PENELITIAN NORMATIF
C. LATAR BELAKANG
membawa misi sosial yaitu melayani kaum dhuafa, pasien yang datang adalah
tersebut telah bergeser kepada fungsi komersial. Hal ini dilakukan untuk
1
2
perawatan terbatas. Sekarang rumah sakit telah menjadi institusi sosial. Menurut
Kesehatan. Selanjutnya menurut Pasal 8 ayat (2) Permenkes RI Nomor 532 Tahun
1982, untuk memperoleh ijin dari Menteri Kesehatan rumah sakit dimiliki dan
dan dimiliki oleh masyarakat maupun swasta harus berbentu badan hukum,
dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta. Rumah sakit
pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh Depkes, Pemda, ABRI dan BUMN.
Rumah sakit swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan dan Badan
Hukum lain yang bersifat sosial. Namun dengan telah diundangkannya PP Nomor
20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham oleh Perusahaan PMA dan Permenkes
Swasta Pemodal, maka telah terbuka peluang untuk rumah sakit berbentuk
Perseroan Terbatas.
didirikan di berbagai daerah di Indonesia. Sampai saat ini, terdapat 1056 rumah
sakit, yang terdiri dari 428 RS Pemerintah, 111 RS ABRI/POLRI, 452 RS Swasta
Sebagian rumah sakit swasta didirikan oleh yayasan atau perkumpulan sosial,
yang terhormat. Sudah tentu rumah sakit seperti ini membawa misi sosial dan
karena itu tidak profit making. Mungkin karena sifat non profit making inilah ada
kesan bahwa rumah sakit seperti ini dikelola dengan asal “jalan” dan semata-mata
Rumah sakit harus membayar teknologi kedokteran, listrik, air, dapur, dan bahkan
imbalan jasa dokter dan paramedik dengan mengikuti harga pasar. Dalam keadaan
inilah, dari segi manajemen, rumah sakit yang selama ini lebih mementingkan
mancanegara, yang telah membawa berbagai produk barang dan jasa yang sangat
sarat dengan kandungan pengetahuan tingkat dunia. Dunia usaha di Indonesia saat
ini menghadapi berbagai macam tantangan, yaitu adanya persaingan ketat, juga
mengalami hal yang sama dengan kondisi dunia usaha lainnya. Biaya produksi
rumah sakit yang profit making, seperti RS Pondok Indah atau RS Gleneagles
yang keduanya berbentuk Perseroan Terbatas (PT), tarif dapat ditingkatkan seiring
berjumlah 64, namun hanya ada 6 RS yang memiliki Jumlah Tempat Tidur
(selanjutnya ditulis JTT) diatas 150. Bila dibandingkan kualitas dengan rumah
Jawa Timur tahun 2005, dapat diketahui bahwa terdapat 525 amal usaha di bidang
kesehatan. Dari 525 amal usaha di bidang kesehatan tersebut, 64 berupa rumah
sakit Islam (RSU, RSIKA, RSJ, dan RSAB), dan lainnya adalah balai pengobatan
dan atau rumah bersalin yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Amal
usaha di bidang kesehatan ini merupakan amal usaha yang paling dapat dirasakan
5
umum.
tidak merata. Apabila dilihat per-propinsi maka Jawa tengah dan Jawa Timur
dengan JTT sebanyak 220, sedangkan RSU PKU Muhammadiyah Bantul dimiliki
oleh PDM Bantul dengan JTT sebanyak 103 (Trisnantoro, 2006: 4-5).
dana bantuan dari donatur dalam maupun luar negeri untuk keperluan
menutup biaya operasional. Keadaan ini telah membuat esensi awal dari
masyarakat miskin sebagai wujud fungsi sosial rumah sakit menjadi hilang.
2. Tujuan pemilik RS Keagamaan dan para dokter berubah, dimana rumah sakit
menjadi tempat untuk mendapatkan dana dan penghasilan. Hal ini berbeda
dengan masa lampau dimana Pemilik rumah sakit mencarikan dana dan dokter
6
bekerja dengan dasar misi sosial keagamaan. Saat ini motivasi para dokter
3. RS Keagamaan praktis bergerak di segmen kelas menengah dan atas. Hal ini
disebabkan sumber dana untuk fungsi sosial rumah sakit harus diperoleh oleh
internal rumah sakit sendiri, bukan berasal dari pihak luar. Misi sosial menjadi
beban rumah sakit karena menggunakan subsidi silang. Beban ini tidak ada
berkompetisi.
daerah. Sumber dana bervariasi antara PP, PDM dan PCM. Tidak ada yang
bagi hasil.
7
4. Investasi untuk pengembangan selanjutnya berasal dari Sisa Hasil Usaha yang
5. Ada tradisi mengembangkan RS dari dana yang berasal dari RS yang ada lebih
dulu. Dana dapat berupa pinjaman lunak atau semacam “pinjaman” saja tanpa
Adapun dari pemerintah adalah dana KS/Askes Gakin. Sumber dana dana dari
Gakin cukup membantu karena dapat menutup sebagian hutang pasien tak
8. Dana dari RS dianggap paling lancar. Ada RS yang membiayai panti asuhan
9. Salah satu sumber dana adalah dari diskon obat yang diberikan terlebih
10. RS sebagai amal usaha maka berkewajiban membayar SWO (Simpanan Wajib
60 juta ke PP sebagai SWO, RS lain ada sebesar Rp. 10 juta setiap bulan atau
bervariasi.
8
11. 5-10% dari SHU (ditentukan sendiri oleh pemilik masing-masing) digunakan
diketahui.
12. Jasa medik relatif lebih kecil dibandingkan dengan rumah sakit lainnya.
13. Mayoritas direksi RS Muhammadiyah bekerja bukan full timer. Jika seorang
dokter maka pekerjaan fungsional masih jalan dimana prkatek pada jam kerja.
kalinya direktur. Hal ini menimbulkan kesenjangan dengan direksi non dokter,
untuk mengelola rumah sakit dengan efisien tanpa mengurangi mutu pelayanan,
D. PERUMUSAN MASALAH
adalah:
E. TUJUAN PENELITIAN
F. MANFAAT PENELITIAN
berfungsi sosial.
G. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian korporasi
usaha yang bergerak di bidang bisnis atau biasa disebut sebagai perusahaan,
seperti halnya pengertian korporasi yang terdapat dalam Black’s Law Dictionary
authority under law to act as single person distinct from the shareholders who
putus, dengan terang-terangan, dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba
akan tetapi justru perusahaan sebagai perbuatan, yaitu hanya meliputi kegiatan
artinya baru dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba rugi yang
dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan. Laba merupakan tujuan utama
setiap perusahaan, maka jika tidak ada laba, hal tersebut bukan perusahaan. Polak
berbeda dengan yang dirumuskan dalam Pasal 1 huruf b UU Nomor 3 Tahun 1982
usaha yang bersifat tetap dan terus menerus, dan yang didirikan,
bentuk cara kerja, wadah kerja dan bentuk/besar kecilnya tanggung jawab
pengurus/para anggotanya;
2). Menghasilkan laba yang diperoleh dari hasil pemasaran barang jasa yang
adalah badan usaha. Badan usaha tersebut dapat dijalankan oleh perorangan,
Pada dasarnya bila ditinjau dari sudut yuridisnya, maka badan usaha itu
dapat dibedakan atas (Ali, 1999: 109; Hadhikusuma & Sumantoro, 1991: 11;
a). Badan usaha yang merupakan badan hukum, antara lain: Perseroan
b). Badan usaha yang bukan badan hukum, antara lain: Firma,
Badan Usaha Milik Negara (UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
13
Milik Negara), CV dan Firma (Pasal 16 – Pasal 35 Kitab Undang -undang Hukum
rechtspersoon (van Hoeve, 1986: 403) dan bahasa Inggris yaitu legal persons
4). Ada organisasi yang teratur (Syahrani, 1985: 61-62; Rido, 1983: 45-60;
formal adalah syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan permohonan untuk
mendapatkan status sebagai badan hukum. Dalam hal penentuan status badan
hukum atau bukan bagi suatu badan usaha, tidak terlepas dari peranan hukum
14
badan hukum adalah setelah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan
badan hukum (misalnya BRI); dan tidak dinyatakan secara tegas, tetapi dengan
peraturan sedemikian rupa bahwa organisasi itu adalah badan hukum, misalnya
dibedakan menjadi:
agama;
3). Badan hukum yang didirikan untuk maksud-maksud tertentu yang tidak
terbatas.
1). Teori yang berusaha ke arah peniadaan persoalan badan hukum, antar alain
berhak. Termasuk teori ini adalah teori organ dan teori kekayaan bersama.
2). Teori lainnya yang hendak mempertahankan persoalan badan hukum, yaitu
teori fiksi, teori harta kekayaan yang bertujuan, dan teori kenyataan yuridis.
15
Menurut teori fiksi yang diajarkan oleh Van Savigny, adanya badan
hukum itu merupakan anggapan saja yang diciptakan oleh Negara, sebab
Teori kekayaan yang diajarkan oleh Brinz dan van der Heijden, adanya
badan hukum diberi kedudukan sebagai orang disebabkan badan ini mempunyai
hak dan kewajiban yaitu hak atas harta kekayaan dan dengan harta kekayaan itu
memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga. Oleh karena itu badan tersebut
memiliki hak dan kewajiban, maka berarti ia merupakan pendukung hak dan
kewajiban. Kekayaan yang dimiliki bdan hukum tersebut biasanya berasal dari
kekayaan seseorang yang dipisahkan dari kekayaan orang yang bersangkutan dan
Teori organ diajarkan oleh Von Goerke, badan hukum merupakan suatu
kenyataan seperti manusia dan bukan merupakan suatu anggapan saja. Oleh
karena itu bdan hukum seperti manusia, yaitu mempunyai alat kelengkapan atau
organ sebagaimana organ tubuh manusia, seperti: alat berpikir dan alat bertindak.
Contoh, di dalam PT, alat perlengkapan organisasi adalah RUPS, Direksi dan
Komisaris.
Teori realita yuridis diajarkan oleh Suyling dan Scholten, badan hukum
disamakan dengan manusia adalah suatu kenyataan yuridis, yaitu fakta yang
diciptakan oleh hukum. Adanya badan hukum itu karena ditentukan oleh hukum.
1). Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medik professional
2). Rumah sakit adalah tempat dimana orang mencari dan menerima pelayanan
3). Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan
1947).
17
perawatan medik pasien yang masuk rumah sakit. Rumah sakit bukan merupakan
badan usaha dalam arti perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan di bidang
harta kekayaan).
rumah sakit pada saat ini bervariasi. Selanjutnya pengertian rumah sakit di
sebagai berikut.
1). Suatu kompleks atau ruang yang dipergunakan untuk menampung dan
2). Kamar-kamar orang sakit yang berada dalam satu perumahan khusus, seperti:
1) Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
semua jenis penyakit dari yang bersifat pelayanan dasar sampai dengan sub
spesialistik.
3) Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit umum yang dipergunakan untuk
diketahui, pengertian rumah sakit menurut Permenkes Nomor 159b Tahun 1988
ternyata lebih lengkap dan terperinci. Pengertian rumah sakit disamping sebagai
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Kesan rumah sakit hanya sebagai
kesehatan.
kesehatan di rumah sakit adalah kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan,
rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan
penunjang medik.
Permenkes Nomor 159b Tahun 1988, maka rumah sakit dapat diselenggarakan
dan dimiliki oleh pemerintah atau swasta. Rumah sakit pemerintah dapat dimiliki
dan diselenggarakan oleh Depkes, Pemda, ABRI dan BUMN. Rumah sakit swasta
dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan dan Badan Hukum lain yang bersifat
20
Pemodal, maka telah terbuka peluang untuk rumah sakit berbentuk Perseroan
Terbatas.
Sesuai dengan perkembangan yang dialami, pada saat ini rumah sakit
2) Menurut filosofi yang dianut, yaitu rumah sakit yang tidak mencari
(profit hospital).
4) Menurut lokasi rumah sakit, yaitu rumah sakit pusat, propinsi, dan kabupaten.
karakteristik dan misi-misi non profit making hospital adalah sebagai berikut.
2) Rumah sakit tidak akan menaikkan harga yang akan mengarah pada
sakit ini akan menghargai pelayanannya hanya pada titik diperlukan untuk
Sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Permenkes 159b Tahun 1988,
bahwa setiap rumah sakit harus berbentuk badan hukum. Selanjutnya menurut
Pasal 3 Permenkes Nomor 159b Tahun 1988, bahwa rumah sakit dapat dimiliki
dan diselenggarakan oleh Pemerintah dan Swasta. Rumah sakit pemerintah dapat
dimiliki oleh Depkes, Pemda, BUMN, dan ABRI. Sementara itu, rumah sakit
swasta dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan dan Badan Hukum sosial
lainnya. Namun dengan adanya Permenkes Nomor 84 Tahun 1990 maka rumah
Perseroan Terbatas).
2). Direksi
Dalam lalu lintas hukum hubungan hukum rumah sakit merupakan organ
merupakan badan hukum, oleh karena itu dibebani hak dan kewajiban.
hukum inilah rumah sakit melibatkan tenaga kesehatan seperti yang ditentukan
dalam Pasal 2 ayat (1) PP Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
dibuat oleh rumah sakit sebagai badan hukum selaku pihak yang memberi
untuk rumah sakit swasta dituangkan dalam akta pendirian Yayasan (lihat UU
ditulis UU Yayasan) (dapat juga bentuk badan hukum lain, tergantung siapa
Salah satu contoh kelembagaan rumah sakit swasta yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh Yayasan. Organ yayasan terdiri dari Pembina (Pasal 28-30
yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara (Pasal 32 ayat (2) UU Yayasan).
yayasan, ada lembaga direksi yang mengerjakan kegiatan rumah sakit sehari-hari.
bersifat otonom, tetapi lahir karena adanya pelimpahan wewenang yang diberikan
kepada pengurus yayasan. Di lain pihak apabila dalam hal tertentu pengurus
Direksi bertanggung jawab atas tugas-tugas yang berkaitan dengan fumgsi rumah
ada medical staff. Anggota medical staff terdiri dari para dokter spesialis yang
direkrut oleh rumah sakit. Keterlibatan medical staff ini bukan sebagai pekerja
Secara yuridis medical staff ini tidak mempunyai arti, karena mereka
bukan merupakan bagian tetap dari organ rumah sakit yang diberi status sebagai
badan hukum oleh hukum, dan juga tidak mempunyai kewenangan seperti halnya
pengurus dan direksi rumah sakit. Dari segi fungsinya medical staff ini
24
direktur rumah sakit, dan secara struktur berada di bawah direktur yang
dilakukan oleh komite medik yang secara struktural berada di bawah direktur
perlindungan hukum baik bagi pasien maupun dokter dan tenaga kesehatan
lainnya. Di sinilah peran dan fungsi hukum pada umumnya dan hukum kesehatan-
kedokteran pada khususnya dalam organisasi rumah sakit, yaitu di satu pihak
mengatur batas-batas tanggung jawab etik rumah sakit terhadap dokter dan tenaga
kesehatan lainnya, dan di lain pihak tanggung jawab hukum rumah sakit terhadap
masyarakat pada umumnya dan pasien pada khususnya (Koeswadji, 1998: 112).
yang dimaksud dengan fungsi sosial sarana kesehatan adalah bahwa dalam
pelayanan kesehatan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-
Kode Etik Rumah Sakit 1986 sudah ada pernyataan: Rumah sakit
keuntungan, karena rumah sakit bukan suatu badan usaha yang berbentu
rumah sakit yang berfungsi sosial. Adapun penjabaran tentang fungsi sosial
dari kapasitas tempat tidur yang tersedia, sedangkan bagi rumah sakit
1) Menyediakan jumlah tempat tidur kelas III atau kelas khusus untuk
kesehatan.
pelayanan prima. Menurut penulis, dalam praktek fungsi sosial ini hanya semata-
mata diterjemahkan ke dalam bentuk tarif ruang rawat kelas III atau kelas khusus,
bukan biaya pelayanan yang sebenarnya. Tarif tersebut hanya mencakup subsidi
untuk biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit bagi komponen pelayanan umum
non medik, seperti sewa tempat tidur dan sebagian dari kamar, makam dan
pemakaian sprei. Biaya ini biasanya tidak terlalu besar variasinya antar pasien di
rumah sakit. Selain itu, pasien ruang rawat kelas III juga menerima subsidi dari
dokter yang merawatnya dalam bentuk jasa medik gratis, bukan dari rumah sakit
sendiri.Adapun biaya yang harus ditanggung sendiri oleh pasien meliputi biaya
untuk membeli obat, membeli bahan dan barang habis pakai untuk tindakan
27
3. Syirkah
dengan Sharikah atau shirkah atau syirkah (Nyazee, 2002: 13; An Nabhani, 1990:
146-158).
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi'il mâdhi),
artinya menjadi sekutu atau serikat (Kamus Al-Munawwir, 1984: 765). Kata
dasarnya boleh dibaca syirkah, boleh juga dibaca syarikah. Akan tetapi, menurut
Al-Jaziri dalam Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-Arba‘ah, 3/58, dibaca syirkah lebih
id=49&idjudul=8).
mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi
dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya (An-Nabhani, 1990: 146; Dahlan,
2001: 193).
Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua
pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan
http://alsofwah.or.id/cetakekonomi.php?id=49&idjudul=8).
28
1). Madzhab Maliki, syirkah adalah suatu ijin untuk bertindak hukum bagi dua
2). Madzhab Syafi’i, syirkah adalah adanya hak bertindak hukum bagi dua orang
3). Madzhab Hanafi, syirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-orang yang
esensi yang sama bahwa syirkah merupakan ikatan kerjasama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih dalam perdagangan. Apabila akad syirkah telah disepakati,
maka semua pihak berhak bertindak hukum dan mendapat keuntungan terhadap
b. Hukum Syirkah
berupa taqrir (pengakuan) beliau terhadap syirkah. Pada saat beliau diutus sebagai
nabi, orang-orang pada saat itu telah bermuamalah dengan cara ber-syirkah dan
Hurairah ra: Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari
dua pihak yang ber-syirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang
lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku keluar dari keduanya. (HR Abu
1). QS. An Nisa 12: "…tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang,
2). QS. Al Anfal 41: "Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh
rampasan perang adalah milik Rasulullah dan kaum muslimin secara kolektif
harta tersebut.
3). Riwayat yang shahih bahwa al-Barra bin Azib dan Zaid bin Arqam keduanya
dan nasi’ah. Berita itu sampai kepada Rasulullah Maka beliau memerintahkan
agar menerima barang-barang yang mereka beli dengan kontan dan menolak
c. Rukun Syirkah
Rukun syirkah yang pokok ada 3 (tiga) yaitu: (1) ijab-kabul, disebut juga
shighat ; (2) dua pihak yang berakad (‘âqidâni), syaratnya harus memiliki
yang disebut juga ma‘qûd ‘alayhi, yang mencakup pekerjaan (amal) dan/atau
modal (mâl) (Al-Jaziri, 1996: 69; Al-Khayyath, 1982: 76; 1989: 13).
30
Adapun syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu: (1) obyek akadnya berupa
misalnya akad jual-beli; (2) obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar
keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk (mitra usaha) (An-
Syirkah itu ada dua macam (An-Nabhani, 1990: 148-156; Al Mushlih &
1). Syirkah Hak Milik (Syirkah Amlak), yaitu persekutuan antara dua orang atau
lebih dalam kepemilikan salah satu barang dengan salah satu sebab
2). Syirkah Transaksional (Syirkah Uqud), yaitu akad kerjasama antara dua orang
berikut:
1). Syirkah 'Inan: yaitu persekutuan dalam modal, usaha dan keuntungan. Yaitu
kerjasama antara dua orang atau lebih dengan modal yang mereka miliki
bersama untuk membuka usaha yang mereka lakukan sendiri, lalu berbagi
keuntungan bersama. Jadi modal berasal dari mereka semua, usaha juga
2). Syirkah Abdan (syirkah usaha), yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih
dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh mereka, seperti kerjasama sesama
dokter di klinik, atau seorang tukang jahit atau tukang cukur dalam salah satu
Maliki, namun Imam Syafi'ie melarangnya (Nyazee, 2002, 101, 185, 207,
215).
3). Syirkah Wujuh, yaitu kerjasama dua pihak atau lebih dalam keuntungan dari
apa yang mereka beli dengan nama baik mereka. Tak seorangpun yang
dibolehkan menurut kalangan Madzhab Hanafi dan Hambali, namun tidak sah
menurut kalangan Madzhab Maliki dan Syafi'i (Nyazee, 2002, 101, 198, 209,
218).
yang beraliansi memiliki modal, usaha dan hutang piutang yang sama, dari
unsur penjaminan dan hak-hak yang sama dalam modal, usaha dan hutang.
Kerjasama ini juga dibolehkan menurut mayoritas ulama, namun dilarang oleh
Syafi'i. Kemungkinan yang ditolak oleh Imam Syafi'i adalah bentuk aplikasi
lain dari Syirkah Mufawadhah, yaitu ketika dua orang melakukan perjanjian
32
untuk bersekutu dalam memiliki segala keuntungan dan kerugian, baik karena
harta atau karena sebab lainnya (Nyazee, 2002: 110, 190, 229, 231).
5). Syirkah Mudhârabah, yaitu syirkah antara dua pihak atau lebih dengan
H. METODE PENELITIAN
1.Tipe Penelitian
sumber hukum dalam arti filosofis yuridis (Marzuki, 2005: 137-139) untuk
Rumah Sakit. Selanjutnya penelitian ini juga mencari bentuk konsep penerapan
33
nilai Islam.
Penelitian ini akan mengakaji asas- asas yang berlaku umum atau
kelembagaan rumah sakit dan ajaran Islam tentang syirkah (badan usaha).
2. Bahan Penelitian
dilakukan dengan studi pustaka yang mengkaji bahan hukum (Marzuki, 2005: 44).
Bahan hukum sebagai bahan penelitian diambil dari bahan kepustakaan yang
berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier dan
analisis, yaitu:
e) Doktrin, pendapat dan kesaksian dari ahli hukum baik yang tertulis
Bahan hukum baik primer, sekunder mapun tersier serta bahan non
2) Departemen terkait
1). Bahan hukum primer, sekunder dan tersier akan diperoleh melalui
yang terkait, dan akhirnya semua data tersebut di atas akan disusun
3). Bahan Hukum sekunder yang merupakan pendapat dari ahli hukum
Bahan hukum dan bahan non hukum yang diperoleh dalam penelitian ini
data umum tentang konsepsi hukum baik berupa asas-asas hukum, postulat serta
ajaran-ajaran (doktrin) dan pendapat para ahli yang dirangkai secara sistematis
36