Anda di halaman 1dari 14

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Head Loss dan Friction Loss didalam Pipa Horizontal
3.1.1 Pipa Nomor 2
Pecobaan ini menjelaskan hubungan yang terjadi antara kecepatan aliran fluida
dengan head loss pada pipa nomor 2 dengan diameter pipa 0.025262 ft dengan panjang
pipa 3.28084 ft. Pada percobaan tersebut didapatkan bahwa jenis aliran yang terjadi
adalah aliran turbulen, hal tersebut didapat berdasarkan data perhitungan yang
terlampir. Pada percobaan didapatkan hubungan kecepatan aliraran fluida dengan head
loss, yang jika digambarkan dalam dalam suatu grafik akan menghasilkan kurva tidak
lurus (Gambar 3.1).
8.35
y = 0.7805x - 2.9748
8.3
R = 0.8661
8.25
8.2
H

8.15
8.1
8.05
8
7.95
14 14.1 14.2 14.3 14.4 14.5
V

Gambar 3.1 Hubungan Kecepatan Volumetrik dengan Head Loss


Dari Gambar 3.1 didapat bahwa kurva yang tidak lurus, terlihat bahwa terjadi
kenaikan dan penurunan head loss seiring nilai kecepatan aliran yang naik. Secara
teori hal ini kurang sesuai, yang seharusnya pada aliran turbulen nilai head loss akan
sebanding dengan nilai kecepatan aliran dipangkatkan n. Semakin besar nilai kecepatan
aliran, maka akan semakin besar pula nilai head lossnya. Kecepatan aliran yang
bervariasi diakibatkan oleh bukaan valve yang bervariasi juga. Hal ini mengakibatkan
nilai head loss juga akan ikut berubah seiring perubahan bukaan valve.
Ketidak sesuaian dengan literature diakibatkan oleh ketidak akuratan pada saat
melakukan pembukaan dan penutupan yang berakibat pembacaan data pada
manometer tidaklah akurat.
0.922
0.92 y = 1.3697x - 0.6694
0.918 R = 0.8694
0.916
0.914
log H

0.912
0.91
0.908
0.906
0.904
0.902
0.9
1.146 1.148 1.15 1.152 1.154 1.156 1.158 1.16 1.162
log V

Gambar 3.2 Kurva Hubungan Log V dengan Log H


Untuk mendapatkan grafik hubungan kecepatan dan head loss berupa garis
lurus maka skala untuk sumbu x dan y pada Gambar 3.1 diubah menjadi skala
logaritmik. Gambar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari Gambar 3.2
didapatkan persamaan garis lurus yaitu y = 1.3697x - 0.6694 , dengan slope dan
intersep masing-masing adalah 1.3697 dan -0.6694.
Aliran yang terbentuk dari percobaan juga dapat ditentukan dengan grafik
hubungan bilangan Reynolds dan fanning factor. Berikut adalah grafik hubungan
bilangan Reynolds dan fanning factor.
0.000434

0.000432

0.00043

0.000428
f

0.000426

0.000424

0.000422 y = -0,0001x + 0,0009


R = 1
0.00042
36800 37000 37200 37400 37600 37800 38000
NRe

Gambar 3.3 Hubungan Nre dengan Fanning Friction


Dari Gambar 3.3 dapat dilihat adanya penurunan faktor friksi seiring dengan
kenaikan nilai reynold number. Keadaan ini sesuai dengan teori yang ada yaitu reynold
number berbanding terbalik dengan faktor friksi.
Reynold number cenderung membesar diakibatkan oleh bukaan valve yang
semakin besar sehingga debit alir fluida akan semakin besar. Karena adanya perbesaran
debit aliran fluida, harga bilangan Reynold nya juga akan semakin besar. Namun tidak
untuk faktor friksi yang cenderung menurun.
3.1.2 Pipa Nomor 4
Pecobaan ini menjelaskan hubungan yang terjadi antara kecepatan alir fluida
dengan head loss pada pipa nomor 4 dengan diameter pipa 0.058727 ft dengan panjang
pipa 3.28084 ft. Pada percobaan didapatkan hubungan kecepatan alir dengan head loss,
yang jika digambarkan dalam dalam suatu grafik akan menghasilkan kurva yang
melengkung atau tidak lurus. Maka jenis aliran yang terjadi adalah aliran turbulen,
sesuai juga yang terdapat dalam lampiran perhitungan.
1.4 y = 0.2833x - 1.5306
R = 0.8962
1.2

0.8
H
0.6

0.4

0.2

0
8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4 9.6 9.8
V

Gambar 3.4 Kurva Hubungan Laju Alir dengan Head Loss


Dari Gambar 3.4 di dapat bahwa kurva yang bergelombang, hal ini
menunjukkan bahwa head loss yang didapat mengalami kenaikan seiring kenaikan
kecepatan alir. Secara teori hal ini sudah sesuai, karena pada aliran turbulen nilai head
loss akan sebanding dengan nilai kecepatan volumetrik dipangkatkan n. Semakin besar
nilai kecepatan volumetrik aliran, maka akan semakin besar pula nilai head lossnya.
Laju alir yang bervariasi diakibatkan oleh bukaan valve yang bervariasi juga. Hal ini
mengakibatkan nilai head loss juga akan ikut berubuah seiring perubahan bukaan
valve.
Untuk mendapatkan grafik hubungan kecepatan dan head loss berupa garis
lurus maka skala untuk sumbu x dan y pada Gambar 3.4 diubah menjadi skala
logaritmik. Gambar tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.5. Dari Gambar 3.5
didapatkan persamaan garis lurus yaitu y = 2.6208x 2.496 dengan slope dan intersep
masing-masing adalah 2.6208 dan -2.496.
0.1
0.08 y = 2.6208x - 2.496
R = 0.8998
0.06
0.04
0.02
log H

0
0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.99
-0.02
-0.04
-0.06
-0.08
-0.1
log V

Gambar 3.5 Kurva Hubungan V dengan H dengan Skala Logaritmik


Nilai faktor friksi dapat ditentukan dengan menggunakan reynold number.
Hubungan reynold number dengan faktor friksi dapat dilihat pada Gambar 3.6.
0.000315
0.00031
0.000305
0.0003
0.000295
f

0.00029
0.000285
0.00028
0.000275 y = -0,0009x + 0,0006
R = 0,9987
0.00027
51000 52000 53000 54000 55000 56000 57000 58000 59000 60000
NRe

Gambar 3.6 Kurva Hubungan Reynold Number dengan Faktor Friksi


Dari gambar 3.6 dapat dilihat adanya penurunan faktor friksi seiring dengan
kenaikan nilai reynold number. Keadaan ini sesuai dengan teori yang ada yaitu reynold
number berbanding terbalik dengan faktor friksi.
Reynold number cenderung membesar diakibatkan oleh bukaan valve yang
semakin besar sehingga debit alir fluida akan semakin besar. Karena adanya perbesaran
debit aliran fluida, harga bilangan reynold juga akan semakin besar dan keturbulenan
aliran air akan semakin besar. Namun tidak untuk faktor friksi yang cenderung
menurun. Hal ini diakibatkan faktor friksi berbanding terbalik dengan reynold number.
3.2 Head Loss dan Friction Loss didalam Elbow
3.2.1 Elbow 45o
Pada percobaan menggunakan pipa no 4 dengan ID 0.058727 ft didapatkan pola
aliran fluida yang terjadi adalah aliran turbulen berdasakarkan nilai bilangan reynold
number. Menurut teori, pada aliran trubulen nilai head loss akan sebanding dengan
nilai kecepatan volumetrik. Semakin besar nilai kecepatan volumetrik aliran, maka
akan semakin besar pula nilai head lossnya. Grafik dibawah ini menunjukkan hasil
yang didapat pada percobaan yang dilakukan.
1
y = 0.2432x - 1.5164
0.9 R = 0.9556
0.8
0.7
0.6
H

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
8 8.5 9 9.5 10
V

Gambar 3.7 Grafik V vs H pada pipa elbow 45o


Berdasarkan grafik diatas terlihat hubungan antara nilai head loss dengan
kecepatan volumetrik aliran fluida pada elbow 45o, dimana nilai head loss cenderung
mengalami kenaikan sebanding dengan nilai kecepatan volumetric.Hal ini dikarenakan
semakin besar bukaan valve maka debit alir fluida akan semakin besar sehingga nilai
head loss nya akan semakin besar.Pada bukaan 75% dan 100% terjadi persamaan nilai
head lossnya. Ini mungkin dikarenakan adanya kesalahan dalam melihat ha dan hb nya
yang disebabkan laju alir yang semakin cepat.
0
0.9 0.92 0.94 0.96 0.98 1
-0.05 y = 3.4604x - 3.4851
R = 0.958
-0.1

-0.15
log H

-0.2

-0.25

-0.3

-0.35
log V

Gambar 3.8 Grafik Log V vs Log H pada pipa elbow 45o


Dari grafik diatas didapatkan persamaan y = 3.4604x 3.4851. Dari persamaan
tersebut didapatkan nilai intersepnya adalah -3.4851.
0.00033

0.00032

0.00031

0.0003
f

0.00029

0.00028

0.00027 y = -0,0009x + 0,0006


R = 0,9985
0.00026
48000 50000 52000 54000 56000 58000 60000 62000
NRe

Gambar 3.9 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Friction


Berdasarkan grafik hubungan Reynolds Number dengan Fanning Friction
terlihat bahwa semakin besar nilai Reynolds Number pada aliran, maka nilai Fanning
Friction-nya semakin kecil. Berdasarkan data percobaan dengan nilai Reynolds
Number-nya seperti pada data, maka aliran yang terjadi adalah aliran turbulen.

3.2.2 Elbow 135o


Pada percobaan menggunakan pipa nomor 4 dengan ID 0.058727 ft didapatkan
bahwa jenis aliran yang terjadi adalah aliran turbulen. Aliran laminar di dapat
berdasarkan data perhitungan yang terlampir. Dari grafik terlihat bahwa nilai head loss
mengalami kenaikan namun nilai nya sama untuk bukaan valve 50% sampai 100%,
mungkin ini terjadi karena kurang teliti dalam pembacaan nilai ha dan hb pada
manometer. Dibawah ini adalah grafik hubungan kecepatan volumetrik dengan head
loss.
0.68
y = 0.0342x + 0.3544
0.67 R = 0.8161

0.66
H

0.65

0.64

0.63

0.62
8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4 9.6
V

Gambar 3.10 Grafik V vs H pada Pipa Elbow 135o


-0.165
0.91 0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98
-0.17

-0.175

-0.18 y = 0.466x - 0.6236


log H R = 0.8299
-0.185

-0.19

-0.195

-0.2

-0.205
log V

Gambar 3.11 Grafik Log V vs Log H pada pipa elbow 135o


Grafik diatas menunjukkan hubungan logaritma antara kecepatan volumetrik
dengan kenaikkan dan kesamaan nilai head loss pada bukaan valve 50% sampai 100%.
Dari grafik diatas didapatkan persamaan y = 0.466x - 0.6236.

0.000325
0.00032
0.000315
0.00031
0.000305
0.0003
f

0.000295
0.00029
0.000285
0.00028 y = -0.0005x + 0,0006
R = 0,9987
0.000275
48000 50000 52000 54000 56000 58000
NRe

Gambar 3.12 Grafik f vs NRe pada pipa elbow 135o


Dari grafik f versus NRe pada percobaan pengukuran Head Loss dan Friction
Loss pada elbow 135o diatas, dapat dilihat bahwa semakin besar nilai bilangan
Reynold, maka harga f semakin kecil. Jadi kesimpulannya, nilai bilangan Reynold
(NRe) berbanding terbalik dengan nilai friction factor (f).

3.3 Friction Loss didalam Enlargement dan Contraction


3.3.1 Pipa Enlargement
Erlargement merupakan aliran fluida pada pipa dimana diameternya berubah
dari kecil ke besar (pipa dengan diameter 0.02526 ft ke pipa dengan diameter 0.058073
ft). Pada bukaan valve 25% didapat data f sebesar 0.001889 dan bilangan reynoldnya
sebesar 8470.813. Pada bukaan valve 50% didapat data f sebesar 0.001813 dan
bilangan reynoldnya sebesar 8824.028. Pada bukaan valve 75% didapat data f sebesar
0.001721 dan bilangan reynoldnya sebesar 9296.136. Dan untuk bukaan valve 100%
didapat data f sebesar 0.001662 dan bilangan reynoldnya sebesar 9625.153. Berikut
grafik hubungan antara bilangan reynold dengan fanning friction pada enlargement:
0.00195

0.0019

0.00185

0.0018
f

0.00175

0.0017
y = -0,0007x + 0,0035
0.00165 R = 0,9988

0.0016
8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600 9800
NRe

Gambar 3.13 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Friction


pada pipa enlargement
Berdasarkan data percobaan pada grafik pipa enlargement, hubungan Reynolds
Number dengan Fanning Friction terlihat bahwa semakin besar nilai Reynolds Number
pada aliran, maka nilai Fanning Friction-nya pun akan semakin kecil. Berdasarkan data
percobaan dengan nilai Reynolds Number-nya seperti pada data, maka aliran yang
terjadi adalah aliran turbulen.
3.3.2 Pipa Contraction
Contraction merupakan aliran fluida pada pipa dimana diameternya berubah
dari besar ke kecil (pipa dengan diameter 0.0580727 ft ke pipa dengan diameter
0.025262 ft). Pada bukaan valve 25% didapat data f sebesar 0.000438 dan bilangan
reynoldnya sebesar 36357.71. Pada bukaan valve 50% didapat data f sebesar 0.000418
dan bilangan reynoldnya sebesar 38249.01. Pada bukaan valve 75% didapat data f
sebesar 0.000414 dan bilangan reynoldnya sebesar 38628.77. Dan untuk bukaan valve
100% didapat data f sebesar 0.000419 dan bilangan reynoldnya sebesar 38222.51.
Berikut grafik hubungan antara bilangan reynold dengan fanning friction pada
contraction :

0.00044

0.000435

0.00043

0.000425
f

0.00042
y = -0,0008x + 0,0009
0.000415 R = 0,9999

0.00041
36000 36500 37000 37500 38000 38500 39000
NRe

Gambar 3.14 Hubungan Reynolds Number dengan Fanning Friction


pada pipa contruction
Berdasarkan data percobaan pada grafik pipa contraction, hubungan Reynolds
Number dengan Fanning Friction terlihat pula bahwa semakin besar nilai Reynolds
Number pada aliran, maka nilai Fanning Friction-nya pun akan menurun. Berdasarkan
data percobaan dengan nilai Reynolds Number-nya seperti pada data, maka aliran yang
terjadi adalah aliran turbulen.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan aliran fluida ini diperoleh bahwa rezim aliran umumnya
mengikuti rezim turbulen, karena nilai NRe yang diperoleh pada semua
percobaan lebih besar dari 4000.
2. Nilai head loss yang paling besar terdapat pada pipa 2 dengan nilai head loss
pada bukaan 100% sebesar 0,774. Untuk nilai head loss paling kecil terdapat
pada pipa 135o elbow pada bukaan 25% dengan nilai sebesar 0,0361.
3. Dari hasil pengamatan aliran fluida pada Pipa No2 , terjadi penurunan nilai V
(kecepatan volumetrik) seiring dengan meningkatnya nilai head loss-nya (H)
Sedangkan pengamatan aliran fluida pada Pipa No4 , terjadi penurunan nilai V
(kecepatan volumetrik) seiring dengan meningkatnya nilai head loss nya (H)
4.2. Saran
1. Ketika mengalirkan air dari pompa ke selang, periksa secara cermat apakah
aliran fluida sudah stabil yang ditandai dengan tidak ada lagi gelembung udara
pada selang.
2. Pada saat pembukaan valve harus dilakukan secara tepat pada persentasi (%)
sesuai dengan bukaan valve yang diinginkan.
3. Pada saat pengukuran tinggi air raksa, harus dilakukan secara teliti agar tidak
terjadi kesalahan data .

Anda mungkin juga menyukai