Progress Pendahuluan Trauma Kraniofasial Dan TOHB
Progress Pendahuluan Trauma Kraniofasial Dan TOHB
PENDAHULUAN
wajah atau tengkorak. Hal ini dapat merujuk pada cedera kulit, tulang, gigi, serta
bagian mulut, leher, dan sinus. Trauma maksilofaial adalah nama lain untuk
cedera yang terutama mempengaruhi fitur wajah (Agrawal et al, 2014). Trauma
kraniofasial dapat menjadi cedera menantang untuk klinisi karena cedera ini dapat
Kessler, 2010).
Sebagian besar cedera kepala dan wajah dialami oleh laki-laki dewasa
muda dengan rasio antara pria dibandingkan wanita mulai dari 3:1 sampai setinggi
11.1:1 dalam literatur. Hal ini dikarenakan fakta bahwa dalam masyarakat, laki-
laki memiliki lebih banyak kebebasan untuk bekerja di luar ruangan dan kegiatan
kecelakaan dan cedera jatuh. Kecelakaan lalu lintas jalan (Road Traffic
penyebab dari kecelakaan lalu lintas ini disebabkan oleh kelalaian pengemudi,
obat-obatan, atau tidak mematuhi undang-undang lalu lintas (Arslan et al, 2014;
rahang atas), dan sepertiga bawah (mandibula) (Gray, 2010). Cedera dapat
melibatkan tulang frontalis, tulang temporal, tulang hidung, zygoma, maksila, dan
orbita. Cedera fasial bisa dikategorikan menjadi cedera jaringan lunak, cedera
tulang, maupun kombinasi keduanya (Agrawal et al, 2014). Semua pasien dengan
riwayat medis atau bedah sebelumnya. Pada riwayat cedera dapat ditanyakan
jaringan mati pada titik cedera. Iskemia mikrovaskular, stasis, dan adanya edema
pada tepi luka antara area nekrotik jaringan trauma dan jaringan sehat, yang
sehat (Myers, 2003; Nuettner & Wolkenhauer, 2007). Terapi oksigen hiperbarik
hiperbarik (100% O2 pada 2,5 ATA) dengan pengobatan hiperbarik palsi (21%
O2 pada 1,1 ATA) dalam pengelolaan crush injuries pada 36 pasien. hasil dari
hiperbarik memiliki zona nekrosis yang auh lebih kecil dibandingkan dengan
fraktur mandibula pada tikus Sprague Dawley, terapi oksigen hiperbarik dikaitkan
jumlah pembuluh darah yang masuk area fraktur. Kelompok yang diobati dengan
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Barth et al, 1990; Hsieh et al, 2010). Jan
dkk melakukan penelitian untuk menilai pengaruh terapi oksigen hiperbarik pada
oksigen hiperbarik juga menurunkan jumlah jaringan fibrous pada luka (Jan et al,
2010).
yang lebih kuat untuk pengobatan fraktur dengan terapi oksigen hiperbarik masih
membutuhkan studi multisenter dengan jumlah pasien yang cukup (Kirby et al,
faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka yang buruk antara lain
dikenal sebagai faktor yang penting untuk menyediakan kebutuhan energi dan
iradiasi secara signifikan dapat mengurangi infkesi pasca operasi dan memperceat
trauma craniofasial yang menggunakan adjuvant TOHB dan evaluasi skor FISS.