Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma kraniofasial adalah istilah general yang mengacu pada cedera

wajah atau tengkorak. Hal ini dapat merujuk pada cedera kulit, tulang, gigi, serta

bagian mulut, leher, dan sinus. Trauma maksilofaial adalah nama lain untuk

cedera yang terutama mempengaruhi fitur wajah (Agrawal et al, 2014). Trauma

kraniofasial dapat menjadi cedera menantang untuk klinisi karena cedera ini dapat

mengancam jiwa, dimana dapat membahayakan jalan napas atau menyebabkan

perdarahan, serta dapat menyebabkan kecacatan dan disfigurement (Hardt &

Kessler, 2010).

Sebagian besar cedera kepala dan wajah dialami oleh laki-laki dewasa

muda dengan rasio antara pria dibandingkan wanita mulai dari 3:1 sampai setinggi

11.1:1 dalam literatur. Hal ini dikarenakan fakta bahwa dalam masyarakat, laki-

laki memiliki lebih banyak kebebasan untuk bekerja di luar ruangan dan kegiatan

yang melibatkan pengambilan risiko, membuat mereka lebih rentan terhadap

kecelakaan dan cedera jatuh. Kecelakaan lalu lintas jalan (Road Traffic

Accident/RTA) adalah penyebab paling umum dari trauma kraniofasial. Tercatat

penyebab dari kecelakaan lalu lintas ini disebabkan oleh kelalaian pengemudi,

perawatan kendaraan yang buruk, mengemudi di bawah pengaruh alkohol atau

obat-obatan, atau tidak mematuhi undang-undang lalu lintas (Arslan et al, 2014;

Wood et al, 2001).


Kerangka kraniofasial dapat dibagi menjadi sepertiga atas di atas tepi

orbital superior), sepertiga tengah (midface-superior orbital rim turun melalui

rahang atas), dan sepertiga bawah (mandibula) (Gray, 2010). Cedera dapat

melibatkan tulang frontalis, tulang temporal, tulang hidung, zygoma, maksila, dan

mandibula. Selain etmoid, lakrimal, tulang sphenoid berkontribusi pada bagian

orbita. Cedera fasial bisa dikategorikan menjadi cedera jaringan lunak, cedera

tulang, maupun kombinasi keduanya (Agrawal et al, 2014). Semua pasien dengan

kecurigaan adanya cedera kraniofasial harus digali riwayatnya dengan detail.

Anamnesis harus melibatkan mekanisme cedera, riwayat hilangnya eksadaran,

riwayat medis atau bedah sebelumnya. Pada riwayat cedera dapat ditanyakan

rincian arah dampak dan kecepatan kendaraan (Rajendra et al, 2009).

Pembedahan merupakan intervensi terapeutik utama untuk menghilangkan

jaringan mati pada titik cedera. Iskemia mikrovaskular, stasis, dan adanya edema

pada tepi luka antara area nekrotik jaringan trauma dan jaringan sehat, yang

mungkin rentan untuk terjadi komplikasi iskemia sekunder. Terapi adjuvan

oksigen hiperbarik banyak digunakan utamanya mempengaruhi tepi luka untuk

menghindari terjadinya kolaps pembuluh darah dan mempertahankan jaringan

sehat (Myers, 2003; Nuettner & Wolkenhauer, 2007). Terapi oksigen hiperbarik

digunakan oleh Bouchour dkk untuk membandingkan kemanjuran terapi oksigen

hiperbarik (100% O2 pada 2,5 ATA) dengan pengobatan hiperbarik palsi (21%

O2 pada 1,1 ATA) dalam pengelolaan crush injuries pada 36 pasien. hasil dari

penelitian ini mengungkapkan bahwa 17 kasus yang menerima terapi oksigen

hiperbarik memiliki zona nekrosis yang auh lebih kecil dibandingkan dengan

kelompok satunya (Bouachour et al, 1996) .


Pada kasus dimana terjadi fraktur, terapi oksigen hiperbarik diteliti pada

hewan coba. Diketahui bahwa terapi oksigen hiperbarik meningkatkan aktivitas

osteoklas. Terlebih lagi, terapi oksigen hiperbarik meningkatkan aktivitas

osteoinduktif dari morfogenetik protein tulang manusia. Dalam studi remodeling

fraktur mandibula pada tikus Sprague Dawley, terapi oksigen hiperbarik dikaitkan

dengan peningkatan pertumbuhan tulang trabekula, kecepatan penyembuhan, dan

jumlah pembuluh darah yang masuk area fraktur. Kelompok yang diobati dengan

terapi oksigen hiperbarik menunjukkan tingkat penyembuhan lebih cepat

dibandingkan dengan kelompok kontrol (Barth et al, 1990; Hsieh et al, 2010). Jan

dkk melakukan penelitian untuk menilai pengaruh terapi oksigen hiperbarik pada

demineralisasi matriks tulang dan bifasik kalsium fosfat. Dalam demineralisasi

matriks tulang berukuran kritis, terapi oksigen hiperbarik menghasilkan

peningkatan kecil namun signifikan untuk pembentukan tulang baru. Terapi

oksigen hiperbarik juga menurunkan jumlah jaringan fibrous pada luka (Jan et al,

2010).

Namun, menurut systematic review Cochrane, pengembangan pedoman

yang lebih kuat untuk pengobatan fraktur dengan terapi oksigen hiperbarik masih

membutuhkan studi multisenter dengan jumlah pasien yang cukup (Kirby et al,

2019). Selama proses penyembuhan luka, didapatkan 4 tahapan histologis yang

harus dilalui, yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Beberapa

faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka yang buruk antara lain

karena radiasi, penyakit autoimun, hipoksia, trauma, keganasan, edema,

imobilitas, infeksi, neuropati, dan adanya diabetes melitus (Danesh-Sani et al,

2012). Kandungan oksigen yang rendah mempengaruhi metabolisme jaringan dan


menurunkan ph sehingga memperlambat proses penyembuhan luka. Oksigen

dikenal sebagai faktor yang penting untuk menyediakan kebutuhan energi dan

meningkatkan metabolisme seluler. Tekanan oksigen optimal untuk proliferasi

normal sel pada luka adalah 30 mmHg (Mechem et al, 2019).

Tekanan oksigen yang lebih tinggi akan meningkatkan penyembuhan luka

dnegan merangsang fibroblas untuk memproduksi kolagen dan memulai

angiogenesis. Keputusan pemberian terapi oksigen hiperbarik untuk perawatan

luka dibuat berdasarkan konsep tersebut (Thackham et al, 2008). Penatalaksanaan

luka membutuhkan pendekatan multidisiplin. Terapi oksigen hiperbarik telah

menunjukkan kemampuannya untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan

menurunkan risiko komplikasi bedah pada jaringan lunak. Pemberuan terapi

oksigen hiperbarik profilaksis sebelum pembedahan yang sebelumnya mengalami

iradiasi secara signifikan dapat mengurangi infkesi pasca operasi dan memperceat

penyembuhan luka operasi (Londahl, 2013; Danesh-Sani et al, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fungsi dan estetik pasien

trauma craniofasial yang menggunakan adjuvant TOHB dan evaluasi skor FISS.

Anda mungkin juga menyukai