Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MANAJEMEN LOGISTIK

“Mekanisme Pemusnahan Logistik”

Oleh:
Kelompok 2
1. Elsa Nur Ikhsani 1911212034
2.Azzah Fadhilah 1911212001
3. Muhammad Bagas Adrian 1911212041
4. Vina Febriani 1911211011
5. Nessa Iskandar 1911211047
6. Ishlahatissalamah 1911212007
7. Chintya Falenski 1911213018
8. Rani Ul Husna 1911213011
9. Arni Melati 1911212003
10. Reta Prima Taiwa 1911212036

Dosen Pengampu:
Dr. Syafrawati, SKM, M Comm Health Sc

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT pencipta segala alam semesta beserta isinnya. Karena atas
segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah
Analisis Kebijakan Kesehatan ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW sebagai panutan bagi umat yang membawa agama Islam.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi Mata Kuliah Manajemen Logistik,
dengan judul “Mekanisme Penghapusan Logistik”. Disamping itu makalah ini diharapkan
dapat menjadi sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

Dalam pembuatan makalah ini saya juga menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan bagi para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Padang, 23 Mei 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 3
2.1 Definisi Pemusnahan Logistik...................................................................................... 3
2.2 Tujuan Pemusnahan Logistik........................................................................................4
2.3 Tahapan Pemusnahan Logistik..................................................................................... 4
2.4 Administrasi Penghapusan..........................................................................................5
2.5 Persyaratan Pemusnahan Logistik................................................................................ 5
2.6 Metode Pemusnahan Logistik.......................................................................................6
2. Aset yang hilang, dicuri, terbakar........................................................................................ 23
3. Aset susut............................................................................................................................. 23
2.7 Kendala Penghapusan/Pemusnahan Logistik..............................................................24
2.8 Studi Kasus................................................................................................................. 25
BAB III.....................................................................................................................................27
PENUTUP................................................................................................................................ 27
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 27
3.2 Saran............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pemusnahan logistik sesuai dengan peraturan atau SOP yang berlaku di
fasilitas kesehatan perlu dilakukan untuk logistik berupa obat-obatan yang melampaui
masa kadaluwarsa maupun alat-alat medis yang rusak dan sudah tidak dapat lagi
diperbaiki. Pemusnahan logistik merupakan salah satu upaya integral dalam sistem
manajemen logistik yang efektif. Manajemen logistik merupakan koordinasi dari
berbagai macam kegiatan seperti pembelian, pengendalian inventori, pergudangan,
distribusi dan pemusnahan logistik (Bennet, 1985). Kathawala dan Nauo (1989)
mengklaim bahwa manajemen logistik terpadu seharusnya dilihat dari perspektif
holistik. Tindakan-tindakan perencanaan, akuisisi, kontrol dan pemusnahan harus
dilakukan sedemikian rupa dengan fasilitas, personil dan modal yang dioptimalkan
dalam melakukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia (PPRI) Nomor 27 Tahun 2014 pasal 1 ayat 23, Penghapusan adalah tindakan
menghapus barang milik negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengelola barang,
Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang dari tanggungjawab administrasi
fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

Di dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pemusnahan logistik merupakan
bagian dari pengelolaan logistik yang dilakukan pada sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai dengan kondisi produk yang tidak memenuhi persyaratan
mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan, atau kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin edarnya. Rangkaian
kegiatan pemusnahan logistik dan peralatan sebagai bentuk pertanggung jawaban
administrasi petugas terhadap logistik dan peralatan yang dikelola dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku disebut juga sebagai penghapusan (Perka BNPB Nomor 6,
2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemusnahan logistik di pelayanan
kesehatan dilakukan pada obat-obatan atau sediaan farmasi, alat-alat medis dan bahan
habis pakai dengan kriteria tertentu, seperti kadaluwarsa, rusak, dan atau tidak sesuai

1
mutu dengan proses yang berlaku. Kegiatan penghapusan dan pemusnahan logistik
sebelumnya dilakukan penelitian/ penilaian terhadap masing-masing logistik,
dilakukan pemilahan/ seleksi logistik mana yang akan dilakukan penghapusan. Selain
itu, pemusnahan logistik juga dapat dikenal dengan istilah penghapusan logistik, yaitu
stock disposal atau destruction of drugs di dalam bahasa inggris.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi pemusnahan logistik?
2. Apa tujuan pemusnahan logistik?
3. Bagaimana tahapan pemusnahan logistik?
4. Apa itu administrasi penghapusan?
5. Bagaimana persyaratan pemusnahan logistik?
6. Bagaimana metode pemusnahan logistik?
7. Apa kendala penghapusan/pemusnahan logistik?
8. Bagaimana contoh studi kasus dalam pemusnahan logistik?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui definisi pemusnahan logistik
2. Untuk mengetahui tujuan pemusnahan logistik
3. Untuk mengetahui tahapan pemusnahan logistik
4. Untuk mengatahui administrasi penghapusan
5. Untuk mengetahui persyaratan pemusnahan logistik
6. Untuk mengetahui metode pemusnahan logistik
7. Untuk mengetahui kendala penghapusan/pemusnahan logistik
8. Untuk mengetahui contoh studi kasus dalam pemusnahan logistik

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pemusnahan Logistik
Proses pemusnahan logistik sesuai dengan peraturan atau SOP yang berlaku di
fasilitas kesehatan perlu dilakukan untuk logistik berupa obat-obatan yang melampaui
masa kadaluwarsa maupun alat-alat medis yang rusak dan sudah tidak dapat lagi
diperbaiki. Pemusnahan logistik merupakan salah satu upaya integral dalam sistem
manajemen logistik yang efektif. Manajemen logistik merupakan koordinasi dari
berbagai macam kegiatan seperti pembelian, pengendalian inventori, pergudangan,
distribusi dan pemusnahan logistik (Bennet, 1985). Kathawala dan Nauo (1989)
mengklaim bahwa manajemen logistik terpadu seharusnya dilihat dari perspektif
holistik. Tindakan-tindakan perencanaan, akuisisi, kontrol dan pemusnahan harus
dilakukan sedemikian rupa dengan fasilitas, personil dan modal yang dioptimalkan
dalam melakukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia (PPRI) Nomor 27 Tahun 2014 pasal 1 ayat 23, Penghapusan adalah tindakan
menghapus barang milik negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengelola barang,
Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang dari tanggungjawab administrasi
fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

Di dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pemusnahan logistik merupakan
bagian dari pengelolaan logistik yang dilakukan pada sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai dengan kondisi produk yang tidak memenuhi persyaratan
mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan, atau kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin edarnya. Rangkaian
kegiatan pemusnahan logistik dan peralatan sebagai bentuk pertanggung jawaban
administrasi petugas terhadap logistik dan peralatan yang dikelola dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku disebut juga sebagai penghapusan (Perka BNPB Nomor 6,
2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemusnahan logistik di pelayanan
kesehatan dilakukan pada obat-obatan atau sediaan farmasi, alat-alat medis dan bahan
habis pakai dengan kriteria tertentu, seperti kadaluwarsa, rusak, dan atau tidak sesuai

3
mutu dengan proses yang berlaku. Kegiatan penghapusan dan pemusnahan logistik
sebelumnya dilakukan penelitian/ penilaian terhadap masing-masing logistik,
dilakukan pemilahan/ seleksi logistik mana yang akan dilakukan penghapusan. Selain
itu, pemusnahan logistik juga dapat dikenal dengan istilah penghapusan logistik, yaitu
stock disposal atau destruction of drugs di dalam bahasa inggris.

2.2 Tujuan Pemusnahan Logistik


a. Mencegah kerugian pemborosan biaya untuk keperluan pemeliharaan atau
perbaikan.
b. Merigankan beban kerja dan tanggung jawab pelaksanaan inventaris.
c. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang.
d. Membebaskan barang dan tanggung jawab pengurusan kerja

2.3 Tahapan Pemusnahan Logistik


Tahapan pemusnahan terdiri dari (Permenkes No. 72 Tahun 2016):

1. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang akan dimusnahkan
Dalam melakukan penghapusan obat, hal pertama yang harus dilakukan ialah
pembuatan daftar sediaan farmasi yang akan dimusnahkan (Permenkes Nomor 72
Tahun 2016). Daftar sediaan farmasi terdiri atas nama obat, jumlah obat, alasan
pemusnahan, yang dikelompokkan sesuai dengan jenis sediaan obat (Permenkes
Nomor 35 Tahun 2014).
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
Di dalam berita acara pemusnahan obat kadaluarsa/rusak harus memuat waktu
pelaksanaan pemusnahan, nama dan nomor SIPA apoteker, nama dan alamat apotik,
identitas saksi, tempat dilakukan pemusnahan, dan tanda tangan saksi serta yang
membuat berita acara pemusnahan obat (Permenkes Nomor 35 Tahun 2014).
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait
Sebelum melakukan pemusnahan obat, harus dilakukan koordinasi terkait tempat
dan jadwal pemusnahan sesuai berita acara, metode yang digunakan dalam
pemusnahan berdasarkan sediaan farmasi kepada pihak yang bersangkutan
(Permenkes Nomor 35 Tahun 2014). Koordinasi logistic adalah identifikasi
kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana yang berfungsi untuk memastikan

4
bahwa seluruh pergerakan dan kegiatan dapat terlaksana dengan efektif (Febriawati,
2013).
4. Menyiapkan tempat pemusnahan
Dalam penyiapan tempat pemusnahan dilakukan sebelum pemusnahan yang
disesuaikan dengan lingkungan sekitar agar tidak membahayakan manusia dan
lingkungan hidup (PP No.72 Tahun 1998).
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan obat (Permenkes Nomor 35 Tahun 2014).

2.4 Administrasi Penghapusan


Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku (Permenkes No. 72 Tahun 2016).

2.5 Persyaratan Pemusnahan Logistik


Logistik yang telah memenuhi persyaratan penghapusan, yaitu memenuhi
peryaratan teknis dan persyaratan ekonomis maka akan dihapus, dengan kata lain
sudah tidak lagi menjadi beban tanggung jawab pengelolaan. Berikut adalah
persyaratan penghapusan logistik :

1) Persyaratan teknis
a. Secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak, dan tidak ekonomis
apabila diperbaiki
b. Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi atau tidak
memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan
IPTEK lainnya

5
c. Telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluarsa
d. Mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan, seperti terkikis,aus,
dan lain-lain
e. Berkurangnya barang dalam timbangan/ukuran atau penyusutan disebabkan
penggunaan/susut dalam penyimpanan/pengangkutan.
2) Persyaratan ekonomis, yaitu lebih menguntungkan bagi negara apabila barang
dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaan barang lebih besar daripada
manfaat yang diperoleh.
3) Barang hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan atau kerugian
karena kematian hewan atau tanaman.
4) Dicabut izin edarnya akibat adanya efek yang tidak diinginkan.

2.6 Metode Pemusnahan Logistik


2.6.1 Obat dan Sediaan Farmasi

Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain
yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 (terlampir). Selebihnya,
terkait dengan adanya resep obat, pemusnahan resep juga dilakukan pada resep yang
telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun. Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Permenkes Nomor 35, 2014).

Prinsip pemusnahan obat adalah tidak mencemari lingkungan dan tidak


membahayan kesehatan. Maka pelaksanaan pemusnahan sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku harus dilakukan. Sebelum melakukan pemusnahan, Apoteker
harus memastikan terlebih dahulu mengenai nama obat, formulir obat, kekuatan obat,
jumlah obat yang harus dimusnahkan, kapan obat dimusnahkan dan persetujuan dari
pihak yang hadir dalam proses pemusnahan (RPS, 2007). Kementerian Kesehatan,
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai

6
Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan
surat permohonan sebagai saksi.

Terdapat beberapa metode dalam melakukan pemusnahan obat. Namun,


secara umum, proses pemusnahan dilakukan dengan sebelumnya melakukan
penilaian terhadap obat. Saat melakukan penilaian, beberapa kriteria atau kondisi
obat akan menghasilkan keputusan penghapusan obat atau pemusnahan obat.
Penghapusan merupakan proses manajemen logistik yang biasanya dilakukan pada
barang milik negara (ditandai dengan adanya label), yang bukan merupakan
inventaris sebuah unit pelayanan kesehatan. Sedangkan pada obat, penghapusan
dilakukan pada obat yang kelebihan stock sehingga obat tidak digunakan (tidak
sesuai kebutuhan unit). Kelebihan stock diakibatkan oleh penurunan permintaa
akibat, peningkatan harga, forecasting errors, consumer cancellation, adanya produk
kompetitor, production overruns, overpurchasing (untuk melindungi stockouts), atau
bahkan simple goofs seperti kesalahan dalam transmisi permintaan order
(Willoughby, 2016). Berikut merupakan kriteria obat untuk dapat dilakukan
penghapusan atau pemusnahan.

Tabel 1. Kriteria Obat Untuk Dapat Dilakukan Penghapusan dan


Pemusnahan

Kriteria obat untuk Penghapusan Kriteria obat untuk Pemusnahan

1. Kelebihan stock 1. Kadaluwarsa

2. Rusak

3. Kotor

Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan oleh badan


usaha yang memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
dan/atau orang yang bertanggung jawab atas sarana kesehatan dan/atau pemerintah.
Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang berhubungan dengan tindak
pidana dibidang sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan oleh pemerintah

7
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP No.72
Tahun 1998).

Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan


memperhatikan dampak terhadap kesehatan manusia serta upaya pelestarian
lingkungan hidup (PP No.72 Tahun 1998).

1. Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilaporkan kepada Menteri
2. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan memuat keterangan
sebagai berikut :
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
b. Jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan
c. Nama penanggung jawab pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
d. Nama satu orang saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
3. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan ditanda tangani oleh
penanggung jawab dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.

2.5.1.1 Penghapusan Obat dan Sediaan Farmasi

Penghapusan obat dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan tertentu terhadap


obat yang memenuhi kriteria sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Metode
penghapusan obat diantaranya adalah:

1) Return dan Recall, yaitu pengembalian obat kepada distributor dengan


melakukan prosedur tertentu sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
2) Donate, yaitu memberikan obat pada unit yang lebih membutuhkan,
namun masih dalam satu jaringan
3) Sale, yaitu memberikan obat dengan mendapatkan pemasukan atau
bayaran dari kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan kepada unit yang lebih
membutuhkan.

8
2.5.1.2 Pemusnahan Obat dan Sediaan Farmasi

Semua obat harus dibuang dengan cara yang aman dan tepat. Obat-obatan
harus dibuang di kontainer sampah yang relevan yang kemudian dikirim untuk
pembakaran dan tidak harus dibuang di saluran pembuangan.

Apoteker disarankan untuk menggunakan drugs denaturasi kit untuk mengubah


sifat obat. Di masa lalu, berbagai metode telah digunakan untuk mengubah sifat
obat, termasuk grinding bersama-sama dengan obat-obatan limbah lainnya,
dan/atau dilarutkan dalam air sabun.

1. Sediaan Padat
Tablet dan kapsul dapat dihapus dari kemasan luarnya, dikeluarkan
dari kemasan blister dan ditempatkan dalam kit drugs denaturasi. Jika
seseorang menghapus tablet/kapsul dari kemasan blister, mereka harus
mengenakan sarung tangan. drugs kit denaturasi dapat diperoleh dari beberapa
PCO, kontraktor limbah dan NPA. Praktik terbaik akan menggiling atau
menghancurkan formulasi dosis padat sebelum ditambahkan ke kit drugs
denaturasi untuk memastikan bahwa seluruh tablet atau kapsul yang tidak
mudah diperoleh. Metode alternatif denaturasi untuk menghancurkan atau
menggiling formulasi dosis padat yaitu menempatkannya ke dalam sedikit air
panas, aduk dengan sabun, pastikan obat telah dilarutkan atau didispersikan.
Campuran yang dihasilkan kemudian dapat ditambahkan ke bin pembuangan
limbah yang tepat disediakan oleh kontraktor limbah.
Jika penghancuran tablet atau kapsul sedang berlangsung, perlu
dipastikan bahwa partikel debu obat tidak dilepaskan ke udara diminimalkan.
Penggunaan sejumlah kecil air saat penggilingan. Hal ini juga mungkin
diperlukan untuk orang yang terlibat dalam penggilingan atau menghancurkan
untuk memakai masker yang cocok untuk perlindungan, sarung tangan dan
memastikan bahwa daerah tersebut juga berventilasi
2. Sediaan Cair
Obat dengan sediaan cair dapat dituangkan dari wadahnya dan
dimasukkan ke denaturasi kit di mana akan bercampur dengan bahan limbah
lainnya, sehingga tidak dapat digunakan kembali. Metode alternatif dalam
membuang sejumlah besar obat cair adalah dengan membuangnya pada tempat

9
pembuangan dengan ukuran yang sesuai dengan banyaknya obat. Namun,
kegiatan ini akan perlu mempertimbangkan peraturan kesehatan dan
keselamatan, sehingga orang yang melakukan pemusnahan obat agar dapat
menjaga lingkungan dari bahaya dan polusi. Tempat pembuangan yang sudah
terisi obat untuk dimusnahkan dibuang ke insinerasi melalui metode
pembuangan limbah biasa untuk obat-obatan.
3. Formula Parenteral
Ampul cair harus dibuka dan isinya dikosongkan ke dalam denaturasi
kit atau dibuang dengan cara yang sama seperti membuang cairan yang
diuraikan sebelumnya. Ampul harus dibuang di tempat sampah benda tajam.
Tempat sampah benda taja, harus diberi label "mengandung limbah farmasi
dicampur dan benda tajam - untuk insinerasi". Begitupun dengan ampul yang
berisi sediaan obat bubuk. Sarung tangan harus dipakai oleh orang yang
membuka ampul sebagai tindakan keamanan dan untuk meminimalkan risiko
cedera dari benda tajam. Alternatif lain, tetapi kurang disukai, adalah ampul
dimasukkan dan dihancurkan di wadah plastik kosong. Setelah rusak, berikan
sedikit air sabun panas (untuk ampul bubuk) atau tempatkan pada tempat
pembuangan khusus (untuk ampul cair). Jika metode ini digunakan, perlu
dipastikan bahwa kaca tidak merugikan orang yang menghancurkan obat.
Yang dihasilkan oleh campuran cair kemudian harus dibuang dalam kit
denaturasi atau di tempat sampah yang digunakan untuk pembuangan obat cair.
4. Formula Aerosol
Formulasi aerosol harus dikeluarkan ke dalam air (untuk mencegah
tetesan obat memasuki udara). Sebagai tindakan pencegahan maka dianjurkan
untuk menggunakan masker bagi staf yang melaksanakan kegiatan
pemusnahan dan pastikan bahwa tempat pemusnahan memiliki ventilasi yang
baik. Cairan yang dihasilkan kemudian dapat dibuang sesuai dengan pedoman
sebelumnya pada pemusnahan formulasi cair.

Adapun Teknik pemusnahan obat/perbekalan kesehatan menurut Willoughby


(2016) diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Pemendaman di dalam tanah/ dikubur

10
Teknik ini adalah cara tertua dan termudah karena tdk perlu penanganan/
preparasi sebelumnya. Digunakan utk jenis obat padat (tablet, kaplet, serbuk,
kapsul). Sebaiknya tehnik ini dilakukan stlh tehnik enkapsulasi/inersiasi dan
lokasi penguburannya harus jauh dr sumber air minum/pemukiman.

2) Pembuangan kesaluran air


Sebelum dibuang kesaluran air, obat terlebih dahulu di campur dengan
sejumlah air untuk mengurangi konsentrasinya. Cara seperti ini dapat
digunakan untuk sediaan cair seperti sirop, suspensi, emulsi dan larutan intra
vena.
3) Enkapsulasi

Obat-obat berbentuk padat dan setengah padat:

a. Masukkan kedlm suatu bak berlapis plastik/drum baja (75%)


b. Diisi suatu medium berupa campuran semen, kapur, pasir atau batu bara,
lalu ditambahkan air
c. Selanjutnya ditutup rapat dan kedap udara, lalu dipendam di dalam tanah
4) Insinerasi

Merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi (800 – 1200°C)


dengan menggunakan insinerator, sehingga gas yang dihasilkan dapat terurai
pada proses pertukaran panas (heat exchange). Cara seperti ini
mengakibatkan penurunan yang sangat signifikan dari segi volume
maupun berat limbah, digunakan terutama untuk obat yang mengandung
halogen.

5) Inersiasi

Merupakan variasi dari enkapsulasi. Tablet dan pil harus dikeluarkan


dari blisternya, lalu direndam air, dicampur semen, kapur sehingga
membentuk pasta, untuk kemudian dipindahkan ke dalam truk pengangkut
semen curah dan dikubur. Pengelolaan limbah seperti ini bertujuan untuk
meminimalkan resiko berpindahnya substansi yang terkandung dalam
limbah ke air permukaan atau air tanah.

6) Dibakar dalam wadah terbuka

11
Cara ini hanya direkomendasikan untuk obat-obatan dalam jumlah
kecil karena dampak pencemarannya. Kemasan yang mengandung PVC
(Poly Vinyl Chlorida) tidak boleh diikutsertakan. Namun sebaiknya teknik
ini dihindari Karena kandungan zat beracun dapat dilepaskan ke udara.

2.6.2 Alat Kesehatan/ Peralatan Medis

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun


2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Alat Kesehatan
adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Bahan Medis Habis Pakai
adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use)
yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang - undangan.

Major phases in the life span of a medical device

Alur diatas adalah bagaimana siklus peralatan medis sampai pada pengguna.
Dimulai dari konsep dan pengembangan, pembuatan, pengemasan, sampai pada
pemusnahan/pembuangan. Pembuangan jenis tertentu dari perangkat alat kesehatan
harus mengikuti aturan keamanan khusus dan ketat. Misalnya, perangkat yang
terkontaminasi setelah digunakan (misalnya jarum suntik) atau perangkat yang
mengandung bahan kimia beracun, dapat menimbulkan bahaya kepada orang-orang

12
atau lingkungan dan harus dibuang dengan benar. Orang-orang yang mengelola
setiap tahap dalam masa hidup alat kesehatan harus diidentifikasi dan dilibatkan
untuk berpartisipasi dalam menjamin keamanan perangkat medis.

Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan


menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna
Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung
jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/ kegunaan dari barang milik
negara (dalam hal ini adalah peralatan medis/ alat kesehatan).

2.6.2.1 Penghapusan Peralatan Medis

Peralatan medis yang dimiliki oleh institusi pemerintah adalah kekayaan


negara, karena itu peralatan medis dicatat pada akuntansi kekayaan negara. Setiap
penambahan peralatan medis yang memenuhi persyaratan akuntansi akan
menambah kekayaan negara demikian juga pada saat pengurangan peralatan medis,
akan mengurangi kekayaan negara. Pengurangan kekayaan negara dapat dilakukan
dengan melakukan penghapusan peralatan medis dari daftar kekayaan negara yang
harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penghapusan peralatan
medis agar pemanfaatan peralatan medis di rumah sakit efektif dan efisien serta

13
penatausahaan peralatan medis akuntabel serta membebaskan Pengguna dan atau
Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang yang
berada di dalamnya. Pengelola barang melakukan penghapusan BMN dengan cara
menghapus BMN dari DBPL. Penghapusan BMN dari DPBL dilakukan karena:

1. Beralihnya kepemilikan (pemindahtanganan dan putusan pengadilan yang


memiliki kekuatan hukum tetap)
2. Pemusnahan karena tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan
tidak dapat dipindahtangankan
3. Rusak berat, hilang, susut, menguap, mencair, kadaluarsa, dan mati/cacat
berat/ tidak produktif.

Persyaratan penghapusan bagi peralatan medis antara lain:

a) Persyaratan teknis:
1. Secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak, dan tidak
ekonomis apabila diperbaiki;
2. Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi;
3. Barang telah melampaui batas waktu kegunaannya/kadaluwarsa;
4. Barang mengalami perubahan dalam spesifikasi karena
penggunaan, seperti terkikis, aus, dan lain-lain sejenisnya; atau
5. Berkurangnya barang dalam timbangan/ukuran disebabkan
penggunaan/ susut dalam penyimpanan/pengangkutan.
b) Persyaratan ekonomis
Yaitu lebih menguntungkan bagi negara apabila barang dihapus, karena biaya
operasional dan pemeliharaan barang lebih besar daripada manfaat yang diperoleh;
atau
c) Alat kesehatan hilang, atau dalam kondisi kekurangan perbendaharaan.
Dalam hal ini pengelola barang adalah Menteri Keuangan dan pengguna
barang adalah Menteri Kesehatan. Pengelola barang memiliki wewenang dan
tanggungjawab atas pemberian persetujuan/penolakan penghapusan BMN dan
melaksanakan pemusnahan BMN yang ada pada pengelola barang. Menteri
Keuangan secara fungsional menunjuk Direktorat Jenderal untuk melaksanakan
penghapusan dan pemusnahan BMN.

14
Penghapusan dibedakan menjadi dua yaitu penghapusan daftar barang dari
daftar barang kuasa pengguna dan penghapusan daftar barang milik negara pada
pengelola barang. Penghapusan dilakukan setelah surat keputusan penghapusan
diterbitkan oleh pejabat berwenang. Penghapusan peralatan medis dari daftar
barang pengguna dan daftar kuasa pengguna barang dilakukan sesuai dengan
persyaratan administrasi dan peraturan yang berlaku. Pengguna barang wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan penghapusan kepada Pengelola barang dengan
dilampiri keputusan penghapusan, berita acara penghapusan, dan bukti/setor,
risalah lelang dan dokumen lainnya paling lambat 1 (satu) bulan setelah serah
terima.
Pemindahtanganan atau pindah kepemilikan dari alat-alat kesehatan dapat
disebabkan karena:
1. Penjualan Alat Kesehatan

Regulasi Alat Kesehatan mengharuskan produsen/manufaktur asli untuk


memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memverifikasi apakah
perangkat medis dapat beroperasi benar dan aman, ditambah rincian sifat dan
frekuensi pemeliharaan dan kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa
perangkat beroperasi dengan benar dan aman sama sekali waktu.

Dalam rangka untuk memastikan praktek yang baik, penerapan prinsip ini baik
untuk penjualan/pengalihan kepemilikan semua peralatan medis sehingga
memberikan tingkat jaminan tentang keamanan peralatan. Informasi tentang
peralatan akan disertakan:

a. Sebuah pernyataan yang jelas bahwa peralatan sedang dijual kembali -


yaitu bahwa peralatan tersebut digunakan / tidak baru dan “sold as seen
and tested”.
b. Dokumentasi dekontaminasi - semua peralatan harus dibersihkan dan
didekontaminasi sesuai dengan kebijakan pengendalian infeksi.

Semua peralatan medis harus dibuang atau dimusnahkan secara tepat,


sesuai dengan instruksi pabrik/ manufaktur. Provider sebisa mungkin
memisahkan peralatan medis dari pengguna sampai penjualan atau
pemusnahan dapat diselenggarakan. Elektronik data termasuk didalamnya
data pasien harus dihapus terlebih dahulu sebelum dilakukan penjualan atau

15
penghapusan/pemusnahan Penjualan atau penghapusan/pemusnahan dari
peralatan medis harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

2. Di sumbangkan

Peralatan disumbangkan dapat nilai bagus untuk fasilitas kesehatan dengan


sumber daya terbatas, tetapi sumbangan tidak selalu berguna, atau benar-benar
"free". Pada saat yang sama, negara-negara berkembang semakin tergantung
pada bantuan donor untuk memenuhi kebutuhan peralatan mereka. WHO telah
menghasilkan seperangkat pedoman untuk membantu pemerintah dan organisasi
tentang sumbangan peralatan. Empat mendasari prinsip praktik sumbangan yang
baik dapat diringkas sebagai berikut:

a. Sumbangan peralatan kesehatan harus menguntungkan penerima, dan


harus didasarkan pada penilaian kebutuhan dan analisis lingkungan
dimana sumbangan akan ditempatkan
b. Sumbangan harus diberikan dengan hormat untuk keinginan dan
otoritas penerima dan menurut rencana yang telah disetujui
c. Seharusnya tidak ada standar ganda dalam kualitas: apakah item tidak
dapat diterima di negara donor, juga tidak dapat diterima sebagai
sumbangan
d. Harus ada komunikasi yang efektif antara donor dan penerima: semua
sumbangan harus menanggapi kebutuhan diungkapkan oleh penerima dan
tidak boleh tiba tanpa pemberitahuan.

2.6.2.2 Pemusnahan Peralatan Medis

Alat kesehatan dapat dimusnahkan apabila:

1. Diproduksi dan/atau disalurkan tidak memenuhi persyaratan yang berlaku;


2. Telah melebihi masa pakai atau kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Dicabut izin edarnya akibat adanya efek yang tidak diingini

16
Pemusnahan dapat dilaksanakan oleh:

1. Perusahaan yang memproduksi dan/atau mendistribusikan alat kesehatan


tersebut
2. Pimpinan fasilitas kesehatan tempat alat kesehatan berada
3. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota
4. Pemusnahan alat kesehatan yang berhubungan dengan tindak pidana
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Produk yang akan dimusnahkan yang belum dikirim ke tempat


pemusnahan harus ditempatkan terpisah dan teridentifikasi secara jelas agar
tidak tercampur dengan produk layak jual dan mencegah terjual secara tidak
sengaja. Kegiatan pemusnahan harus memperhatikan hal berikut:

1. Keselamatan personil yang melaksanakan pemusnahan;


2. Kemungkinan penyalah-gunaan produk/kemasan;
3. Meminimalkan dampak terhadap lingkungan; dan
4. Peraturan perundang-undangan mengenai pembuangan limbah.

Pemusnahan barang milik negara dilakukan dengan cara:

1. Dibakar
2. Dihancurkan
3. Ditimbun/dikubur
4. Ditenggelamkan
5. Atau sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Setelah pelaksanaan pemusnahakan selanjutnya di tuangkan dalam Berita


Acara Pemusnahan dan dilaporkan kepada Pengelola Barang.

2.6.3 Aset / Fasilitas Kesehatan

17
2.6.3.1 Penghapusan Aset/ Fasilitas Kesehatan

Penghapusan aset dilakukan berdasarkan pertimbangan atas alasan- alasan yaitu :

1) Untuk aset bergerak


Aset bergerak dapat di pertimbangkan untuk disarankan atau diusulkan
penghapusannya berdasar pertimbangan teknis, pertimbangan ekonomis, dan
perimbangan karena kehilangan atau kekurangan.
a. Pertimbangan teknis yaitu :
1. Secara fisik aset tidak dapat digunakan karena rusak berat dan
tidak ekonomis apabila di perbaiki.
2. Secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi.
3. Telah melampaui batas waktu penggunaannya atau kadaluarsa.
4. Karena penggunaan biasa mengalami perubahan dalam spesifikasi
seperti terkikis dan aus.
5. Selisih kurang dalam timbangan atau ukuran disebabkan
penggunaan atau susut dalam penyimpanan atau pengangkutan.
b. Pertimbangan ekonomis yaitu :
1. Karena berlebih (surplus, ekses)
2. Secara ekkonomi lebih menguntungkan apabila dihapus karena
biaya operasional dan pemeliharaan lebih besar dari manfaat yang
diperoleh.
c. Karena hilang atau kekurangan penyimpanan atau kerigian yang disebabkan
karena empat faktor, yaitu :
1. Kesalahan atau kelalaian penyimpanan atau pengurus aset.
2. Diluar kesalahan atau kelalaian penyimpan atau pengurus aset.
3. Mati, bagi tanaman atau hewan atau ternak.
4. Karena kecelakaan atau alasan tak terduga (force majeure)
2) Untuk aset tak bergerak

Aset yang tak bergerak dapat atau perlu dipertimbangkan untuk diusulkan
penghapusannya atas pertimbangan, yaitu :

a. Rusak berat terkena bencana alam atau tidak dapat digunakan lagi.
b. Terkena program planologi.
c. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas

18
d. Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan koordinasi.
e. Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana startegis Hamkam.

Penghapusan Aset yang baik adalah sebagai berikut :

1. Membangun dan memelihara sistem informasi aset, yang mencatat seluruh


informasi untuk membantu dalam perencanaan dan manajemen aset.
2. Menyusun dan mengevaluasi pembiayaan yang memadai untuk
mendukung pemilihan metode penghapusan yang paling efektif biayanya.
3. Mengidentifikasi area-area yang peka terhadap penyelewengan resiko dan
memperkenalkan ukuran preventif yang memadai.
4. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan aturan yang diutamanakan
untuk penghapusan kepada para pegawai yang relevan dengan penghapusan aset.
5. Melibatkan tenaga ahli atau pakar untuk menyusun persyaratan kontrak
dan untuk membantu membuat kontrak, terutama untuk penghapusan yang
kompleks dan non standart untuk meminimalkan potensi resiko.
6. Memberikan instruksi yang jelas kepada orang yang melakukan
penghapusan.
7. Memantau dan mengevaluasi kinerja penghapusan secara rutin untuk
penvcapaian pilihan metode penghapusan yang efektif biaya.

2.6.3.2 Metode Penghapusan

Metode penghapusan yang utama diantaranya penjualan melalui leleng


atau tender terbuka, menjual ke swasta, tukar tambah, dan penghapusan dari
catatan suatu metode yang sering terlihat adalah penjualan atau pengalihan aset
kepada entitas pemerintah yang lain. Apapun metode yang dipilih adalah penting
untuk tidak kurang akuntabilitas dan transparansinya, evaluasi atas pilihan
penghapusan yang memadai harus juga dilakukan metode itu harus
memperhatikan biaya yang terkait dengan setiap metode penghapusan dan
manfaat yang mungkin (termasuk hasil yang mungkin diperoleh) sebelum
memutuskan metode tertentu, hal-hal berikut ini hendaknya :

1. Sifat aset (yakni aset khusus atau aset umum).

19
2. Potensial nilai aset.
3. Nilai instrinsik lain dari aset (yakni aspek budaya dan sebagainya).
4. Lokasi aset.
5. Volume aset.
6. Nilai tukar tambah aset
7. Kemampuan aset untuk mendukung program-program pemerintah.
8. Pertimbangan lingkungan.
9. Kondisi pasar
10. Umur aset

Ada beberapa cara yang dapat digunakan suatu organisasi untuk


melakukan penghapusan aset-aset logistik. Menurut Lukas dan Rumsari cara-cara
yang dapat dilakukan tersebut, antara lain:

1. Lelang

Cara penghapusan logistik dengan cara lelang ini dapat dilakukan oleh
organisasi bila peralatan (logistik) yang akan dihapus tersebut masih layak
dijual. Pelelangan aset milik instansi pemerintah dilakukan melalui Kantor
Lelang Negara dengan keputusan Kepala Daerah. Dengan menggunakan cara
ini berarti instansi (organisasi) akan memperoleh kontraprestasi berupa uang
hasil penjualan yang akan masuk ke kas organisasi dan dihitung sebagai
penghasilan bukan pajak. Sebagai gambaran singkatnya, sebuah organisasi
daerah memilki sebuah mobil dinas yang sebenarnya masih layak untuk
digunakan. Dikarenakan ada kebijakan untuk pengadaan mobil dinas baru
dengan alasan efisiensi organisasi mau tidak mau mobil dinas bekas harus
dihapuskan. Karena masih layak digunakan mobil tersebut dapat dilelang
kepada masyarakat umum sesuai dengan aturan yang berlaku.

2. Ditukarkan

Cara penghapusan logistik secara penukaran dilakukan dengan alasan


organisasi lebih membutuhkan logistik lain. Penukaran yang dapat
dilakukan adalah ketika suatu organisasi lain memilki kelebihan aset
logistik yang kurang dibutuhkan di sisi lain suatu organisasi membutuhkan

20
aset tersebut dan mempunai kelebihan aset lain yang tidak dibutuhkan. Hal
inilah yang disebut dengan barter. Dengan cara ini berarti organisasi akan
menukarkan logistik yg dimiliki (dengan beberapa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan) dengan logistik yang dibutuhkan organisasi.

Selain itu suatu organisasi juga harus mempertimbangkan dan mengacu


pada prinsip-prinsip pengadaan logistik dengan cara menukarkan, antara
lain :

a. Logistik yang ditukarkan harus benar-benar sudah tidak dibutuhkan instansi,


b. Nilai logistik yang dipertukarkan harus sepadan, dan
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
3. Dipindahkan

Penghapusan dengan cara dipindahkan adalah penghapusan aset yang


lebih menekankan pada penghapusan di tingkat internal organisasi atau di
masing-masing unit kerja organisasi. Pemindahan dapat dilakukan ketika aset
yang dimilki oleh suatu unit kerja dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi karena
berbagai alasan sedangkan ada unit kerja yang mungkin lebih membutuhkan
logistik tersebut. Dengan demikian secara fisik aset tersebut tidak dihapuskan
dari suatu organisasi namun hanya dipindahkan dari suatu unit kerja ke unit
kerja lainnya.

4. Dihibahkan

Dihibahkan merupakan salah satu cara penghapusan logistik yakni


dengan cara memberikan/menyumbangkan aset tersebut kepada pihak lain
organisasi secara cuma- cuma yang membutuhkan logistik yang dihapuskan
tersebut. Pertimbangan pelaksanaan hibah aset milik daerah :

a. Kepentingan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Hal ini berkaitan


dengan tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, dan sejenisnya.
Contohnya: pemkot solo memilki tanah kosong yang dirasa kurang
strategis untuk membangun beberapa insfrastruktur kota karena terletak
di daerah yang terpencil. Karena melihat penduduk di sekitar tanah
tersebut yang beragama mulim namun belum memiliki masjid, maka

21
pemkot solo dapat menghibahkan tanah tersebut kepada warga setempat
untuk dipergunakan sebagai lahan pembangunan masjid.
b. Kepentingan penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini lebih berkaitan
dengan hibah antar tingkat pemerintahan (Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah dan antar Pemda).

5. Pemanfaatan kembali (recycle)

Penghapusan dengan cara ini berarti aset yang dihapus kemudian diubah
menjadi aset lain yang memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda dari
fungsi dan kegunaan semula. Misalnya, suatu pemerintah daerah memilki
kantor pemerintahan yang baru. Maka dari itu kantor yang lama harus
dihapuskan karena memang sudah tidak digunakan lagi. Cara yang dapat
digunakan untuk penghapusan salah satunya adalah dengan pemanfaatan
kembali (recycle). Kantor lama dapat digunakan sebagai perpustakaan atau
mungkin museum yang nantinya dapat meningkatkan pariwisata daerah.

2.6.3.3 Tata Cara Penghapusan

1. Aset-aset rusak, tua dan berlebihan


a. Kepala gudang menyusun daftar aset yang akan dihapus, kemudian
mengusulkan kepada pimpinan/atasan untuk menghapus aset tersebut.
b. Pimpinan unit membentuk panitia penghapusan, yang terdiri sekurang-
kurangnya tiga orang dari pejabat lingkungan unit yang bersangkutan
yang dianggap ahli. Yaitu bagian perlengkapan, perencanaan dan
keuangan.
c. Kemudian panitia tersebut memeriksa aset yang akan dihapuskan,
terutama terhadap kondisi aset tersebut dan dinilai dari aset yang
bersangkutan. Hasilnya disampaikan kepada pimpinan unit dengan berita
acara.
d. Panitia mengusulkan untuk menghapuskan aset tersebut disertai dengan
berita acara penelitian dan saran-saran.
e. Pimpinan unit mengajukan permohonan kepada menteri melalui biro
perlengkapan untuk mengadakan penghapusan.

22
f. Pimpinan pusat mengadakan penelitian lagi keunit yang bersangkutan.
Kalau tidak ada persoalan, maka akan diterbitkan surat keputusan untuk
menhapus aset tersebut yang dilaksanakannya dapat melalui kantor lelang
negara dan juga dihapus dengan pemusnahan.

2. Aset yang hilang, dicuri, terbakar

a. Pimpinan unit yang bertanggungjawab atas aset yang bersangkutan,


membuat laporan serta berita acara pemeriksaan, dengan lampiran
pemeriksaan kepada unit utama yang selanjutnya di teruskan ke menteri.
b. Pimpinan unit yang bersangkutan melapor kejadian tersebut kepada
kepolisian negara. Dan kepolisian negara akan memberikan breita acara
pelaporan dan hasil penyelidikan kepolisian tentang peristiwa tersebut.
c. Biro perlengkapan meneruskannya kepada panitia Tuntutan Ganti Rugi
(TGR) dan panitia TGR tersebut akan mencari data-data tambahan
sebagai kelengkapan penelitian.
d. Berita acara dari pihak kepolisian harus sudah masuk paling lambat tiga
bulan, jika tidak maka panitian TGR akan menyusun suatu kesimpulan
berdasarkan laporan dari unit yang bersangkutan serta hasil penyelidikan
di tempat kejadian.
e. Panitia TGR dapat meminta ganti rugi kepada pegawai yang mengelola
aset, jika hasil penyelidikan menunjukkan bahwa kehilangan/kerkusakan
aset tersebut disebabkan kelalaian dari pegawai yang bersangkutan. Akan
tetapi jika ternyata peristiwa itu bukan disebabkan oleh pegawai tersebut,
maka pegawai yang bersangkutan akan dibebaskan dari segala tuntutan.
f. Setelah adanya penetapan tuntutan atau ganti rugi, maka SK penghapusan
dapat diterbitkan.

3. Aset susut

Penyusutan barang harus berdasarkan berita acara pemeriksaan, yang


dikeluarkan dari tata usaha pertanggungjawaban pengurus disertai berita
acara tentang aset yang susut. Seandainya aset yang susut jumlahnya melebihi
dari taksiran normal, maka proses penghapusannya sama dengan aset yang

23
hilang/dicuri/terbakar. Penyusutan secara normal dapat dikeluarkan dari
pertanggungjawaban pengurusan gudang berdasarkan berita acara
pemeriksaan dan harus mendapat persetujuan dari atasan.

2.6.3.4 Pemusnahan Aset/ Fasilitas Kesehatan

Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan / atau kegunaan aset.


Pemusnahan aset pada Pengguna Barang dapat dilakukan dalam hal :

a. Aset tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan tidak dapat
dipindahkatangankan; atau
b. Alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan.

Pemusnahan aset sebagaimana dimaksud Dilakukan dengan cara :

a. Dibakar;
b. Dihancurkan;
c. Ditimbun / dikubur;
d. Ditenggelamkan; atau
e. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

2.7 Kendala Penghapusan/Pemusnahan Logistik


Adapun hambatan-hambatan teknis yang secara umum yang dialami dalam pelaksanaan
penghapusan logistik antara lain:

a. Pergantian kepengurusan pada Tim instalasi logistik


Pergantian kepengurusan pada Tim instalasi logistik menjadi penghambat dalam
proses pelaksanaan penghapusan logistik. Hal tersebut dikarenakan, pada saat
pengajuan penghapusan barang tidak dapat secara langsung dilakukan suatu proses
penghapusan atau pemusnahan terhadap barang yang ada, namun terlebih dahulu
disimpan dalam gudang besar maupun dalam gudang yang bersangkutan. Masalah
yang muncul apabila Tim instalasi logistik sudah berganti pengurus, maka sangat
dimungkinkan terjadinya suatu kerancuan atau ambigu terhadap barang yang akan
dihapus. Misalnya pada tahun 2012 dilakukan pengajuan penghapusan barang berupa
timbangan merk X type A. Pada tahun 2013 pihak Pengelola Barang melakukaan

24
tinjauan laporan atau survey barang yang akan dihapus namun pada saat itu terdapat
pergantian kepengurusan dalam Tim instalasi logistik yang bersangkutan, sehingga
tak jarang barang yang telah ditentukan atau didaftarkan tersebut tertukar ataupun
salah tafsir.
b. Asal usul barang tidak jelas
Pada dasarnya terdapat suatu proses sebagai awal barang tersebut muncul yakni
merupakan proses pengadaan barang, dari proses pengadaan barang tersebut dapat
diketahui asal usul perolehan barang tersebut. Pengadaan barang tersebut
mempermudah dalam proses pelaksanaan penghapusan, yakni mengetahui asal usul
dari barang yang akan dihapus apakah barang tersebut diperoleh dari pembelian yang
membebankan biaya Rumah Sakit maupun barang-barang yang diperoleh dari hibah.
Dalam pelaksanaan penghapusan barang tersebut tidak jarang Tim instalasi logistik
yang mengajukan proses penghapusan tidak menerangkan asal usul dari barang yang
ada, misalnya saja barang yang diperoleh melalui hibah namun tidak terlampir bukti
hibahnya.
c. Barang yang didafarkan untuk dilakukan penghapusan namun tidak ada wujud atau
fisik atas barang tersebut
Terkadang dijumpai pula barang-barang yang telah didaftarkan ataupun diajukan
untuk dilakukan suatu tindakan penghapusan namun pada saat dilakukan survey
wujud atau kondisi barang tersebut sudah tidak ada, hal tersebut bisa saja terjadi
karena barang hilang sehingga barang yang semula ada menjadi tidak ada yang
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara catatan dengan fisik atau fakta yang
ada. Barang tersebut dimungkinkan habis terbakar sehingga secara fisik barang
tersebut musnah. Demikan juga jika terdapat barang yang menguap atau menyusut
(terutama untuk barang persediaan).

2.8 Studi Kasus


Penghapusan/Pemusnahan Logistik Pemusnahan dan Penarikan Obat di
instalasi farmasi RSUD DR Sam Ratulangi Tondano Dalam Permenkes Nomor 58 Tahun
2014 pemusnahan dan penarikan obat yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan untuk obat bila: Produk tidak memenuhi persyaratan mutu,
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan, dicabut izin edarnya. Penarikan obat dilakukan

25
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Penarikan obat dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah sakit harus
mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan. Dari hasil wawancara
mendalam dan observasi dokumen tidak ditemukan adanya dokumen yang memuat
laporan pemusnahan obat, yang walaupun terdapat obatobat yang sudah expired date dan
rusak yang tidak layak digunakan lagi. Hal ini simpulkan bahwa tidak adanya
pengawasan dan evaluasi yang dilakukan dan tidak sesuai dengan standar kefarmasian di
rumah sakit. Dengan tidak adanya laporan pemusnahan dan tidak pernah dilakukannya
pemusnahan dan penarikan obat maka instalasi farmasi RSUD DR Sam Ratulangi
Tondano belum memenuhi standar kefarmasian di rumah sakit.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pemusnahan logistik merupakan bagian dari
pengelolaan logistik yang dilakukan pada sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dengan kondisi produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu, telah
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan, atau
kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin edarnya. Pemusnahan logistik dilakukan
bertujuan untuk mencegah pemborosan biaya, meringankan beban kerja dan tanggungjawab,
dan membebaskan ruangan. Adapun tahapan dari pemusnahan logistik ini sebagai berikut
yakni membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan, mempersiapkan berita acara pemusnahan, Mengoordinasikan jadwal,
metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait, mempersiapkan tempat pemusnahan,
dan melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku.
Pemusnahan logistik dilakukan harus memenuhi persyaratan penghapusan yaitu dari
pesyaratan teknis dan persyaratan ekonomis. Selain itu pemusnahan logistik ada metode yang
digunakan baik untuk pemusnahan obat dan sediaan farmasi, alat kesehatan/peralatan medis,
dan asset/fasiliras kesehatan (bergerak dan tak bergerak). Namun dalam kegiatan
pemusnahan/penghapusan ini ditemui kendala yang umum terjadi seperti pergantian
kepengurusan pada tim instalasi logistik, asal usul barang tidak jelas, dan barang yang
didaftarkan untuk dilakukan pengapusan setelah survey tidak ada wujud atau kondisi barang.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai Mekanisme Pemusnahan Logistik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai evaluasi untuk kedepannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bennett, S.A., 1985, Reduce costs with materials management, Management Quarterly
26, 46-48
BPOM, 2016. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat tertentu yang Sering Disalahgunakan
Hugen, G.J. 2019. “Gambaran Penyimpanan dan Penghapusan Obat pada Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Hikmah”. Skripsi, Universitas Hasanuddin. Diakses melalui
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/6762/2/19_K11115526(FILEminimizer)%20...%20ok%2
01-2.pdf pada Sabtu, 21 Mei 2022.
Kathawala, Y. and H.H. Nauo, 1989, Integrated materials management a conceptual
approach, International Journal of Physical Distribution and Materials Management, 19, 9-
17
Peraturan Kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Pergudangan
Peraturan Menteri Keuangan RI No 50 tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
Barang Milik Negara
Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Prasertyo, J., Octaviani, P., & Prabandari, R. (2021, November). Analisis Pengelolaan Manajemen
Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
In Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (pp. 10-20).
Royal Pharmaceutical Society (RPS). 2007. Guidance for Pharmacists on the safe destruction of
Controlled Drugs England, Scotland and Wales
Standard Operating Procedure 10; Replacement/Disposal of Medical Devices. NHS Foundation
Trust. Version 1.0 December 2015
WHO. 2003. Medical Device Regulations; Global Overview and Guiding Principles. WHO
Library Cataloging-in-Publication Data: France.

28

Anda mungkin juga menyukai