Anda di halaman 1dari 12

RESUME

SESI 5 – DESIGN (PERANCANGAN)

5.1 Joint (penggabungan/sambungan)


Penggabungan/Sambungan (Joint) dilakukan untuk menyatukan beberapa
lembaran plat menjadi satu untuk membuat sebuah tangki yang dilakukan dalam proses
pengelasan. Terdapat beberapa jenis penggabungan dalam pengelasan (weld-joint) yaitu :
5.1.1 Weld-joint (sambungan las)
1. Butt-weld (Pengelasan sambungan tumpul)
Pengelasan yang dilakukan secara alur (las alur) dan ditempatkan
diantara dua bagian yang saling berbatasan. Bentukan alur pengelasan
dapat berbentuk persegi, berbentuk V tunggal/ganda, berbentuk U
tunggal/ganda, atau dapat juga berbentuk siku kemiringan 45º (bevel)
tunggal/ganda.
2. Double-welded butt joint (Pengelasan sambungan tumpul ganda)
Pengelasan yang dilakukan diantara dua bagian yang saling
berbatasan dan biasanya pengelasan terletak pada bidang yang sama dari
kedua sisi.
3. Double-welded lap joint (Pengelasan sambungan tumpang ganda)
Pengelasan yang dilakukan diantara dua bagian yang saling
tumpang tindih, dimana pengelasan dilakukan dengan las fillet.
4. Fillet weld (pengelasan fillet)
Pengelasan yang dilakukan dengan penampang segitiga yang
menghubungkan dua permukaan menyerupai sudut siku-siku, dimana
pengelasan dapat dilakukan secara sambungan tumpang (lap joint).
5. Full-fillet weld (pengelasan fillet penuh)
Pengelasan secara fillet dengan ketebalan yang sama dengan
lapisan yang digabungkan tapi lebih tipis.
6. Single-welded butt joint with backing (Pengelasan sambungan tumpul
tunggal dengan material pendukung)
Pengelasan sambungan dilakukan diantara dua bagian yang
berbatasan dan biasanya pengelasan terletak pada bidang yang sama
dengan satu sisi dan menggunakan strip bar atau bahan pendukung yang
sesuai.
7. Single-welded lap joint ( pengelasan sambung tumpang tunggal)
Pengelasan yang dilakukan diantara dua bagian yang saling
tumpang tindih, dimana hanya satu bagian saja yang dilakukan pngelasan
dengan las fillet.
8. Tack weld (Pengelasan titik)
Pengelasan yang dilakukan pada saat awal pengelasan dengan
berbentuk titik pada bagian ujung atau tengah bertujuan agar material yang
dilas dapat dilakukan pengelasan secara penuh.
5.1.2 Weld size (ukuran pengelasan)
1. Ukuran dari alur pengelasan harus disesuiakan dengan dasar penetrasi
sambungan yaitu kedalaman dari kampuh dan penetrasi akar pengelasan.
2. Ukuran pengelasan harus sama dengan ukuran panjang kaki dari segitiga
siku-siku yang paling besar dalam penampang pengelasan fillet. Begitu
juga dengan pengelasan sudut.
5.1.3 Restrictions on Joint (Batasan dalam pengelasan sambungan)
1. Pengelasan titik (tack weld) tidak dianjurkan digunakan sebagai bentuk
nilai kekuatan pada pengelasan akhir.
2. Ukuran minimum untuk las fillet yaitu : pada plate ketebalan 5 mm (3/16
in), pengelasan harus las fillet penuh, dan untuk pada plate dengan
ketebalan lebih dari 5 mm (3/16 in), ketebalan pengelasan tidak
diperbolehkan lebih tipis dari dari ketebalan plate dan dianjurkan
ketebalan mendekati ketebalan plate.
3. Pengelasan sambungan tumpang tunggal hanya diperbolehkan digunakan
pada pengelasan bottom plate dan roof plate.
4. Pada pengelasan sambungan tumpang, sama seperti pengelasan titik (tack
weld), maka diharuskan untuk dilapisi setidaknya lima kali sesuai dengan
ukuran ketebalan dari plate, tetapi untuk pengelasan sambungan tumpang
ganda, ketebalan pengelasan tidak dianjurkan melebihi 50 mm (2 in), dan
untuk pengelasan sambungan tumpang tunggal tidak dianjurkan ketebalan
pengelasan melebihi 25 mm (1 in).
5. Hasil pengukuran pengelasan berhasil apabila :
 Pengelasan bottom plates dan roof plates dapat digunakan pada
semua material, untuk pengelasan shell and bottom digunakan
untuk jenis material grup I, II, III, dan IIIA diikuti dengan ukuran
pengelasan yang dibutuhkan, apabila pengelasan dilakukan secara
manual maka kampuh las harus lebih dalam dari 6 mm (1/4 in),
dan apabila pengelasan dilakukan secara otomatis maka kampuh
las harus lebih dalam dari 10 mm (3/8 in).
 Untuk material grup IV, IVA, V, atau VI dapat digunakan
pengelasan dari shell to bottom, dan semua pengelasan harus
dibuat minimal 2 lintasan alur.
6. Semua alat pelengkap dalam tangki diharuskan dilakukan pengelasan
permanen. Pengelasan intermiten tidak diizinkan.
7. Untuk pengelasan sambungan permanen dengan alat pendukung strip
hanya dizinkan apabila sudah disetujui oleh pembeli.
5.1.4 Simbol Pengelasan
Simbol pengelasan yang digunakan harus berdasarkan symbol dari
Anerican Welding Society.
5.1.5 Tipe sambungan pengelasan
Secara umum (general) pada bagian atas permukaan pengelasan bottom harus
ditempat pada tanah yang rata, dimana ia akan bersentuhan dengan bagian
bawah dari shell, bagian pelat sisipan, atau pelat penguat.
1. Vertical Shell Joint (pengelasan sambungan shell vertical)
Pengelasan sambungan shell vertikal diharuskan dilakukan dengan
pengelasan sambungan tumpul (butt joint) secara penetrasi penuh dan
penggabungkan yang berhasil harus diperoleh sesuai dengan persyaratan
yang dizinkan. Sambungan vertikal pada shell harus 110t sejajar. Tetapi
harus diimbangi dari masing-masing sambungan vertikal dengan lintasan
shell dengan jarak minimum 5t, dimana t adalah ketebalan pelat.
2. Horizontal Shell Joint (pengelasan sambungan shell horizontal)
Pengelasan sambungan shell horizontal diharuskan dilas pada
penetrasi dan penggabungan secara penuh, akan tetapi, terdapat langkah
alternatif yaitu bagian sudut atas pada shell harus dilengkapi dengan
pengelasan sambungan tumpang ganda.
3. Lap welded bottom joint (Pengelasan sambungan tumpang bawah)
 Pengelasan sambungan tumpang bawah diharuskan berbentuk
seperti persegi panjang. Selain itu, pelat dapat dipotong persegi
atau dapat berupa lempengan yang digiling. Khusus untuk bentuk
lempengan harus memiliki karakteristik yang halus, tidak kokoh,
dan bebas dari dari kerak yang merusak sehingga pengelasan fillet
dapat dilakukan secara penuh.
 Apabila menggunakan 3 pelat yang saling tumpang maka ketebalan
harus 300 mm (12 in).
 Apabila menggunakan pelat piringan, maka pengelasan dilkaukan
dengan sambungan tumpul dan diharsukan memiliki lebar radius
setidaknya 600 mm (24 in).
4. Butt welded bottom joint (Pengelasan sambungan tumpul bawah)
Pengelasan sambungan tumpul bawah diharuskan sudah
dipersiapkan pengelasan kampuh dalam bentuk persegi atau kampuh V.
pengelasan sambungan tumpul harus dibuat dengan konfigurasi
sambungan las yang sesuai dan penetrasi las secara penuh. Penggunakan
alat backing strip setidaknya memiliki ketebalan 3 mm (1/8 in) dan
pengelasan titik tipis pada bagian sudut diizinkan. Apabila pelat kampuh
persegi, maka bagian akar pengelasan setidaknya memiliki ketebalan 6
mm (1/4 in).
5. Bottom annular plate joint (Pengelasan sambungan pelat piringan bawah)
Pengelasan sambungan pelat piringan bawah diharuskan dilakukan
pengelasan sambungan tumpul dan diharuskan dilas penetrasi dan
penggabungan secara penuh. Apabila alat backing strip digunakan
diharuskan material tersebut cocok untuk digunakan pengelasan pada
annular plate.
6. Shell to bottom fillet weld (pengelasan fillet lintasan shell tepi bawah)
Untuk ketebalan bagian bottom dan pelat piringan setidaknya 13
mm (1/2 in), sisanya, sambungan antara tepi bawah pelat shell harus dilas
fillet secara kontinu yang diletakkan disetiap sisi pelat shell. Ukuran setiap
pengelasan tidak boleh lebih dari 13 mm (1/2 in) dan tidak boleh kurang.
7. Wind girder joint (Pengelasan sambungan girder angin)
 Pengelasan dilakukan dengan sambungan tumpul secara penetrasi
penuh dan digunakan untuk penggabungan bentuk cincin.
 Pengelasan secara kontinu diharuskan untuk semua pengelasan
horizontal tepi atas dan vertikal tepi atas. Untuk pengelasan
horizontal tepi bawah diharuskan pengelasan segel (seal weld).
8. Roof and top angle joints ( Pengelasan sambungan pelat atap dan sudut
atas)
 Pengelasan pada pelat atap minimal diharuskan dilakukan pada
bagian sisi atas secara kontinu dengan pengelasan fillet penuh pada
semua lapisan. Pengelasan sambungan tumpul diperbolehkan.
 Untuk bagian atas yang mudah rapuh, maka pelat pada bagian sisi
atas tangki harus dilakukan pengelasan hanya pada bagian sisi atas
dengan pengelasan fillet secara penuh.
 Untuk bagian sudut atas, cincin tensi, dan cincin kompresi
diharuskan dilakukan pengelasan sambungan tumpul dengan
penetrasi dan penggabungan penuh.
 Dengan pilihan berdasarkan manufaktur, untuk bentuk atap seperti
kerucut, kubah, dan payung, pada bagian tepi atap dapat digantung
secara horizontal bertujuan antara tepi atap dan sudut atas rata dan
untuk meningkatkan kondisi pengelasan.
 Untuk tangki shell dengan sudut atas disesuaikan dengan ukuran
sebagai berikut :
Diameter tangki Ukuran minimum Ukuran minimum
sudut atas (mm) sudut atas (in)
D ≤ 11 m, (D ≤ 35 50 x 50 x5 2 x 2 x 3/16
ft)
11 m ≤ D ≤ 18 m 50 x 50 x6 2 x 2 x 1/4
(35 ft ≤ D ≤ 60 ft
D ≤ 18 m, (D ≤ 60 75 x 75 x 10 3 x 3 x 3/8
ft)

5.2 Pertimbangan Perancangan


5.2.1 Beban
1. Dead Load (Beban Mati (DL))
Berat tangki atau komponen dari tangki, termasuk nilai/harga
korosi kecuali jika dinyatakan dalam bentuk lain.
2. Design Internal Pressure (Perancangan tekanan internal (DE))
Diharuskan tidak lebih dari 0.25 kPa (1 in, pada air), kecuali jika
tekanan eksternal (Pe) dipertimbangkan dianggap 0 kPa (0 in, pada air).
3. Design Internal Pressure (Perancangan tekanan internal (PI))
Diharuskan tidak melebihi 18 kPa (2.5 lb.f/in2)
4. Hydrostatic test (Pengujian hidrostatis (HI))
Beban yang disebabkan oleh pengisian tangki dengan air sehingga
mempengaruhi perancangan level tangki terhadap level cairan.
5. Internal Floating Roof Loads (Beban internal atap layang)
 Beban mati pada atap layang (Df) yaitu berat dari kompartemen
layang, segel dan semua komponen lain dari atap layang maupun
alat pelengkap.
 Beban hidup pada atap layang seragam(Lfl) jika tidak terdapat
saluran pembuangan air otomatis diharuskan tidak melebihi 0,6
kPa (12,5 lbf/ft2), apabila terdapat saluran pembuangan air
otomatis diharuskan tidak melebihi 0,24 kPa (5 lbf/ft2).
 Beban titik atap layang internal (L f2) setidaknya tidak lebih dari 2
orang ketika berjalan diatas atap. Satu beban diterapkan dimana
saja pada bagian atap yang dilewati oleh 2 orang, beban tidak
dizinkan melebihi 2,2 kN (500 lbf) lebih dari 0,1 m2 (1 ft2).
 Perancangan tekanan eksternal atap layang internal (Pfe), minimal
tekanan eksternal 0,24 kPa (5 lbf/ft2).
6. Seismic (Gempa (E))
Beban pada gempa tergantung penyesuaian persyaratan
perancangan tangki.
7. Snow (Salju (S))
 Perancangan keseimbangan beban salju (Sb) diharuskan tidak
melebihi 0.84 kali dari beban salju pada tanah. Beban salju
tergantung dan disesuaikan berdasarkan ASCE 7.
 Beban salju yang tidak seimbang untuk atap kerucut dengan
kemiringan 10º atau kurang, maka beban harus sama dengan beban
seimbang. Untuk beban salju yang tidak seimbang pada atap
lainnya diharuskan tidak melebihi 1,5 kali beban salju seimbang.
Selain itu, beban salju yang tidak seimbang diharuskan ditentukan
pada beban salju ditanah sesuai dengan ASCE 7.
 Keseimbangan dan ketidakseimbangan beban salju harus
dilaporkan kepada pembeli.
8. Stored liquid (Penyimpanan Cairan (F))
Beban yang disebabkan oleh pengisian air pada tangki sehingga
mempengaruhi perancangan level tangki terhadap cairan dan perancangan
specific gravity yang telah dispesifikasikan oleh pembeli.
9. Pressure Test (Pengujian Tekanan (Pt)
Disesuikan dengan kebutuhan berdasarkan F.4.4 atau F.7.6.
10. Wind (Angin (W))
 Perancangan kecepatan angina (V) diharuskan 190 km/jam (120
mph), perancangan kecepatan hembusan angina per 3 detik
ditentukan berdasarkan ASCE 7. Pada area proyek vertikal dengan
permukaan silinder, perancangan kecepatan angin diharuskan 0,86
kPa (V/190)2 [(18 lbf/ft2) (V/120)2]. Pada area proyek horizontal
dengan permukaan kerucut atau melengkung ganda, perancangan
kecepatan angina diharuskan 1,44 kPa (V/190)2 [(30 lbf/ft2)
(V/120)2].
 Tekanan angina disesuikan berdasarkan ASCE 7
 Perancangan tekanan angkat pada atap tidak perlu melebihi 1,6 kali
perancangan tekanan P yang ditentukan dalam F.4.1.
 Windward dan leeward pada atap tidak dianggap sebagai tekanan.
 Kecepatan angin per mil tercepat 1,2 kali diperkirakan sama
dengan kecepatan hembusan angina per 3 detik.
5.2.2 Faktor Perancangan
Pembeli harus menguraikan perancangan temperatur logam (berdasarkan
temperature ambient), perancangan maksimal temperature, perancangan specific
gravity, harga korosi (jika ada), dan faktor gempa.
5.2.3 Beban eksternal
 Pembeli harus menyatakan besaran dan muatan eksternal dalam
perancangan shell pada tangki.
 Perancangan peletakan tangki berdasarkan pergerakan angin induksi pada
bagian komponen atap ialah tergantung kesepakatan antara pembeli
dengan pembuat.
 Muatan barang atau alat pendukung seperti tangga, lantai, platfor, dll
harus dipertimbangkan
 Perancangan besaran dan muatan tambahan seperri lubang atap dan pintu
pembuka harus dipertimbangkan.
5.2.4 Perlindungan Terukur
Pembeli harus mempertimbangkan perlindungan terukur seperti pondasi,
penghambat korosi, pengujian kekerasan atau perlindungan terukur lainnya.
5.2.5 Tekanan Eksternal
Ketentuan perancangan tangki sebagian dapat melebihi vakum parsial 0,25
kPa (1 in pada air).
5.2.6 Kapasitas Tank
 Pembeli diharuskan menentukan kapasitas maksimal tangki dan
perlindungan level jika terjadi pengisian yang berlebih.
 Kapasitas maksimal dari volume produk pada tangki harus disesuaikan
dengan kapasitas tangki yang telah dirancang.
5.3 Pertimbangan Khusus
1. Pondasi
Pemilihan lokasi tangki dan desain serta konstruksi pondasi harus
dipertimbangkan dan disesuikan berdasarkan data sheet 15 pada API 650.
2. Harga Korosi
 Pembeli harus mempertimbangan secara total efek dari penyimpanan cairan,
penguapan yang terjadi disekitar cairan, dan konsisi lingkungan secara
atmospheric. harga korosi pada semua komponen seperti shell, bagian
bawah, bagian atap, bagian nozzle, saluran pembuangan, dan struktur alat
pelengkap lainnya.
 Pada bagian leher nozzle, harga dari korosi untuk nozzle, flush-type
cleanout, saluran pembuangan, self-supporting roof diharuskan
dipertimbangkan berdasarkan ketebalannya.
 Harga korosi untuk amchor nozzle diharuskan ditambahkan sesuai dengan
diameter nominal.
 Harga korosi untuk anchor strap dan bracket ditambahkan sesuai dengan
ketabalan dari strap dan bracket
3. Kondisi pelayanan
Pembeli harus menentukan kebutuhan yang berlaku terhadap pemilihan
jenis material dan proses fabrikasi yang disesuaikan dengan bahan-bahan zat yang
digunakan.
4. Kekerasan Pengelasan
 Logam dan Heat Affected Zone (HAZ) harus sesuai dengan spesifikasi
tambahan H2S yang sudah tercantum pada data sheet.
 Pengujian kualifikasi prosedur pengelasan untuk semua tipe pengelasan
harus meliputi pengujian kekerasan dan pengujian HAZ pada pelat.
 Untuk pengujian pengelasan yang menggunakan proses otomatis harus
dilakukan pengujian kekerasan pada bagian permukaan sisi produk.

5. Ketebalan
Penggunaan perhitungan perancangan harus berdasarkan ketebalan dari
material. Ketika material dengan ketebalan 6 mm (1/4 in), maka jenis materal
yang digunakan harus memiliki ketebalan 0,236 in berdasarkan US Customery
rule. Apabila material dengan ketebalan 5 mm (3/16 in), maka jenis material yang
digunakan harus memiliki ketebalan 4,8 mm berdasarkan SI rule.
5.4 Pelat sisi bawah
1. Semua pelat sisi bawah harus memiliki ketebalan tidak kurang dari 6 mm (0,236
in).
2. Pelat bawah dengan ukuran yang mencukupi harus dipesan terlebih dahulu,
setidaknya lebar 50 mm (2 in)
3. Pelat bawah harus dilakukan pengelasan sesuai dengan 5.1.5.4 dan 5.1.5.5.
4. Pelat tangki bawah yang dibutuhkan harus memiliki kemiringan minimum 1 :120
kira-kira dari atas menuju pusat inti tangki.
5. Pondasi dari cincin drip harus disediakan bertujuan untuk mencegah masuknya air
pada celah-celah pondasi dengan tangki. Cincin tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
 Material harus terbuat dari bahan carbon steel dengan ketebalan minimal 3
mm (1/8 in).
 Semua sambungan radial antara cincin drip, maupun cincin drip dan pelat
piringan bawah harus dilakukan pengelasan segel secara kontinu.
 Cincin drip harus memiliki panjang setidaknya 75 mm (3 in), terletaj
diluar pinggiran dari ringwald pondasi dan turun kebawah (90º) pada
diameter luarnya.
 Bagian atas dan bawah dari cincin drip dan pada bagian atas tangki dan
sebagian dari shell tangki harus dilapisi.
5.5 Pelat Piringan sisi bawah
1. Ketika sisi bawah shell dirancang berdasarkan harga tegangan untuk material grup
IV, IVA, V, atau VI, amak digunakan pengelasan sambungan tumpul dengan
pelat piringan. Ketika sisi bawah shell dirancang berdasarkan tegangan maksimal
dari produk untuk material grup IV, IVA,V, atau VI, maka untuk sisi shell
pertama tersebut harus sama dengan 160 Mpa (23.200 lbf/in2) atau apabila
berdasarkan maksimal darin pengujian hidrostatis, maka sisi shell pertama harus
sam dengan 171 Mpa (24.900 lbf/in2), dan pengelasan sambungan tumpul untuk
pelat bawah dapat dilakukan berhadapan dengan sisi pelat piringan yang dilas
dengan sambungan tumpul.
2. Pelat piringan bawah harus memiliki lebar radius setidaknya 600 mm (24 in)
terletak antara shell bagian dalam dan sambungan pengelasan tumpang pada
bagian bawah.
3. Ketebalan dari pelat piringan sisi bawah tangki diharuskamn tidak melebihi
ketentuan pada API 650 tabel 5-1a dan table 5-1b.
Tabel 5-1a

Ketebalan dari Tegangan pada first shell course (Mpa)


first shell course ≤ 190 ≤ 210 ≤ 220 ≤ 250
(mm)
t ≤ 19 6 6 7 9
19 ≤ t ≤ 25 6 7 10 11
25 ≤ t ≤ 32 6 9 12 14
32 ≤ t ≤ 40 8 11 14 17
40 ≤ t ≤ 45 9 13 16 19

Tabel 5-1b

Ketebalan dari Tegangan pada first shell course (lbf/in2)


first shell course ≤ 27.000 ≤ 30.000 ≤ 32.000 ≤ 36.000
(in)
t ≤ 0,75 0,236 0,236 9/32 11/32
0,75 ≤ t ≤ 1,00 0,236 9/32 3/8 7/16
1,00 ≤ t ≤ 1,50 0,236 11/32 15/32 9/16
1,25 ≤ t ≤ 1,50 5/16 7/16 9/16 11/16
1,50 ≤ t ≤ 1,75 11/32 1/2 5/8 3/4

4. Cincin dari pelat piringan harus memiliki keliling luar yang melingkar, dengan
bentuk polygonal yang teratur dalam shell tangki dan jumlah sisi yang sama
dengan jumlan pelat piringan.
5. Apabila mengganti pelat piringan, maka seluruh bagian bawah dapat dilakukan
pengelasan sambungan tumpul sesuai dengan ketentuan ketebalan dari pelat
piringan, pengelasan, material, inspeksi, dan jarak.

Anda mungkin juga menyukai