Anda di halaman 1dari 6

Notulensi Kelompok 6

Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan Lanjut


“Menyusun Anggaran Bisnis Suatu Pelayanan Kesehatan: Kefarmasian”

Hari/Tanggal: 6 Desember 2021


Anggota Kelompok 6:
1. Annisa Ramadhani 1911211017
2. Melti Isyahda 1911213013
3. Vina Febriani 1911211011
4. Wulandari Yusnawati R. 1911211049
5. Yori Aprila 1911212002

Dosen Pengampu: Dra. Sri Siswati, Apt, SH., M. Kes

Pertanyaan dan Jawaban

1. Muthia Ikhsania (1911212055) – Kelompok 7


Pertanyaan:
Di makalah kelompok di jelaskan bahwa dalam penyusunan Rencana Bisnis anggaran (RBA)
disusun berdasarkan Basis Akrual. Bisakah kan kelompok menjelaskan bagaimanakah
penyusunan RBA berdasarkan basis akrual tersebut?
Jawaban:
Vina Febriani (1911211011) – Kelompok 6 (Penyaji)
RBA (Rencana bisnis dan Anggaran) merupakan Dokumen perencanaan bisnis dan
pengganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran BLUD. Nah
untuk dalam RBA akan tergambar rencana tahunan, sasaran dan target, program, kegiatan
dan anggaran tahunan. Basis akrual adalah basis akuntasi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa lainnya tersebut terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan.
Basis akrual (accrual basis) dan yaitu sebuah teknik pencatatan akuntansi, yang
pencatatannya dilakukan saat terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima. Dalam
pencatatan menggunakan basis akrual ini tentu akan lebih akurat, dan dengan menggunakan
basis akrual aset, kewajiban dan ekuitas mudah diukur. Di dalam basis akrual sebuah
pendapatan akan diakui ketika perusahaan memiliki hak untuk melakukan penagihan dari
hasil transaksi. Dan menggunakan basis akrual ini tidak memperdulikan kapan kas akan
diterima, dan kapan kas dikeluarkan. Pengakuan biaya di dalam basis akrual ini ketika
kewajiban membayar sudah jatuh tempo. Dan biaya tersebut sudah dapat diakui ketika
kewajiban membayar sudah terjadi, meskipun kas belum dikeluarkan.
Dapat disimpulkan basis akuntansi yang digunakan dalam rangka perhitungan biaya layanan
per unit kerja berdasarkan basis akrual, yang berarti biaya sudah diakui dan dicatat saat
terjadinya transaksi tanpa memperhatikan saat kas telah dibayarkan atau belum.

Tambahan Jawaban:
Yori Aprila (1911212002) – Kelompok 6 (Penyaji)
Accrual budgeting adalah penyajian informasi yang memadukan beban pada periode
munculnya beban (incurred), sesungguhnya dipicu oleh fenomena pengakuan perolehan &
pencatatan aset berasal dari hutang. Kedua, Anggaran akrual memecahkan hambatan tradisi
lama teknologi apropriasi atau penjatahan dalam cash based budgeting, yaitu persetujuan
alokasi anggaran untuk pengeluaran kas untuk suatu periode anggaran kecuali belanja modal
lintas tahun anggaran atau semacamnya.Ketiga, Apabila anggaran kas adalah input based
budgeting, anggaran akrual adalah input-output based budgeting pada sistem kepemerintahan
berorientasi hasil.

2. Suci Rahmawani (1911212008) – Kelompok 5


Pertanyaan:
,Bagaimana penganggaran biaya yang dapat dilakkan dalam mengawasi obat-obat yang
mutunya terjamin di kefarmasian?
Jawaban:
Melti Isyahda (1911213013) – Kelompok 6 (Penyaji)
Penyesuaian Antara Kebutuhan dan Dana Pengadaan perbekalan farmasi juga harus
memperhatikan keberadaan dana atau anggaran yang tersedia. Apoteker di bagian pengadaan
harus membuat anggaran dengan mempertimbangkan sumber dana dan besaran dana yang
ada dengan keperluan perbekalan.
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di rumah sakit merupakan salah satu
unsur penting dalam fungsi manajerial rumah sakit secara keseluruhan, karena
ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis
maupun secara ekonomis. Tujuan pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di
rumah sakit adalah agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah
yang cukup, mutu yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan
yang bermutu.
Anggaran belanja obat di rumah sakit merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah
sakit. Dibanyak negara berkembang belanja obat di rumah sakit dapat menyerap sekitar 40
s.d 50% dari biaya keseluruhan rumah sakit. Biaya yang besar tersebut tentunya harus
dikelola dengan efektif dan efisien, mengingat dana untuk pembelian obat di rumah sakit
tidak selalu sesuai dengan kebutuhan.
Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap
pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi
peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil.
Melalui pengendalian mutu diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian yang berkesinambungan. Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian
merupakan kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun
yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Tujuan
kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan Kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang.
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian dilakukan melalui kegiatan
monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sendiri atau
dilakukan oleh tim audit internal.
.
3. Mia Fitria (1911213025) – Kelompok 3
Pertanyaan:
Kelompok telah menjelaskan terdapat 3 jenis anggaran. Menurut kelompok dari ketiga jenis
anggaran tersebut, jenis mana yang paling efektif digunakan dalam pelayanan kesehatan
kefarmasian?
Jawaban:
Yori Aprila (1911212002) – Kelompok 6 (Penyaji)
Dari 3 jenis anggaran yaitu Line-Item Budgeting mempunyai sejumlah karakteristik penting,
antara lain tujuan utama melakukan kontrol keuangan, sangat berorientasi pada input
organisasi, penetapan melalui pendekatan incremental (kenaikan bertahap).
Planning Programming Budgeting System (PPBS) dan Zero Based Budgeting (ZBB). PPBS
berusaha untuk merasionalkan proses pembuatan anggaran dengan menjabarkan rencana
jangka panjang ke dalam program-program, sub-sub program serta berbagai projek. Oleh
sebab itu, PPBS juga dikenal sebagai program budgeting yaitu berupaya menutupi kelemahan
yang ada dalam line-item budgeting dengan inovasi sistem penganggaran baru.
Performance Budgeting yang merupakan reformasi anggaran dan beberapa karakteristiknya
yang dianggap sesuai dengan reformasi administrasi publik. Performance budgeting
(anggaran yang berorientasi pada kinerja) adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada
output organisasi dan berhubungan sangat erat terhadap visi, misi, dan rencana strategis
organisasi. Performance budgeting mengalokasikan sumber daya pada program bukan pada
unit organisasi semata dan memakai output measurement sebagai indikator kinerja
organisasi. Lebih jauh ia mengkaitkan biaya dengan output organisasi sebagai bagian yang
integral dalam berkas anggarannya.
Jadi anggaran yang paling efektif diterapkan oleh suatu organisasi atau instansi yaitu
anggaran berbasis kinerja / Performance Budgeting termasuk penerapannya dalam
kefarmasian atau obat-obatan karena lebih menyesuaikan pada indikator kinerja dan output
yang akan dihasilkan.

4. Sindi Maulani (1911211033) – Kelompok 5


Pertanyaan:
Dari materi yang kelompk jabarkan mengenai "Menyusun Anggaran Bisnis Suatu Pelayanan
Kesehatan: Kefarmasian” menurut kelompok apakah yang perlu diperhatikan dalam
menyusun anggaran bisnis pelayanan kesehatan kefarmasian?
Jawaban:
Wulandari Yusnawati Ramadhani (1911211049) – Kelompok 6 (Penyaji)
Ada tiga komponen yang perlu diperhatikan sebelum menyusun budgeting, antara lain:
A. Pendapatan
Proyeksi pendapatan dalam periode tertentu merupakan dasar yang perlu diperhatikan
dalam menyusun budgeting. Komponen ini harus dibuat sedetail dan sejelas mungkin.
Alasannya karena akan mendorong untuk menetapkan prioritas yang harus dikerjakan
atau dicapai oleh perusahaan.
B. Pengeluaran
Pengeluaran merupakan komponen kedua yang harus diperhatikan dalam menyusun
budgeting. Komponen ini harus dikelola dengan baik agar menjadi sebuah keuntungan.
Tetapkan pengeluaran menjadi beberapa kategori, seperti biaya tetap, variabel dan semi-
variabel.
C. Keuntungan
Komponen terakhir yang harus diperhatikan adalah proyeksi keuntungan. Setelah
komponen ini ditetapkan, maka tahap selanjutnya merencanakan keputusan-keputusan
finansial yang akan diambil. Buat proyeksi ini secara detail dan terukur. Apabila perlu,
koreksi dan kurangi beberapa pos pengeluaran agar keuntungan lebih maksimal.
Untuk pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari kebutuhan obat. Perencanaan kebutuhan obat
merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sesuai hasil kegiatan
pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien. Perencanaan dilaksanakan setiap periode tertentu dengan tujuan untuk mendekatkan
perhitungan perencanaan dengan kebutuhan nyata, sehingga dapat menghindari kekosongan
dan menjamin ketersediaan obat.
Perencanaan dilakukan sesuai standar pelayanan kefarmasian, sehingga memastikan obat
tersedia dan digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya serta meningkatkan akurasi
tahap perkiraan dari proses perencanaan.
Ada beberapa tahapan dalam proses perencanaan kebutuhan obat di rumah sakit,
yaitu:
a. Persiapan
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun rencana kebutuhan obat,
adalah:
1) Pastikan kembali program dan komoditas apa yang akan disusun
perencanaannya.
2) Tetapkan stakeholder yang terlibat dalam proses perencanaan, diantaranya adalah
pemegang kebijakan dan partner pelaksana.
3) Daftar obat harus sesuai Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit.
Daftar obat dalam formularium yang telah diperbarui secara teratur harus menjadi
dasar untuk perencanaan, karena daftar tersebut mencerminkan obat-obatan yang
diperlukan untuk pola morbiditas terkini.
4) Perencanaan perlu memperhatikan lama waktu yang dibutuhkan, estimasi periode
pengadaan, estimasi safety stock dan memperhitungkan leadtime.
5) Perhatikan ketersediaan anggaran dan rencana pengembangan jika ada.
b. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan obat pasien periode sebelumnya (data
konsumsi), sisa stok, data morbiditas dan usulan kebutuhan obat dari unit pelayanan.
c. Analisa terhadap usulan kebutuhan meliputi:
1) Spesifikasi item obat
Jika spesifikasi item obat yang diusulkan berbeda dengan data penggunaan
sebelumnya, dilakukan konfirmasi ke pengusul.
2) Kuantitas kebutuhan
3) Jika kuantitas obat yang diusulkan jauh berbeda dengan penggunaan periode
sebelumnya, harus di konfirmasi ke pengusul.
d. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan metode yang sesuai.
e. Melakukan evaluasi rencana kebutuhan menggunakan analisis yang sesuai.
f. Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan).
g. IFRS menyampaikan draft usulan kebutuhan obat ke manajemen rumah sakit untuk
mendapatkan persetujuan.

Anda mungkin juga menyukai