Anda di halaman 1dari 3

Anyadirani Kautsarmesya

25000119130195

Kajian Literatur Penganggaran Kesehatan Rumah Sakit


Analisis Penganggaran Belanja Makanan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Soreang Kabupaten Bandung

RSUD Soreang sebagai rumah sakit umum daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) maka untuk melaksanakan kegiatan
operasionalnya RSUD Soreang merencanakan anggaran kegiatan dalam bentuk rencana
bisnis anggaran (RBA) dalam kategori penganggaran. Badan Layanan Umum Daerah sendiri
adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.

Kemudian manajemen pengeloaan keuangan rumah sakit ruang lingkupnya meliputi


penyusunan anggaran pendapatan dan belanja (penganggaran/budgeting), akuntansi
(accounting), pemeriksaan keuangan (auditing) dan pengadaan (purchase and supply).
Rencana Bisnis Anggaran (RBA) merupakan perwujudan dari penyusunan anggaran yang
disusun oleh BLUD untuk digunakan oleh BLUD itu sendiri. RBA diantaranya
menganggarankan tentang belanja bahan makanan harian sebagai salah satu dari intalasi gizi
dirumah sakit ini. Dirumah sakit ini, penganggaran bahan makanan harian berdasarkan
jumlah pasien rawat inap yang ada pada tahun lalu, harga pasar bahan makanan, dan menu
makanan yang akan diberikan pada pasien.

Kemudian dalam penggarannya bebrapa hal yang mempengaruhi perbedaan anggaran


dan realitasnya yaitu kenaikan jumlah pasien rawat inap, harga pasar bahan makanan,
fluktuasi harga, dan menu yang diberikan kepada pasien. Sehingga, perbedaan anggaran ini
juga terjadi di rumah sakit ini dengan selisih yang cukup tinggi yaitu melebihi 100%
anggaran yang ditetapkan atau dengan kata lain dana yang dikeluarkan dalam membeli bahan
makanan harian menjadi lebih dari dua kali lipat dana yang dianggaran pada awal RBA.

Tentu saja hal tersebut tidak baik karena dapat mengakibatkan anggaran tersebut tidak
ekonomis. Hal tersebut terjadi karena beberapa factor secara spesifik yaitu anggaran yang
disusun pada awal RBA tidak sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan oleh bagian gizi
dengan selisih yang cukup banyak. Selain itu, penyusunan anggaran belanja bahan makanan
harian pasien belum memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat
Anyadirani Kautsarmesya
25000119130195
mempengaruhi pada saat penyusunan anggaran seperti jumlah pasien rawat inap yang dapat
meningkat sewaktu-waktu atau harga bahan makanan yang harga pasarnya melebihi harga
yang ditetapkan dalam RBA.

Faktor yang tidak terduga lainnya yaitu seperti adanya perubhan teknologi dalam
pelayanan sehingga dapat mempengaruhi menu yang dihasilkan dan adanya bahan makanan
yang beragam. Bahkan, menu menu yang dianggarkan oleh ahli gizi pada awal pengajuan
pun sering terjadi perubahan yang tidak terduga dan kadang kala ada bahan makanan yang
belum tercantum dalam RBA namun dibutuhkan oleh pasien. Selain itu, laju inflasi juga
dapat mempengaruhi anggaran sehingga dapat kurang dalam pelaksanaannya.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu dapat dengan
menghitung jumlah pasien dengan bulan pasien terbanyak tahun sebelumnya dikalikan dua
belas dan hasilnya sebagai prediksi jumlah pasien di tahun setelahnya. Perhitungan tersebut
dapat mengantisipasi ketika suatu saat terjadi KLP atau hal tak terduga lainnya yang
berpotensi mengakibatkan meningkatnya jumlah pasien. Kemudian dalam harga pasar bahan
makanan maka sama seperti dalam memperkirakan jumlah pasien yaitu dengan
memperkirakan berdasarkan harga tertinggi bahan tersebut di tahun sebelumnya dan
ditambah 10% kenaikan harga barang tersebut.

Selain itu, dalam hal intalasi gizi maka mereka dapat menyusun menu baik menu yang
sama maupun ketika aka nada perubahan direncanakan ketika sedang menyusun RBA
sehingga harapannya tidak ada bahan yang lupa belum dimasukkan dalam anggaran. Selain
itu, intalasi gizi dapat mevariasi makanan dan adanya makanan alternative agar dalam
realitasnya tetap tidak terlampau jauh dari harga anggaran yang ditentukan ketika awal dan
menghindari adanya bahan makanan yang tidak terduga.

Kemudian agar kekurangan anggaran tidak terjadi kembali, maka dapat ditentukan
skala prioritas anggaran pada setiap penyusunan RBA. Skala priporitas ini dapat dilihat
ketika ada yang berhubungan langsung dengan pasien seperti obat-obatan dan bahan
makanan harian pasien. Terlebih lagi ditemukan fakta bahwa anggaran dinas kesehatan
dengan alokasi terendah yaitu ada pada program pengawasan obat dan makanan.

Oleh karena itu, evaluasi sangat diperlukan sehingga semua pembiayaan kesehatan
dapat berjalan dengan baik. Bahkan, pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan
berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan
Anyadirani Kautsarmesya
25000119130195
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di
suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access
to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality).

Daftar Pustaka

Ambarwati, Nuratry. 2015. Analisis Penganggaran Belanja Makanan Pasien Di Rumah


Sakit Umum Daerah (Rsud) Soreang Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmu Administrasi
12(3):447-467.

Hidayati, Fifi Anisa Nur dan devi Pramita Sari. 2021. Perencanaan Pembiayaan
Kesehatan Di Rumah Sakit. Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional: 226-232.

Hartoyo, Arif Tantri dan Firman Pribadi. 2018. Perencanaan, Penganggaran Dan
Forecasting Di Rumah Sakit At-Turots Al-Islamy Yogyakarta. The International Journal Of
Business & Management 1(3): 1-5.

Dewi, Shita Listya. 2013. Sinergi Kebijakan Upaya Penghematan Anggaran Belanja
Jaminan Kesehatan Di Perancis. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 2(4): 161-162.

Prabowo, Tripitono Adi. 2016. Evaluasi Penganggaran Bidang Pendidikan Dan


Kesehatan Di Kabupaten Madiun. Media Trend 11(1):85-98.

Dianthi, Ida Ayu Gede Purba dan Made Gede Wirakusuma. 2017. Pengaruh Partisipasi
Penganggaran, Asimetri Informasi, Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Pada
Senjangan Anggaran. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 18(2): 874-901.

Anda mungkin juga menyukai