Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASIONAL DAN LOGISTIK

DALAM BIDANG KESEHATAN

Disusun oleh : Kelompok II

1. Aza’ Rante Bangkudu (042021009)

2. Hamsari Hamsan (042021017)

3. Hasrianti (042021020)

4. Nur Fitriani (042021032

5. Indra (042021023)

6. Zakiyah Darajat (042021048

Dosen Pembimbing : Jasmani.S.ST.,M.Keb

Mata Kuliah : Kewirausahaan

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS

KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

PROGSUS S1 KEB 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi hidayah-Nya sehingga, dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Manajemen

Operasional dan Logistik dalam bidang kesehatan” dengan lancar, dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang materi “Manajement

Logistik di bidang kesehatan”. Tujuan dibuatnya makalah ini agar dapat menyelesaikan tugas kuliah yaitu kewirausahaan yang akan bermanfaat dalam

bekerja di perusahaan nantinya.

Makalah ini dapat diselesaikan berkat partisipasi teman-teman kelompok, dan juga referensi yang kami dapat dari internet dan buku, dan bantuan dosen

pembimbing Ibu Jasmani.S.ST.,M.Keb mata kuliah Kewirausahaan. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terimakasih untuk semua pihak yang ikut

terlibat.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun dan pembaca.

Penyusun

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................2

C. Tujuan…………..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Manajemen Logistik di bidang kesehatan.................................3

B. Ruang Lingkup Manajemen Logistik……………………………………...…...4

C. Tujuan Manajemen Logistik……………………………………………......….5

D. Fungsi Manajemen Logistik………………………………………………..….6

E. Manajemen Obat di Puskesmas..........................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................14

B. Saran...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap negara termasuk Indonesia. Diantara berbagai jasa layanan

kesehatan, rumah sakit memegang peranan penting karena menyediakan layanan kesehatan yang terpadu bagi pasien. Rumah Sakit menjadi tempat dan

tumpuan masyarakat untuk memperoleh pelayanan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. Kepuasan pasien merupakan salah satu hal yang sangat

penting dalam meninjau mutu pelayanan rumah sakit. Salah satu hal lain yang memegang peran penting dalam mendukung penyediaan jasa pelayanan

kesehatan yang berkualitas dan responsif adalah proses logistik. (Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2009, Manajemen Pelayanan, Pustaka

Pelajar,Yogyakarta, hal.18-19.)

Secara umum, proses logistik terkait dengan pengelolaan dan pemenuhan material, pasokan dan manajemen instrumen dan pengadaan

berbagai item di rumah sakit (Tung dkk, 2008). Persediaan obat pada rumah sakit melibatkan jumlah obat dan nilai obat yang tidak sedikit.

Rumah Sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan fasilitas yang diunggulkan. Melainkan juga sikap dan layanan sumber

daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh terhadap pelayanan yang dihasilkan kepada pasien. Masyarakat memandang bahwa hanya Rumah

Sakit yang mampu memberikan pelayanan medis sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan atas rasa sakit yang diderita pasien. Pasien mengharapkan

pelayanan yang siap, cepat, tanggap dan nyaman terhadap keluhan penyakit pasien.

Logistik merupakan salah satu penunjang mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Jika manajemen logistik di Rumah Sakit berjalan

dengan baik, maka ketersediaan bahan dan barang di Rumah Sakit akan terjamin dengan baik. Logistik secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan

atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan material/alat-alat.

Logistik di Rumah Sakit yaitu bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai misalnya persediaan logistik di Rumah Sakit yaitu ada; dapur,

farmasi, laboratorium, air, alat tulis kantor (ATK), kerumah tanggaan (listrik, sabun, tisu, sapu, karbol), loundry, dan persediaan makanan. (Boy S.

Sabarguna, 2009, “Manajemen Rumah Sakit”, Sagung Seto, Jakarta, hal. 1)

Bila kenyataan pengalaman selama mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit lebih baik dari pada yang diharapkannya maka mereka akan

puas, sebaliknya bila pengalaman selama mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit lebih rendah daripada yang mereka harapkan maka mereka akan

merasa tidak puas. (Daryanto, 2001, Manajemen Pemasaran, Sarana Tutorial Nurani sejahtera, Bandung, hal. 9.)

Agar tercapainya kepuasan pasien diperlukan peningkatan standar dalam menjaga mutu pelayanan yang mengacu pada kualitas pelayanan

dan fasilitas kesehatan agar dapat memenuhi kepuasan pasien atau masyarakat.

Pasien baru merasa akan puas, apabila pelayanan kesehatan yang diperolehnya sesuai dengan harapannya. Apa yang baik untuk konsumen

adalah apa yang baik untuk semua orang. Maka dapat disimpulkan kepuasan pasien merupakan suatu tingkat perasaan pasien yang timbul dikarenakan

1
hasil dari membandingkan kinerja layanan kesehatan yang diterimanya dengan apa yang diharapkannya. (Sulistyo Purborini dan Maharani Hardjoko,

1997, 12 Lanngkah Menuju sukses Melalui Pelayanan Bermutu, Arcan, Jakarta, hal. 73.)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Manajemen Logistik di bidang kesehatan?

2. Bagaimana Manajemen Logistik di bidang kesehatan yang baik terutama pada pelayanan di Rumah Sakit?

3. Bagaimana Manajemen Obat di Puskesmas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Logistik di bidang kesehatan.

2. untuk mengetahui Bagaimana Manajemen Logistik di bidang kesehatan yang baik terutama pada pelayanan di Rumah Sakit?

3. Untuk mengetahui Manajemen Obat di Puskesmas?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Logistik

Siagian (1992), menyatakan bahwa manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain,

sedangkan logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni

serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material atau

alat (Subagya, 1994).

Manajemen logistik merupakan seni dan ilmu pengetahuan yang mencakup proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan,

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pemeliharaan, serta penghapusan persediaan yang berupa material atau alat-alat (Tjandra, 2000).

Dalam konteks rumah sakit, logistik merupakan penunjang keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena logistik merupakan

subsistem yang bertugas menyediakan barang dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan operasional rumah sakit dalam jumlah, kualitas, dan pada

waktu yang tepat sesuai kebutuhan dengan harga yang efisien sehingga dapat memuaskan konsumen, baik karyawan rumah sakit yang membutuhkan,

maupun pasien (masyarakat) yang di layani (Darmanto, 1997).

Definisi Manajemen Logistik Istilah manajemen logistik rumah sakit didefinisikan oleh Aditama (2003) yaitu ilmu pengetahuan serta

proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat.

Pengertian manajemen logistic menurut Bowersox (2004), adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan

penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para supplier , diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para pelanggan.

3
B. Ruang Lingkup Manajemen Logistik

1. Kegiatan manajerial

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Pelaksanaan

d. Pengawasan/pengendalian

2. Kegiatan operasional

Perencanaan kebutuhan dan penganggaran Yaitu kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik negara untuk menghubungkan pengadaan barang

yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

a. Pengadaan Yaitu kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

b. Penggunaan Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Negara yang sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi satker Polri yang bersangkutan.

c. Pemanfaatan Yaitu pendayagunaan Barang Milik Negara yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga

dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, dan bangun guna serah/bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.

d. Pengamanan dan pemeliharaan Yaitu kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang milik

negara serta menjamin jangka waktu pemakaian barang mencapai batas waktu yang optimal.

e. Penilaian Yaitu suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/ fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode/ teknik

tertentu untuk memperoleh nilai barang milik negara.

f. Penghapusan Yaitu tindakan menghapus Barang Milik Negara dari daftar barang dengan menerbitkan Surat Keputusan dari pejabat yang berwenang

untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/ atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas

barang yang berada dalam penguasaannya.

g. Pemindahtanganan Yaitu pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan,

dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.

h. Penatausahaan Yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

i. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi penetapan kebijakan teknis, pemantauan, penertiban, melakukan

pengauditan serta investigasi atas pelaksanaan siklus logistik/ pengelolaan barang milik negara. 3. Objek

a. Perbekalan umum

b. Peralatan

c. Fasilitas dan konstruksi

d. Komunikasi dan elektronika

4
e. Bekal kesehatan

C. Tujuan Manajemen Logistik

Tujuan manajemen logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, keadaan

yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah. Penyelenggaraan logistic memberikan kegunaan (utility)

waktu dan tempat. Kegunaan tersebut merupakan aspek penting dari operasi perusahaan dan juga pemerintah (Bowersox, 2004) Sejalan dengan

pengertian manajemen logistik menurut Aditama (2003) maka Manajemen logistik memiliki tiga tujuan pokok, yaitu:

1. Tujuan operasional, agar tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.

2. Tujuan keuangan meliputi pengertian bahawa upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya.

3. Tujuan pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan

yang tidak wajar lainnya. 9 Ciri- ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan terhadap perpindahan (movement) dan

penyimpanan (storage) yang strategis (Bowersox,2004)

D. Fungsi Manajemen Logistik

Manajemen logistik berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang,

pelayanan, dan informasi terkait dari titik permulaan hingga titik konsumsi dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan (Miranda dan

Tunggal, 2005).

Fungsi manajemen logistic antara lain:

1. Fungsi perencanaan

Pengertian perencanaan secara umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan

oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di setiap organisasi (Mustikasari, 2007). Fungsi perencanaan ini

mencakup aktivitas dalam menentukan sarana-sarana, pedoman, pengukuran penyelenggaraan bidang logistik. Kegiatan perencanaan yang dapat

dilakukan adalah penentuan kebutuhan (Miranda dan Tunggal, 2005). Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan

pencapaian tujuan (sasaran) diperlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-

masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai

sasaran) organisasi (Subagya, 1994). Perencanaan dapat dibagi kedalam periode sebagai berikut:

a. rencana jangka panjang (Long range);

b. rencana jangka menengah (Mid range);

c. rencana jangka pendek (Short range).

2. Fungsi penganggaran

5
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu atau skala

standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari). Fungsi ini merupakan usaha-usaha untuk merumuskan perincian penentuan

kebutuhan dalam suatu skala standar, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku.

Pengaturan keuangan yang jelas, sederhana dan tidak rumit akan sangat membantu dalam kegiatan ini. Dalam menyusun anggaran terdapat beberapa hal

yang harus diperhatikan antara lain adalah:

a. peraturan terkait

b. pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan teknologi

c. beberapa hal yang berhubungan dengan anggaran

d. pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan pengaturan logistik (Subagya & Mustikasari).

3. Fungsi pengadaan

Pengadaan adalah semua kegiatan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan

menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas

efisiensi (Subagya, 1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan

yang telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:

1. Kode etik pengadaan

Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:

a) Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan

b) Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun

c) Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika.

2. Pelelangan pengadaan barang

Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia pengadaan dan pelanggan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:

a) keanggotaan panitia minimal lima orang terdiri dari unsur: perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penanggung jawab keuangan,

penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab teknis

b) dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: kepala kantor atau satuan pekerja atau pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal

atau unit-unit yang berfungsi sebagai pemeriksa

c) panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor atau satuan pekerja atau pemimpin proyek

d) masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang pelelangan ditunjuk (Subagya, 1994).

4. Fungsi penyimpanan

6
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. Penyimpanan berfungsi

untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi sebelumya dengan pemenuhan yang tepat dan biaya serendah mungkin. Fungsi ini

mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang (Mustikasari, 2007).

Faktor yang perlu diperhatikan dalam fungsi penyimpanan adalah

1. Pemilihan lokasi

Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.

2. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)

Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:

a) Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulan, alat berat, brankas, kursi roda dan lain-lain.

b) Barang khusus: Obat, alat medis dan lain-lain.

1. Pengaturan ruang

Bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.

2. Prosedur atau sistem penyimpanan

Formulir transaksi, kartu catatan, kartu pemeriksaan, cara pengambilan barang, pengawetan dan lain-lain.

3. Penggunaan alat bantu

4. Pengamanan dan keselamatan

Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan, gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan (Mustikasari,

2007).

5. Fungsi penyaluran

Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya (Subagya, 1994).

Faktor yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain:

1. proses Administrasi;

2. proses penyampaian berita (data informasi);

3. proses pengeluaran fisik barang;

4. proses angkutan;

5. proses pembongkaran dan pemuatan;

6. pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan (Subagya, 1994).

6. Fungsi pengendalian

Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap tahapan manajemen logistik yang sedang

atau telah berlangsung(Mustikasari,2007).

7
Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:

1. merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan prosedur lain

2. melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan

jalannya pelaksanaan dari rencana

3. melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan

4. melakukan supervisi (Mustikasari, 2007).

8
E. Manajemen Obat di Puskesmas

Agar tercapai tujuan ideal dari suatu pengobatan atau pelayanan kesehatan, idelanya obat harus tersedia, artinya cukup dalam jumlah dan jenisnya.

Kemudian obat itu harus ada setiap saat, sehingga dapat diberikan kepada yang membutuhkan saat itu juga, dan pasien tidak perlu menunggu lama,

mengorbankan waktu hanya demi menunggu obat. Terakhir, dan yang terpenting, obat itu harus terjamin mutunya dan harganya harus terjangkau. Jika

obat ada setiap saat dan lengkap, namun sudah kadaluarsa, itu tidak ada artinya. Sama juga jika obat generic yang disediakan sangat sedikit. Tentu hal

ini akan sangat memberatkan pasien yang kebanyakan adalah warga kurang mampu. Namun seringkali idealisme terbentur dengan realita. Selalu saja

ada hambatan-hambatan yang menghalangi terwujudnya idealisme yang baik itu. Hambatan yang dihadapi dalam hal ini diantaranya adalah dana yang

terbatas, padahal kebutuhan masyarakat bisa dikatakan tidak terbatas. Kita tidak mungkin melarang orang lain sakit kanker misalnya. Penyakit-penyakit

tersebut bisa datang tanpa diundang, mendadak, dan tanpa izin. Akhirnya kita tidak pernah tahu penyakit apa yang akan menyerang di kemudian hari

dan obat apa saja yang dibutuhkan untuk menanggulanginya. Meskipun tentu saja, upaya preventif dan promotif bisa dilakukan untuk menekan angka

kejadian penyakit, namun tetap saja, hasil yang diharapkan belum tentu dapat tercapai dan kemungkinan berbagai penyakit yang muncul tidak dapat kita

duga dengan akurat. Untuk mengatur ketersediaan obat di puskesmas, pemerintah membentuk KONAS. Kebijakan Obat Nasional (KONAS) bertujuan

untuk menjamin ketersediaan obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga pemeratan, pendistribusian dan penyerahan obat-obatan harus

sesuai dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas. Dengan adanya pengelolaan obat yang baik diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

menjadi lebih maksimal. Implementasi desentralisasi kebijakan obat membawa implikasi berupa perubahan mekanisme pembiayaan. Sebelum

desentralisasi, anggaran dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan persentase penduduk miskin, sedangkan pasca desentralisasi anggaran ditetapkan

masing-masing daerah menurut kebutuhan dan permasalahan kesehatan yang dihadapi. Perubahan ini menimbulkan masalah dalam alokasi dan

distribusi terutama di daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif kecil. Alokasi menjadi sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya Dana Alokasi

Umum (DAU) serta kemampuan manajer obat di daerah mengelola dana obat ini, oleh karena itu perlu memperhatikan aspek-aspek yang tercakup di

dalamnya antara lain perencanaan obat harus berdasarkan data pengelolaan obat yang akurat.

Manajemen obat di Puskesmas merupakan salah satu aspek penting dari Puskesmas karena ketidak efisienan akan memberikan dampak negatif terhadap

biaya operasional Puskesmas, karena bahan logistik obat merupakan salah satu tempat kebocoran anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap saat

menjadi tuntutan pelayanan kesehatan maka pengelolaan yang efisien sangat menentukan keberhasilan manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan.

Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis,jumlah maupun kualitas secara efisien, dengan demikian

manajemen obat dapat dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki/potensial yang untuk

dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efisien. Ketidak cukupan obat-obatan

disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat menentukan yaitu faktor perencanaan/perhitungan perkiraan kebutuhan obat yang belum

tepat, belum efektif dan kurang efisien.

a) Perencanaan Obat

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar

konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari

perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan

9
dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien. Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah

untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta

meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan

obat, yaitu :

1. Mengenai dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat mencapai tujuan dan sasaran.

2. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti

peraturan yang berlaku.

3. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.

4. Pertimbangan anggaran dan prioritas.

b) Tahap perencanaan kebutuhan obat meliputi :

1) Tahap Persiapan

Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit serta

kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim perencanaan pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan

efektifitas penggunaan dana obat melalui kerjasama antar instansi yang terkait dengan masalah obat.

2) Tahap perencanaan

a. Tahap pemilihan obat : tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar

menentukan jenis obat yang akan digunakan atau dibeli

b. Tahap perhitungan kebutuhan obat : tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari

proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan,

penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat (Subagya, 1994), sehingga manajemen logistic mampu menjawab

tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistic setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif.

Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada kompetensi dari manajer logistik rumah sakit dimana manajer yang berfungsi untuk

mengelola logistik melalui fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga mengembangkan sistem

pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan pasien

sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan secara umum.

Proses logistik pada dasarnya diarahkan untuk mengoptimalkan faktor produksi, yaitu untuk melakukan optimasi terhadap biaya, waktu dan kualitas.

Oleh karena itu penentuan lokasi sangat mempengaruhi logistik. Logistik pada gilirannya ditentukan oleh lokasi yang tepat untuk menghantarkan

kebutuhan barang kepada konsumen pada harga yang murah, waktu yang tepat dan kualitas yang baik. Dengan pengelolaan manajemen logistic dan

pengelolaan manajemen persediaan yang baik maka tujuan perusahaan bisa tercapai dengan cepat dan tepat. Untuk itu berbagai tantangan harus benar-

benar bisa ditangani oleh suatu perusahaan. Kegiatan ini harus didukung dengan pelayanan yang baik dan bisa memberikan kepuasan pelanggan agar

setiap produk yang dihasilkan bisa memberikan manfaat yang tepat kepada pelanggan.

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar

konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari

perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan

dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.

B. Saran

Untuk itu, setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama dengan mendapatkan keuntungan yang tinggi dan membuat setiap pelanggan

merasa puas terhadap setiap produknya. Maka dari itu untuk mencapai tujuan itu diperlukan perencanaan yang matang baik itu bagaimana mengelola

SDA, SDM, manajemen logistik, manajemen persediaan dan pelayanan pelanggannya, maupun struktur organisasinya. Semua aspek itu harus bisa

dijalankan dengan prosedur yang sudah diterapkan sebagai strategi suatu perusahaan itu. Sehingga dengan ini akan menjadi tujuan utama sebuah

perusahaan bisa tercapai dengan efektif dan efisien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Achir Yani S, Hamid. (2005). Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.

Aditama, YT (2002). Rumah Sakit dan Konsumen. Jakarta: PPFKM UI.

Darmanto, Djojodobroto. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Jakarta: Hipokrates.

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 Jakarta.

https://www.google.com/search?

q=Apa+yang+dimaksud+Manajemen+Logistik+di+bidang+kesehatan&oq=Apa+yang+dimaksud+Manajemen+Logistik+di+bidang+kesehatan&aqs=ch

rome..69i57j0i546l5.1059j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8 akses 19 november 2022

https://fkm.unbrah.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/MODUL-MANAJEMEN-LOGISTIK-ARS-UNBRAH-2021.pdf akses 19 november 2022

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/05/manajemen-logistik-di akses 19 november 2022

12

Anda mungkin juga menyukai