Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN DENGAN KOLIK ABDOMEN

Dosen Pembimbing:
Maelina Ariyanti., S.Kep., Ners., M.Kep
Di Susun Oleh : Kelompok 4
1. Andiansyah (004 STYC20)
2. Dina Ayu Septiani (011 STYC20)
3. Hasriadi (017 STYC20)
4. Khairil Anwar (023 STYC20)
5. Nadila Safitri (030 STYC20)
6. Nur Dewi Anggraini (036 STYC20)
7. Sartini (042 STYC20)
8. Vikratuts Tsaqova (049 STYC20)
9. Vidy Patresio Vada (098 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah


dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-
Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kolik abdomen.
Penyusunan makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang
sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap bahwa makalah sederhana ini dapat memberikan
manfaat yang baik, dan kami berharap dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalahan lain yang masih terkait dalam makalah-
makalah berikutnya.

Mataram, 25Juni 2023

Hormat kami

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
2.1 Konsep Teori Kolik Abdomen...................................................................3
2.1.1 Definisi............................................................................................3
2.1.2 Klasifikasi ......................................................................................3
2.1.3 Etiologi............................................................................................4
2.1.4 Manifestasi Klinis...........................................................................6
2.1.5 Patofisiologi....................................................................................7
2.1.6 Pathway...........................................................................................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................10
2.1.8 Komplikasi....................................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan............................................................................11
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................12
2.2.1 Pengkajian Keperawatan...............................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................14
2.2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................14
2.2.4 Implementasi Keperawatan...........................................................17
2.1.5 Evaluasi Keprawatan.....................................................................17
BAB IIl PENUTUP................................................................................................19
3.1 Kesimpulan .............................................................................................19
3.2 Saran.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kolik abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
nyeri perut yang tidak spesifik namun seringkali terjadi pada kondisi
intraabdominal akut yang berbahaya. Kolik abdomen merupakan keadaan
darurat non-trauma di mana pasien membutuhkan pertolongan segera untuk
mengatasi atau mencegah memburuknya kondisi. Salah satu penyebab umum
kolik abdomen adalah adhesi usus, yaitu penyatuan usus yang abnormal
(Mannana et al., 2021).
Nyeri perut atau kolik abdomen adalah sensasi nyeri yang muncul dan
hilang secara berkala dan berasal dari organ-organ di dalam perut. Hal ini
dapat disebabkan oleh infeksi pada organ perut seperti radang kandung
empedu, batu ginjal, atau infeksi saluran kemih. Pengobatan yang diberikan
bertujuan untuk meredakan nyeri dan mengatasi penyebab utama dari organ
yang terlibat. Misalnya, jika infeksi terjadi pada kandung empedu atau
kandung kemih, mungkin diperlukan operasi pengangkatan kandung empedu
(Kristina, 2020).
Lebih dari tujuh juta pasien setiap tahunnya mencari perawatan di Unit
Gawat Darurat karena kolik abdomen di seluruh dunia, dengan sekitar 25-
41% kasus memiliki penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar kasus
bersifat ringan dan memiliki prognosis yang baik, namun beberapa kasus
yang mengancam jiwa seperti ruptur aorta, aneurisma, appendisitis,
kehamilan ektopik, dan infark miokard dapat menyebabkan kematian jika
terjadi kesalahan diagnosis (Pratiwi, 2020).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization), nyeri
abdomen merupakan masalah yang sering terjadi. Penanganan nyeri
abdomen, serta nyeri secara umum, sering dilakukan di unit pelayanan
kesehatan, terutama di unit gawat darurat, dengan menggunakan terapi
analgesik. Hal ini dikarenakan kecepatan dan ketepatan penanganan nyeri
sangat penting dalam keadaan gawat darurat (Elmaghfuroh & Wahyudi,
2019).
Dalam penanganan nyeri pasien, terdapat strategi yang dikenal sebagai
manajemen nyeri. Manajemen nyeri terbagi menjadi dua jenis, yaitu
manajemen nyeri farmakologi dan non-farmakologi. Manajemen nyeri
farmakologi melibatkan penggunaan obat-obatan analgesik untuk meredakan
nyeri. Tenaga medis seperti dokter dan apoteker berperan penting dalam
manajemen nyeri farmakologi. Sementara itu, manajemen nyeri non-
farmakologi melibatkan strategi penanganan nyeri tanpa menggunakan obat-
obatan, melainkan lebih fokus pada pendekatan perawatan yang peduli
terhadap pasien. Peran yang dominan dalam manajemen nyeri non-
farmakologi biasanya dijalankan oleh perawat, karena mereka memiliki
kontak langsung dengan pasien dan bertanggung jawab dalam pelayanan
keperawatan (Dewi Mayasari Prodi S- et al., 2016).
Selain itu, perawat juga memberikan asuhan keperawatan profesional
kepada pasien. Asuhan keperawatan profesional merupakan kegiatan
pemberian perawatan kepada klien berdasarkan pengetahuan dan tahap
keperawatan, dengan pendekatan yang humanistik, melibatkan aspek
biopsikososial/kultural dan spiritual, serta berorientasi pada kebutuhan
objektif klien. Praktik keperawatan ini didasarkan pada pendekatan ilmiah
(Jaya et al., 2019).
1.2 Rumusan masalah
Dari penjelasan di atas, dapat diidentifikasi rumusan masalah yang dapat
diangkat dalam makalah ini yaitu: "Bagaimana gambaran terkait konsep teori
dan asuhan keperawatan pada pasien kolik abdomen?"
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep teori kolik abdomen
2. Dapat memahami gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien kolik abdomen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Kolik Abdomen
2.1.1 Definisi Kolik Abdomen
Kolik abdomen adalah keadaan kegawat daruratan abdomen yang
dapat terjadi baik karena masalah bedah maupun non-bedah. Gejala
utamanya adalah nyeri abdomen yang timbul secara tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 24 jam (Mannana et al., 2021). Biasanya,
penyakit kolik abdomen mempengaruhi sistem pencernaan, yang
berperan dalam menerima makanan, mencernanya untuk
menghasilkan energi dan nutrisi, serta mengeluarkan sisa proses
pencernaan tersebut. Salah satu bagian penting dari saluran
pencernaan adalah usus, yang bertanggung jawab dalam penyerapan
nutrisi. Ileus obstruktif merupakan salah satu gangguan usus yang
dapat terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa, dan dapat
menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa.
Selain itu, kolik abdomen juga dapat terjadi akibat sumbatan pada
saluran usus yang mengganggu aliran normal usus. Sumbatan ini
terjadi ketika ada gangguan yang menghambat aliran isi usus ke depan
(Siallagan, 2019). Nyeri kolik abdomen adalah sensasi nyeri yang
dapat terlokalisasi, dirasakan sebagai rasa tajam nyeri yang parah dan
berkepanjangan, sering terjadi secara tiba-tiba, dan membutuhkan
tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya.. Nyeri ini terjadi
karena adanya sumbatan baik sebagian maupun total pada organ tubuh
berongga atau organ yang terlibat, yang dipengaruhi oleh kontraksi
peristaltik (Pratiwi, 2020).
2.1.2 Klasifikasi
Secara umum, nyeri perut dapat dibagi berdasarkan datangnya
serangan dan lamanya serangan menjadi akut atau kronik.
Selanjutnya, nyeri perut juga dapat dibagi menjadi kasus bedah dan
non-bedah, tergantung pada apakah membutuhkan intervensi bedah
atau tidak, khususnya pada pasien pediatrik. Selain itu, nyeri perut
dapat diklasifikasikan berdasarkan usia pasien, yaitu di bawah 2 tahun
dan di atas 2 tahun, dan juga dapat dikategorikan menjadi penyebab
gastrointestinal dan non-gastrointestinal.
1. Colic Abdomen viseral adalah jenis nyeri perut yang berasal dari
organ-organ dalam. Nyeri viseral ini timbul karena intervensi dari
serat saraf yang merespons distensi dan kontraksi otot, bukan
karena iritasi lokal, robekan, atau luka. Karakteristik nyeri viseral
termasuk sulit terlokalisir, tumpul, sumar, dan cenderung
berpindah ke area dengan struktur embrional yang sama.
2. Colic Abdomen adalah jenis nyeri perut yang dirasakan pada
lokasi yang jauh dari sumber nyeri aslinya. Nyeri ini terjadi
karena adanya perambatan impuls saraf dari satu tempat ke
tempat lain (Reeves, 2011).
2.1.3 Etiologi
Penyebab kolik abdomen dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori berdasarkan faktor mekanis dan fungsional (Abarca, 2021):
1. Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang
berdekatan karena radang).
Perlengketan atau adhesi pada usus terjadi ketika traktus
intestinal menempel pada area yang sembuh secara lambat
setelah operasi abdomen atau karena infeksi di dalam perut,
baik disebabkan oleh infeksi spesifik seperti TBC atau
peradangan pada usus buntu dan rongga perut lainnya.
Awalnya, omentum (jaringan lemak) akan melekat, tetapi
akhirnya dapat mengganggu fungsi usus lainnya.
Gambar 1 : adhesi atau perlengketan
b. Karsinoma ( pertumbuhan tumor ganas).
Kanker kolon adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel
abnormal atau neoplasma tumbuh secara ganas dari jaringan
epitel pada kolon.

Gambar 2 : kanker kolon


c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian
usus di dalam usus).

Gambar 3: volvus atau usus terbelit


d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau
saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (keadaan abdomen akut berupa kembung
distensi usus tidak dapat bergerak).
b. Lesi medula spinalis (suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional (peradangan kronis pada saluran
pencernaan)
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam
darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif)
3. Etiologi lainnya menurut (Kristina, 2020).
a. Inflamasi peritoneum parietal - peritonitis, apendisitis,
divertikulitis, pankreatitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral - tukak peptik, penyakit radang
usus, kolitis infeksi, esofagitis.
c. Obstruksi viseral - obstruksi usus, kolik empedu atau ginjal
akibat batu.
d. Regangan kapsul organ - kista ovarium, pielonefritis.
e. Gangguan vaskular - iskemia atau infark usus.
f. Gangguan motilitas - sindrom usus iritabel, dispepsia
fungsional.
g. Ekstra-abdominal - cedera tulang atau otot, infark
miokardium atau paru-paru, dan lainnya.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Kristina, 2020) ada beberapa tanda maupun gejala kolik
abdomen yaitu sebagai berikut:
1. Mekanika sederhana usus halus Kolik (kram)
Terjadi kolik abdomen yang ditandai dengan kram pada bagian
tengah hingga atas perut, distensi perut, muntah awalnya berisi
empedu, peningkatan bising usus halus (bunyi gemericing dengan
frekuensi tinggi yang terdengar dalam interval singkat), dan nyeri
tekan yang tidak merata.
2. Mekanika sederhana - usus halus bawah
Terjadi kolik abdomen yang ditandai dengan kram yang
signifikan di bagian tengah perut, distensi perut yang berat,
sedikit atau tidak ada muntah kemudian diikuti dengan ampas,
peningkatan bising usus, dan bunyi "Hush", serta nyeri tekan yang
tidak merata.
3. Mekanika sederhana - kolon
Terjadi kolik abdomen yang ditandai dengan kram di bagian
tengah hingga bawah perut, distensi perut yang muncul
belakangan, kemudian muntah (berisi feses), peningkatan bising
usus, dan nyeri tekan yang tidak merata.
4. Pada obstruksi mekanik parsial
Kondisi ini dapat terjadi bersamaan dengan penyakit
granulomatosa pada usus seperti penyakit Crohn. Gejala yang
muncul termasuk kram abdomen, nyeri perut, distensi ringan, dan
diare.
5. Pada strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat yang ditandai dengan nyeri
parah yang terus-menerus dan terlokalisasi, distensi perut yang
sedang, muntah yang berulang dengan isi yang berat, penurunan
bising usus, dan nyeri tekan yang sangat terlokalisasi. Feses atau
muntahan dapat berwarna gelap atau mengandung darah atau
mengandung darah yang samar.
2.1.5 Patofisiologi
Proses patofisiologis yang terjadi setelah terjadinya obstruksi
usus. Ketika lumen usus tersumbat secara progresif, cairan dan gas
akan terperangkap di dalamnya. Akumulasi gas dan cairan di dalam
lumen usus di sebelah proksimal lokasi obstruksi menyebabkan
distensi perut dan kehilangan air dan elektrolit. Distensi yang
meningkat menyebabkan peningkatan tekanan di antara lumen usus,
yang pada gilirannya menyebabkan penurunan tekanan vena dan arteri
kapiler. Hal ini mengakibatkan terjadinya iskemia pada dinding usus
dan kebocoran cairan ke dalam rongga peritoneum, sehingga bakteri
dan toksin dapat masuk ke dalam usus (Abarca, 2021).
Peningkatan jumlah bakteri dengan cepat dapat menyebabkan
peritonitis septik jika terjadi kehilangan cairan secara akut, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan syok hipovolemik. Ileus obstruktif atau
penyumbatan usus mekanik dapat terjadi karena faktor mekanik yang
mempengaruhi dinding usus, menyebabkan penyumbatan atau
penyempitan lumen usus di daerah yang lebih proksimal dari lokasi
sumbatan. Hal ini menyebabkan distensi atau pelebaran dinding usus.
Sumbatan dan distensi usus menyebabkan peningkatan sekresi
kelenjar pencernaan. Dengan demikian, akumulasi cairan dan gas
semakin bertambah, tidak hanya di lokasi sumbatan tetapi juga di
saluran usus yang lebih proksimal. Sumbatan ini menyebabkan
peningkatan gerakan usus sebagai upaya maksimal untuk mengatasi
sumbatan, namun juga dapat terjadi gerakan antiperistaltik. Hal ini
mengakibatkan serangan kolik abdomen.
2.1.6 Pathway
Mekanis : Etiologi yang lain : Non Mekanis :
Adhesi - inflamasi - Ileus Paralitik
Karsinomas peritoneum parietal - Lesi Medula
Volvulus - Memiliki kelainan Spinalis
Obstipasi mukosa visceral - Enteritis Regional
Polip Stiktur - Gangguan vaskuler - Ketidakseimbangan
- Gangguan motilitas elektrolit
- Uremia

Obstruksi usus

Kolik

Peningkatanan tekanan intraluminal

Distensi berisi gas, cairan dan elektrolit

Gangguan Vasikuler

Statis Vena

Edema dinding usus Peningkatan distensi dinding usus

Translokasi bakteri ke pembuluh darah Peningkatan tekanan intra abdomen

Resiko Infeksi Nyeri Akut

Gelisah

Kurang Tidur

Gangguan
Pola Tidur
Sumber : (Rachman, 2018)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang diantaranya (Kristina, 2020).
1. Pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan abdomen: lokasi nyeri
3. Pemeriksaan rectal
4. Laboratorium: leokosit, HB
5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara
atau lipatan sigmen yang tertutup.
7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat
muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi
atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amylase karena
iritasi pankreas oleh lipatan khusus.
8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.
2.1.8 Komplikasi
Berikut adalah penjelasan mengenai komplikasi kolik abdomen
1. Kolik ureter: Kolik ureter terjadi ketika aliran urine dari ginjal ke
kandung kemih terhambat atau tersumbat.
2. Kolik biliaris: Kolik biliaris terjadi ketika saluran empedu yang
menghubungkan kandung empedu dengan usus kecil terhambat
atau tersumbat oleh batu empedu. Ini mengakibatkan kontraksi
dan spasme kandung empedu yang menyebabkan nyeri hebat di
bagian kanan atas perut. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi
peradangan pada kandung empedu (kolesistitis), infeksi, atau
pankreatitis (peradangan pankreas) jika batu empedu terjebak di
saluran pankreas.
3. Kolik intestinal: Kolik intestinal terjadi ketika terjadi obstruksi
pada saluran pencernaan, menghambat pergerakan isi usus. Ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk adanya sumbatan
fisik seperti tumor usus, hernia, atau adhesi (perekatan jaringan
setelah operasi sebelumnya). Gejalanya termasuk nyeri perut yang
hebat, kembung, mual, muntah, dan gangguan buang air besar.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi perforasi usus, peritonitis,
atau gangren usus jika tidak ditangani dengan cepat (Reeves,
2011).
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis untuk kolik abdomen dapat melibatkan
dua pendekatan, yaitu non-farmakologi dan farmakologi. Pada
pendekatan non-farmakologi, beberapa langkah yang dapat diambil
termasuk melakukan pijatan perut, mengangkat kaki untuk meredakan
nyeri, berolahraga, mengatur pola makan, dan menggunakan kompres
hangat. Pemberian kompres air hangat dapat membantu mengurangi
tingkat nyeri dari sedang menjadi ringan. Selain itu, pada pendekatan
farmakologi, terapi obat dapat diberikan untuk mengatasi nyeri perut
atau kolik abdomen. Contohnya adalah pemberian obat ketorolac
melalui suntikan intravena (IV) dan ranitidine melalui suntikan IV.
Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi nyeri dan mengontrol
gejala yang terkait dengan kolik abdomen (Kristina, 2020).
Jika terjadi komplikasi seperti obstruksi usus, perforasi usus, atau
infeksi akibat kolik abdomen, penanganan medis yang sesuai akan
dilakukan. Hal ini mungkin melibatkan prosedur bedah atau intervensi
medis yang diperlukan untuk mengatasi komplikasi tersebut.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan merupakan sebuah komponen utama untuk
mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan
data, dan mendokumentasikan data (Citra, 2021).
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah gejala yang dialami oleh pasien pada
saat dilakukan pemeriksaan. Biasanya pasien mengeluhkan
adanya nyeri di area perut yang terus menerus, demam, serta
perut yang terasa tegang dan kaku.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mendapatkan informasi tentang alasan pasien mencari
bantuan medis, bagaimana serangan itu timbul, lokasi,
kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat
keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
Dapat juga dilakukan pengkajian neyi yang dieksplorasi
dengan menggunakan pendekatan PQRST:
P: Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya keluhan.
Q: Menggambarkan bagaimana pasien merasakan
keluhannya, apakah hilang, timbul, atau berlangsung secara
terus-menerus.
R: Menentukan area atau lokasi di mana gejala dirasakan oleh
pasien.
S: Mengukur tingkat keparahan gejala yang dirasakan oleh
pasien menggunakan skala numerik dari 1 hingga 10.
T: Menentukan waktu kapan keluhan muncul, serta faktor-
faktor yang memperberat atau memperbaiki keluhan tersebut.

3) Riwayat kesehatan masa lalu


Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan kenyamanan seperti adanya
penyakit gastroenteritis akut (GEA), Fraktur pelvis dan
penyait lain. Perlu dikaji juga apakah Pasien pernah
menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan
terhadap makanan/minuman, zat dan obat- obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama dengan Pasien.
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan
penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme. Terjadi gangguan nutrisi karena
klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap
makanan dan klien selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran
terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan
kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan /
perubahan dalam diri klien
6) Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan
menyebabkan kolik abdomen yang berulang.
7) Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan
dalam pola reproduksi dan seksual.
8) Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan
peran selama klien sakit sehubungan dengan proses
penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi
masalahnya.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada
pola tata nilai dan kepercayaan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat,
akibat proses penyakitnya.
2) Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika
nyerinya ringan kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika
derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3) Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan
distritmia atau penyakit jantung lainnya.
4) Sistem persyarafan. Nyeri abdomen, pusing/sakit kepala
karena sinar.
5) Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal
didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu makan
berkurang, muntah.
6) Sistem genitourinaria / eliminasi. Terjadi konstipasi akibat
intoleransi terhadap makanan.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen injury biologis
(penyakit kolik abdomen)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peradangan pada
abdomen
2.2.3 Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
No
( SDKI ) Hasil (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut : Setelah dilakukan Manajemen Nyeri :
pengalaman sensorik intervensi selama observasi
atau emosional yang 3x24 jam. Maka 1) Identifikasi lokasi,
berkaitan dengan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan menurun, dengan frekuensi, kualitas,
aktual atau kriteria hasil : intensitas nyeri
fungsional, dengan 1) Keluhan nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
onset mendadak atau menurun 3) Identifikasi respons
lambat dan 2) Meringis menurun nyeri non verbal
berintensitas ringan 3) Sikap protektif 4) Identifikasi faktor yang
hingga berat yang menurun memperberat dan
berlangsung kurang 4) Gelisah menurun memperingan nyeri
dari 3 bulan. 5) Kesulitan tidur 5) Identifikasi
Penyebab : menurun pengetahuan dan
1) Agen pencedera 6) Tekanan darah keyakinan tentang
fisiologis (mis. membaik nyeri
Inflamasi, 6) Identifikasi pengaruh
iskemia, budaya terhadap respon
neoplasma) nyeri
2) Agen pencedera 7) Identifikasi pengaruh
kimiawi (mis. nyeri pada kualitas
Terbakar, bahan hidup
kimia iritan) 8) Monitor keberhasilan
3) Agen pencedera terapi komplementer
fisik (mis, abses, yang sudah diberikan
amputasi, 9) Monitor efek samping
terbakar, penggunaan analgetik
terpotong, Terapeutik
mengangkat 1) Berikan teknik
berat, prosedur nonfarmakologis untuk
operasi, trauma, mengurangi rasa nyeri
latihan fisik (misalnya TENS, terapi
berlebihan) musik, terapi pijat,
DS : Mengeluh nyeri aromaterapi, kompres
DO : hangat/dingin, terapi
1) Tampak meringis bermain)
2) Bersikap 2) Kontrol lingkungan
protektif (mis. yang memperberat rasa
Waspada, posisi nyeri (mis.
menghindari Suhuruangan,
nyeri pencahayaan,
3) Gelisah kebisingan)
4) Frekuensi nadi 3) Fasilitasi istirahat dan
meningkat tidur
5) Sulit tidur 4) Pertimbangkan jenis
6) Tekanan darah dan sumber nyeri
meningkat dalam pemilihan
7) Pola napas strategi meredakan
berubah nyeri
8) Nafsu makan Edukasi
berubah 1) Jelaskan penyebab,
9) Proses berfikir periode, dan pemicu
terganggu nyeri
10) Menarik diri 2) Jelaskan strategi
11) Berfokus pada meredakan nyeri
diri sendiri 3) Anjurkan memonitor
12) Diaforesis nyeri secara mandiri
4) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur :
tidur : gangguan intervensi selama Observasi
kualitas dan 3x24 jam. Maka pola 1) Identifikasi pola
kuantitas waktu tidur tidur membaik, aktivitas dan tidur
akibat faktor dengan kriteria hasil : 2) Identifikasi faktor
eksternal. 1) Keluhan sulit pengganggu tidur (fisik
Penyebab : tidur menurun dan atau psikologis)
1) Hambatan 2) Keluhan sering 3) Identifikasi makanan
lingkungan terjaga menurun dan minuman yang
(mis. 3) Keluhan tidak mengganggu tidur
Kelembapan puas tidur (mis. Kopi, teh,
lingkungan menurun alkohol, makan
sekitar, suhu 4) Keluhan pola mendekati waktu tidur,
lingkungan, tidur berubah minum banyak air
pencahayaan, menurun sebelum tidur)
kebisingan, bau 5) Keluhan istirahat 4) Identifikasi obat tidur
tidak sedap, tidak cukup yang dikonsumsi
jadwal menurun Terapeutik
pemantauan/pe 1) Modifikasi lingkungan
merik (mis. Pencahayaan,
saan/tindakan) kebisingan, suhu,
2) Kurang kontrol matras, dan tempat
tidur tidur)
3) Kurang privasi 2) Batasi waktu tidur
4) Restraint fisik siang, jika perlu
5) Ketiadaan 3) Fasilitasi
teman tidur menghilangkan stress
6) Tidak familiar sebelum tidur
dengan 4) Tetapkan jadwal tidur
peralatan tidur rutin
DS : 5) Lakukan prosedur
1) Mengeluh sulit untuk meningkatkan
tidur kenyamanan (mis.
2) Mengeluh Pijat, pengaturan
sering terjaga posisi)
3) Mengeluh tidak 6) Sesuaikan jadwal
puas tidur pemberian obat dan
4) Mengeluh pola atau tindakan untuk
tidur berubah menunjang siklus tidur-
5) Mengeluh terjaga
istirahat tidak Edukasi
cukup 1) Jelaskan pentingnya
6) Mengeluh tidur cukup selama
kemampuan sakit
aktivitas 2) Anjurkan menepati
menurun kebiasaan waktu tidur
DO : 3) Anjurkan menghindari
- makanan/minuman
yang mengganggu tidur
4) Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
5) Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (mis. Psikologis,
gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
6) Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan
proses asuhan keperawatan, didalam implementasi keperawatan
terdapat tatanan pelaksanaan keperawatan yang akan mengatur
kegiatan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan diagnosa dan
intervensi keperaawatan yang telah di tetapkan sebelumnya (Lingga,
2019).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian hasil dan proses, penilaian
ini dilakukan untuk menentukan seberapa jauh keberhasilan yang telah
dicapai sebagai keluraan dari tindakan, (Kurniati, 2019). Evaluasi
Keperawatan dilakukan dengan metode SOAP yang terdiri dari
Subjetive, Objetive Analisis dan Planning. Metode ini digunakan
untuk mengetahui keektifan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pejelasan yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
dari penyakit kolik abdomen adalah sebagai berikut:
1. Kolik abdomen adalah keadaan darurat pada perut yang dapat disebabkan
oleh masalah bedah atau non-bedah.
2. Gejala utamanya adalah nyeri perut yang timbul secara tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 24 jam.
3. Penyakit kolik abdomen biasanya terjadi pada sistem pencernaan,
terutama pada usus.
4. Ileus obstruktif adalah salah satu gangguan usus yang dapat terjadi dan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius.
5. Sumbatan pada saluran usus juga dapat menyebabkan kolik abdomen
dengan menghambat aliran normal usus.
6. Nyeri kolik abdomen dirasakan sebagai nyeri tajam, parah, dan
berlangsung dalam waktu yang lama.
7. Tindakan bedah sering diperlukan untuk mengatasi penyebab nyeri kolik
abdomen, seperti sumbatan sebagian atau total pada organ berongga yang
dipengaruhi oleh kontraksi peristaltik.
Dalam keseluruhan, kolik abdomen adalah kondisi darurat pada perut
yang memerlukan penanganan segera. Gejala nyeri perut yang tiba-tiba dan
berlangsung singkat harus dievaluasi oleh tenaga medis profesional untuk
diagnosis dan penanganan yang tepat.
3.2 Saran
Dengan adanya penjelasan sebelumnya, setiap individu memiliki kondisi
yang unik, oleh karena itu jika terjadi tanda maupun gejala, diharapkan segera
konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional untuk evaluasi dan
penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi yang sedang dialami. Selain itu
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan serta melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah kolik abdomen.
DAFTAR PUSTAKA

Abarca, R. M. (2021). Laporan Pendahuluan Kolik Abdomen. Nuevos Sistemas


de Comunicacion e Informacion, 2013-2015.
Citra, aulia. (2021). Asuhan Keperawatan home care pada klien dengan ulkus
diabetikum di wilayah kelurahan damai Kota Balikpapan.
Dewi Mayasari Prodi S-, C., STIKes St Paulus Ruteng, K., & Ahmad Yani, J.
(2016). Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non Farmakologi Bagi
Seorang Perawat. Wawasan Kesehatan, 7(1), 35-42.
Elmaghfuroh, D. R., & Wahyudi, Y. (2019). Terapi Kombinasi Terhadap Nyeri
Akut Abdomen di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Borneo
Journal of Medical Laboratory Technology, 2(1), 120-124.
Jaya, K., Mien, Rasmiati, K., & Suramadhan. (2019). Gambaran
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rsud Buton
Utara. Jurnal Keperawatan, 02(03}, 27-36.
Kristina, R. (2020). Repository.Stikessantaelisabethmedan, 7(1), 9-72.
Kurniati, D. (2019). Impelementasi Dan Evaluasi Keperawatan.
Lingga, B. Y. S. U. (2019). Pelaksanaan Perencanaan Terstruktur Melalui
Implementasi Keperawatan. In Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia
dan Pengajarannya (Vol. 2, Issue 1, pp. 1-16).
Mannana, A., Tangel, S. J. C., & Prasetyo, E. (2021). Diagnosis Akut Abdomen
akibat Peritonitis. E-CliniC, 9 (1), 33-39.
Pratiwi, N. N. I. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien Akut Abdomen dengan
Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman. JurnalKesehatan, 4(3).
Rachman, T. (2018). Laporan Pendahuluan Kasus Kolik Abdomen Di Ruang
Cempaka RSUD Banyumas Stase Keperawatan Medikal Bedah.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta,
2011.
Siallagan, W. O. (2019). Gambaran Karakteristik Pasien Colic Abdomen Di
Rumah Sakit Umum Daerah Labuhan Batu Selatan Tahun 2019. 72.

Anda mungkin juga menyukai