafsunya sendiri. Mereka mencintai sesuatu karena Allah Azza Wajalla
dan membenci sesuatu juga karena-Nya. Semuanya demi Dia, tidak ada
bagian yang diberikan kepada selain-Nya.
“Syirik itu terdapat pada lahir maupun batin. Syirik lahir adalah
menyembah berhala sedangkan syirik batin adalah berpegang kepada
makhluk dan memandang mereka dapat memberi kemudaratan dan
manfa’at.”
“Yang paling beruntung adalah mereka yang mampu ikhlas mulai dari
awal hingga akhirnya.”
“Orang itu dikatakan dekat dengan Allah selama dia meluangkan waktunya
untuk berdzikir setiap hari.”
“Selama hidup di dunia ini, yang terbaik adalah menyelamatkan hati dari
buruk sangka.”
Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah (dalam hatimu) : “Aku
tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya dia
memeluk agama islam dan beramal saleh. Dan bisa jadi di akhir usia, diriku
kufur dan berbuat buruk.”
Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah (dalam hatimu) :
“Orang ini bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena dia bodoh
(tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui
akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak.
Dia tentu lebih baik dariku
Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik
darimu. Ucapkan dalam hatimu : “Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala, jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku”
jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah (dalam hatimu) : “Anak ini belum
bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan diriku telah
banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku.”
“Kefakiran adalah tidak punya sesuatu yang di butuhkan, dan jika tidak
membutuhkan sesuatu maka dinamakan kaya.”
[Syeh Abdul Qodir Jaelani]
”Jika kamu mengerti makna suatu kefakiran, maka semua yang ada selain
Allah adalah fakir, karena membutuhkan sesuatu, dan hanya Allah sendiri
yang kaya, karena Allah tidak membutuhkan sesuatu pertolongan dari
makhluk siapapun.“
[Syeh Abdul Qodir Jaelani]
Ini adalah fakir secara mutlak, fakir secara keseluruhan, namun yang
kita maksudkan disini adalah fakir harta benda.
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fakir, karena memang dia
tidak membawa apa apa ketika dilahirkan, namun dalam mencari harta
setiap orang dapat dilihat dari lima kriteria :
Pertama :
Apa bila dia diberi harta dia tidak suka, dia tidak mengambil harta itu dan
benci, karena dia menjaga dirinya dari kejahatan harta dan bahayanya,
orang seperti ini di namakan orang zuhud, yaitu orang yang memandang
harta sama seperti batu dan tanah dan ini adalah tingkatan tertinggi.
Kedua :
Dia tidak gemar terhadap harta dan tidak pula membencinya, dia zuhud
apa bila memperoleh harta, orang seperti ini di namakan orang yang
ridho.
Ketiga :
Dia suka kepada harta dari pada tidak ada, tetapi kesukaannya itu tidak
sampai membuat dia jadi rakus yang selalu kurang dan ingin bertambah,
dia mau mengambil harta itu jika harta itu tidak syubhat dan halal secara
mutlak, orang yang seperti ini di namakan orang yang qona’ah, yaitu
orang yang menerima dengan ridho apa yang ada ditangannya sendiri,
apa yang telah dimiliki,
Keempat :
Dia tidak punya harta lantaran lemah dan tak bisa mencarinya, dan
seandainya masih mampu tentu di carinya sekalipun berpayah-payah,
dia akan selalu sibuk mencarinya, orang seperti ini sekalipun tak punya
harta, tergolong orang yang rakus dan tercela.
Kelima :
Yang dibutuhkan itu benar benar sangat dibutuhkan, seperti orang
dalam keadaan lapar dan tak punya pakaian, maka mencari harta dalam
keadaan seperti ini sekalipun sangat ingin, bukan di namakan cinta
harta, karena yang tidak di miliki memang sangat di butuhkan.”
[Syeh Abdul Qodir Jaelani]
”Wahai hamba Allah, yang disebut kerja keras itu bukan terletak pada
kekesatan pakaianmu dan makananmu, kerja keras adalah terletak pada
sikap zuhud hatimu.“
[Syeh Abdul Qodir Jaelani]
”Sabar adalah suatu ketentuan, daya positif yang mendorong jiwa untuk
menunaikan kewajiban, selain itu sabar adalah suatu kekuatan.“
[Syeh Abdul Qodir Jaelani]
”Wahai hamba Allah, terkadang Allah Ta’ala menjelaskan hukuman di
dunia ini dengan memberikan ujian dan cobaan yang berbagai bentuk,
seperti cobaan jasmani dan rohani yang berupa panyakit, kecelakaan,
sakit ,gelisah, duka cita, rasa tidak aman, kehilangan harta kekayaan,
kebakaran, di curi orang, dan kematian.“
[Syeh Abdul Qodir Jaelani]
“Ujian dan cobaan yang menimpa manusia itu ada dua penyebab, yaitu:
Disebabkan kedurhakaan terhadap Allah oleh manusia itu sendiri sebagai
balasan untuk menghapus dosa kedurhakaanya itu sendiri, dan agar
manusia menjadi sadar atas kedurhakaanya itu.
Karena takdir Allah sendiri untuk menguji hamba-Nya dan kelak di
akhirat akan di ganti dengan rahmat dan keridhaan-Nya, kalau yang di uji
itu bersabar dan tawakal kepada-Nya.”
[Syeh Abdul Qodir Jaelani]
Yang penting bagi kamu adalah, mendidik hatimu untuk selalu berbuat
baik, tiada guna lidahmu mengajak orang lain, jika dalam hatimu masih
bersarang kotoran dan dosa syirik, bagaimana manusia akan mengikuti
ucapanmu, jika dalam hatimu penuh dengan noda dosa ?!
“Kamu jangan seperti orang munafik, orang yang tidak jujur dan tidak
sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya dengan apa yang di
ucapkannya, obatilah hatimu yang sakit sebelum kamu mengobati orang
lain.”
“Orang mukmin adalah orang yang tidak mau mengikuti kemauan hawa
nafsunya dan hawa setan, jadikanlah hidup di dunia untuk mencari bekal
buat akhirat, dan dalam setiap waktunya selalu dipergunakan untuk
mengabdi dan beribadah kepada-Nya.”
Allah telah berfirman kepada Nabi dan para Rasul untuk menyampaikan
berita gembira dan kabar ancaman !
”Dimanakah rasa syukur dari kamu wahai orang yang berpaling dari
Allah ? wahai orang yang melihat nikmat datang dari selain Allah ?
adakalanya kamu melihat nikmat itu datang dari selain Allah, suatu saat
nanti kamu akan datang menghadap-Nya dan kamu akan melihat
kesombonganmu sendiri.“
“Makhluk dan Khaliq tidak berkumpul. Dunia dan akhirat juga tidaklah
berkumpul dalam satu hati. Ada kalanya makhluk dan ada kalanya
Khaliq di hatimu. Ada kalanya dunia dan ada kalanya akhirat. Ada
kalanya terbayang bahwa makhluk ada di lahirmu sedang Khaliq di
hatimu. Dunia di tanganmu sedang akhirat di hatimu. Adapun di dalam
hati, kedua-duanya tidak berkumpul. Lihatlah kepada jiwamu dan
pilihkan untuknya, jika ia menghendaki dunia maka keluarkanlah akhirat
dari hatimu. Jika ia menghendaki akhirat maka keluarkanlah dunia dari
hatimu. Jika ia menghendaki Tuhan maka keluarkanlah dunia dan
akhirat dan apa yang selain-Nya dari hati.
Selagi di dalam hatimu masih ada sebesar semut yang selain Allah,
maka kamu tidak melihat dekatnya Allah di sisimu, dan tidak bangkit
kejinakan dan ketenangan kepada-Nya. Selagi di dalam hatimu masih
ada dunia sebesar semut kecil, maka kamu tidak melihat akhirat di
hadapanmu. Dan selagi di dalam hatimu terdapat akhirat sebesar semut
kecil, maka kamu tidak melihat dekat kepada Allah.”
(Syeh Abdul Qodir Jaelani)
“Lelah itu selama kamu berkemauan untuk menuju dan berjalan kepada-
Nya. Apabila kamu telah sampai dan habis jarak perjalananmu dan
kamu berada di dalam rumah dekat dengan Tuhanmu maka hilanglah
beban itu.
Maka tetaplah terhibur dengan-Nya yang berada di dalam hatimu, dan
kamu akan bertambah sehingga kamu mengambil sesuatu di samping-
Nya. Mulanya kamu kecil kemudian menjadi besar. Apabila kamu sudah
besar maka hati penuh dengan Allah, maka tidak ada jalan dan tidak
ada sudut bagi hati untuk selain-Nya.
Jika kamu ingin sampai kepada ini, maka jadilah kamu mengikuti
perintah-Nya, mencegah segala larangan-Nya, berserah diri kepada-Nya
dalam kebaikan dan keburukan, kaya dan miskin, mulia dan hina.”
(Syeh Abdul Qodir Jaelani)
”Hati yang baik itu karena adanya takwa dan tawakal kepada Allah
Ta’ala, bertauhid kepada-Nya dan ikhlas dalam beramal serta yakin akan
kerusakan semua itu apa bila tidak ada tindakan-tindakan tersebut.“
(Syeh Abdul Qodir Jaelani)