Anda di halaman 1dari 55

BAB 8

Deformasi plastis pada logam

Dalam persiapan pembahassan kita mengenai deformasi benda pejal dan proses pngerjaan logam plat, kita
akan melakukan tinjauan kritis mengenai dasar dasarnya, meliputi:

Mengapa YS bukan tengangan alir

Anomali pada aliran plastis :titik luluh, peluluhan bergerigi, dan tekstur

Konsekuensi pengerjaan dingin dan penghapusannya dengan pemulihan dan rekistalisasi


Eksplotasi pengerasan-pengerasan dan mekanisme pemulihan untukpengendalian struktur dan sifat-sifat
mekanis

Unsur –unsur mekanika deformasi plastis: pengaruh kondisi tegangan, gesekan, dan deformasi tak
homogen

Konsep-konsep sifat mampuu dikerjakan suatu benda pejal dan sifat mampu bentuk plat

Pasa subbab 7.5 telah dijelaskan bahwa sekitar 80% dari semua logam dituang menjadi ingot(bentuk
balok),slap(lempengan),atau bilet(batangan silindris)yang nantinya akan dikerjakan dengan deformasi
plastis (tabel 8.1).deformasi plastis mengimplikasikan bahwa benda kerja dapat di ubah tanpa mengubah
volume atau ,mencairkan bahannya,Sangat diharapakan bahwabahan itu dapat mengalami deformasi
plstis tanpa mengalami retakan.Namun karena semua deformasi berlangsung dalam kondisi padat ,maka
pengumpanan ke dalam landasan pemakan (die) tidak akan semudah seprti dalam penuangan.Karena
itu,perancangan komponen-komponen dan proses pengerjaan logam itu sendiri tak hanya perlu
memppertimbangkan dalil-dalil tentang aliran bahan (karena dalil ini menentukan apakah konfigurasi
yang diinginkan dapat diwujudkan), namun juga keuletan bahan (karena keuketsn menetapkan batas
deformasi yang dapat di capai)dan syarat-syarat tekanan ,gaya dan daya (karena syarat-syarat ini akan
menentukan pepmbebanan alat-alat pemakan dan perlengkapannya).

Keberhasilan proses tersebut tergantung pada interaksi antara sifat-sifat bahan dan kondisi proses , dan
prinsip-prinsip yang akan dibahas disini dapat di terapkan secara universal.Namun untuk alasan praktis
,proses pengerjaan logam biasanya dibagi menjadi dua kelompok. Dalam proses deformasi benda pejal
(bab9),ketebalan, diameter, atau ukuran utama lain dari brnada kerja mengalami perubahan
substansial.Dalam proses pengerjaan pelat (bab10),ketebalan berubah secara insidental.Tidak hanya itu
logam pelat-yakni bahan awal-merupakan produk dari proses deformasi benda pejal, yakni
penggilasan.Di sini, perhatian kita tertuju pada dasr-dasar yang dapat diterapakan pada deformasi benda
pejal dan proses pengerjaan logam-pelat.

Tabel 8.1 Produksi produk-produk tempa (AS)

RIBUAN MG

KELOMPOK PADUAN 1972 1995


BAJA

SECTION,RAIL 5900 8700


PELAT 7300 9000
PELAT DAN BIALH GUNUNG 14200 17800
PANAS

PELAT DAN BILAH GULUNG 17800 14200


DINGIN

LEMBARAN GALVANISASI 4900 14600


TINPLATE 5000 2600
BATANG GULUNG PANAS 11800 11900
BATANG GULUNG DINGIN 1600 1800
KAWAT 2300 650
TABUNG,PIPA 6900 5400
TEMPA 1200
TEMBAGA DAN KUNINGAN 2600 3300
ALUMINIUM 4100 6500
TIMAH(TERMASUK BATERAI) 480 760
MAGNESIUM 16 24

8.1 SIFAT-SIFAT BAHAN

Pada subbab 4.1 dan 4.3 kita telah membahas banyak sifat benda padat ,namun pembahasannya dengan
mengacu kepada sifat-sifat yang diperlakukan dalam pelayanan .kinikita perlu mengkaji ulang sifat –sifat
itu denganmenekan relevansinya terhadap proses deformasi

8.1.1 Tegangan Alir dalam Pengerjaan Dingin

Untuk kalkulasi pengerjaan logam ,kekuatan luluh dan kekuatan tarik sifat-sifat yang menjadi perhatian
utama perancangan produk memiliki arti penting kedua. Perhatian utama kita adalah pada tegangan yang
diperlakukan untuk mengubah bentuk benda kerja.

Tengangan Alir dalam Uji Tarik tegangan teknis ( persamaan 3-4) yang biasanya dihitung dari hasil uji
tarik kurang bernillai komputasi,meski banyak digunakan dalam pembicaraan.Yang kita buthkan adalah
tegangan sebenarnya yang menurut defenisinya adalah gaya P dibagi luas sesaat A. Kita dapat mengukur
luas sesaat penampang-lintang, namun seringkali kita menghitungnya dengan menggunakan prinsip
kekonstan volume. Selama elongsi sergam pada panjang ukur(gambar4.2c)maka

lo V
A=A o =
l l

Dimana l adalah panjang sesaat. Begitu kontraksi dimulai, diameter minimum yang merupakan satu
satunya diameter yang relevan tidak diketahui dan tidak ada hal lebih lanjut yang dapat dihitung .

Karena perhatian kita adalah deformasi permanen yang dimulai pada titik luluh,maka tegangan
sebenarnya biasanya dihitung dai peluluhan awal hingga mencapai kontraksi.Tiap titik yang dihitung
menetapkan tegangan yang harus diberikan untuk mempertahankan agar bahan terus mengalami
deformasi, yang mengalir :dengan demikian kita menyebutnya tengangan alir (flow stress) σ f

P
σ f=
A
Di mana P adalah gaya sesaat. Kita ada kalanya dapat menggambarkan tegangan alir sebagai fungsi dari
rega teknis e, [Pers. (4-4)], namun untuk keperluan penghitungan diperlukan regangan sebenarnya c (yang
juga dinamak regangan alami atau logaritmik). Menurut definisinya, regangan ini didapatkan sebagai
logaritma alami dari rasio panjang sesaat l terhadap panjang awal.

l A0
ɛ=1 n =1 n
l0 A

Data-data yang diperoleh dari kurva gaya tarik-perpindahan kini dapat digambarkan untuk membentuk
kurva tegangan sebenarnya regangan sebenarnya(Gambar 8.1a)sebagai perbandingan,kurva
teganganteknis regangan sebenarnya juga ditunjukkan dalam Gambar 8.1a dalam bentuk garis putus-
putus. [Ada satu titik hanya dapat dihitung,sekalipun hanya perkiraan , yang lepas kontraksi: gaya patah
Pftersedia dan luas penampang lintang minimum terkait A f (Gambar 4.2d) dapat diukur pada spesimen
yang patah . Karena itu, untuk alasan-alasan yang akan dijelaskan nanti ,tegangan sebenarnya yang
terkalkulasi menjadi agak tinggi.]

Kurva tegangan alir pada banyak bahan telah diketahui dan peta mengenai kurva-kurva tersebut dapat dan
memang sudah ada dibuat .Namun demikian , sudah ada cacatan yang lebih lengkap dan lebih mudah
untuk perhitungan Bila 𝜎f digambarkan kembali terhadap ɛ pada kertas log-log yang sering kali dihasilkan
adalah garis lurus (Gambar 8.1b) yang menunjukkan bahwa 𝜎f merupakan fungsi perpangkatan ɛ.

σ f =K ɛ π

di mana K adalah koefisien kekuatan dan n adalah eksponen pengerasan-regangan. Dari plot log-log, K
adalah tegangan untuk regangan sama dengan satu, dan n adalah kemiringan (slope) garis, yang diukur
pada skala linier. Di sisi lain, K dan n dapat dicari dengan mencocokkan kurva dalil-perpangkatan dengan
titik-titik data (perhatikan bahwa n bukantah kemiringan dari kurva tegangan sebenarnya-regangan
sebenarnya!

Gamabar 8.1 rentangan suhu pengerjaan dingin (a) banayak bahan yang sesuai dengan dalil perpangkatan pengerasan
regangan seperti yang di tunjukkan oleh (b) plot log-log linier tegangan alir terhadap regangan sebenarnya .

contoh 8.1
dari kurva gaya-perpindahan yang tercantum dalam Contoh 4.4, hitungloh tegangan alir bahan pada
beberapa titik. Buatlah plot untuk mendapatkan nilai K dan n.

Tugas ini akan diselesaikan spreadsheet ikan dengan spreadsheet. Konstantanya adalah: panjang ukur
25,0 mm ; tebal 6,35 mm; lebar 6,38 mm; dan volume spesimen V (6,35)(6,38)(25,0) =1013 mm3. Perlu
diketahu bahwa ∆l selalu didapatkan dengan menarik sebuah garis , dari titik yang ditinjau, sejajar dengan
garis elastis. Spreadsheet memberikan hasil berikut

A B C D E F G

Delta l P l Et epsilon A sigma

mm N mm N/mm2

Pers(4-4) Pers(8-3) Pers(8-1) Pers(8-2)

2,0 9100 27,0 0,080 0,077 37,51 243

4,0 11200 29,0 0,160 0,148 34,93 321

6,0 12800 31,0 0,240 0,215 32,87 386

8,0 13500 33,0 0,320 0,278 30,69 440

10,0 14000 35,0 0,400 0,336 28,94 484

12,5 14200 37,5 0,500 0,405 27,01 519

(Perlu diketahui baahwa tegangan sebenarnya selalu lebih tinggi dibanding tegangan teknis).

Titik terakhir dapat dihitung dari luas patahan; A=2,85 x 3,5=9,98mm 2 dan regangannya didasarkan pada
regangan patah ɛ=1n(A0/Af)=1n(40,5/9,98)=1,4. Plat log-log dari titik-titik memberikan berupa garis lurus
,jadi bahan ini mengikuti pers(8-4). K=760Mpa, dan n=0,45(cukup tinggi namun masih dapat di terima ,
karena bahan itu merupakan laritan padat ulet).

Pengaruh pengerasan Regangan terhadap Kontraksi Sebuah pengamatan penting menunjukkan


bahwa pengerasan enunda terjadinya kontraksi. Ini dapat dipahami dengan memperhatikan peristiwa-
peristiwa yang berlangsung entukan sebuah kontraksi. Selama berlangsungnya pemanjangan, kontraksi
yang baru dapat saja terbentuk diamana pun sepanjang panjang ukur, umumnya pada titik tak homogen,
yakni titik di mana bahan itu lebih lemah (karena ketidakteraturan permukaan ,influksi atau adanya
butiran besar dengan orientasi yang tidak jelas). Jika nilai n tinggi deformasi lokal pada kontraksi yang
baru akan meningkatkan 𝜎f pada titik ini [Pers. (8-4). Deformasi kemudian akan berlanjut di bagian lain
pada spesimen yang kurang mengalami pengerasan-regangan, hingga pengerasan tidak lagi mampu
menutup rugi kapasitas penahanan beban karena berkurangnya penampang lintang: kali ini salah satu
kontraksi menjadi stabil dan terus berkontraksi (Gambar 8.2a), sementara gaya yang bekerja mengalami
penurunan. Dapat ditunjukkan bahwa, untuk bahan yang mengikuti dalil perpangkatan pengerasan
regangan [Pers. (8-4), nilai n identik secara numerik dengan regangan seragam (prakontraksi) yang
ditunjukkan sebagai regangan sebenamya ɛn karena itu, bahan dengan n rendah akan segera berkontraksi
setelah peluluhan dimulai (Gambar 8.2a dan b).
Gambar 8.2(a)laju pengerasan regangan yang tinggi ,sebagaimana ditunjukkan dengan nilai n menghasilkan elongsi seragam
yang benar(prakontrkasi); deformasi pascakontrakasi meningkat seiring meningkatnya kepekaan laju regangan atau tingginya
nilai m dan perpatahan dapat ditunda dengan memberikan tekanan hidrostatis (b) bahan dengan nilai n rendah berkontrkasi
lebih awal dan, jika nilai m rendah ,perpatahan akan terjadi tidak lama kemudian.

Contoh 8.2

Periksa apakah n= ɛuuntuk bahan pada contoh4.4

Dengan defini pers (4-9a), regangan seragam dapat ditunjukkan sebagai regangan alami
ɛu=1n(lu/l0). Dari catatan dalam contoh 4.4 lu=25+12,5=37,5 mm jadi ɛu =1n(37,5/25.0)=0,405. Ini lebih
rendah dari n=0,45 yang di jumpai dalam contoh 8,1. Kecocokan yang lebih mendekati antara kedua nilai
tersebut di perkirakan di jumpai pada besi ; kecocokan yang kurang di jumpai pada bahan nonbesi .

Tegangan alir dalam uji tarik masalah dengan uji tarik adalah kontraksi membatasi regangan seragam
yang dapat dicapai, dan perkembangan tegangan alir pada reganganyang lebih tinggi tidak dapat
dipastikan. Namun demikian banyak proses pengerjaan logam melibatkan deformasi berat, dan karena itu
uji tekan (subbab 4.3) menjadi lebih bermanfaat. Luas penampang lintang sesaat kembali dihitung dari
prinsip kekonstanan volume [Pers. (4-2)], namun sekarang panjangs secara lebih deskriptif disebut tinggi
h Pers. (414) Menurut definisi, regangan sebenarnya ɛ adalah

h A0
e=1 n =1 n
h0 A

Kalkulasinya menghasilkan angka negatif, sejauh mengenai bahan tersebut, deformasi tekan dan
tarikmenyebabkan perubahan metalurgiyang sama. Untuk ini, konvensinya biasanya diabaikan dan, agar
didapatkan nilai positif ,regangan sebernya digunakan sebagai logaritma alami dari perbandingan antara
nilai yang lebih besar dengan nilai lebih kecil

h0 A
e=¿ =¿
h A0
Tegangan sebenamya kembali dihitung dari Pers. (8-2). Pada kenyataannya, ini merupakan tegangan
antarmuka dan dapat dianggap sebagai tegangan alir hanya jika pengaruh gesekan dapat diabaikan (Sub-
subbab 9.2.1). Dari plot log-log 𝜎f terhadap ɛ , nilai K dan n dapat diperoleh. Bahkan, sebagian besar data
yang telah dipublikasikan (termasuk data-data yang tercantum dalam Tabel 8.2 dan 8.3) ditetapkan
melalui uji tekan

Contoh 8.3

hitung nilai K don n untuk baja poda Contoh 4.9

Ketika kita membuat kurva tegangan-sebenarnya/regangan-tekan dalam Contoh 4.9, kita telah memiliki
semua data yang relevan. Hanya regangen sebenarnya yong harus dihitung dari Pers. (8-5b) (hasilnya
dimasukkan dalam tabel pada Contoh 4.9). Dari plot log-log. K= 800 MPa dan n = 0.13 . Perhatikan
bahwa kapasitas pengerasan - regangan , meski tidak setinggi kapasitas pada paduan Cu-Ni pada Contoh
8.1, masih cukup besar untuk larutan padat interstisi C dalam Fe Bahan ujinya dalam kondisi telah sedikit
ditarik dingin, dan dengan demikian n sedikit di bawah nilai n dalam baja yang sama dalam kondisi telah
dianil (Sob-subbab 8.1.4) (Perlu diketahui bahwa regangan teknis dan regangan alami sangat serupa pada
reduksi rendah, namun nilai numerik dari regangan alami menjadi makin besar seiring dengan
meningkatnya reduksi)

Contoh 8.4

mengenai pengaruhnya terhadap pengerasan regangan, pertambahan panjang sebuah batang dari l0 =1
satuan panjang menjadi 1=2 satuan haruslah sama dengan pemampatan batang dengan bahan yang sama
dari h0 =2 satuan menjadi h=1 satuan tinggi . Hitung regangan teknis dan regangan sebenarnya.

Regangan tarik teknis [ pers.(4-4b)] ef=100(2-1)/1=100%

Regangan tekan [Pers. (4-16)] ec=100(2-1)/2=50%

Regangon alami, tarik [Pers. (8-3)] ɛ=1n(2/1)=0,69

Regangan alami , tekan [ Pers . ( 8-5a )] ɛ=1n(1/2)=-0,69

Perhatikan bahwa tidaklah tepat menyebutkan regangan teknis tanpa menentukan apakah regangan itu
tarik atau tekan karena, untuk menghitung regangan tarik, perubahan dimensi dibagi dengan dimensi yang
lebih kecil, sedangkan untuk regangan tekan perubahan dimensi dibagi dengan dimensi yang lebih besar
(lihat juga Contoh 4.8). Nilai absolut regangan alami adalah sama untuk regangan tarik dan tekan, yang
dengan tepat menunjukkan bahwa dua deformasi tersebut efek-efeknya ekuivalen pada bahan

8.1.2 Peluluhan Diskontinu

Tidak semua logam dan paduan memperlihatkan transisi yang mulus dari deformasi elastis ke deformasi
plastis yang telah kita bahas sejauh ini, dan tidak semuanya mengalami pengerasan-regangan secara
kontinu. Anomali dalam perilaku aliran plastis adalah karena alasan struktur.
Elongasi Titik-Luluh Pada Sub-subbab 6.1.2 telah dijelaskan mengenai kemungkinan pembentukan
larutan padat interstisi di mana atom-atom terlarut, yang jauh lebih kecil dari atom pelarut, berukuran
sesuai dengan ruang-ruang di antara atom-atom dalam kisi-kisi dasar. Atom-atom terlarut ini sering
mencari lokasi yang lebih nyaman di mana cacat kisi-kisi telah menciptakan void di dalam struktur. Hal
ini paling mencolok dijumpai pada karbon dan nitrogen di dalam besi. Atom-atomnya cukup kecil hingga
dapat masuk ke dalam kisi-kisi; namun demikian, atom-atom itu cenderung berpindah melakukan
dislokasi di mana distorsi kisi-kisi menyediakan lebih banyak rongga (persis di bawah barisan atom
tambahan dalam Gambar 6.13c). Dalam pengertian tertentu, atom-atom terlarut membentuk atmosfer
padatan yang melengkapi kisi-kisi dan menetap,memaku dislokasi.

Selama berlangsung deformasi, tegangan yang lebih besar harus diberikan sebelum dislokasi dapat
terbelah keluar dari atmosfer padatan atom-atom karbon atau nitrogen. Ini menghasilkantitik luluh (yield
point) pada kurva tegangan regangan pada baja karbon-rendah (Gambar 8.3a; namun perlu diketahui
bahwa puncak gaya awal disebabkan oleh interaksi dengan sifat-sifat elastis dari pengujian; karena itu,
apa yang dinamakan titik luluh atas bukanlah parameter bahan yang sesungguhnya). Setelah dislokasi
terbelah keluar dari atom-atom pemaku, dislokasi menjadi belipat ganda dan bergerak dalam kelompok
yang lebih besar ke arah tegangan geser maksimum ( pada arah 45⁰ terhadap arah gaya yang bekerja).
Pada kondisi yang tepat, peluluhan lokal tersebut menjadi kentara bersama dengan terlihatnya garis-garis
Lider atau berkas regangan (strain band) pada permukaan spesimen (Gambar 8.4), namun akan
menghasilkan tanda-tanda regangan memelar (stretcher strain) pada permukaan komponen logam pelat
yang dibentuk dengan pemelaran (Sub- subbab 10.1.1). Kemunculan berkas-berkas regangan berikutnya
berlanjut pada seluruh panjang spesimen pada tegangan yang relatif rendah, yang kemudian menghasilkan
elongasi titik-luluh (Gambar 8.3a). Begitu berkas-berkas regangan melingkupi seluruh permukaan, maka
perilaku pengerasan-regangan normal yang akan mengambil alih.

Jika peregangan terhenti dan kemudian mendadak terjadi kembali, maka kurva pengerasan-regangan
awalnya akan kembali mulus. Namun demikian, jika ada cukup waktu bagi atom-atom interstisi untuk
mengisi tempat dislokasi baru (sehingga atmosfer karbon dan nitrogen memadat kembali), maka baja itu
akan menjadi kuat dan fenomena titik-luluh akan berulang (garis patah-patah dalam Gambar
8.3a).Perilaku inidianakan penuuan regangan (strain aging).
Peluluhan Bergerigi Peluluhan diskontinu selama pengerasan regangan teramati pada beberap sebab
yang terkait dengan kepekaan laju-regangan negatif, bukan karena pemakuan yang "lunak" (dengan
konstanta pegas rendah), peluluhan berlangsung setahap demi setahap; pada mesin a bahan karena sebab-
dislokasi. Ketika diuji pada mesin "kaku" gaya engan sangat tajam (menghasilkan peluluhan bergerigi)
(Gambar 8.3b). Perilaku demikian ini dapat sangat menggangu pada beberapa paduan aluminium
substitusi, karena sekali lagi akan menciptakan tanda-tanda yang kentara dan tak menyenangkan pada
permukaan (Sub-subbab 10.1.2).

8.1.3 Tekstur (Anisotropi)

Pada sub-subab 6.3.1 (gamba6.13) telah kita ketahui bahwa kristal mengalami deformasi dengan
meluncur pada bidang – bidang tertentu . jika kristal yang ditunjukkan dalam gambar 6.13a akaan di
jadikan lebih panjang , maka bidang- bidang slip harus diputar ke arah regangan; pada deformasi
tekan.bidangluncur diputar memotong arah regangan.ini memiliki konsekuensi penting dalam bahan
polikristalin, terutama ketika hanya ada sedikit sistem slip yang tersedia. Sebelum deformasi, sifat-
sifatnya adalah isotropik (sama dalam segala arah), yang menunjukkkan rata-rata sifat dari kristal dengan
arah acak.Deformasi mengakibatkan elongasi butir -butir dan perputaran bidang slip di dalam butir-butir
dan perputaran bidang slip di dalam butir-butir. Ini menyebabkan penyejajaran yang kentara (orientasi
arah atau tekstur yang dikehendaki) dari orientasi kristalografi (Gambar 8.5a). Bahan polikristalin yang
memiliki suatu tekstur akan memperlihatkan beberpa sifat arah yang mencirikan kristal tunggal.
Direksionalitas atau anisotropi sifat ini (ketergantungan pada arah pengujian) tampak jelas dalam
modulus elastisitas, YS. TS. elongasi (Gambar 8.5b) dan sifat-sifat lain. Ini dapat dimanfaatkan untuk
tujuan tertentu. Dengan demikian, pelat baja silikon (3Si-0,003C) diproses dengan menyajajarkan sisi
kubus disepanjang arah gilasan untuk mengoptimalkan siaft-sifat magnetis untuk inti transformator. Yang
paling penting diperhatikan dalam pengerjaan logam adalah besar regangan relatif juga berubah selama
deformasi.

Anisotropi Deformasi kita dapat mengekspresikan prinsip kekonstan volume [(Pers. (4-2)] berdasarkan
regangan alami; jumlah dari tiga regangan sebernarnya adalah sama dengan nol.

ε 1+ ε 2 +ε 3=0
,,,

gambar8.5 terbentuknya sebuah tekstur (a)mencerminkan variasi sifat-sifat mekanis ( b)pengaruh anisotropi terhadap
deformasi sebuah bahan ditentukan dalam uji tarik (c) yang diulang dalam arah yang berbeda beda sesuai arah
penggilasan.

Perlu diingat bahwa regangan sebenarnya adalah logaritma alami dari ukuran baru dibagi dengan
ukuran lama [Pers.(8- -4) dan (8-5a)]. Dalam uji tarik, regan2,an utama adalah positif (tarik),
sedangkan regangan melintang c, dan C adalah negatif (tekan). Untuk muclahnya, kita biasa
menggunakan istilah regangan arah panjang e, regangan arah lebar , dan regangan arah tebal
(Gambar 8.5c). Maka

ε i+ ε u +ε i =0

Hubungan ini selalu berlaku, namun e ir dan belum tentu memiliki besar yang sama. Sebagai
peijanjian, besar relatif dari regangan melintang dinyatakan dengan nilai r, yang merupakan rasio
antara regangan arah lebar dan regangan arah teba l
εu
r=
εl
Jenis-jenis Anisotropi Ada beberapa kemungkinan:

1.Bila bahannya bersifat isolropik, maka ε u= ε idan r=1 Terlepas dari apakah spesimennya
dipotong searah dengan arah gilasan, melintang, atau pada sudut di antaranya (Gambar 8.5d); dalam
bahan isotropi

r 0 =r 90+ r 45=1

2.Dapat dipahami bahwa nilai r akan berbeda beda bergantung padsa arah gilasan.

r 0 ≠ r 90 ≠ r 45
Ini ditunjukkan sebagai anisoiropi bidang dan akan menimbuikan masalah semisal bubungan pada
pengepresan desak dalam (Sub-subbab 10.6.2).

3.Jika nilai-nilai r yang terukur pada bidang pelat adalah sama dalam semua arah namun
tidak sama dengan satu

r 0 =r 90=r 45 ≶ 1

maka dinamakan anisoiropi normal, karena deformasi spesimen uji dalam arah ketebalan (tegak lurus
terhadap permukaan pelat) adalah besar atau lebih kecil dibanding arah melebar.

4. Tidak1ah mustahil dan bahkan sudah lazim anisotropi normal dan bidang terjadi
secara serentak.

r 0 ≠ r 90 ≠ r 45 ≠1

Untuk memisahkan kedua jenis anisotropi , kita dapat menetapkan renata r, yang menunjukkan ṝ atau r m

r 0+ r 90+ 2r 45
rm=
4

Sebagai ukuran anisotropi normal( sering kali, simbol digunakan secara longgar untuk menunjukkan ṝ atau rm)

r 0+ r 90−2 r 45
∆r=
2

Contoh 8.5

pemasok pelat baja mencantumkan nilai berikut ini: r = 1,70 dan Ar = 0,64. Diketahui
bahwa r dalam arah gilasan dan arah melintang adalah sama dan merupakan nilai yang
paring tinggi. Temukan r 0 , r 9 0 , dan r 4 5 .

∆r=0,64=(2r 0 -2r 4 5 )/2; 0,64= r 0 - r 4 5

r 0 =r 9 0 =1700+0,32+=2,02; r 4 5 =1,70-0,32=1,38

Anisotropi Bakan Pelat Pemmunculan tekstur sangat bergantung pada struktur kristal.

1. Pada bahan heksagonal, terbatasnya jumlah sistem slip mengakibatkan munculnya tekstur
setelah terjadinya deformasi yang relatif kecil (20-30 % ) , dengan scbagian besar bidang dasar berposisi
tegak lurus terhadap pemberian gaya gilas, yakni, dengan penampang dasar yang hampir sejajar dengan
permukaan pelatnya .Bila spesimen uji tarik yang lerbuat dari pelat berbahan demikian ini diperpanjang,
maka deformasinya sangat anisotropik

a. Dalam bahan hcp dengan ratio c/a yang tinggi, peluncuran terbatas hanya pada bidang-
bidang dasar (Gambar 6.2c), dengan demikian ketebalan pelatnya akan berkurang, sedangkan lebarnya
nyaris tak berubah,sebagaimana tumpukan kartu dapat dipanjangkan dengan menggeser kartu di atas satu
sama lainnya (Gambar 8.6a). Nilai r menjadi sangat kecil,contohnya 0,2 untuk seng.

b. Deformasi spesimen tarik yang terbuat dari bahan hcp dengan rasio c/a yang rendah
memperlihatkan sangat berbeda, Karena slip untuk ini terjadi pada bidang-bidang prismatik dan atau
piramida (Gambar 6.2d)maka ketebalan pelatnya nyaris tidak berkurang, ali-alih, sebagian besar
deformasi terjadi dengan penataan ulang prisma-prisma heksagonal,yang mengakibatkan lebar spesimen
berkurang secara mencolok(Gambar8.6b) secara teori, r dapat memiliki nilai yang tak terhingga , namun
dalam praktiknya jarang yang melampaui nilai 6 , yakni nilai untuk titanium.

2. Logam berstruktur fcc memiliki banyak sistem slip yang ekuivalen (Gambar 6.2a);
karena itu, hanya berkali-kali kemudian-biasanya 50 % reduksi - logan itu membentuk tekstur . Bahan fcc
polikristal yang sepenuhnya diacak nyaris bersifat isotropik (r=1). Meski demikian, setelah deformasi
nilai r dapat merosot dan banyak logam paduan aluminium yang cenderung memiliki nilai 0,4˂ r ˂ 0,8

3. arah slip yang umum pada bahan bcc (gambar 6.2b) dapat dimanfaatkan dengan
pengolahan yang tepat untuk mendapatkan nilai r yang berkisar dari 0.8hingga di atas 2.

Gambar 8.6 Deformasi logam heksagonal (a)rasio C/a yang tinggi mengakibatkan slip bidang dasr dan rendahnya nilai r ;
(b) rasio C/a yang rendah mengakibatkan slip prismatik dan tingginta nilai r.

Contoh 8.6

Uji tarik yang dilakukan spesimen pelat ( seperti gamabr8.5c) dengan ukuran l 0 =50,0 mm w 0 =6,0mm,
dan h 0 =1,00 mm. Pengujian itu dihentikan sebelum terjadinya kontraksi; pada saat itu l 1 =60,0mmdan
w 1 =5,42mm, ( ketebalan h 1 sulit diukur dengan ketepatan yang memadai). Hitunglah nilai r.
Kita dapat menghitung rata-rata ketebalannya dari prinsip kekonstanan volume , atau mendapatkan ɛ 1
dar persamaan(8-7)

ɛt=-ɛl-ɛw=-[ln(60/50)]-[ln5,42/6,00]=-0,1823+0,1017=-0,0806 r=(-0,1017)/(-0,0806)=1.26

8.1.4 Pengaruli Pengerjaan Dingin

Dari Gambar 8.1 dapat diketahui dengan jelas bahwa tegangan sebenarnya yang terus meningkat
diperlukan untuk kelangsungan deformasi logam. Karena ini merupakan konsekuensi langsung dari
pengerjaan atau peregangan, maka ini dapat kita sebut pengerasan pengerjaan (work hardening) atau
pengerasan regangan (strain hardening). Alasannya dapat diketahui dalam mekanisme deformasi plastis.
Dari Sub-subbab 6.3.1 dapat kita ketahui bahwa logam kristalin mengalami deformasi oleh
karena slip dan, pada skala atom, oleh karena perambatan dan berlipatnya dislokasi (Gambar 6.13). Slip
terjadi pada bidang-bidang kemasan-rapat dalarn arah-arah kemasan-rapat (Gambar 6.2); dari pengamatan
terhadap Gambar 6.2 kita dapat melihat bahwa ada sejumlah sistem slip ekuivalen dalam tiap-tiap struktur
kristal. Ketika deformasi berlangsung, dislokasi dapat mulai bergerak pada beberapa sistcm. Diperlukan
tegangan yang tinggi untuk menggcrakkan serangkalan dislokasi pada bidang yang sama dan belum lagi
diperlukan tegangan yang tinggi untuk menggerakkan dislokasi-dislokasi tersebut ketika mulai merambat
pada bidiang-bidang lain yang semakin sukar. Tegangan yang lebih tinggi ini merupakan penyebab
meningkatnya tegangan alir .Distorsi kisi-kisi kristal oleh atom-atom asing akan semakin menghambat
gerak bebas dislokasi dan meningkatkan pengerasan regangan; karena itu, larutan padat memiliki nilai n
yang lebih tinggi. Karena ini akan memberikan regangan prakontraksi yang lebih besar, maka larutan
padat memiliki keuletan yang tinggi.

Bahan yang mengalami pengerjaan dingin, misalnya, dengan penggilasan atau penarikan, juga
mengalami pengerasan regangan. Kerapatan dislokasi meningkat dan, bila uji tarik dilakukan pada bahan
yang dilakukan pengerasan-regangan ini, diperlukan tegangan yang lebih tinggi untuk memulai dan
mempertahankan deformasi plastis; dengan demikian, YS akan meningkat. TS iuga meningkat, meski
tidak sctajam YS, dan rasio TS/YS mendekati satu (Gambar 8.7). Akan tetapi, keuletan bahan—seperti
yang ditunjukkan dengan elongasi total dan reduksi luasan—anjlok karena lebih tingginya kerapatan
dislokasi awal. Demikian pula, K meningkat dan n menurun. Struktur mikronya juga berubah: kristal-
kristal (butir-butir) menjadi memanjang ke arah deformasi utama. Perubahan-perubahan ini ciirangkum
dalam Gambar 8.8a. Bahan tersebut juga dapat memiliki sifat-sifat yang bergantung arah, seperti yang
dibahas dalam Sub-subbab 8.1.3. Pengerasan regangan menjadi penting karena beberapa alasan. Karena
banyak bahan dengan pengerjaan-dingin yang, tetap mcmiliki tingkat keuletan yang tinggi, maka
pengerjaan dingin merupakan metode yang murah dalam mendapatkan bahan dengan tingkat kekerasan-
tinggi. Namun demikian, ada risiko yang harus dibayar: meningkatnya tegangan alir dapat mencetuskan
tekanan yang beriebihan pada alat pemakan dan berkurangnya keuletan dapat mengakibatkan retakan
pada benda keda. Ini dapat menjadi masalah besar ketika hendak dilakukan pengurangan tebal secara
besar-besaran atan bila pembuatan suatu produk melibatkan sejumlah urutan langkah pengedaan Oleh
karena itu, pengaruh pengeijaan dingin perlu dih ilangkan dengan cara penganilan.
GAMBAR 8.7 Uji tarik yang dilakukan pada bahan yang telah dikerjakan sebelumnya
menunjukkan bahwa pengerjaan dingin meningkatkan kekuatan dan mengurangi keuletannya.

Pengerjaan dingin sebelumnya %→


G A M B A R 8 . 8 P e n g a r u h p e n g e r j a a n d i n g i n s e b e l u m n y a ( a ) s e b a g i a n h i l a n g k a r e n a p e m u l i h a n (b) d a n
kondisi awalnya yang lunak muncul kembali karena rekristalisasi ( c)

Contoh 8.7

pengaruh penger jaan ding in dapat ditun jukkan dalam s ifa t- si fa t kun ingan Cu -30 Zn.
Seper ti ditunjukkan dalam Contoh 6.7, ini merupakan bahan tradisional untuk selongsong
peluru, namun ini iuca digunakan untuk banyak tujuanlain, terutama bahan dalam bentuk
pelat. Kuningan tersedia d a l a m b e r b a g a i " t e m p e r " g i l a s a n .

Reduksi Kekerasan

Temper gilasan YS,MPa TS,MPa e.., % HRB

H01(1/4 keras) 10,9 275 370 43 55

H02(1/2 keras) 20,7 360 425 23 70

H04(keras) 37,1 435 525 6 82

H06(ekstra keras) 50,1 450 595 5 83

H08(pegas) 60,5 650 3 91

H10(ekstra pegas) 68,6 680 3 93

8.1.5 Penganilan

Kita definisikan penganilan sebagai perlakuan panas yang melibatkan pemanasan (dan penahanan) hingga
mencapai tingkat suhu yang cukup tinggi (Sub-subbab 6.4.1). Bila tujuannya adalah menghilangkan
pengaruh pengerjaan dingin pada produk jadi, maka perlakuan ini dinamakan penganilan (annealing).
Bila tujuannya adalah untuk melunakkan benda keija untuk keperluan pengerjaan dingin Ianjutan,
perlakuan ini disebut penganilan proses (process annealing). Pada dasarnya, keduanya melibatkan proses-
proses metalurgi yang sama.

Pemulihan Di Subbab 4.6 kami memperkenalkan konsep suhu homolog dan menunjukkan bahwa di atas
0,5 Tm kekuatan dari banyak bahan akan merosot. Salah satu penyebabnya adalah ekskursi termal yang
besar yang akan memberi peluang bagi atom-atom untuk bergerak ke lokasi-lokasi kosong, (Sub-subbab
6,1.2) dan dengan demikian akan dengan mudah berubah tempat. Bahkan sebelum suhu ini dicapai,
meningkatnya mobilitas atom akan memungkinkan pembentukan kembali dislokasi menjadi larik-larik
teratur (biasanya pada suhu 0,3-0,5 Tm ). Bila waktunya mencukupi, pemulihan ini akan mengembalikan
beberapa kelunakan awal tanpa mengubah struktur butir yang tampak (Gambar 8.8b). ini akan memberi
keuntungan tertentu: Pada sebagian besar logam. keuletan akan menurun tajam bahkan pada tingkat
pengerjaan dingin yang rendah (Gambar 8.8a dan garis utuh dalam Gambar 8.9). Oleh sebab itu, anil
pemulihan (recovery anneal) merupakan nietode yang bermanfaat untuk menghasilkan bahan dengan
kekuatan yang lebih tinggi namun dengan keuletan yang masih balk. Cara ini akan mengembalikan
konduktivitas listrik, yang sangat penting untuk kawat-kawat listrik.

Contoh 8.8

Beberapa paduan aluminium secara berangsur melunak pada suhu ruang dan akan menjadi stabil dengan
memberikan perlakuan panas bersuhu-rendah (temper H3). Dari Metals Handbook, edisi ke-9, vol. 2, hlm.
102:

YS,MPa TS,MPa el...%

5056-O(dianil) 152 290 35

5056-H18(dikeraskan penuh) 407 434 10

5056-H38(dianil-pemulihan) 345 414 15

GAMBAR 8.9 Pengerjaan dingin yang diikuti dengan penganilan sebagian dapat menghasilkan keuletan yang relatif
tinggi dipadu dengan kekuatan yang balk. (Dari J. A. Schey, dalam Techniques of Metals Research, R. F. Bunshah
(ed.), vol. 1, pt. 3, lnterscience, 1963, hlm. 1415. Dengan izin.)
Peningkatan keuletan yang diperoleh mungkin sangat kecil, namun seeing kali bahan yang dianil-
pemulihan memungkinkan sebuah proses pengerjaan-logam pelat dengan kesulitan yang kritis dapat
dilanjutkan.

Rekrisfalisasi Di atas 0,5 Tm atom dapat bergerak, berdifusi membentuk inti baru yang relatif bebas-
dislokasi yang akan berkembang hingga semua struktur pengerjaan dingin niengalami rekristalisasi.
Difusi sangatlah bergantung pada waktu dan suhu (Gambar 8.8c). Biasanya akan diliasilkan struktur
bersumbu sama (equfaxeci), dengan ukuran butir yang merupakan fungsi dari pengerjaan dingin
sebelumnya, suhu penganilan, dan waktu.

Gaya penggerak rekristalisasi didapatkan dari muatan energi (energi lersimpan) yang dihasilkan dari
tingginya kerapatan dislokasi yang ditimbulkan oleli pengerjaan dingin. Karena itu, rekristalisasi dimulai
pada suhu rendah seiring dengan tingkat pengerjaan clingin sebelumnya (Gambar 8.10). Kita tabu bahwa
bahan berbutir-kasar mem iliki kekuatan rendah (Sub-subbab 6.3.6), karena itu tujuan yang ingin dicapai
pada umumnya adalah menghasilkan butir yang lebili halus. Hal ini dapat dicapai dengan mempertinggi
tingkat pengeizjaan dingin karena, pada suhu tertentu, akan ada lebilz banyak inti yang terbentuk dan
ukuran butirnya berkurang. Kekuatan akan meningkat diiringi dengan sedikit pengurangan keuletan (lihat
Contoh 6.13). Karelia itu, tidak mungkin dilakukan rekristalisasi jika pengerjaan dinginnya tidak
dilakukan sama sekali dan ukuran butir awalnya tidak diubah. Kerapatan dislokasi yang rendah akibat
sangat rendahnya tingkat (misalnya 2-4%) pengedaan dingin akan menghasilkan bentukan dengan sedikit
inti yang selanjutnya dapat tumbuh hingga berukuran besar. Tingkat pengedaan dingin kritis dem ikian in
i biasanya tidak dikehendaki karena buruknya sifat-sifat mekanis dari struktur berbutir-kasar. Sebaliknya,
butir yang sangat halus--yang didapatkan dengan penganilan

logam yang telah menaalami pengerjaan dingin tingkat berat-memberikan kekuatan yang tinggi namun
dengan keuletan yang memadai (lihat Contoh 6.13). Perin diketahui bahwa penganiian tidak selalu
memuilihkan isotropi; tekstur deformasi dapat dengan mudah tergantikan dengan tekstur penganilan.
GAMBAR 8.10 Rekristalisasi dimulai pada suhu rendah dan ukuran butir yang mengalami
rekristalisasi mengecil seiring bertambahnya tingkat pengerjaan dingin sebelumnya.

Suhu 0,5 Tm hanyalah patokan yang sangat umum karena jumlah unsur-unsur paduan yang, sedikit
sekalipun dapat menunda pembentukan butir-butir baru, dan karena itu dapat meningkatkan suhu
rekristalisasi. Pada paduan yang dirancang khusus untuk digunakan pada suhu tinggi, misalnya paduan
super, campuran yang banyak akan menghambat rekristalisasi hingga sekitar 0,8 Tm (lihat Contoh 6.9).

Bila suatu logam dikenai pemanasan dalam waktu yang lebih lama, butir-butir yang lebih besar—
yang memiliki lugs permukaan per satuan volume yang lebih kecil dan memiliki energi permukaan yang
lebrh rendah—akan berkembang dengan meniadakan butir-butir yang lebih kecil. Pertumbuhan hair ini,
pada umumnya, tidak dikehendaki karena akan menoorbankan kekuatan dan bahkan keuletan bila butir-
butir tersebut terbentuk dalam jumlah yang berlebihan.

Pemulihan dan rekristalisasi secara kolektirdiistilahkan sebagai proses pehmakan (softening


processes) atau proses restorusi (restoration processes).

8.1.6 Pengerjaan Panas

Kita ketahui bahwa suhu di alas 0,57m, sangat memudahkan dilusi atom. lni berarti dislokasi
yang tertahan memiliki peluang untuk merambat menyusuri bidang atom dan dapat bergerak menuju
dislokasi lainnya tanpa halangan. Karena itu, jika defomarsi itu sendiri terjadi pada suhu yang tinggi,
maka banyak dislokasi dapat segera menghilang bahkan ada yang mendapati bahwa proses pelunakan
berlangsung secara serentak dengan perambatan dislokasi. Bahan yang dihasilkan daripengeduanpanas
memiliki kerapatan dislokasi yang jauh lebih rendah dan, karena itu, memiliki kekerasan-regangan lebih
rendah dibanding bahan yang menjalani pengerjaan-dingin.

Dalam praktiknya, pengerjaan panas dilakukan dalam suhu yang lebih tinggi di mana proses
pelunakannya cepat, namun pada suhu yang setinggi itu belum ada bahaya peleburan (biasanya antara
0,7Tm dan 0,9T).

Nyekanisme Pengerjaan Pangs Karena 0,5 Tm juga merupakan suhu rekristalisasi, maka sering dikatakan
bahwa pengerjaan panas dilakukan di atas suhu rekristalisasi. Padahal, rekristalisasi selama pengerjaan
panas (rekristalisasi dinamis) sama sekall tidak besifat universal; pada banyak bahan, pemulihan dinamis
berlangsung selama pengerjaan, yang menghasilkan tegangan alir yang agak rendah.
Rekristalisasi masih dapat terjadi pada saat setelah pemanasan atau pada saat mendingin dari suhu
pengerjaan panas. Karena itu, ciri khas dari pengerjaanpanas bukanlah struktur yang mengalami
rekristalisasi, melainkan kejadian serentak antara perambatan dislokasi dan proses pelunakan, dengan atau
tanpa rekristalisasi selama pengerjaan. Mekanisme utamanya bergantung pada suhu laju regangan, dan
ukuran butir,dan dapat ditunjukkan dengan jelas pada peta mekanisme deformasi. Secara umum, struktur
yang mengalamI rekristalisasi menjadi lebih halus dengan suhu deformasi yang lebih rendah dan laju
pendinginan yang cepat, dan bahan dengan sifat-sifat unggul dapat diperoleh dengan mengontrol suhu
akhir

Tekanan Alir dalam Pengerjaan Panas Karena semua proses pelunakan memerlukan pergerakan atom,
maka waktu yang tersedia untuk proses itu sangatlah penting. Ini berarti dalam pengerjaan panas terdapat
kepekaan laju-regangan yang sangat besar. Perlu kita pethatikan bahwa laju regangan jangan dicampur
aduk dengan kecepatan deformasi (Subbab 4.6). Dalam definisinya yang sangat sederhana,laju regangan
adalah kecepatan deformasi sesaat dibagi dengan panjang atau tinggi sesaat benda kerja [Pers. (4-17)].
Untuk deformasi tekan (Gambar 4.11)
v
ϵ=
h
Sekali lagi ɛ dinyatakan dalam satuan S-1

Untuk menemukan tegangan alir sebuah logam, spesimennya dipanaskan dengan suhu konstan
dan kemudian ditekan (atau diuji regangannya) dengan laju regangan konstan, pada mesin yang
perubahan kecepatan kepala lintangnya dilakukan secara terprogram untuk menjaga agar e [Pers. (8-0)]
tetap konstan.

Contoh 8.9
Tegangan alir logam hendak ditentukan dengan memampatkan silinder setinggi 20 mm dengan laju
regangan konstan. Hitunglah kecepatan mesin pres yang diperlukan untuk pemampatan yang
menghasilkan pengurangan tinggi 60% pada ɛ= 5 S-1.

Dari Persamaan (8-10), mesin pres harus melambat ketika tingginya berkurang hingga 8 mm tinggi akhir.

Tinggi,mm Kecepatan Mesin Pres ,mm/s

20 100

16 80

12 60

8 40

Dari perekaman hubungan gaya terhadap perpindahan, kurva tegangan-regangan digambarkan dengan
menunjukkan Sejumlah kecondongan (Gambar 8.11a):

1 .Setelah mencapai puncak awal, tegangan alir menurun seiring meningkatnya regangan. Pelunakan
regangan tersebut biasanya menandakan rekristalisasi dinamis.

2. Kurva tegangan-regangan dapat sangat rata setelah pelulullan awal, yang menunjukkan bahwa
pengerasan regangan dan proses pelunakan berimbang satu sama lain.

3. Pada laju regangaan yang lebih tinggi lagi, tegangan meningkat meningkatnya regangan, yang
menunjukkan bahwa proses pelunakan tidak dapat beriringan dengan pengerasan regangan.

Sebagai pendekatan pertama, tegangan alir pengerjaan panas dapat dianggap hanya ditentukan
oleh laju regangan. Selanjutnya nilai tegangan alir untuk regangan tertentu dapat diperoleh dari kurva
tegangan-regangan sebenariiva (Gambar 8.11a) dan digambarkan kembali sebagai fungsi dari laju
regangan pada skala log-log (Gambar 8.11b). Pada umumnya garis yang digambarkan adalah lurus, yang
menunjukkan bahwa tegangan alir pengerjaan panas merupakan fungsi perpangkatan dari laju regangan ɛ.

σ f =C ε m

GAMBAR 8.11 Pengerjaan panas dilakukan dengan pengerasan dan pelunakan secara serentak. (a)
Tegangan alir peka terhadap laju regangan dan (b) untuk suhu dan regangan tertentu, tegangan ini sering
kali merupakan fungsi perpangkatan dari laju regangan.

di mana C adalah kogfisien kekuataii dan in adalah eksponen kepekaan-laju-regangan. Nilai C didapatkan
pada laju regangan satu satuan dan in adalah kemiringan garis, yang lagi-lagi diukur pada skala iinier
(Gambar 8.11 b). Sebagai alternatif, fungsi dalil-perpangkatan disesuaikan dengan titik-titik data. Dui
Gambar 8.11 dapat diketahui dengan jelas bahwa untuk bermacam regangan akan didapatkan nilai C dan
in yang berbeda. C dan in juga berubah sesuai suhu. Suhu yang meningkat biasanya akan meningkatkan
kepekaan laju-regangan dan nilai in, namun selalu menurunkan tegangan alir dan nilai C. [Catalan:
Bentuk utull Pers.(8-11) memiliki ɛ/ɛ0 di dalamnya; dengan ɛ0 =1, bentuk Pers.(8-11) yang digunakan
secara universal dapat diperoleh]

contoh 8.10

hitunglah C dan m untuk bahan yang ditunjukkan dalam Gambar 8.11, dengan asumsi bahwa 𝜎f diberikan
dalam satuan MPa.

Dan grafik dalam Gambar 8.11b, C = 1 1,8 MPa (jangan lupa ini terbaca dalam skala log) dan m = 7,5/17
= 0,44 (jangan lupa ini terbaca dalam skala linier). Nilai m yang tinggi ini menunjukkan bahan
superplastis.

Untuk tujuan penghitungan, secara eksperimental tentukan nilai C dan m (misalnya, dari Tabel 8.2 dan
8.3), atau dengan menggunakan kurva tegangan alir. Namun perlu diketahui bahwa waktu dan suhunya
ekuivalen dalam hal pengaruhnya terhadap pelunakan. Karena itu, ada kalanya memungkinkan untuk
mengekspresikan semua nilai tegangan alir pengerjaan-panas dengan satu kurva yang merupakan fungsi
dari kecepatan-(atau laju-regangan-) suhu ubahan.

Dalam membahas tegangan alit pengedaan-dingin [Pers. (8-4)], kita bunt asumsi implisit bahwa pengaruh
laju-regangan boleh diabaikan (yakni, m= 0). lni tidak sepenuhnya benar; pengerasan yang lebih
terperinci tentang respons logam harus rnencakup regangan dan laju regangan. Kepekaan laju-regangan
meningkat seiring meningkatnya suhu homolog dan meningkat secara mendadak ketika mencapai suhu
pengerjaan-panas. Nilai umum dari eksponen kepekaan laju-regangan adalah

Pengerjaan dingin -0,05˂ m ˂ 0,05


Pengerjaan panas 0,05˂ m ˂ 0,3

Superplastis 0,3˂ m ˂ 0,7

Fluida Newton m=1

Pengerjaan Hangat Deformasi 0,37m hingga 0,5 Tm, seeing disebut sebagai pengerjaan hangat, dan
dicirikan dengan berkurangnya pengerasan regangan, meningkatnya kepekaan laju-regangan dan
tegangan alir yang agak rendah dibandingkan dengan pengedaan dingin.

Keuletan Nilal m yang tinggi berarti bahwa gaya yang _jauh lebih tinggi dibutuhkan untuk
mendeformasi bahan pada la_ju regangan yang lebill tinggi. Ini menandakan elongasi total yang lebih
besar karena alasan berikut ini:

Ketika, selama pengujian tarik, kontraksi mulai terbentuk, kontraksi mula-mula ini merupakan
penampang lintang terkecil pada spesimen. Pada bahan yang tidak peka terhadap laju regangan, kontraksi
ini_juga merupakan bagian terlemah dan yang akan menyusut dan patch. Kejadian-kejadian yang
menghasilkan perubahan yang berbeda-beda pada bahan dengan nilai nl positif. Karelia deformasi
terpusat pada bagian kontraksi, maka pan_jang deformasi sesaat dalam Pers. (4-17) berkurang secara
mendadak (lihat Gambar 4.2 dan 4.5). Laju regangan pada daerah kontraksi menjadi _jauh lebih tinggi
dibanding sebelum terjadi kontraksi, sementara di luar daerah kontraksi mengecil hingga nom. Oleh
karena itu ([Pers. (8-11)], tegangan alir pada bahan di bagian kontraksi meningkat dan bagian kontraksi
ini akan menahan deformasi lebih lanjut. Bahan sebelahnyalah yang berdeformasi dulu dan selanjutnya
lokasi-lokasi tersebut berkontraksi sampai keseluruhan panjang ukurnya mengalami deformasi (Gambar
4.16). Dengan begitu, kita mendapati bahwa total elongasinya meningkat akibat lebih tingginya nilai /7
(eksponen pengerasan-regangan)—yang menentukan regangcm prakontraksi—dan lebili tingginya nilai
in (eksponen peka laju-regangan)--yang menentukan regangan pascakontraksi (Gambar 8.2a). Ini menjadi
hal khusus yang penting dalam operasi-operasi jenis-peregangan (Subbab 10.5 dan 14.4).

Superplastis Pada beberapa bahan berbutir sangat halus (seeing kali berupa paduan dengan struktur
mikrochtpleks dua-fase), deformasi suhu tinggi terjadi karena pergeseran batas-butir dan difusi yang
menyertainya (esensinya, karena keseluruhan butir yang saling menggeser) atau dengan difuusi massy
yang membentuk kembali seluruh butir. Gaya deformasi dapat menjadi sangat rendah dan, selama laju
regangannya dipertahankan claim batas yang rnemungkinkan adanya mekanisme deformasi (Gambar
8.12), perilaku superplastis dapat dipertahankan dan nilai elongasi yang sangat besar (hingga ratusan atau
bahkan ribuan persen) serta-merta dapat diperoleh. Dengan begitu, teknik-teknik yang dikembangkan
untuk membentuk polimer (Subbab 14.4) dapat diterapkan pada logam-logarn ini.
Setelah pendinginan dan satin superplastis, banyak paduan memiliki kekuatan sangat besar.
Tetapi, mekanisme yang sama yang memungkinkan adanya deformasi superplastis juga turut
menyebabkan buruknya ketahanan mulur pada bahan berbutir-halus (Sub-subbab 6.3.6). Oleh sebab itu,
komponen-komponen yang dideformasi secara superplastis dapat digunakan untuk pelayanan bersuhu
tinggi setelah penganilan bersuhu tinggi. Dengan ini, butir-butir kasar terbentuk dengan area batas-butir
yang relatif kecil dan memberikan ketahanan yang lebih besar terhadap pemuluran pada laju regangan
yang rendah (Gambar 6.18). Urutan proses ini merupakan dasar dan Gatorizing'', sebuah proses yang
sudah dipatenkan untuk membuat cakram turbin dan paduan super.

8.1.7 interaksi antara Deformasi dan Struktur

Sampai di sins kita secara tidak langsung mengasumsikan bahwa bahan kerja adalah sejenis atau
homogen. Hal ini tentunya jauh dan kenyataan, dan interaksi antara proses deformasi dengan fitur-fitur
struktur dapat dimanfaatkan untuk mengontrol sifat-sifat layanan bahan-bahan.

GAMBAR 8.12 Beberapa bahan berbutir sangat halus memperlihatkan superpiastisitas, dengan nilai
ni yang sangat tinggi dalam kisaran laju-regangan yang terbatas. Tanda panah menunjukkan
pengaruh menurunnya ukuran butir atau meningkatnya suhu.

Penghancuran Struktur Coran Struktur ingot atau batang tuangan menunjukkan sejumlah
fitur yang tidak dikehendaki. Butir-butir dan cabang dendrit yang berada di dalam butir-butir
cenderung besar, dan karena itu kekuatannya rendah; butir- butir berlajunya (Gambar 7.l a) dapat
tertuju ke arah yang tidak dikehendaki, yang akan makin mengurangi kekuatan dan keuletannya
dalam beberapa arah. Gradien konsentrasinya biasanya ada, sebagaimana dibuktikan dengan
segregasi mikro (pemusatan, Gambar 6.9) dan segregasi makro (Gambar 7.4). Porositas mikro
yang mencirikan pemadatan dendrit sering dijumpai dan bisa jadi ada semacam buluh kasar
(Gambar 7.1a). Lubang-lubang jarum dan gelembung udara akan terbentuk sebagai akibat dari
evolusi gas selama pemadatan (Gambar 7.4a dan Sub-subbab 6.3.5)
Pengerjaan panas merupakan metode paling andal untuk menghilangkan fitur-fitur yang
merugikan ini karena:
1. Gerakan atom yang terdesak mempermudah rekristalisasi dan pemerataan
komposisi. Dengan demikian, butir- butir akan menjadi halus dan homogenisasinya dipercepat .
Umumnya didapati bahwa diperlukan minimal 75 % reduksi ( > 1,4) untuk menghancurkan
struktur coran. Jika perlu, arah deformasinya dapat dibalik guna mengakumulasi regangan yang
diperlukan tanpa mengubah bentuk keseluruhan (proses kerja tambahan).

Contoh 8.11

Sebuah rotor generator listrik ditempa dari ingot tuangan berdiameter 1500 mm dan
memiliki panjang 3000 mm . Untuk memastikan keutuhan rotor , dilakukanlah 75 % pengerjaan
panas , namun bentuk rotor mengharuskan agar dimensi awalnya dipertahankan. Carilah metode
untuk mengakumulasi pekerjaan yang diperlukan.
Dalam Contoh 8.4 kita mengetahui bahwa pemampatan aksial terhadap silinder
dengan tinggi 2 satuan dan diameter 1 satuan menjadi setengah dari tinggi semula akan
memberikan regangan -0,69. Karena itu, kita dapat memaparkannya menjadi 1500 mm dan
kemudian menarik (lihat sub-subbab 9.2.3) benda kerja kembali ke ukuran awal nya,sekali lagi
memberikan regangan 0,69. Berdasarkan pengaruhnya terhadap struktur, regangan tekan dan
tariknya adalah ekuivalen, dengan demikian total regangannya adalah 0,69+0,69 = 1,38. (Contoh
ini sangat disederhanakan dan mengabaikan komplikasi yang timbul akibat deformasi
inhomogen.)

2. Pori-pori dimampatkan hingga dinding.-dindingnya bersentuhan: jika tekanan dan


suhunya cukup tinggi pelekatan dan lasan kondisi padat akan secara efektif menghilangkan pori-
pori yang berperilaku sebagai cacat (minimal jika dinding-dindingnya sebelumnya bebas dari
kontaminan). Akan tetapi, bila retakan-retakan tersebut searah dengan arah penerapan gaya,
maka retakan-retakan tersebut cenderung akan membuka, bukannya pulih.

3. Deformasi akan sangat memperluas lapisan-lapisan tipis oksida dan kontaminan


internal lain. Konsekuensinya bergantung pada sifat dasar inklusi-inklusi.

a. Inklusi-inklusi yang getas akan terpecah menjadi partikel-partikel kecil di mana lasan
tekan dapat berlangsung. Dengan begitu, sekalipun inklusi masih di dalam bahan, ini tidak
membahayakan dari sudut pandang sifat-sifat mekanis. Demikian pula dengan lapisan tipis
oksida yang mungkin muncul pada permukaan-permukaan internal pori-pori atau buluh-buluh.
Karena senyawa antarlogam biasanya getas, maka biasanya juga akan hancur

b. Inklusi-inklusi yang ulet akan terentang dan dapat sangat merusak sifat-sifat bahan.

c. Oksida-oksida berat dan inklusi-inklusi terak yang dijumpai pada buluh-buluh akan
mencegah terjadinya lasan dan menyebabkan lapisan-lapisan dalam produk yang telah dilakukan
pengerjaan panas.
4. Ingot-ingot tuangan biasanya dikenai langkah-langkah pengerjaan panas, dan
rekristalisasi selama atau di sela-sela langkah-langkah akan menggantikan butir kasar tuangan
dengan struktur halus bersumbu sama, yang sifat-sifat mekanisnya jauh lebih baik.

5. Inklusi-inklusi yang terdistribusi secara acak dan partikel fasa-kedua akan menjadi
sejajar dan, dalam batas tertentu, tertuju ke arah deformasi utama. Penyeratan mekanis
(mechanical fihering) ini menimbulkan anisotropi yakni variasi sifat berdasar arah pengujian,
yang tidak saling bergantung dari arah mana pun yang dapat disebabkan oleh struktur kristalnya
(Sub-subbab 8.1.3) Biasanya, dalam arah orientasi serat sifat-sifat matriks mendominasi dan
kekuatan serta keuletannya tinggi (Gambar 8.13a). Ketika bahan diberi beban (selama
pembuatan atau selama penggunaan) dalam arah melintang, inklusi tersebut berlaku sebagai
peningkat tegangan yang efektif (Gambar 8.13b). Karena itu, bahan ini menderita apa yang
dinamakan sifat-sifat lintang-yang lemah (misalnya kekuatan dan, terlebih lagi, kekuatan impak
kekuatan lelah, dan keuletan) (Gambar 8.13c).

6. Penyeratan dapat ditunjukkan dengan memberikan etsa makro (macroetching) [yang


berlawanan dengan elsa mikro (microetching) yang lebih ringan yang digunakan untuk
mengetahui adanya struktur butir]. Struktur berserat yang terbentuk pada tahap-tahap awal
mengalami distorsi pada pengerjaan berikutnya, dan pemberian etsa penampang lintang untuk
mengetahui garis-garis aliran merupakan peranti yang sangat berguna dalam meneliti aliran
bahan. Bahkan dengan tidak adanya inklusi atau partikel fasa-kedua, garis aliran akan timbul bila
homogenisasinya tidak sempurna dan jejak- jejak segregasi mikronya masih ada. Ini terjadi pada
baja di mana sejumlah besar atom fosfor tetap bersegregasi bahkan setelah pengerjaan panas,
yang dengan demikian akan membentuk garis-garis aliran ketika dietsa-makro (seperti dalam
Gambar 9.4d dan 9.18).
Contoh 8.12

Inklusi getas yang berada di dalam sebuah batang memiliki lebar 5 mm, panja tebal 1
mm. Inklusi ini menuju ke arah elongasi (elongasi dapat terjadi akibat proses pengerjaan logam
yong menyebabkon elongasi oleh karena berkurangnya ketinggian benda kerja). Jika batang
tersebut tereduksi hingga 90 % ketebalan tanpa perubahan lebar, dan iika inklusi itu pecah tanpa
mengalami perubahan ketebalan, pada ukuran panjang berapakah pecahan-pecahan itu
menyebar? Reduksi 90 % ketebalan akan menghasilkan pelat pita dengan tinggi yang sama
dengan ( 100 – 90)=10 % dari ketebalan awal . Dari prinsip kekonstanan volume , lo, wo , ho Jika,
l1, w1 , h1. Jika wo= w1’ maka pertambahan panjangnya adalah l1/ lo = ho/h1 = 100/10 atau sepuluh
kali lipat, Dengan demikian pecahan-pecahan inklusi dengan panjang awal 12 mm akan
menyebar di sepanjang 120 mm . Di sela - selanya , pada iarak 120-12=108 mm ( atau 90 % ) ,
bahan batang akan mengalami kontak penuh dan tersambung kembali.

Contoh 8.13

Ketika Titanic diluncurkan pada tahun 1912, kapal ini adalah wujud teknologi mutakhir kala itu
dan dinyatakan "tidak dapat tenggelam" oleh kalangan pers. Namun, ketika menabrak gunung es,
kapal rusak parah dan tenggelam tiga jam kemudian. Pada tahun 1996 sebagian dari lambung
kapal dan beberapa pelat pancang berhasil diangkat dan diserahkan kepada Marine Forensic
Panel of Society of Naval Architects and Marine Engineers. Pelat tersebut kedapatan memiliki
suhu transisi ulet-ke-getas jauh di atas suhu air (ingat masalah pada kapal Liberty, Contoh 4.7).
Namun kerusakan utamanya disebabkan oleh putusnya paku-paku keling dari besi tempa,
sehingga pelat badan kapal terlepas . Besi tempa era 1921 - an mengandung sekitar 2-3 % vol .
terak besi - silika , yang mengalami elongasi selama penggilasan panas. Serabut-serabut terak
berperilaku sebagai inklusi berkekuatan nol, dengan demikian kekuatan dan keuletan melintang
besinya hanya sepersepuluh kekuatan dan keuletan membujurnya . Paku keling yang berhasil
diangkat memiliki lebih banyak terak ( lebih 9 % ) , yang digilas membentuk serabut-serabut
kasar. Hal ini tidak menimbulkan masalah di bagian kepala yang telah dibentuk terlebih dahulu
di mana serabut-serabut mengikuti bentuk bagian kepala, tetapi terbukti katastropik di dalam
kepala yang dibuat selama pemakuan: Serabut-serabut diarahkan melintang terhadap arah
pembebanan dan paku kelingnya tercabut lepas ketika kapal itu menabrak gunung es. (Sumber:
T. Foecke: Metallurgy of the RMS Titanic, National Institute of Standards and Technology-1R
6118, Feb. 4, 1998.

Pemrosesan Termomekanika Karena deformasi plastis melibatkan pergerakan atom, maka


deformasi ini akan mempercepat semua proses yang mengandalkan difusi atau transformasi. Kita
ketahui bahwa dislokasi-dislokasi, yang berlipat ganda dan tertahan selama deformasi, memberi
ruang bagi rekristalisasi. Dislokasi juga memberi ruang bagi pengintian partikel-partikel
presipitat, yang dengan demikian meningkatkan jumlah dan mengurangi ukuran presipitar. Ada
banyak kemungkinan yang beberapa di antaranya akan dibahas di sini

1. Ketika baja diperpadukan sedemikian sehingga austenit metastabil dapat muncul dalam
waktu yang wajar (belokan kurva dicondongkan ke kanan dalam Gambar 6.20), maka ada waktu
untuk mengolah austenit metastabil tersebut. Untuk itu, baja tersebut diaustenitisasi dan
kemudian segera didinginkan sekitar 100 hingga 200°C di bawah suhu transformasi di mana baja
tersebut diolah. Tingginya kerapatan dislokasi dalam austenit menghasilkan tingkat penghalusan
yang tinggi pada produk transformasi, dan baja bentukan austenit itu memiliki kekerasan yang
tinggi. Jika austenitnya dikerjakan pada suhu yang lebih rendah (pengerjaan termomekanika
bersuhu rendah, Gambar 6.20, baris 6), kekuatannya akan meningkat pesat tetapi dengan
mengorbankan keuletannya.

2. Dengan melakukan perpaduan, suhu awal transformasi martensitik (M) dapat


diturunkan dan struktur austenit metastabil tertahan dalam suhu ruang. Ketika bahan tersebut
dilakukan deformasi, mobilitas atom yang lebih tinggi selama defonmasi memicu transformasi
menjadi martensit. Karena itu, selama pengujian tarik, kontraksi yang baru terbentuk distabilkan
oleh transformasi austenit menjadi martensit yang jauh lebih kuat, dan peristiwa kontraksi lokal
tertunda hingga seluruh volume spesimen itu mengalami transformasi. Dengan demikian,
plastisitas yang dipicu olch transformasi [transformation-induced plasticily (TRIP)] menjadi cara
ketiga (di samping peningkatan nilai n dan m) untuk meningkatkan keuletan sebuah logam
sekaligus memberikan tingkat kekuatan yang tinggi. Baja TRIP juga memanfaatkan tingginya
kerapatan dislokasi yang ditimbulkan dalam austenit dengan pengerjaan hangat.
3. Telah dijelaskan bahwa tidak semua martensit itu keras. Jika kandungan karbonnya
sangat rendah, seperti dalam baja maraging (maraging steel), martensitnya lunak dan mudah
dikerjakan, namun selanjutnya dapat sangat kuat karena terjadinya presipitasi senyawa
antarlogam (misalnya Ni3Ti atau Ni3Mo) pada banyak ruang dengan kerapatan dislokasi yang
tinggi akibat pengerjaan dingin,

4. Bahan-bahan dengan pengerasan-presipitasi (Sub-subbab 64.2), misalnya paduan


aluminium dan nikel, dapat dikerjakan sewaktu dipanaskan dalam kisaran suhu larutan padat
homogen. Sewaktu pendinginan, presipitat-presipitat akan menjadi halus karena presipitat-
presipitat tersebut mulai terbentuk di lokasi-lokasi pemusatan dislokasi. Di sisi lain, bahan itu
dapat berupa larutan padat dari perlakuan-larutan dan larutan padat lewat jenuh (yang cukup
ulet) yang dikenai pengerjaan dingin untuk mendapatkan kerapatan dislokasi yang tinggi yang
akan menghaluskan presipitat-presipitat dengan penuaan berikutnya. Tingginya peningkatan
kekuatan dapat dicapai tanpa mengorbankan keuletan.

5. Bahan yang sudah dituakan-dan bahkan martensit yang distemper dapat dikenai
pengerjaan dingin untuk menarik manfaat dari penguatan yang besar sebagai hasil dari
penumpukan dislokasi dalam mengatasi penghalang- penghalang yang terdistribusikan şecara
halus. Keuletannya biasanya dikorbankan.

6. Terdapat pula kemungkinan-kemungkinan lain jika bahan itu mengalami transformasi


alotropik. Sebuah baharn yang dipanaskan hingga mendekati batas suhu transformasi sering
memperlihatkan kekuatan yang rendah dengan keulet yang tinggi, meski tidak setinggi bahan
superplastik. (Ini dimanfaatkan dalam pengerjaan-panas titanium dan paduan paduannya pada
kisaran suhu transformasiα −ke− β). Biasanya, butir-butimya juga menjadi halus dan morfologi
produk transformasinya juga berubah. Sebagai contoh, perlit yang dibentuk sewaktu pengolahan
baja pada sulu transformasi adalah jauh lebih halus dan dapat menjadi bulat-bulat (spheroidal).
Baja yang diolah pada suhu transformasi dapat memperlihatkan kekuatan yang sangat tinggi dan
memiliki kculetan yang baik (pengerjaan panas terkontrol

Contoh 8.14

Beberapa baja tahan karat dipadukan dengan sejumlah kecil Cu,Al,p,Nb,atau Ti. Setelah
pembentukan dingin Perlakuan pengerasan penuaan menyebabkan presipitasi senyawa antar
logam yong kerat yang meningkatkan kekuatan. Baja 17-4 PH [17Cr-ANi-ACu-0,3(Nb+Ta)
merupakan jenis umum dari baja tahan karat dengon pengerasan-presipitasi.

Kondisi YS,Mpa Ts,Mpa el.,%

Di-cnil-larutan 275 900 35

Dituakon 1310 1415 8

Pengerjaan-dingin dan dituakan 1790 1825 2


Contoh 8.15

Paduan aluminium 6063 tersedia dalam berbagai bentuks

Temper Penandaan YS,Mpa Ts,Mpa el.,%

Dianil -0 48 90

Perlakuan larutan -T4 90 172 22


dan dituangkan
secara alami

Perlakuan larutan -T6 214 240 12


dan dituangkan
secara buatan

Perlakuan -T8 270 290 12


larutan,
perlakuan dingin
dan dituangkan
secara alami&
dituangkan
secara buatan

Perhatikan peningkatan mencolok pada kekuatan ketika bahannya dikenai pengerjaan dingin
setelah perlakuan larutan, tetapi sebelumnya dengan pengerasan presipitasi.

Contoh 8.16

Baja paduan rendah berkekuatan-tinggi [high-strength low-olloy (HSLA)] mengandung sejumlah


kecil unsur pembentuk karbida dan nitrida (V, Nb, Ti, Mo) yang memungkinkan pengendalian
8.16 ukuran butir austenit, suhu rekristalisasi, dan ukuran butir ferit. Dengan begitu, tingkat
kekuatan dan ketangguhan yang tinggi dapat diperoleh dengan uruton pengolahan
termomekanika yang tepat. Sebagai contoh, setelah pendinginan terkontrol, komponen-
komponen yang telah ditempa panas dapat digunakan dalam kondisi tertempa. Tidak
digunakannya perlakuan panas pencelupan dingin dan temper konvensional, pelurusan, dan
penghilangan tegangan yang berarti menghemat biaya dan mempercepat jadwal pengiriman.

8.2 MEKANIKA PENGOLAHAN DEFORMASI


Ada berbagai macam proses deformasi plastis, namun beberapa prinsip dapat diterapkan pada
semua pemrosesan tersebut. Tanpa memahami prinsip-prinsip ini, tidak ada proses yang dapat
dikendalikan atau dirancang dengan baik.

Deformasi plastis dilakukan dengan bantuan alat pemakan (landasan pemakan). Semua
bahan landasan pemakan memiliki kekuatan yang terbatas; karena itu, perhatian utamanya adalah
pada besar tekanan yang diberikan selama deformasi. Jika tekanannya terlalu besar, prosesnya
tidak akan memuaskan: sekalipun tekanannya memadai. gaya deformasi totalnya dapat saja
terlalu tinggi untuk peralatan yang tersedia. Karena itu, penghitungan tekanan dan gaya menjadi
perhatian utama dalam buku-buku mengenai proses deformasi. Yang sering ditekankan adalah
keakuratan relatif dari bermacam teori; untuk tujuan yang kita bahas, estimasi tekanan dan gaya
harus benar-benar relevan. Pendekatan sederhana yang disajikan di sini memiliki keakuratan
dalam kisaran 20 % dan memerlukan faktor keamanan yang tepat . Untuk mendapatkan estimasi
yang lebih memuaskan, ada empat hal yang mesti diperhatikan: (1) kondisi tekanan harus
dianalisis; (2) tegangan alir yang relevan harus ditemukan: (3) efek gesekan harus dinilai: (4)
deformasi tak homogen harus dipertimbangkan.

8.2.1 Kriteria Luluh

Secara umum, kondisi tegangan adalah triaksial-yang berarti tegangan-tegangan bekerja dalam
semua arah. Analisisnya akan menjadi sederhana jika sistem koordinatnya diorientasikan
sedemikian rupa sehingga tidak ada tegangan geser dan hanya tiga tegangan normal yang
bekerja. Ketiga-tiganya dinamakan tegangan utama dan disimbolkan dengan σ 1 , σ 2 , dan σ 3
(Gambar 8.14a).

Agar terjadi aliran plastis, maka kombinasi tegangannya harus memenuhi kriteria luluh
(vield criteria). Kriteria luluh telah dirumuskan dalam penjelasan awal mengenai deformasi
plastis dengan mengaitkan tegangan utama dengan kekuatan luluh tarik atau tekan bahan (Sub-
subbab 4.1.3 dan Subbab 4.3). Perhatian kita adalah deformasi plastis berskala besar; karena itu
kita akan menggunakan tegangan alir σ f (Untuk ini, kita harus membahas kriteria aliran; namun
istilah luluh sudah sangat lazim digunakan sehingga kami akan mempertahankannya untuk
tujuan ini.) Untuk logam, ada dua kriteria yang sering digunakan . Kriteria luluh menurut Tresca
dapat dituliskan sebagai berikut
s max −s min s f
= (8-12)
2 2

di mana σ maxadalah tekanan yang paling positif dan σ minadalah tekanan yang paling negatif.
Kriteria luluh menurut von Mises adalah

¿ (8-13)

Signifikansi kriteria luluh dilustrasikan dengan sangat baik dengan menguji kondisi
tegangan sederhana di mana σ 3 = 0 (tegangan bidang). Untuk memudahkan visualisasi, kita dapat
membayangkan sebuah pelat yang arah penggilasannya sebarang yang dinyatakan sebagai arah
σ 1 dan arah lebarnya dinyatakan sebagai arah σ 2 (Gambar 8.14b). Aliran plastis dapat diciptakan
dengan banyak cara:

1. Jika spesimen uji tarik dipotong searah dengan arah penggilasan, maka aliran terjadi-
menurut Tresca dan von Mises-pada tegangan alir q, (titik I, berhubungan dengan dua arah dalam
penampang pelat).
2. Silinder-silinder pendek yang dipotong dalam arah yang sama dapat diuji tekan dan
biasanya akan didapati mengalir pada tegangan σ f , yang sama (titik 2).

3. Bila suatu pelat melekuk oleh pendesak atau oleh media penekan (seperti balon yang
diisi dengan udara), dua tegangan utama yang bekerja pada penampang pelat tersebut adalah
sama (tarikan biaksial berimbang) dan mesti mencapai σ f (titik 3).

4. Kondisi yang sangat penting secara teknis akan dicapai bila deformasi benda kerjanya
dicegah dalam satu arah utama (regangan bidang) karena satu atau dua alasan berikut ini:

a. Elemen landasan pemakan mempertahankan satu dimensi dalam kondisi konstan


(Gambar 8.15a).

b. Hanya satu bagian dari benda kerja yang mengalami deformasi, dan bagian-bagian
sebelahnya yang tidak mengalami deformasi akan memunculkan pengaruh penahanan (Gambar
8.15b).

Dalam kasus mana pun, penahanan akan memunculkan tegangan pada bahan dalam arah
utama tersebut: tegangan tersebut adalah rata-rata aritmetika dari dua tegangan utama yang lain
(yang berhubungan dengan titik 4 dalam Gambar 8.14b). Tegangan yang diperlukan untuk
deformasi masih tetapσ f , menurut Tresca, yang mengabaikan tegangan utama antara. Namun,
menurut von Mises, tegangan yang diperlukan adalah lebih tinggi. yakni 1,15 σ f , yang nilainya
sering ditunjukkan sebagai 2k. Ini juga dinamakan tegangan alir regangan-bidang atau tegangan
alir-terbatas pada bahan. Regangan bidang juga dapat ditimbulkan dalam kondisi tarik, titik 4a.
5. Jika sebuah silinder dipotong dan dipuntir, maka dua tegangan utama pada permukaan
silinder adalah sama besar, namun dengan tanda yang berlawanan (titik 5 Gambar 8.14b). ini
adalah kondisi geseran murni, dan aliran terjadi pada aliran tegangan geser τ f , yang sama dengan
0,5a, menurut Tresca dan 0.577σ f , menurut von Mises. Tegangan alir geser menurut von Mises
sering dinyatakan sebagai k. Poin pentingnya adalah ketika, selama terjadinya deformasi akibat
pemampatan, tegangan melintang dengan tanda yang berlawanan (tegangan tarik) akan muncul,
maka tegangan yang diperlikan untuk pemampatan akan turun ini akan menghasilkan mekanisme
yang berdayaguna untuk mengurangi tekanan-tekanan pada landasan pemakan.

6. Kondisi khusus dicapai ketika ketiga tegangan utama itu sama besar (Kondisi tegangan
hidrostatis, Sub-subbab 4.1.5). Dari pemeriksaan terhadap kriteria luluh [Pers. (S-12) dan (8-13)]
akan diketahui bahwa pemberian tegangan hidrostatis hanya menggeser semua tegangan utama
dengan jumlah yang sama, karena itu tidak ada perubahan pada kriteria luluh dan alirannya
masih dimulai pada σ f ,

Perlu diketahui bahwa , untuk kondisi tegangan tertentu von Mises memprediksikan
tegangan kritis , yakni 1 5 % lebih tinggi dari tegangan aliran uniaksial. Tidak semua bahan
cocok dengan kriteria von Mises, namun untuk lebih amannya kita biasakan selalu menggunakan
nilai 1.15 σ f (=2k) sebagai tegangan alir pada regangan bidang.

8.2.2 Tegangan Alir Relevan

Dalam semua kalkulasi. tegangan yang memadai untuk deformasi plastis, σ f harus diambil
berdasar suhu, regangan, dan laju regangan yang ada dalam proses. Penekanan pada hal ini saja
tidaklah cukup karena perhatian kita tidak hanya dalam mencetuskan tegangan, tetapi juga dalam
mempertahankan aliran plastisnya. Karena itu, kekuatan luluh yang dijumpai dalam banyak buku
pegangan hanya sedikit yang digunakan: tegangan alir melewati kurva tegangan sebenamya-
regangan sebenarnya (Gambar 8.1a atau 8.11a) dalam batas-batas regangan yang ditetapkan
berdasar kondisi regangan awal dan akhir bahan.

1. Dalam pengerjaan dingin, dapat diasumsikan bahwa dalil perpangkatan, Pers (8-4),
berlaku dan, bilamana ada, nilai K dan n harus digunakan (pilihannya dicantumkan dalam Tabel
8.2 dan 8.3).

2. Untuk pengerjaan panas, tegangan alir dapat dihitung dari fungsi kekuatan, Pers. (8-
11), dengan nilai C dan m yang tepat (Tabel 8.2 dan 8.3). Jika nilai-nilai ini tidak ada untuk
bermacam regangan, kita harus mengasumsikan bahwa tegangan alimya tetap konstan selama
deformasi (seperti dalam kurva untuk laju regangan 1 s-1 dalam Gambar 8.1la; dalam Tabel 8.2
dan 8.3 tercantum nilai untuk regangan =0,5). Jika tidak tersedia data untuk C dan m, kita harus
melakukan uji tekan. Sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan nilai kekuatan-panas yang
ditetapkan dalam uji tarik lambat konvensional, karena pengujian ini sering kali menunjukkan
hanya sebagian dari tegangan alir sebenarnya yang berlaku untuk laju regangan yang jauh lebih
tinggi (biasanya. 1-1000 s-1) yang dicapai dalam proses defomasi. Melakukan ekstrapolasi dari
laju regangan rendah ke laju regangan tinggi adalah sangat tidak dibenarkan karena m juga dapat
berubah sesuai laju regangannya (lihat Gambar 8.12).

Perlu diketahui bahwa konstanta yang digunakan dalam kalkulasi tegangan alir juga
merupakan fungsi dari kondisi awal bahan. Data-data yang dicantumkan dalam Tabel 8.2 dan 8.3
merupakan nilai yang mewakili untuk bahan yang dianil. Segala upaya dilakukan untuk
menggunakan data yang terpercaya, dan nilai C dan m yang ditujukan untuk tembaga
memperlihatkan variasi ekstrem terburuk yang kadang dijumpai dalam data-data yang
dipublikasikan.

8.2.3 Pengaruh Gesekan

Dalam sebagian besar deformasi. benda kerja selalu bersinggungan dengan alat pemakan atau
landasan pemakan; karena itu gesekan antara keduanya tidak dapat dihindari. Dengan beberapa
perkecualian, tujuan kita di sini adalah untuk mengurangi gesekan dengan memberikan pelumas.
Kita telah mengkaji gesekan yang dijumpai pada elemen-elemen mesin (misalnya bantalan) di
Sub-subbab 4.9.2. Kita menjabarkan gesekan berdasarkan koefisien gesekan μ ; mengingat arti
pentingnya, kami menulis ulang Pers. (4-18) di sini

F τi
μ= = (4-18)
P P

Jika tekanan antarmuka p rendah dibandingkan dengan tegangan alir σ f pada bahan yang
mengalami persinggungan (seperti pada bantalan), maka Pers. (4-18) berlaku: Dengan
meningkatnya tekanan p, tegangan geser antarmukaτ i , akan meningkat secara linier (Gambar
8.16a), danμ dapat menunjukkan sebarang nilai konstanta. Dalam proses deformasi,Salah stu
bahan (benda kerja) yang bersinggungan mengalami deformasi dan bergeser menuju permukaan
yang lebih
keras (alat pemakan atau landasan pemakan). Tegangan gesek τ i , kembali muncul, namun kali ini
dibatasi oleh μ karena bahan akan memilih pola deformasi yang meminimalkan energi
deformasi. Jika gesekannya tinggi, tegangan geser antarmuka τ i , akan mencapai, dalam batasan
itu, tegangan alir geser τ f , pada benda kerja (Gambar 8.16a). Sampai di sini benda kerja tidak
akan meluncur lagi pada permukaan alat pemakan; justru akan mengalami deformasi geseran di
dalam dirinya sendiri (Gambar 8.16b). Karenaτ f , 0.5 σ f , (Gambar 8.14b), maka sering dikatakan
bahwa nilai maksimum μ=¿ 0.5. Ini benar hanya jika p = σ f dengan p yang lebih tinggi, nilai
maksimum μ menjadi lebih rendah (Gambar 8.16b). Secara umum, akan lebih akurat jika
dikatakan bahwa koefisien gesekan menjadi tidak berarti bila τ i =τ f karena tidak ada geseran
relatif pada antarmuka. Ini disebut sebagai gesekan melekat (sticking friction) sekalipun benda
kerjanya tidak benar-benar melekat pada permukaan landasan pemakan. Mengingat sulitnya
konsep koefisien gesek, maka ada baiknya untuk menggunakan nilai aktual τ i terutama bila
tekanan antarmukanya sangat tinggi. Bila tidakτ f dapat ditunjukkan scbagai fraksi dari tegangan
alir geser

m∗σ f
τ i =m∗τ f = ¿ (8-14)
2

di mana m* adalah faktor geser gesekan [dalam literatunya menggunakan m, namun karena
dapat membingungkan maka kami menambahkan bintang]. Untuk pelumasan yang sempurna,
m* 0: untuk gesekan melekat, m*1.

Kita akan menggunakan kedua deskripsi tentang gesekan dalam Bab 9. Gesekan selalu
meningkatkan tekanan dan gaya serta dapat dengan mudah membatasi deformasi yang dapat
dicapai. Oleh sebab itu, dalam sebagian besar contoh, segala upaya dilakukan untuk mengurangi
gesekan dengan pelumas yang cocok.
Contoh 8.17

gesekan melekat ditetapkan bila μ p=τ f Hitung nilaiμ untuk beberapa tekanan antarmuka p.
Lebih mudah menyatakan p sebagai kelipatan dari σ f , Kriteria luluh Tresco digunakan,τ f =0,5 σ f ,
dan, dengan defnisi, Pers. (4-18),

τf τf σ
μmaks= = = f
p xσ f 2 xσ f

karena itu, bila

X= 1 2 4 8
μmaks 0,5 0,25 0,125 0,062

Titik-titik itu diplot pads Gombar 8.16b. Kriteria von Mises memberikan τ f =¿0,5770σ f ,
sehingga nilai μmaks lebih tinggi.
Contoh 8.18

Dari Pers. (4-18) dan (8-14),τ i = μ p= m* τ f .Jika p dinyatakan sebagai x dikalikan σ f hitung
kuivalen nilai μ dan m*.

Bila p = σf 2σ f 4σ f 8σ f

Maka m*= 2μ 4μ 8μ 16μ

Untuk ini, tidak ada hubungan yang sederhana untuk menjelaskan gesekan antara dua parometer
yang digunakan. Terlebih lagi, lika terjadi pelekatan sebagian, hubungan untuk hasil
penghitungan di atas tidak bisa diberlakukan.

8.2.4 Pelumasan

Kita telah mengetahui bahwa pelumas dipakai untuk mengurangi (mengontrol) gesekan. Pelumas
yang baik memiliki banyak fungsi: Memisahkan permukaan landasan pemakan dan benda kerja
sehingga dapat mencegah pelekatan dengan efek samping yang tidak dikehendaki saat pelepasan
alat pemakan, kerusakan benda kerja, dan keausan landasan pemakan: pelumas harus dapat
mengurangi keausan landasan pemakan akibat pengikisan dan mekanisme lain; mengontrol
kehalusan permukaan komponen yang dihasilkan; dan mendinginkan sistem dalam pengerjaan
dingin dan membantu mencegah timbulnya rugi-rugi panas (atau melepaskan panas dengan laju
yang terkontrol) dalam pengerjaan panas jangan menggunakan pelumas yang mengandung racun
atau menimbulkan alergi; pelumas harus mudah digunakan dan dihilangkan, dan residunya tidak
sampai mengganggu pengerjaan berikutnya atau menimbulkan korosi.

Pelumas yang paling sering digunakan dicantumkan dalam Tabel 8.4( jenis-jenis
dasarnya dijelaskan di Sub-subbab 4.9.2). Dalam pengertian yang sangat umum, pelumas dipilih
berdasarkan "tugas" nya. Lapisan pelumas tugas-berat mampu bertahan dalam geseran
bertekanan tinggi, perluasan permukaan, dan dalam suhu yang tinggi; pelumas jenis ini juga
dapat mengurangi gesekan dan keausan. Untuk tugas yang lebih ringan, bahan pendingin sintetik
(larutan kimia murni dalam air) saja sudah cukup. Emulsi (penyebaran fasa minyak dalam air)
dan pelumas berbasis-minyak dapat diformulasikan untuk bermacam tugas dengan
mensenyawakannya dengan aditif batas (dalam Tabel 8.4, FA dan FO) dan aditif EP. Untuk
pembentukan dingin yang sangat berat, ketidakefektifan pelumas dapat dicegah hanya dengan
memberikan pelapis konversi (pada baja, dengan lapisan Zn-fosfat) pada permukaan. Struktur
pelapis ini akan menjamin terjaganya lapisan-lapisan pelumas (sering kali sabun yang mudah
bereaksi dengan pelapis) dan memungkinkan perbesaran permukaan tanpa kehilangan
kontinuitas lapisan pelumas dan pelapis. Karena berbasis air, maka peluma sintetik atau emulsi
sangatlah penting jika dibutuhkan pendinginan dalam pengerjaan dingin atau panas. Senyawa
dengan kisi-kisi berlapis, semisal grafit atau Mos, mampu bertahan dalam suhu tinggi, namun
masalah kebersihan lingkungan mendorong diupayakannya alternatif lain.
Untuk meminimalkan biaya dan dampak terhadap lingkungan, pelumas sering diberikan
dalam sistem resirkulasi engan menggabungkan tangki-tangki (yang dapat menampung 10 liter
hingga 400 000 liter). pompa-pompa untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan, nosel-nosel
yang menghantarkan fluida menuju titik strategis dan bak-bak penampung serta pipa-pipa
pembalik. Komponen-komponen vitalnya adalah filter yang mungkin berupa jaring kawat
sederhana atau dalam bentuk yang lebih canggih untuk menyaring serbuk halus yang dihasilkan
selama proses, memisahkarn senyawa yang tidak dikehendaki yang terbentuk dalam interaksi
antara logam dan pelumas dan, jika memungkinkan memisahkan minyak pengontaminasi yang
terlepas dari peralatan. Kondisi pelumas dipantau dan dilakukan pemeliharaan seperlunya untuk
mempertahankan kepekatan dan komposisi sesuai spesifikasi. Beberapa pelumas, khususnya
emulsi, rentan terhadap serangan organisme, karena itulah ditambahkan biosida untuk mencegah
bau anyir atau bau busuk.

Bahkan dengan perawatan yang cermat pun, ada batasan di mana pelumas tidak boleh
digunakan lagi dan harus diganti dengan yang baru. Pelumas bekas dikumpulkan oleh
perusahaan khusus daur ulang untuk mengembalikan pelumas itu kondisi awalnya, diolah
kembali untuk penggunaan lain, atau untuk dibuang dengan cara dibakar. Beberapa pelumas sulit
didaur ulang atau mengandung senyawa beracun dan karena itu upaya pemusnahannya menjadi
sangat mahal. Karena alasan itulah pilihan pelumas tidak boleh dikesampingkan: pelumas
semenjak awal harus dianggap sebagai bagian integral dari system.

Sering kali diharuskan untuk membuang sisa-sisa pelumas. Sisa-sisa organik dibuang
dengan cara pemisahan minyak (degreasing). Dalam pemisahan minyak dengan zat pelarut,
pelarut berklorin sering kali digunakan. Namun, karena beberapa di antaranya dapat menipiskan
lapisan ozon atau memiliki potensi karsinogen, maka metode lain misalnya pemisahan minyak
dengan air dan zat kimia alkali. yang diikuti dengan pembilasan air kian banyak dilakukan. Bila
pemisahan minyak dengan zat pelarut tidak dapat dihindari, maka sistem harus tertutup atau
menggunakan sistem dengan pemulihan total agar tidak ada zat pelarut yang menyebar. Ini juga
berlaku pada pemisahan minyak dengan uap dalam ruangan yang dipenuhi dengan uap panas
pelarut; uap akan mengendap pada komponen-komponen yang lebih dingin, dengan demikian
sisa-sisa minyaknya akan terlepas. Ada pula upaya untuk meminimalkan kuantitas pelumas yang
digunakan dan untuk mempertahankan agar jumlah kabut minyak (senyawa organik yang mudah
menguap,VOC)tetap dalam tingkat minimum. Aturan pembatasannya telah ditetapkan dan secara
bertahap diperketat untuk pengaturan pembuangan ke udara dan ke dalam air. Cara
pembuangannya juga diatur; karena itu semua faktorharus dipertimbangkan dalam pemilihan
suatu pelumas

82.5 Deformasi Tak Homogen

Terdapat sumber penting yang dapat mencetuskan tekanan dan gaya yang tinggi yang tidak ada
sangkut pautnya dengin gesekan antarmuka, dan, karena itu, tidak terpergaruh oleh pelumasan.
Ini dapat dipahami dengan baik dari contoh indentasi (pelekukan). Dari Gambar 8.17a dapat
diketalui bahwa sebuah alat tusuk kecil tidak dapat mengubah bentuk keseluruhan bagian benda
yang berukuran besar. Dalam kenyataannya, eksperimen menunjukkan bahwa ketika alat tesebut
melakukan penusukan, terjadilah alirann bahan yang sangat tidak homogen.
Mekanismenya ditunjukkan dalam Gambar 8.17a, bagian dari benda kerja (1) yang
berada tepat di bawah indentor(alat tusuk) tetap tidak bergerak relatif terhadap indentor,tetapi
bergerak bersamanya seakan merupakan perpanjangan dari indentor itu sendiri. Baji yang kaku
ini kemudian mendorong dua baji segitiga (2) ke samping, yang kemudian mendorong dua baji
terluar (3) yang dengan demikian membentuk lekukan yang volunenya sesuai dengan volume
yang dipindahkan oleh indentor. Bagian lain dari benda kerja (4) hanya mendapat pambebanan
elastic. Kesulitan dalam menggerakkan bahan itu secara murni di tempatnya melawan kekangan
yang diberikan oleh bahan elastis di sekelilingnya akan meningkatkan tekanan antarmuka yang
diperlukan. Dibandingkan dengan deformasi hormogen, gaya penempaan yang sekarang harus
melakukan usaha ekstra. yang disebut sebagai kerja tambahan (reduntdant work) (seperti dalam
Contoh 8.11).

Dalam beberapa proses, benda kerja dengan ketebalan tak terbatas mengalami deformasi
secara serentak dari dua sisi Gambar 8.17b). Ketidak homogenan deformasi dengan demikian
bergantung pada sejauh mana kedua kawasan deformasi tu dipisahkan, dan ini dapat ditunjukkin
dengan rasio h/L, yakni rasio antara tinggi dengan panjang kontak. Dari teori dan eksperimen
didapati bahwa bila h/L >87, kedua kawasan deformasi itu sepenuhnya terpisah: bahan antara
kedur kawasan itu hanya mengalami deformasi elastis dan memberikan efek pengekangan yang
sama seakan memiliki ketebalan yang tidak terbatas. Pada rasio h/L yang lebih rendah, kedua
bají itu saling menopang (Gambar 8.17b) dan tekanannya menjadi turun. Seperti yang
diperkirakan, pada rasio h/L=1 kedua kawasan deformasi itu terbagi sama (Gambar 8.17c) dan
bahannya mengalir pada tekanan paling kecil. Jika rasio h/L diturunkan lagi, deformasinya akan
menjadi homogen, namun gesekan Kini akan meningkatkan tekanan pada landasan pemakan.
Dari Gambar 8.17b dapat diketahui bahwa kedua baji yang menusuk dari atas dan bawah
cerderung akan merobek benda kerja; dengan kata lain, deformasi tak homogen menghasilkan
tegangan torik sekunder (yakni tegangan yang tidak diberikan secara ekstenal namun dihasilkan
dari proses deformasi itu sendiri). Ada beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi:

1. Retakan internal dapat terjadi pada benda kerja selama deformasi

2. Pola tegangan sisa (tegangan internal) dapat terbentak dan menyebabkan deformasi
berikutaya (pelipatan) pada benda kerja, terutama sewaktu dipanaskan
3. Tegangan tarik sisa pada permukan dapat bergabung dengan pengaruh lain hingga
menyebabkan kegagalan tertunda (yakni, retakan korosi-tegangan karena adanya media
penyebab korosi).

Karena itu, pada umumnya, tujuan pengembangan proses adalah menjadikan deformasi
sehomogen mungkin, kecuali jika ada retakan internal yang disengaja (Sub-subbab 9.7.4). Jika
ada tegangan sisa yang merugikan, perlakuan panas pemulihan-tegangan dapat diberikan (Sub-
subbab 6.4.1).
Kita ketahui bahwa tegangan sisa tekan yang memusat dalam lapisan permukaan tipis
secara drastis dapat meningkatkan ketahanan lelah pada benda kerja yang digunakan (Subbab
4.5). Deformasi tekan yang sangat tidak homogen selanjutnya dilakukan dengan sengaja.
Tegangan tekan permukaan diseimbangkan dengan tegangan tarik intemal, yang tersebar meluas
seluas penampang lintang sehingga tingkat tegangan menjadi tidak membahayakan.

8.2.6 Sifat Mampu Dikerjakan pada Benda Pejal

Setelah kita menetapkan kelayakan suatu proses dari sudut pandang tekanan dan gaya, kita perlu
memastikan bahwa benda kerjanya akan bertahan selama deformasi tanpa mengalami retakan.
Bahan dengan keuletan tertentu memiliki ketahanan yang berbeda-beda dalam berbagai proses,
bergantung pada kondisi yang diberlakukan padanya. Karena itu perhatian utama kita tidak
hanya pada keuletan, namun juga pada sifat yang lebih kompleks yang dinamakan sifat mampu
dikerjakan (workability) dalam operasi pengerjaan logam pejal. Dari Sub-subbab 4.1.4 dapat kita
ketahui bahwa patah ulet ditimbulkan oleh tegangan tarik triaksial, dan dari Sub-subbab 4.1.5
kita dapat mengetahui bahwa pemberian tekanan hidrostatis dapat menunda perpatahan. Karena
itu, sifat mampu dikerjakan memiliki dua komponen:

1. Keuletan dasar pada bahan memungkinkan bahan mengalami deformasi pada taraf
tertentu tanpa mengalami perpatahan, balikan dengan adanya tegangan tarik. Oleh karena itu,
reduksi luasan yang terukur dalam uji tarik [Pers. (4- 10)] merupakan ukuran yang berguna
(namun tidak dapat diterapkan secara universal) untuk mengetahui keuletan dasar ini pada
dasarnya adalah ukuran ketahanan terhadap pembentukan void. Ukuran lain yang
memungkinkan adalah jumlah siklus sampai terjadi perpatahan dalam uji puntir, atau
pengurangan tinggi dalam uji tekan (pelantakan) yang dirancang untuk menghasilkan tegangan
tarik sekunder yang tinggi (Subbab 4.3). Pelantakan yang disertai dengan gesekan melekat pada
permukaan ujung menyebabkan perubahan bentuk menyerupai tong (barreling) yang besar dan
retakan permukaan pada bahan dengan keuletan rendah (Gambar 8.18a). Tegangan tarik
kedapatan lebih tinggi pada spesimen berkerah (Gambar 3.186) atau dalam uji indentasi separuh
lebar (Gambar 8.18c) .

Contoh 8.19

Secara umum diketehui bahwa keuletan sangat bergantung pada laju regangan dalam bahan
superplastis. Namun demikian, yang kurang diketahui adalah ketergantungan dalam pengerjaan
panas konvensional. Uji indentasi separuh-lebar terutama bermanfaat untuk mendapatkan dari
bahan berbutir-kasar pada laju-regangan yang relevan. Dalam satu penelitian, spesimen spesimen
dibuat dari batangan paduan 7075 coran semi-kontinu, yang dihomogenisosi sebagian selama 10
jam pada suhu 470°C. Keuletannya ditunjukkan sebagai reduksi luasan di bagian rusuk spesimen
uji (Gambar 8.18c).
Laju regangan di bawah 1 10
bagian rusuk,s-1

Reduksi luasan pada 400°C 75 58

Suhu di mana reduksi turun 460 440


hingga nol, oC

Untuk ini, proses pemulihan peka waktu tidak hanya memengaruhi keuletan, namun juga
memunculkan retakan batas butir .[ Data dari D. Duly, J.G Lenard, dan J.A. Schey, J,Mater.
Working tecnol.,75:143-151(1998)]

2. Kondisi tegangan yang ditimbulkan oleh suatu proses akan mengubah keuletan. Jika
proses itu mempertahankan tegangan tekan di semua bagian dari benda kerja yang terdeformasi
(jika terdapat tekanan hidrostatis), maka pembentukan rongga-rongga (kavitasi) tidak akan
muncul dan perpatahan ulet tidak akan terjadi. (Pada deformasi yang sangat berat, keuletan
bahan dapat menghilang dan selanjutnya dapat terjadi perpatahan tipe-geser yang mengakibatkan
kegetasan.) Namun jika suatu proses memungkinkan terjadinya tegangan tarik, maka
pembentukan rongga-rongga dapat terjadi dan pada akhirya akan mengakibatkan perpatahan.
Pada taraf mana suatu perpatahan dapat terjadi dapat diprediksi dengan kriteria mampu
dikerjakan, yang tak satu pun kriteria terbukti dapat diterapkan secara universal. Kriteria
sederhana namun berguna, dari Cockroft dan Latham menyatakan bahwa, untuk logam tertentu,
usaha yang dilakukan oleh tegangan tarik lokal tertinggi akan mencapai nilai kritis. Dari sini
dapat diketahui bahwa perkembangan tegangan tarik sekunder terhambat, dan deformasi dapat
terjadi lebih jauh, sebagaimana perpatahan dalam uji tarik ditunda oleh tekanan hidrostatis.
Karena itu, salah satu tujuan penting dari rancangan proses adalah meningkatkan kompanen
tekanan hidrostatis σ H =(σ 1 +σ 2+ σ 3)/3.

.8.2.7 Sifat Mampu-Bentuk Pelat

Dalam Sub-subbab 8.2.6 kita mengetahui bahwa, dalam proses deformasi benda pejal, batas
deformasi ditetapkan berdasarkan sifat mampu-dikerjakan bahannya. Ketahanan terhadap
pengerjaan pada logam pelat berkaitan dengan sifat mampu-bentuk (formabilitas), yang juga
merupakan sifat kompleks, dan kini harus dikaitkan dengan definisi kegagalan yang relevan
dengan produk-produk pelat :

1. Keberatan pertama barangkali akan muncul bila pelat yang teregang tampilannya akan
menjadi berbintil-bintil (seperti kulit jeruk). Ini mencerminkan struktur polikristalin pada logam:
butir-butir individual yang tertuju ke arah kristalografik yang berbeda mengalami deformasi
dengan tingkatan yang sedikit berbeda. Kekasaran permukaan ini tidak ada kaitannya dengan
integritas struktur komponen. Jika tampilan berbintil-bintil dianggap tidak sedap dipandang.
maka bahan berbutir lebih halus akan menghasilkan bintil-bintil yang sedemikian kecil sehingga
tidak dapat terlihat oleh mata telanjang.
2. Di Sub-subbab 8.1.2 kita mengetahui bahwa pada beberapa bahan, peluluhan
diskontinu mengakibatkan pembentukan berkas-berkas pada permukaan (yang juga disebut
garis-garis Luder tanda regangan-memelar, atau cacing): Tanda regangan memelar stretcher-
strain) tidaklah membahayakan, namun dapat ditolak untuk permukaan yang terpapar. Bila
seluruh permukaan telah ditutup, tanda-tanda tersebut tidak lagi dapat dibedakan.

3. Bila suatu komponen mengalami kontraksi lokal, maka penampilannya menjadi


terkorbankan dan sifat-sifat fungsionalnya dapat terpengaruh. Sekalipun komponen tersebut tidak
mengalami perpatahan, kapasitas penahanan- bebannya dapat berkurang, meski dalam beberapa
konfigurasi komponen tersebut masih tetap berfungsi sepenuhnya. Secara umum, bahan-bahan
dipilih untuk mengoptimalkan faktor-faktor yang menunda serangan kontraksi (elongasi seragam
berskala besar, yang berhubungan dengan nilai n, Sub-subbab S.I.1) atau membantu
menyebarkan kontraksi yang baru terbentuk (nilai m yang tinggi, Sub-subbab 8.1.6, atau
transformasi, Sub-subbab 8.1.7).

4. Bila kontraksi telah terbentuk. maka deformasi selanjutnya terjadi dengan penipisan
lokal, dan akhirnya terjadi perpatahan. Dalam Sub-subbab 8.1.6 kita mengetahui bahwa regangan
setelah-kontraksi merupakan fungsi dari nilai m Dalam pengerjaan dingin, hanya memberikan
sedikit peningkatan nilai m (misalnya, dari 0 menjadi 0.05) sudah cukup membantu; dalam
pengerjaan panas, nilai m yang tinggi memungkinkan deformasi pascakontraksi yang substansial
sekaligus mempertahankan ketebalan yang sangat seragam (dengan m = 1, pelat tersebut akan
menipis dengan seragam) Tingginya reduksi luasan memungkinkan ketebalan pelat tersebut
menjadi makin berkurang tanpa mengalami perpatahan. namun kapasitas penahanan-bebannya
dapat menghilang jika penipisan lokal terlalu berlebihan.

Pendek kata, logam pelat yang sangat mudah dibentuk memiliki elongasi (atau nilai n)
yang sangat seragam, regangan pascakontraksi yang besar (atau nilai m yang tinggi) dan dapat
mengalami transformasi. Dalam praktik industri, total elongasi yang tinggi dalam uji tarik [Pers.
(4-9b)] sudah lama dipandang sebagai atribut yang dikehendaki: dari Gambar 8.2a kita dapat
mengetahui bahwa pandangan ini diubah ke dalam kombinasi nilai n dan m yang tinggi. karena
itu pada dasarnya pandangan tersebut memang benar. Untuk bahan tertentu, keuletan menurun
seiring meningkatnya kekerasan karena itu adalah lazim untuk menetapkan tingkat kekerasan di
samping elongasi. Keuletan yang memadai diperlukan, namun bukan merupakan kriteria yang
mencukupi: di samping itu, bahan yang dikehendaki harus tidak memperlihatkan berkas-berkas
Lüder dan memiliki anisotropi yang tidak merugikan. Sebagaimana dalam deformasi benda
pejal, batas batas deformasi juga bergantung pada kondisi tegangan yang dihasilkan dalam
proses (Bab 10)
8.3 PADUAN-PADUAN TEMPA

Dalam semua proses deformasi, bentuk benda kerja dibuat dengan memindahkan bahan dari
lokasi yang tidak dinginkan menuju posisi yang diperlukan berdasarkan suatu bentuk komponen.
Ini mensyaratkan bahwa bahan tersebut harus dapat bertahan dalam deformasi plastis tanpa
mengalami perpatahan. Kita ketahui bahwa sifat mampu dikerjakan pada benda pejal dan mampu
bentuk pada pelat dipengaruhi oleh proses itu sendiri. Jadi, secara umum, kita hanya dapat
mengatakan bahwa paduan-paduan yang cocok untuk pengolahan deformasi (yang biasanya
disebut logam-logam tempo) harus memiliki keuletan minimum yang setara dengan proses yang
direncanakan

Persyaratan ini dapat dipenuhi oleh logam-logam murni yang memiliki jumlah sistem slip yang
memadai (Sub- subbab 6.3.1) dan juga oleh sebagian besar paduan-paduan larutan-padat dari
jenis logam yang sama. Bahan dua-fasa n multifasa (Sub-subbab 6.3 2) dapat dideformasi jika
memenuhi persyaratan minimum tertentu. Tidak boleh ada fasa cairan atau fasa getas pada batas-
batas butir atau melingkupi butir-butir (dengan demikian, besi kelabu, besi cor putih dan paduan
Al-Si hipereutektik tidak dapat dikenai pengerjaan dingin). Unsur penyusun yang getas dalam
jumlah yang berlebihan tidak diperbolehkan, bahkan dalam matriks yang ulet, terutama jika
unsur penyusun yang getas tersebut juga kasar dan lamelar. Jika matriksnya kurang ulet, maka
bahan itu harus bebas dari fitur-fitur lain yang melemahkan, semisal inklusi, void, atau
kontaminan batas butir.

Baja menempati porsi terbesar dalam produk-produk tempa (Tabel 8.1) dan, sejalan
dengan sistem yang dianut di Subbab 7.3 untuk paduan-paduan tuangan, bahan-bahan berdasar
besi akan dibahas terlebih dahulu, disusul dengan bahan-bahan nonbesi. Sifat-sifat yang relevan
dari paduan-paduan terpilih dicantumkan dalam Tabel 8.2 dan 8.3.

8.3.1 Baja Karbon

Di Sub-subbab 7.3.I kita telah membahas baja sebagai paduan tuangan, Telah dijelaskan bahwa
baja (dan juga logam lai biasanya dideoksidasi (pelepasan oksigen) guna menghindari porositas
gas. Namun ini tidak selalu berarti untuk barang barang tuangan yang ditujukan untuk
pengerjaan logam, dan beberapa kelompok baja dapat dibedakan berdasarkan praktik
deoksidasinya

1. Kelompok yang diberi nama baja rinm (rimmed steel) tidak terdeoksidasi. Karbon
beraksi dalam larutan cair bersama oksigen membentuk karbon monoksida sesuai dengan reaksi
2C+O2 = 2CO. Karena CO merupakan gas turunan maka rongga-rongga udara (blowholes) yang
terbentuk memiliki permukaan-permukaan yang bersih dan pada suhu tinggi dan dengan tekanan
yang ada dalam pengerjaan panas akan bersambungan tanpa meninggalkan bekas. Keunggulan
dari banyaknya jumlah gelembung gas yang terbentuk selama pembekuan adalah saluran
buluhnya menghilang. Rongga rongga gas sangat menonjol pada beberapa jarak di bawah
permukaan ingot dan membantu menyingkirkan kontaminan ke tengah-tengah, memberi sebuah
pola segregasi normal yang kuat (Gambar 7.4a) yang tetap ada selama berlangsungnya proses.
Permukaan ingot (rim) utamanya bersih dan rendah karbon. Permukaan yang bersih merupakan
keunggulan dalam banyak aplikasi , dan pelat dengan kandungan karbon sampai 0,25 % sering
kali dihasilkan dalam bentuk ini .

2. Apabila sebuah sungkup (sumbat logam) ditempatkan di atas ingot (baja sungkup),
maka evolusi gas ditekan hingga mencapai tingkat tertentu, yang dengan demikian akan
mempertahankan kebersihan permukaan dan mencapai homogenitas yang lebih tinggi dibanding
pada baja rim. Baja semi-kit (semikilled) ini sebagian terdeoksidasi dan cocok untuk aplikasi
yang tidak mensyaratkan keseragaman struktur, seperti pada banyak baja yang digunakan untuk
struktur bangunan .

3. Aplikasi yang paling banyak persyaratannya memerlukan baja kil (killed steel) di mana
reaksi gas tidak boleh terjadi dengan menambahkan aluminium. silikon dan lain-lain. Segregasi
tidak terjadi., sifat-sifatnya seragam secara keseluruhan, dan ukuran butirannya dapat dikontroi
dalam produk jadi. Namun demikian. pengumpanan yang tepat harus dapat dipastikan untuk
mencegah terbentuknya buluh.

Pembedaan lebih lanjut dapat dilakukan sesuai dengan kandungan karbon . Baja karbon
rendah di bawah 0.15 % C) mengandung terlalu sedikit karbon untuk dapat dikeraskan dan
digunakan dalam pengerjaan panas atau, untuk keuletan maksimum, dalam kondisi dianil,
terutama dalam bentuk pelat atau kawat. Mengingat fungsinya yang penting untuk pengerjaan
logam pelat, jenis baja ini akan dibahas lebih lanjut pada Sub-subbab 10.1.1. Baja dengan
kandungan karbon dibawah 0.25 % (yang sering dinamakan baja lunak ) memiliki kekuatan yang
sedikit lebih tinggi namun masih mudah untuk dilas dan banyak digunakan untuk keperluan
struktural sebagai batangan, profil, dan pelat rolan panas. Baja karbon sedang( 0.25- 0.55 % C)
sering dikenai perlakuan panas (dicelup dingin dan ditemper) setelah dimanufaktur melalui
pengerjaan logam panas atau dingin. Baja karbon-tinggi (0,55-1,0% C) digunakan untuk aplikasi
semisal pegas dan komponen-komponen tahan-aus Baja yang hendak dilakukan pengerjaan
dingin biasanya dianil, dan baja yang kandungan karbonnya lebih tinggi disperoidisasi untuk
menjamin keuletan yang maksimum. Kombinasi sifat khusus didapatkan bila permukaan suatu
komponen dari bahan baja karbon-rendah tempa dikarburisasi (Sub-subbab 6.4.4). Setelah
perlakuan panas, komponen- komponen semisal roda gigi atau poros akan memiliki permukaan
yang keras dan tahan aus dan bagian inti yang tangguh.

8.3.2 Baja Paduan

Untuk banyak aplikasi, baja karbon tidak dapat menyediakan kombinasi sifat-sifat yang
diperlukan, karena itu dibuatlah baja-baja paduan yang lebih mahal.

Baja Paduan Rendah Berkekuatan Tinggi (HSLA) Baja ini mengandalkan Ti, V, atau Nb
dalam jumlah yang sangat kecil, disertai dengan pemrosesan termomekanika (Sub-subbab
8.1.7)untuk mengembangkan kekuatan dan keuletan yang tinggi (lihat Contoh 8.16). Presipitat
karbonitrid menghambat pertumbuhan butir di dalam austenit dan dengan demikian
menghaluskan ferit yang terbentuk pada saat pendinginan dari suhu pengerjaan panas terkontrol.
Kombinasi penghalusan butir dan pengerasan presipitasi menghasilkan kekuatan luluh yang
tinggi (350-560 MPa). Inklusi sulfida mangan yang ulet cenderung menggulung ke dalam bentuk
serabut-serabut dan mengorbankan sifat-sifat impak arah melintang boja Penambahan Zr atau Ti
akan mengurangi plastisitas inklusi dan mencegah penyebarannya, yang dengan demikian akan
menghilangkan efek-efek merugikan dari inklusi.

Baja Paduan-Rendah Jumlah unsur-unsur paduan yang relatif kecil akan memungkinkan
perlakuan panas pada penampang yang lebih tebal (Sub-subbab 6.4.3).

Baja Paduan-Tinggi Konsentrasi unsur paduan yang lebih tinggi, dikombinasikan dengan
tingginya kandungan karbon,. akan meningkatkan kekerasan dan kekerasan pada suhu tinggi
baja-baja alat pemakan dan landasan pemakan dengan diberikannya karbida tahan-suhu tinggi
(misalnya karbida-karbida WC, VC, dan krom). Baja ini siap dikerjakan dalam kondisi telah
dianil, sekalipun kandungan karbida yang lebih tinggi akan meningkatkan gaya pembentukan
dan keausan landasan pemakan dan dapat mengurangi keuletan. Dengan demikian, baja-baja ini
biasanya tidak dikenai pengerjaan panas, karena dalam kisaran suhu austenitik kekuatan alirnya
tidak lebih tinggi dari baja karbon.

Baja Tahan Karat Sifat kebal korosinya menjadikan baja ini berguna dalam banyak aplikasi,
Sebagian besar dapat dikenai pengerjaan panas jka dilakukan dengan hati-hati. Baja yang
mengandung nikel dan krom (baja tahan kara austenik) adalah temasuk bahan yang cepat dikenai
pembentukan dingin karena tingginya laju pengerasan-regangan

8.3.3 Bahan-bahan Nonbesi

Seperti dalam Sub-subbab 7.3.2, bahan nonbesi akan dibahas untuk peningkatan titik lebumya,
bukan berdasarkan arti penting relatitnya.

Paduan Timah (Putih) Rendahnya kekuatan timah membuat timah tidak cocok sebagai bahan
struktur. kecuali untuk pelapis kertas dan pipa yang dapat dilipat (namun kemudian ia digunakan
sebagai penghambat korosi). Di antara paduan timah, pewter (campuran timah putih dan timbal)
modern mudah dideformasi, umumnya menjadi produk-produk dekorasi.

Paduan Timbal Timbal memiliki kekuatan rendah, namun ketahanan korosinya membuat
timbal dimanfaatkan secara luas dalam bentuk pelat, pipa, dan pelapis kabel. Timbal dapat
diperkuat dengan sejumlah unsur (As, Sn, Bi, Te, dan Cu) Bahan ini berfungsi pula sebagai
peredam suara, getaran, dan radiasi. Paduan Pb-Ca-Sn digunakan, dalam bentuk pelat lebar,
untuk baterai penyimpan listrik. Racun pada timbal membuat penggunaan timbal dibatasi.

Paduan Seng Seng murmi memiliki kegunaan sebagai bahan untuk kaleng baterai, atap
bergelombang, dan pelindung cuaca ( biasanya dengan l % Cu untuk dua penggunaan yang
disebut terakhir. Karena struktur heksagonalnya , bahan ini harus dikenai pengerjaan dingin
pada suhu di atas 20°C.

Transfomasi eutektoid dalam sistem seng-aluminium memungkinkan produksi komersial


dari bahan berbutir sangat halus yang memperlihatkan sifat superplastisnya (Sub - subbab 8 .1.6)
Paduan biner dengan 22 % Al dan varian paduan lain dapat dideformasi pada suhu yang lebih
tinggi hampir seperti plastik dan mencapai kekuatan substansial pada suhu ruang. Bahan ini
digunakan untuk pembuatan purwarupa (prototipe) dan lemari peralatan, di mana banyak detail
rancangan yang harus ditiru.

Paduan Magnesium Struktur heksagonal magnesium menjadikan magnesium agak getas pada
suhu ruang. namun bahan ini mudah dikerjakan pada suhu yang sedikit kebilı tinggi, biasanya di
atas 220 C Sulu yang masih relatif rendah ini tidak memunculkan masalah alat pemakan atau
pelumasan, dan memberikan mamfaat berupa kemudahan untuk dibentuk. Paduan larutan padat
dan pengerasan presipitasi dilakukan untuk mendapatkan bahan dengan kekuatan yang lebih
tinggi.Densitasnya yang rendah digabungkan dengan kekuatannya yang tinggi memberikan rasio
kekuatan-terhadap-bobot yang tinggi, yang cocok untuk keperluan pesawat ruang angkasa dan
otomotif.

Paduan Aluminium Segmen industri pengerjaan logam yang paling cepat berkembang adalah
pengerjaan paduan aluminium. Sebagai bahan fcc, aluminium mudah dideformasi pada segala
suhu. Dengan bantuan mekanisme larutan- padat dan pengerasan presipitasi, bahan dengan
kekuatan tinggi dapat dihasilkan dengan rasio kekuatan-terhadap-bobot yang sering kali sangat
tinggi. Paduan aluminium telah menjadi bahan konstruksi utama untuk pesawat terbang dan
mulai banyak digunakan dalam produksi suku cadang kendaraan darat semisal bemper, pelek,
dan beberapa komponen bodi (termasuk rangka ruang). Ketahanannya terhadap korosi dan
bobotnya yang ringan menjadikan aluminium menarik untuk digunakan pada aplikasi rumah
tangga, industri makanan, kontainer, kelautan, dan pabrik kimia. Konduktivitas listriknya yang
setara dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah dibanding biaya pembuatan tembaga, dan
telah banyak digunakan pada jaringan pembangkit listrik bertegangan tinggi, rel pengumpul, dan
lilitan-lilitan moton

Kondisi metalurgi disebut temper dan ditunjukkan dengan huruf, yang diikuti dengan
angka. Sebagian besar paduan dibentuk dalam kondisi teranil (O). Paduan non-perlakuan panas
memiliki kekuatan yang menguntungkan melalui pengerjaan dingin (kondisi H1), meski dengan
mengorbankan keuletan; digit kedua menjelaskan tingkat kekerasan nya, (misalnya, H12=
seperempat-keras; H14 =setengah-keras; H18 =keras). Temper H2 (dengan pengerasan-regangan
dan penganilan parsial) menghasilkan keuletan yang lebih tinggi pada tingkat kekuatan tertentu
(Gambar 8.9). Paduan dapat diberi perlakuan-panas dapat dikerjakan dalam kondisi telah dianil,
selanjutnya dikenai perlakuan larutan dan dikuti dengan penuaan alami (T4) atau penuaan buatan
(kondisi T6). Bahkan kekuatan yang lebih tinggi dapat dicapai melalui pengerjaan dingin pada
bahan yang telah dikenai perlakukan-panas larutan, karena pada penuaan alami selanjutnya (T3)
(misal atau penuaan buatan (T8) presipitatnya menjadi sangat halus dan tersebar merata (Sub-
subbab 8.1.7 dan Contoh 6.15) Aluminium dengan kemurnian tinggi merupakan konduktor yang
sangat baik. Aluminium murmi-komersial (1100) banyak digunakan untuk kertas pembungkus,
peralatan memasak, dan lain-lain. Paduan mangan larutan-padat (seri 3000) memiliki kekuatan
lebih tinggi dan dengan keuletan yang memadai, dan merupakan bahan untuk pemakaian umum
untuk barang-barang logam pelat. Paduan Al-Mg larutan-padat (seri 5000) memiliki ketahanan
korosi yang sangat baik dan karenanya cocok untuk pelapis otomotif dan untuk aplikasi kelautan.
Paduan Al-Cu Seri 2000 memiliki kekuatan yang tinggi dan keuletan yang memadai dalam
kondisi pengerasan-presipitasi. Bersama dengar bahan-bahan ini merupakan bahan utama untuk
pembuatan pesawat terbang, meski paduan-paduan aluminium-lithium yang lebih ringan dapat
memiliki rasio kekuatan-terhadap-bobot yang lebih tinggi (tiap persen Li mengurangi densitas
hingga 3 % dan meningkatkan modulus elastisitas sebesar 5 % , namun diperlukan pengolahan
khusus untuk meminimalkan anisotropi). Beberapa paduan, misalnya Al-Li dan Al-Cu-Zr,
bersifat superplastis. Belakangan ini, penambahan skandium telah menekan suhu rekristalisasi
hingga 600oC, dengan menghasilkan ukuran butir yang sangat kecil dengan kekuatan yang
tinggi.

Paduan Berdasar-Tembaga Tembaga merupakan salah satu dari bahan paling ulet dan
memiliki konduktivitas listrik paling tinggi setelah perak. Konduktivitas termalnya yang tinggi
dan kemudahan penyambungannya dengan metode penyolderan dan pematrian menjadikannya
sebagai bahan utama untuk sistem pengawatan listrik dan sistem saluran air rumah tangga.
Kekuatannya dipat ditingkatkan tanpa mengalami banyak kerugian konduktivitas listrik, yakni
dengan penambahan sejumlah kecil Ag. Ca, atau Be.

Paduan larutan-padatnya dengan seng (kuningan) adalah yang paling banyak digunakan.
Seperti tersirat dari namanya cartridge brass (kuninganα) memiliki keuletan sangat tinggi dan
cocok untuk deformasi paling berat, di mana kuningan α + β (misalnya logam Muntz) memiliki
keuletan rendah namun toleran terhadap kontaminan, dan sifat mampu mesinnya dapat
ditingkatkan dengan menambahkan timbal. Timbal juga dapat ditambahkan pada kuningan ,
namun kemudian bahan ini tidik dapat dikerjakan karena timbalnya menempati batas-batas butir.
Perunggu timah biasanya terdeoksidasi dengan fosfor, yang membentuk eutektik termal bertitik
lebur rendah Karena itu, bahan-bahan ini termasuk getas batas butir kecuali sebelumnya
dihotnogenisasikan dengan Perunggu aluminium biasanya telah mengalami pengerjaan panas,
demikian pula dengan paduan nikel (cupronickel) dan paduan ternary (misalnya perak nikel,
sebuah paduan Cu-Ni-Zn).

Kilau menarik pada tembaga dan gradasi kuning yang tak terbatas pada tembaga dan
perunggu telah menggugah minat manusia seiama ribuan tahun; daya tarik nestetisnya sering kali
dipertinggi oleh produk-produk korosi (patima).

Paduan Berdasar-Nikel Nikel dalam bentuk murninya mudah dideformasi, pada suhu yang
suhu ruang Sebagian dari paduannya, terutama paduan dengan tembaga, tidak menimbulkan
masalah manufacturing. Paduan super (superalloy) berdasar-nikel dipadukan dengan unsur-unsur
larutan-padat dan pengerasan-presipitasi untuk menghasilkan kekuatan mulur pada suhu-suhu
yang lebih tinggi. Ini membuat paduan berdasar-nikel menjadi sulit dikerjakan Karena kisaran
suhu pengerjaan-panasnya sangat rendalı dan mendekati solidus. Teknik peleburan dan
penuangan yang rumit digunakan untuk menghilangkan kontaminan dan gas, dan diperlukan
pengetahuan yang mendalam tentang pengecoran paduan ini dan tentang teknologi
pengolahannya untuk menghindari keretakan selama pengerjaan panas.

Paduan Suhu-Tinggi Titanium heksagonal yang stabil pada suhu ruang memiliki keuletan yang
memadai, namun memerlukan banyak proses penganilan. Bentuk bcc(diatas 880oC) nya
memiliki keuletan paling tinggi. Untuk pengendalian sifat-sifat produk jadinya, logam paduan ini
sering dikerjakan dalam suhu sedikit di bawah suhu transformasi, namun pada laju regangan
yang lebih tinggi. bahan ini memiliki kekuatan yang relatif tinggi. Karena itu. penempaan
isotermal sering digunakan; karena pendinginan tidak menjadi masalah, tingginya kepekaan laju-
regangan dan keuletan bahan tersebut dapat dieksploitasi melalui pengerjaan dengan laju
regangan yang sangat rendah dan dengan tegangan yang rendah.

Karena ketahanannya terhadap korosi, titanium dan logam paduannya-dalam bentuk pipa
dan pelat-banyak digunakan dalam aplikasi kimia. Paduan titanium perlakuan-panas dengan
rasio kekuatan-terhadap-bobot yang tinggi menjadikan, bahan ini sangat diperlukan untuk
komponen-komponen penting pesawat terbang, termasuk pelataran kompresor pada mesin jet.

Paduan logam tahan api (molibden, tungsten, dan niobium) mudah membentuk oksida
yang mudah menguap pada suhu tinggi, karena itu bahan ini harus diproses dalam ruang hampa
atau dalam atmosfer terlindung. Tungsten banyak digunakan dalam bentuk kawat serabut dalam
lampu pijar. Perkembangan terkini paduan tahan api dipacu oleh kebutuhan teknologi ruang
angkasa akan balhan yang dapat digunakan pada suhu yang sangat tinggi. Bagian dari kemajuan
iniadalah bahan landasan pemakan berdasar molibden TZM yang sering digunakan dalam
kondisi pengerjaan dingin; beberapa pengaruh pengerjaan dingin dapat ditanggulangi hingga
mencapai suhu sekitar 1000°C.

RANGKUMAN

Dalam bab ini kita telah membahas konsep-konsep yang dapat diterapkan pada semua proses
deformasi plastis.

1. Tegangan alir adalah tegangan sebenamya yang diperlukan untuk mempertahankan defornasi
plastis, Dalam pengerjaan dingin, tegangan alir meningkat dan keuletan menurun karena adanya
pengerasan regangan: tegangan alir sering kali merupakan fungsi dari dalil-perpangkatan
regangan. Peluluhan diskontinu dan anisotropi sifat-sifat dapat mengubah perilaku bahan.

2. Pengeriaan dingin dapat dieksploitasi untuk menghasilkan produk yang kuat namun dengan
keuletan rendah. Sifat- sifat aslinya dapat diperoleh kembali dengan menerapkan proses
pemulihan pada suhu yang cukup tinggi (pemulihan dan rekristalisasi) yang dapat dikontrol
untuk menghasilkan sifat-sifat yang lebih dikeliendaki.

3. Pengerasan regangan dan proses pemulihan terjadi secara serentak dalam pengerjan panas.
Karena proses pemulihan memerlukan waktu, maka tegangan alir merupakan fungsi dari laju
regangan dan suhu. Pengerjaan panas sangat cocok untuk melumarkan struktur coran. Kombinasi
antara deformasi dan transformasi dapat menghasilkan bahan dengan kekuatan dan keuletan
yang sangat baik

4. Keuletan, sebagaimana yang diketahui melalui uji tarik, mencerminkan sifat-sifat bahan:
Regangan yang seragam (prakontraksi) akan meningkat seiring dilakukannya pengerasan
regangan, sedangkan regangan pascakontraksi akan meningkat seiring dengan kepekaan laju
regangan.

5. Dalam proses-proses praktis, kondisi tekanan biasanya bersifat triaksial dan tegangan yang
diperlukan untuk deformasi plastis dapat diperoleh dari kriteria luluh. Untuk menghitung tekanan
dan gaya yang ada dalam proses tertentu, kita perlu mempertimbangkan pengaruh gesekan pada
antarmuka landasan pemakan-benda kerja dan tekanan tersebut akan meningkat akibat
ketidakhomogenan deformasi.

6. Keuletan untuk pembebanan tarik dapat dianggap sebagai sifat lahan, namun dipengaruhi oleh
kondisi tegangan yang nyata, dan ini mentunculkan konsep mampu dikerjakan untuk benda pejal
dan mampu bentuk untuk pelat.

Anda mungkin juga menyukai