Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH SCOPE OF NCM

PENGELOLAAN LOGISTIK DAN OBAT

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Bagas Adi Dharmawan (1911004)
2. Dui Wijayanti (1911011)
3. Luluk Sri Wahyuni (1911018)
4. Sabila Dintika Bastari Yunita (1911026)
5. Yosua Christian Harahap (1911034)
6. Yulianti Katrina Bunga (1911036)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN PARAREL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Scope Of NCM
Pengelolaan Logistik dan Obat” ini dengan baik. Makalah ini disusun dengan
berbagai sumber yaitu melalui media elektronik dan berbagi media pendukung
lainnya.
Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Keperawatan yang dibimbing oleh Ibu Dwi Ernawati,
S.Kep., Ns., M.Kep dan menambah pengetahuan mahasiswa dalam bidang
keperawatan.
Makalah ini tersusun berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dwi Ernawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing
Manjemen Kperawatan kami.
2. Penulis buku dan blog dalam website yang kami jadikan sebagai
sumber materi dalam pembuatan makalah ini.
3. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberi dukungan
kepada kami.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif
dari para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat berguna dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya.

Surabaya, 22 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul..........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi..................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.......................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi.....................................................................4
2.1.2 Definisi.....................................................................................6
2.1.3 Faktor Resiko............................................................................7
2.1.4 Klasifikasi.................................................................................8
2.1.5 Etiologi...................................................................................10
2.1.6 Patofisiologi............................................................................10
2.1.7 Manifestasi Klinis...................................................................13
2.1.8 Komplikasi.............................................................................14
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang..........................................................14
2.1.10 Penatalaksanaan......................................................................15
2.1.11 Pencegahan.............................................................................18
2.2 Konsep Dasar Hiperbarik Oksigen (HBO).......................................20
2.2.1 Definisi HBO..........................................................................20
2.2.2 Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber...........................21
2.2.3 Tujuan HBO...........................................................................21
2.2.4 Kontraindikasi HBO...............................................................22
2.2.5 Dasar Fisiologi........................................................................22
2.2.6 Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO.....................24
2.2.7 Hubungan HNP dengan Terapi HBO.....................................25
2.2.8 Tabel Kindwall.......................................................................26
2.3 Teori Askep HBO.............................................................................32
2.3.1 Pengkajian..............................................................................32
2.3.2 Diagnosa Terapi Hiperbarik Oksigen.....................................35
2.3.3 Intervensi Keperawatan..........................................................35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................38
3.1 PENGKAJIAN..................................................................................38
3.2 IDENTITAS......................................................................................38
3.3 ANALISA DATA.............................................................................43
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................44
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN....................................................44
3.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................46
3.7 EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................48
BAB 4 PENUTUP...............................................................................................50
4.1 Simpulan...........................................................................................50
4.2 Saran..................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intisari manajemen logistik adalah perpaduan yang seimbang dari
seluruh komponen yang membentuk sistem logistik. Perpaduan yang seimbang
itu, idealnya adalah dengan mengatur operasi logistik tercapai usaha pelayanan
yang diinginkan dengan total biaya yang serendah mungkin. Operasi logistik
dapat dianggap sebagai sekelompok siklus usaha. Dengan demikian, dapat kita
peroleh suatu orientasi dasar yang dapat digunakan untuk analisis disain dan
administrasi operasional. Aspek operasional logistic ini adalah mengenai
manajemen pemindahan (movement) dan penyimpanan material dan produk
jadi perusahaan. Jadi operasi logistic itu dapat dipandang sebagai berawal dari
pengangkutan pertama material atau komponen-komponen dari sumber
perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah
itu kepada langganan atau konsumen. Untuk manufaktur besar, operasi
logistic ini dapat terdiri dari ribuan pemindahan (movement = pergerakan)
yang berakhir pada penyerahan produk-produk itu pada industri pemakai,
para pengecer. Grosir, dealer, atau perantara pemasaran lainnya.
Dengan sistem-sistem tersebut peran operasi logistik dalam dunia
perindustrian sangat bermanfaat sekali, segala sesuatu tentang
pengadaan,transportasi, distribusi, dll dapat berjalan sangat efektif dan efisien.
Klien yang mengalami gangguan kesehatan akut maupun kronis
menyembuhkan dan mempertahankan kesehatan mereka dengan berbagai
strategi.Obat adalah substansi yang digunakan dalam
diagnosis,pengobatan,penyembuhan,perbaikan,maupun pencegahan terhadap
gangguan kesehatan.Obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan
penyembuhan penyakit.Tidak peduli dimanapun klien menerima pelayanan
kesehatan,rumah sakit,klinik,atau di rumah,perawat memegang peranan
penting dalam persiapan dan pemberian obat,mengajarkan cara menggunakan
obat dan mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan.
Pada masa perawatan akut dan penyembuhan,perawat memegang
peranan penting dalam memberikan obat secara tepat waktu kepada
klien,serta memastikan klien atau keluarganya telah mengerti dan siap
memberikan obat jika klien dipulangkan ke rumah.Jika klien tidak dapat
menggunakan obat sendiri di rumah,keluarga atau petugas perawat di rumah
memegang tanggung jawab dalam pemberian obat.Di setiap tatanan
pelayanan kesehatan,perawat bertanggung jawab mengevaluasi efek obat
terhadap kesehatan klien,mangajari klien tentang obat dan efek
sampingnya,memastikan kepatuhan terhadap regimen obat,serta
mengevaluasi kemampuan klien dalam menggunakan obat sendiri.Pada
beberapa kasus,perawat secara langsung mengajarkan dan mengevaluasi
anggota keluarga klien yang mampu memberikan obat.
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas
terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter
untuk mengobati klien  yang memiliki masalah ksehatan. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan
efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya
bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat
dan efek samping yang ditimbulkkan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannnya dengan
benar serta berdasarkan pengetahuan.
Selain mengetahui kerja suatu obat tertentu, perawat juga harus
memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya untuk
menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan. Pertimbangan
perawatt penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman.

1.2 . Rumusan Masalah


Bagaimanakah scope of NCM Pengelolaan Logistic dan Obat?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang scope of NCM Pengelolaan Logistic dan Obat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Operasi Logistik


Aspek operasional logistic ini adalah mengenai manajemen pemindahan
(movement) dan penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi
operasi logistic itu dapat dipandang sebagai berawal dari pengangkutan
pertama material atau komponen-komponen dari sumber perolehannya dan
berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah itu kepada
langganan atau konsumen. Untuk manufaktur besar, operasi logistic ini dapat
terdiri dari ribuan pemindahan (movement = pergerakan) yang berakhir pada
penyerahan produk-produk itu pada industri pemakai, para pengecer. Grosir,
dealer, atau perantara pemasaran lainnya.

Intisari manajemen logistik adalah perpaduan yang seimbang dari seluruh


komponen yang membentuk sistem logistik. Perpaduan yang seimbang itu,
idealnya adalah dengan mengatur operasi logistik tercapai usaha pelayanan
yang diinginkan dengan total biaya yang serendah mungkin. Operasi logistik
dapat dianggap sebagai sekelompok siklus usaha. Dengan demikian, dapat kita
peroleh suatu orientasi dasar yang dapat digunakan untuk analisis disain dan
administrasi operasional. Suatu siklus usaha harus didukung oleh nodes (lokasi
fasilitas dalam suatu siklus usaha), links (aspek komunikasi dan transportasi
dari siklus usaha), dan persediaan yang merupakan bagian integral dari sistem
operasi. Siklus usaha harus disesuaikan dengan kebutuhan masukan/luaran agar
ia dapat berfungsi secara dinamis. Masukan bagi suatu siklus usaha adalah
volume pesanan produk atau pesanan material yang ditangani oleh sistem
tersebut. Luaran sistem berkaitan dengan kemampuan struktur siklus usaha
untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya. Frekuensi kegiatan logistik sangat
berbeda-beda diantara berbagai siklus usaha. Ada 3 (tiga) hal penting dalam
pendekatan siklus usaha untuk dapat memahami pengaturan logistiknya.
Pertama, siklus usaha itu dikenal sebagai konsep dasar untuk mencapai
integrasi fungsi logistik. Kedua, struktur siklus usaha pada dasarnya adalah
sama, baik untuk distribusi fisik, manajemen material maupun transfer
persediaan. Ketiga, bagaimanapun luas dan kompleksnya keseluruhan struktur
sistem logistik itu, namun aspek kerja yang esensial dari anatominya dapat
diketahui dan dilukiskan dari struktur siklus usaha individualnya.
Dengan demikian, secara umum operasi logistik meliputi manajemen
distribusi fisik, manajemen material, dan transfer persediaan (inventory
transfer).

Supplier Factory Delivery Centre Retail Retailer Costumer


Delivery
Centre

Raw Matrial Finish Good

Marketing

2.1.1 Manajemen Distribusi Fisik


Manajemen distribusi fisik adalah aspek logistik yang berkenaan
dengan pengolahan dan pengiriman barang yang dipesan oleh pelanggan.
Tujuan utama distribusi fisik adalah mengatur penyerahan/pengantaran
produk organisasi ke para pelanggan. Cara terbaik untuk menggambarkan
kebutuhan bagi usaha distribusi fisik yang dinamis adalah dengan siklus
hidup produk. Konsep siklus hidup produk melukiskan keadaan-keadaan
persaingan yang berbeda-beda yang dapat terjadi selama masa hidup suatu
produk. Tahapan dari siklus hidup produk meliputi pendahuluan,
pertumbuhan, kejenuhan-kematangan, kekunoan-kemerosotan.
Tugas manajemen dalam distribusi fisik adalah mengkoordinir
hubungan antara fasilitas-fasilitas organisasi dengan para perantara yang
akan memberikan hasil tercapainya aspek waktu dan tempat . Hasilnya
adalah barang-barang itu dan hak pemilikannya sampai kepada pelanggan.
2.1.2

Manajemen Material
Aspek logistik yang berkaitan dengan pembelian bahan mentah,
suku cadang dan barang-barang untuk dijual kembali disebut manajemen
material. Manajemen material ini esensial bagi manufacturing karena
penyerahan yang ekonomis dan tepat waktu adalah penting untuk
mempertahankan produksi yang efisien dan kontinu. Fokus dari
manajemen material adalah memberikan kontinuitas dan stabilitas dalam
procurement. Tujuan pokonya adalah memberikan assortment yang benar
dari material, suku cadang, atau barang dagang untuk dijual kembali pada
lokasi yang dikehendaki, pada waktu dibutuhkan dan dengan cara yang
ekonomis. Dengan demikian, manajemen material meliputi transportasi,
penggudangan persediaan, komunikasi, penanganan dan penyimpanan
serupa dengan distribusi fisik dan transfer persediaan.
Aktivitas manajemen material berawal dari rencana operasi.
Rencana tersebut memberikan uraian tentang kebutuhan yang diperlukan
untuk menunjang operasi manufacturing dan operasi pemasaran, dan
memuat spesifikasi mengenai kapan dan untuk fasilitas apa item-item itu
akan dibeli. Tugas manajemen material adalah untuk memenuhi secara
ekonomi kebutuhan yang diuraikan dalam perencanaan operasi.
Berdasarkan rencana operasi tersebut, manajemen material berusaha
mencapai 6 (enam) tujuan yang saling berkaitan, yaitu :
1. Pembelian dengan harga terbaik
Yang paling penting adalah bahwa manajemen material itu bertujuan
membeli bahan mentah, suku cadang dan produk-produk untuk dijual
kembali dengan harga yang sebaik mungkin

2.  Kontinuitas suplai

Pemeliharaan suplai yang kontinu merupakan suatu aspek yang


esensial dari manajemen material. Untuk menghindari persediaan
yang tidak menentu, maka perlulah diadakan standing commitments
(perjanjian tetap) dengan para penjual untuk menjamin suplai yang
kontinu .

3.   Pemeliharaan mutu

Walaupun material, suku cadang, dan produk yang direncanakan


untuk dijual kembali itu dibeli menurut spesifikasi standard, namun
banyak perbedaan mutu terdapat diantara berbagai sumber suplai.
Tanggung jawab utama dari manajemen material adalah memilih
sumber yang paling konsisten dalam memenuhi spesifikasi standard.

4.   Biaya pembelian logistic yang rendah

Suatu tujuan lagi dari manajemen material adalah mendisain dan


mengoperasikan system yang sangat efisien untuk memperoleh item-
item yang dibeli. Untuk mencapai tujuan ini, para manajer material
haruslah mengintegrasikan transportasi, persediaan, komunikasi
pemesanan, dan penyimpanan & penyelenggaraan, ke dalam suatu
system penunjang yang seimbang.
5.   Bantuan riset dan pengembangan

Tanggung jawab utama dari manajemen material adalah untuk selalu


waspada terhadap gagasan-gagasan baru dalam teknik disain produk.

6.  Memelihara hubungan dengan supplier

Tujuan yang terakhir adalah pengembangan dan pemeliharaan hubungan yang


positif dengan para suplier.

Untuk merencanakan dan mendisain sistem manajemen material dapat


digunakan siklus material yaitu mencari sumber, menempatkan dan
melancarkan pesanan, transportasi, penerimaan dan inspeksi. Siklus material
ini dalam banyak hal mirip dengan siklus pengolahan pesanan langganan dalam
distribusi fisik, perbedaannya adalah
1. waktu penyerahan, besar pengiriman, metode transport dan nilai dari produk
menimbulkan banyak perubahan dalam siklus material;
2. kurangnya orang perantara dalam siklus material dibandingkan dengan
saluran pemasaran produk selesai;
3. sistem manajemen material adalah menempatkan pesanan. Oleh karena itu,
tingkat pengawasan siklus material adalah jauh lebih besar daripada siklus
pengolahan pesanan pelanggan karena besarnya ketidakpastian penurunan.
Ketidakpastian yang besar dalam siklus material terdapat dalam penilaian
terhadap kemungkinan perubahan harga yang besar di masa depan atau
terhadap terhentinya supplai.
2.1.3 Transfer Persediaan Internal
Transfer persediaan internal adalah pemindahan yang dibutuhkan
untuk mengintegrasikan operasi distribusi fisik dengan operasi manajemen
material dalam suatu organisasi. Tujuan utama dari transfer persediaan
internal adalah untuk menyeimbangkan operasi distribusi fisik dan
manajemen material dengan mengatur pergerakan barang-barang setengah
jadi diantara berbagai tahap pembuatan dan pergerakan barang jadi ke dan
diantara gudang-gudang yang dipakai oleh organisasi itu. Pergerakan
produk, material, dan suku cadang setengah jadi dan komponen-komponen
diantara fasilitas-fasilitas organisasi adalah tanggung jawab operasi transfer
persediaan. Kebutuhan terpenting dari transfer persediaan adalah usaha
logistik yang terkoordinir dalam organisasi itu. Identifikasi terhadap transfer
persediaan internal sebagai suatu bidang yang berdiri sendiri merupakan
suatu konsep yang relatif baru dalam manajemen logistik. Alasannya adalah
distribusi fisik dan manajemen material serta operasi transfer harus didisain
dalam satu rangkaian tujuan dan batas-batas tertentu. Oleh karena itu,
untuk mencapai manfaat maksimum, maka lokasi usaha dan pengawasan
logistik di dalam masing-masing bidang usaha akan berbeda-beda dalam
organisasi yang sama walaupun sebaiknya menstandardisasikannya
sepraktis mungkin.
Bidang transfer persediaan internal mempunyai perbedaan dengan
distribusi fisik dan manajemen material, yaitu bahwa transfer persediaan
internal berada dalam organisasi itu sedangkan distribusi fisik dan
manajemen material harus berhadapan dengan ketidakpastian dari sumber
pembelian eksternal dan pelanggan. Jadi, pengawasan menyeluruh adalah
mungkin untuk bidang transfer. Sistem transfer internal memberikan
pengawasan operasional terhadap komponen produk setengah jadi dan
produk jadi ke dan diantara gudang yang dipakai oleh organisasi itu.
Dengan demikian, operasi transfer ini terbatas pada pergerakan di dalam
organisasi dan di bawah kontrol struktur organisasi itu. Oleh karena itu,
penyelenggaraan kegiatan transfer, memungkinkan alokasi lebih optimal.
2.2 Siklus Usaha Logistik
Dengan membayangkan operasi logistic itu sebagai sekelompok siklus
usaha, maka dapatlah kita memperoleh suatu orientasi dasar yang dapat
digunakan untuk analisa disain dan untuk administrasi operasional.
Disamping nodes dan links, suatu siklus usaha logistic haruslah ditunjang
oleh suatu level persediaan yang merupakan bagian integral dari system
operating.
Akhirnya, siklus usaha itu haruslah disesuaikan dengan kebutuhan
masukan/luaran (input/output requitment) agar ia dapat berfungsi secara
dinamis.

2.3 Logistik dalam Strategi Pemasaran


Terdapat dua strategi logistik yang penting, antara lain :
1. Rantai Suplai Manajemen
2. Pemanfaatan waktu yang optimum
Faktor-faktor pengambil keputusan :
1. Pertumbuhan global
2. Pengabungan dan Pengembangan (Akuisi)
3. Perampingan
4. Kompetisi makin ketat dan kompleks, Ketidakpastian.
5. Teknologi Informasi
Sejarah Strategi Logistic serta elememm penting dalam strategi pemasaran
1. Tersedianya produk, Kecepatan pengiriman, Tepat Waktu, Rata-rata
kelambatan dan kerusakan minimal,  cv Fleksibel,
2. Teknik-Teknik lain : J I T (Optimalisasi Pemanfaatan Waktu) , cepat
tanggap, Pelanggan adalah raja, Keberlangsungan
Teknik manajemen baru adalah mengabungkan inventarisasi dengan
transpor, informasi, aset logistik dan sistem logistik menjadi tolok ukur
kinerja perusahaan.

1. Rantai Suplai Manajemen dengan pemangkasan : Biaya pembelian,


Biaya transport, biaya inventaris, biaya gudang.
2. Penerapan Taktik Cepat Tanggap
Kunci komponen dari banyak system pada umumnya meliputi :
• Ketepatan waktu ;
• EDI (electronik data Interchange) ;
• Perakitan menggunakan peralatan yang otomatis ;

Sehingga data dalam memenuhi produksi barang dapat dilakukan dengan


tehnologi informasi, berupa berupa satelit yang dapat mangakomodir
permintaan harian.

Penerapan Taktic Crossdocking

1. Meminimalkan pemanfaatan gudang, barang masuk gudang dilakukan


ortir kemudian dilakukan distribusi, serta dapat memenuhi permintaan
pasar.
Kelemahan operasi crossdocking, meliputi :
1) Kodifikasi bar umum dan standar penandaan

2) Jaringan EDI antara penjual dan pemiliki gudang sebaik antara


wholesar dan vendor

3) Tingkat keandalan pengangkut yang tinggi dalam melaksanakan


jadual yang telah ditetapkan oleh system

4) Perangkat lunak sistem informasi yang mampu mendukung proses


data dalam volume yang tinggi

Permasalahan Pelaksanaan

1. Rantai suplai manajemen dan mempersingkat siklus waktu adalah strategi


yang saling melengkapi.Kedua strategi ini kelihatan bersama karena itu
keduanya sulit dipisahkan dan dibedakan antara keduanya.

2. Setiap strategi mempunyai keterbatasan pada keberhasilan penerapan.


Banyak kemungkinan kesulitan dalam pemakaian strategi ini, tetapi
permasalahan yang sangat menentukan dapat dibudakan menjadi dua tipe
pada bagian ini.

 Tingkat Komplsiputas yang sangat tinggi dalm menerapkan


strategi pemasaran.

 Kepercayaan yang tinggi. Rantai suplai manajemen dan


pemendekan siklus waktu harus berdasarkan pada tingkat
kepercayaan yang tinggi antara prodksi dan distribusi.

3. Teknologi informasi adalah kunci pemanfaatan teknologi yaitu dengan


kepercayaan kepada kecepatan dan akurasi teknologi informasi. Untuk
komunikasi data jarak jauh digunakan EDI.

4. Pengurangan barang inventaris sebagai keuntungan. Penghematan dari


barang inventaris akan sanngat berpengaruh terhadap keuntungan, namun
pada kasus lain relatif kecil kemungkin untuk dipertimbangkan.

5. Keberhasilan strategi logistik haruslah terintegrasi dengan proses


produksi, pemasaran dan strategi perusahaan keseluruhan. Dimana hal ini
berbasis pada kompetisi waktu.

Implikasi terhadap Transportasi

1. Ketepatan waktu,
Menerapkan manejemen waktu secara terarah dan terprogram pada setiap
tahap dalam proses produksi

2. Kecepatan pengiriman
Melalui kemajuan tehnologi informasi, suatu produk dapat dikirim dari
tempat asal ke pelanggan dalam waktu yang lebih cepat..

3. Rata-rata kelambatan dan kerusakan minimal


Melalui moda transport yang baik, barang yang bersifat khusus dapat
dikemas dan dikirim ke tujuan dengan baik dan terhindar dari kerusakaan.
4. Fleksibel dalam permintaan,
Berdasarkan data permintaan yang akurat dan cepat melalui kemajuan
tehnologi informasi dapat dilakukan pemenuhan terhadap permintaan
pasar.

5. Meminimalkan pemanfaatan gudang,


Saat ini keberadaan gudang merupakan fenomena yang dianggap sebagai
pemborosan dalam perusahaan, sehingga diupayakan produk dapat
langsung didistribusikan ke pasar

6. Pelanggan adalah raja,


Sangat menghargai keberadaan pelanggan, sehingga sangat memanjakan
pelanggan dan selalu berusaha untuk dapat memenuhi selera dan keinginan
pelanggan, karena pelanggan akan bersedia membayar lebih untuk suatu
barang, asalkan yang didapatkan memiliki nilai/ cita rasa yang lebih.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Obat


Akibat perbedaan cara dan tipe kerja obat, respon terhadap sangat
bervariasi. Faktor selain karakteristik obat juga mempengaruhi kerja obat.
Klien mungkin tidak memberi respon yang sama terhadap setiap dosis obat
yang diberikan. Begitu juga, obat yang sama dapat menimbulkan respon yang
berbeda pada klien yang berbeda.
1.      Perbedaan Genetik
Susunan genetik mempengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolik
dalam keluarga sering kali sama. Fakktor genetik menentukan apakah
enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat.
Akibatnya, anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat.
2.      Variabel Fisiologis
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme
obat tertentu. Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi
karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang
sama. Variasi diurnal pada sekresi ekstrogen bertanggung jawab untuk
fluktuasi siklik reaksi obat yang di alami wanita
Usia berdampak langsung pada kerja obat. Bayi tidak memiliki banyak
enzim yang diperlukan untuk metabolisme oabt normal. Jumlah
perubahan fisiologis yang menyertai penuaan mempengaruhi respon
terhadap terapi obat. Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan
struktur yang mengubah pengaruh obat. Perawat haus berupaya
meminimalkan efek obat yang berbahaya yang meningkatkkan kapasitas
fungsi yang tersisa pada klien.
Apabila status nutrisi klien buruk, sel tidak dapat berfungsi dengan
normal, sehingga biotransformasi tidak berlangsung seperti semua fungsi
tubuh, metabolisme obat bergantung pada nutrisi yang adekkuat untuk
membentuk enzim dan protein. Kebanyakan obat berikatan dengan
protein sebelum didistribusi ke tempat kerja obat.
Setiap penyakit yang merusak fungsi organ yang bertanggung jawab
untuk farmakokinetik normal juga dapat merusak kerja obat. Perubahan
integritas kulit, penurunan absorpsi atau motilitas saluran cerna, dan
kerusakan fungsi ginjal dan hati hanya beberapa kondisi penyakit yang
berhubungan dengan kondisi yang dapat mengurangi kemanjuran obat
atau membuat kliien berisiko mengalami toksikasi obat.
3.    Kondisi Lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respon hormonal yang
pada akkhiirnya mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion
menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kkecepatan aktivitas
enzim.
Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respon terhadap
obat. Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan
darahnya. Pada cuaca panas, dosis vasodilator perlu dikurangi karena
suhu yang tinggi meningkatkan efek obat.cuaca dingin cenderung
meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator ditambah.
Reaksi suatu obat bervariasi, bergantung pada lingkungan obat itu
digunakan. Klien yang dilindungi dalam isolasi dan diberikan analgesik
memperoleh efekk peredaan nyeri yang lebih kecil dibandingkan klien
yang dirawat di ruang tempat keluarga dapat mengunjungi klien. Contoh
lain, jika meminum alkohol sendirian ; efek yang timbul hanya
mengantuk. Namun, minum bersama sekelompok teman membuat
individu menjadi ceria dan mudah bergaul.

4.      Faktor Psikologis


Sejumlah fator psikologis mempengaruhi penggunaan obat dan respon
terhadap obat. Sikap seseorang berakar dari pengalaman sebelumnya atau
pengaruj keluarga. Melihat orang tua sering menggunakan obat – obatan
dapat membuat anak menerima obat sebagai bagian dari kehidupan
normalnya.
Makna obat atau signifikasi mengosumsi obat mempengaruhi reaksi
klien terapi. Obat dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi rasa
tidak nyaman. Pada situasi ini klien bergantung pada obat sebagai media
koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi
fisik mereka, rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan
reaksi yang diinginkan terhhadap obat.
Obat sering kali memberikan rasa aman. Penggunaan secara teratur
obat tanpa resep atau obat yang dijual bebas mis. Vitamin, laksatif, dan
aspirin membuat beberapa orang merasa mereka dapat mengontrol
kesehatannya.
Perilaku perawat saat memberikan obat sangat berdampak secara
signifikan pada respon klien terhadap pengobatan. Apabila perawat
memberikan kesan bahwa obat dapat membantu, pengobatan
kemungkinan akan memberikan efek yang positif. Apabila perawat
terllihat kurang peduli saat pasien kurang nyaman, obat yang diberikan
terbukti relatif tidak efektif.
5.      Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kkerja obat atau nutrien .
contoh, vit. K (terkandung dalam sayur hijau berdaun) merupakan nutrien
yang melawan efek warfarin natrium (coumadin), mengurangi efeknya
pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral mengurangi absorpi
vitamin larutan lemak. Klien membutuhkan nutrisi tambahan saat
mengkonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi
nutrien tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.

2.5 Pengelolaan Obat


Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses
pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan
kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu
yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
 Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a.  Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
b.  Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c.  Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d.  Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e.   Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian
sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f.  Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang
tepat
g.  Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai
empat kegiatan yaitu :
a.       Perumusan kebutuhan (selection)
b.      Pengadaan (procurement)
c.       Distribusi (distribution)
d.      Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
      Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada
fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini
berarti untuk kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan
yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem
manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Organisasi
b.  Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung
pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau
peraturan perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh
kepedulian masyarakat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana,
sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.
a.  Seleksi  :  meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial
ekonimi masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa
yang harus tersedia.
b. Pengadaan : meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan,
pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan
pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
c. Distribusi : meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan
penyimpanan
d. Penggunaan : pelayanan farmasi.
Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu
ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat  untuk menggalang
keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya
sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan
mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang
menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat
dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan
operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.

2.6   Jalur Pemberian Obat


Jalur pemberian obat tergantung pada bentuk obat dan efek yang
diharapkan,serta kondisi fisik dan mental klien.
1. Jalur oral
merupakan jalur yang termudah dan paling sering digunakan.Obat
diberikan melalui mulut dan ditelan dengan bantuan cairan.Obat oral
memiliki onset kerja yang lebih lambat dan efek yang lebih lama
daripada pemberian parenteral.Klien biasanya memilih jalur pemberian
oral.
2.  Jalur Parenteral
Pemberian parenteral adalah menyuntikkan obat ke dalam tubuh.Berikut
ini merupakan tempat utama pemberian parenteral :
a. Intradermal : penyuntikkan ke kulit tepat di bawah epidermis
b. Subkutan : penyuntikkan ke jaringan tepat di bawah lapisan dermis
kulit
c. Intramuskular : penyuntikkan ke dalam otot
d. Intravena : penyuntikkan ke dalam pembuluh vena
3.   Pemberian Obat Topikal
Obat yang dioleskan ke kulit dan membran mukosa biasanya memiliki
efek local.Memberikan obat topikal bisa dengan cara mengoleskan ke
seluruh area,memberikan di bawah pembalut,menggosok bagian tubuh
dengan larutan,atau obat diberikan pada saat mandi.
4.    Jalur Inhalasi
Saluran pernapasan yang lebih dalam menyediakan daerah permukaan
yang luas untuk penyerapan obat.Perawat memberikan obat inhalasi
melalui lubang hidung,mulut,selang endotrakeal,atau
trakeostomi.Selang endotrakeal masuk lewat mulut klien dan berhenti
di trakea,sedangkan selang trakeostomi langsung memasuki trakea
melalui sayatan kulit di daerah leher.Obat yang diberikan melalui
inhalasi dapat langsung diserap dan bekerja dengan cepat karena
jaringan paru memiliki suplai pembuluh darah yang banyak.Banyak
obat-obatan inhalasi memiliki efek local maupun sistemik.

5.     Jalur Intraokular
Penghantaran obat intraokular mencakup memasukkan obat seperti
memakaikan lensa kontak pada klien.Obat mata yang berbentuk
lempeng memiliki dua lapis luar yang lunak di mana obat
melekat.Perawat memasukkan lempeng ke mata klien seperti
memasukkan lensa kontak,dan obat tersebut dapat tinggal di mata klien
sampai satu minggu.Pilokarpin,obat untuk mengatasi
glaukoma,merupakan obat berbentuk lempeng yang paling umum.
2.7 Syarat Dan Komponen Pemberian Obat
Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh
perawat. Perawat harus memberikan perhatian penuh dalam mempersiapkan
obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas lain ketika memberikan
obat.perawat menggunakan “ lima benar” pemberian obat untuk menjamin
pemberian obat yang aman. Lima benar pemberian obat sebagai berikut :
1. Benar Obat
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket
obat atau format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter.
Ketika memberikan obat perawat membandingkan label pada wadah obat
dengan format atau tiket obat. Perawat melakukan ini 3x yaitu :
a. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
b. Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari
wadahnya.
c. Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memeberikan obat yang dipersiakpkan. Jika terjadi
kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek
obat. Pada kebanyakan kasus, intsruksi obat telah diubah.
Namun,pertanyaan klien bisa mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus
tidak boleh memberikan obat tersebut sampai program dokter dipriksa
kembali. Obat dosis tunggal dan obat yang belum dikemas dapat
dikembalikan ketempat penyimpanan, jika belum dibuka.
2. Benar Dosis
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat
yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang
dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari
yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat pada situasi
ini, perawat harus memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan oleh
perawat lain. Setelah menghitung dosis, perawat menyiapkan obat dengan
menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya melakukan
perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan didapur
dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ), perawat
harus yakin bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi 2
dengan menggunakan sisi pisau atau dengan membungkus tablet dengan tisu
kemudian membelahnya dengan jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat
memberikan kedua bagian obat secara berurutan, namun hanya jika bagian
ke2 telah kembali dikemas dan dilabel. Alat penghancur harus selalu
dibersihkan secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan. Obat yang
dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam jumlah yang
sangat sedikit.
3. Benar Klien
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah
meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan kepada klien yang benar.
Perawat yang bekerja dirumah sakit atau lingkungan perawatan lain sering 
bertanggung jawab untuk memberikan obat pada banyak klien. Untuk 
mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format,
atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi
klien dan meminta klien menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama
klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa
respons klien menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar. Hal ini
sangat penting bahkan jika perawat telah merawat klien selama beberapa
hari. Supaya klien tidak merasa tidak nyaman, perawat dapat mengatakan
bahwa dalam memberikan obat secara rutin perawat harus meidentifikasi
nama klien.

4. Benar Rute Pemberian


Ketika sebuah intruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat,
perawat mengkonsultasikannya kepada dokter. Demikian juga bila rute
pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera
mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting. juga sangat
penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan
untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan yang dirancang untuk
penggunaan oral dapat menimbulkan komplikasi, misalnya abses steril
atau efek sistemik yang fatal. Perusahaan obat memberi label “hanya untuk
injeksi” pada obat-obatan parenteral.
5. Benar Waktu
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk
waktu tertentu dalam 1 hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah.
Contoh, diprohgramkan 2 obat, satu q8h ( setiap 8 jam ) dan yang lain tid (
3 kali sehari ). Ke 2 obat diberikan 3x dalam 24 jam. Tujuan dokter
memberikan obat q8h dalam hitungan jam ialah mempertahankan kadar
terapeutik obat. setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk
obat yang harus dengan interval sering. Contoh, obat qid (4x sehari) dapat
diberikan pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00; obat tid dapat
diberikan pada pukul 08.00, 14.00, dan 20.00.
Apabila seorang perawat bertanggung jawab memberikan beberapa
obat, maka obat yang harus bekerja  pada waktu-waktu tertentu harus
diprioritaskan. Misalnya, insulin harus diberikan pada interval yang tepat
sebelum makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam
menentukan waktu pemberian yang tepat. Banyak klien yang dirawat
memilih tidur lebih awal dari pada yang biasa mereka lakuan dirumah.
Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat menggangu
tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana
klien dapat memperolah manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat
nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila
perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek anal gesik
mungkin tidak cukup. Perawat mungkin perlu meminta dokter menambah
analgesik prn.
2.8    Askep Pemberian Obat
1.      Pengkajian
Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tarapi obat dan respon
potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.
a. Riwayat medis
Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap
terapi obat. Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko
terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang klien
mengalami ulkus lambung cenderung mengalami perdarahan maka
senyawa yang mengandung aspirin atau antikoagulasi akan
meningkatkan kemungkinan perdarahan. Riwayat pembedahan
klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan. Contoh, setelah
tiroidektomi , seorang klien membutuhkan penggantian hormon.
b. Data obat
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja,
tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi
keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat. Beberapa
sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan
yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui
sebanyak mungkin informasi tentang obat yang diberikan. Banyak
mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu atau buku
yang memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai
rujukan cepat.
c. Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien terhaadap obat menunjukkan tingkat
ketergantungan pada obat. Klien seringkali enggan
mengungkapkan perasaannya tentang obat,khususnya jika klien
mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien,
perawat perlu mengobservasi perilaku klien yang mendukung
bukti ketergantungan obat.
2.      Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien, kemampuannya
dalam menggunakan obat secara mandiri, dan pola penggunaan obat.
Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.
Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :
a. Kurang informasi dan pengalaman
b. Keterbatasan kognitif
c. Tidak mengenal sumber informasi
Ketidakpatuhan tehadap terapi obat yang berhubungan dengan :
a. Sumber ekonomi yang terbatas
b. Keyakinan tentang kesehatan
c. Pengaruh budaya
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
a. Penurunan kekuatan
b. Nyeri dan ketidaknyamanan
Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :
a. Pandangan kabur
Ansietas yang berhubungan dengan :
a. Status kesehatan yang berubah atau terancam
b. Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
c. Pola interaksi yang berubah atau terancam
Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
a. Kerusakan neuromuscular
b. Iritasi rongga mulut
c. Kesadaran yang terbatas
Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif yang berhubungan
dengan :
a. Terapi obat yang kompleks
b. Pengetahuan yang kurang
                                                             
3.      Perencanaan
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa
tehnik pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk
menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi klien
belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat
merencanakan untuk menggunakan semua sumber  pengajaran yang
tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi
perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari
kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif
dan mengidentifikasi faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang
membuat klien tidak mampu dengan konsisten menggunakan obat
secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang membuatnya
sulit pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan
lain,bekerja sama mencari jalan keluar untuk masalah ini sebelum
klien dipulangkan. Apabila klien baru didiagnosis dan membutuhkan
obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat data
merujuk klien untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara
perawatan kesehatan di rumah dapat membantu klien menyusun
jadwal pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas di rumah.
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri
maupun perawat bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut
harus dicapai :
a. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
b. Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman
sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan.
c. Klien dan keluarga memahami terapi obat.
d. Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

4. Implementasi
Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang aman
dan efektif.Intervensi dilakukan dengan menyiapkan obat secara cermat,
memberikannya dengan benar, dan memberi klien penyuluhan. Setiap
kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format atau label
obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan transkripsi,
sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dibatasi. Ketika
mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa nama,dosis,dan simbol
obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered nurse) membandingkan
semua program yang ditranskripsi dengan program yang asli untuk
memastikan keakuratan dan kelengkapannya. Perawat yang memberi
obat yang salah atau dosis yang tidak tepat bertanggung jawab secara
hukum.
5.      Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat secara
berkesinambungan. Untuk melakukan ini,perawat harus mengetahui kerja
terapiutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap obat. Perawat
harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien mengkonsumsi
beberapa obat. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan
sambil memenuhi sasaran keperawatan yang ditetapkan, perawat
melakukan langkah-langkah evaluasi untuk mengidentifikasi hasil akhir
yang aktual.
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa
ada komplikasi yang terkait dengan rute pemberian obat :
a. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat,  atau
perdarahan di tempat injeksi.
b. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di
tempat injeksi.
c. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah,
dan diare pada klien.
d. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk
demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.

Contoh langkah evaluasi untuk menentukan apakah efek terapeutik


obat yang diprogramkan telah dicapai dengan aman  :
1.  Menanyakan klien apakah ia mengalami respon yang biasa timbul
akibat penggunaan obat (contoh, nyeri merada atau gejala
berkurang)
2.  Memantau respon klien terhadap obat (contoh, obat antiaritnia,
irama jantung yang teratur ; obat hipertensi, penurunan tekanan
darah; obat diuretik, peningkatan haluaran urin.
2.9 Kesalahan Pengobatan
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien
menerima obat yang salah dan tidak mendapat terapi obat yang tepa (Edgar,
Lee , Cousins, 1994). Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap
individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkirpsi, persiapan,
penyaluran, dan pemberian obat.
Perawat memainkan peran yang sangat penting dalam lingkaran esential
pencegaha kesalahan pengobatan. Sayangnya kebanyakan kesalahan
pengobatan dilakukan oleh perawat dan terjadi saat perawat gagal mengikuti
prosedur rutin. Kesalahan yang terjadi haruz segera diketahui dan dilaporkan
kepada pegawai rumah sakit yang tepat. Perawat memiliki kewajiban etis dan
profesi untuk melaporkan kesalahan kepada dokter dan manager keperawatan.
Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan.
Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,perawat
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ; (1) seorang perawat
harus teliti membaca label obat. Banyak obat atau produk tersedia dalam
kotak, warna dan bentuk yang sama. (2) Pertanyakan pemberian banyak tablet
atau vial untuk dosis tunggal.Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua
tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Intervensi yang salah terhadap
program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi berlebihan. (3)
Mewaspadai obat-obatan yang bernama sama.Banyak nama obat terdengar
sama misalkan digoksin dan digitoksin, keflex dan keflin, orinase dan ornade.
(4) Mencermati angka di belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam
jumlah yang merupakan perkalian satu sama lain. Contoh, tablet cournadin
dalam tablet 2,5 dan 25 mg, thorazine dalam spansules (sejenis kapsul) 30
dan 300 mg. (5) Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan.
Kebanyakkan dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat
memantau efek terapiutik dan responnya. (6) Ketika suatu obat baru atau obat
yang tidak lazim diprogramkan, konsultasikan kepada sumbernya. Jika dokter
juga tidak lazim dengan obat tersebut,maka risiko pemberian dosis yang tidak
akurat menjadi masalah lebih besar. (7) Jangan memberikan obat yang
diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan tidak resmi. Banyak
dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat
yang sering diprogramkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal
nama tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah. (8) Jangan
berupaya ubtuk menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat
dibaca. Apabila ragu, sebaiknya menanyakan kepada dokter. Kesempatan
terjadinya salah interpretasi sangat besar, kecuali jika perawat
mempertanyakan program obat yang sulit dibaca. (9) Kenali klien yang
memiliki nama akhir sama dan juga minta klien menyebutkan nama
lengkapnya atau perawat bisa mencermati nama yang tertera pada tanda
pengenal. Seringkali, satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang
sama atau mirip. Label khusus pada kardeks atau buku obat dapat memberi
peringatan tentang masalah yang potensial. (10) Perawat juga mencermati
ekuivalen. Saat tergesa-gesa, salah membaca ekuivalen mudah terjadi.
Contoh,dibaca miligram padahal mililiter.
2.10 Penghitungan Dosis Obat

Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe


kalkulasi dosis. Rumus berikut dapat digunakan ketika perawat
mempersiapkan obat dalam benuk padat atau cair :
Dosis yang diprogramkan    x      Jumlah yang tersedia
Dosis yang tersedia                      = Jumlah yang akan diberikan
     Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diresepkan
dokter untuk seorang klien. Dosis yang tersedia adalah berat atau volume
obat yang tersedia dalam satuan yang di suplay oleh farmasi. Jumlah yang
tersedia adalah satuan dasar atau jumlah obat yang mengandung dosis yang
tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan yang sama
dengan satuan jumlah yang tersedia
Contoh : dokter mengintruksikan kilen diberi versed 2,5 mg IM, berari dosis
yang di programkan adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang
mengandung 5 mg / 1 ml, berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam
sediaan 1 ml. Rumus diaplikasikan sebagai berikut :
2,5 mg  x  1 ml = volume yang diberikan dalam mili liter
5 mg                    
Untuk menyederhanakan pecahan, bagi pembilang dan penyebut dengan
2,5:
     ½ x 1 ml = 0,5 ml untuk diberikan.

Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. Pada situasi
ini, rumus tetap dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah “suspensi
eritromisin 250 mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100 ml dan
pada label tertera, “ 5 ml mengandung 125 mg eritromisin”.

     250 mg   x 5 ml = volume yang akan diberikan


     125 mg                       
Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian :
     2 x 5 ml = 10 ml untuk diberikan.

Apabila perawat mengkalkulasi berdasarkan 100 ml yang tersedia,


kesalahan berikut akan terjadi :

     250 mg            x 100 ml = 200 ml yang akan diberikan


     125 mg                       

Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x lebih besar dari
yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut
atau mengeceknya bersama profesional lain, jika jawaban tampak tidak
masuk akal
Dosis Pediatrik
Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Pada
kebanyakan kasus dokter menghitung dosis yang aman untuk anak sebelum
memerogramkan obat. Namun perawat harus mengetahui rumus yang
digunakan untuk menghitung dosis pediatrik dan memeriksa kembali semua
dosis sebelum obat diberikan. Kebanyakan referensi obat memuat daftar
rentang normal obat pediatrik. Metode penghitungan obat pediatrik yang
paling akurat didasarkan pada area permukaan tubuh. Area permukaan
tubuh diperkirakan berdasarkan berat tubuh. Nomogram standar atau grafik
menggambarkan area permukaan tubuh berdasarkan berat badan dan usia
rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio area ppermukaan tubuh anak
dibdandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa ( 1,7 m
persegi atau 1,7 m² ).

Dosis anak =        area permukaan tubuh anak x dosis dewasa normal
                             1,7 m persegi                          
Contoh, seorang dokter memprogramkan ampicilin untuk seorang anak
dengan berat 12kg, tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250mg.
Grafik numogram menunjukan bahwa seorang anak dengan bera 12 kg
memiliki permukaan tubuh seluas 0,54 m².

                 Dosis Anak = 0,54  x  250 mg


                                       1,7
Satuan m² dihapus dan dapat diabaikan.

                 Dosis anak = 0,54  x  250 mg


                                      1,7
Dosis anak = 0,3 x 250 mg = 75 mg

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengelolaan logistik atau yang dikenal dengan sebutan siklus logistik
yang terdiri dari perencanaan kebutuhan dan penganggaran; pengadaan;
penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian;
penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan
dan pengendalian merupakan rangkaian kegiatan yang wajib dilaksanakan
secara berkesinambungan dengan tujuan agar dukungan logistik dapat
berjalan efektif dan efisien.

Agar pelaksanaan pengelolaan logistik dapat diselenggarakan secara


profesional, transparan, dan akuntabel di lingkungan Perusahaan atau Industri
di Indonesia maka diperlukan penerapan manajemen logistik oleh seluruh
Manajemen pengemban tugas fungsi.tentang manajemen logistik sehingga
bisa diterapkan dalam mengelola manajemen logistik nantinya.
Perawat merupakan tenaga perawatan kesehatan yang paling tepat
untuk memberikan obat dan meluangkan sebagian besar bersama klien.Hal ini
membuat perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon klien
terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien dan keluarga
tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak
efektif,atau tidak lagi dibutuhkan.Pern perawat bukan sekedar memberikan
obat kepada klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus
menerima obat pada waktunya dan mengkaji kemampuan klien untuk
menggunakan obat secara mandiri.Perawat menggunakan proses keperawatan
untuk mengintegrasi terapi obat ke dalam perawatan.
3.2 Saran
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana
mendapatkan keuntungan yang tinggi dan membuat setiap pelanggan merasa
puas terhadap setiap produknya. Maka dari itu untuk mencapai tujuan itu
diperlukan planning yang matang baik itu bagaimana mengelola
SDA,SDM,manajemen logistic,manajemen persediaan dan pelayanan
pelanggannya,maupun structure organisasinya. Semua aspek itu harus bisa
dijalankan dengan prosedur yang sudah diterapkan sebagai strategi suatu
perusahaan itu. Sehingga apa yang menjadi tujuan utama sebuah perusahaan
bisa tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Muhammad. 2009. Aplikasi Manajemen Pengelolaan Obat dan


Makanan. Nuha Medika. Jogyakarta.
Bowersox, Donald J. 1978. Manajemen Logistik. Jilid 1. Bumi Aksara. Jakarta.
Depkes RI. 2002. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
di Propinsi/Kabupaten/Kota. Depkes. Jakarta.
Dwiantara, L. d. (2004). Manajemen Logistik. Jakarta: PT Grasindo.
Sarlin Djuna d. Djuna S, dkk. Studi Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas
Labakkang Kabupaten Pangkep. FKM Universitas Hassanudin. 2013.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai