Anda di halaman 1dari 15

KASUS GANGGUAN

KECEMASAN
BERBICARA DI DEPAN
UMUM (GLOSSOPHOBIA)
Nama Kelompok:
1.Mahival Duivah S (NIM 20191770001)
2.Berliani Chamrotu B (NIM 20191770006)
3.Liona Amalia D (NIM 20191770007)
4.Dingga Aliyyah A (NIM 20191770057)
5.Sovia Putri A (NIM 20191770066)
6.Novia Putri A (NIM 20191770076)
7.Maharani Dwiantri M (NIM 20191770083)
8.Alifia Shafa Sabila (NIM 20191770119)
BAB 01
PENDAHULUAN
Pendapat Miler (dalam Daryanto, 2011), komunikasi sebagai situasi yang
memungkinkan suatu sumber untuk mentransmisikan suatu pesan kepada
seorang peneriman dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Dalam lingkungan pendidikan, siswa dituntut untuk aktif dalam berkomunikasi,
baik kepada teman maupun kepada guru, disaat situasi tanya jawab mata
pelajaran, presentasi di kelas, maupun hanya berbicara santai kepada teman.
Namun sayangnya, masih banyak siswa yang takut untuk berkomunikasi atau
berbicara di depan umum.
Seperti dalam kasus pada anak SMP, banyak dari siswa maupun
siswi yang takut untuk berbicara di depan umum. Ketika pada situasi di
mana siswa ditunjuk oleh guru untuk maju menjawab soal yang
diberikan, namun siswa hanya memilih diam dan tidak menjawabnya
karena adanya rasa takut yang muncul. Tidak hanya pada situasi saat
proses belajar mengajar di kelas, namun pada saat seminar atau
penyuluhan pada sesi tanya jawab biasanya siswa juga lebih cenderung
memilih diam dan tidak mau bertanya. Disini siswa yang takut berbicara
di depan umum biasanya disebut Glossophobia.
Glossophobia adalah salah satu jenis gangguan fobia sosial dimana
penderita merasa ketakutan akan berbicara di depan umum sehingga
memungkinkan akan menganggu aktivitas sosial, baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan sosial lainnya bagi penderita.
Glossophobia ini terjadi karena pikiran bawah sadar mengambil alih
kesadaran dan menganggap situasi sosial sebagai ancaman, sehingga
tubuh akan merespon dengan menghindari situasi tersebut. (Khusner
dalam Khan, dkk., 2015), takut berbicara di depan umum
mempengaruhi pembicara secara fisiologis, misalnya, mulut kering,
peningkatan tekanan darah, wajah memerah, berkeringat, napas tidak
teratur, dan emosional, karena mereka takut akan dihina dan tampak
bodoh. Menurut Wallechinsky (dalam Fatma, 2012), “Berbicara di
depan umum merupakan ketakutan yang tertinggi dari 10 ketakutan
yang dialami oleh manusia”.
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa Glossophobia
dapat diderita oleh siapa saja termasuk juga siswa, bahkan
orang dewasa juga bisa menderita fobia ini. Apabila penderita
Glossophobia tidak ditangani langsung akan berakibat fatal
bagi siswa karena siswa akan terus merasakan ketakutan dan
kesulitan untuk mengatakan apa yang diinginkannya sehingga
orang-orang disekitarnya tidak akan paham dengannya.
Perkembangan siswa pun juga ikut terganggu, siswa akan sulit
untuk bertanya bila tidak paham dengan mata pelajaran
sehingga siswa tersebut akan tertinggal oleh teman-temannya.
BAB
02
PEMBAHASAN
1. Ada beberapa alasan seseorang memiliki rasa
takut berbicara di depan umum, antara lain:

Pengalaman masa lalu yang 1 2 Kurangnya rasa percaya


negatif (trauma) diri atau harga diri

Lemahnya kesadaran akan 3 4 Takut membuat kesalahan


diri sendiri atau mengatakan hal yang
salah

Takut ditertawakan dan


Takut menjadi pusat 5 6 takut lupa apa yang harus
perhatian
dikatakan
2. Sesuai dengan teori anxiety, dimana suatu keadaan aprehensi
atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan segera terjadi (Nevid,dkk 2005) kasus ini berkaitan
Counselling Center, University of Wisconsin Stout dalam
Werhadiantiwi (2014) mendefinisikan ketakutan berbicara di depan
umum (glossophobia) adalah suatu hal yang melibatkan rasa takut
untuk dinilai atau dievaluasi oleh orang lain. Ketakutan ini sering
disertai dengan berbagai reaksi fisik dan emosional yang signifikan
dan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berhasil
memberikan pidato atau presentasi. Glossophobia berhubungan
dengan teori anxiety, karena hal itu tergolong dalam phobia sosial
(Anxiety Disorders Association of Canada (dalam Werhadiantiwi,
2014).
2. Sesuai dengan teori anxiety, dimana suatu keadaan aprehensi
atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan segera terjadi (Nevid,dkk 2005) kasus ini berkaitan
Counselling Center, University of Wisconsin Stout dalam
Werhadiantiwi (2014) mendefinisikan ketakutan berbicara di depan
umum (glossophobia) adalah suatu hal yang melibatkan rasa takut
untuk dinilai atau dievaluasi oleh orang lain. Ketakutan ini sering
disertai dengan berbagai reaksi fisik dan emosional yang signifikan
dan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berhasil
memberikan pidato atau presentasi. Glossophobia berhubungan
dengan teori anxiety, karena hal itu tergolong dalam phobia sosial
(Anxiety Disorders Association of Canada (dalam Werhadiantiwi,
2014).
3.Dalam pendidikan formal khususnya Guru Bimbingan
dan Konseling (BK) harus berusaha eksta dalam
memberikan motivasi untuk siswa yang mengalami
glossophobia. Adapun strategi yang dapat digunakan
dalam mengurangi ketakutan berbicara (glossophobia)
di depan umum siswa diantaranya adalah dengan
hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan proses terapi yang
dilakukan ketika klien atau konseli telah memasuki
kondisi relaksasi atau santai. Jadi dalam strategi ini,
Guru BK membantu konseli untuk berada dalam
kondisi rileks dan nyaman untuk membantu mengatasi
glossophobiasiswa.
Berbagai metode juga banyak digunakan dalam mengatasi masalah
glossophobia siswa, seperti penelitian Werhadiantiwi (2014) yang
berjudul Penerapan Konseling Kelompok Dengan Teknik Self Intruction
Untuk Mengurangi Tingkat Glossophobia Pada Siswa Kelas XI IPS-1 Di
SMA Negeri 1 Gedangan. Ratnasari (2012) meneliti Peggunaan
Konseling Kelompok Dengan Kombinasi Strategi Reframing dan Self
Modelling Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Berbicara Di Depan
Umum. Nuryono (2016) meneliti Penerapan Konseling Naratif Untuk
Mengurangi Tingkat Glossophobia Siswa Kelas X SMAN 13 Surabaya.
Adapun teknik yang dapat diterapkan adalah teknik
regression therapy, Gunawan (2012a) menyatakan
teknik regression therapy atau age regression therapy
adalah teknik yang digunakan untuk membawa klien
mundur ke masa lampau guna menemukan akar
masalah dan melakukan terapi. Penderita
Glossophobia diduga berkaitan dengan kehidupan
masa lalunya. Itu sebabnya dirasa sesuai dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk menguji efektivitas
penggunaan teknik regression therapy untuk
menangani penderita Glossophobia siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
● Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan proses penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
hipnoterapi teknik regression therapy efektif untuk mengatasi penderita
glossophobia siswa. Hal ini dibuktikan dengan trend dari grafik kedua subjek
menurun yang menunjukkan perubahan positif dimana glossophobia subjek juga
mengalami penurunan.
● Saran
Untuk itu, disarankan bagi guru BK dan konselor sekolah dapat menggunakan
hipnoterapi teknik regression therapy untuk menangani siswa yang menderita
glossophobia. Bagi peneliti lanjutan, disarankan untuk meneliti dengan jangkauan
subyek dan lokasi yang lebih besar.
THANK
YOU!
G U Y S

Anda mungkin juga menyukai