Anda di halaman 1dari 6

Pada praktikum aliran fluida, dilakukan uji coba pada orificemeter, venturemeter, pipa

lurus dan elbow. Pada orificemeter dicari koefisien orifice, yaitu koefisien yang mempengaruhi
penurunan friksi pada pipa orifice, sedangkan pada venture dicari koefisien venture, pada pipa
lurus dicari nilai fanning friction dan pada elbow adalah koefisien fitting dan kerangan.

1. Perbandingan nilai koefisien orifice dan venturi dari hasil praktikum dan literature

a. Koefisien Venturi (Cv)

Berdasarkan literatur (C. Geankoplis), Dengan Bilangan Reynold > 104 harga Cv 0.98
untuk pipa dengan diameter dibawah 0.2 m dan Cv 0.99 untuk ukuran yang lebih besar.
Berdasarkan data praktikum pada rezim turbulen dengan diameter dibawah 0.2 m dan nilai
NRe > 104, harga Cv rata-rata berada di 0.6 walaupun terdapat anomaly yaitu pada NRe
73027.4171 harga Cv sebesar 1.286571. Pada rezim transien dan laminar, harga Cv berkisar
dari 0.6 hingga 0.07. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah mengatur valve
dalam mengatur laju alir karena sulit mendapatkan laju alir dalam rezim laminar dan transien.

b. Koefisien Orifice

Berdasarkan literatur (C. Geankoplis), Koefisien Orifice Co selalu dicari secara


eksperimen. Jika NRe pada orifice diatas 20000 dan Do/D1 kurang dari 0.5 maka nilai Co kira
kira konstan dan nilainya 0.61. Berdasarkan data praktikum pada rezim turbulen dengan Do/D1
0.5641 dan nilai NRe > 20000, harga Co tidak sama dengan 0.61. Melainkan 0.6607, 0.17,
0.635 dan 1.426. Hal ini dikarenakan nilai Do/D1 > 0.5. Pada Rezim Laminer dan Transien,
harga Co rata-rata sekitar 0,1.
2. Orificemeter
a. Rezim Turbulen
a.1. Hubungan NRe dengan Co

Pada praktikum, Do/D1 lebih besar dari 0.5 (Tidak sama dengan literature) sehingga
nilai Co tidak sama dengan 0.61. Hubungan antara bilangan reynold dengan koefisien orifice
tidak linear, terdapat nilai koefisien orifice terbesar pada NRe 48214. Pada NRe > 48214,
nilai koefisien semakin kecil.
Secara teori, semakin besar NRe maka nilai koefisien semakin besar, karena
dipengaruhi oleh ∆P. Dimana semakin besar laju alir, NRe semakin besar sehingga ∆P
semakin besar. Hal ini bisa dipengaruhi.

a.2. Hubungan Q dengan ∆P

Secara teori, semakin besar laju alir maka penurunan tekanan semakin besar, karena
prinsip manometer adalah mengukur laju alir dari perbedaan tekanan. Berdasarkan tujuan,
harga pressure drop untuk setiap laju aliran adalah tetap tidak terbukti. Pada hasil praktikum,
hal hubungan linear antara Q dengan pressure drop tidak terjai. Hal ini dikarenakan oleh
beberapa hal, salah satunya adalah pembacaan perbedaan tekanan yang kurang teliti.

b. Rezim Laminer dan transien

b.1. Hubungan NRe dengan Co

Sama dengan rezim turbulen, terdapat nilai koefisien orifice terbesar pada bilangan
reynold sebesar 906. Setelah NRe > 906, nilai koefisien orifice menurun. Tetapi pada NRe
mendekati turbulen, penurunan harga koefisien orifice tidak turun terlalu drastis.

b.2. Hubungan Pressure Drop terhadap Q

Secara teori, semakin besar laju alir maka penurunan tekanan semakin besar, karena
prinsip manometer adalah mengukur laju alir dari perbedaan tekanan. Berdasarkan tujuan,
harga pressure drop untuk setiap laju aliran adalah tetap tidak terbukti. Pada hasil praktikum,
hal hubungan linear antara Q dengan pressure drop tidak terjadi. Yang terjadi adalah semakin
besar laju alir, maka harga pressure drop semakin kecil. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal,
salah satunya adalah pembacaan perbedaan tekanan yang kurang teliti.
3. Venturimeter
a. Rezim Turbulen
a.1. Hubungan NRe dengan Cv

Pada praktikum, Diameter lebih kecil dari 0.2 m (D < 0.2 m) dan nilai bilangan
reynold lebih besar dari 10000 sehingga nilai Cv tidak sama dengan 0.98. Hubungan antara
bilangan reynold dengan koefisien venturi tidak linear, terdapat nilai koefisien venturi
terbesar pada NRe 73027, lalu nilai koefisien turun pada NRe 80347, setelah itu harga
koefisien kembali naik pada NRe 97511.
Secara teori, semakin besar NRe maka nilai koefisien semakin besar, karena
dipengaruhi oleh ∆P dan Vv. Dimana semakin besar laju alir, NRe semakin besar sehingga
∆P semakin besar. Pada praktikum hal ini tidak terjadi karena beberapa hal, yaitu kesalahan
pembacaan pada manometer raksa.

a.2. Hubungan Q dengan ∆P

Secara teori, semakin besar laju alir maka penurunan tekanan semakin besar, karena
prinsip manometer adalah mengukur laju alir dari perbedaan tekanan. Berdasarkan tujuan,
harga pressure drop untuk setiap laju aliran adalah tetap tidak terbukti. Pada laju alir 0.000758
m3/s, pressure drop sebesar 1199 Pa, lalu semakin besar dan yang terbesar pada laju alir
0.001012 m3/s, pressure drop sebesar 8396 Pa. Pada hasil praktikum, hubungan linear antara
Q dengan pressure drop terbukti tetapi tidak terlalu linear dimana R2 tidak sama dengan 1. Hal
ini dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya adalah ketelitian alat ukur manometer yang
tidak terlalu akurat.

b. Rezim Laminer dan Transien

b.1. Hubungan NRe dengan Cv

Pada rezim laminer, Terjadi penurunan harga koefisien venturi secara drastis pada
bilangan reynold yang tidak jauh berbeda. Sedangkan pada rezim transien, pada bilangan
reynold yang tidak jauh berbeda, nilai koefisien venturi relatif sama.

b.2. Hubungan Pressure Drop terhadap Q

Secara teori, semakin besar laju alir maka penurunan tekanan semakin besar, karena
prinsip manometer adalah mengukur laju alir dari perbedaan tekanan. Berdasarkan tujuan,
harga pressure drop untuk setiap laju aliran adalah tetap tidak terbukti. Pada hasil praktikum,
hubungan linear antara Q dengan pressure drop terjadi, tetapi tidak terlalu linear. Pada laju alir
yang sama yaitu 0.000345 terdapat perbedaan pressure drop sebesar 15. Secara teori, pada laju
alir yang sama maka nilai pressure drop tetap. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, salah
satunya adalah pada laju alir kecil (rezim laminar/transien), laju alir tidak konstan, sehingga
mempengaruhi perhitungan laju alir yang berpengaruh pada perhitungan.

4. Pipa Lurus
a. Rezim Turbulen
a.1. Hubungan NRe dengan f

Nilai fanning friction dicari menggunakan moody chart dengan menganggap pipa
adalah drowning tube dengan nilai e sebesar 0.0015 (Lampiran 1). Berdasarkan grafik NRe
terhadap fanning friction, semakin besar nilai NRe maka nilai fanning friction semakin kecil
pada relative roughness yang sama. Berdasarkan Moody Chart, hal ini terbukti karena
hubungan antara relative roughness terhadap bilangan Reynold cenderung menurun pada
bilangan reynold yang semakin besar.

a.2. Hubungan Q dengan ∆P

Secara teori, dalam pipa ideal tidak akan terjadi kehilangan energi karena gesekan.
Tetapi pada kenyataannya akan terjadi kehilangan energi karena friksi. Dalam bilangan reynold
yang sama, setiap material pipa memiliki friksi berbeda tergantung dari relative roughnessnya.
Pada kurva hubungan antara laju alir dengan pressure drop, didapat hubungan yang tidak linear,
melainkan terdapat penurunan tekanan pada laju alir 0.000962 m3/s, sedangkan secara teori,
semakin besar laju alir dengan semakin besarnya nilai NRe maka akan nilai fanning friksi
semakin kecil sehingga head friksi semakin kecil dan perbedaan tekanan semakin besar. Tetapi
pada hasil praktikum tidak terjadi, hal ini bisa dikarenakan kesalahan pembacaan pada alat ukur
manometer karena sulit untuk konstan.
b. Rezim Laminer dan Transien

b.1. Hubungan NRe dengan f

Pada rezim laminar dan transien, berdasarkan literature semakin besar nilai NRe maka
nilai fanning friction semakin kecil, hal ini terbukti pada grafik hubungan antara NRe dengan
f, tetapi pada NRe mendekati 4000, terjadi sedikit kenaikan nilai fanning friction dari 0.04
menjadi 0.041.

b.2. Hubungan Pressure Drop terhadap Q

Pada rezim laminar dan transisi, friksi akan terjadi pada pipa dengan relative
roughness yang besar (berdasarkan moody chart). Sehingga penurunan tekanan tidak akan
terjadi sangat besar. Secara teori, semakin besar laju alir maka penurunan tekanan semakin
besar, tetapi berdasarkan data pengamatan semakin besar laju alir, penurunan tekanan semakin
kecil walaupun tidak turun terlalu jauh.

5. Elbow
a. Rezim Turbulen
a.1. Hubungan NRe dengan hf

hf adalah head friksi yang diakibatkan oleh bentuk fitting dan kerangan didalam suatu
system perpipaan. Nilai hf dipengaruhi oleh nilai friction loss karena fitting dan kerangan
(Kf) yang bergantung pada jenis fitting dan kerangan dibagi oleh kecepatan linear fluida
kuadrat. Pada elbow 90o nilai Kf sebesar 0.75. Berdasarkan grafik hf terhadap NRe, semakin
besar bilangan reynold maka head friction semakin kecil. Hal ini terbukti karena pada
percobaan ini, diameter sama, massa jenis sama dan viskositas sama, yang mempengaruhi
bilangan reynold adalah kecepatan linear fluida.

a.2. Hubungan Q dengan ∆P

Secara teori, semakin besar laju alir maka pressure drop semakin besar, tetapi pada
grafik hubungan Q dengan pressure drop, semakin besar laju alir maka pressure drop semakin
kecil, hal ini berbeda dengan orifice dan venturi. Hal ini bisa dikarenakan oleh beberapa hal,
salah satunya adalah pada pengukuran di elbow menggunakan manometer minyak, sedangkan
pada manometer minyak sebaiknya dilakukan dari laju alir terkecil (laminar) hingga terbesar
(turbulen) agar terlihat kenaikan perbedaan tekanannya, tetapi hal ini tidak terwujudkan pada
rezim turbulen karena sulit mengatur laju alirnya sehingga pembacaan manometer tidak sesuai.

b. Rezim Laminer dan Transien

b.1. Hubungan NRe dengan hf

Berdasarkan grafik hubungan antara NRe dengan head friction pada elbow, semakin besar
NRe maka nilai hf semakin besar, sehingga hal ini terbukti karena hf dipengaruhi oleh Kf dibagi
dengan kecepatan linear fluida didalam pipa.

b.2. Hubungan Pressure Drop terhadap Q

Berdasarkan grafik hubungan antara pressure drop dengan laju alir, didapat hubungan
tidak linear, dimana terjadi penurunan tekanan pada laju alir yang semakin tinggi, terjadi saat
laju alir lebih besar dari 0.0000275. Hal ini tidak sesuai dengan teori, sehingga bisa diakibatkan
oleh beberapa faktor yaitu sulitnya mengatur laju alir pada rezim linear dan transisi sehingga
pembacaan pada manometer minyak naik-turun yang mengakibatkan pembacaan tidak sesuai.

Anda mungkin juga menyukai