Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan berkomunikasi di depan umum merupakan salah satu bagian

dari kecemasan komunikasi. Dalam disiplin ilmu komunikasi, rasa malu atau

kecemasan tersebut dikenal dengan Communication Apprehension (CA), yaitu

rasa cemas dengan tindak komunikasi yang akan dan sedang dilakukan dengan

orang lain (a sence of anxiety with elther real or anticipated communication

with others). Kecemasan dalam berkomunikasi ini dalam realitasnya merupakan

suatu bentuk perilaku yang normal dan bukan menjadi persoalan yang serius

bagi setiap orang sepanjang individu tersebut mampu mereduksi

Communication Apprehension (CA ) yang dihadapinya, sehingga tingkat

kecemasannya tidak mengganggu atau berpengaruh terhadap tindak komunikasi

yang dilakukannya. Namun, apabila kecemasan tersebut sudah bersifat

patologis, maka individu tersebut akan menghadapi permasalahan pribadi yang

bersifat serius, seperti misalnya usaha untuk selalu mengindari berkomunikasi

dengan orang lain atau di depan umum yang pada akhirnya akan mengarah pada

ketidak inginan individu tersebut untuk berkomunikasi.

Orang yang aprehensif (prihatin atau takut) di dalam berkomunikasi akan

menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk berkomunikasi

jika terdesak saja. Bila kemudian ia terpaksa berkomunikasi, sering

pembicaraannya tidak relevan, sebab berbicara yang relevan tentu akan

mengundang reaksi yang baik dari orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Whalen bahwa individu yang mampu berkomunikasi dengan baik di depan


umum akan dianggap lebih pintar, lebih menarik, dan mampu menjadi

pemimpin. Orang yang kurang mampu berkomunikasi dengan baik di depan

umum mempunyai kemungkinan besar untuk gagal dalam presentasi karena

tidak dapat mempengaruhi orang lain, meskipun ia mempunyai ide yang bagus.

Hal ini diperkuat dengan survai berskala nasional pada tahun 1993 yang

dilakukan terhadap 1000 orang dewasa, mengajukan pertanyaan tentang hal-hal

yang menjadi mimpi buruk atau kecemasan orang Amerika. Ternyata berbicara

di depan suatu kelompok adalah teror utama yang menakutkan 45% orang

dewasa di Amerika; 40% takut masalah keuangan; 40% takut ketinggian, 33 %

merasa gemetar ketika mereka berpikir tentang air yang dalam.

Dari segi gender, ternyata persentase wanita lebih tinggi, 54% persen

wanita dibandingkan 34% pria merasa takut berbicara di depan suatau

kelompok.

Tabel 1.1
Kecemasan Orang Amerika Menurut Jenis Kelamin

Kecemasan Orang Amerika Wanita (%) Pria (%)


Berbicara di depan kelompok 54 34
Masalah keuangan 42 38
Ketinggian 50 29
Air dalam 45 19
Kematian 34 28
Penyakit 34 21
Serangga dan hama 34 13
Kesendirian 27 18
Terbang 30 15
Mengendarai/naik mobil 13 7
Anjing 11 8
Kegelapan 14 4
Elevator 13 4
Eskalator 13 4
Sumber: Bruskin/Goldring Research Report, Februari 1993, hlm. 4 (Berko,
Wolvin dan Wolvin 1995:529).
Oleh karena itu, sudah selayaknya berkomunikasi di depan umum dilatih

sejak dini sebelum ia siap untuk berkomunikasi di depan umum (berdakwah).

Kemampuan berkomunikasi di depan umum merupakan salah satu modal utama

yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa. Sebagai kelompok yang mengeyam

pendidikan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mampu menuangkan ide dan

pikirannya secara lisan, termasuk pada saat mereka diminta tampil di depan

umum. Demikian pula dengan mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Islam Labuhanbatu, mereka pun dituntut untuk terampil

berbicara tidak hanya dalam kegiatan yang berkaitan dengan perkuliahan, tetapi

mereka juga dituntut untuk mampu berbicara di depan umum. Kompetensi

mahasiswa dalam berbicara di depan umum telah menjadi tuntutan yang

sewajarnya sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kecemasan komunikasi?

2. Apa saja bentuk-bentuk kecemasan komunikasi?

3. Bagaimana cara mengatasi kecemasan komunikasi?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu kecemasan komunikasi.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari kecemasan komunikasi.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kecemasan komunikasi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecemasan Komunikasi

Pembahasan mengenai kecemasan berkomunikasi tidak dapat dilepaskan dari

wacana kecemasan secara umum. Menurut Atkinson (1996: 212) kecemasan adalah

emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti

“Kekhawatiran”, “Keprihatinan”, dan “Rasa Takut”, yang kadang-kadang dialami

dalam tingkat yang berbeda-beda. Sedangkan kecemasan komunikasi di depan umum

adalah suatu perasaan yang terancam, tidak menyenangkan dengan diikuti oleh reaksi

fisik dan psikis akibat kekhawatiran tidak mampu menyesuaikan atau menghadapi

situasi pada saat berbicara di depan umum (publik speaking) tanpa sebab khusus yang

pasti, yang muncul sebelum atau selama berkomunikasi di depan umum. Reaksi yang

muncul pada saat cemas antara lain adalah perasaan yang tidak jelas, tidak berdaya, dan

tidak pasti apa yang akan dilakukan. Kecemasan sering timbul dalam menghadapi

masalah sehari-hari. Misalnya mahasiswa Fakultas Dakwah saat berkomunikasi di

depan umum.

Bagi beberapa mahasiswa, berkomunikasi di depan umum adalah hal yang

menakutkan. Kecemasan tentu akan muncul sebelum atau pada saat berbicara di depan

umum. Apalagi jika mahasiswa tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman atau

pertama kali berbicara di depan umum. Sebenarnya bagi mahasiswa yang berulang kali

berkomunikasi di depan umum pun bisa mengalami hal yang sama. Mungkin

perbedaannya adalah ia bisa mengelola rasa cemas sehingga pengendalian diri lebih

terjaga. Hal itu karena ia sudah terlatih dan mempunyai pengalaman sebelumnya.

Pengalaman dan pengetahuan berkomunikasi di depan umum memang sangat penting

dalam berkomunikasi di depan umum.


Kecemasan berkomunikasi yang dialam pembicara berpengaruh terhadap

proses pesan yang sampaikan. Dalam buku The Interpersonal Communication

Book (Devito,2001:80), mengungkapkan bahwa kecemasan berkomunikasi

merujuk pada rasa malu, keengganan berkomunikasi, ketakutan berbicara di

depan umum, dan sikap pendiam dalam interaksi komunikasi. Kecemasan

berkomukasi pada mahasiswa saat berbicara di depan umum banyak dialami

saat berada dalam situasi tertentu. Kecemasan komunikasi yang semakin

meningkat dapat menghambat komunikasi antar kelompok yaitu antara

pembicara dengan audien.

Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi, salah satunya adalah

kecemasan yang dialami dalam lingkup komunikasi. Kecemasan dalam

melakukan komunikasi diungkapkan oleh West & Turner (2008:18) sebagai

kecemasan komunikasi yaitu ketakutan berupa perasan negatif yang dirasakan

individu dalam melakukan komunikasi, biasanya berupa perasaan tegang, gugup

atau pun panik ketika melakukan komunikasi.

Kecemasan komunikasi dapat di istilahkan reticence, yaitu

ketidakmampuan individu untuk mengikuti diskusi secara aktif,

mengembangkan percakapan, menjawab pertanyaan yang diajukan di kelas,

yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi karena

ketidakmampuan dalam menyusun kata-kata dan ketidakmanpuan menyakinkan

pesan secara sempurna, meskipun sudah dipersiapkan sebelumnya.


Sedangkan menurut Devito, (1986:16) kecemasan komunikasi dapat

dipahami dalam dua perspektif, yaitu:

1. Perspektif kognitif (cognitive). Dintjau dari perspektif kognitif.

“Communication apprehension is a fear of enanging in communication

transaction”. Kecemasan komunikasi adalah perasaan takut atau tingkat

kegelisahan dalam transaksi komunikasi. Dalam perspektif ini seseorang

cenderung untuk membangun perasaan negatif serta memperkirakan hasil-

hasil yang negatif pula dari transaksi komunikasi yang dilakukan. Artinya,

rasa cemas atau takut akan selalu membayangi dirinya dari transaksi

komunikasi.

2. Perspektif behavioral (Behaviorally). Dintinjau dari perspektif behavioral,

“Communication apprehension is a decrease in the frequency, the strengt

and the likelihood of enanging in communication transactions”.

Kecemasan komunikasi adalah pengurangan frekuensi, kekuatan dan

ketertarikan dalam transaksi komunikasi. Gejala yang nampak dari

perspektif ini bahwa seseorang akan menghindari situasi komunikasi

apabila itu mengharuskan mereka untuk ikut ambil bagian atau

berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi. Pada situasi ini,

sedapat mungkin merekan mengambil sedikit peran. Terdapat beberapa

istilah yang digunakan dalam memahami gejala ini, seperti demang

panggung (stage fright), kecemasan berbicara (speech enxiety), atau stress

kerja (performance stress). Gejala-gejala tersebut muncul manakala

seseorang harus bekerja dibawah pengawasan orang lain.


Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

komunikasi yaitu ketakutan, kekhawatiran, berupa perasaan negatif yang

dirasakan individu dalam melakukan komunikasi, biasanya berupa perasaan

tegang, gugup, atau pun panik yang dialami individu dalam melakukan

komunikasi ketika berada di dalam situasi tertentu, baik dalam situasi

komunikasi yang nyata atau pun komunikasi yang akan dilakukan individu

dengan orang lain maupun dengan orang banyak.

B. Bentuk-Bentuk Kecemasan Komunikasi

Menurut McCroskey (1984), berdasarkan lokasi dan lawan berbicara, kecemasan

berbicara terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Kecemasan berbicara di depan umum (about public speaking). Kecemasan

berbicara dapat terjadi saat individu melakukan komunikasi di depan khalayak

ramai seperti saat berpidato atau memberikan presentasi pada suatu forum.

2. Kecemasan berbicara di dalam pertemuan (about speaking in meeting).

Kecemasan berbicara dapat terjadi saat individu berada dalam situasi formal

seperti saat rapat.

3. Kecemasan berbicara dalam diskusi kelompok (speaking group discussion).

Kecemasan berbicara dapat terjadi saat individu di dalam sebuah kelompok

kecil. Saat berada dalam diskusi kelompok kecil individu memberikan argumen,

respon, dan tanggapan dalam diskusi tersebut yang melibatkan penilaian dan

atensi peserta diskusi.

4. Kecemasan berbicara saat interaksi dua arah (in dyadic interaction). Kecemasan

berbicara saat individu melakukan percakapan dengan orang lain.


Berdasarkan bentuk-bentuk kecemasan yang terjadi, kecemasan berbicara dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Unwillingness. Unwillingness adalah tidak adanya minat individu melakukan

berbicara di depan umum, sehingga ada usaha untuk menghindar bila melakukan

kegiatan tersebut.

2. Unrewarding. Unrewarding adalah tidak adanya penghargaan atau peningkatan

hukuman atas komunikasi yang pernah dilakukan individu. Pengalaman tersebut

menjadikan individu mengalami kecemasan bila dikemudian hari berbicara di

muka umum lagi.

3. Uncontrol. Uncontrol adalah ketidakmampuan individu melakukan kontrol

terhadap situasi, peralatan, dan tempat komunikasi sehingga menyebabkan

kecemasan.

Faktor Penyebab Terjadinya Kecemasan Berbicara


Kecemasan berbicara terjadi pada individu disebabkan oleh perasaan-perasaan
dan memperkirakan hasil-hasil yang negatif sebagai hasil keterlibatannya dalam
interaksi komunikasi. Menurut Devito (1995), beberapa faktor yang menjadi penyebab
terjadinya kecemasan berbicara adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya keahlian dan pengalaman
Seseorang yang mempunyai sedikit pengalaman dan keterampilan atau sama sekali tidak
mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam menghadapi situasi berbicara di depan
umum, maka akan lebih besar kemungkinannya untuk mengalami kecemasan ketika
dihadapkan pada situasi berbicara di depan umum daripada orang yang sudah
berpengalaman dan mempunyai keterampilan yang berkaitan dengan berbicara di depan
umum.
b. Tingkat evaluasi
Apabila seseorang mengetahui atau menganggap bahwa dirinya akan dievaluasi ketika
sedang berbicara di depan umum, maka akan semakin besar kecemasan yang terjadi.
c. Status lebih rendah
Ketika seseorang merasa bahwa orang lain adalah komunikator yang lebih baik atau
tahu lebih banyak daripada dirinya dalam hal berkomunikasi di depan umum, maka
kecemasan yang muncul pada diri orang tersebut akan lebih besar.
d. Tingkat kemungkinan menjadi pusat perhatian
Semakin seseorang merasa dirinya sebagai pusat perhatian, maka akan semakin besar
kemungkinan orang tersebut merasa cemas. Berbicara di depan umum jauh lebih
mencemaskan daripada berbicara di dalam kelompok kecil. Ketika berbicara di depan
umum, seseorang secara otomatis akan menjadi pusat perhatian.
e. Tingkat kemungkinan terprediksi situasi
Semakin suatu situasi tidak dapat diprediksi, maka semakin besar kemungkinan
munculnya kecemasan berbicara di depan umum. Terlebih apabila berada dalam situasi
baru yang membingungkan dan tidak dapat diprediksi sebelumnya, maka akan semakin
besar pula kemungkinan timbulnya kecemasan berbicara di depan umum.
f. Tingkat perbedaan
Ketika seseorang merasa berbeda dengan pendengar atau komunikan, maka dapat
menyebabkan orang tersebut merasa cemas. Semakin besar perbedaan yang dirasakan
seseorang atau komunikator dengan para komunikan, maka akan semakin besar pula
kemungkinan seseorang mengalami kecemasan.
g. Sukses dan gagal sebelumnya
Sukses yang dirasakan seseorang sebelumnya pada saat berbicara di depan umum dapat
menurunkan tingkat kecemasan ketika ia berbicara di depan umum pada kesempatan
berikutnya. Demikian pula sebaliknya, kegagalan berbicara di depan umum sebelumnya
dapat dianggap sebagai peringatan bahwa kemungkinan akan mengalami kegagalan
dalam situasi selanjutnya.

C. Cara Mengatasi Kecemasan Komunikasi


Ada beberapa cara yang bisa dilakukan diantarnya yaitu;
1. Persiapkan diri secara mental dan fisik
Menurut para ahli, kita dibangun untuk menunjukkan kecemasan dan mengenalinya
pada orang lain. Jika tubuh dan pikiran Anda cemas, audiens Anda akan
memperhatikan. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan diri Anda sebelum
pertunjukan besar agar Anda tiba di panggung dengan percaya diri, tenang, dan siap.
Pemanasan
Jika Anda gugup, kemungkinan besar tubuh Anda akan merasakan hal yang
sama saat takut. Tubuh Anda menjadi tegang, otot-otot Anda terasa kencang atau Anda
berkeringat dingin. Penonton akan melihat Anda gugup.
Jika Anda mengamati bahwa inilah yang terjadi pada Anda beberapa menit sebelum
pidato, lakukan beberapa peregangan untuk mengendurkan dan merilekskan tubuh
Anda. Lebih baik melakukan pemanasan sebelum setiap pidato karena membantu
meningkatkan potensi fungsional tubuh secara keseluruhan. Tidak hanya itu,
meningkatkan efisiensi otot, meningkatkan waktu reaksi dan gerakan Anda.
Berikut adalah beberapa latihan untuk mengendurkan tubuh Anda sebelum waktu
pertunjukan:
 Leher dan gulungan bahu – Ini membantu meredakan ketegangan dan tekanan
otot tubuh bagian atas saat gulungan fokus pada memutar kepala dan bahu,
mengendurkan otot. Stres dan kecemasan bisa membuat kita kaku di area ini
yang bisa membuat Anda merasa gelisah, terutama saat berdiri.
 Peregangan lengan – Kita sering menggunakan bagian otot ini selama pidato
atau presentasi melalui gerakan tangan dan gerakan. Peregangan otot-otot ini
dapat mengurangi kelelahan lengan, mengendurkan Anda dan meningkatkan
jangkauan bahasa tubuh Anda.
 Pinggang liku – Letakkan tangan Anda di pinggul Anda dan memutar pinggang
Anda dalam gerakan melingkar. Latihan ini berfokus pada melonggarkan daerah
perut dan punggung bawah yang penting karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dan rasa sakit, yang selanjutnya memperkuat kecemasan yang
mungkin Anda alami.
Tetap terhidrasi
Pernah merasa kering beberapa detik sebelum berbicara? Dan kemudian naik ke
atas panggung dengan suara serak dan serak di depan penonton? Hal ini terjadi karena
adrenalin dari demam panggung menyebabkan mulut Anda terasa kering.
Untuk mencegah semua itu, penting bagi kita untuk tetap terhidrasi dengan baik
sebelum berpidato. Seteguk air akan membantu. Namun, minumlah secukupnya
sehingga Anda tidak perlu ke kamar mandi terus-menerus.
Cobalah untuk menghindari minuman manis dan kafein, karena bersifat diuretik – yang
berarti Anda akan merasa lebih haus. Ini juga akan memperkuat kecemasan Anda yang
mencegah Anda berbicara dengan lancar.
Merenungkan
Meditasi terkenal sebagai alat yang ampuh untuk menenangkan pikiran dan
membuang rasa takut. Dan Harris dari ABC, pembawa acara akhir pekan Nightline dan
Good Morning America dan penulis buku berjudul 10% Happier , merekomendasikan
bahwa meditasi dapat membantu individu untuk merasa jauh lebih tenang, lebih cepat.
Meditasi seperti latihan untuk pikiran Anda. Ini memberi Anda kekuatan dan fokus
untuk menyaring hal-hal negatif dan gangguan dengan kata-kata penyemangat,
kepercayaan diri, dan kekuatan.
Meditasi mindfulness, khususnya, adalah metode populer untuk menenangkan diri
sebelum naik ke panggung besar. Latihan ini melibatkan duduk dengan nyaman, fokus
pada pernapasan Anda dan kemudian membawa perhatian pikiran Anda ke masa kini
tanpa hanyut ke dalam kekhawatiran tentang masa lalu atau masa depan – yang mungkin
termasuk menggelepar di atas panggung.
2. Fokus pada tujuan Anda
Satu hal yang dimiliki oleh orang-orang yang takut berbicara di depan umum
adalah terlalu fokus pada diri mereka sendiri dan kemungkinan gagal.
Apakah saya terlihat lucu? Bagaimana jika saya tidak ingat harus berkata apa? Apakah
saya terlihat bodoh? Apakah orang akan mendengarkan saya? Apakah ada yang peduli
dengan apa yang saya bicarakan?’
Alih-alih berpikir seperti ini, alihkan perhatian Anda ke satu tujuan Anda yang
sebenarnya – menyumbangkan sesuatu yang bernilai kepada audiens Anda.
Tentukan kemajuan yang Anda ingin audiens Anda buat setelah presentasi Anda.
Perhatikan gerakan dan ekspresi mereka untuk menyesuaikan ucapan Anda untuk
memastikan bahwa mereka memiliki waktu yang baik untuk meninggalkan ruangan
sebagai orang yang lebih baik.
3. Ubah hal negatif menjadi positif
Ada dua sisi yang terus-menerus berjuang di dalam diri kita – satu dipenuhi
dengan kekuatan dan keberanian sementara yang lain adalah keraguan dan
ketidakamanan. Yang mana yang akan Anda beri makan?
‘Bagaimana jika saya mengacaukan pidato ini? Bagaimana jika saya tidak cukup lucu?
Bagaimana jika saya lupa harus berkata apa?’
Tidak heran mengapa banyak dari kita yang tidak nyaman memberikan presentasi. Yang
kami lakukan hanyalah menjatuhkan diri sebelum kami mendapat kesempatan untuk
membuktikan diri. Ini juga dikenal sebagai self-fulfilling prophecy – keyakinan yang
menjadi kenyataan karena kita bertindak seolah-olah sudah ada. Jika Anda berpikir
Anda tidak kompeten, maka pada akhirnya itu akan menjadi kenyataan.
4. Pahami konten Anda
Mengetahui konten Anda di ujung jari Anda membantu mengurangi kecemasan
Anda karena ada satu hal yang perlu dikhawatirkan. Salah satu cara untuk mencapainya
adalah dengan berlatih berkali-kali sebelum pidato Anda yang sebenarnya.
Namun, menghafal naskah Anda kata demi kata tidak dianjurkan. Anda bisa membeku
jika Anda melupakan sesuatu. Anda juga akan mengambil risiko terdengar tidak wajar
dan kurang mudah didekati.
5. Latihan menjadi sempurna
Seperti kebanyakan orang, banyak dari kita tidak terbiasa berbicara di depan
umum. Jarang sekali individu berjalan ke audiens yang besar dan menyajikan dengan
sempurna tanpa penelitian dan persiapan apa pun.
Bahkan, beberapa presenter top membuatnya terlihat mudah selama showtime karena
mereka telah menghabiskan banyak waktu di belakang layar dalam latihan yang
mendalam. Bahkan pembicara hebat seperti mendiang John F. Kennedy akan
menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan pidatonya sebelumnya.

Selain itu untuk mengatasi kecemasan komunikasi perlu adanya konsep diri,
Konsep diri merupakan sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi
pembahasan dalam ranah ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008: 6). Shavelson,
Hubner, & Stanton (1976) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi
seseorang terhadap dirinya sendiri, dimana persepsi ini dibentuk melalui pengalaman
dan interprestasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Marsh (1990) juga menambahkan
bahwasanya konsep diri merupakan nilai dari hasil proses pembelajaran yang dilakukan
dan dari hasil situasi psikologis yang diterima. Menurut Purkey (1987: 112), konsep diri
merupakan totalitas dari kepercayaan terhadap diri individu, sikap dan opini mengenai
dirinya, dan individu tersebut merasa hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada dirinya.
Menurut Rice & Gale(1975: 109) konsep diri terdiri dari berbagai aspek, misalnya aspek
sosial, aspek fisik, dan moralitas.
Konsep diri merupakan suatu proses yang terus selalu berubah, terutama pada
masa kanak-kanak dan remaja. Menurut Gage danBerliner (1998: 11) selain merupakan
cara bagaimana individu melihat tentangdiri mereka sendiri, konsep diri juga mengukur
tentang apa yang akan dilakukandimasa yang akan datang, dan bagaimana mereka
mengevaluasi performa diri mereka. Konsep diri merupakan hal yang penting dalam
kehidupan sebab pemahaman seseorang mengenai konsep dirinya akan menentukan dan
mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif, maka
akan negatiflah perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri seseorangtinggi, maka
positiflah perilaku seseorang tersebut (Fits dan Shavelson, dalamYanti, 2000: 4).
Hurlock (1999: 77) juga menambahkan bahwasanya konsep diri individu dapat
menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam hubungannya dengan
masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi, salah satunya adalah


kecemasan yang dialami dalam lingkup komunikasi. Kecemasan dalam
melakukan komunikasi diungkapkan oleh West & Turner (2008:18) sebagai
kecemasan komunikasi yaitu ketakutan berupa perasan negatif yang dirasakan
individu dalam melakukan komunikasi, biasanya berupa perasaan tegang, gugup
atau pun panik ketika melakukan komunikasi.
Menurut McCroskey (1984), berdasarkan lokasi dan lawan berbicara,
kecemasan berbicara terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Kecemasan bicara di
depan umum, Kecemasan bicara didalam pertemuan, Kecemsan berbicara dalam
diskusi kelompok, Kecemasan berbicara saat intraksi dua arah.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecemasaan
komunikasi diantaranya yaitu; Persiapkan diri secara mental dan fisik, Fokus
pada tujuan, Ubah hal negatif menjadi positif, Pahami konten anda, Latihan
menjadi sempurna. Selain itu untuk mengatasi kecemasan komunikasi perlu
adanya konsep diri.

B. Saran
Penjabaran makalah mengenai Kecemasan Komunikasi, saya sarankan
kepada pembaca agar memahami apa yang dimaksud dengan kecemasan
komunikasi serta tahu bagaimana cara mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bodie, G.D. 2010. A Racing Heart, Rattling Knees, and Ruminative Thoughts:
Defining, Explaining, and Treating Public Speaking Anxiety. Communication
Education Journal.
Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan Berkomunikasi
Secara Lisan pada Remaja. Jurnal Manasa, Vol.1, No.1.
Ririn, A.M. 2013. Hubungan antara Keterampilan Komunikasi dengan
Kecemasan Berbicara di depan Umum. Jurnal Ilmiah Konseling.
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rogers, N. 2008. Berani Bicara di Depan Publik. Bandung: Nuansa.
McCroskey, J.C. 1984. The Communication Apprehension Perspective In JA
Daly, & JC McCroskey. Avoiding Communication.
Nevid, J.S. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Stuart, W.G. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Devito, A.J. 1995. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper
Collins Cllege Publishers.
KECEMASAN KOMUNIKASI

Makalah

Oleh;
Fitriani BR Hasibuan
Rani Ritonga
Nurjailani
Rika wati
Winda lestari

Mata Kuliah ; Retorika


Dosen pengampuh ; Sabrina Hidayana, M.Pd

PRODI : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM LABUHANBATU

TAHUN 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isi
yang sangat sederhana yang berjudul “KECEMASAN KOMUNIKASI”

Semoga makalah ini dapat membantu menambah wawasan dan pengetahuan bagi
para pembaca, dipergunakan sebagai salah satu acuan, dan petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca . Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya
harapkan kepada para pembaca agar memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Rantauprapat, 3 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………….................................................................................. ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat....................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1.KECEMASAN KOMUNIKASI………………………………………....... 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14

Anda mungkin juga menyukai