Oleh:
Kelompok 2
1. Elsa Nur Ikhsani 1911212034
2.Azzah Fadhilah 1911212001
3. Muhammad Bagas Adrian 1911212041
4. Vina Febriani 1911211011
5. Nessa Iskandar 1911211047
6. Ishlahatissalamah 1911212007
7. Chintya Falenski 1911213018
8. Rani Ul Husna 1911213011
9. Arni Melati 1911212003
10. Reta Prima Taiwa 1911212036
Dosen Pengampu:
Dr. Syafrawati, SKM, M Comm Health Sc
Segala puji bagi Allah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinnya. Karena atas
segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah
Analisis Kebijakan Kesehatan ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW sebagai panutan bagi umat yang membawa agama Islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi Mata Kuliah Manajemen Logistik,
dengan judul “Mekanisme Penghapusan Logistik”. Disamping itu makalah ini diharapkan
dapat menjadi sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini saya juga menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan bagi para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 3
2.1 Definisi Pemusnahan Logistik...................................................................................... 3
2.2 Tujuan Pemusnahan Logistik........................................................................................4
2.3 Tahapan Pemusnahan Logistik..................................................................................... 4
2.4 Administrasi Penghapusan..........................................................................................5
2.5 Persyaratan Pemusnahan Logistik................................................................................ 5
2.6 Metode Pemusnahan Logistik.......................................................................................6
2. Aset yang hilang, dicuri, terbakar........................................................................................ 23
3. Aset susut............................................................................................................................. 23
2.7 Kendala Penghapusan/Pemusnahan Logistik..............................................................24
2.8 Studi Kasus................................................................................................................. 25
BAB III.....................................................................................................................................27
PENUTUP................................................................................................................................ 27
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 27
3.2 Saran............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mutu dengan proses yang berlaku. Kegiatan penghapusan dan pemusnahan logistik
sebelumnya dilakukan penelitian/ penilaian terhadap masing-masing logistik,
dilakukan pemilahan/ seleksi logistik mana yang akan dilakukan penghapusan. Selain
itu, pemusnahan logistik juga dapat dikenal dengan istilah penghapusan logistik, yaitu
stock disposal atau destruction of drugs di dalam bahasa inggris.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pemusnahan Logistik
Proses pemusnahan logistik sesuai dengan peraturan atau SOP yang berlaku di
fasilitas kesehatan perlu dilakukan untuk logistik berupa obat-obatan yang melampaui
masa kadaluwarsa maupun alat-alat medis yang rusak dan sudah tidak dapat lagi
diperbaiki. Pemusnahan logistik merupakan salah satu upaya integral dalam sistem
manajemen logistik yang efektif. Manajemen logistik merupakan koordinasi dari
berbagai macam kegiatan seperti pembelian, pengendalian inventori, pergudangan,
distribusi dan pemusnahan logistik (Bennet, 1985). Kathawala dan Nauo (1989)
mengklaim bahwa manajemen logistik terpadu seharusnya dilihat dari perspektif
holistik. Tindakan-tindakan perencanaan, akuisisi, kontrol dan pemusnahan harus
dilakukan sedemikian rupa dengan fasilitas, personil dan modal yang dioptimalkan
dalam melakukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia (PPRI) Nomor 27 Tahun 2014 pasal 1 ayat 23, Penghapusan adalah tindakan
menghapus barang milik negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengelola barang,
Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang dari tanggungjawab administrasi
fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
3
mutu dengan proses yang berlaku. Kegiatan penghapusan dan pemusnahan logistik
sebelumnya dilakukan penelitian/ penilaian terhadap masing-masing logistik,
dilakukan pemilahan/ seleksi logistik mana yang akan dilakukan penghapusan. Selain
itu, pemusnahan logistik juga dapat dikenal dengan istilah penghapusan logistik, yaitu
stock disposal atau destruction of drugs di dalam bahasa inggris.
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang akan dimusnahkan
Dalam melakukan penghapusan obat, hal pertama yang harus dilakukan ialah
pembuatan daftar sediaan farmasi yang akan dimusnahkan (Permenkes Nomor 72
Tahun 2016). Daftar sediaan farmasi terdiri atas nama obat, jumlah obat, alasan
pemusnahan, yang dikelompokkan sesuai dengan jenis sediaan obat (Permenkes
Nomor 35 Tahun 2014).
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
Di dalam berita acara pemusnahan obat kadaluarsa/rusak harus memuat waktu
pelaksanaan pemusnahan, nama dan nomor SIPA apoteker, nama dan alamat apotik,
identitas saksi, tempat dilakukan pemusnahan, dan tanda tangan saksi serta yang
membuat berita acara pemusnahan obat (Permenkes Nomor 35 Tahun 2014).
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait
Sebelum melakukan pemusnahan obat, harus dilakukan koordinasi terkait tempat
dan jadwal pemusnahan sesuai berita acara, metode yang digunakan dalam
pemusnahan berdasarkan sediaan farmasi kepada pihak yang bersangkutan
(Permenkes Nomor 35 Tahun 2014). Koordinasi logistic adalah identifikasi
kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana yang berfungsi untuk memastikan
4
bahwa seluruh pergerakan dan kegiatan dapat terlaksana dengan efektif (Febriawati,
2013).
4. Menyiapkan tempat pemusnahan
Dalam penyiapan tempat pemusnahan dilakukan sebelum pemusnahan yang
disesuaikan dengan lingkungan sekitar agar tidak membahayakan manusia dan
lingkungan hidup (PP No.72 Tahun 1998).
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan obat (Permenkes Nomor 35 Tahun 2014).
1) Persyaratan teknis
a. Secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak, dan tidak ekonomis
apabila diperbaiki
b. Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi atau tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan
IPTEK lainnya
5
c. Telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluarsa
d. Mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan, seperti terkikis,aus,
dan lain-lain
e. Berkurangnya barang dalam timbangan/ukuran atau penyusutan disebabkan
penggunaan/susut dalam penyimpanan/pengangkutan.
2) Persyaratan ekonomis, yaitu lebih menguntungkan bagi negara apabila barang
dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaan barang lebih besar daripada
manfaat yang diperoleh.
3) Barang hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan atau kerugian
karena kematian hewan atau tanaman.
4) Dicabut izin edarnya akibat adanya efek yang tidak diinginkan.
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain
yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 (terlampir). Selebihnya,
terkait dengan adanya resep obat, pemusnahan resep juga dilakukan pada resep yang
telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun. Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Permenkes Nomor 35, 2014).
6
Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan
surat permohonan sebagai saksi.
2. Rusak
3. Kotor
7
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP No.72
Tahun 1998).
1. Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilaporkan kepada Menteri
2. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan memuat keterangan
sebagai berikut :
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
b. Jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan
c. Nama penanggung jawab pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
d. Nama satu orang saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
3. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan ditanda tangani oleh
penanggung jawab dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
8
2.5.1.2 Pemusnahan Obat dan Sediaan Farmasi
Semua obat harus dibuang dengan cara yang aman dan tepat. Obat-obatan
harus dibuang di kontainer sampah yang relevan yang kemudian dikirim untuk
pembakaran dan tidak harus dibuang di saluran pembuangan.
1. Sediaan Padat
Tablet dan kapsul dapat dihapus dari kemasan luarnya, dikeluarkan
dari kemasan blister dan ditempatkan dalam kit drugs denaturasi. Jika
seseorang menghapus tablet/kapsul dari kemasan blister, mereka harus
mengenakan sarung tangan. drugs kit denaturasi dapat diperoleh dari beberapa
PCO, kontraktor limbah dan NPA. Praktik terbaik akan menggiling atau
menghancurkan formulasi dosis padat sebelum ditambahkan ke kit drugs
denaturasi untuk memastikan bahwa seluruh tablet atau kapsul yang tidak
mudah diperoleh. Metode alternatif denaturasi untuk menghancurkan atau
menggiling formulasi dosis padat yaitu menempatkannya ke dalam sedikit air
panas, aduk dengan sabun, pastikan obat telah dilarutkan atau didispersikan.
Campuran yang dihasilkan kemudian dapat ditambahkan ke bin pembuangan
limbah yang tepat disediakan oleh kontraktor limbah.
Jika penghancuran tablet atau kapsul sedang berlangsung, perlu
dipastikan bahwa partikel debu obat tidak dilepaskan ke udara diminimalkan.
Penggunaan sejumlah kecil air saat penggilingan. Hal ini juga mungkin
diperlukan untuk orang yang terlibat dalam penggilingan atau menghancurkan
untuk memakai masker yang cocok untuk perlindungan, sarung tangan dan
memastikan bahwa daerah tersebut juga berventilasi
2. Sediaan Cair
Obat dengan sediaan cair dapat dituangkan dari wadahnya dan
dimasukkan ke denaturasi kit di mana akan bercampur dengan bahan limbah
lainnya, sehingga tidak dapat digunakan kembali. Metode alternatif dalam
membuang sejumlah besar obat cair adalah dengan membuangnya pada tempat
9
pembuangan dengan ukuran yang sesuai dengan banyaknya obat. Namun,
kegiatan ini akan perlu mempertimbangkan peraturan kesehatan dan
keselamatan, sehingga orang yang melakukan pemusnahan obat agar dapat
menjaga lingkungan dari bahaya dan polusi. Tempat pembuangan yang sudah
terisi obat untuk dimusnahkan dibuang ke insinerasi melalui metode
pembuangan limbah biasa untuk obat-obatan.
3. Formula Parenteral
Ampul cair harus dibuka dan isinya dikosongkan ke dalam denaturasi
kit atau dibuang dengan cara yang sama seperti membuang cairan yang
diuraikan sebelumnya. Ampul harus dibuang di tempat sampah benda tajam.
Tempat sampah benda taja, harus diberi label "mengandung limbah farmasi
dicampur dan benda tajam - untuk insinerasi". Begitupun dengan ampul yang
berisi sediaan obat bubuk. Sarung tangan harus dipakai oleh orang yang
membuka ampul sebagai tindakan keamanan dan untuk meminimalkan risiko
cedera dari benda tajam. Alternatif lain, tetapi kurang disukai, adalah ampul
dimasukkan dan dihancurkan di wadah plastik kosong. Setelah rusak, berikan
sedikit air sabun panas (untuk ampul bubuk) atau tempatkan pada tempat
pembuangan khusus (untuk ampul cair). Jika metode ini digunakan, perlu
dipastikan bahwa kaca tidak merugikan orang yang menghancurkan obat.
Yang dihasilkan oleh campuran cair kemudian harus dibuang dalam kit
denaturasi atau di tempat sampah yang digunakan untuk pembuangan obat cair.
4. Formula Aerosol
Formulasi aerosol harus dikeluarkan ke dalam air (untuk mencegah
tetesan obat memasuki udara). Sebagai tindakan pencegahan maka dianjurkan
untuk menggunakan masker bagi staf yang melaksanakan kegiatan
pemusnahan dan pastikan bahwa tempat pemusnahan memiliki ventilasi yang
baik. Cairan yang dihasilkan kemudian dapat dibuang sesuai dengan pedoman
sebelumnya pada pemusnahan formulasi cair.
10
Teknik ini adalah cara tertua dan termudah karena tdk perlu penanganan/
preparasi sebelumnya. Digunakan utk jenis obat padat (tablet, kaplet, serbuk,
kapsul). Sebaiknya tehnik ini dilakukan stlh tehnik enkapsulasi/inersiasi dan
lokasi penguburannya harus jauh dr sumber air minum/pemukiman.
5) Inersiasi
11
Cara ini hanya direkomendasikan untuk obat-obatan dalam jumlah
kecil karena dampak pencemarannya. Kemasan yang mengandung PVC
(Poly Vinyl Chlorida) tidak boleh diikutsertakan. Namun sebaiknya teknik
ini dihindari Karena kandungan zat beracun dapat dilepaskan ke udara.
Alur diatas adalah bagaimana siklus peralatan medis sampai pada pengguna.
Dimulai dari konsep dan pengembangan, pembuatan, pengemasan, sampai pada
pemusnahan/pembuangan. Pembuangan jenis tertentu dari perangkat alat kesehatan
harus mengikuti aturan keamanan khusus dan ketat. Misalnya, perangkat yang
terkontaminasi setelah digunakan (misalnya jarum suntik) atau perangkat yang
mengandung bahan kimia beracun, dapat menimbulkan bahaya kepada orang-orang
12
atau lingkungan dan harus dibuang dengan benar. Orang-orang yang mengelola
setiap tahap dalam masa hidup alat kesehatan harus diidentifikasi dan dilibatkan
untuk berpartisipasi dalam menjamin keamanan perangkat medis.
13
penatausahaan peralatan medis akuntabel serta membebaskan Pengguna dan atau
Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang
berada di dalamnya. Pengelola barang melakukan penghapusan BMN dengan cara
menghapus BMN dari DBPL. Penghapusan BMN dari DPBL dilakukan karena:
a) Persyaratan teknis:
1. Secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak, dan tidak
ekonomis apabila diperbaiki;
2. Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi;
3. Barang telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluwarsa;
4. Barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karena
penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain-lain sejenisnya; atau
5. Berkurangnya barang dalam timbangan/ukuran disebabkan
penggunaan/ susut dalam penyimpanan/pengangkutan.
b) Persyaratan ekonomis
Yaitu lebih menguntungkan bagi negara apabila barang dihapus, karena biaya
operasional dan pemeliharaan barang lebih besar daripada manfaat yang diperoleh;
atau
c) Alat kesehatan hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan.
Dalam hal ini pengelola barang adalah Menteri Keuangan dan pengguna
barang adalah Menteri Kesehatan. Pengelola barang memiliki wewenang dan
tanggungjawab atas pemberian persetujuan/penolakan penghapusan BMN dan
melaksanakan pemusnahan BMN yang ada pada pengelola barang. Menteri
Keuangan secara fungsional menunjuk Direktorat Jenderal untuk melaksanakan
penghapusan dan pemusnahan BMN.
14
Penghapusan dibedakan menjadi dua yaitu penghapusan daftar barang dari
daftar barang kuasa pengguna dan penghapusan daftar barang milik negara pada
pengelola barang. Penghapusan dilakukan setelah surat keputusan penghapusan
diterbitkan oleh pejabat berwenang. Penghapusan peralatan medis dari daftar
barang pengguna dan daftar kuasa pengguna barang dilakukan sesuai dengan
persyaratan administrasi dan peraturan yang berlaku. Pengguna barang wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan kepada Pengelola barang dengan
dilampiri keputusan penghapusan, berita acara penghapusan, dan bukti/setor,
risalah lelang dan dokumen lainnya paling lambat 1 (satu) bulan setelah serah
terima.
Pemindahtanganan atau pindah kepemilikan dari alat-alat kesehatan dapat
disebabkan karena:
1. Penjualan Alat Kesehatan
Dalam rangka untuk memastikan praktek yang baik, penerapan prinsip ini baik
untuk penjualan/pengalihan kepemilikan semua peralatan medis sehingga
memberikan tingkat jaminan tentang keamanan peralatan. Informasi tentang
peralatan akan disertakan:
15
penghapusan/pemusnahan Penjualan atau penghapusan/pemusnahan dari
peralatan medis harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
2. Di sumbangkan
16
Pemusnahan dapat dilaksanakan oleh:
1. Dibakar
2. Dihancurkan
3. Ditimbun/dikubur
4. Ditenggelamkan
5. Atau sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
17
2.6.3.1 Penghapusan Aset/ Fasilitas Kesehatan
Aset yang tak bergerak dapat atau perlu dipertimbangkan untuk diusulkan
penghapusannya atas pertimbangan, yaitu :
a. Rusak berat terkena bencana alam atau tidak dapat digunakan lagi.
b. Terkena program planologi.
c. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas
18
d. Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan koordinasi.
e. Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana startegis Hamkam.
19
2. Potensial nilai aset.
3. Nilai instrinsik lain dari aset (yakni aspek budaya dan sebagainya).
4. Lokasi aset.
5. Volume aset.
6. Nilai tukar tambah aset
7. Kemampuan aset untuk mendukung program-program pemerintah.
8. Pertimbangan lingkungan.
9. Kondisi pasar
10. Umur aset
1. Lelang
Cara penghapusan logistik dengan cara lelang ini dapat dilakukan oleh
organisasi bila peralatan (logistik) yang akan dihapus tersebut masih layak
dijual. Pelelangan aset milik instansi pemerintah dilakukan melalui Kantor
Lelang Negara dengan keputusan Kepala Daerah. Dengan menggunakan cara
ini berarti instansi (organisasi) akan memperoleh kontraprestasi berupa uang
hasil penjualan yang akan masuk ke kas organisasi dan dihitung sebagai
penghasilan bukan pajak. Sebagai gambaran singkatnya, sebuah organisasi
daerah memilki sebuah mobil dinas yang sebenarnya masih layak untuk
digunakan. Dikarenakan ada kebijakan untuk pengadaan mobil dinas baru
dengan alasan efisiensi organisasi mau tidak mau mobil dinas bekas harus
dihapuskan. Karena masih layak digunakan mobil tersebut dapat dilelang
kepada masyarakat umum sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. Ditukarkan
20
aset tersebut dan mempunai kelebihan aset lain yang tidak dibutuhkan. Hal
inilah yang disebut dengan barter. Dengan cara ini berarti organisasi akan
menukarkan logistik yg dimiliki (dengan beberapa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan) dengan logistik yang dibutuhkan organisasi.
4. Dihibahkan
21
pemkot solo dapat menghibahkan tanah tersebut kepada warga setempat
untuk dipergunakan sebagai lahan pembangunan masjid.
b. Kepentingan penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini lebih berkaitan
dengan hibah antar tingkat pemerintahan (Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah dan antar Pemda).
Penghapusan dengan cara ini berarti aset yang dihapus kemudian diubah
menjadi aset lain yang memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda dari
fungsi dan kegunaan semula. Misalnya, suatu pemerintah daerah memilki
kantor pemerintahan yang baru. Maka dari itu kantor yang lama harus
dihapuskan karena memang sudah tidak digunakan lagi. Cara yang dapat
digunakan untuk penghapusan salah satunya adalah dengan pemanfaatan
kembali (recycle). Kantor lama dapat digunakan sebagai perpustakaan atau
mungkin museum yang nantinya dapat meningkatkan pariwisata daerah.
22
f. Pimpinan pusat mengadakan penelitian lagi keunit yang bersangkutan.
Kalau tidak ada persoalan, maka akan diterbitkan surat keputusan untuk
menhapus aset tersebut yang dilaksanakannya dapat melalui kantor lelang
negara dan juga dihapus dengan pemusnahan.
3. Aset susut
23
hilang/dicuri/terbakar. Penyusutan secara normal dapat dikeluarkan dari
pertanggungjawaban pengurusan gudang berdasarkan berita acara
pemeriksaan dan harus mendapat persetujuan dari atasan.
a. Aset tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan tidak dapat
dipindahkatangankan; atau
b. Alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan.
a. Dibakar;
b. Dihancurkan;
c. Ditimbun / dikubur;
d. Ditenggelamkan; atau
e. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
24
tinjauan laporan atau survey barang yang akan dihapus namun pada saat itu terdapat
pergantian kepengurusan dalam Tim instalasi logistik yang bersangkutan, sehingga
tak jarang barang yang telah ditentukan atau didaftarkan tersebut tertukar ataupun
salah tafsir.
b. Asal usul barang tidak jelas
Pada dasarnya terdapat suatu proses sebagai awal barang tersebut muncul yakni
merupakan proses pengadaan barang, dari proses pengadaan barang tersebut dapat
diketahui asal usul perolehan barang tersebut. Pengadaan barang tersebut
mempermudah dalam proses pelaksanaan penghapusan, yakni mengetahui asal usul
dari barang yang akan dihapus apakah barang tersebut diperoleh dari pembelian yang
membebankan biaya Rumah Sakit maupun barang-barang yang diperoleh dari hibah.
Dalam pelaksanaan penghapusan barang tersebut tidak jarang Tim instalasi logistik
yang mengajukan proses penghapusan tidak menerangkan asal usul dari barang yang
ada, misalnya saja barang yang diperoleh melalui hibah namun tidak terlampir bukti
hibahnya.
c. Barang yang didafarkan untuk dilakukan penghapusan namun tidak ada wujud atau
fisik atas barang tersebut
Terkadang dijumpai pula barang-barang yang telah didaftarkan ataupun diajukan
untuk dilakukan suatu tindakan penghapusan namun pada saat dilakukan survey
wujud atau kondisi barang tersebut sudah tidak ada, hal tersebut bisa saja terjadi
karena barang hilang sehingga barang yang semula ada menjadi tidak ada yang
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara catatan dengan fisik atau fakta yang
ada. Barang tersebut dimungkinkan habis terbakar sehingga secara fisik barang
tersebut musnah. Demikan juga jika terdapat barang yang menguap atau menyusut
(terutama untuk barang persediaan).
25
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Penarikan obat dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah sakit harus
mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan. Dari hasil wawancara
mendalam dan observasi dokumen tidak ditemukan adanya dokumen yang memuat
laporan pemusnahan obat, yang walaupun terdapat obatobat yang sudah expired date dan
rusak yang tidak layak digunakan lagi. Hal ini simpulkan bahwa tidak adanya
pengawasan dan evaluasi yang dilakukan dan tidak sesuai dengan standar kefarmasian di
rumah sakit. Dengan tidak adanya laporan pemusnahan dan tidak pernah dilakukannya
pemusnahan dan penarikan obat maka instalasi farmasi RSUD DR Sam Ratulangi
Tondano belum memenuhi standar kefarmasian di rumah sakit.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pemusnahan logistik merupakan bagian dari
pengelolaan logistik yang dilakukan pada sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dengan kondisi produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu, telah
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan, atau
kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin edarnya. Pemusnahan logistik dilakukan
bertujuan untuk mencegah pemborosan biaya, meringankan beban kerja dan tanggungjawab,
dan membebaskan ruangan. Adapun tahapan dari pemusnahan logistik ini sebagai berikut
yakni membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan, mempersiapkan berita acara pemusnahan, Mengoordinasikan jadwal,
metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait, mempersiapkan tempat pemusnahan,
dan melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku.
Pemusnahan logistik dilakukan harus memenuhi persyaratan penghapusan yaitu dari
pesyaratan teknis dan persyaratan ekonomis. Selain itu pemusnahan logistik ada metode yang
digunakan baik untuk pemusnahan obat dan sediaan farmasi, alat kesehatan/peralatan medis,
dan asset/fasiliras kesehatan (bergerak dan tak bergerak). Namun dalam kegiatan
pemusnahan/penghapusan ini ditemui kendala yang umum terjadi seperti pergantian
kepengurusan pada tim instalasi logistik, asal usul barang tidak jelas, dan barang yang
didaftarkan untuk dilakukan pengapusan setelah survey tidak ada wujud atau kondisi barang.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai Mekanisme Pemusnahan Logistik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai evaluasi untuk kedepannya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, S.A., 1985, Reduce costs with materials management, Management Quarterly
26, 46-48
BPOM, 2016. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat tertentu yang Sering Disalahgunakan
Hugen, G.J. 2019. “Gambaran Penyimpanan dan Penghapusan Obat pada Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Hikmah”. Skripsi, Universitas Hasanuddin. Diakses melalui
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/6762/2/19_K11115526(FILEminimizer)%20...%20ok%2
01-2.pdf pada Sabtu, 21 Mei 2022.
Kathawala, Y. and H.H. Nauo, 1989, Integrated materials management a conceptual
approach, International Journal of Physical Distribution and Materials Management, 19, 9-
17
Peraturan Kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Pergudangan
Peraturan Menteri Keuangan RI No 50 tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
Barang Milik Negara
Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Prasertyo, J., Octaviani, P., & Prabandari, R. (2021, November). Analisis Pengelolaan Manajemen
Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
In Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (pp. 10-20).
Royal Pharmaceutical Society (RPS). 2007. Guidance for Pharmacists on the safe destruction of
Controlled Drugs England, Scotland and Wales
Standard Operating Procedure 10; Replacement/Disposal of Medical Devices. NHS Foundation
Trust. Version 1.0 December 2015
WHO. 2003. Medical Device Regulations; Global Overview and Guiding Principles. WHO
Library Cataloging-in-Publication Data: France.
28