Anda di halaman 1dari 13

Grafik hubungan antara Bilangan Reynold dengan Panjang

Ekivalen eksperimen (T-junction, Elbow, dan Gate Valve)


1.2
1.18
1.16 27846, 1.184

Le Teoritis
1.14 27846, 1.184
1.12 27586, 1.115
1.1 y = 0.0003x - 6.9041
R² = 0.9942
1.08
27482, 1.075
1.06
27450 27500 27550 27600 27650 27700 27750 27800 27850 27900
Bilangan Reynold (Re)

Re vs Le teoritis (T-junction, Elbow, dan Gate Valve)"


Linear (Re vs Le teoritis (T-junction, Elbow, dan Gate Valve)")

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Re dengan Le eksperimen

4.3 Pembahasan
4.3.1 Kalibrasi Sight Gauge
Percobaan kalibrasi sight gauge bertujuan untuk
mengetahui volume sebenarnya dari penurunan volume tangki.
Hasil dari pengolahan data diperoleh persamaan garis :
y = 1,2152x – 0,7104
Berdasarkan grafik (gambar 4.1), dapat terlihat
bahwa penurunan volume tangki berbanding lurus dengan
volume terukur pada gelas ukur, dimana penurunan volume
terukur sebanding dengan volume skala pada sight gauge.
Perbedaan antara volume tangki dengan volume sebenarnya
terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor tertentu seperti kondisi
alat, sistem pada tangki, maupun kesalahan dalam pembacaan,
sehingga menyebabkan perbedaan pembacaan skala pada sight
gauge dengan skala pada pada gelas ukur (volume
sesungguhnya).
Dengan percobaan ini, maka volume fluida sebenarnya dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan kalibrasi sight gauge
yang telah diperoleh, sehingga volume terukur dapat diperoleh.

73
4.3.2 Karakteristik Orifice Flowmeter
1) Pengaruh Bukaan valve, ΔP dan Debit Alir Terhadap Nilai
Koefisien Karakteristik Orifice
Secara teoritis, semakin besar bukaan valve
menyebabkan debit alir semakin besar dan nilai dari ΔP akan
semakin besar pula. Hubungan ketiganya dapat
mempengaruhi nilai dari koefisien karakteristik orifice (Co),
Nilai Co akan berbanding lurus dengan bukaan valve, dan
debit alir, tetapi berbanding terbalik dengan ΔP. Nilai Co
merupakan nilai untuk mengetahui kinerja dari orifice.
Dengan menggunakan slope pada persamaan garis
grafik kalibrasi orifice (gambar 4.2), slope diperoleh sebesar
1 x 10-5, dengan pengolahan data perhitungan Co, diperoleh
nilai Co sebesar 1,048. Secara teoritis, nilai Co ideal atau
maksimum adalah Co = 1, dan pada umumnya nilai < 1.
Tetapi dari perhitungan diperoleh bahwa nilai Co
perhitungan > 1. Secara logika, hasil tersebut terlihat sangat
akurat, akan tetapi jika dilihat secara keseluruhan dengan
faktor kesalahan yang ada, sangat tidak mungkin bahwa hasil
tersebut benar-benar sangat akurat.
4.3.3 Karakteristik Venturi Flowmeter
1) Pengaruh Bukaan valve, ΔP dan Debit Alir Terhadap Nilai
Koefisien Karakteristik Venturi
Secara teoritis, semakin besar bukaan valve
menyebabkan debit alir semakin besar dan nilai dari ΔP akan
semakin besar pula. Hubungan ketiganya dapat
mempengaruhi nilai dari koefisien karakteristik venturi (Cv).
Berbeda dengan Co, nilai Cv akan berbanding lurus dengan
bukaan valve, dan debit alir, dan nilai Cv akan tetap naik
walaupun ΔP semakin besar. Nilai Cv merupakan nilai untuk
mengetahui kinerja dari venturi.

74
Dengan menggunakan slope pada persamaan garis
grafik kalibrasi venturi (gambar 4.3), slope diperoleh sebesar
-4 x 10-6, dengan pengolahan data perhitungan Cv, diperoleh
nilai Cv sebesar -0,004235. Secara teoritis, nilai Cv ideal
atau maksimum adalah Co = 1, dan pada umumnya nilai < 1.
Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai Co perhitungan < 1,
hasil tersebut dapat dikatakan aneh, dikarenakan tingkat
kinerja venturi menunjukkan min (-). Kemungkinan
penggunaan slope sebagai fungsi debit alir, dapat dikatakan
tidak cocok dan sangat diragukan.
4.3.4 Karakteristik Jenis Aliran Fluida
1) Perbandingan Aliran Fluida dengan visual dengan
perhitungan.
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap
profil aliran fluida yang bertujuan untuk mengetahui jenis
aliran fluida yang terjadi, apakah aliran laminar, transisi atau
turbulen. Pengamatan dilakukan secara visual melalui glass
flow atau visual box. Secara visual, pengamatan yang
dilakukan sangat diragukan keakuratannya, hal tersebut
disebabkan oleh putaran air tidak akan mudah terlihat secara
kasat mata. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan hasil
perhitungan dengan persamaan bilangan reynold, yang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3.4.1 Perbandingan Aliran Fluida Visual dengan
Teoritis
Bukaan Aliran Re Aliran
valve Fluida perhitungan Fluida
visual Teoritis
½ Laminar 4158 Turbulen
1 Turbulen 4141,5 Turbulen
1½ Turbulen 4438,5 Turbulen
2 Turbulen 4471,5 Turbulen

75
4.3.5 Bilangan Reynold
1) Hubungan Bilangan Reynold dengan Debit Alir
Bilangan reynold dan debit alir memiliki hubungan
yang mutlak, artinya bilangan reynold berbanding lurus
dengan debit alir, semakin besar debit alir maka bilangan
reynold akan semakin besar.
2) Hubungan Bilangan Reynold dengan Nilai Co dan Cv
Berdasarkan Slope
Terlihat pada grafik (gambar 4.5) bahwa bilangan
reynold dengan nilai Co dan Cv berdasarkan slope, hanya
menunjukkan garis lurus konstan (bukan garis linear),
sehingga hubungan keduanya dapat dikatakan tidak begitu
terlihat signifikan, karena masing-masing Co dan Cv
menunjukkan nilai yang sama.
4.3.6 Friction Loss
Percobaan ini didasarkan atas bahwa aliran fluida yang
melalui suatu pipa pasti akan mengalami kerugian akibat dari
gesekan antara dinding pipa yang disebabkan oleh viskositas dari
fluida. Percobaan ini menggunakan variasi pipa 1 inch dan ¾
inch.
1) Friction Loss Pipa 1 inch
a. Perbandingan Friction Factor Eksperimen dengan
Teoritis
Tabel 4.3.6.1 Data Friction Factor Pipa 1 inch
Friction factor Friction
eksperimen Factor teoritis
0,024 0,039364
0,0266 0,039326
0,0166 0,039306
0,0265 0,039300

76
Antara f eksperimen dengan f teoritis, f
teoritis menunjukkan hasil yang cukup konstan
dibandingkan dengan f eksperimen, hal tersebut
disebabkan oleh nilai bilangan reynold dari masing-
masing data tidak begitu jauh dan cukup mendekati
satu sama lain, sehingga f teoritis dari diagram
moody dihasilkan nilai yang hampir stabil.
Sedangkan untuk f eksperimen, hasil yang
diperoleh tidak jauh dengan teoritis dan nilai yang
dihasilkan tidak terlalu stabil, cenderung naik dan
turun secara signifikan, seharusnya dengan semakin
besar bilangan reynold maka nilai friction factor
akan semakin kecil.
b. Perbandingan Pressure Drop Eksperimen dengan
Teoritis
Tabel 4.3.6.2 Data Pressure Drop Pipa 1 inch
∆P (N/m2) ∆P teoritis
(N/m2)
700 1177,029
800 1179,502
500 1183,118
800 1185,954

Perbedaan yang sangat jauh antara pressure


drop eksperimen dengan teoritis, jika dilihat pada
tabel diatas, kenaikan dari pressure drop teoritis
cukup stabil dan naik secara perlahan seiring dengan
kecepatan alir dan bilangan reynold. Berbeda dengan
pressure drop eksperimen, dimana kenaikan dari
pressure drop cenderung naik drastis secara
signifikan. Dapat dikatakan pada pressure drop

77
eksperimen terjadi kesalahan pembacaan pengukuran
sehingga data yang diperoleh tidak akurat.
c. Perbandingan Friction Loss Ekperimen dengan
Teoritis
Tabel 4.3.6.3 Data Friction Loss Pipa 1 inch
Friction Loss (J/kg) Friction Loss (J/kg)
Ekperimen Teoritis
0,7 1,177029
0,8 1,179502
0,5 1,183118
0,8 1,185954

Perbedaan yang cukup jauh antara friction


loss eksperimen dengan teoritis, jika dilihat pada
tabel diatas, kenaikan dari friction loss teoritis cukup
stabil dan naik secara perlahan seiring dengan
naiknya kecepatan alir dan bilangan reynold.
Berbeda dengan friction loss eksperimen, dimana
kenaikan dari friction loss cenderung naik drastis
secara signifikan. Dapat dikatakan pada friction loss
eksperimen terjadi kesalahan pembacaan pengukuran
terhadap pressure drop sehingga data dan perhitugan
yang diperoleh tidak akurat.
2) Friction Loss Pipa ¾ inch
a. Perbandingan Friction Factor Eksperimen dengan
Teoritis
Tabel 4.3.6.1 Data Friction Factor Pipa ¾ inch
Friction factor Friction
eksperimen Factor teoritis
0,006355 0,02535
0,004927 0,02515
0,005617 0,02505

78
0,003486 0,02500

Antara f eksperimen dengan f teoritis, f


teoritis menunjukkan hasil yang cukup konstan
dibandingkan dengan f eksperimen, hal tersebut
disebabkan oleh nilai bilangan reynold dari masing-
masing data tidak begitu jauh dan cukup mendekati
satu sama lain, sehingga penurunan f teoritis dari
diagram moody dihasilkan nilai yang hampir stabil
seiring dengan bertambahnya bilangan reynold.
Sedangkan untuk f eksperimen, hasil yang
diperoleh cukup jauh dengan teoritis dan nilai yang
dihasilkan tidak terlalu stabil, cenderung naik dan
turun secara signifikan, seharusnya dengan semakin
besar bilangan reynold maka nilai friction factor
akan semakin kecil.
b. Perbandingan Pressure Drop Eksperimen dengan
Teoritis
Tabel 4.3.6.2 Data Pressure Drop Pipa ¾ inch
∆P (N/m2) ∆P teoritis
(N/m2)
900 3589,584
700 3573,003
800 3567,578
500 3575,088

Perbedaan yang sangat jauh antara pressure


drop eksperimen dengan teoritis, jika dilihat pada
tabel diatas, kenaikan dari pressure drop teoritis
cukup stabil dan naik secara perlahan seiring dengan
kecepatan alir dan bilangan. Berbeda dengan
pressure drop eksperimen, dimana kenaikan dari

79
pressure drop cenderung naik drastis secara
signifikan. Kemudian, dengan berubahnya kecepatan
alir dan bilangan reynold yang semakin besar,
pressure drop turun secara drastis. Dapat dikatakan
pada pressure drop eksperimen terjadi kesalahan
pembacaan pengukuran sehingga data yang
diperoleh tidak akurat.
c. Perbandingan Friction Loss Ekperimen dengan
Teoritis
Tabel 4.3.6.3 Data Friction Loss Pipa ¾ inch
Friction Loss (J/kg) Friction Loss (J/kg)
Ekperimen Teoritis
0,9 3,589584
0,7 3,573003
0,8 3,567578
0,5 3,575008

Perbedaan yang sangat jauh antara friction


loss eksperimen dengan teoritis, jika dilihat pada
tabel diatas, kenaikan dari friction loss teoritis cukup
stabil dan turun secara perlahan seiring dengan
naiknya kecepatan alir dan bilangan reynold.
Berbeda dengan friction loss eksperimen, dimana
kenaikan dari friction loss cenderung naik drastis
secara signifikan.. Dapat dikatakan pada friction loss
eksperimen terjadi kesalahan pembacaan pengukuran
terhadap pressure drop sehingga data dan perhitugan
yang diperoleh tidak akurat.
3) Perbandingan Friction Loss Pipa 1 inch dengan Pipa ¾ inch
Berdasarkan pembahasan dan perolehan dari masing-
masing data, dari pengolahan data terlihat bahwa semakin
kecil diameter suatu pipa, maka laju alir akan semakin besar.

80
dapat dilihat dari data percobaaan dan perhitungan, bahwa
laju alir pada pipa ¾ inch lebih besar dibandingkan dengan
pipa 1 inch. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan luas
radial dari pipa. Sehingga, jika ditinjau lebih lanjut, laju alir
pada pipa ¾ inch lebih turbulen (nilai bilangan reynold lebih
besar) dibandingkan dengan pipa 1 inch.
4.3.7 Pipe Fitting (T-Junction, Elbow, dan Gate valve)
1) Hubungan Bilangan Reynold dengan Panjang Ekivalen (Le)
Dapat dilihat pada grafik 4.10, Nilai Le cenderung
meningkat seiring dengan besarnya bilangan reynold,
seharusnya nilai Le berbanding terbalik dengan bilangan
reynold, sebagaimana dengan kecepatan aliran.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
besar atau kecilnya nilai Le, selain dilihat dari kecepatan
aliran, sehingga dengan bertambahnya kecepatan aliran,
maka nilai dari Le tidak akan meningkat secara signifikan,
dan bisa saja nilai Le dapat meningkat atau menurun secara
perlahan.
2) Perbandingan Friction Factor Eksperimen dengan Teoritis
Tabel 4.3.7.1 Data Friction Factor Pipe Fitting
f teoritis f eksperimen

0,010356 0,47178

0,010256 0,45358

0,010256 0,43538

0,010386 0,47178

Perbedaan yang sangat jauh antara friction factor


eksperimen dengan teoritis, jika dilihat pada tabel diatas,
kenaikan dari friction factor teoritis cukup stabil dan turun
secara perlahan seiring dengan naiknya kecepatan alir dan
bilangan reynold. Berbeda dengan friction factor

81
eksperimen, dimana kenaikan dari friction factor cenderung
naik drastis secara signifikan. Kemudian, dengan
berubahnya kecepatan alir dan bilangan reynold yang
semakin besar, friction factor turun secara drastis. Dapat
dikatakan pada friction factor eksperimen terjadi kesalahan
pembacaan pengukuran pada pipe fitting sehingga data dan
perhitugan yang diperoleh tidak akurat.
3) Perbandingan Panjangan Ekivalen (Le) Eksperimen dengan
Teoritis
Tabel 4.3.7.2 Data Panjang Ekivalen (Le) Pipe Fitting
Le eksperimen Le Teoritis
(m) (m)

0,914370 1,115

0,914392 1,184

0,914392 1,184

0,914375 1,075

Berdasarkan tabel diatas terdapat perbedaan yang


cukup jauh antara nilai Le eksperimen dengan teoritis. Pada
Le teoritis terlihat naik dan turun sesuai dengan besar atau
kecilnya bilangan reynold dan kecepatan aliran. Secara teori,
panjang ekivalen berbanding terbalik dengan kecepatan
aliran. Panjang ekivalen akan semakin kecil jika kecepatan
aliran semakin besar, tetapi terdapat perbedaan ketika
dilakukan perhitungan secara teoritis, dimana panjang
ekivalen berbanding lurus dengan bilangan reynold.
Mungkin terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi besar atau kecilnya nilai Le, selain dilihat
dari kecepatan aliran, sehingga dengan bertambahnya
kecepatan aliran, maka nilai dari Le tidak akan meningkat
secara signifikan.

82
Berbeda dengan Le eksperimen, nilai eksperimen
cenderung konstan, walaupun bilangan reynold dan
kecepatan aliran bertambah. Nilai Le eksperimen juga
sebenarnya sebanding dengan nilai headloss maupun
pressure drop.
4) Perbandingan Panjang Ekivalen (Le) dan Pressure Drop
Pipe Fitting T-Junction, Elbow, dan Gate valve
Berdasarkan data perhitungan pada tabel 4.2.7.4,
4.2.7.5, dan 4.2.7.6, hasil perhitungan masing-masing
diperoleh data yang sama, sehingga perhitungan dan hasil
perhitungan pun sama. Tidak terdapat perbandingan nilai Le
pada masing-masing fitting, karena nilai Le secara
eksperimen amupun perhitungan dihasilkan nilai yang sama.
Hal tersebut merupakan suatu hal yanga aneh, seharusnya
dari masing-masing pipe fitting diperoleh data yang berbeda,
terutama tekanan ΔP Venturi.

83
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan opearsi teknik kimia aliran fluida yaitu
:
➢ Semakin besar bukaan valve, kecepatan aliran semakin besar, dan
penurunan volume akan semakin besar pula.
➢ Semakin besar kecepatan aliran maka bilangan reynold akan
semakin besar.
➢ Nilai Co dan Cv seharusnya berbanding terbalik dengan bilangan
reynold.
➢ Semakin besar kecepatan aliran, maka pressure drop dan friction
loss akan semakin besar
➢ Friction factor berbanding terbalik dengan bilangan reynold
➢ Panjang ekivalen seharsunya berbanding terbalik dengan bilangan
reynold.

84
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C. J. 1993. Transport Process and Unit Operation, 3rd edition. Prentice

Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

McCabe, W. L., Smith, J.C. and Harriot, P., 1993, ”Unit Operation of Chemical
Engineering” 5 rd., hal 257- 260, McGraw-Hill, Singapore.

Perry, R. H. 1999. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook-7th ed. United States of


America: Mc Graw Hill.

Petunjuk Praktikum Proses dan Operasi Teknik 1, MODUL I. Sirkuit Fluida. 2007.
Depok: Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia.

85

Anda mungkin juga menyukai