Anda di halaman 1dari 21

Lampiran

Direktur RS. Bhakti Mulia


Nomor :
Tanggal :

PEDOMAN KERJA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STUNTING
DI RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi
(PE/mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah
lahir,terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan
janin.Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah
satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran
gangguankeadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2
tahunawal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki.
Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status
ekonomi orang tua dan ketahanan pangan keluarga.Status ekonomi orang tua dapat
dilihat berdasarkan pendapatan orang tua.Pendapatan keluarga merupakan
pendapatan total keluarga yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu hasil kepala
keluarga, hasil istri, hasil pemberian, hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan per
bulan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun 2015
menunjukkan bahwa pada kelompok stunting lebih banyak pendapatannya adalah
dibawah UMR yakni sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki
pendapatan diatas UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%).Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari et all. tahun 2014 menunjukkan bahwa
pendapatan keluarga yang rendah merupakan faktor resiko kejadian stunting pada
balita 6- 24 bulan.Anak dengan pendapatan keluarga yang rendah memiliki resiko
menjadi stunting sebesar 8,5 kali dibandingkan pada anak dengan pendapatan
tinggi.Rendahnya tingkat pendapatan secara tidak langsung akan menyebabkan
terjadinya stunting hal ini dikarenankan menurunnya daya beli pangan baik secara
kuantitas maupun kualitas atau terjadinya ketidaktahanan pangan dalam keluarga.
Stunting yang terjadi pada balita dapat berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan intelektual anak. Secara tidak langsung dampak tersebut dapat
berakibat pada penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degenaratif,
peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di masa mendatang.
Dampak tersebut dapat meningkatkan kemiskinan dimasa yang akan datang dan
secara tidak langsung akan mempengaruhi ketahanan pangan keluarga.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Pengetahuan inmformasi faktor penyebab kejadian stunting pada balita di
fasilitas pelayanan kesehatan bertujun untuk meningkatkan kualitas pemberian
informasi terkait diagnosa stunting,sehingga pengetahuan sumber daya
manusia kesehatan, pasien dan masyarakat mengetahui dan dapat memberikan
penyuluhan terkait pencegahan stunting pada balita.

Tujuan Khusus
1. Menambah pengetahuan petugas medis terkait faktor pnyebab diagnosa stunting.
2. Meningkatkan pengetahuan semua sumber daya yang terlibat dalam pelayanan
Rumah Sakit Bhakti Mulia dalam memberikan penyuluhan kesehatan terkait
penyebab diagnosa stunting.
C. SASARAN
1. Pimpinan, pengambilan kebijakan di Rumah Sakit Bhakti Mulia tanpa terkecuali.
2. Tercapainya peningkatan kualitas petugas pelayanan di Rumah Sakit Bhakti Mulia
terkait diagosa stunting.

BAB II
KEBIJAKKAN DAN DASAR HUKUM

A. Kebijakkan
1. Penyelenggaraan ppi di rumah sakit bhakti mulia
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap
penularan infeksi di Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Bhakti Mulia
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur Rumah Sakit
membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI). Komite
PPIRS Bhakti Mulia langsung berada dibawah koordinasi direktur.
c) Komite PPI mempunyai tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang jelas
sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2017 Pelaksanaan PPI dikelola dan
diintegrasikan antara struktural dan fungsional disemua unit dan menjadi
tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
d) Susunan organisasi Komite PPI adalah Ketua, Sekretaris, dan Anggota yang
terdiri dari IPCN/Perawat PPI, IPCD/Dokter PPI dan anggota lainnya.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka
Rumah Sakit Bhakti Mulia memiliki 2 IPCN (Infection Prevention and Control
Nurse) purnawaktu dengan kapasitas 165 tempat tidur.
f) Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse), sebagai pelaksana harian/ penghubung
di unit masing-masing.
2. Program PPI
2.1 Kewaspadaan Isolasi menjadi 2 bagian :
1) Kewaspadaan Standar yaitu :
a. Kebersihan tangan
b. Alat Pelindung Diri (APD)
c. Dekontaminasi peralatan perawatan pasien
d. Pengendalian lingkungan
e. Pengelolaan limbah
f. Penatalaksanaan linen
g. Perlindungan kesehtan petugas
h. Penempatan pasien
i. Etika batuk dan bersin
j. Praktek menyuntik yang aman
k. Praktik lumbah fungsi yang aman
2) Kewaspadaan transmisi :
a. Kontak
b. Droplet
c. Air bone
2.2 Survailens
1) Dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (Infection Prevention Control
Nurse) perawat pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse –
perawat penghubung pengendali infeksi) untuk menggambarkan tingkat
kejadian berbagai penyakit infeksi target sesuai Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, Kemenkes dan penyakit endemis
di rumah sakit.
Target surveilans yaitu :
Infeksi Aliran Darah perifer (IADP) pasien terpasang umbilical dan Centra
Vena Line (CVL), Infeksi Saluran Kemih (ISK) pasien terpasang
kateterisasi, Infeksi Daerah Operasi (IDO) pasien pasca operasi,
Ventilator associated pneumonia (VAP) pasien terpasang intubasi
endotrakeal, phlebitis diakibatkan pasien terpasang infus, HAP (Hospital
Acquired Pneumonia) pasien dirawat 48 jam atau lebih di Rumah Sakit .
2) Pengambilan data Survailens dilakukan setiap hari yang dikerjakan oleh
IPCLN.
3) Melakukan Analisis data, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data
infeksi dilakukan oleh IPCN ke ketua Komite PPIRS yaitu IPCO.
4) Pengendalian angka Infeksi Rumah Sakit menggunakan target sasaran
sesuai program PPI. Sasaran angka Infeksi Rumah Sakit di evaluasi setiap
1 bulan.
5) Laporan Infeksi RS disampaikan Komite PPI RS kepada Direktur setiap 3
bulan bulan.
2.3Pendidikan dan Pelatihan
2.4Pencegahan Infeksi dengan menerapkan Bundels pada pasien-pasien
terpasang alat.
2.5Penggunaan antimikroba rasional tentang pemakaian obat profilaksis dan
terapeutik.
3. Pengkajian Risiko
ICRA merupakan prioritas fokus program dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit dengan cara melakukan pengkajian risiko. Pengkajian
risiko dilakukan setiap awal tahun sebelum memulai program dan dapat setiap
saat ketika dibutuhkan.
Pengkajian risiko tersebut meliputi namun tidak terbatas pada :
a) Pelaksanaan formulir ceklis Ventilator associated pneumonia (VAP) pasien
terpasang intubasi endotrakeal,
b) Infeksi-infeksi yang penting secara epidemiologis (data surveilans)
Infeksi Aliran Darah perifer (IADP) pasien terpasang umbilical dan Centra
Vena Line (CVL), Infeksi Saluran Kemih (ISK) pasien terpasang kateterisasi,
Infeksi Daerah Operasi (IDO) pasien pasca operasi, Ventilator associated
pneumonia (VAP) pasien terpasang intubasi endotrakeal, phlebitis diakibatkan
pasien terpasang infus, HAP (Hospital Acquired Pneumonia) pasien dirawat 48
jam atau lebih di Rumah Sakit.
c) Penyakit dan organisme dari sudut epidemioligik seperti Multidrug Resistant
Organism dan infeksi di masyarakat dan infeksi yang vurulen. Timbulnya
infeksi baru di masyarakat (Emerging and or Re Emerging Disease).

4. Peralatan medis atau bahan medis habis pakai (BMPH)


Peralatan medis atau bahan medis habis pakai (BMPH) dapat digunakan kembali
sesuai dengan rekomendasi manufactur-nya. Alat Medis Sekali Pakai dapat
digunakan ulang (reuse of single use devices) sesuai kebijakan RS.
a. AMSP dapat diproses secara benar atau tepat (rasional) dan hasil sterilisasi
masih efektif dan efisien baik secara fisik atau fungsi, kualitas serta aman
digunakan bagi pasien.
b. AMSP sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau sangat
mahal harganya.
c. Pemprosesan AMSP yang disterilkan dan digunakan kembali harus melalui
proses pencatatan dan pengawasan mutu di bagian CSSD
d. AMSP yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan melihat secara
visual dan fungsi dari alat atau bahan.
e. Daftar AMSP yang akan digunakan kembali ditentukan oleh RS.
f. Adanya form daftar peralatan alat single use yang di re-use.
g. Adanya form daftar monitoring alat single use yang di re-use.
5. Kebersihan lingkungan
Meliputi disinfeksi permukaan lingkungan dikelola oleh bagian umum dan cleaning
servis, penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
penyehatan ruang dan bangunan dikelola oleh kesehatan lingkungan, pemantauan
higiene sanitasi makanan, pemantauan penyehatan linen, , dikelola oleh Bagian
Umum dan Sub Bagian Rumah Tangga bekerjasama dengan pihak ketiga,
berkoordinasi dengan Komite PPI RS, sehingga aman bagi lingkungan.

6. Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :


 Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
 Wadah/ container diberi alas kantong plastik dengan warna : kuning untuk
limbah infeksius & B3, merah untuk limbah radioaktif, hitam untuk limbah non
medis / domestika.
 Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan > 24 jam
 Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup 3/4)
 Wadah/ container harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah
dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat yang
terlindung dari binatang atau serangga.
7. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan tahan
tusukan (safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
8. Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam “ Safety box “
9. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 2 kali.Apabila harus menggunakan lift harus dengan lift tersendiri/
RAMP.
10. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak
ketiga.
11. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung tangan
khusus, masker, sepatu boot, apron, pelindung mata, dan bila perlu helm.
12. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan
desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan
telaah panitia PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
13.

13.1 Peralatan medis atau bahan medis habis pakai (BMPH) berpusat di
pelayanan sterilisasi (CSSD), CSSD bertanggung jawab menyusun panduan
dan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring dan
evaluasi proses serta kualitas atau mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan
Komite PPI RS.
13.2 Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit.
13.3 Pemprosesan alat atau instrumen habis pakai dipilih berdasarkan kriteria
alat. Sterilisasi dilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk
alat non kritikal.
13.4
D. Visi RS Bhakti Mulia
“Menjadi Rumah Sakit unggulan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, profesional, dan penuh rasa empati kepada pasien”

E. Misi RS Bhakti Mulia


1) Menciptakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis yang baik melalui
penataan dan perbaikan manajemen yang berkualitas, profesional, serta
akuntabel.
2) Memberikan pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat umum dan
prajurit TNI AD beserta keluarganya.
3) Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pemenuhan tenaga
kerja yang terlatih dan terdidik secara profesional.
4) Memberikan benefit terhadap stakeholder.
F. Falsafah RS Bhakti Mulia, Nilai, Motto
a. Falsafah.
Kemandirian. Percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri
Kompetensi. Kualitas sumber daya manusia yang handal
Kepuasan Pelanggan. Merupakan tujuan utama
Komitmen. Menjunjung tinggi harkat kemanusiaan

b. Nilai-Nilai.
1) Profesional
Berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan secara terus menerus dan
selalu memberikan hasil yang terbaik.
2) Orientasi Pelanggan
Memberikan layanan terbaik melalui kemitraan yag strategis.
3) Integritas
Bertindak konsisten sesuai nilai-nilai dan kebijakan organisasi, me jaga citra
profesi dan organisasi.
4) Kemampuan Komunikasi
Melakukan komunikasi yang efektif dalam rangka memberikan pelayanan
terbaik.
5) Perbaikan Tiada Henti
Selalu melakukan penyempurnaan, kreatif dan inovatif.

c. Motto
“Melayani Dengan Sepenuh Hati”

G. Falsafah dan Tujuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Bhakti Mulia


Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) Rumah Sakit merupakan
suatu standar mutu pelayanan dan penting bagi pasien, petugas kesehatan maupun
pengunjung. Pengendalian infeksi harus dilaksanakan oleh seluruh petugas
kesehatan untuk melindungi pasien dan pengunjung dari kejadian infeksi dengan
memperhatikan costeffectiveness. Pelaksanaan PPI Rumah Sakit harus dikelola dan
diintegrasikan antara struktural dan fungsional semua instalasi atau unit di Rumah
Sakit sesuai dengan falsafah dan tujuan PPI. Pengelolaan pelaksanaan PPI di
Rumah Sakit dilaksanakan sebagai berikut:
1) Ada kebijakan pimpinan Rumah Sakit untuk membentuk penyelenggaraan
kegiatan PPI yang terdiri dari Komite PPI.
1) Pembentukan organisasi disesuaikan dengan kebutuhan, beban kerja dan
klasifikasi rumah sakit.
2) Komite PPI bertanggung jawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit.
PPI melibatkan komite, instalasi atau unit yang terkait.
3) Ada kebijakan, uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan tentang PPI di
Rumah Sakit.

H. Dasar Hukum
1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayan Kesehatan lainnya.
5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
6) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Manajerial Pedoman Pencegahan dan Pengendali Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
8) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendali Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya.
9) Surat Edaran Dirjen Bina Pelayan Medik Nomor. HK.03.01/III/3744/08 Tentang
Pembentukan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit & Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
10) Keputusan Direktur Utama PT Jayakarta Medika Bhakti tanggal 01 Agustus 2019
dengan Nomor : Kep/004-02/JMB/VIII/2019 perihal pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Bhakti Mulia; dan
11) Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Bhakti mulia Nomor :
Kep/190-2/RSBM/VI/2022 tentang Susunan Komite PPI RS Bhakti Mulia tahun
2022.

BAB
STRUKTUR RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA

BAB
ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. KEBIJAKAN
Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) disusun agar dapat
mencapai tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk berdasarkan kaidah
organisasi yang dapat menyelenggarakan tugas, wewenang dan tanggung jawab
secara efektif dan efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat dimanfaatkan secara
optimal.
1) Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yaitu Komite PPI
disusun terdiri dari : ketua, sekertaris, dan anggota lainnya. Ketua sebaikya
(IPCO/Infection Prevention and Control officer), mempunyai minat, kepedulian
dan pengetahuan, pengalaman, mendalami masalah infeksi, mikrobiologi
klinik, atau epidemiologi klinik. Sekertaris sebaiknya perawat senior
(IPCN/Infection Prevention and Control Nurse) yang disegani berminat,
mampu memimpin dan aktif. Anggota Komite PPI terdiri dari :
 Dokter (IPCD)
 Perawat (IPCN)
 Perawat (IPCLN)
 Laboratorium
 Farmasi
 Linen dan laundry
 Instalasi gizi
 Tim DOTS
 Tim HIV
 CSSD
 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
 Sanitasi lingkungan
 Instalansi pemeliharaan sarana rumah sakit (ipprs)
 Kamar jenazah
2) Rumah Sakit memiliki IPCN yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1 IPCN untu
100-150 tempat tidur di Rumah Sakit.
3) Dalam bekerja IPCN dapat dibantu IPCLN ( Infection Prevention and Control Link
Nurse) dari tiap unit perawatan.

B. STRUKUR ORGANISASI
Gambar 3. Struktur Organisasi Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
Direktur RS

Ketua Komite
PPI (IPCO)
Sekertaris (IPCN)

ANGGOTA LAINNYA IPCLN


IPCD
1. LABORATORIUM 1. Poliklinik
1. SMF
2. FARMASI 2. Kebidanan (Aster)
PENYAKIT
3. LINEN DAN LAUNDRY 3. Melati
DALAM
4. INSTALASI GIZI 4. Mawar & Anggrek
2. SMF BEDAH
5. TIM DOTS 5. Amarilis &
3. SMF PARU-
6. TIM HIV Camelia
PARU
7. CSSD 6. IGD
8. KESEHATAN DAN KESELAMATAN 7. IGD Ponek
KERJA (K3) 8. ICU
9. SANITASI LINGKUNGAN 9. Ka. Operasi
10. INSTALANSI PEMELIHARAAN SARANA 10. Dahlia
RUMAH SAKIT (IPPRS) 11. Seruni
11. KAMAR JENAZAH
C. URAIAN JABATAN DAN TUGAS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
1. KETUA KOMITE PPI
1.1 NAMA JABATAN
Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.

1.2 KEDUDUKAN DALAM STRUKTUR ORGANISASI


Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.

1.3 TUGAS POKOK


Melaporkan kegiatan Komite PPI kepada Direktur Rumah Sakit.

1.4 URAIAN TUGAS


1) Menyusun, menetapkan, mengevaluasi dan mensosialisasikan kebijakan
PPI RS.
2) Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI RS agar kebijakan dapat
dipahami dan dillaksanakan oleh petugas RS.
3) Membuat SOP PPI bersama dengan Tim PPI.
4) Menyusun dan Mengevaluasi Program PPI RS.
5) Melakukan lnvestigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan
infeksi bila ada masalah KLB HAis bersama tim PPI.
6) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi.
7) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan RS dan fasilitas
pelayanan kesehatan dalam PPI.
8) Mengidentifikasi temuan lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SOM RS dalam PPI.
9) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman bagi yang menggunakan.
10) Mengkoordinasikan pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian
infeksi di RS Bhakti Mulia.
11) Mengadakan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
12) Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
13) Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotic yang
rasional di RS berdasarkan hasil pemantauan pola kuman dan resistensinya
terhadap antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
14) Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja
15) Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai dengan kebijakan
manajemen RS.
16) Memberikan masukan yang menyangkut kontruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan/ gedung, cara
pemprosesan alat, penyimpanan alat, dan linen sesuai prinsip PPI.
17) Menyarankan penutupan ruangan kepada Direktur bila diperlukan karena
potensial menyebarkan infeksi.
18) Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang
dari standar prosedur/monitoring surveilans proses.
19) Menerima laporan tim PPI dan membuat laporan kepada Direktur.
20) Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan
infeksi bila ada KLB dirumah sakit.

1.5 TANGGUNG JAWAB


1) Terselenggaranya dan evaluasi program PPI.
2) Penyusunan rencana strategis program PPI.
3) Tersedianya SPO PPI.
4) Penyusunan dan penetapan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
5) Memberikan kajian KLB di Rumah Sakit.
6) Terselenggaranya pelatihan dan pendidikan PPI.
7) Terselenggaranya pengkajian dan pencegahan dan pengendalian
risiko infeksi.
8) Terselenggaranya pengadaan alat dan bahan terkait dengan PPI.
9) Terselenggaranya pertemuan berkala.

1.6 KEWENANGAN
Melakukan pengawasan terhadap kepatuhan karyawan Rumah Sakit dalam
melaksanakan kebijakan direktur tentang PPIRS.

2. SEKRETARIS
2.1 NAMA JABATAN
Sekretaris Komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.

2.2 KEDUDUKAN DALAM STRUKTUR ORGANISASI


Berada dibawah dalam bertanggung jawab kepada Ketua Komite Pencegahan
dan Pengendalian lnfeksi.

2.3 TUGAS POKOK


1) Memfasilitasi tugas ketua komite PPI.
2) Membantu koordinasi.
3) Mengagendakan kegiatan PPI.

2.4 URAIAN TUGAS


1) Membantu dalam penyusunan program PPI Rumah Sakit.
2) Membantu dalam melakukan monitoring dan memandu penerapan program
PPI di unit kerja.
3) Membantu dalam koordinasi dengan pimpinan unit pelayanan dalam
memilih prioritas perbaikan, pengukuran mutu atau indikator
mutu, dan menindaklanjuti hasil capaian indikator.
4) Membantu dalam melakukan koordinasi dan pengorganisasian pemilihan
prioritas program di tingkat unit kerja serta menggabungkan menjadi
prioritas rumah sakit secara keseluruhan. Prioritas program rumah sakit
ini harus terkoordinasi dengan baik dalam pelaksanaanya.
5) Membantu dalam menyusun formulir untuk mengumpulkan data, menentukan
jenis data, serta bagaimana alur data dan pelaporan dilaksanakan.
6) Membantu dalam menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait
serta menyampaikan masalah terkait perlaksanaan program pengendalian
dan pencegahan infeksi.
7) Membantu dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PPI.
8) Membantu dalam mengomunikasikan masalah-masalah PPI secara
rutin kepada semua staf.
9) Membantu dalam penyusunan regulasi terkait dengan pengawasan dan
penerapan program PPI.
10) Mengatur rapat dan jadwal rapat Komite PPI serta menyiapkan ruang
rapat dan perlengkapan yang diperlukan.
11) Membuat notulen di setiap kegiatan pertemuan Komite PPI.
12) Membantu dalam pengolahan data-data PPI dan Evaluasi dengan sistem
yang terintregrasi dengan Program Komputer.
13) Mengerjakan tugas - tugas administratif dan kesekretariatan lainnya.

2.5 TANGGUNG JAWAB


1) Bertanggung jawab terhadap kegiatan administratif di Komite Pencegahan
dan Pengendalian lnfeksi.
2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan
dengan program pencegahan dan pengendalian infeksi.
3) Bertanggung jawab melaporkan hasil kegiatan administratif kepada Ketua
Komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.
2.6 KEWENANGAN
1) Memberikan laporan hasil rapat dan kegiatan PPI kepada ketua komite
PPI dan Direktur Rumah Sakit.
2) Meminta petunjuk pada . ketua komite PPI.
3) Meminta saran dan pertimbangan dari ketua komite PPI.

3. Dokter PPI (IPCD / Infection Prevention and Control Doctor)


3.1 NAMA JABATAN
Dokter Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.

3.2 KEDUDUKAN DALAM STRUKTUR ORGANISASI


Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite Pencegahan dan
Pengendalian lnfeksi.

3.3 TUGAS POKOK


1) Berkontribusi dalam pencegahan, diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
2) Turut menyusun pedoman penulisan resep antibotika dan surveilans.
3) Mengidentifikasi dan melaporkan peta pola kuman patogen dan
pola resistensi antibiotika.
4) Bekerjasama dengan perawat IPCN memonitor kegiatan surveilans infeksi
dan mendetekasi serta menyelidiki KLB. Bersama komite PPI memperbaiki
kesalahan yang terjadi, membuat laporan kepada Direktur Rumah Sakit.
5) Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
6) Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dan merawat pasien.
7) Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami
pencegahan dan pengendalian infeksi.

3.4 TANGGUNG JAWAB


1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan program Pencegahan
dan Pengendalian lnfeksi kepada ketua komite Pencegahan dan
Pengendalian lnfeksi.
2) Bertanggung jawab melaporkan hasil kegiatan administratif kepada Ketua
Komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi dan Direktur Rumah Sakit.

3.5 KEWENANGAN
Membuat peryataan atas terjadinya HAis (Healthcare Associated Infections) atau
tidak.

4. Perawat PPI (IPCN/ Infection Prevention and Control Nurse)


4.1 NAMA JABATAN
Perawat Pencegah dan Pengendali lnfeksi.
4.2 KEDUDUKAN DALAM STRUKTUR
Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite Pencegahan dan
Pengendalian lnfeksi.

4.3 URAIAN TUGAS


1) Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi dirumah sakit.
2) Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspadaan isolasi.
3) Melakukan surveilans infeksi dan melaporkan kepada Komite PPI.
4) Bersama Komite PPI melakukan pelatihan petugas tentang PPI di
rumah sakit.
5) Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama komite PPI
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
6) Memonitor kesehatan petugas untuk mencegah penularan infeksi dari petugas
kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
7) Bersama Komite menganjurkan prosedur isolasi dan member konsultasi tentang
PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah sakit.
8) Audit PPI termasuk terhadap penatalaksanaan limbah, laundry, gizi dan lain lain
dengan menggunakan daftar tilik.
9) Memonitor kesehatan lingkungan.
10) Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional
11) Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi
yang terjadi di rumah sakit.
12) Membuat laporan surevailans dan melaporkan ke Komite PPI.
13) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
14) Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI.
15) Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPIRS.
16) Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga
tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, infeksi dengan
insiden tertinggi.
17) Sebagai koordinator antar unit dalam mendeteksi mengendalikan infeksi di rumah
sakit.

4.3 TANGGUNG JAWAB


1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan program Pencegahan
dan Pengendalian lnfeksi kepada ketua komite Pencegahan dan
Pengendalian lnfeksi.
2) Bertanggung jawab melaporkan hasil kegiatan administratif kepada Ketua
Komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.

4.4 KEWENANGAN
1) Meminta informasi kepada atasan.
2) Meminta informasi kepada unit rawat inap, rawat jalan, penunjang terkait
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit.
3) Memberi saran dan pertimbangan kepada atasan berkaitan dengan
program PPI.
4) Mempertahankan dan mengembangkan kolaboras dan koordinas dengan
anggota Tim PPI.
5) Membuat rekomendasi kepada ruangan atau bidang pelaksanaan PPI.
6) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.

5. Perawat penghubung PPI (IPCLN/lnfection Preventionand Control Link


Nurse)
5.1 NAMA JABATAN
Perawat penghubung pencegahan dan pengendalian infeksi.

5.2 KEDUDUKAN DALAM STRUKTUR


Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Perawat Pencegahan dan
Pengendalian lnfeksi.

5.3 TUGAS POKOK


IPCLN sebagai perawat pelaksanan harian atau penghubung.

5.4 URAIAN TUGAS


1) Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat
inap masing-masing, kemudian menyerahkannya kepada IPCN ketika
pasien pulang.
2) Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil di ruangan di
unit rawatnya masing-masing.
3) Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi
nosokomial pada pasien.
4) Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan,
penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat masing-masing.
5) Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan Standar
lsolasi.

5.5 TANGGUNG JAWAB


Bertanggung jawab melaporkan hasil kegiatan administratif kepada perawat
Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.

5.6 KEWENANGAN
1) Memberikan motivasi dan teguran dalam pelaksanaan keptuhan PPI
terhadap setiap personil ruangan masing-masing.
2) Memonitor kepatuhan petugas dalam melaksanakan kewaspadaan standar.

6. Anggota Lainnya
6.1 NAMA JABATAN
Tenaga di luar dokter dan perawat pencegahan dan pengendalian infeksi.

6.2 KEDUDUKAN DALAM STRUKTUR


Berada dibawah ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.

6.3 TUGAS POKOK


1) Bertanggung jawab kepada ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian
lnfeksi dan berkoordinasi dengan unit terkait lainnya dalam penerapan
PPI.
2) Memberikan masukan pada pedoman maupun kebijakan terkait PPI.

6.4 TANGGUNG JAWAB


Bertanggung jawab melaporkan hasil kegiatan administratif kepada ketua Komite
Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi.

6.5 KEWENANGAN
1) Memberikan usulan tentang suatu hal yang berhubungan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan Rumah Sakit.
2) Memberikan bimbingan diarea masing-masing tentang pencegahan dan
pengendalian infeksi di lingkungan Rumah Sakit.

D. SARANA DAN FASILITAS PELAYANAN PENUNJANG


1. Sarana Kesekretariatan
1) Ruangan Sekretariat dan tenaga sekretaris yang full time.
2) Komputer, printer dan internet.
3) Telepon.
4) Alat tulis kantor.
2. Dukungan Manajemen
Dukungan yang diberikan oleh manajemen berupa :
1) Penerbitan Surat Keputusan untuk Komite dan Tim PPIRS.
2) Anggaran atau dana untuk kegiatan :
• Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
• Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang.
• Untuk pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan dan rapat rutin.
• Reward untuk Komite PPIRS.
3. Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional
Kebijakan yang dipersiapkan oleh rumah sakit adalah :
1) Kebijakan Manajemen
a. Ada kebijakan kewaspadaan isolasi (isolation precaution) :
 kebersihan tangan
 penggunaan alat pelindung diri (APD)
 peralatan perawatan pasien
 Pengelolaan limbah
 pengendalian lingkungan
 pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
 kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
 penempatan pasien
 hygiene respirati / Etika batuk
 praktek menyuntik yang aman
 praktek untuk lumbal punksi
b. Ada kebijakan tentang pengembangan SDM dalam PPI.
c. Ada kebijakan tentang pengadaan bahan dan alat yang melibatkan tim
PPI.
d. Ada kebijakan tentang penggunaan antibiotik yang rasional.
e. Ada kebijakan tentang pelaksanaan surveilans.
f. Ada kebijakan tentang pemeliharaan fisik dan sarana yang melibatkan tim
PPI.
g. Ada kebijakan tentang kesehatan karyawan.
h. Ada kebijakan penanganan KLB.
i. Ada kebijakan penempatan pasien.
j. Ada kebijakan upaya pencegahan infeksi ILO, IADP, ISK, Pneumonia,
VAP.

2. Kebijakan Teknis.
Ada SPO tentang kewaspadaan isolasi (isolation precaution) :
– Ada SPO kebersihan tangan.
– Ada SPO penggunaan alat pelindung diri (APD).
– Ada SPO penggunaan peralatan perawatan pasien.
– Ada SPO pengelolaan limbah.
– Ada SPO pengendalian lingkungan.
– Ada SPO pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.
– Ada SPO Kesehatan karyawan / Perlindungan petugaskesehatan.
– Ada SPO penempatan pasien.
– AdaSPO hygiene respirasi / Etika batuk.
– Ada SPO praktek menyuntik yang aman.
– Ada SPO praktek untuk lumbal punksi.
– Ada SPO pembersihan tumpahan cairan tubuh pasien.
– Ada SPO bundels IAD, ISK, IDO
– Ada SPO ICRA HAIs dan konstruksi

E. TATA HUBUNGAN KERJA


Hubungan kerja keanggotaan Komite PPI meliputi semua bagian dan unit
yang ada di RS Bhakti Mulia. Adapun gambaran hubungan tersebut dapat
dilihat sebagai sebagai berikut :
Direktur RS
Tim DOTS Tim HIV

Kesehatan dan Keselamatan


Laboratorium Kerja

CSSD Instalansi Pemeliharaan RS

IGD
Komite PPI Kesling

Radiologi
Poliklinik

Farmasi
Ruang Rawat
Inap
Kamar
Jenazah Linen dan Kamar
Gizi Operasi
Laundry

Keterangan tata hubungan dengan :


1. Direktur RS
1) Komite PPI membantu Direktur Rumah Sakit dalampenetapan regulasi
pencegahan dan pengendalian infeksi dapat berbentuk kebijakkan serta
pedoman dan prosedur-prosedur lainnya. pelaksanaan
2) Menetapkan organisasi yang mempunyai tugas mengarahkan, mengatur,
dan mengkoordinasikan pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian infeksi.
3) Merencanakan dan mengembangkan program pencegahan dan pengendalian
infeksi.
4) Monitoring pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi.
5) Mendukung serta menapresiasi setiap kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi baik secara moril maupun secara materi.
6) Membantu dalam ketersediaan teknologi atau sistem informasi rumah sakit
yang akan diterapkan untuk pengumpulan data pada setiap unit.

2. Tim HIV
1) Tim HIV memiliki hubungan kerja dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi terkait dengan pelaporan pasien HIV dan petugas yang
terpapar benda tajam bekas pasien maupun cairan tubuh pasien dimana
pasien tersebut positif HIV.
2) Melaksanakan Diklat terkait dengan HIV bersama dengan komite pencegahan
dan pengendalian infeksi.

3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Kesehatan dan Keselamatan Kerja memiliki hubungan dengan komite
pencegahan dan pengedalian infeksi terkait dengan pelaporan petugas non
medis yang terpapar benda tajam maupun cairan tubuh pasien yang terinfeksi
penyakit menular. Pelaporan petugas non rnedis bila terjadi kecelakaan kerja
terkait dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.
4. Instalansi Pemeliharaan Rumah Sakit (IPRS)
Instalansi pemeliharaan rumah sakit memiliki hubungan dengan komite
pencegahaan dan pengendalian infeksi terkait dengan pelaporan pengadaan
alat medis bila ada kerusakan dan perbaikkan fasilitas medis di setiap unit.

5. Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan rumah sakit memiliki hubungan dengan komite
pencegahaan dan pengendalian infeksi terkait dengan berkoordinasi mengenai
pelaporan limbah Rumah Sakit yaitu limbah infeksius, non infeksius, benda tajam,
cair dan limbah umum di luar area perawatan. Berkoordinasi mengenai tatalaksana
pencahayaan, bising suara, udara di Rumah Sakit.

6. Poliklinik
Poliklinik memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan survailens IDO pada pasien rawat jalan, audit PPI di
ruangan maupun pada petugas di setiap unit.

7. Kamar Operasi
1) Kamar Operasi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi terkait pelaporan survailens pada pasien operasi, audit
PPI di ruangan maupun pada petugas di setiap unit.
2) Koordinasi mengenai pemeriksaan kultur ruangan.
3) Melakukan perbaikkan sesuai dengan standar PPI di Rumah Sakit Bhakti
Mulia.

8. Linen dan Laundry


Linen dan Laundry memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi terkait pelaporan pencatatan linen, proses pencucian sampai
dengan pendistribusian ke setiap unit. Serta melaksanakan audit di unit tersebut.

9. Gizi
1) Gizi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi
terkait pelaporan audit pada unit tersebut dan pelaporan proses pembuatan,
penyajian dan pendistribusian ke setiap ruangan.
2) Pemeriksaan MCU secara berkala terutama dilakukannya pemeriksaan swab
anus.

10. Kamar Jenazah


Kamar Jenazah memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi terkait pelaporan kematian. Berkoordinasi dengan pihak
ketiga mengenai pemulasaran jenazah. Petugas kamar jenazah merapikan
jenazah yang akan dikirim ke pihak ke tiga.

11. Farmasi
1) Farmasi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan audit pada unit tersebut.
2) Koordinasi mengenai ketersediaan APD yang dibutuhkan ruangan.
3) Pelaporan terkait obat kadaluarsa dan pemusnahan obat.

12. Radiologi
Radiologi memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan audit pada unit tersebut.

13. IGD
IGD memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi
terkait pelaporan audit PPI di ruangan maupun pada petugas di setiap unit. IGD
dapat melaporkan petugas yang terpapar benda tajam ataupun cairan tubuh ke
IPCN atau IPCLN dan setiap ada kejadian luar biasa di unit terkait dengan PPI.

14. CCSD
1) CSSD memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan audit PPI di ruangan maupun pada petugas di setiap
unit.
2) Melaporkan petugas bila terjadi pajanan benda tajam dan terkena cairan
tubuh.
3) Koordinasi mengenai pemeriksaan kultur alat-alat medis.
4) Koordinasi mengenai SPO yang berkaitan dengan PPI.

15. Laboratorium
1) Laboratorium memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi terkait pelaporan audit PPI di ruangan maupun pada
petugas di setiap unit.
2) Melaporkan petugas bila terjadi pajanan benda tajam dan terkena cairan
tubuh.
3) Koordinasi mengenai hasil pemeriksaan kultur pasien.

16. TIM DOTS


1) Tim DOTS memiliki hubungan dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian
infeksi terkait pelaporan pasien TB dalam pengobatan dan pasien resistensi
terhadap obat TB.
2) Lakukan pendidikan dan pelatihan kepada petugas Rumah Sakit dengan TB
DOTS bersanma dengan Komite PPI.
3) Sosialisasikan terkait DOTS kepada pasien, penunggu serta pengunjung
Rumah Sakit.

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI KOMITE PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI DI RS BHAKTI MULIA

A. KUALIFIKASI
NO NAMA KUALIFIKASI JUMLAH PENGALAMAN
JABATAN FORMAL SERTIFIKAT KEBUTUHAN KERJA
1 Ketua Komite Dokter Minimal 1 Orang  Pengalaman
PPI (IPCO) ahli/spesialis/ Pelatihan dasar kerja 2 tahun
umum PPI.  Mempunyai
minat dalam
PPI
2 Dokter PPI Dokter Minimal 1 Orang  Pengalaman
(IPCD) ahli/spesialis Pelatihan dasar kerja 2 tahun
PPI  Mempunyai
minat dalam
PPI
 Memiliki
kemampuan
Leaership
3 Perawat PPI Pendidikan Minimal 1 Orang  Memiliki
(IPCN) minimal D3 Pelatihan dasar komiten di
PPI. bidang
Pelatihan IPCN pencegahan
dasar
dan
pengendalian
infeksi
 Memiliki
pengalaman
kerja sebagai
Kepala
Ruangan atau
setara
 Memiliki
kemampuan
leadership,
Inovatif dan
confident
 Bekerja purna
waktu
4 Perawat Pendidikan Diklat PPI 7 Orang  Memiliki
Penghubung minimal D3 komiten di
PPI (IPCLN) bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
 Memiliki
kemampuan
leadership
5 Linen dan Pendidikan Manajemen 1 Orang  Memiliki
Londry minimal SMU linen komiten di
atau sederajat bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
6 Gizi Pendidikan Manajemen Gizi 1 Orang  Memiliki
minimal D3 komiten di
ahli Gizi bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
7 Farmasi S1 Farmasi 1 Orang  Memiliki
komiten di
bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
8 laboratorium Pendidikan 1 Orang  Memiliki
minimal D3 komiten di
Analis bidang
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
9 Kesehatan Pendidikan 1 Orang  Memiliki
dan minimal K3 komiten di
keselamata bidang
kerja pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
B. KUALIFIKASI SAAT INI DI RUMAH SAKIT BHAKTI MULIA
NO NAMA KUALIFIKASI DAN PENGALAMAN KETERANGAN JUMLAH
JABATAN SAAT INI

1 Ketua Komite  Dokter Umum Ada 1 Orang


PPI (IPCO)  Pelatihan Dasar PPI
 Pengalaman kerja > 2 tahun
2 Dokter PPI  Dokter Spesialis Ada 3 Orang
(IPCD)  Pelatihan Dasar PPI
 Pengalam Kerja > 2 tahun
3 Perawat PPI  Sarjana Keperawatan Ada 1 Orang
(IPCN)  Pelatihan Dasar PPI
 Pelatihan PPI Lanjutan
 Pelatihan IPCN
4 Perawat  Diploma keperawatan dan Ada 1 Orang
Penghubung kebidanan
PPI (IPCLN)  Pengalaman kerja > 2 tahun
5 Linen dan  SMU sederajat Ada 1 Orang
Londry  Pengalaman kerja > 2 tahun
6 Gizi  Diploma ahli gizi Ada 1 Orang
 Pengalaman kerja > 2 tahun
7 Farmasi  Sarjana Apoteker Ada 3 Orang
 Pengalaman kerja > 2 tahun
8 Laboratorium  Diploma Analis Ada 1 Orang
 Pengalaman kerja > 2 tahun
9 Kesehatan  Sarjana Kesehatan dan Ada 1 Orang
dan keselamata kerja
keselamata
kerja
10. Kesehatan  Diploma Kesehatan Lingkungan Ada 1 Orang
Lingkungan
BAB
PERTEMUAN / RAPAT KEANGGOTAAN KOMITE PPI

Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu
masalah tertentu.
Tujuan Umum :
Membantu terselenggaranya program Kerja Komite PPI yang ada di RS Bhakti Mulia.
Tujuan Khusus :
1. Dapat menggali segala permasalahan yang terkait dengan program kerja Komite PPI
di unit pelayanan.
2. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
program kerja Komite PPI guna peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
Sedangkan pertemuan atau rapat di keanggotaan Komite PPI dan Tim PPI dilakukan
1. Rapat terjadwal
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Komite PPI/Tim PPI setiap
bulan sekali dengan perencanaan yang telah dibuat selama 1 tahun serta agenda
rapat yang telah ditentukan oleh Komite PPI/Tim PPI.
2. Rapat tidak terjadwal
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh
Komite PPI/Tim PPI untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan di
pelayanan dikarenakan adanya permasalahan yang bersifat insidentil yang
membutuhkan penanganan cepat.
BAB
MONITORING, EVALUASI DAN LAPORAN

A. Monitoring
- Monitoring dilakukan oleh IPCN dan IPCLN.
- Dilakukan setiap hari dalam hal pengumpulan data untuk surveilans
mempergunakan check list.
- Ada formulir bantu surveilans.

B. Evaluasi
- Dilakukan oleh Tim PPIRS dengan frekuensi minimal setiap bulan.
- Evaluasi oleh Komite PPI minimal setiap 3 bulan.

C. Laporan
Pelaporan merupakan sistem atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala
bentuk kegiatan yang ada terkait dengan program kerja Komite PPI di Rumah Sakit
Bhakti Mulia.
1. Membuat laporan tertulis kepada Ketua Komite PPI setiap bulan. Laporan dibuat
oleh IPCN dan Tim PPI.
2. Membuat Laporan rutin : 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun diserahkan kepada Direktur.
3. Membuat Laporan tertulis bila ada insidentil atau KLB (Kejadian Luar Biasa) dan
diserahkan kepada Direktur rumah sakit.

BAB XI
PENUTUP

Demikian Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Bhakti Mulia ini
dibuat sebagai bagi karyawan di Rumah Sakit Bhakti Mulia umumnya. Mudah-mudahan
dengan adanya pedoman pengorganisasian ini, dapat lebih memudahkan semua pihak
yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal
bagian. Semoga Allah senantiasa memberikan kita semua limpahan Taufik dan Hidayah-
Nya kepada hamba-hamba yang selalu berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara
terus menerus memperbaiki amal ibadahnya.

Anda mungkin juga menyukai