Anda di halaman 1dari 20

Fungsi Pendistribusian Logistik Kesehatan

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Logistik Kesehatan

Dosen Pengampu:
Putri Permatasari,SKM,MKM

Disusun oleh:
Kelompok 7

Ina Putri Parciti 1710713043


Ening Ni Komang Marta 1710713064
Tiara Raudha Fanela 1710713075
Amalia Rofa Mufidah 1710713080

Isna Ari Fadila 1710713094

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tanpa
kehendak-Nya penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah yang berjudul Fungsi Pendistribusian Logistik Kesehatan ini


ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Logistik
Kesehatan. Dalam makalah ini, penulis mencoba membahas mengenai
pengertian, pentingnya, sistem, kelebihan dan kelemahan sistem, serta kendala
dan upaya dalam menghadapi kendala pendistribusian logistik kesehatan.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa


hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan
ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis
berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat untuk setiap pembaca
maupun penulis sendiri untuk menambah pengetahuan.

Terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
positif dari para pembaca dan dosen pengampu, sehingga penulisan makalah
bisa menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Penyusun

Depok, 13 April 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Pengertian Pendistribusian Logistik Kesehatan.............................................3
2.2 Pentingnya Pendistribusian Logistik Kesehatan............................................4
2.3 Sistem Pendistribusian Logistik Kesehatan...................................................7
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendistribusian Logistik Kesehatan......10
2.5 Kendala dalam Pendistribusian Logistik Kesehatan....................................11
2.6 Upaya-Upaya dalam Menghadapi Kendala Pendistribusian Logistik
Kesehatan.....................................................................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................14
3.1 Simpulan.......................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara etimologi, logistik berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
dua suku kata, yaitu “Logic” yang berarti rasional, masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan dan “Thios” yang berarti berpikir. Jika arti kedua suku
kata tersebut dirangkai, memiliki makna berpikir rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan (Sutarman, 2011). Seiring berkembangnya jaman, arti
logistik mengalami pergeseran. Menurut Siagian (2003), logistik adalah
keseluruhan bahan, barang, alat, dan sarana yang diperlukan dan dipergunakan
oleh suatu organsasi dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa logistik adalah segala alat atau sarana yang
dibutuhkan oleh suatu organisasi demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
Manajemen logistik sangat diperlukan dalam suatu perusahaan/instansi,
baik yang bergerak dalam bidang perdagangan maupun di bidang kesehatan.
Menurut Subagya (1994), manajemen logistik merupakan ilmu pengetahuan
dan seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan, serta penghapusan
material atau alat-alat.
Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuan didukung oleh
pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Method dan
Material. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan
memberikan kepuasan kepada kostumer baik kostumer internal maupun
eksternal. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti Rumah sakit maupun
Puskesmas yang telah terakreditasi seharusnya telah memiliki pengelolaan
yang baik dan terstandar termasuk lima faktor tersebut. Pada kesempatan ini,
secara khusus akan lebih membahas tentang pendistribusian logistik kesehatan.

1
Menurut (Rusdiana, Saputra, & Noviyanto, 2015) pendistribusian
logistik kesehatan merupakan suatu proses penyerahan obat-obatan atau
perbekalan kesehatan mulai dari persediaan oleh instalasi farmasi rumah sakit
sampai diserahkan kepada petugas kesehatan untuk diberikan kepada pasien.
Distribusi besar sekali peranannya dalam pelaksanaan kesehatan karena
dengan terlaksananya proses disribusi yang baik maka obat-obatan dan alat
kesehatan akan tersampaikan kepada pasien secara tepat waktu dan dapat
langsung digunakan tanpa harus menunggu lama. Oleh karena itu,
pendistribusian harus terealisasikan dengan perencanaan manajemen yang
matang dan jelas sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang akan terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pendistribusian logistik kesehatan?
2. Apa pentingnya pendistribusian logistik kesehatan?
3. Bagaimana sistem pendistribusian logistik kesehatan?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan sistem pendistribusian logistik
kesehatan?
5. Apa saja kendala dalam pendistribusian logistik kesehatan?
6. Apa saja upaya – upaya dalam menghadapi kendala pendistribusian
logistik kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendistribusian logistik kesehatan.
2. Untuk mengetahui pentingnya pendistribusian logistik kesehatan.
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendistribusian logistik kesehatan?
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan sistem pendistribusian
logistik kesehatan.
5. Untuk mengetahui kendala dalam pendistribusian logistik kesehatan.
6. Untuk mengetahui upaya – upaya dalam menghadapi kendala
pendistribusian logistik kesehatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pendistribusian Logistik Kesehatan
Menurut Lukas dan Sari (2004) pendistribusian adalah kegiatan
pengelolaan logistik yang berkaitan dengan pembagian dan penyampaian
logistik kepada satuan atau unit organisasi yang membutuhkan sesuai
dengan sistem kerja yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut (Depkes RI,
2008) pendistribusian logistik kesehatan adalah kegiatan mendistribusikan
perbekalan farmasi baik dirumah sakit ataupun fasilitas kesehatan lainnya untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
serta untuk menunjang pelayanan medis. Dari kedua definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa, pendistribusian logistik kesehatan adalah bagian dari
manajemen logistik berupa pembagian dan penyampaian perbekalan farmasi
mulai dari persediaan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai diserahkan
kepada petugas kesehatan untuk diberikan kepada pasien demi menunjang
keberlangsungan pelayanan medis.

3
2.2. Pentingnya Pendistribusian Logistik Kesehatan
Pendistribusian merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan, dan
pengaturan pemindahan barang logistic dari tempat penyimpanan ke tempat
pemakai (user) sehingga menjamin kelancaran pelayanan yang bermutu (Subagya,
1994).
Sistem pendistribusian logistic dipengaruhi oleh sistem penyimpanannya. Jika
proses penyimpanan tidak dapat berjalan dengan baik, maka proses
pendistribusian akan terhambat. Proses pendistribusian dianggap penting karena
jika tidak dilakukan dengan manajemen yang efektif dan efisien, maka akan
mengakibatkan hubungan yang tidak baik antara peminta barang dengan pengelola
barang di gudang penyimpanan. Hal tersebut disebabkan karena di gudang
penyimpanan tidak dapat melakukan penyaluran sesuai dengan permintaan yang
diminta setiap ruangan atas pengelolaan dan pengadaan barang yang tidak baik
dan tidak sesuai dengan perencanaan (Mokalu dkk, 2019).
A. Pengurusan dan Penyelenggaraan Barang
Distribusi logistik merupakan kegiatan dan usaha pengurusan barang
dalam penyelenggaraan penyaluran dan penyampaian kebutuhan logistik
kepada unit kerja yang membutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
kegiatan distribusi logistik tidak hanya memberi dan menyerahkan logistik
kepada unit kerja yang membutuhkan, namun dituntut adanya kegiatan
perencanaan, pengendalian, dan pengorganisasian yang tepat sehingga tercipta
prosedur kerja dan sistem kerja dalam penyaluran logistik secara teratur, tertib,
dan dapat dipertanggungjawabkan, serta mendukung efektivitas dan efisiensi
dalam upaya pencapaian tujuan organisasi (Aditama, 2002).
Kegiatan distribusi logistik pada dasarnya merupakan lanjutan dari
proses penyimpanan atau penggudangan logistik. kegiatan distribusi barang
juga merupakan suatu suatu kegiatan guna melakukan pemenuhan kebutuhan
logistik bagi unit kerja dalam suatu organisasi. oleh karena itu, kegiatan
distribusi merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan kegiatan suatu
organisasi.kegiatan ini harus mendapat perhatian yang proporsional karena

4
efektivitas dan efisiensi kerja setiap unit kerja maupun organisasi secara
keseluruhan sangat ditentukan oleh profesionalitas dalam kegiatan pengelolaan
distribusi logistic (Aditama, 2002).
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan, oleh karena itu harus
ditetapkan prosedur baku pendistribusian bahan logistic yang meliputi (Fantho,
2014) :
1) Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan
kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
waktu penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan
atau pengeluaran yang tidak perlu.
2) Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang. Di Rumah Sakit Pemerintah biasanya
penanggung jawab gudang sekaligus bertindak selaku Bendaharawan
Barang.

B. Pengaturan Pemindahan Barang


Pendistribusian merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Menurut Barus (2016),
tahapan distribusi atau pemindahan barang antara lain sebagai berikut:
1) Semua jenis logistik yang dibeli atau diadakan baik melalui pihak ketiga
(rekanan) maupun pembelian sendiri harus melalui dan dan diterima oleh
panitia penerima barang.
2) Setelah panitia penerima barang menerima logistik yang diserahkan maka
harus melakukan pengecekan secara cermat terhadap jenis barang apakah
sudah sesuai dengan kontrak baik jenis, spesifikasi dan jumlahnya.
Kelengkapan dokumen pengiriman juga harus diperiksa apakah telah
sesuai dengan kontrak (nama rekanan, tanggal pengiriman, jenis, jumlah,
harga barang, dan lain sebagainya).

5
3) Dilihat apakah pengiriman telah melampaui batas waktu sesuai dengan
batas waktu yang tertera dalam kontrak. Jika melampaui maka panitia
penerima barang membubuhkan tanda tanggalnya sesuai dengan tanggal
pada saat barang tersebut diterima.
4) Setelah dokumen selesai diperiksa maka barang didistribusikan ke fasilitas
pelayanan kesehatan, lalu akan mendistribusikan ke unit jaringannya sesuai
dengan kebutuhan.

6
2.3 Sistem Pendistribusian Logistik Kesehatan

Distribusi merupakan proses penyerahan obat-obatan mulai dari sediaan


disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai obat diserahkan kepada petugas
kesehatan untuk diberikan kepada pasien. Distribusi besar sekali peranannya dalam
pelaksanaan kesehatan pasien rumah sakit karena dengan terlaksananya proses
disribusi yang baik maka obat-obatan dan alat kesehatan akan tersampaikan kepada
pasien secara tepat waktu dan dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu
lama. Oleh karena itu harus terealisasikan dengan perencanaan manajemen yang
matang dalam proses distribusi tersebut. (Rusdiana, Saputra, & Noviyanto, 2019).
Sistem distribusi obat adalah suatu tatanan jaringan sarana, personel, prosedur
dan jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan

penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita. (Burhanuddin

Krista R., 2016) Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan (RI, 2004):
1. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.
2. Metode sentralisasi atau desentralisasi
3. System floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

Sistem distribusi obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu (Febriawati, 2013):

1. Sistem pelayanan terpusat (Sentralisasi)

Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang


dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh
kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan
individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari
pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS,
kemudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang baik
dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita tertentu.”

7
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas
A dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.

2. Sistem pelayanan terbagi (Desentralisasi)


Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
mempunyai cabang di dekat unit perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal
dengan istilah depo farmasi/satelit farmasi. Pada desentralisasi, penyimpanan
dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat
pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap
efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.
Ada berbagai keuntungan penerapan IFRS desentralisasi bagi berbagai
pihak yang terlibat, antara lain:

1. Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsikan pada pasien


2. Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
3. Apoteker dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter dan
perawat
4. Sistem distribusi obat berorientasi pada pasien sangat berpeluang
diterapkan untuk penyerahan obat kepada pasien melalui pasien
5. Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat
berbicara dengan pasien secara efisien
6. Informasi obat dari Apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
7. Waktu kerja perawat dalam distribusi obat dan penyiapan obat untuk
digunakan pasien berkurang karena tugas itu lebih banyak dilakukan
personel IFRS desentralisasi
8. Spesialisasi terapi obat bagi Apoteker dalam bidang perawatan
pasien dicapai lebih efekfif sebagai hasil dari pengalaman klinik
terfokus

8
9. Pelayanan klinik Apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan
dan diberikan secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat
penderita khusus yang diminta dokter
10. Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik obat dan studi
asesmen mutu terapi oleh penderita

Sedangkan keterbatasan pelayanan IFRS desentralisasi adalah :

1. Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih rumit


karena lokasi IFRS cabang atau depo farmasi yang banyak untuk
obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis
2. Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena
anggota staf yang berpraktik dalam lokasi fisik yang banyak
3. Lebih banyak alat diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi
obat, lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik
4. Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi
obat dapat melebihi kapasitas ruangan dan personel dalam unit IFRS
desentralisasi yang kecil

9
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendistribusian Logistik

Sistem pendistribusian logistik dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Sentralisasi dan


Desentralisasi, berikut merupakan Kelebihan serta Kelemahan dari Sentralisasi dan
Desentralisasi dalam Pendistribusian Logistik.

 Sentralisasi
 Kelebihan
1) Lokasi gudang tidak jauh dengan tempat pemakaian, sehingga
tidak banyak membuang waktu untuk mengambil barang yang
berada di gudang ke tempat pemakaian
2) Dapat mengurangi harga per satuan karena biasanya dengan
menerapkan sistem sentralisasi ini pengadaan/pembelian
dilakukan dalam partai besar sehingga organisasi/ perusahaan
(sebagai pembeli) diberikan potongan oleh penjual (pemasok)
3) dapat mereduksi (mengurangi) biaya tambahan (overhead cost),
sehingga akan mendukung efisiensi.
4) dapat mendukung program standardisasi dan sistem pertukaran
logistik antarbagian.
 Kelemahan
1) kebutuhan yang mendesak dari suatu unit tertentu
dimungkinkan tidak dapat cepat dilayani dan dipenuhi karena
bagian pembelian masih menunggu daftar kebutuhan logistik
dari unit-unit kerja yang lain ataupun karena prosedur pengajuan
maupun distribusi penyampaian logistik yang berliku-
liku/birokratis sehingga hal ini tentunya akan dapat
mempengaruhi tingkat efektifitas dan efisiensi kerja unit-unit
kerja dan organisasi secara keseluruhan.
2) pemenuhan permintaan kebutuhan logistik pada unit-unit kerja
sebagai pengguna (user) dimungkinkan tidak sesuai dengan
kebutuhan, terutama berkaitan dengan spesifikasi barangnya

10
maupun waktunya, karena bagian logistik khususnya bagian
pengadaan logistik tidak mengetahui persis kebutuhan masing-
masing unit kerja.

 Desentralisasi
 Kelebihan
1) kebutuhan atas logistik dari masing-masing unit kerja akan cepat
dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan.
2) menjamin ketepatan pembelian logistik karena masing-masing
unit kerja mengetahui persis akan spesifikasi kebutuhan
logistiknya
 Kelemahan
1) ada kecederungan masing-masing unit kerja untuk memiliki
logistik (barang-barang) baru, padahal logistik yang ada masih
berdaya guna sehingga hal ini akan menimbulkan tertumpuknya
barang-barang yang tidak diperlukan di beberapa bagian.
2) terdapatnya bermacam-macam logistik yang berbeda-beda
bentuknya, ukuran, dan tipenya sehingga hal ini jelas tidak
mendukung program standardisasi dan normalisasi, sekaligus
tidak mendukung kemungkinan pertukaran logistik antar
bagian/unit kerja dalam suatu organisasi.
3) biaya per satuan barang relatif lebih besar, karena pembelian
dengan sistem ini tentunya dalam partai yang lebih kecil bila
dibandingkan apabila menggunakan sistem sentralisasi sehingga
otomatis jumlah potongan yang diberikan penjual juga relatif
lebih kecil.
4) Biaya tambahan (overhead cost) relatif lebih besar bila
dibandingkan apabila menggunakan sistem sentralisasi.
(Kebutuhan & Fungsional, n.d. , 2013 )

11
2.5 Kendala dalam Pendistribusian Logistik Kesehatan

Menurut Lukas dan Sari (2004:4) (dalam Wirawan, 2019) pendistribusian


adalah kegiatan pengelolaan logistik berkaitan dengan pembagian dan
penyampaian logistik kepada satuan atau unit organisasi yang membutuhkan
sesuai dengan sistem kerja yang telah ditetapkan. Dalam proses penditribusian
logistic kesehatan terdapat kendala-kendala yang mungkin akan dihadapi oleh
tiap instansi. Berikut adalah kendala-kendala dalam proses pendistribusian
logistic kesehatan.
1. Ketersediaan logistic yang terbatas
Permasalahan pendistribusian pada obat BPJS ke pasien rawat jalan
dihadapkan pada ketersediaan obat yang terbatas. Sedangkan untuk pasien
rawat inap dihadapkan pada pola pengobatan pasien rawat inap yang
bervariasi dan lama pengobatan terkadang melebihi ekspektasi awal
(Mendrofa, Devina Eirene dan Chriswardani, 2016).
2. Ketidaksesuaian antara permintaan dan pemberian
Ketidaksesuaian antara permintaan yang tertulis dalam Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan pemberian yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi. Ketidakesuaian dapat disebabkan karena
ketidaktersediaan obat yang diminta, atau petugas gudang merasa
permintaan obat terlalu banyak (Hadidah dan Thinni, 2016).
3. Keterbatasan anggaran
Keterbatasan anggaran mengakibatkan kebutuhan material yang
diperlukan setiap unit kerja belum tercukupi secara maksimal (Wirawan,
2019).
4. Kerusakan logistic saat penyaluran
Kerusakan logistic saat penyaluran dapat terjadi ketika jarak unit-unit
kerja pengguna logistic jauh dari gudang (Wirawan, 2019).

12
2.6 Upaya-Upaya dalam Menghadapi Kendala Pendistribusian Logistik
Kesehatan

1. Apabila terjadi kekosongan stok obat, maka pihak Instalasi Farmasi akan
melakukan komunikasi dengan dokter apakah obat tersebut bisa diganti
dengan obat dengan jenis terapi yang sama. Jika obat tersebut tidak dapat
diganti maka Instalasi Farmasi akan segera melakukan pengadaaan untuk
obat tersebut (Hadidah dan Thinni, 2016).
2. Melakukan prioritas dalam pemenuhan logistic (Wirawan, 2019).
3. Diperlukan sarana pengiriman barang dari seksi gudang rumah sakit kepada
unit-unit kerja pengguna yang lebih baik dan memadai agar barang
terhindar dari kerusakan pada saat distribusi (Wirawan, 2019).

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Pendistribusian logistik kesehatan adalah bagian dari manajemen logistik
berupa pembagian dan penyampaian perbekalan farmasi mulai dari persediaan
oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai diserahkan kepada petugas kesehatan
untuk diberikan kepada pasien demi menunjang keberlangsungan pelayanan
medis. Pendistribusian merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan, dan
pengaturan pemindahan barang logistic dari tempat penyimpanan ke tempat
pemakai (user) sehingga menjamin kelancaran pelayanan yang bermutu. Proses
pendistribusian dianggap penting karena jika tidak dilakukan dengan manajemen
yang efektif dan efisien, maka akan mengakibatkan hubungan yang tidak baik
antara peminta barang dengan pengelola barang di gudang penyimpanan.

Sistem pendistribusian logistic kesehatan dibagi menjadi dua, yaitu sistem


sentralisasi yang merupakan sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang
dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi, dan sistem desentralisasi yang
merupakan sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di
dekat unit perawatan/pelayanan. Sistem pendistribusian memilikiki kelebihan dan
kekurangan. Sistem sentralisasi memiliki kelebihan yaitu lokasi gudang tidak jauh
dengan tempat pemakaian, dapat mengurangi harga per satuan, dapat mereduksi
(mengurangi) biaya tambahan, sedangkan kelemahannya kebutuhan yang
mendesak tidak dapat cepat dilayani dan pemenuhan permintaan kebutuhan
logistik tidak sesuai dengan kebutuhan, system desentralisasi memiliki kelebihan
kebutuhan atas logistik cepat dapat dipenuhi dan menjamin ketepatan pembelian
logistic, sedangkan kelemahannya adalah ada kecederungan untuk memiliki
logistik (barang-barang) baru, terdapatnya bermacam-macam logistik yang
berbeda-beda, biaya per satuan barang relatif lebih besar, biaya tambahan relatif
lebih besar. Kendala dalam prises pendistribusian logistic Kesehatan adalah

14
1. Ketersediaan logistic yang terbatas
2. Ketidaksesuaian antara permintaan dan pemberian
3. Keterbatasan anggaran
4. Kerusakan logistic saat penyaluran

Upaya-upaya dalam menghadapi kendala pendistribusian logistik kesehatan


adalah

1. Apabila terjadi kekosongan stok obat, maka pihak Instalasi Farmasi akan
melakukan komunikasi dengan dokter
2. Melakukan prioritas dalam pemenuhan logistik
3. Diperlukan sarana pengiriman barang dari seksi gudang rumah sakit kepada
unit-unit kerja pengguna yang lebih baik dan memadai

3.2. Saran
Setelah memperlajari tentang pendistribusian logistic Kesehatan, penulis
menyarankan agar dapat menerapkannya dalam melakukan pendistribusian
logistic Kesehatan, baik di rumah sakit, puskesmas, atau di fasilitas pelayanan
Kesehatan lainnya agar kegiatan pendistribusian dapat berjalan dengan baik dan
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

15
Daftar Pustaka

Aditama, YT (2002). Rumah Sakit dan Konsumen. Jakarta: PPFKM UI.


Barus, Murryna. (2016). “Sistem Pelaksanaan Manajemen Logistik Alat Kesehatan di
Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015”. Diakses pada 12 April 2020, dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55054/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=4&isAllowed=y
Burhanuddin Krista R., dkk. (2016). Evaluasi Pelayanan Kefarmasian Dalam
Pendistribusian Sediaan Farmasi di Instalasi Farmasi RSUP Prof. DR. R. D.
Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(2), 313–321.

Depkes RI. (2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Fantho. (2014). “Manajemen Logistik Puskesmas dan RS”. Diakses pada 12 April
2020, dari: https://www.slideshare.net/Fantho/manajemen-logistik-puskesmas-dan-rs
F. D. M., Kebutuhan & Fungsional, F. (n.d.). Administrasi logistik. 2013. diakses pada
tanggal 12 April 2019. https://id.scribd.com/doc/151306291/ADMINISTRASI-
LOGISTIK

Febriawati, Henni. (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Gosyen
Publishing. Hal. 38,66.
Lukas dan Sari. (2004). Manajemen Logistik. Jakarta: PT. Grasindo.
Rusdiana, N., Saputra, B., & Noviyanto, F. (2015). Alur Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Malingping.
Farmagazine, 2(1), 25.
RI, K. K. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
30(8), 2221.

16
Rusdiana, Nita,dkk. 2019. Analisa Kesesuaian Persepsi Obat Pasien BPJS Kesehatan
dengan Formulatorium Nasional di Puskesmas Kabupaten Tangerang Tahun 2016.
Jurnal Farmagazine: Vol 6, No 2 (2019)
S, Subagya M. (1994). Manajemen Logistik. Jakarta: PT Gunung Agung.
Siagian, Sondang P. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sutarman. (2011). Mencoba Logistik Bencana Alam. Jakarta: Gramedia.

17

Anda mungkin juga menyukai