A. Kompetensi Inti
KI 1 Religius KI 2
1 Menghayati dan mengamalkan ajaran 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
agama yang dianutnya bertanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai),
santun, responsif, dan pro-aktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 Pengetahuan KI 4 Keterampilan
3 Memahami, menerapkan, dan 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
menganalisis pengetahuan faktual, ranah konkret dan ranah abstrak terkait
konseptual, prosedural, dan dengan pengembangan dari yang
metakognitif berdasarkan rasa ingin dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
tahunya tentang ilmu pengetahuan, dan mampu menggunakan metoda
teknologi, seni, budaya, dan sesuai kaidah keilmuan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah
C. Tujuan Pembelajaran :
Melalui metode Small Group Discussion dan Role Play, peserta didik diharapkan dapat:
Menganalisis makna Syaja’ah(berani membela kebenaran) dalam kehidupan sehari-hari,
Menyajikan kaitan antara syaja’ah (berani membela kebenaran)dengan upaya mewujudkan
kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, Menunjukkan sikap Syaja’ah(berani membela
kebenaran) dalam mewujudkan kejujuran, dan Meyakini bahwa Islam mengharuskan
umatnya untuk memiliki sifat Syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam mewujudkan
kejujuran.
D. Materi Pembelajaran :
• Pengertian syaja’ah
• Dalil tentang syaja’ah
• Pengertian kejujuran
• Dalil Kejujuran
• Macam-macam kejujuran dan contohnya
• Tanda-tanda orang yang memiliki sifat syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam
mewujudkan kejujuran
• Perilaku orang yang memiliki sifat syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam
mewujudkan kejujuran
• Hikmah memiliki sifat syaja’ah (berani membela kebenaran) dalam mewujudkan
kejujuran
E. Metode Pembelajaran :
Small Group Discussion dan Role Play
F. Media Pembelajaran :
• Laptop dan LCD Projector
• Power point tentang Syaja’ah(berani membela kebenaran) dalam mewujudkan kejujuran
• Naskah skenario drama
• Stopwatch
G. Sumber Belajar :
• Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahannya
• Kemendikbud RI, Buku teks siswa PAI dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI,
2014
• MGMP PAI SMA Kabupaten Klaten, Modul PAI dan Budi Pekerti Kelas XI Semester I
• Kitab Tafsir (al-Maraghi, Jalalain, dll).
• Kitab Hadits Kutubussittah
• Internet (www.kangmasroer.com)
H. Langkah-langkah Pembelajaran:
Pertemuan Ke-1
HOTS/4C/
Alokasi
NO Kegiatan Pembelajaran Karakter/
Waktu
Literasi
Pendahuluan
1. Peserta didik menjawab salam guru Pembinaan Karakter
2. Guru mengecek kehadiran, kerapihan Pembinaan Karakter
berpakaian peserta didik dan kebersihan kelas
3. Salah satu peserta didik untuk memimpin doa Pembinaan Karakter
4. Peserta didik membaca ayat-ayat Al-Qur’an Literasi
yang berkaitan dengan materi
5. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru Pembinaan Karakter
tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai
6. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru Pembinaan Karakter 15
tentang tahapan kegiatan pembelajaran yang Menit
akan dilakukan
7. Peserta didik diberikan appersepsi dan motivasi Pembinaan Karakter
dengan tayangan video tentang kisah tokoh
yang memiliki sifat syaja’ah
8. Peserta didik mengajukan pertanyaan HOTS
bagaimana hubungan antara tayangan video
dengan materi tadarus yang dibaca sebelumnya
Kegiatan Inti: Small Group Discussion
Pertemuan Ke-2
HOTS/4C/
Alokasi
NO Kegiatan Pembelajaran Karakter/
Waktu
Literasi
Pendahuluan
1. Peserta didik menjawab salam guru Pembinaan Karakter
2. Guru mengecek kehadiran, kerapihan Pembinaan Karakter
berpakaian peserta didik dan kebersihan kelas
3. Salah satu peserta didik untuk memimpin doa Pembinaan Karakter
15
4. Peserta didik membaca ayat-ayat Al-Qur’an Literasi
Menit
yang berkaitan dengan materi
5. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru Pembinaan Karakter
tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai
6. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru Pembinaan Karakter
HOTS/4C/
Alokasi
NO Kegiatan Pembelajaran Karakter/
Waktu
Literasi
tentang tahapan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan
7. Peserta didik diberikan appersepsi dan motivasi Pembinaan Karakter
dengan tayangan video tentang tokoh yang
memiliki sifat kejujuran
8. Peserta didik mengajukan pertanyaan HOTS
bagaimana hubungan antara tayangan video
dengan materi tadarus yang dibaca sebelumnya
Kegiatan Inti: Role Play
Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tidak menjadi penakut dan
pengecut. Karena rasa takut dan pengecut akan membawa kegagalan dan kekalahan. Keberanian
adalah tuntutan keimanan. Iman pada Allah Swt. mengajarkan kita menjadi orang-orang yang
berani menghadapi beragam tantangan dalam hidup ini. Tantangan utama yang kita hadapi
adalah memperjuangkan kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan. Rasulullah
saw. menjelaskan dalam sabdanya:
Islam tidak menyukai orang yang lemah/penakut. Orang yang lemah/penakut biasanya tidak
berani untuk mempertahankan hidup sehingga gampang putus asa. Ketakutan itu diantaranya
karena takut dikucilkan dari lingkungannya. Takut karena berlainan sikap dengan banyak orang
atau takut untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan.
Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syaja’ah. Syaja’ah menurut bahasa artinya berani.
Sedangkan menurut istilah syaja’ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela
dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syaja’ah dapat diartikan
keberanian yang berlandaskan kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.
Ayat tersebut melarang manusia (umat Islam) memiliki sikap lemah, dan memerintahkan untuk
memiliki sikap berani. Salah satu alasan manusia harus berani adalah manusia merupakan
makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya dan memiliki
kedudukan tinggi jika beriman kepada Allah. Sementara orang yang beriman kepada Allah tidak
memiliki rasa takut terhadap selain Allah.
Jujur memiliki arti kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat dengan kenyataan
yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, dikatakan benar/jujur, tetapi
kalau tidak, dikatakan dusta. Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk berlaku benar baik
dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu
dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah/9: 119)
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan
suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Ketika berani mengatakan “tidak”
untuk korupsi, berusaha menjauhi perilaku korupsi. Jangan sampai mengatakan tidak,
kenyataannya ia melakukan korupsi. Demikian juga seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai
seorang yang jujur karena dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal
hatinya tidak. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan
lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik. Ciri-ciri orang munafik adalah dusta,
ingkar janji, dan khianat, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut ini:
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda “Tanda orang munafik
itu ada 3, yaitu: Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya
khianat.” (HR. Bukhari Muslim)
Ibnul Qayyim berkata, dasar iman adalah kejujuran (kebenaran), sedangkan dasar nifaq adalah
kebohongan atau kedustaan. Tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan
melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah Swt. menegaskan bahwa tidak ada
yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali
kejujurannya (kebenarannya).
Artinya: “Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari
kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah riḍa kepada mereka dan mereka pun riḍa kepada-
Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S. al-Māidah/5: 119)
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur. Karena kejujuran merupakan akhlak mulia yang
akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad
saw. yang artinya: “Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. bersabda:“Sesungguhnya
jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga....” (HR. Bukhari)
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik
sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan
kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari
segala keburukan. Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur akan
dipermudah rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu diteladani, karena kejujurannya,
Nabi Muhammad saw. dipercaya oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih
banyak lagi. Ini artinya Nabi Muhammad saw. akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar
lagi, dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi akan mendapat kemudahan. Banyak contoh dalam
kehidupan sehari-hari tentang hikmah perilaku jujur. Kamu dapat mencari contohnya.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya.
Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk menutupi kebohongan yang
diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong
sekali kemudian sadar dan mengakui kebohongannya itu sehingga terputus mata rantai
kebohongan.
Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur
membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membat hati jadi was-was. Contoh seorang
siswa yang tidak jujur kepada orang tua dalam hal uang saku, pasti nuraninya tidak akan tenang
apabila bertemu. Apabila orang tuanya mengetahui ketidakjujuran anaknya, runtuhlah
kepercayaan terhadap anak tersebut. Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-
tumpuk berisiko menjadi penyakit.
D. Macam-Macam Kejujuran
Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau niat, jujur dalam
perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
1. Jujur dalam niat dan kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam
rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai riḍa-Nya. Jujur sesungguhnya berbeda
dengan pura-pura jujur. Orang yang pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
2. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi, kecuali
untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi perang, mendamaikan
dua orang yang bersengketa, dan semisalnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya,
yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan
dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat
tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan
jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah berbeda
antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu
pekerjaan sesuai dengan yang diriḍai Allah Swt. dan melaksanakannya secara terus-menerus dan
ikhlas.
Merealisasikan kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun jujur dalam
perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak untuk jujur itu lemah, adakalanya
pula menjadi kuat.
E. Petaka Kebohongan
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, betapa berartinya sebuah kejujuran karena kejujuran akan
membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke surga. Sebaliknya, betapa
berbahayanya sebuah kebohongan. Kebohongan akan menghantarkan pelakunya tidak dipercaya
lagi oleh orang lain. Ketika seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan
menyelewengkan kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan
yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.
Artinya: “...Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa
yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.’’ (Q.S. Āli ‘Imrān/3: 161)
Dalam hadis Rasulullah saw. mengingatkan:
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra., dia berkata; Rasulullah saw., bersabda, “Akan datang kepada
manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan
orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah
justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu, Ruwaibidhah berbicara.” Ada sahabat
yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang
turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)
Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah ialah menunaikan dengan
baik terhadap hak-hak Allah Swt. dan hak-hak manusia tanpa terpengaruh oleh perubahan
keadaan, baik susah maupun senang.
Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai arti sebuah kejujuran. Kejujuran akan
membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan dapat membawa ke surga. Sebaliknya, betapa
berbahayanya sebuah kebohongan. Kebohongan akan mengantarkan pelakunya tidak dipercaya
oleh orang lain.
Ketika seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan kebenaran untuk
tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah
membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.
Artinya: “...Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa
yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.’’ (Q.S. Ãli ‘Imron/3: 161)
Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan
kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al- Jumahi menuturkan kepada kami dari
Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu
pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya,
sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu,
Ruwaibidhah berbicara.” Ada sahabat yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”
Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (H.R.
Ibnu Majah).
Menjaga amanah ialah menunaikan dengan baik terhadap hak-hak Allah Swt. dan hak-hak
manusia tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.
G. Hikmah Perilaku Jujur
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan
diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
2. Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
3. Selamat dari azab dan bahaya.
4. Dijamin masuk surga.
5. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.
Kita harus menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berperilaku jujur, baik kepada
Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur,
kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus
menyadari dan mengetahui akibat dari kebohongan sehingga kita bisa menjauhi sifat buruk
tersebut. Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnya kepercayaan orang lain terhadap kita,
susah mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, susah mendapat pekerjaan karena tidak
dipercaya.
Berperilaku jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, tetapi percayalah, buah manis akan
didapat di akhirnya. Perilaku jujur bisa diterapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-
hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal.
Rangkuman
1. Jujur adalah mengatakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Lawan jujur
adalah dusta, yaitu mengatakan atau melakukan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang
sebenarnya.
2. Jujur merupakan sebagian dari ruh agama. Barangsiapa yang berbuat jujur, ia akan
memperoleh kebaikan, dan sedang menuju surga.
3. Ada beberapa jenis jujur dilihat dari perilakunya, yaitu; jujur dalam berbuat, jujur dalam
perkataan, jujur dalam niat, jujur dalam berjanji.
4. Kejujuran bisa melemah karena melemahnya tekad, kejujuran juga bisa melemah akibat
pergaulan.
5. Jujur bisa dilakukan di mana saja: di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
1. Penilaian KI 1 dan KI 2
a. Instrumen Observasi
Skala
No Pernyataan
1 2 3 4
1 Menunjukkan kejujuran saat ulangan sebagai implementasi
sikap Syaja’ah (berani membela kebenaran)
2 Membiasakan diri mengakui kesalahan sebagai
implementasi sikap Syaja’ah (berani membela kebenaran)
Keterangan:
1 = kurang
2 = cukup
3 = baik
4 = Sangat baik
Keterangan:
Sangat Setuju = 4 dan skor yang diperoleh 4/4 x 100 = 100
Setuju = 3 dan skor yang diperoleh 3/4 x 100 = 75
Kurang setuju = 2 dan skor yang diperoleh 2/4 x 100 = 50
Tidak setuju = 1 dan skor yang diperoleh 1/4 x 100 = 25
Nilai Akhir
Nilai akhir = jumlah skor maksimal x 100
500
2. Penilaian KI 3
- Tes Tulis
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e yang dianggap sebagai jawaban yang
paling tepat!
2. Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu
menuntun ke surga. Ungkapan tersebut mengandung arti ....
a. jujur sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
b. jujur menyebabkan kenyamanan dalam berperilaku
c. jujur membuat pelakunya selalu gelisah
d. jujur membawa keberkahan dalam hidup
e. jujur perlu dijunjung tinggi agar hidup tenteram
3. Ikhlas dalam melakukan sesuatu, tanpa dicampuri oleh kepentingan-kepentingan dunia. Jenis
jujur seperti ini termasuk kategori ….
a. jujur dalam berbuat
b. jujur dalam berkata
c. jujur dalam niat
d. jujur dalam berjanji
e. jujur dalam bertekad
4. Perhatikan ungkapan berikut ini: “Jikalau Allah Swt. memberikan kepadaku harta, aku akan
membelanjakan sebagian di jalan Allah Swt.” Jenis jujur seperti ini termasuk kategori ….
a. jujur dalam berbuat
b. jujur dalam berkata
c. jujur dalam niat
d. jujur dalam berjanji
e. jujur dalam bertekad
5. Orang yang tidak jujur atau dusta disebut orang munafik. Salah satu ciri orang munafik
adalah....
a. jika bekerja ingin upah
b. jika berkata ingin didengar
c. jika berbuat ingin dilihat
d. jika berjanji tidak ditepati
e. jika dipercaya ia amanah
Penilaian
• Skor penilaian jawaban soal pilihan ganda adalah:
jumlah jawaban benar x 2 (skor maksimal 5 x 2 = 10).
• Soal Uraian
Setiap nomor akan memperoleh skor maksimal 20 pada soal nomor 1- 3 dan skor 15 pada
soal nomor 4 – 5.
Rubrik Penilaian
No Rubrik Skor
1 • Jika peserta didik dapat menjawab 4 macam jawaban, skor 20. 20
• Jika peserta didik dapat menjawab 3 macam jawaban, skor 15.
• Jika peserta didik dapat menjawab 2 macam jawaban, skor 10.
• Jika peserta didik menjawab 1 macam jawaban, skor 5.
• Jika jawaban peserta didik salah, skor 1.
2 • Jika peserta didik dapat menjawab 4 macam jawaban, skor 20. 20
• Jika peserta didik dapat menjawab 3 macam jawaban, skor 15.
• Jika peserta didik dapat menjawab 2 macam jawaban, skor 10.
• Jika peserta didik menjawab 1 macam jawaban, skor 5.
• Jika jawaban peserta didik salah, skor 1.
3 • Jika peserta didik dapat menjawab 4 macam jawaban, skor 20. 20
• Jika peserta didik dapat menjawab 3 macam jawaban, skor 15.
• Jika peserta didik dapat menjawab 2 macam jawaban, skor 10.
• Jika peserta didik menjawab 1 macam jawaban, skor 5.
• Jika jawaban peserta didik salah, skor 1
4 • Jika peserta didik dapat menjawab 4 macam jawaban, skor 15. 15
• Jika peserta didik dapat menjawab 3 macam jawaban, skor 10.
• Jika peserta didik dapat menjawab 2 macam jawaban, skor 5.
• Jika peserta didik menjawab 1 macam jawaban, skor 3.
• Jika jawaban peserta didik salah, skor 1.
5 • Jika peserta didik dapat menjawab 4 macam jawaban, skor 15. 15
• Jika peserta didik dapat menjawab 3 macam jawaban, skor 10.
• Jika peserta didik dapat menjawab 2 macam jawaban, skor 5.
• Jika peserta didik menjawab 1 macam jawaban, skor 3.
• Jika jawaban peserta didik salah, skor 1.
Unjuk Kerja
Aspek yang dinilai
No Nama Skor
Kejelasan Kebenaran Kedalaman
Rubrik Penilaian
• Jika dapat memberikan informasi sangat jelas, benar dan mendalam maka skor 100.
• Jika dapat memberikan informasi dengan jelas, benar dan mendalam maka skor 75.
• Jika dapat memberikan informasi cukup jelas, benar dan cukup mendalam maka skor 50.
• Jika kurang dapat memberikan informasi dengan jelas, benar dan kurang mendalam maka
skor 25.
Keterangan:
1 = kurang
2 = cukup
3 = baik
4 = Sangat baik
00-60 = kurang
60-79 = cukup
80-90 = baik
90-100 = sangat baik