PEDOMAN KERJA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STUNTING
DI RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi
(PE/mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah
lahir,terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan
janin.Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah
satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran
gangguankeadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2
tahunawal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki.
Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status
ekonomi orang tua dan ketahanan pangan keluarga.Status ekonomi orang tua dapat
dilihat berdasarkan pendapatan orang tua.Pendapatan keluarga merupakan
pendapatan total keluarga yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu hasil kepala
keluarga, hasil istri, hasil pemberian, hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan per
bulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun 2015
menunjukkan bahwa pada kelompok stunting lebih banyak pendapatannya adalah
dibawah UMR yakni sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki
pendapatan diatas UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%).Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari et all. tahun 2014 menunjukkan bahwa
pendapatan keluarga yang rendah merupakan faktor resiko kejadian stunting pada
balita 6- 24 bulan.Anak dengan pendapatan keluarga yang rendah memiliki resiko
menjadi stunting sebesar 8,5 kali dibandingkan pada anak dengan pendapatan
tinggi.Rendahnya tingkat pendapatan secara tidak langsung akan menyebabkan
terjadinya stunting hal ini dikarenankan menurunnya daya beli pangan baik secara
kuantitas maupun kualitas atau terjadinya ketidaktahanan pangan dalam keluarga.
Stunting yang terjadi pada balita dapat berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan intelektual anak. Secara tidak langsung dampak tersebut dapat
berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degenaratif,
peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di masa mendatang.
Dampak tersebut dapat meningkatkan kemiskinan dimasa yang akan datang dan
secara tidak langsung akan mempengaruhi ketahanan pangan keluarga.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Pengetahuan inmformasi faktor penyebab kejadian stunting pada balita di
fasilitas pelayanan kesehatan bertujun untuk meningkatkan kualitas pemberian
informasi terkait diagnosa stunting,sehingga pengetahuan sumber daya
manusia kesehatan, pasien dan masyarakat mengetahui dan dapat memberikan
penyuluhan terkait pencegahan stunting pada balita.
Tujuan Khusus
1. Menambah pengetahuan petugas medis terkait faktor pnyebab diagnosa stunting.
2. Meningkatkan pengetahuan semua sumber daya yang terlibat dalam pelayanan
Rumah Sakit Bhakti Mulia dalam memberikan penyuluhan kesehatan terkait
penyebab diagnosa stunting.
C. SASARAN
1. Pimpinan, pengambilan kebijakan di Rumah Sakit Bhakti Mulia tanpa terkecuali.
2. Tercapainya peningkatan kualitas petugas pelayanan di Rumah Sakit Bhakti Mulia
terkait diagosa stunting.
BAB II
KEBIJAKKAN DAN DASAR HUKUM
A. Kebijakkan
1. Penyelenggaraan ppi di rumah sakit bhakti mulia
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap
penularan infeksi di Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Bhakti Mulia
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur Rumah Sakit
membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI). Komite
PPIRS Bhakti Mulia langsung berada dibawah koordinasi direktur.
c) Komite PPI mempunyai tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang jelas
sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2017 Pelaksanaan PPI dikelola dan
diintegrasikan antara struktural dan fungsional disemua unit dan menjadi
tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
d) Susunan organisasi Komite PPI adalah Ketua, Sekretaris, dan Anggota yang
terdiri dari IPCN/Perawat PPI, IPCD/Dokter PPI dan anggota lainnya.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka
Rumah Sakit Bhakti Mulia memiliki 2 IPCN (Infection Prevention and Control
Nurse) purnawaktu dengan kapasitas 165 tempat tidur.
f) Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse), sebagai pelaksana harian/ penghubung
di unit masing-masing.
2. Program PPI
2.1 Kewaspadaan Isolasi menjadi 2 bagian :
1) Kewaspadaan Standar yaitu :
a. Kebersihan tangan
b. Alat Pelindung Diri (APD)
c. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien
d. Pengendalian lingkungan
e. Pengelolaan limbah
f. Penatalaksanaan linen
g. Perlindungan kesehtan petugas
h. Penempatan pasien
i. Etika batuk dan bersin
j. Praktek menyuntik yang aman
k. Praktik lumbah fungsi yang aman
2) Kewaspadaan transmisi :
a. Kontak
b. Droplet
c. Air bone
2.2 Survailens
1) Dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (Infection Prevention Control
Nurse) perawat pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse –
perawat penghubung pengendali infeksi) untuk menggambarkan tingkat
kejadian berbagai penyakit infeksi target sesuai Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, Kemenkes dan penyakit endemis
di rumah sakit.
Target surveilans yaitu :
Infeksi Aliran Darah perifer (IADP) pasien terpasang umbilical dan Centra
Vena Line (CVL), Infeksi Saluran Kemih (ISK) pasien terpasang
kateterisasi, Infeksi Daerah Operasi (IDO) pasien pasca operasi,
Ventilator associated pneumonia (VAP) pasien terpasang intubasi
endotrakeal, phlebitis diakibatkan pasien terpasang infus, HAP (Hospital
Acquired Pneumonia) pasien dirawat 48 jam atau lebih di Rumah Sakit .
2) Pengambilan data Survailens dilakukan setiap hari yang dikerjakan oleh
IPCLN.
3) Melakukan Analisis data, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data
infeksi dilakukan oleh IPCN ke ketua Komite PPIRS yaitu IPCO.
4) Pengendalian angka Infeksi Rumah Sakit menggunakan target sasaran
sesuai program PPI. Sasaran angka Infeksi Rumah Sakit di evaluasi setiap
1 bulan.
5) Laporan Infeksi RS disampaikan Komite PPI RS kepada Direktur setiap 3
bulan bulan.
2.3Pendidikan dan Pelatihan
2.4Pencegahan Infeksi dengan menerapkan Bundels pada pasien-pasien
terpasang alat.
2.5Penggunaan antimikroba rasional tentang pemakaian obat profilaksis dan
terapeutik.
3. Pengkajian Risiko
ICRA merupakan prioritas fokus program dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit dengan cara melakukan pengkajian risiko. Pengkajian
risiko dilakukan setiap awal tahun sebelum memulai program dan dapat setiap
saat ketika dibutuhkan.
Pengkajian risiko tersebut meliputi namun tidak terbatas pada :
a) Pelaksanaan formulir ceklis Ventilator associated pneumonia (VAP) pasien
terpasang intubasi endotrakeal,
b) Infeksi-infeksi yang penting secara epidemiologis (data surveilans)
Infeksi Aliran Darah perifer (IADP) pasien terpasang umbilical dan Centra
Vena Line (CVL), Infeksi Saluran Kemih (ISK) pasien terpasang kateterisasi,
Infeksi Daerah Operasi (IDO) pasien pasca operasi, Ventilator associated
pneumonia (VAP) pasien terpasang intubasi endotrakeal, phlebitis diakibatkan
pasien terpasang infus, HAP (Hospital Acquired Pneumonia) pasien dirawat 48
jam atau lebih di Rumah Sakit.
c) Penyakit dan organisme dari sudut epidemioligik seperti Multidrug Resistant
Organism dan infeksi di masyarakat dan infeksi yang vurulen. Timbulnya
infeksi baru di masyarakat (Emerging and or Re Emerging Disease).
13.1 Peralatan medis atau bahan medis habis pakai (BMPH) berpusat di
pelayanan sterilisasi (CSSD), CSSD bertanggung jawab menyusun panduan
dan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring dan
evaluasi proses serta kualitas atau mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan
Komite PPI RS.
13.2 Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit.
13.3 Pemprosesan alat atau instrumen habis pakai dipilih berdasarkan kriteria
alat. Sterilisasi dilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk
alat non kritikal.
13.4
D. Visi RS Bhakti Mulia
“Menjadi Rumah Sakit unggulan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, profesional, dan penuh rasa empati kepada pasien”
b. Nilai-Nilai.
1) Profesional
Berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan secara terus menerus dan
selalu memberikan hasil yang terbaik.
2) Orientasi Pelanggan
Memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yag strategis.
3) Integritas
Bertindak konsisten sesuai nilai-nilai dan kebijakan organisasi, me jaga citra
profesi dan organisasi.
4) Kemampuan Komunikasi
Melakukan komunikasi yang efektif dalam rangka memberikan pelayanan
terbaik.
5) Perbaikan Tiada Henti
Selalu melakukan penyempurnaan, kreatif dan inovatif.
c. Motto
“Melayani Dengan Sepenuh Hati”
H. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayan Kesehatan lainnya.
5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
6) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Manajerial Pedoman Pencegahan dan Pengendali Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
8) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendali Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya.
9) Surat Edaran Dirjen Bina Pelayan Medik Nomor. HK.03.01/III/3744/08 Tentang
Pembentukan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit & Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
10) Keputusan Direktur Utama PT Jayakarta Medika Bhakti tanggal 01 Agustus 2019
dengan Nomor : Kep/004-02/JMB/VIII/2019 perihal pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Bhakti Mulia; dan
11) Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Bhakti mulia Nomor :
Kep/190-2/RSBM/VI/2022 tentang Susunan Komite PPI RS Bhakti Mulia tahun
2022.
BAB
STRUKTUR RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA
BAB
ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
A. KEBIJAKAN
Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat
mencapai tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk berdasarkan kaidah
organisasi yang dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan tanggung jawab
secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat dimanfaatkan secara
optimal.
1) Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yaitu Komite PPI
disusun terdiri dari : ketua, sekertaris, dan anggota lainnya. Ketua sebaikya
(IPCO/Infection Prevention and Control officer), mempunyai minat, kepedulian
dan pengetahuan, pengalaman, mendalami masalah infeksi, mikrobiologi
klinik, atau epidemiologi klinik. Sekertaris sebaiknya perawat senior
(IPCN/Infection Prevention and Control Nurse) yang disegani berminat,
mampu memimpin dan aktif. Anggota Komite PPI terdiri dari :
Dokter (IPCD)
Perawat (IPCN)
Perawat (IPCLN)
Laboratorium
Farmasi
Linen dan laundry
Instalasi gizi
Tim DOTS
Tim HIV
CSSD
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Sanitasi lingkungan
Instalansi pemeliharaan sarana rumah sakit (ipprs)
Kamar jenazah
2) Rumah Sakit memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1 IPCN untu
100-150 tempat tidur di Rumah Sakit.
3) Dalam bekerja IPCN dapat dibantu IPCLN ( Infection Prevention and Control Link
Nurse) dari tiap unit perawatan.
B. STRUKUR ORGANISASI
Gambar 3. Struktur Organisasi Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
Direktur RS
Ketua Komite
PPI (IPCO)
Sekertaris (IPCN)
1.6 KEWENANGAN
Melakukan pengawasan terhadap kepatuhan karyawan Rumah Sakit dalam
melaksanakan kebijakan direktur tentang PPIRS.
2. SEKRETARIS
2.1 NAMA JABATAN
Sekretaris Komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.
3.5 KEWENANGAN
Membuat peryataan atas terjadinya HAis (Healthcare Associated Infections) atau
tidak.
4.4 KEWENANGAN
1) Meminta informasi kepada atasan.
2) Meminta informasi kepada unit rawat inap, rawat jalan, penunjang terkait
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit.
3) Memberi saran dan pertimbangan kepada atasan berkaitan dengan
program PPI.
4) Mempertahankan dan mengembangkan kolaboras dan koordinas dengan
anggota Tim PPI.
5) Membuat rekomendasi kepada ruangan atau bidang pelaksanaan PPI.
6) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
5.6 KEWENANGAN
1) Memberikan motivasi dan teguran dalam pelaksanaan keptuhan PPI
terhadap setiap personil ruangan masing-masing.
2) Memonitor kepatuhan petugas dalam melaksanakan kewaspadaan standar.
6. Anggota Lainnya
6.1 NAMA JABATAN
Tenaga di luar dokter dan perawat pencegahan dan pengendalian infeksi.
6.5 KEWENANGAN
1) Memberikan usulan tentang suatu hal yang berhubungan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan Rumah Sakit.
2) Memberikan bimbingan diarea masing-masing tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi di lingkungan Rumah Sakit.
2. Kebijakan Teknis.
Ada SPO tentang kewaspadaan isolasi (isolation precaution) :
– Ada SPO kebersihan tangan.
– Ada SPO penggunaan alat pelindung diri (APD).
– Ada SPO penggunaan peralatan perawatan pasien.
– Ada SPO pengelolaan limbah.
– Ada SPO pengendalian lingkungan.
– Ada SPO pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
– Ada SPO Kesehatan karyawan / Perlindungan petugaskesehatan.
– Ada SPO penempatan pasien.
– AdaSPO hygiene respirasi / Etika batuk.
– Ada SPO praktek menyuntik yang aman.
– Ada SPO praktek untuk lumbal punksi.
– Ada SPO pembersihan tumpahan cairan tubuh pasien.
– Ada SPO bundels IAD, ISK, IDO
– Ada SPO ICRA HAIs dan konstruksi
IGD
Komite PPI Kesling
Radiologi
Poliklinik
Farmasi
Ruang Rawat
Inap
Kamar
Jenazah Linen dan Kamar
Gizi Operasi
Laundry
2. Tim HIV
1) Tim HIV memiliki hubungan kerja dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi terkait dengan pelaporan pasien HIV dan petugas yang
terpapar benda tajam bekas pasien maupun cairan tubuh pasien dimana
pasien tersebut positif HIV.
2) Melaksanakan Diklat terkait dengan HIV bersama dengan komite pencegahan
dan pengendalian infeksi.
5. Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan rumah sakit memiliki hubungan dengan komite
pencegahaan dan pengendalian infeksi terkait dengan berkoordinasi mengenai
pelaporan limbah Rumah Sakit yaitu limbah infeksius, non infeksius, benda tajam,
cair dan limbah umum di luar area perawatan. Berkoordinasi mengenai tatalaksana
pencahayaan, bising suara, udara di Rumah Sakit.
6. Poliklinik
Poliklinik memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan survailens IDO pada pasien rawat jalan, audit PPI di
ruangan maupun pada petugas di setiap unit.
7. Kamar Operasi
1) Kamar Operasi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi terkait pelaporan survailens pada pasien operasi, audit
PPI di ruangan maupun pada petugas di setiap unit.
2) Koordinasi mengenai pemeriksaan kultur ruangan.
3) Melakukan perbaikkan sesuai dengan standar PPI di Rumah Sakit Bhakti
Mulia.
9. Gizi
1) Gizi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi
terkait pelaporan audit pada unit tersebut dan pelaporan proses pembuatan,
penyajian dan pendistribusian ke setiap ruangan.
2) Pemeriksaan MCU secara berkala terutama dilakukannya pemeriksaan swab
anus.
11. Farmasi
1) Farmasi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan audit pada unit tersebut.
2) Koordinasi mengenai ketersediaan APD yang dibutuhkan ruangan.
3) Pelaporan terkait obat kadaluarsa dan pemusnahan obat.
12. Radiologi
Radiologi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan audit pada unit tersebut.
13. IGD
IGD memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi
terkait pelaporan audit PPI di ruangan maupun pada petugas di setiap unit. IGD
dapat melaporkan petugas yang terpapar benda tajam ataupun cairan tubuh ke
IPCN atau IPCLN dan setiap ada kejadian luar biasa di unit terkait dengan PPI.
14. CCSD
1) CSSD memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan audit PPI di ruangan maupun pada petugas di setiap
unit.
2) Melaporkan petugas bila terjadi pajanan benda tajam dan terkena cairan
tubuh.
3) Koordinasi mengenai pemeriksaan kultur alat-alat medis.
4) Koordinasi mengenai SPO yang berkaitan dengan PPI.
15. Laboratorium
1) Laboratorium memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi terkait pelaporan audit PPI di ruangan maupun pada
petugas di setiap unit.
2) Melaporkan petugas bila terjadi pajanan benda tajam dan terkena cairan
tubuh.
3) Koordinasi mengenai hasil pemeriksaan kultur pasien.
A. KUALIFIKASI
NO NAMA KUALIFIKASI JUMLAH PENGALAMAN
JABATAN FORMAL SERTIFIKAT KEBUTUHAN KERJA
1 Ketua Komite Dokter Minimal 1 Orang Pengalaman
PPI (IPCO) ahli/spesialis/ Pelatihan dasar kerja 2 tahun
umum PPI. Mempunyai
minat dalam
PPI
2 Dokter PPI Dokter Minimal 1 Orang Pengalaman
(IPCD) ahli/spesialis Pelatihan dasar kerja 2 tahun
PPI Mempunyai
minat dalam
PPI
Memiliki
kemampuan
Leaership
3 Perawat PPI Pendidikan Minimal 1 Orang Memiliki
(IPCN) minimal D3 Pelatihan dasar komiten di
PPI. bidang
Pelatihan IPCN pencegahan
dasar
dan
pengendalian
infeksi
Memiliki
pengalaman
kerja sebagai
Kepala
Ruangan atau
setara
Memiliki
kemampuan
leadership,
Inovatif dan
confident
Bekerja purna
waktu
4 Perawat Pendidikan Diklat PPI 7 Orang Memiliki
Penghubung minimal D3 komiten di
PPI (IPCLN) bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
Memiliki
kemampuan
leadership
5 Linen dan Pendidikan Manajemen 1 Orang Memiliki
Londry minimal SMU linen komiten di
atau sederajat bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
6 Gizi Pendidikan Manajemen Gizi 1 Orang Memiliki
minimal D3 komiten di
ahli Gizi bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
7 Farmasi S1 Farmasi 1 Orang Memiliki
komiten di
bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
8 laboratorium Pendidikan 1 Orang Memiliki
minimal D3 komiten di
Analis bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
9 Kesehatan Pendidikan 1 Orang Memiliki
dan minimal K3 komiten di
keselamata bidang
kerja pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
B. KUALIFIKASI SAAT INI DI RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA
NO NAMA KUALIFIKASI DAN PENGALAMAN KETERANGAN JUMLAH
JABATAN SAAT INI
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu
masalah tertentu.
Tujuan Umum :
Membantu terselenggaranya program Kerja Komite PPI yang ada di RS Bhakti Mulia.
Tujuan Khusus :
1. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan program kerja Komite PPI
di unit pelayanan.
2. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
program kerja Komite PPI guna peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Sedangkan pertemuan atau rapat di keanggotaan Komite PPI dan Tim PPI dilakukan
1. Rapat terjadwal
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Komite PPI/Tim PPI setiap
bulan sekali dengan perencanaan yang telah dibuat selama 1 tahun serta agenda
rapat yang telah ditentukan oleh Komite PPI/Tim PPI.
2. Rapat tidak terjadwal
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh
Komite PPI/Tim PPI untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan di
pelayanan dikarenakan adanya permasalahan yang bersifat insidentil yang
membutuhkan penanganan cepat.
BAB
MONITORING, EVALUASI DAN LAPORAN
A. Monitoring
- Monitoring dilakukan oleh IPCN dan IPCLN.
- Dilakukan setiap hari dalam hal pengumpulan data untuk surveilans
mempergunakan check list.
- Ada formulir bantu surveilans.
B. Evaluasi
- Dilakukan oleh Tim PPIRS dengan frekuensi minimal setiap bulan.
- Evaluasi oleh Komite PPI minimal setiap 3 bulan.
C. Laporan
Pelaporan merupakan sistem atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala
bentuk kegiatan yang ada terkait dengan program kerja Komite PPI di Rumah Sakit
Bhakti Mulia.
1. Membuat laporan tertulis kepada Ketua Komite PPI setiap bulan. Laporan dibuat
oleh IPCN dan Tim PPI.
2. Membuat Laporan rutin : 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun diserahkan kepada Direktur.
3. Membuat Laporan tertulis bila ada insidentil atau KLB (Kejadian Luar Biasa) dan
diserahkan kepada Direktur rumah sakit.
BAB XI
PENUTUP
Demikian Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Bhakti Mulia ini
dibuat sebagai bagi karyawan di Rumah Sakit Bhakti Mulia umumnya. Mudah-mudahan
dengan adanya pedoman pengorganisasian ini, dapat lebih memudahkan semua pihak
yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal
bagian. Semoga Allah senantiasa memberikan kita semua limpahan Taufik dan Hidayah-
Nya kepada hamba-hamba yang selalu berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara
terus menerus memperbaiki amal ibadahnya.