Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat (PIS) merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program
ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar dan
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program
Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan
yang direncanakan pencapaiannya dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015.
Untuk mendukung keberhasilan Program Indonesia Sehat, Bank Dunia
menawarkan Program Indonesia Supporting Primary Health Care Reform
(I-SPHERE) Loan IBRD 8873-ID yaitu sebuah program yang bertujuan
memperkuat kinerja sistem pelayanan kesehatan primer di Indonesia .
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk memanfaatkan instrumen
Program untuk Hasil (Program for Result/ PforR) dari Bank Dunia agar program I-
SPHERE Loan IBRD 8873-ID ini bisa secara efektif mendukung agenda
reformasi Pemerintah di sektor kesehatan, terutama yang berkaitan dengan PIS.
Dengan mengaitkan pencairan dana dengan pencapaian hasil yang nyata dan
bisa diverifikasi, PforR I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID telah mengubah filosofi
pembiayaan dari pembiayaan input menjadi pembiayaan pencapaian atas hasil,
yang melibatkan konsensus segenap pelaksana PIS untuk menyelenggarakan
program dengan lebih baik.
Kementerian Kesehatan sebagai pelaksana PIS juga bertanggung jawab atas
pelaksanaan pada Program I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID. Bank Dunia akan
mencairkan dana senilai USD150 juta selama lima tahun mendatang
berdasarkan capaian sepuluh Disbursement Linked Indicator (DLI).
Untuk membuktikan capaian hasil kinerja PIS yang terkait dengan DLI diperlukan
kegiatan verifikasi dengan menggunakan bukti dari berbagai sumber. Untuk
pelaksanaan kegiatan verifikasi itu, dibutuhkan sebuah institusi yang independen
yang akan berfungsi sebagai verifikator. Sesuai Surat Menteri Keuangan

1
Republik Indonesia Nomor S-685/MK.08/2018 Tanggal 10 September 2018
perihal Letter of Assignment sebagai Independent Verification Agency (IVA) –
Indonesia Supporting Primary Health Care Reform Program/Indonesia
Supporting Primary and Referral Health Care Reform (I-SPHERE) Loan IBRD
8873-ID Program dan notulen Rapat Koordinasi Persiapan Kegiatan I-SPHERE
Loan IBRD 8873-ID yang diselenggarakan pada tanggal 5 April 2018 di Ruang
Rapat Gedung Adhyatma Kementerian Kesehatan di Jakarta, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ditetapkan sebagai institusi
independen yang akan melakukan verifikasi tersebut. Untuk pelaksanaan
verifikasi ini, perlu disusun Pedoman VeriFikasi untuk pelaksanaan kegiatan
verifikasi atas capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID.

B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Pedoman

Pedoman verifikasi dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi Pejabat


Fungsional Auditor (PFA) BPKP sebagai verifikator dalam persiapan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil verifikasi.
Tujuan dari pedoman adalah untuk menyamakan persepsi di antara para
verifikator agar diperoleh satu kesamaan arah dalam pelaksanaan verifikasi atas
capaian hasil DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID.

C. Sistematika Pedoman

1. Bab I Pendahuluan, berisikan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, serta


Sistematika Petunjuk Teknis Verifikasi.
2. Bab II Gambaran Umum, berisikan Latar Belakang Program, Tujuan
Pembangunan Program, Disbursement Linked Indicators (DLI), dan Badan
Verifikasi Independen (IVA).
3. Bab III Pedoman Pelaksanaan Verifikasi, menguraikan Dasar Hukum, Tujuan
Verifikasi, Ruang Lingkup Verifikasi, Metodologi Verifikasi, Rencana Waktu
Pelaksanaan Verifikasi, Pembiayaan Verifikasi, dan Keluaran/ Output.
4. Bab IV Mekanisme Verifikasi, menguraikan tahapan verifikasi mulai dari
tahapan Persiapan, Pelaksanaan, dan Pelaporan Hasil Verifikasi.
5. Bab V Prosedur Verifikasi, menguraikan prosedur verifikasi yang akan
dilaksanakan oleh verifikator atas pencapaian DLI I-SPHERE Loan
IBRD 8873-ID.

2
6. Bab VI Pelaporan Hasil Verifikasi, menguraikan pelaporan hasil verifikasi atas
capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM
PROGRAM I-SPHERE LOAN IBRD 8873-ID

A. Latar Belakang Pembentukan Program

Program I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID akan mendukung aspek kunci dari
Program Indonesia Sehat untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan
kesehatan dasar di seluruh Indonesia, termasuk tiga provinsi tertinggal pada
Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

Program I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID menggunakan instrumen pembiayaan


Program untuk Hasil (Program for Result/ PforR). Instrumen pembiayaan ini
dipilih oleh Pemerintah karena memberikan kesempatan pada pembiayaan
eksternal yang relatif kecil namun mempunyai daya ungkit pada perubahan
sistemik yang lebih besar. Instrumen ini sangat cocok untuk mendukung
kegiatan operasional karena difokuskan pada reformasi sistemik, perubahan
kelembagaan, memperkenalkan dan meningkatkan inovasi serta telah terbukti
meningkatkan kualitas pengeluaran kesehatan. Beberapa alasan spesifiknya
adalah:

1. PforR dianggap sesuai karena membantu membangun komunikasi yang


baik antara Kemenkes dan Kemenkeu, untuk mencapai pengeluaran yang
lebih baik di bidang kesehatan;
2. Instrumen PforR dianggap baik untuk mendukung dan meningkatkan tata
kelola pemerintahan, penyampaian layanan dan reformasi pembiayaan;
3. Mengingat bahwa pembiayaan eksternal kurang dari 1% dari total Belanja
Kesehatan Masyarakat, instrumen PforR dipandang baik untuk mendukung
program Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat di tingkat daerah dengan menggunakan pembiayaan domestik
yang lebih besar baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah;
4. Dengan mengaitkan pembayaran untuk pencapaian hasil yang nyata,
transparan, dan dapat diverifikasi, PforR dapat menjadi instrumen yang
efektif untuk mengalihkan fokus ke arah pencapaian hasil oleh pemerintah
pusat dan daerah;

4
5. Instrumen PforR memungkinkan peningkatan intervensi yang berhasil
(misalnya, kartu penilaian kinerja, inovasi dan reformasi transfer fiskal)
berdasarkan pelajaran yang diterima selama masa operasi.
Kementerian Kesehatan telah menyatakan minat yang kuat dalam
penggunaan instrumen PforR, dan telah didukung oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) serta Kementerian
Keuangan RI.
Tim Bank Dunia telah melakukan serangkaian kegiatan untuk memberikan
orientasi kepada Kemenkes, Bappenas, dan Kemenkeu terkait penggunaan
instrumen PforR, mencakup Indikator Pencairan Dana (Disbursement Linked
Indicator/ DLI), protokol verifikasi, pengadaan terkait, manajemen keuangan,
dan persyaratan penilaian sosial dan lingkungan.

B. Tujuan Pembangunan Program (Program Development Objectives/PDO)


dan Hasil Utama

Tujuan Pembangunan Program (Program Development Objectives/PDO) adalah


untuk meningkatkan hasil Program Indonesia Sehat dengan mendukung
perluasan cakupan, memperkuat sistem layanan dan meningkatkan koordinasi
dengan program kesehatan pelengkap lainnya. Kemajuan untuk mencapai PDO
akan diukur melalui lima indikator hasil kunci yang diuraikan berikut ini:
1. Distrik-distrik yang tercakup dalam Dasbor Kinerja Kementerian Kesehatan;
2. Puskesmas yang telah menerima akreditasi yang lebih tinggi;
3. Wanita hamil yang melahirkan di fasilitas perawatan kesehatan;
4. Penyedia perawatan primer yang menerapkan kapitasi JKN berdasarkan
kinerja;
5. Kabupaten/kota menunjukkan peningkatan setidaknya setengah dari
indikator kinerja dalam DAK non fisik yang ditingkatkan.
Indikator-indikator ini menggambarkan tiga bidang hasil yang didukung oleh
operasional peminjaman yang diusulkan oleh Bank Dunia dalam PforR:
1. Bidang Hasil 1: Memperkuat pemantauan kinerja untuk meningkatkan
akuntabilitas pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan.
2. Bidang Hasil 2: Meningkatkan penerapan standar nasional untuk kinerja
pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan yang lebih baik.
3. Bidang Hasil 3: Meningkatkan orientasi kinerja pembiayaan kesehatan untuk

5
pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih baik.

C. Disbursement Linked Indicator (DLI)

Bank Dunia akan mencairkan dana sebesar 150 juta dolar Amerika selama
periode lima tahun yang dimulai pada tahun 2019 melalui sepuluh indikator
terkait pencairan (Disbursement Linked Indicator/DLI) yang telah disepakati oleh
Bank Dunia dan Kementerian Kesehatan. Kesepuluh DLI ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Disbursement Linked Indicator PforR I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID
No. DLI
Kabupaten/kota yang tercakup dalam Dasbor Kinerja Kementerian
1. DLI 1
Kesehatan
Puskesmas yang menggunakan aplikasi m-Health untuk mendukung
2. DLI 2
peningkatan PIS-PK
Puskesmas yang telah menerima akreditasi lebih tinggi (Utama dan
3. DLI 3
Paripurna)
Puskesmas yang telah terakreditasi (untuk tingkat dasar dan madya)
4. DLI 4
di Indonesia Bagian Timur
Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (KAFKTP)
5. DLI 5
berfungsi sebagai komisi independen
Kabupaten/kota tertinggal yang telah menghasilkan rencana tahunan
6. DLI 6
dan anggaran yang lebih baik
7. DLI 7 Penyebaran tim kesehatan khusus
Penyedia perawatan primer (FKTP) yang menerapkan kapitasi JKN
8. DLI 8
berdasarkan kinerja
Kabupaten/kota menunjukkan peningkatan setidaknya setengah dari
9. DLI 9
indikator kinerja dalam pelaksanaan DAK non fisik
Provinsi yang menggunakan sistem informasi rujukan terintegrasi
10. DLI 10
(IRIS)

D. Badan Verifikasi Independen

Pencapaian kinerja atas sepuluh DLI yang diklaim oleh Kementerian Kesehatan
melalui Laporan Pencapaian DLI tiap tahunnya perlu diverifikasi untuk lebih
menjamin kualitas laporan pencapaian DLI. Dengan demikian, diperlukan
sebuah Badan Verifikasi Independen (Independent Verification Agency/IVA)
untuk melakukan fungsi verifikasi tersebut. Dalam hal ini, BPKP telah ditunjuk
sebagai IVA berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-
685/MK.08/2018 Tanggal 10 September 2018 perihal Letter of Assignment
sebagai Independent Verification Agency (IVA) – Indonesia Supporting Primary

6
Health Care Reform Program/Indonesia Supporting Primary and Referral Health
Care Reform (I-SPHERE) Program Loan IBRD 8873-ID.

7
BAB III
VERIFIKASI PROGRAM I-SPHERE LOAN IBRD 8873-ID

A. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan verifikasi adalah sebagai berikut:
a. Loan Agreement Nomor 8873-ID.
b. Agreed Minutes of Technical Discussions Between the Republic of Indonesia
and the International Bank for Reconstruction and Development Regarding
Indonesia Supporting Primary Health Care Reform (I-SPHERE) Program -
Loan IBRD 8873-ID / Indonesia Supporting Primary and Referral Health Care
Reform (I-SPHERE) - Loan IBRD 8873-ID Program tanggal 20 April 2018.
c. Surat Menteri Keuangan Nomor S-685/MK.8/2018 tanggal 10 September
2018 tentang Letter of Assignment sebagai Independent Verification Agency
(IVA) – Indonesia Supporting Primary Health Care Reform Program /
Indonesia Supporting Primary and Referral Health Care Reform (I-SPHERE)
Program - Loan IBRD 8873-ID.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
e. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.

B. Tujuan Verifikasi
Tujuan verifikasi adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa
laporan pencapaian Disbursement-Linked Indicator (DLI) yang disampaikan oleh
Kementerian Kesehatan sesuai dengan DLI yang telah disepakati Bank Dunia
(kesesuaian), benar dicapai (keberadaan/keterjadian), dilaksanakan sesuai
prosedur (keabsahan), disajikan sesuai dengan kriteria, formulir, dan ketentuan
yang disepakati (penyajian), dapat diukur, digunakan, dilaksanakan, dan
diimplementasikan (keterukuran), sesuai dengan persyaratan dan ketentuan
yang disepakati (kelengkapan).

C. Ruang Lingkup Verifikasi


Ruang lingkup verifikasi terbatas pada pencapaian DLI yang dilaporkan oleh
Kementerian Kesehatan secara tahunan dalam rangka pencairan pinjaman dari
Bank Dunia sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Loan Agreement.

8
Terdapat sepuluh Indikator Terkait Pencairan Dana (DLIs), yaitu:
1) DLI 1 : Kabupaten/kota yang tercakup dalam Dasbor Kinerja
Kementerian Kesehatan;
2) DLI 2 : Puskesmas menggunakan aplikasi m-Health untuk mendukung
peningkatan PIS-PK;
3) DLI 3 : Puskesmas yang telah menerima akreditasi lebih tinggi (Utama
dan Paripurna);
4) DLI 4 : Puskesmas yang telah terakreditasi (untuk tingkat dasar dan
madya) di Indonesia Bagian Timur;
7) DLI 7 : Tim Nusantara Sehat yang telah ditempatkan;
10) DLI 10: Provinsi yang menggunakan sistem informasi rujukan
terintegrasi (SISRUTE).

DLI diukur pada setiap akhir tahun kalender dan hasil verifikasi hendaknya
disediakan tepat pada waktunya untuk siklus proses penyusunan anggaran
belanja Pemerintah. Atas pencapaian DLI yang dipersyaratkan, Kementerian
Kesehatan akan menghitung berapa dana yang harus dikucurkan sesuai dengan
kesepakatan pinjaman. BPKP akan melakukan verifikasi terhadap perhitungan ini
dan menginformasikannya dalam Laporan Hasil Verifikasi Pencapaian DLI
I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID serta disampaikan kepada Kementerian
Keuangan untuk diteruskan kepada Bank Dunia dengan tembusan kepada
Kementerian Kesehatan.

D. Metodologi Verifikasi
Verifikasi dilaksanakan dengan menggunakan metodologi sebagai berikut:
1. Reviu Dokumen
Reviu dokumen merupakan pengkajian secara mendalam terhadap dokumen-
dokumen yang relevan untuk memperoleh simpulan atas pencapaian
kegiatan yang menjadi ruang lingkup verifikasi.
2. Observasi
a. Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam
lingkup obyek verifikasi.
b. Dalam kondisi Pandemi Covid-19 maka observasi dilakukan secara virtual
melalui media yang tersedia (zoom, whatsapp, line, dll).
3. Wawancara/konfirmasi

9
a. Wawancara dilakukan untuk mengeksplorasi informasi yang diperoleh
dari reviu dokumen, dan/atau observasi serta untuk memperoleh
informasi mengenai hal-hal yang tidak diperoleh melalui reviu dokumen
maupun observasi.
b. Dalam kondisi Pandemi Covid-19 maka Wawancara/konfirmasi dilakukan
secara virtual melalui media yang tersedia (zoom, whatsapp, line, dll).
4. Prosedur Analisis
Prosedur analisis dilaksanakan untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan
antara informasi atau data yang disampaikan.

E. Rencana Waktu Pelaksanaan Verifikasi


Kegiatan verifikasi pada tahun 2020 merupakan verifikasi yang kedua dan akan
dilaksanakan sesuai rencana waktu sebagai berikut:
Kegiatan September Oktober November
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1. Penyusunan
Pedoman
Verifikasi
2. Koordinasi
Dengan BPKP
Perwakilan
3. Diseminasi
Pedoman
Verifikasi
4. Pelaksanaan
Verifikasi

5. Pelaporan
Hasil Verifikasi

Tahap pertama dalam pelaksanaan verifikasi DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID
adalah penyusunan Pedoman Verifikasi DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID
Tahun 2020. Selanjutnya, tahap kedua adalah koordinasi dengan BPKP
Perwakilan yang akan terlibat dalam proses pelaksanaan verifikasi atas capaian
DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID yang berada di tingkat provinsi maupun
tingkat kabupaten. Tahap ketiga adalah diseminasi Pedoman Verifikasi DLI I-
SPHERE Loan IBRD 8873-ID Tahun 2020 kepada verifikator dari BPKP
Perwakilan yang terlibat dalam proses verifikasi DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-
ID tahun 2020. Tahap yang keempat adalah pelaksanaan verifikasi oleh BPKP
Pusat, dalam hal ini Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama Investasi dan
Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Perekonomian dan Kemaritiman untuk capaian DLI I-SPHERE Loan
10
IBRD 8873-ID di tingkat Pusat, dan pelaksanaan verifikasi oleh BPKP Perwakilan
untuk capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID ditingkat provinsi dan
kabupaten. Tahap terakhir adalah pelaporan hasil verifikasi yaitu tim verifikasi
BPKP Pusat melakukan konsolidasi atas laporan hasil verifikasi dari BPKP
Perwakilan dan hasil verifikasi atas capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID
di tingkat pusat.

F. Pembiayaan Verifikasi
Kegiatan verifikasi capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID yang akan
dilakukan oleh Direktorat Pengawasan Bdang Kerja Sama Investasi dan
Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Pusat Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, adalah untuk yang pertama kali.
Verifikasi pada tahun sebelumnya untuk Capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD
8873-ID Tahun 2018 dilaksanakan oleh Direktorat Pengawasan Bidang Sosial
dan Penanggulangan Bencana, Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Politik, Hukum, Keamanan, Pembangunan Manusia, dan Kebudayaan.
Pengalihan ini dilaksanakan pada awal tahun anggaran 2020, sehingga untuk
kegiatan verifikasi capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID belum
dianggarkan oleh Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama Investasi dan
Pembiayaan Pembangunan.
Berdasarkan kondisi di atas, verifikasi yang akan dilakukan semaksimal mungkin
akan didanai dari Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama Investasi dan
Pembiayaan Pembangunan dan BPKP Perwakilan yang dilibatkan, namun bila
tidak mencukupi maka tidak tertutup kemungkinan kegiatan verifikasi ini didanai
dari Kementerian Kesehatan, antara lain untuk kegiatan diseminasi Pedoman
Verifikasi DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID, yang mungkin membutuhkan dana
yang cukup besar.

G. Keluaran / Output

Keluaran dari pelaksanaan verifikasi atas capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD
8873-ID adalah Laporan Hasil Verifikasi atas Capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD
8873-ID tahun anggaran 2020 sebanyak satu laporan.

11
BAB IV

MEKANISME VERIFIKASI

Verifikasi atas Pencapaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID tahun 2020 akan
dilaksanakan sesuai mekanisme sebagai berikut:

A. Persiapan Verifikasi

Persiapan pelaksanaan verifikasi meliputi:


1. Penyusunan Pedoman Verifikasi
Penyusunan pedoman verifikasi dimaksudkan untuk memberikan arahan dan
panduan bagi Tim Verifikasi dalam melaksanakan tugasnya, antara lain
memuat prosedur verifikasi, komunikasi/korespondensi kegiatan, dan
mekanisme pelaporan.
2. Koordinasi Dengan BPKP Perwakilan
Pelaksanaan koordinasi dengan BPKP Perwakilan sangat diperlukan guna
menentukan BPKP Perwakilan mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan
verifikasi atas capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID dan menentukan
sebaran lokasi sampel capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID yang akan
diverifikasi.
5. Diseminasi Pedoman Verifikasi
Untuk memperoleh pemahaman yang sama dari para verifikator terhadap
pelaksanaan verifikasi atas DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID, akan
dilakukan diseminasi pedoman verifikasi. Hasil yang diharapkan dari kegiatan
ini adalah:
a. Pemahaman yang cukup bagi para verifikator mengenai karakteristik
pelaksanan I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID, khususnya terkait dengan
pengukuran capaian DLI
b. Penyamaan persepsi dalam pelaksanaan verifikasi sehingga diharapkan
tidak terdapat perlakuan yang berbeda dalam melakukan identifikasi dan
analisis atas permasalahan yang dijumpai.

Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut dilakukan oleh BPKP Pusat. Hasil dari
persiapan pelaksanaan adalah mendapatkan informasi awal yang akan
digunakan untuk menetapkan sasaran (sampel), metode dan strategi

12
pelaksanaan, dan program kerja verifikasi yang akan dilaksanakan.

B. Pelaksanaan Verifikasi

Verifikasi capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID akan dilakukan oleh
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunanan (BPKP), Deputi Bidang
Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman c.q
Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama Investasi dan Pembiayaan
Pembangunan (KIPP) dan BPKP Perwakilan, dengan pembagian tugas sebagai
berikut:
a. Direktorat Pengawasan Bidang KIPP
Direktorat Pengawasan Bidang KIPP akan melaksanakan verifikasi terhadap
Capaian DLI yang dilaporkan oleh Program Coordinating Unit (PCU) dimana
Penanggung Jawab DLI berada di pusat dan seluruh capaian DLI tersebut
dapat diverifikasi di tingkat pusat secara keseluruhan. Disamping itu, apabila
capaian DLI terkait terdapat di daerah, maka Direktorat Pengawasan Bidang
KIPP dapat melakukan verifikasi lapangan (cek fisik) ke daerah.
b. BPKP Perwakilan
BPKP Perwakilan melakukan verifikasi atas capaian DLI yang dilaporkan
oleh Program Coordinating Unit (PCU) dimana Penanggung Jawab DLI
berada di pusat namun fisik capaian DLI berada di daerah, baik tingkat
provinsi maupun tingkat kota/kabupaten. BPKP Perwakilan melakukan
verifikasi di tingkat provinsi dan kabupaten sebagai dukungan atas verifikasi
yang dilakukan oleh Tim BPKP Pusat.
Verifikator dalam pelaksanaan verifikasi harus mengacu pada Petunjuk Teknis
Verifikasi, dimana Prosedur Umum diterapkan untuk seluruh DLI yang
diverifikasi dan Prosedur Khusus yang dirancang secara khusus untuk setiap
DLI yang akan diverifikasi, serta pelaporan hasil verifikasi disusun berdasarkan
format pelaporan yang telah dirancang dalam Petunjuk Teknis Verifikasi.
Prosedur ini dijelaskan lebih rinci pada BAB V Prosedur Verifikasi Tahun 2020.

C. Pelaporan Hasil Verifikasi

Tahap akhir pelaksanaan verifikasi oleh BPKP adalah pelaporan hasil verifikasi.
Pelaporan hasil verifikasi merupakan media verifikator untuk mengomunikasikan
hasil verifikasi kepada stakeholder utamanya yaitu Kementerian Kesehatan dan

13
Bank Dunia. Pelaporan hasil verifikasi berisi simpulan hasil verifikasi
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh berdasarkan langkah-langkah proses
verifikasi atas capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID yang merupakan
penjabaran lebih rinci dari protocol verification yang ditetapkan. Untuk menjamin
kualitas pelaporan hasil verifikasi, dalam proses pelaporan dilakukan reviu
berjenjang mulai dari Ketua Tim, Pengendali Teknis, Pengendali Mutu
(Kasubditwas), dan Penanggung Jawab (Direktur). Dengan dilakukannya proses
reviu berjenjang ini maka mutu pelaporan hasil verifikasi dapat diandalkan,
sehingga para stakeholder utama tidak salah mengambil keputusan berdasarlan
laporan hasil verifikasi yang disampaikan.

14
BAB V
PROSEDUR VERIFIKASI TAHUN 2020

Prosedur verifikasi atas capaian target DLI I-SPHERE Tahun Anggaran 2018 dan
Tahun Anggaran 2019 dibawah ini disusun berdasarkan DLI Verification Protocol
yang dimuat pada Term of Reference I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID Verification of
Achievement of Disbursement Linked Result. Sesuai Laporan Pencapaian DLI
Tahun 2018 yang telah diserahkan oleh Kementerian Kesehatan RI kepada BPKP
melalui surat nomor: KS.02.03/4.3/WB/5683/2019 tanggal 27 Desember 2019, dan
KS.02.03/4.3/WB/1032/2020 tanggal 28 Februari 2020 diketahui terdapat 6 (enam)
DLI yang dilaporkan telah terjadi pencapaian yaitu DLI 1, DLI 2, DLI 3, DLI 4, DLI 7,
dan DLI 10.
Berikut adalah prosedur verifikasi pencapaian DLI yang akan dilaksanakan oleh Tim
Verifikasi pada tahun 2020 untuk keenam DLI tersebut:

A. Prosedur Umum

- Pada tahun pertama verifikator melakukan verifikasi atas kebenaran data


baseline untuk masing-masing DLI. Data baseline ini berada pada unit kerja
Kementerian Kesehatan terkait yang menangani masing-masing DLI.
Verifikasi atas data baseline ini akan dilakukan oleh Direktorat Pengawasan
Bidang Kerja Sama Investasi dan Pembiayaan Pembangunan pada Deputi
Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman.
- Sampling verifikasi dilakukan pada 5% dari objek/lokasi yang dilaporkan
sebagai pencapaian atas masing-masing DLI. Dalam hal 5% tersebut
berjumlah kurang dari 5 objek/lokasi, maka sampling dilakukan pada minimal
5 objek/lokasi. Pelaksanaan sampling verifikasi ini dilakukan oleh Direktorat
Pengawasan Bidang Kerja Sama Investasi dan Pembiayaan Pembangunan
bersama dengan Perwakilan BPKP di mana objek verifikasi tersebut berada.
- Dalam hal terdapat sesuatu hal/permasalahan yang dipandang material atau
merupakan pelanggaran serius atas ketentuan atau prinsip-prinsip yang telah
disepakati dengan World Bank dari hasil verifikasi, verifikator dapat
melakukan tahap verifikasi lanjutan dengan memperluas tingkat sampling

15
sampai pada tingkat yang dipandang cukup untuk dapat memperoleh tingkat
keyakinan (degree of convidence) yang memadai untuk menyatakan
pendapat.
- Dalam hal dapat diyakini oleh verifikator bahwa 20% dari hasil pencapaian
DLI yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan adalah tidak benar, maka
seluruh dana untuk DLI tersebut untuk tahun terkait tidak dapat dicairkan.

B. Prosedur Khusus

Prosedur khusus adalah prosedur verifikasi yang khusus diterapkan untuk


masing-masing DLI, Hal ini diperlukan karena masing-masing DLI memiliki target,
ukuran, karakteristik yang berbeda-beda. Uraian prosedur khusus secara rinci
per masing-masing DLI adalah sebagai berikut:

1. DLI I: Kabupaten/Kota yang Tercakup dalam Dasbor Kinerja Kemenkes

a. Definisi dari Legal Agreement dan Project Appraisal Document


Disbursement Linked Indicators Deskripsi Pencapaian dan
and Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLI #1: Kabupaten/Kota yang Tercakup Deskripsi. Capaian diukur dengan
di Dasbor Data dan informasi Kesehatan melihat pengembangan dasbor
kinerja yang menggunakan District
Health Information System – 2
(DHIS2), atau sistem lain yang
sesuai, yang memuat indikator
kinerja yang disepakati dari berbagai
sistem informasi yang ada. Ini akan
membantu mengukur kinerja di
kabupaten/kota, mempublikasikan
hasil-hasil, dan membantu
meningkatkan orientasi kinerja
kabupaten/kota.
DLR #1.1: Dasbor kinerja dirancang Prosedur. Pada akhir tahun pertama
dan pedoman diterbitkan (tahun 1) Program, Kemenkes menerbitkan
pedoman yang memuat peran dan
tanggung jawab dari berbagai
lembaga dalam mengembangkan,
memelihara, dan mengelola dasbor
kinerja, serta menjabarkan indikator-
indikator yang disepakati yang
disertakan dalam dasbor.

DLR #1.2: Kabupaten/Kota yang Prosedur. Pada tahun ke-2, 3, 4, dan


Tercakup di Dasbor Data dan informasi akhir Program BPKP akan mengukur
Kesehatan (tahun 2-5) capaian target dengan menggunakan
Target: 90% (Baseline 0%) formula berikut: Numerator:

16
Kabupaten/kota yang memiliki setidak-
tidaknya 75% dari semua indikator
yang disepakati dan diverifikasi serta
dipublikasi pada DHIS2, atau sistem
lain yang sesuai, “dasbor kinerja”;
Denominator: Jumlah total
kabupaten/kota.
Formula: USD150,000 untuk setiap 1
persen tambahan dari baseline (0%)
dan tingkat tertinggi capaian pada
tahun-tahun sebelumnya.

b. Sumber Data/ Lembaga


 Laporan Pengembangan Dasbor Kinerja beserta data pendukung dari
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes
 Dokumen kesepakatan tentang indikator kinerja yang dimasukkan
dalam Dasbor Kinerja
 Dasbor Kinerja (online)
 Data pendukung di Dinas Kesehatan kabupaten/kota

c. Dasar penghitungan capaian:


Tahun I (2018):
- Pembuatan Dasbor Kinerja sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan,
yaitu menggunakan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten-2 atau
District Health Information Software DHIS-2, atau sistem lain yang
sesuai. Dasbor Kinerja mengumpulkan data indikator kinerja yang telah
disepakati dari berbagai sistem yang sudah ada selama ini.
- Pedoman teknis terkait penggunaan Dasbor Kinerja District Health
Information Software 2 (DHIS-2).
Tahun II-V (2019-2023):
Jumlah kabupaten yang telah mencantumkan dan mempublikasikan 75%
dari indikator kinerja yang telah disepakati ke dalam Dasbor Kinerja.

d. Target Pencapaian
Tahun I (2018) : Dasbor Kinerja telah selesai didesain dan
pedoman teknis tentang penggunaan Dasbor

17
Kinerja telah diterbitkan.
Tahun II (2019) : 5% dari total 514 kabupaten/kota yang ada, yaitu
sebanyak 26 kabupaten/kota.
Tahun III (2020) : 30% dari total 514 kabupaten/kota yang ada, yaitu
sebanyak 155 kabupaten/kota.
Tahun IV (2021) : 60% dari total 514 kabupaten/kota yang ada, yaitu
sebanyak 309 kabupaten/kota.
Tahun V (2022-2023) : 90% dari total 514 kabupaten/kota yang ada, yaitu
sebanyak 463 kabupaten/kota.
e. Pelaksanaan Sampling
Tahun I : Dilakukan di Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.
Tahun II : Dilakukan pada 5% dari target tahun II, yaitu sebanyak 2
kabupaten/kota (5%X26).
Tahun III : Dilakukan pada 5% dari penambahan kabupaten/kota di tahun
III, yaitu sebanyak 7 kabupaten/kota (5%x(155-26)).
Tahun IV : Dilakukan pada 5% dari penambahan kabupaten/kota di tahun
IV, yaitu sebanyak 8 kabupaten/kota (5%X(309-155)).
Tahun V : Dilakukan pada 5% dari penambahan kabupaten/kota di tahun
V, yaitu sebanyak 8 kabupaten/kota (5%X(463-309)).
f. Tujuan Verifikasi:
Untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa Dasbor Kinerja telah
dibangun dan digunakan untuk membantu pembandingan kinerja antar
kabupaten, mendorong transparansi kinerja, dan membantu meningkatkan
orientasi kinerja kabupaten.

g. Pelaksana Verifikasi:
Verifikasi dilaksanakan oleh Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama
Investasi dan Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan
Instasi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

h. Prosedur Verifikasi
Tahun I:

18
1) Dapatkan Disain Satu Data Kesehatan (termasuk dasbor kinerja) dari
Pusdatin, Kemenkes.
2) Verifikasi Desain Satu Data Kesehatan telah :
a) Menjelaskan tujuan, sasaran kebijakan, audiens dasbor. Pedoman
tersebut harus (i) menjelaskan tujuan dan sasaran kebijakan
dasbor tersebut; dan (ii) mengidentifkasi audiens utama dasbor
tersebut, pengguna dan bagaimana pengguna akan
mengaksesnya;
b) Menjelaskan secara rinci peran dan tanggung jawab dari berbagai
lembaga dalam mengembangkan, memelihara, dan mengelola
dasbor kinerja, termasuk indikator-indikator yang dimiliki oleh
Kemenkes;
c) Memuat daftar indikator yang disepakati yang disertakan dalam
dasbor, setidak-tidaknya yang mencakup indikator-indikator
3) Dapatkan daftar indikator atau variable yang telah disepakati menjadi
konten Dasbor Kinerja serta cara perhitungan indikator.
4) Verifikasi apakah Dasbor Kinerja telah mencakup seluruh Indikator
Kinerja
5) Lakukan uji coba aplikasi DHIS2 yang berfungsi sebagai Dasbor
Kinerja.
6) Memverifikasi langsung (online) apakah disain Dasbor Kinerja sesuai
dengan spesifikasi yang diharuskan (sesuai dengan pedoman)
7) Dapatkan pedoman/instruksi teknis untuk mengoperasikan Dasbor
Kinerja.
8) Buat simpulan apakah
- Dasbor Kinerja telah selesai dibangun sesuai spesifikasi yang
dipersyaratkan dan
- Pedoman teknis penggunaannya telah memadai dan telah
diterbitkan.

Tahun II-V:
1) Dapatkan Addendum Teknis Pedoman (apabila ada)
2) Verifikasi Addendum Teknis Pedoman apakah telah memuat terkait
informasi berikut: (i) definsi yang jelas, (ii) sumber data, (iii) frekuensi
19
data entry, transfer dan pelaporan data; (iv) tingkat agregasi yang ada
(kabupaten, puskesmas, posyandu, pasien); (v) jumlah kabupaten yang
melaporkan indikator dengan baseline
3) Dapatkan informasi jumlah kabupaten yang telah mencantumkan
minimal 75% yakni 38 dari 50 indikator yang disepakati dan disertakan
dalam Dasbor Kinerja.
4) Bandingkan informasi yang ada dengan informasi yang tersedia pada
Dasbor Kinerja.
5) Lakukan sampling untuk memverifikasi kesesuaian indikator kinerja
yang dicantumkan di Dasbor Kinerja dengan data yang ada di
kabupaten/kota.
a) Untuk setiap sampel kabupaten/kota, BPKP akan menseleksi
secara acak 5 indikator untuk verifikasi. BPKP akan menseleksi 5
indikator ini dari kelompok kecil 31 dari 50 indikator yang
mencakup semua puskesmas (lihat Lampiran Tabel 1), kolom 3).
BPKP akan memastikan bahwa jumlah maksimum dari indikator
yang dilaporkan dicakup dalam sampel kabupaten/kota. Sebagai
contoh, jika 5 indikator diverifikasi di setiap 3 kabupaten/kota, maka
15 indikator akan diverifikasi. Untuk Kabupaten/Kota yang tidak
endemis malaria, BPKP akan mengeluarkan 3 indikator terkait
malaria.
b) Spot checks” akan memverifikasi kelengkapan data yang
dilaporkan pada 5 indikator yang terseleksi di masing-masing
sampel kabupaten/kota “Kelengkapan” diartikan sebagai bagian
dari puskesmas di masing-masing kabupaten yang datanya
dimasukkan dalam penghitungan agregat indikator (tahunan)
kabupaten (misalnya untuk persalinan di faskes). Data untuk suatu
kabupaten/kota akan dianggap “lengkap” bila setiap agregat dari 5
indikator tingkat-kabupaten tersebut mencakup paling tidak 80%
dari puskemas di kabupaten tersebut. Suatu puskesmas dianggap
“tercakup” (i) bila datanya disertakan dalam mengkalkulasi agregat
indikator kabupaten yang dilaporkan dalam dasbor, dan (ii) bila
data tersebut berumur maksimal 3 bulan untuk tahun yang
diverifikasi. Kelengkapan akan diverifikasi dengan melakukan
20
cross-checking nilai DHIS2 terhadap laporan data puskesmas ke
masing-masing kabupaten.
c) BPKP, berdasarkan masukan dari Kemenkes, akan
mengidentifikasi jumlah tepat dari dokumen yang diperlukan untuk
cross-checking setiap 50 indikator di tingkat kabupaten
d) (Opsional) BPKP hanya akan mengambil langkah ini bila “spot
checks” di atas menurut penilaian BPKP, ada keraguan tentang
kelengkapan data yang dilaporkan oleh sampel kabupaten. BPKP
akan mengambil sampel statistik yang memberikan setidaknya 80
persen keyakinan dari bagian kabupaten dalam dasbor dengan
data “lengkap” yang dilaporkan adalah > 80 persen
6) Buat simpulan :
a) Berapa banyak kabupaten yang didalam dasbor kinerja mencakup
minimal 75% dari indikator yang disepakati;
b) Apakah, untuk kabupaten-kabupaten ini, data yang dilaporkan
dalam dasbor sudah cukup terpercaya (reliable) atau tidak.
Disbursement di-klaim untuk jumlah kabupaten yang lengkap, atau
tidak sama sekali
7) Dalam kondisi Pandemi Covid-19, prosedur yang disebutkan di atas
dapat dilaksanakan secara virtual melalui media yang tersedia

i. Formula penghitungan dana yang eligible:


Tahun I: USD 1,500,000.00.
Tahun II-V: USD150,000 untuk setiap 1% kenaikan pencapaian.

2. DLI 2: Puskesmas yang Menggunakan Aplikasi m-Health untuk


Mendukung Peningkatan PIS-PIK

Disbursement Linked Indicators and Deskripsi Pencapaian dan


Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLI #2: Puskemas yang menggunakan
Deskripsi. Capaian diukur sebagai
aplikasi mHealth yang menunjang
pengembangan dan penggunaan
pelaksanaan PIS-PK yang disempurnakan
mHealth sebagai inovasi untuk
mendukung PIS-PK, serta
memperkenalkan intervensi
pelayanan lebih spesifik;

21
Disbursement Linked Indicators and Deskripsi Pencapaian dan
Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLR #2.1: Rencana mHealth untuk PIS-PK Prosedur. Tahun pertama - BPKP
diselesaiakan untuk memastikan apakah rencana
implementasi untuk aplikasi mHealth
yang mendukung PIS-PK yang
disempurnakan telah selesai;

a. Dasar Penghitungan capaian:


Tahun I (2018) : Penyusunan Rencana Implementasi
penggunaan aplikasi m-Health untuk
mendukung pelaksanaan PIS-PK.
Tahun II (2019) : Pembuatan dan pengujicobaan aplikasi m-
Health untuk mendukung pelaksanaan PIS-
PK.
Tahun III-V (2020-2023) : Jumlah puskesmas yang telah menggunakan
aplikasi m-Health untuk mendukung
pelaksanaan PIS-PK.
b. Target Pencapaian
Tahun I (2018) : Rencana implementasi penggunaan aplikasi m-
Health untuk mendukung pelaksanaan PIS-PK
telah selesai disusun.
Tahun II (2019) : Aplikasi m-Health untuk mendukung
pelaksanaan PIS-PK telah selesai dibangun dan
diujicobakan.
Tahun III (2020) : 25 Puskesmas telah menggunakan aplikasi m-
Health untuk mendukung pelaksanaan PIS-PK.
Tahun IV (2021) : 250 Puskesmas telah menggunakan aplikasi m-
Health untuk mendukung pelaksanaan PIS-PK.
Tahun V (2022-2023) : 1.500 Puskesmas telah menggunakan aplikasi
m-Health untuk mendukung pelaksanaan PIS-
PK.

c. Pelaksanaan Sampling

22
Tahun I : Dilakukan di Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.
Tahun II : Dilakukan di Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI.
Tahun III : Dilakukan pada 5% dari jumlah puskesmas yang
menggunakan m-Health, yaitu sebanyak 2 puskesmas
(5%x25).
Tahun IV : Dilakukan pada 5% dari penambahan puskesmas yang
menggunakan m-Heath, yaitu sebanyak 12 puskesmas
(5%X(250-25)).
Tahun V : Dilakukan pada 5% dari penambahan puskesmas yang
menggunakan m-Heath, yaitu sebanyak 63 puskesmas
(5%X(1500-250)).
d. Tujuan Verifikasi:
Untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa rencana
implementasi Aplikasi m-Health telah disusun, aplikasi m-Health telah
dibangun dan diujicobakan, serta digunakan untuk untuk mendukung
pelaksanaan PIS-PK.

e. Pelaksana Verifikasi:
Verifikasi dilaksanakan oleh Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama
Investasi dan Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan
Instasi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

f. Prosedur Verifikasi
1) Dapatkan dokumen Rencana Implementasi aplikasi m-Health dari
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI.
2) Lakukan verifikasi apakah Rencana Implementasi aplikasi m-Health
telah memadai dengan mencantumkan :
a) Memuat tujuan jelas dari applikasi mHealth yang sesuai dengan
penguatan layanan di garis depan;
b) Menjabarkan latar belakang pengembangan aplikasi mHealth untuk
mendukung PIS-PK yang disempurnakan (enhanced) yang

23
mencakup penguatan intervensi layanan di garis depan;
c) Memuat tujuan pengembangan aplikasi mHealth
d) Memuat strategi aplikasi mHealth
e) Memuat tTarget pelaksanaan untuk tahun-tahun yang
direncanakan
f) Menjelaskan metodologi pengembangan mHealth yang mencakup
tahap perencanaan, analisa sistem dan tahap rancangan, tahap
pengembangan aplikasi, instalasi aplikasi, dan tahap pengujian
bersama dengan tahap-tahap pelatihan dan diseminasi;
g) Mengidentifikasi hasil dari kegiatan pelaksanaan mHealth untuk
PIS-PK yang disempurnakan.
h) Menjelaskan jadwal pelaksanaan mHealth untuk PIS-PK yang
disempurnakan
3) Buat simpulan apakah rencana implementasi mHealth :
a) Mendokumentasikan sejauh mana rencana implementasi mHealth
memenuhi kriteria di atas, dan berdasarkan hal tersebut:
b) Menyimpulkan apakah rencana implementasi mHealth telah
memadai

g. Formula penghitungan dana yang eligible:


Tahun I : USD500,000.00
Tahun II : USD1,000,000.00
Tahun III-V : USD6,000,000.00 atau USD4,000 untuk tiap puskesmas
yang menggunakan aplikasi m-Health.

3. DLI 3: Puskesmas yang Telah Menerima Akreditasi Lebih Tinggi (Utama


dan Paripurna)

Disbursement Linked Indicators and Deskripsi Pencapaian dan


Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLI #3: Puskesmas mendapatkan tingkat Deskripsi. Pencapaian kinerja
akreditasi yang lebih tinggi, di luar Kawasan akan diukur dari jumlah
Timur Indonesia (Maluku, NTT dan Papua). puskesmas yang telah mencapai
tingkat Utama atau Paripurna yang
disertifikasi oleh Komisi Akreditasi
FKTP. Ini mencakup puskesmas
yang mendapat akreditasi untuk
pertama kalinya maupun

24
Disbursement Linked Indicators and Deskripsi Pencapaian dan
Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLR #3: Puskesmas mendapatkan tingkat puskesmas yang mendapatkan
akreditasi yang lebih tinggi, di luar Kawasan akreditasi ulang. Ini tidak termasuk
Timur Indonesia (Maluku, NTT dan Papua). puskesmas di Kawasan Timur
Indonesia (Maluku, Papua, dan
NTT).

Target: 1.995 puskesmas Prosedur. BPKP akan mereviu


(Baseline: 495 puskesmas) jumlah puskesmas yang telah
diakreditasi untuk tingkat yang
lebih tinggi (Utama dan Paripurna),
sebagaimana disertifikasi oleh
Komisi Akreditasi FKTP. Ini tidak
termasuk puskesmas di Kawasan
Timur Indonesia (Maluku, Papua
dan NTT)

Formula: USD15.000 untuk setiap


penambahan dalam jumlah
kumulatif puskesmas yang telah
diakreditasi (baru dan re-
akreditasi) pada tingkat yang lebih
tinggi (Utama dan Paripurna), dari
baseline (495), dan tingkat
pencapaian tertinggi pada tahun-
tahun sebelumnya.

a. Dasar Penghitungan Capaian:


Jumlah puskesmas yang telah mendapatkan akreditasi tingkat Utama atau
Paripurna.
b. Target Pencapaian Nasional
Informasi baseline : 496 puskesmas
Tahun I (2018) : 600 puskesmas
Tahun II (2019) : 900 puskesmas
Tahun III (2020) : 1.200 puskesmas
Tahun IV (2021) : 1.500 puskesmas
Tahun V (2022-2023) : 1.996 puskesmas
c. Pelaksanaan Sampling
Dalam Laporan Pencapaian DLI yang disampaikan oleh Kementerian
Kesehatan akan dilaporkan jumlah penambahan Puskesmas yang telah
mendapatkan akreditasi tingkat Utama dan Paripurna. Sampling akan
dilakukan atas 5% dari jumlah penambahan Puskemas dari baseline

25
(2018) atau penambahan jumlah Puskesmas dari capaian tahun
sebelumnya (2019 dan seterusnya).
d. Tujuan verifikasi
Tujuan verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa:
- Pelaksanaan akreditasi tingkat Utama dan Paripurna telah dilakukan
sesuai standar yang berlaku
- Jumlah puskesmas yang dilaporkan telah mendapatkan akreditasi
tingkat Utama dan Paripurna telah sesuai dengan kondisi sebenarnya.
e. Pelaksana Verifikasi
Pelaksana verifikasi adalah Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama
Investasi dan Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan
Instasi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan bersama dengan Perwakilan
BPKP di mana lokasi objek verifikasi berada.
f. Prosedur Verifikasi
1) Dapatkan informasi/daftar puskesmas yang telah memperoleh
akreditasi pada setiap tingkat (dasar/madya/utama/paripurna) dalam
tahun yang diverifikasi.
2) Dapatkan dokumen terkait akreditasi atas puskesmas :
 Peraturan Menteri Kesehatan No 46 Tahun 2015
 Standar Akreditasi Puskesmas
 Surat tugas survey akreditasi
 Laporan hasil survey
 Sertifikat akreditasi
 Permohonan survey akreditasi (di Puskesmas, Dinkes Kab, dan
Dinkes Prov);
 Dokumen pendukung untuk masing-masing elemen penilaian di
Puskesmas
3) Tetapkan sampel Puskesmas yang akan dilakukan verifikasi,
4) Melakukan verifikasi akurasi nilai-nilai cross-footing yang diperoleh
dari masing-masing elemen penilaian untuk mendapatkan skor dari
masing-masing bab.

26
Catatan: Verifikator tidak melakukan koreksi atas nilai yang diperoleh
oleh masing-masing elemen penilaian
5) Memastikan bahwa nilai dari masing-masing bab diperoleh dari
penjumlahan nilai yang tepat dari masing-masing elemen penilaian dan
nilai dari masing-masing bab telah memenuhi nilai minimum yang
harus dicapai untuk mendapat akreditasi pada setiap tingkat
(dasar/madya/ utama/paripurna)
 Jika diketemukan penjumlahan (cross-footing) yang tidak benar
dan skor revisi hasil verikasi untuk tiap bab tersebut masih
memenuhi nilai minimum yang dipersyaratkan , maka ungkapkan
hal tersebut pada laporan sebagai informasi tambahan namun tidak
mempengaruhi kesimpulan hasil verifikasi.
 Jika diketemukan penjumlahan (cross-footing) yang tidak benar
dan dalam skor revisi hasil verikasi terdapat skor yang tidak
mencapai nilai minimum yang dipersyaratkan untuk tiap bab, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa akreditasi tidak dilakukan sesuai
standar akreditasi, dengan tetap melakukan prosedur verifikasi
selanjutnya
6) Melakukan verifikasi dengan menguji keberadaan dokumen-dokumen
untuk Bab 3, Bab 6, dan Bab 9 yang dinyatakan ada dan menerima
nilai pada saat akreditasi
a) Atas elemen penilaian bab 3, 6, dan 9 lakukan sampling minimum
25% dari jumlah elemen penilaian yang mendapatkan skor
akreditasi. Verifikasi atas sampling ini dilakukan dengan pengujian
atas keberadaan (existence) dari dokumen yang dinyatakan ada
dan mendapat nilai pada saat akreditasi. Pemilihan sampling
elemen yang akan dilakukan verifikasi berdasarkan pertimbangan
bahwa dokumen tersebut adalah bersifat umum dan tidak
memerlukan keahlian tertentu diluar keahlian verifikator, misalnya
SK Kepala Puskesmas tentang Peningkatan Kinerja, Rencana
Perbaikan Kinerja berdasarkan hasil monitoring, SOP, dst. Jika
dokumen tersebut tidak ditemukan, lakukan prosedur alternatif
berupa wawancara untuk mendapatkan keyakinan bahwa dokumen

27
tersebut sebenarnya ada/tidak ada pada saat akreditasi dilakukan.
Catatan:
- Verifikator tidak melakukan pengujian atas kualitas substansi
dokumen yang diverifikasi.
- Verifikator tidak melakukan koreksi atas nilai yang diperoleh
oleh masing-masing elemen penilaian.
b) JIka hasil verifikasi dari 25% sampling mengindikasikan bahwa
dokumen-dokumen yang tidak ditemukan (atau berdasarkan
prosedur alternatif diyakini tidak ada) KURANG dari 20%, maka
disimpulkan bahwa akreditasi telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang FAIR.
c) Jika hasil verifikasi dari 25% sampling mengindikasikan bahwa
dokumen-dokumen yang tidak ditemukan (atau berdasarkan
prosedur alternatif diyakini tidak ada) LEBIH dari 20%, perluaslah
sampling dengan memverifikasi semua (100%) elemen penilaian
dari bab-bab 3, 6 dan 9 yang dinyatakan menerima skor pada saat
akreditasi.
d) JIka hasil verifikasi dari 100% elemen penilaian yang menerima
skor mengindikasikan bahwa dokumen-dokumen yang tidak
ditemukan (atau berdasarkan prosedur alternatir diyakini tidak
ada) KURANG dari 20%, maka disimpulkan bahwa akreditasi telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang FAIR.
e) JIka hasil verifikasi dari 100% elemen penilaian yang menerima
skor mengindikasikan bahwa dokumen-dokumen yang tidak
ditemukan (atau berdasarkan prosedur alternatif diyakini tidak ada)
LEBIH dari 20%, maka disimpulkan bahwa akreditasi telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang UNFAIR.
7) Buat kesimpulan atas :
a) Penambahan jumlah kumulatif puskesmas yang telah diakreditasi
(baru atau re-akreditasi) pada tingkat yang lebih tinggi (Utama dan
Paripurna)
b) Apakah status akreditasi sebagai dilaporkan Kemenkes cukup
kredibel atau tidak

28
8) Dalam situasi pandemi Covid-19, verifikasi akan sedikit tertunda hingga
verifikasi lapangan dimungkingkan kembali. Alternatif lain, verifikasi
keberadaan dokumen-dokumen BAB 3, 6 dan 9 dapat dilaksanakan
berdasarkan soft-copy (scan) yang diserahkan oleh masing-masing
puskesemas

4. DLI 4: Puskesmas yang Telah di semua tingkat di Kawasan Timur


Indonesia (Maluku, NTT dan Papua)

Disbursement Linked Indicators and Deskripsi Pencapaian dan


Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLI #4: Puskesmas yang telah diakreditasi Deskripsi. Capaian diukur sebagai
pada semua tingkat di Kawasan Timur jumlah puskesmas yang menerima
Indonesia akreditasi pada semua ingkat di tiga
provinsi kawasan Timur Indonesia
(Maluku, Papua, NTT), yang
disertifikasi oleh komisi akreditasi
FKTP. Ini mencakup puskesmas
yang menerima akreditasi untuk
pertama kali dan puskesmas yang
menerima re-akreditasi.

a. Dasar Penghitungan Capaian:


Jumlah puskesmas di Indonesia Timur (provinsi Maluku, Papua, dan NTT)
yang telah mendapatkan akreditasi tingkat Dasar dan Madya.
b. Target Pencapaian
Informasi baseline : 66 puskesmas
Tahun I (2018) : 100 puskesmas
Tahun II (2019) : 175 puskesmas
Tahun III (2020) : 250 puskesmas
Tahun IV (2021) : 350 puskesmas
Tahun V (2022-2023) : 466 puskesmas
c. Pelaksanaan Sampling
Dalam Laporan Pencapaian DLI yang disampaikan oleh Kementerian
Kesehatan terdapat jumlah Puskesmas yang telah mendapatkan akreditasi
di seluruh tingkat pada tahun 2018 atau jumlah penambahan Puskesmas
yang telah mendapatkan akreditasi di seluruh tingkat pada tahun 2019 dan
seterusnya. Sampling akan dilakukan pada 5% dari Puskesmas yang telah

29
mendapatkan akreditasi di seluruh tingkat (2018) atau dari jumlah
penambahan Puskesmas yang telah mendapatkan akreditasi di seluruh
tingkat pada tahun 2019 dan seterusnya.
d. Tujuan verifikasi
Tujuan verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa:
- Pelaksanaan akreditasi di seluruh tingkat telah dilakukan sesuai
standar yang berlaku
- Jumlah puskesmas yang dilaporkan telah mendapatkan akreditasi di
seluruh tingkat telah sesuai dengan kondisi sebenarnya.
e. Pelaksana Verifikasi
Pelaksana verifikasi adalah Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama
Investasi dan Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan
Instasi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan bersama dengan Perwakilan
BPKP di mana lokasi objek verifikasi berada.
f. Prosedur Verifikasi
1) Dapatkan informasi/daftar puskesmas yang telah memperoleh akreditasi
pada setiap tingkat (dasar/madya/utama/paripurna) dalam tahun yang
diverifikasi.
2) Dapatkan dokumen terkait akreditasi atas puskesmas :
 Peraturan Menteri Kesehatan No 46 Tahun 2015
 Standar Akreditasi Puskesmas
 Surat tugas survey akreditasi
 Laporan hasil survey
 Sertifikat akreditasi
 Permohonan survey akreditasi (di Puskesmas, Dinkes Kab, dan
Dinkes Prov);
 Dokumen pendukung untuk masing-masing elemen penilaian di
Puskesmas
3) Tetapkan sampel Puskesmas yang akan dilakukan verifikasi,
4) Melakukan verifikasi akurasi nilai-nilai cross-footing yang diperoleh dari
masing-masing elemen penilaian untuk mendapatkan skor dari masing-
masing bab.

30
Catatan: Verifikator tidak melakukan koreksi atas nilai yang diperoleh
oleh masing-masing elemen penilaian
5) Memastikan bahwa nilai dari masing-masing bab diperoleh dari
penjumlahan nilai yang tepat dari masing-masing elemen penilaian dan
nilai dari masing-masing bab telah memenuhi nilai minimum yang harus
dicapai untuk mendapat akreditasi pada setiap tingkat (dasar/madya/
utama/paripurna)
 Jika diketemukan penjumlahan (cross-footing) yang tidak benar dan
skor revisi hasil verikasi untuk tiap bab tersebut masih memenuhi
nilai minimum yang dipersyaratkan , maka ungkapkan hal tersebut
pada laporan sebagai informasi tambahan namun tidak
mempengaruhi kesimpulan hasil verifikasi.
 Jika diketemukan penjumlahan (cross-footing) yang tidak benar dan
dalam skor revisi hasil verikasi terdapat skor yang tidak mencapai
nilai minimum yang dipersyaratkan untuk tiap bab, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa akreditasi tidak dilakukan sesuai standar
akreditasi, dengan tetap melakukan prosedur verifikasi selanjutnya
6) Melakukan verifikasi dengan menguji keberadaan dokumen-dokumen
untuk Bab 3, Bab 6, dan Bab 9 yang dinyatakan ada dan menerima nilai
pada saat akreditasi
f) Atas elemen penilaian bab 3, 6, dan 9 lakukan sampling minimum
25% dari jumlah elemen penilaian yang mendapatkan skor
akreditasi. Verifikasi atas sampling ini dilakukan dengan pengujian
atas keberadaan (existence) dari dokumen yang dinyatakan ada dan
mendapat nilai pada saat akreditasi. Pemilihan sampling elemen
yang akan dilakukan verifikasi berdasarkan pertimbangan bahwa
dokumen tersebut adalah bersifat umum dan tidak memerlukan
keahlian tertentu diluar keahlian verifikator, misalnya SK Kepala
Puskesmas tentang Peningkatan Kinerja, Rencana Perbaikan
Kinerja berdasarkan hasil monitoring, SOP, dst. Jika dokumen
tersebut tidak ditemukan, lakukan prosedur alternatif berupa
wawancara untuk mendapatkan keyakinan bahwa dokumen tersebut
sebenarnya ada/tidak ada pada saat akreditasi dilakukan.

31
Catatan:
- Verifikator tidak melakukan pengujian atas kualitas substansi
dokumen yang diverifikasi.
- Verifikator tidak melakukan koreksi atas nilai yang diperoleh oleh
masing-masing elemen penilaian.
g) JIka hasil verifikasi dari 25% sampling mengindikasikan bahwa
dokumen-dokumen yang tidak ditemukan (atau berdasarkan
prosedur alternatif diyakini tidak ada) KURANG dari 20%, maka
disimpulkan bahwa akreditasi telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang FAIR.
h) Jika hasil verifikasi dari 25% sampling mengindikasikan bahwa
dokumen-dokumen yang tidak ditemukan (atau berdasarkan
prosedur alternatif diyakini tidak ada) LEBIH dari 20%, perluaslah
sampling dengan memverifikasi semua (100%) elemen penilaian
dari bab-bab 3, 6 dan 9 yang dinyatakan menerima skor pada
saat akreditasi.
i) JIka hasil verifikasi dari 100% elemen penilaian yang menerima
skor mengindikasikan bahwa dokumen-dokumen yang tidak
ditemukan (atau berdasarkan prosedur alternatir diyakini tidak
ada) KURANG dari 20%, maka disimpulkan bahwa akreditasi
telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
FAIR.
j) JIka hasil verifikasi dari 100% elemen penilaian yang menerima
skor mengindikasikan bahwa dokumen-dokumen yang tidak
ditemukan (atau berdasarkan prosedur alternatif diyakini tidak
ada) LEBIH dari 20%, maka disimpulkan bahwa akreditasi telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang UNFAIR.
7) Buat kesimpulan atas :
a) Penambahan jumlah kumulatif puskesmas yang telah diakreditasi
(baru atau re-akreditasi) pada seluruh tingkat di Kawasan Timur
Indonesia;
b) Apakah status akreditasi sebagai dilaporkan Kemenkes cukup
kredibel atau tidak

32
8) Dalam situasi pandemi Covid-19, verifikasi akan sedikit tertunda hingga
verifikasi lapangan dimungkingkan kembali. Alternatif lain, verifikasi
keberadaan dokumen-dokumen BAB 3, 6 dan 9 dapat dilaksanakan
berdasarkan soft-copy (scan) yang diserahkan oleh masing-masing
puskesemas

5. DLI 7 – Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan.

Disbursement Linked Indicators and Deskripsi Pencapaian dan


Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLI #7: Penugasan Khusus Tenaga Deskripsi. Pencapaian diukur
Kesehatan dengan melihat jumlah tim
Nusantara Sehat (program
penugasan berbasis tim khusus)
yang ditugaskan dalam merespon
permintaan tahunan DTPK (daerah
tertinggal, perbatasan, dan
kepulauan).

DLR #7: Penugasan Khusus Tenaga Prosedur. BPKP akan


Kesehatan (TAHUN 1-5) mengkonfirmasi capaian yang
Target: 1,039 didefinisi sebagai jumlah tim tenaga
(Baseline: 439) kesehatan khusus yang ditugaskan
dalam merespon permintanan
tahunan DTPK (daerah tertinggal,
perbatasan, dan kepulauan).
Formula: USD 12.500 untuk setiap
tim yang ditugaskan dengan
baseline (439) dan tingkat capaian
tertinggi pada tahun-tahun
sebelumnya. Baseline 439 telah
ditentukan pada tim tenaga
kesehatan khusus program
Nusantara Sehat yang ditugaskan
sejak tanggal 31 Desember 2017.

a. Dasar Penghitungan Capaian:


Pencapaian prestasi diukur dari jumlah tim pekerja kesehatan khusus
yang dikerahkan/ditugaskan (saat ini nama programnya adalah Nusantara
Sehat) sebagai tanggapan atas permintaan tahunan dari area DTPK
(tertinggal, perbatasan, dan kepulauan).
b. Target Pencapaian

33
Tahun I (2018) : 539 Tim Nusantara Sehat ditempatkan di
puskesmas terpencil, sangat terpencil, perbatasan,
dan kepulauan;
Tahun II (2019) : 639 Tim Nusantara Sehat ditempatkan di
puskesmas terpencil, sangat terpencil, perbatasan,
dan kepulauan;
Tahun III (2020) : 739 Tim Nusantara Sehat ditempatkan di
puskesmas terpencil, sangat terpencil, perbatasan,
dan kepulauan;
Tahun IV (2021) : 839 Tim Nusantara Sehat ditempatkan di
puskesmas terpencil, sangat terpencil, perbatasan,
dan kepulauan;
Tahun V (2022-2023) : 1.039 Tim Nusantara Sehat ditempatkan di
puskesmas terpencil, sangat terpencil, perbatasan,
dan kepulauan;
c. Pelaksanaan Sampling
Dalam Laporan Pencapaian DLI yang disampaikan oleh Kementerian
Kesehatan akan dilaporkan jumlah Tim Nusantara Sehat yang ditempatkan
pada beberapa wilayah terpencil di Indonesia. Sampling akan dilakukan
pada minimum 5% dari Tim Nusantara Sehat yang ditempatkan pada tahun
pertama (2018) dan 5% dari penambahan penempatan tim Nusantara Sehat
pada tahun kedua (2019) dan seterusnya.
d. Tujuan verifikasi
Untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa telah dilakukan
pengerahan Tim Nusantara Sehat yang ditempatkan di puskesmas
terpencil, sangat terpencil, perbatasan, dan kepulauan, dengan jumlah yang
sesuai.
e. Pelaksana Verifikasi
Verifikasi dilaksanakan oleh Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama
Investasi dan Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan
Instasi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan Perwakilan BPKP.
f. Prosedur Verifikasi

34
9) Dapatkan dokumen terkait penugasan khusus tenaga
kesehatan:
 Perpres 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019
 Surat Keputusan penetapan lokasi penempatan tenaga kesehatan
penugasan khusus
 Surat Keputusan pengangkatan tenaga kesehatan penugasan
khusus
 Data kabupaten terkait penempatan tenaga kesehatan penugasan
khusus
10)Tentukan Puskesmas yang akan dilakukan verifikasi
(Pwk BPKP mengirimkan puskesmas yang akan
dilakukan verifikasi ke Rendal);
11)Dapatkan dokumen terkait tenaga kesehatan :
 Daftar hadir
 Surat Tanda Registrasi (STR)
 Surat Ijin Praktek (SIP)
 NIK/ KTP
12)Lakukan verifikasi dan analisis atas kesesuaian Surat
Keputusan penetapan lokasi penempatan tenaga
kesehatan penugasan khusus dengan lokasi penempatan
tenaga kesehatan yang ditempatkan
13)Lakukan verifikasi dan analisis atas kesesuaian Surat
Keputusan pengangkatan tenaga kesehatan penugasan
khusus dengan tenaga kesehatan yang ditempatkan
14)Lakukan verifikasi dan analisis atas kebutuhan tenaga
kesehatan dengan penempatan tenaga kesehatan
15)Lakukan verifikasi fisik atas kehadiran tenaga kesehatan
yang ditempatkan
16)Buat simpulan
17)Dalam kondisi pandemi Covid-19, prosedur di atas dapat
dilaksanakan secara virtual melalui media yang tersedia

6. DLI 10 – Jumlah Provinsi Yang Menerapkan Sistem Rujukan Terpadu dan

35
Terintegrasi

Disbursement Linked Indicators and Deskripsi Pencapaian dan


Result (dari Legal Agreement) Prosedur (dari PAD)
DLI #10: Jumlah provinsi yang menerapkan Deskripsi. Capaian diukur sebagai
sistem rujukan terpadu dan terintegrasi pengembangan dan penggunaan
(SISRUTE) sistem informasi rujukan terintegrasi
yang menghubungkan puskesmas
dan rumah sakit agar
memungkinkan rujukan yang tepat
maupun pelayanan pasien yang
terintegrasi.
DLR #10.1: SISRUTE dirancang (TAHUN Prosedur. Tahun Pertama – BPKP
1) akan mengkonfirmasi apakah
rancangan implementasi untuk
sistem informasi rujukan yang
terintegrasi telah diselesaikan;
DLR #10.2: Aplikasi SISRUTE diselesaikan Prosedur. Tahun Kedua – BPKP
(TAHUN 2) akan mengkonfirmasi apakah
aplikasi SISRUTE telah dirancang
dan diuji-coba;

a. Dasar Penghitungan Capaian:


- Rancangan desain implementasi sistem informasi rujukan terpadu
(IRIS).
- Pembangunan dan ujicoba sistem informasi rujukan terpadu (IRIS).
- Jumlah provinsi yang telah mengimplementasikan IRIS.

b. Target Pencapaian
Tahun I (2018) : Rancangan IRIS selesai disusun (Sesditjen Yankes
dan Rujukan)
Tahun II (2019) : IRIS telah selesai dibangun dan diujicobakan
Tahun III-IV : (tidak ada)
Tahun V(2020-2023) : 5 Provinsi telah mengimplementasikan IRIS

c. Pelaksanaan Sampling
Tahun I dan II : dilakukan pada Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan
Tahun III-IV : (tidak ada)
Tahun V : dilakukan pada 1 Provinsi yang telah menerapkan
IRIS (5%X5 provinsi).

d. Tujuan Verifikasi:

36
Untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa IRIS telah disusun dan
diimplementasikan oleh pemerintah provinsi di Indonesia.

e. Pelaksana Verifikasi:
Verifikasi dilaksanakan oleh Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama
Investasi dan Pembiayaan Pembangunan.

f. Prosedur Verifikasi
Tahun I:
1) Dapatkan dokumen Grand Design SISRUTE.
2) Pastikan bahwa grand design SISRUTE telah diselesaikan sesuai
dengan spesifikasi yang disyaratkan sebagai suatu sistem rujukan yaitu :
a) Menetapkan tujuan yang jelas untuk SISRUTE;
b) Memuat arah kebijakan dan strategi sistem rujukan;
c) Mengidentifikasi tatakelola dari sistem rujukan berbasis IT yang
mencakup prinsip-prinsip dasar, tujuan, topologi SISRUTE,
komponen SISRUTE, pathways SISRUTE, interoperabilitas dengan
sistem-sistem lain, dan penggunaan SISRUTE;
d) Memuat peta jalan untuk mengembangkan sistem rujukan yang
terintegrasi;
e) Memuat panduan penggunaan SISRUTE, dari proses login hingga
pelaporan;
f) Menetapkan apakah dan bagaimana SISRUTE akan:
 Menjaga searchable, secara periodik memperbaharui direktori
fasilitas dan personil (pemerintah dan swasta) ketersediaan
pelayanan kesehatan (manajemen jaringan penyedia);
 Mampu mengirimkan rujukan ke fasilitas kesehatan dan melacak
hasil rujukan berdasarkan protokol rujukan dan kriteria rujukan
lainnya, untuk rujukan dua-arah (manajemen rujukan);
 Memungkinkan transfer informasi antara platform rujukan dan
platform lainnya (misalnya, rekam medik elektronik, klaim) untuk
membatasi double entry (integrasi sistem)
g) Menetapkan setiap kriteria rujukan, menjelaskan mana yang
didahulukan, serta jelaskan sumber informasi. Contoh:
 Bagaimana kriteria rujukan ditentukan? Jika menggunakan panel

37
ahli, apakah hal ini diselaraskan dengan regulasi tentang
protokol diagnostik dan klinis? Apakah daftar pelayanan yang
diberikan di FKTP selaras dengan daftar obat-obatan yang
diperbolehkan di FKTP?
 Bagaimana kapabilitas diniliai, menggunakan data apa, seberapa
sering diperbaharui, dan bagaimana informasi diverifikasi (desk
review atau verifikasi langsung)?
 Bagaimana ketersediaan dinilai? Jika ini dinilai dengan
menggunakan sistem lain (misalnya SIRANAP), bagaimana
sistem tersebut bekerja (misalnya, berdasarkan apa informasi di-
input, oleh siapa?), seberapa sering hal itu diperbaharui, dan
bagaimana terhubung ke sistem SISRUTE?
 Bagaimana jarak dinilai?
3) Buat Simpulkan apakah rancangan dari rencana implementasi SISRUTE
telah diselesaikan sesuai dengan kriteria
4) Dalam kondisi pandemi Covid-19 prosedur di atas dapat dilaksanakan
secara virtual melalui media yang tersedia

Tahun II:
1) Dapatkan dokumen rancangan aplikasi SISRUTE.
2) Bandingkan kesesuaian dengan aplikasi SISRUTE yang telah dibangun.
“Dirancang” di sini berarti bahwa aplikasi SISRUTE telah dikembangkan
dan bahwa versi terbaru yang ada siap untuk uji-coba dan memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan (sesuai dengan rencana implementasi)
Sebagai bagian dari “rancangan” (design),
3) Verifikasi fitur-fitur interoperabilitas dengan sistem-sistem data lainnya
yang relevan, termasuk SIRANAP & SIRS, ASPAK dan sistem-sistem
data rumah sakit
4) Dapatkan laporan piloting SISRUTE
5) Verifikasi apakah uji coba telah dilakukan
“Diuji-coba” di sini berarti bahwa aplikasi SISRUTE telah diuji paling
tidak di 2-3 fasilitas oleh para pengguna, baik di tingkat primer maupun
di tingkat rumah sakit; resume dari umpan balik pengguna dan temuan-

38
temaun lainnya dari uji-coba ini harus tersedia; perubahan yang
dilakukan pada rancangan SISRUTE setelah uji-coba harus
didokumentasikan
6) Simpulkan apakah:
a) SISRUTE telah diselesaikan sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan dalam rancangan.
b) SIRUTE telah di-piloting.

g. Formula penghitungan dana yang eligible:


Tahun I : US$500.000 apabila IRIS telah didesain.
Tahun II : US$1.000.000 apabila IRIS selesai dibangun dan diujicobakan.
Tahun V : US$900.000 atas setiap provinsi yang telah
mengimplementasikan IRIS.

39
BAB VI PELAPORAN VERIFIKASI

Verifikasi capaian DLI I-SPHERE Loan IBRD 8873-ID akan dilakukan oleh BPKP
Perwakilan dan Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama Investasi dan
Pembiayaan Pembangunan, Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah
Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, BPKP Pusat. Pembagian tugas antara
BPKP Perwakilan dengan BPKP Pusat adalah berdasarkan realisasi capaian DLI
yang dilaporkan. BPKP Pusat melakukan verifikasi atas capaian DLI ditingkat pusat
dan melakukan kompilasi atas seluruh hasil verifikasi. BPKP Perwakilan melakukan
verifikasi atas capaian DLI di tingkat provinsi dan kabupaten dan melaporkannya ke
Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman. BPKP akan menyampaikan laporan konsolidasi hasil verifikasi kepada
Program Coordinating Unit (PCU) I-SPHERE di Kementerian Kesehatan.
Terkait dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu format yang akan
dipergunakan dalam penyusunan laporan hasil verifikasi DLI I-SPHERE. Format
laporan hasil verifikasi dibagi menjadi dua format yakni Laporan Hasil Verifikasi
Dukungan yang akan digunakan oleh BPKP Perwakilan dan Laporan Hasil Verifikasi
Konsolidasi yang akan digunakan oleh Direktorat Pengawasan Bidang Kerja Sama
Investasi dan Pembiayaan Pembangunan.

A. Format Laporan
Format pelaporan hasil verifikasi disusun dengan sistematika sebagai berikut:
(1) Dasar Penugasan, (2) Latar Belakang, (3) Tujuan, (4) Ruang Lingkup Verifikasi,
(5) Batasan Tanggung Jawab, (6) Waktu Pelaksanaan Verifikasi (7) Metodologi
Pelaksanaan Verifikasi, dan (8) Uraian Hasil Verifikasi. Bentuk laporan adalah
bentuk surat, dan dalam format laporan hasil verifikasi telah diberikan kalimat contoh
pelaporan, namun dapat diubah sesuai dengan kondisi hasil verifikasi. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengisian format pelaporan hasil verifikasi adalah sebagai
berikut:
(1) Dasar Penugasan
Pada bagian ini diuraikan dasar penugasan sesuai dengan surat tugas
pelaksanaan verifikasi yang diterbitkan oleh Direktur Pengawasan Bidang Kerja
Sama Investasi dan Pembiayaan Pembangunan/ Kepala Perwakilan BPKP.

40
(2) Latar Belakang
Diuraikan latar belakang diperlukannya verifikasi BPKP ditetapkan sebagai
Independent Verificator Agency (IVA)
(3) Tujuan,
Diuraikan tujuan pelaksanaan verifikasi capaian DLI I-SPHERE.
(4) Ruang Lingkup
Pada ruang lingkup, diuraikan jumlah DLI yang dilakukan verifikasi sesuai
dengan kondisi pada provinsi atau kabupaten.
(5) Batasan Tanggung Jawab
Pada bagian ini, diuraikan tanggung jawab batasan tanggung jawab verifikator
dan manajemen.
(6) Waktu Pelaksanaan
Diuraikan waktu pelaksanaan verifikasi mulai dari tanggal pelaksanaan verifikasi
sampai dengan berakhirnya proses verifikasi.
(7) Metodologi
Diuraikan metodologi verifikasi yang digunakan, yaitu reviu dokumen,
wawancara/konfirmasi, dan prosedur analitis.
(8) Hasil Verifikasi
Pada bagian ini, diuraian hasil verifikasi dan hal-hal yang perlu diperhatian oleh
manajemen program sebagai masukan dalam perbaikan pelaksanaan program
I-SPHERE.
Format Laporan Hasil Verifikasi Dukungan yang akan digunakan oleh BPKP
Perwakilan diuraikan pada Lampiran I, sedangkan format Laporan Hasil Verifikasi
Konsolidasi diuraikan pada Lampiran II pedoman ini.

41

Anda mungkin juga menyukai