Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Manajemen Logistik Obat & Alat

Dosen Pembimbing : Haniarti, S.Si, Apt, M.Kes

DISTRIBUSI DAN PEMUSNAHAN LOGISTIK OBAT RUMAH


SAKIT

DISUSUN OLEH :

ERVIANA : 218240034

YUYUN PAWEROI : 218240037

NAHDANIA A : 218240038

KELAS : AKK VI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2021
KATA PENGANTAR

Dengan Memanjatkan puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, serta dukungan dari semua yang penulis cintai, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Distibusi dan pemusnahan Logistik Obat
RS ”. Adapun salah satu maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
nilai tugas kami.

Keberhasilan penulis dalan menyelesaikan makalah ini tidaklah semata-mata karena


kemampuan sendiri, melainkan banyak pihak yang membantu penulis menyelesaikan makalah
ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Para teman atau sahabat
yang telah memberikan dukungan kepada penulis serta gagasan atau motivasi bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini dan semua pihak yang terlibat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah, untuk itu penulis
mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dalam hal menambah ilmu
dan wawasan para pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................................4
BAB I..........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................7
A. Sistem Distribusi Obat.....................................................................................................................7
B. Metode Pendistribusian Logistik Obat Rumah Sakit.....................................................................11
C. Cara Pemusnahan Obat Di RS.......................................................................................................15
D. Pemusnahan Obat dan Sediaan Farmasi.........................................................................................19
E. Pemusnahan Peralatan Medis........................................................................................................22
BAB III......................................................................................................................................................24
PENUTUP.................................................................................................................................................24
A. Kesimpulan....................................................................................................................................24
B. Saran..............................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25
DAFTAR GAMBAR

1 Gambar Pendistribusian Obat Sentralisasi..................................................................................12


2 Gambar pendistribusian Desentralisasi.......................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan obat merupakan manajemen di rumah sakit, salah satunya yaitu tahap
distribusi diantara indikator adalah kecocokan antara obat dengan kartu stock, turn over
ratio, tingkat ketersediaan obat, persentase nilai obat yang kadaluarsa dan rusak,
persentase stock mati, ketidaklancaran distribusi obat berdampak negatif terhadap rumah
sakit baik secara medis, maupun secara ekonomis[ CITATION Uli19 \l 1033 ].
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan pelayanan pengobatan yang
bertanggung jawab terhadap pasien, yang bermaksud untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, pelayanan kefarmasian di rumah sakit menjadi pelayanan yang sangat penting
salah satu adalah dimulai dari seleksi, pengadaan, penyimpanan, permintaan obat,
penyalinan, pendistribusian, penyiapan, pemberian, dokumentasi, dan monitoring terapi
obat. Hal tersebut dalam menjalankan pengelolaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit
wajib mematuhi peraturan perundangundangan, yang bertujuan untuk menjamin
keselamatan dan kepuasan pasien. Apabila suatu sistem tidak diterapkan maka akan
berpengaruh terhadap mutu pelayanan dan keselamatan pasien [ CITATION Uli19 \l 1033 ].
Menurut Subagya (1995), Pendistribusian atau Penyaluran adalah kegiatan
menyalurkan barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah dan sesuai dengan
spesifikasi. Distribusi adalah suatu kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serrta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah agar
tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan kesehatan secara tepat waktu, tepat
jenis dan jumlah[ CITATION FAT19 \l 1033 ].

Tahapan pemusnahan terdiri dari membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan, menyiapkan berita acara
pemusnahan, mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait, menyiapkan tempat pemusnahan, dan melakukan pemusnahan disesuaikan
dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Pemusnahan pada Instalasi
Farmasi RSI Faisal dilakukan setiap 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun sekali untuk
sediaan farmasi dan alat kesehatan dari setiap unit/depo yang telah kedaluwarsa dan yang
tidak memenuhi persyaratan dikumpulkan dan diserahkan ke petugas Gudang Farmasi
Rumah Sakit [ CITATION Ita20 \l 1033 ].

Sebelum dilakukan pemusnahan, terlebih dahulu dilakukan pencatatan sediaan


farmasi dan alat kesehatan yang akan dimusnahkan, serta menyiapkan dokumen berupa
laporan dan berita acara pemusnahan, lalu melakukan koordinasi kepada Dinas
Kesehatan Kota Makassar dan Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi
Sulawesi Selatan terkait jadwal, metode dan tempat untuk pemusnahan [ CITATION Ita20 \l
1033 ].

B. Rumusan Masalah
1. Bagaamana Sistem Distribusi Obat?
2. Bagaimana Metode Pendistribusian Logistik Obat Rumah Sakit?
3. Bagaimana Cara Pemusnahan Obat Di RS?
4. Bagaimana Pemusnahan Obat dan Sediaan Farmasi?
5. Bagaiamana Pemusnahan Peralatan Medis?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sistem Distribusi Obat
2. Untuk Mengetahui Metode Pendistribusian Logistik Obat Rumah Sakit
3. Untuk Mengetahui Cara Pemusnahan Obat Di RS
4. Untuk Mengetahui Pemusnahan Obat dan Sediaan Farmasi
5. Untuk Mengetahui Pemusnahan Peralatan Medis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Distribusi Obat


1. Fungsi Pendistribusian

Menurut Subagya (1995), Pendistribusian atau Penyaluran adalah kegiatan


menyalurkan barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah dan sesuai dengan
spesifikasi. Distribusi adalah suatu kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serrta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah
agar tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan kesehatan secara tepat
waktu, tepat jenis dan jumlah[ CITATION FAT19 \l 1033 ].

Menurut Subagya (1995), hal-hal yang harus diperhatikan dalam


pendistribusian barang yaitu:

a) Ketepatan jenis dan spesifikasi logistik yang disampaikan


b) Ketepatan nilai logistik yang disampaikan
c) Ketepatan jumlah logistik yang disampaikan
d) Ketepatan waktu penyampaian
e) Ketepatan tempat penyampaian
f) Ketepatan kondisi logistik yang disampaikan

Sistem pelayanan distribusi perbekalan farmasi menurut Permenkes RI No 58


tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah:

1) Sistem persediaan lengkap diruangan


a) Pendistribusian obat-obatan, alat kesehatan, dan bahan habis pakai untuk
persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
b) Obat-obatan, alat kesehatan dan bahan habis pakai yang disimpan di ruang
rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
c) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.
d) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
2) Sistem resep perorangan

Pendistribusian obat-obatan, alat kesehatan dan bahasa habis pakai


berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui instalasi
farmasi.

3) Sistem unit dosis

Pendistribusian obat-obatan, alat kesehatan, bahan habis pakai


berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
digunakan untuk pasien rawat inap.

Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu dari 3
metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi
rumah sakit (Kemenkes, 2010).

a. Sistem distribusi dosis unit sentralisasi. Sentralisasi dilakukan oleh IFRS


sentral ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya,
di rumah sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya depo/satelit IFRS di
beberapa unit pelayanan.
b. Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa depo/satelit
IFRS di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi desentralisasi ini
sama dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja
sistem distribusi desentralisasi ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang
sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS sentral.
c. Dalam sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi,
biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan darurat dilayani depo/satelit
IFRS. Dosis selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral. Semua pekerjaan
tersentralisasi yang lain, seperti pengemasan dan pencampuran sediaan
intravena juga dimulai dari IFRS sentral.

Menurut Depkes RI (2008), selain tiga sistem tersebut terdapat satu


metode distribusi lainnya yaitu sistem distribusi kombinasi. Sistem kombinasi
merupakan sistem distribusi yang selain menerangkan distribusi resep atau
order individual sentralisasi juga menerangkan distribusi persediaan di
ruangan yang terbatas[ CITATION Nov16 \l 1033 ].

Perbekalan farmasi yang disediakan di ruangan adalah perbekalan


farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan
biasanya adalah perbekalan farmasi yang harganya murah mencakup
perbekalan farmasi berupa resep atau perbekalan farmasi bebas, kegiatan
pendistribusian perbekalan armasi adalah:

1) Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan


kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi
dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan,
sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh
Instalasi Farmasi.
2) Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi
dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah
sakit.
3) Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien
diluar jam kerja yang diselenggaran oleh
4) Apotek rumah sakit/satelit farmasi yang buka 24 jam
5) Ruang rawat menyediakan perbekalan farmasi emergensi.
Distribusi obat merupakan kegiatan yang dilakukan di rumah sakit sebagai
suatu tatanan prosedur jaringan personal, sarana, dan jaminan mutu, yaitu dengan
mendistribusikan sediaan farmasi untuk melakukan pelayanan terhadap pasien dalam
proses terapi pasien rawat inap, dan rawat jalan serta sebagai penunjang pelayanan
medis. Sistem distribusi obat yang telah di dispending intalansi farmasi rumah sakit
ke tempat perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan
penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu, dan metode pemberian harus tepat
terhadap personel, menjamin mutu keutuhan obat[ CITATION Uli19 \l 1033 ].

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/


menyerahkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari tempat penyimpanan
sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,
jumlah, dan ketepatan waktu. IFRS harus menentukan sistem distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan di unit pelayanan[ CITATION Drs16 \l 1033 ].

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:

1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)


a. Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk persediaan di
ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
b. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang disimpan di ruang rawat harus
dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
c. Dalam kondisi sementara di mana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
(di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung
jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e. Menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi Obat pada
setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
2. Sistem Resep Perorangan (Individual Prescription)
Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan
resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.

3. Sistem Unit Dosis

Pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berdasarkan


resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk
penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien
rawat inap. Sistem unit dosis dapat menggunakan metode unit dose dispensing
(UDD) untuk satu unit dosis penggunaan (sekali pakai) atau once daily dose
(ODD) untuk dosis satu hari diberikan.

4. Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan bagi


pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk


pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat
dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas
dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:

a. Efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada dan.


b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
c. Metode sentralisasi[ CITATION Drs16 \l 1033 ].

B. Metode Pendistribusian Logistik Obat Rumah Sakit


Sistem distribusi dilakukan dengan dua metode yaitu sistem distribusi
senntralisasi dan desentralisasi. Sentralisasi dilakukan oleh IFRS sentral ke semua unit
rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya, di rumah sakit itu mungkin hanya
satu IFRS tanpa depo/satrelit IFRS di beberapa unit pelayanan. Sedangkan sistem
desentralisasi dilakukan oleh beberapa depo/satelit IFRS di sebuah rumah sakit. Pada
dasarnya sistem distribusi desentralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan
lengkap di ruangan, hanya saja sistem distribusi desentralisasi ini dikelola seluruhnya
oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS sentral
(Kemenkes, 2010) [ CITATION FAT19 \l 1033 ].

a. Sentralisasi

Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang


dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh
kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu
maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan
farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian resep itu
diproses sesuai dengan kaidah cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk
didistribusikan kepada penderita tertentu. Keuntungan sistem ini adalah:

a. Semua resep dikaji langsung oleh tenaga farmasi, yang juga dapat memberi
informasi kepada perawat berkaitan dengan perbekalan farmasi pasien.
b. Memberi kesempatan interaksi profesional antara tenaga farmasi-
dokterperawat-pasien.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan.
d. Mempermudah penagihan biaya pasien.

Permasalahan yang terjadi pada penerapan tunggal metode ini di suatu


rumah sakit yaitu sebagai berikut :

a. Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi
obat ke pasien yang cukup tinggi.
b. Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat.
c. Tenaga farmasi kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records)
dengan cepat.
d. Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu
penyiapan komunikasi.

Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A
dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.
Seluruh kebutuhan obat atau barang farmasi setiap unit perawatan
termasuk dalam penyimpanan dan pendistribusian dipusatkan pada satu
tempat[ CITATION Uli19 \l 1033 ].

Rawat Jalan
Rawat Inap
GUDANG
Bedah Pusat
Rawat Darurat
1 Gambar Pendistribusian Obat Sentralisasi
b. Desentralisasi

Desentralisasi adalah sistem pendistribusian sediaan farmasi dan


perbekalan kesehatan yang mempunyai cabang di dekat unit
perawatan/pelayanan. Bagian ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit
farmasi. Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi
ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam
hal ini bertanggung jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi
yang ada di depo farmasi. Tanggung jawab tenaga farmasis dalam kaitan dengan
distribusi perbekalan farmasi di satelit farmasi:

a. Dispensing dosis awal pada permintaan baru dan larutan intravena tanpa
tambahan (intravenous solution without additives).
b. Mendistribusikan IV admixtur yang disiapkan oleh farmasi sentral.
c. Memeriksa permintaan obat dengan melihat medication administration record
(MAR).
d. Menuliskan nama generik dari obat pada MAR.
e. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan distribusi.

Pelayanan kefarmasian dalam memenuhi kebutuhan obat atau barang


farmasi baik kebutuhan individu atau kebutuhan dasar tidak dilayani dari pusat
layanan farmasi bentuk sistem desentralisasi penyimpanan dan pendistribusian
obat atau barang farmasi di tempatkan ketiap cabang di unit dekat pelayanan
perawatan[ CITATION Uli19 \l 1033 ].

Rawat Jalan  Rawat Jalan


Rawat Inap  Rawat Inap
GUDANG
Bedah Pusat  Bedah Pusat
Rawat Darurat  Bedah Pusat
2 Gambar pendistribusian Desentralisasi
Proses pendistribusian yang dilakukan oleh IF RSWS dilakukan dengan
menerapkan sistem desentralisasi yaitu melalui depo atau satelit farmasi yang ada di
rumah sakit. jika stok obat yang ada di suatu depo atau saletil yang ada di rumah sakit
sudah sedikit atau hampir habis, maka pihak depo akan melakukan permintaan ke gudang
induk farmasi sesuai dengan hari yang ditentukan dan disertai engan penginputan data
permintaan pada sistem rumah sakit, yakni SIM RS. Kemudian pihak gudang akan
melakukan print out sebagau bentuk bukti pemesanan obat, selanjutnya barang yang
dipesan disiapkan dan dibalas dengan menginput kembali ke SIM RS. setelah itu barang
akan diantarkan pada depo terkait dengan memperhatikan SOP yang berlaku di rumah
sakit.

Dalam proses pendistribusian obat yang dilakukan oleh IF RSWS dipengaruhi


oleh banyak sedikitnya jumlah permintaan obat, jika jumlah obat yang tersedia di gudang
memungkinkan dan memenuhi jumlah keseluruhan yang diminta, maka bisa dilakukan
pendistribusian ke unit tersebut. Akan tetapi jika obat yang diminta jumlahnya tidak
memungkinkan untuk dilakukan pendistribusian sesuai permintaan, maka obat yang
disediakan oleh pihak gudang hanya sedikit dan bahkan tidak dapat dilakukan distribusi
karena obat yang dipesan kosong.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa


pelaksanaan proses pendistribusian obat IF RSWS selama ini dilakukan oleh tenaga kerja
yang telah diberi tanggung jawab sebagai kurir farmasi dan pelaksanaannya pun sudah
sesuai dengan SOP yang berlaku di rumah sakit. Akan tetapi masih terdapat beberapa
masalah atau kendala dalam proses pendistribusian yakni tenaga kurir yang masih kurang
sehingga proses pendistribusian agak menumpuk dan lambat. Kedua terkadang terdapat
ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tercatat di komputer dengan stok fisik obat.
Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya pihak rumah sakit melakukan perekrutan SDM
dalam hal ini penambahan jumlah kurir serta meningkatkan ketelitian user dalam
menjalankan prose pendistribusian obat [ CITATION FAT19 \l 1033 ].

C. Cara Pemusnahan Obat Di RS


Tahapan pemusnahan terdiri dari membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan, menyiapkan berita acara
pemusnahan, mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait, menyiapkan tempat pemusnahan, dan melakukan pemusnahan disesuaikan
dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Pemusnahan pada Instalasi
Farmasi RSI Faisal dilakukan setiap 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun sekali untuk
sediaan farmasi dan alat kesehatan dari setiap unit/depo yang telah kedaluwarsa dan yang
tidak memenuhi persyaratan dikumpulkan dan diserahkan ke petugas Gudang Farmasi
Rumah Sakit [ CITATION Ita20 \l 1033 ].

Sebelum dilakukan pemusnahan, terlebih dahulu dilakukan pencatatan sediaan


farmasi dan alat kesehatan yang akan dimusnahkan, serta menyiapkan dokumen berupa
laporan dan berita acara pemusnahan, lalu melakukan koordinasi kepada Dinas
Kesehatan Kota Makassar dan Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi
Sulawesi Selatan terkait jadwal, metode dan tempat untuk pemusnahan [ CITATION Ita20 \l
1033 ].

Adapun pihak-pihak yang menghadiri kegiatan pemusnahan tersebut, baik dari


Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Kepala Gudang Farmasi/petugas yang ditunjuk,
Dinas Kesehatan Kota dan BPOM Provinsi. BPOM juga tidak diwajibkan hadir untuk
mengikuti kegiatan ini, akan tetapi harus diberitahu melalui surat sebagai bukti bahwa
Rumah Sakit tersebut melakukan kegiatan pemusnahan, terkhusus bila ada obat
Narkotika dan Psikotropika.
Pemusnahan dilakukan dengan cara dipisah terlebih dahulu berdasarkan jenis dan
bentuk sediaan, kemudian diawali dengan memisahkan sediaan yang rusak dengan
sediaan yang masih baik, isi sediaan dikeluarkan terlebih dahulu dari kemasannya (untuk
sediaan padat, cair) lalu dihancurkan dan ditimbun dalam tanah.

Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri (4). Penarikan (recall) dilakukan oleh
pihak Distributor jika ditemukan obat yang telah diedarkan tersebut terdapat zat/bahan
kimia yang berbahaya untuk digunakan, dilihat dari nomor batch obat dan kandungan
obat baik bahan baku/zat aktif maupun bahan tambahan/ zat tambahan dari obat tersebut

Pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai adalah bertujuan untuk memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan
serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai (4). Pengendalian di Rumah Sakit dilakukan oleh pihak Gudang Farmasi dan tiap
unit/depo setiap akhir bulan, yaitu dengan kegiatan stok opname. Kegiatan Stok Opname
ini berguna untuk mengetahui penggunaan/pemakaian rata-rata sediaan farmasi dan alat
kesehatan setiap bulannya dan sebagai bahan evaluasi perbekalan farmasi apa yang sering
digunakan, jarang digunakan dan tidak pernah digunakan selama 3 (tiga) bulan
berturutturut. Bila ada obat yang selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tidak pernah
digunakan dan jarang digunakan, Apoteker dapat memberi saran kepada Dokter yang
bekerja di Rumah Sakit agar meresepkan obat tersebut untuk menghindari terjadinya
penumpukan obat dan Expired Date.

Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pencatatan


pada kartu stok, membuat rekapan data berupa laporan pemakaiaan/penggunaan obat
pada aplikasi yang telah dibuat baik dari pihak Rumah Sakit, Dinas Kesehatan
Kota/Provinsi dan BPOM.

a. Pencatatan Pada Kartu Stok


Kegiatan ini dilakukan setiap hari, baik di Gudang Farmasi maupun unit/depo
yang ada di Rumah Sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian/penggunaan dan sisa
dari perbekalan farmasi tersebut

b. Stok Opname Setiap Akhir Bulan

Kegiatan ini dilakukan setiap akhir bulan, baik di Gudang Farmasi maupun
unit/depo yang ada di Rumah Sakit untuk mengetahui rata-rata
pemakaian/penggunaan perbekelan farmasi setiap bulannya.

c. RKO (Rencana Kebutuhan Obat)

Kegiatan ini dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali berupa laporan rencana
kebutuhan obat yang diperlukan untuk perencanaan periode berikutnya. Ini juga
sebagai acuan yang akan dikirimkan ke Kementrian Kesehatan untuk mengetahui
jumlah sediaan farmasi dan alat kesehatan yang akan digunakan pada setiap Rumah
Sakit yang ada di seluruh Indonesia.

d. SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)

Kegiatan pelaporan ini dilakukan untuk mengetahui jumlah obat Narkotika


dan Psikotropika yang telah digunakan setiap bulannya di Rumah Sakit tersebut.

e. SIMRS

Ini merupakan salah satu bentuk Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit
yang memuat data-data tentang pencatatan dan pelaporan resep; jumlah, jenis, expired
date, harga dari sediaan farmasi dan alat kesehatan

Dalam permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian


di Rumah Sakit juga menyebutkan beberapa tahapan pemusnahan obat terdiri dari:

1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai yang akan
dimusnahkan
2) Menyiapkan berita acara penghapusan
3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait.
4) Menyiapkan tempat pemusnahan
5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
pengaturan yang berlaku.

IFRS harus membuat prosedur terdokumentasi untuk mendeteksi kerusakan


dan kadaluwarsa perbekalan farmasi serta penanganannya, IFRS harus diberi tahu
setiap ada produk perbekalan farmasi yang rusak, yang ditemukan oleh perawat staf
medik (Kemenkes, 2010) [ CITATION FAT19 \l 1033 ].

Penangan sediaan perbekalan farmasi yang rusak dapat dilakukan dengan cara
(Kemenkes, 2010):

a. Catatan dari manufaktur seperti nama dan nomor batch sediaan perbekalan
farmasi harus tertera pada resep pasien rawat jalan, order/P-3 pasien rawat
tinggal, rekaman pengendalian kemasan dan pada daftar persediaan dan etiket
yang bersangkutan.
b. Dokumen tersebut no 1 (resep, order perbekalan farmasi, dan sebagainya) dikaji
untuk menetapkan penerima (pasien dan unit rawat) no batch perbekalan farmasi
yang ditarik.
c. Dalam hal penarikan produk yang signifikan secara klinik, arus disampaikan
kepada penerima bahwa mereka mempunyai produk perbekalan farmasi yang
akan ditarik itu. Untuk pasien rawat jalan, peringatan harus dilakukan sedemikian
agar tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi pasien harus
dijamin mendapat penggantian perbekalan farmasi yang ditarik. Pimpinan rumah
sakit, perawat, dan staf medik harus diberi tahu setiap penarikan perbekalan
farmasi. Beberapa penjelasan juga harus diberitahukan kepada pasien yang
menerima perbekalan farmasi yang ditarik.
d. Memeriksa semua catatan pengeluaran, kepada pasien mana perbekalan farmasi
diberikan guna mengetahui keberadaan sediaan farmasi yang ditarik.
e. Mengkarantina semua produk yang ditarik, diberi tanda “jangan gunakan” sampai
produk perbekalan farmasi tersebut diambil oleh atau dikembalikan ke
pabrik/produsennya.
Berdasarkan PP No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan Pasal 47 ayat (1), (2) dan (3), menyatakan bahwa :

a. Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilaporkan kepada Menteri
b. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dimaksud dalam
ayat (1) sekurang-kurangnya memuat keterangan:
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
2) Jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan
3) Nama penanggung jawab pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
4) Nama satu orang saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
c. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam pasa (2) ditandatangani oleh penanggung jawab dan saksi dalam
pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan. [ CITATION FAT19 \l
1033 ]

D. Pemusnahan Obat dan Sediaan Farmasi

Semua obat harus dibuang dengan cara yang aman dan tepat. Obat-obatan
harusdibuang di kontainer sampah yang relevan yang kemudian dikirim untuk
pembakarandan tidak harus dibuang di saluran pembuangan.Apoteker disarankan untuk
menggunakan drugs denaturasi kit untuk mengubahsifat obat. Di masa lalu, berbagai
metode telah digunakan untuk mengubah sifat obat termasuk grinding bersama-sama
dengan obat-obatan limbah lainnya, dan/ataudilarutkan dalam air sabun.

1. Sediaan Padat

Tablet dan kapsul dapat dihapus dari kemasan luarnya, dikeluarkandari


kemasan blister dan ditempatkan dalam kit drugs denaturasi. Jikaseseorang
menghapus tablet/kapsul dari kemasan blister, mereka harusmengenakan sarung
tangan. drugs kit denaturasi dapat diperoleh dari beberapa PCO, kontraktor limbah
dan NPA. Praktik terbaik akan menggilingatau menghancurkan formulasi dosis padat
sebelum ditambahkan ke kitdrugs denaturasi untuk memastikan bahwa seluruh tablet
atau kapsul yangtidak mudah diperoleh.

Metode alternatif denaturasi untuk menghancurkan atau menggilingformulasi


dosis padat yaitu menempatkannya ke dalam sedikit air panas,aduk dengan sabun,
pastikan obat telah dilarutkan atau didispersikan.Campuran yang dihasilkan kemudian
dapat ditambahkan ke bin pembuanganlimbah yang tepat disediakan oleh kontraktor
limbah.

Jika penghancuran tablet atau kapsul sedang berlangsung, perludipastikan


bahwa partikel debu obat tidak dilepaskan ke udara diminimalkan.

Penggunaan sejumlah kecil air saat penggilingan. Hal ini jugamungkin


diperlukan untuk orang yang terlibat dalam penggilingan ataumenghancurkan untuk
memakai masker yang cocok untuk perlindungan,sarung tangan dan memastikan
bahwa daerah tersebut juga berventilasi.

2. Sediaan Cair

Obat dengan sediaan cair dapat dituangkan dari wadahnya dandimasukkan ke


denaturasi kit di mana akan bercampur dengan bahan limbahlainnya, sehingga tidak
dapat digunakan kembali.

Metode alternatif dalam membuang sejumlah besar obat cair adalahdengan


membuangnya pada tempat pembuangan dengan ukuran yang sesuaidengan
banyaknya obat. Namun, kegiatan ini akan perlu
mempertimbangkan peraturan kesehatan dan keselamatan, sehingga orang yang mela
kukan pemusnahan obat agar dapat menjaga lingkungan dari bahaya dan polusi
Tempat pembuangan yang sudah terisi obat untuk dimusnahkan dibuang keinsinerasi
melalui metode pembuangan limbah biasa untuk obat-obatan.

3. Formula Parenteral
Ampul cair harus dibuka dan isinya dikosongkan ke dalam denaturasikit atau
dibuang dengan cara yang sama seperti membuang cairan yangdiuraikan sebelumnya.
Ampul harus dibuang di tempat sampah benda tajam.Tempat sampah benda taja,
harus diberi label "mengandung limbah farmasidicampur dan benda tajam - untuk
insinerasi". Begitupun dengan ampul
yang berisi sediaan obat bubuk. Sarung tangan harus dipakai oleh orang yangmembuk
a ampul sebagai tindakan keamanan dan untuk meminimalkan risikocedera dari benda
tajam.

Alternatif lain, tetapi kurang disukai, adalah ampul dimasukkan


dandihancurkan di wadah plastik kosong. Setelah rusak, berikan sedikit airsabun
panas (untuk ampul bubuk) atau tempatkan pada tempat pembuangankhusus (untuk
ampul cair). Jika metode ini digunakan, perlu
dipastikan bahwa kaca tidak merugikan orang yang menghancurkan obat. Yangdihasil
kan oleh campuran cair kemudian harus dibuang dalam kit denaturasiatau di tempat
sampah yang digunakan untuk pembuangan obat cair.

4. Formula Aerosol

Formulasi aerosol harus dikeluarkan ke dalam air (untuk mencegah


tetesanobat memasuki udara). Sebagai tindakan pencegahan maka dianjurkan
untukmenggunakan masker bagi staf yang melaksanakan kegiatan pemusnahandan
pastikan bahwa tempat pemusnahan memiliki ventilasi yang baik. Cairanyang
dihasilkan kemudian dapat dibuang sesuai dengan pedomansebelumnya pada
pemusnahan formulasi cair.Adapun Teknik pemusnahan obat/perbekalan kesehatan
menurut Willoughby (2016)diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pemendaman di dalam tanah/ dikuburTeknik ini adalah cara tertua dan termudah
karena tdk perlu penanganan/ preparasisebelumnya. Digunakan utk jenis obat
padat (tablet, kaplet, serbuk, kapsul). Sebaiknya tehnik ini dilakukan stlh tehnik
enkapsulasi/inersiasi dan lokasi penguburannya harus jauhdr sumber air
minum/pemukiman.
2. Pembuangan kesaluran airSebelum dibuang kesaluran air, obat terlebih dahulu di
campur dengan sejumlah airuntuk mengurangi konsentrasinya. Cara seperti ini
dapat digunakan untuk sediaan cairseperti sirop, suspensi, emulsi dan larutan intra
vena.
3. EnkapsulasiObat-obat berbentuk padat dan setengah padat:
a. Masukkan kedlm suatu bak berlapis plastik/drum baja (75%) 
b. Diisi suatu medium berupa campuran semen, kapur, pasir atau batu bara,
laluditambahkan air
c. Selanjutnya ditutup rapat dan kedap udara, lalu dipendam di dalam tanah
4. Insinerasi Merupakan proses oksidasi kering bersuhu tinggi (800  –  1200°C)
denganmenggunakan insinerator, sehingga gas yang dihasilkan dapat terurai pada
proses pertukaran panas (heat exchange). 

Cara seperti ini mengakibatkan penurunan yangsangat signifikan dari segi


volume maupun berat limbah, digunakan terutama untuk obatyang mengandung
halogen.

5. Inersiasi Merupakan variasi dari enkapsulasi. Tablet dan pil harus dikeluarkan
dari blisternya,lalu direndam air, dicampur semen, kapur sehingga membentuk
pasta, untuk kemudiandipindahkan ke dalam truk pengangkut semen curah dan
dikubur. Pengelolaan limbahseperti ini bertujuan untuk meminimalkan resiko
berpindahnya substansi yang terkandungdalam limbah ke air permukaan atau air
tanah.
6. Dibakar dalam wadah terbuka Cara ini hanya direkomendasikan untuk obat-
obatan dalam jumlah kecil karenadampak pencemarannya. Kemasan yang
mengandung PVC (Poly Vinyl Chlorida) tidak boleh diikutsertakan. Namun
sebaiknya teknik ini dihindari Karena kandungan zat beracundapat dilepaskan ke
udara [ CITATION Kar17 \l 1033 ].

E. Pemusnahan Peralatan Medis


Alat kesehatan dapat dimusnahkan apabila:
1. Diproduksi dan/atau disalurkan tidak memenuhi persyaratan yang berlaku;
2. Telah melebihi masa pakai atau kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan ataukepentingan
ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Dicabut izin edarnya akibat adanya efek yang tidak diingini
Pemusnahan dapat dilaksanakan oleh:
1. Perusahaan yang memproduksi dan/atau mendistribusikan alat kesehatan tersebut
2. Pimpinan fasilitas kesehatan tempat alat kesehatan berada
3. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
4. Pemusnahan alat kesehatan yang berhubungan dengan tindak pidana
dilaksanakansesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Produk yang akan dimusnahkan yang belum dikirim ke tempat pemusnahan
harusditempatkan terpisah dan teridentifikasi secara jelas agar tidak tercampur
dengan produk layak jual dan mencegah terjual secara tidak sengaja. Kegiatan pemus
nahan harus memperhatikan hal berikut:
1. Keselamatan personil yang melaksanakan pemusnahan;
2. Kemungkinan penyalah-gunaan produk/kemasan;
3. Meminimalkan dampak terhadap lingkungan; dan
4. Peraturan perundang-undangan mengenai pembuangan limbah.
Pemusnahan barang milik negara dilakukan dengan cara:
1. Dibakar
2. Dihancurkan
3. Ditimbun/dikubur
4. Ditenggelamkan
5. Atau sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Setelah pelaksanaan pemusnahakan selanjutnya di tuangkan dalam Berita
Acara Pemusnahan dan dilaporkan kepada Pengelola Barang.[ CITATION Ari16 \l 1033 ]
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Distribusi obat merupakan kegiatan yang dilakukan di rumah sakit sebagai suatu
tatanan prosedur jaringan personal, sarana, dan jaminan mutu, yaitu dengan
mendistribusikan sediaan farmasi untuk melakukan pelayanan terhadap pasien dalam
proses terapi pasien rawat inap, dan rawat jalan serta sebagai penunjang pelayanan medis.
Sistem distribusi obat yang telah di dispending intalansi farmasi rumah sakit ke tempat
perawatan penderita dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan penderita, ketepatan
jadwal, tanggal, waktu, dan metode pemberian harus tepat terhadap personel, menjamin
mutu keutuhan obat[ CITATION Uli19 \l 1033 ].

Tahapan pemusnahan terdiri dari membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan, menyiapkan berita acara
pemusnahan, mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait, menyiapkan tempat pemusnahan, dan melakukan pemusnahan disesuaikan
dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Pemusnahan pada Instalasi
Farmasi RSI Faisal dilakukan setiap 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun sekali untuk
sediaan farmasi dan alat kesehatan dari setiap unit/depo yang telah kedaluwarsa dan yang
tidak memenuhi persyaratan dikumpulkan dan diserahkan ke petugas Gudang Farmasi
Rumah Sakit [ CITATION Ita20 \l 1033 ].

B. Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh
karena itu saya harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang saya buat, guna mengoreksi bila terjadi
kelasahan dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arinda Zahra Puspitasari, I. K. (2016). Manajemen Logistik, Obat, Alat, Dan Fasilitas
Kesehatan Pemusnahan Logistik, 1-22.

Drs. Rusli. Sp., F. A. (2016). Farmasi Rumah Sakit Dan klinik , 1-189.

FATHURRAHMI. (2019). MANAJEMEN PENGELOLAAN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI


FARMASI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR, 1-168.

Ita Puspita San*, A. S. (2020). Pengelolaan Kebutuhan Logistik Farmasi pada Instalasi Farmasi
RS Islam Faisal Makassar, 1-85.

Nuha, U. (2019). ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP DISTRIBUSI DI


INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG, 1-67.

Sholihah, K. A. (2017). Penghapusan Dan Pemusnahan Logistik, 1-42.

Soleman, N. E. (2016). Analisis Manajemen Logistik Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah DR Sam Ratulangi, 1-13.

Anda mungkin juga menyukai