Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL TESIS

ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT

DI INSTALASI FARMASI RSUD KOTA DUMAI

TAHUN 2023

Oleh:

FATONI WIDAGDO

2105026

PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, senantiasa penulis panjatkan, karena


perkenaann-Nya penulis dapat melaksanakan proses pembuatan tesis dengan judul
“Analisis Manajemen Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota
Dumai Tahun 2023” sebagai upaya memenuhi tugas perkuliahan Penelitian
Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Hang Tuah
Pekanbaru.
Tesis ini membahas pelaksanaan manajerial terkait Pendistribusian Obat di
Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai tahun 2023. Tesis ini dapat digunakan oleh
mahasiswa kesehatan masyarakat, baik strata satu maupun strata program
magister kesehatan khususnya dalam menganalisis atau mengevaluasi terkait
Pendistribusian Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih atas berbagai
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyelesaian
laporan penelitian ini yaitu:
1. Prof. Dr. Syafrani, M.Si, selaku Rektor Universitas Tuah Pekanbaru.
2. Dr. Jasrida Yunita, SKM, M.Kes selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Kesehatan Masyarakat Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
3. Dr. Reno Renaldi, SKM, M.Kes, selaku Pembimbing I.
4. Dr. Endang P Rahayu, SKM, M.Si, selaku Pembimbing II.
5. Dosen dan semua Staf Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat
Universitas Hangtuah Pekanbaru
5. Drg. Ridhonaldi, MKM, selaku Direktur RSUD Kota Dumai
6. Kepada seluruh keluarga tercinta, istri dan anak yang telah memberikan
bantuan moril maupun materil dalam menyelesaikan pendidikan di Program
Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Hangtuah Pekanbaru
7. Teman-teman serta semua pihak, khususnya Peminatan Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan yang telah mendukung dan membantu dalam kelancaran
penulisan karya ilmiah ini.

i
Semoga kebaikan dan keikhlasan mendapat balasan dan rahmat dari Allah
Swt. Akhirnya penulis sangat menyadari bahwa penulisan laporan ini sarat dengan
kekeliruan.
Pekanbaru, 01 Februari 2023

Fatoni Widagdo

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
D. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN...................................................... 7


A. Teori Spesifik............................................................................... 7
B. Landasan Teori ............................................................................ 12
C. Kerangka Teori............................................................................. 22
D. Kerangka Berfikir......................................................................... 22

BAB III METODE KEGIATAN................................................................. 23


A. Jenis dan Desain Penelitian........................................................... 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 23
C. Informan Penelitian...................................................................... 23
D. Defenisi Istilah ......................... ................................................... 24
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 25
F. Pengolahan Data............................................................................ 25
G. Analisis Data................................................................................. 26
H. Rencana Jadwal Penelitian............................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Karakteristik Informan ................................................................. 23


Tabel 3.2 Daftar Istilah ................................................................................. 24
Tabel 3.3 Rencana Jadwal Penelitian.............................................................26

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Siklus Administrasi Manajemen Logistik........................................... 13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiiran 2 Surat Survey Pendahuluan

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian dari
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat peneltian medik. Dalam
pelaksanaannya setiap rumah sakit selalu berupaya memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik kepada pasien. Untuk mencapai hal tesebut, rumah sakit
harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pemakai
jasa pelayanan kesehatan (Pangerapan, D. T., Palandeng, O. E. L. I., & Rattu,
2018).

Undang- undang RI no 36 tahun 2009 tentang kesehatan, menjamin


ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan perbekalan kesehatan yaitu
pengadaan obat dan alat kesehatan. Pada pasal 98 dan 104 menyebutkan bahwa
pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, bermanfaat, bermutu
dan terjangkau bagi masyarakat serta pengamanan sediaan farmasi dan alat
keseahatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunakan sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan yang tidak
memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaatnya (Aniriza, 2021).

Rumah Sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan.
Dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama
yang berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat
(UU No.40 Tahun 2009).
2

Manajemen logistik obat merupakan rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek


perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan obat
yang dikelola secara optimal demi tercapainya ketepatan jumlah dan jenis obat
dan perbekalan kesehatan. Mengingat obat dan alat kesehatan merupakan salah
satu bagian penting dalam terlaksananya proses kesehatan, maka pada instalasi
farmasi rumah sakit managemen logistik obat dan alat kesehatan perlu dilakukan
secara baik dan merata. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan dan alat
kesehatan yang diperlukan oleh pasien rumah sakit serta meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dalam melakukan pendistribusian obat- obatan dan alat
kesehatan (Rosmania dan Supriyanto, 2015).

Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan


kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu
diperlukan obat tersedia saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup,
berkhasiat nyata dan berkualitas baik. Obat merupakan kebutuhan pokok
masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari
pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah berkunjung ke sarana
kesehatan. Selain itu, pengelolaan dan pengadaan obat dalam pelayana kesehatan
juga merupakan indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan
dalam pelayanan kesehatan (Sambara, 2007).

Manajemen obat dirumah sakit merupakan salah satu aspek penting dari
rumah sakit. Jika terjadi ketidakefisien, maka dapat memberikan dampak negatif
terhadap biaya operasional bagi rumah sakit, karena bahan logistik obat
merupakan salah satu tempat kebocoran anggaran. Untuk itu manajemen obat
dapat dipakai sebagai proses pengerak dan pemberdayaan semua sumber daya
yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat
setiap dibutuhkan agar operasional efektif dan efisien. Tujuan adanya manajemen
pengelolaan obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik jumlah, jenis
maupun kualitas (Depkes, 2005).

Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) meliputi beberapa


tahap yakni perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan
obat. Masing-masing tahapan pengelolaan obat tersebut memiliki beberapa
3

indikator (Wati, 2003). Tahap distribusi merupakan tahapan dari siklus


manajemen obat yang sangat penting dan kompleks, bahkan pada proses
penyimpanan dan distribusi dapat menghabiskan komponen biaya yang signifikan
dalam anggaran kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mangindara dkk (2012) tentang analisis


manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru
Belopa menyatakan bahwa adanya kekosongan obat yang cukup besar, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah anggaran yang tidak
mencukupi, kesalahan dalam perencanaan, pengadaan serta keterbatasan jumlah
maupun jenis obat yang ada di pasaran, jumlah obat yang kadaluarsa juga tidak
sedikit sehingga pada tahun 2009 dilakukan pemusnahan obat hingga mencapai
Rp. 139.146.851, adanya bantuan atau hibah yang sudah tidak layak digunakan
atau rusak juga merupakan suatu penyebab besarnya nilai obat kadaluarsa yang
harus dimusnakan.

Proses perencanaan obat di Provinsi Riau dilakukan oleh Tim Perencanaan


Obat Terpadu (TPOT) yang telah ditunjuk dengan Surat Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dimana Instalasi Farmasi Provinsi Riau sebagai leading
sector. TPOT melakukan proses perencanaan di awal tahun berdasarkan data-data
dari seluruh kabupaten/kota berupa rekapitulasi pemakaian obat tahun
sebelumnya, Rencana Kebutuhan Obat, perbekalan kesehatan dan reagen (RKO)
tahun berjalan dan sisa stok per 31 Desember tahun sebelumnya. Selanjutnya
data-data tersebut direkapitulasi dan dibahas bersama untuk menjadi RKO tingkat
Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan Seksi Farmasi
pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan memperhitungkan seluruh sumber
anggaran yang tersedia (Profil Dinas Kesehatan Pekanbaru Riau, 2020).

Kota Dumai mempunyai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai yang
merupakan salah satu Rumah Sakit pemerintah yang berada di pusat kota Dumai.
RSUD ini didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan arti penting
sebuah pelayanan kesehatan yang profesional dan berkualitas. Sebagai rumah
4

sakit rujukan tentunya dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih dari
rumah sakit yang merujuk, dimana segala fasilitas baik sarana maupun prasarana
termasuk didalamnya kegiatan logistic obat seperti pelayanan pengobatan,
meliputi penyediaan, pengadaan, dan pendistribusian seluruh pembekalan obat di
RSUD Kota Dumai diatur oleh Unit Pelaksana Teknis Dasar (UPTD) dibawah
naungan Dinas Kesehatan Kota Dumai. Untuk menjalankan dan melaksanakan
pelayanan kesehatan tersebut agar berjalan efektif dalam memberikan pelayanan
pengobatan, maka diperlukan perencanaan kebutuhan obat yang tepat dan benar
(Profil RSUD Kota Dumai, 2020).

Berdasarkan data perencanaan, pengadaan dan pendistribusian logistik obat


pada tahun 2022 didapatkan dari Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai data obat
–obatan yang terealisasi dan terdistribusi sekitar 75% dari perencanaan yang
sudah ditetapkan, artinya masih ada sekitar 25% obat-obatan yang tidak terealisasi
dan terdistribusi di RSUD Kota Dumai.

Tabel Perencanaan Belanja Obat-obatan RSUD Kota Dumai tahun 2022

NO NAMA OBAT SATUAN HNA+PPN JUMLAH NILAI


1 FENTANIL INJ 0,05 MG/ML AMPUL Rp 28.274 3.000 Rp 84.822.000
2 MST CONTINUS 15 MG TABLET Rp 16.000 600 Rp 9.600.000
3 MST CONTINUS 10 MG TABLET Rp 15.630 3.000 Rp 46.890.000
4 CODEIN 10 MG TABLET Rp 600 20.000 Rp 12.000.000
5 CODEIN 20 MG TABLET Rp 1.360 30.000 Rp 40.800.000
6 DUROGESIC 12,5 MU MATRIX (YS) PATCH Rp 63.200 800 Rp 50.560.000
7 PETHIDIN 50 MG/ML AMPUL Rp 13.300 800 Rp 10.640.000
8 MORFINA INJEKSI AMPUL Rp 29.900 300 Rp 8.970.000
9 NITROKAF RETARD KAPSUL KAPSUL Rp 1.640 15.000 Rp 24.600.000
10 AMINOFILIN INJ 24 MG 30 AMP@10 ML AMPUL Rp 2.604 5.000 Rp 13.020.000
11 NACL BOTOL Rp 6.900 100.000 Rp 690.000.000
12 RINGER LAKTAT BOTOL Rp 7.703 30.000 Rp 231.090.000
13 PROPANOLOL 10 MG TABLET Rp 59 30.000 Rp 1.770.000
14 PROTOFEN SUPP Rp 1.998 10.000 Rp 19.980.000
15 LEVOPAR TABLET Rp 904 15.000 Rp 13.560.000
16 METRONIDAZOL INFUS BOTOL Rp 5.885 15.000 Rp 88.275.000
17 KOMPOLAX SIRUP BOTOL Rp 5.370 2.000 Rp 10.740.000
18 WATER FOR INJECTION 100 ML BOTOL Rp 5.852 12.000 Rp 70.224.000
19 CLOBAZAM 10 MG TABLET Rp 384 20.000 Rp 7.680.000
20 DESOXIMETASONE SALEP 15 G TUBE Rp 17.017 1.000 Rp 17.017.000
21 DIVALPROEX SODIUM 250 TABLET Rp 990 15.000 Rp 14.850.000
22 THIAMAZOLE 10 MG TABLET Rp 990 12.000 Rp 11.880.000
23 THIAMAZOLE 5 MG TABLET Rp 605 12.000 Rp 7.260.000
24 LANSOPRAZOLE INJ VIAL Rp 93.708 12.000 Rp 1.124.496.000
25 ASERING BOTOL Rp 9.680 5.000 Rp 48.400.000
26 D5% BOTOL Rp 6.627 1.900 Rp 12.591.300
27 D10% BOTOL Rp 7.200 3.000 Rp 21.600.000
28 POVIDONE IODINE 60 ML BOTOL Rp 4.399 2.400 Rp 10.557.600
29 OMEPRAZOLE INJ VIAL Rp 5.346 20.000 Rp 106.920.000
30 CAIRAN 2A BOTOL Rp 9.055 2.000 Rp 18.110.000
Rp 2.828.902.900
5

Tabel Realisasi Belanja Obat-obatan tahun 2022 RSUD Kota Dumai

NO NAMA OBAT SATUAN HNA+PPN JUMLAH NILAI


1 FENTANIL INJ 0,05 MG/ML AMPUL Rp 28.274 3.000 Rp 84.822.000
2 MST CONTINUS 15 MG TABLET Rp 16.000 600 Rp 9.600.000
3 MST CONTINUS 10 MG TABLET Rp 15.630 3.000 Rp 46.890.000
4 CODEIN 10 MG TABLET Rp 600 5.000 Rp 3.000.000
5 CODEIN 20 MG TABLET Rp 1.360 15.000 Rp 20.400.000
6 DUROGESIC 12,5 MU MATRIX (YS) PATCH Rp 63.200 800 Rp 50.560.000
7 PETHIDIN 50 MG/ML AMPUL Rp 13.300 800 Rp 10.640.000
8 MORFINA INJEKSI AMPUL Rp 29.900 300 Rp 8.970.000
9 NITROKAF RETARD KAPSUL KAPSUL Rp 1.640 12.000 Rp 19.680.000
10 AMINOFILIN INJ 24 MG 30 AMP@10 ML AMPUL Rp 2.604 5.000 Rp 13.020.000
11 NACL BOTOL Rp 6.900 23.000 Rp 158.700.000
12 RINGER LAKTAT BOTOL Rp 7.703 27.000 Rp 207.981.000
13 PROPANOLOL 10 MG TABLET Rp 59 15.000 Rp 885.000
14 PROTOFEN SUPP Rp 1.998 10.000 Rp 19.980.000
15 LEVOPAR TABLET Rp 904 11.000 Rp 9.944.000
16 METRONIDAZOL INFUS BOTOL Rp 5.885 12.000 Rp 70.620.000
17 KOMPOLAX SIRUP BOTOL Rp 5.370 2.000 Rp 10.740.000
18 WATER FOR INJECTION 100 ML BOTOL Rp 5.852 12.000 Rp 70.224.000
19 CLOBAZAM 10 MG TABLET Rp 384 17.000 Rp 6.528.000
20 DESOXIMETASONE SALEP 15 G TUBE Rp 17.017 1.000 Rp 17.017.000
21 DIVALPROEX SODIUM 250 TABLET Rp 990 10.000 Rp 9.900.000
22 THIAMAZOLE 10 MG TABLET Rp 990 12.000 Rp 11.880.000
23 THIAMAZOLE 5 MG TABLET Rp 605 600 Rp 363.000
24 LANSOPRAZOLE INJ VIAL Rp 93.708 12.000 Rp 1.124.496.000
25 ASERING BOTOL Rp 9.680 5.000 Rp 48.400.000
26 D5% BOTOL Rp 6.627 1.900 Rp 12.591.300
27 D10% BOTOL Rp 7.200 3.000 Rp 21.600.000
28 POVIDONE IODINE 60 ML BOTOL Rp 4.399 2.400 Rp 10.557.600
29 OMEPRAZOLE INJ VIAL Rp 5.346 5.000 Rp 26.730.000
30 CAIRAN 2A BOTOL Rp 9.055 2.000 Rp 18.110.000
Rp 2.124.828.900

Berdasarkan data awal yang didapatkan dari survey pendahuluan, sumber


anggaran adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam managemen logistik
obat dan sangat mempengaruhi terhadap penilaian capaian kinerja dari RSUD itu
sendiri. Dari hasil survey pendahuluan yang didapatkan, masih rendahnya
cakupan realisasi anggaran RSUD Kota Dumai tiga tahun terakhir, hal ini
menyebabkan penilaian kinierja RSUD Kota Dumai menjadi kurang baik.

Tabel data Pagu dan Realisasi Sub Kegiatan Kefarmasian RSUD Dumai tiga
tahun terakhir :

No Sub Kegiatan Tahun Total Pagu Realisasi


1 Kefarmasian 2020 1.136.000.000 937.076.000
2 Kefarmasian 2021 504.046.406 449.786.000
3 Kefarmasian 2022 3.643.670.390 3.156.650.000
6

Berdasarkan tabel realisasi tiga tahun terakhir pada sub kegiatan Kefarmasian
RSUD Kota Dumai, didapatkan belum maksimalnya angka realisasi anggaran
dikarenakan masih adanya beberapa item obat yang diperlukan tidak ada stock di
pabrik, selanjutnya Sumber Daya Manusia yang masih belum berkompeten dalam
merencanakan dan mengadakan obat-obatan sesuai dengan pagu yang telah
ditetapkan.

Berdasarkan survey pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan kepala


Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai, mengatakan tahap perencanaan dibuat
dengan merekap data pemakaian obat pada bulan sebelumnya ditambah untuk
buffer stock. Kendala yang ditemui pada tahap perencanaan adanya perubahan
pola atau trend peresepan dari dokter, pola penyakit atau adanya pandemi, serta
belum kompetennya petugas dalam membuat perencanaan obat. Pengadaan obat
di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai dilakukan setiap bulan atau ada
kebutuhan mendadak (CITO). Kendala yang ditemui adalah stok obat kosong di
penyedia, pabrik tidak memproduksi obat serta penyedia tidak mau mengirim obat
misalnya karena masalah pembayaran atau masalah teknis lainnya yang berkaitan
dengan anggaran. Tahap pendistribusian obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota
Dumai dimulai dari gudang farmasi ke apotek rawat inap, rawat jalan dan IGD.
Kendala yang sering ditemui jenis obat yang di distribusikan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, jadwal pendistribusian obat tidak sesuai dengan
kesepakatan kontrak antara RSUD dan penyedia, jumlah obat yang didistribusi
tidak sesuai dengan jumlah yang dipesan serta tidak tersedianya obat yang mau
didistribusikan atau obat tersebut terlambat datang dikarenakan petugas apotek
terlambat membuat daftar permintaan obat dan petugas gudang terlambat
menyiapkan obat yang mau didistribusikan atau berhalangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti


tentang “Analisis Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota
Dumai Tahun 2023”.
7

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menerapkan konsep dan teori manajemen logistik obat dalam
menyelesaikan masalah dan pengembangan Instalasi Farmasi RSUD Kota
Dumai.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan penelitian ini mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi masalah pada perencanaan obat dalam menganalisa
managemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai
tahun 2023
b. Mengidentifikasi masalah pada pengadaan obat dalam menganalisa
managemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai
tahun 2023
c. Mengidentifikasi masalah pada pendistribusian obat dalam
menganalisa managemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD
Kota Dumai tahun 2023
d. Mengidentifikasi masalah pada pengendalian obat dalam menganalisa
managemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai
tahun 2023
e. Mengidentifikasi masalah pada Sumber daya manusia dalam
menganalisa managemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD
Kota Dumai tahun 2023
f. Mengidentifikasi masalah pada Sumber Anggaran dalam menganalisa
managemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai
Tahun 2023
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Sosial
Diharapkan permasalahan Manajemen Logistik obat dapat teratasi
sehingga Pelayanan kefarmasian bisa maksimal dirasakan oleh masyarakat
serta adanya perubahan sistem managemen logistik obat kearah yang lebih
baik agar tercapainya target kinerja Runah Sakit yang maksimal.
6

2. Manfaat Ilmiah
a. Dapat dijadikan acuan untuk melakukan evaluasi pemberian materi
kuliah dan pembekalan kepada mahasiswa, sehingga mempunyai
informasi untuk meningkatkan pembelajaran.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber data dan informasi yang lengkap di
tempat penelitian dilaksanakan.
c. Terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan bagi
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat dengan instansi
tempat Penelitian.
d. Mempunyai bahan kajian dan studi kasus yang dapat disajikan kepada
angkatan berikutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah logistik
obat. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Dumai pada bagian
manajemen RSUD Kota Dumai yang terlibat langsung dalam siklus
logistik obat. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Februari-Maret
2023. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mencari solusi dari
managemen logistik obat RSUD Kota Dumai. Informen dalam penelitian
ini meliputi Kasi Penunjang Medis, Kepala Instalasi Farmasi, Staf Instalasi
Farmasi dan PJ Gudang Farmasi. Penelitian ini penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian studi kasus.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Manajemen
1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Hasibuan,2012).
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan
suatu produk atau jasa secara efisien (Sekula,2010).
1.2 Manajemen Logistik Obat
a) Pengertian Logistik
Manajemen logistik merupakan proses pengelolaan yang strategis
mengatur pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan
penyimpanan bahan, komponen dan penyimpanan barang jadi dan
informasi terkait melalui organisasi dan jaringan pemasarannya dengan
cara tertentu sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan baik jangka
waktu sekarang maupun waktu yang akan datang melalui pemenuhan
pesanan dengan biaya efektif (Tunggal, 2010).
Manajemen logistik adalah manajemen yang mengendalikan
barang-barang layanan dan perlengkapan mulai dari akuisisi sampai
disposisi. Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau
seni dalam proses perencanaa dan penentuan kebutuhan pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pemeliharaan serta penghapusan
material atau alat-alat (Sabarguna, 2010).

7
8

Manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara


mencapai tujuan tersebut dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat
bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif.
Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuan juga didukung oleh
pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode
dan Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada kelima faktor
tersebut akan memberikan kepuasan kepada konsumen, baik konsumen
internal maupun eksternal (Subagya, 1994).

Unsur Fungsi Fungsi


Manajemen Manajemen Logistik
• Man • Planning •Perencanaan
• Money • Organizing •Pengadaan
• Machine • Actuating •Penyimpanan
• Methode • Controlling •Pendistribusian
• Material •Penghapusan

Gambar 2.1
Siklus Administrasi Manajemen Logistik (Subagya,1994)

b) Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
untuk manusia (Permenkes RI No. 16 tahun 2013).
Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang
dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia maupun hewan,
termasuk dengan tujuan untuk memperoleh tubuh atau bagian tubuh
manusia. Dalam hal ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat
diutamakan pada obat esensial, sedangkan dari aspek jaminan mutu
diberlakukan pada semua jenis obat. Obat esensial adalah obat yang
paling banyak dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan obat
9

generik adalah obat dengan nama resmi untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya (Syamsuni, 2015).
B .Rumah Sakit
1.1 Pengertian Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah
suatu organisasi sosial yang berintegrasi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Serta rumah sakit
suatu bagian dari pelatihan bagi tenaga kesehatan serta pusat penelitian
medik (Satibi, 2014).
Menurut dari Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
983/Menkes/SK/XI/1992 menyatakan bahwa rumah sakit umum yaitu
rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar,
spesialistik dan sub spesialistik. Untuk memberikan suatu pelayanan yang
bermutu dan terjangkau terhadap masyarakat dalam upaya penyembuhan
dan pemulihan yang dilaksanakan dengan terpadu untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Aditama, 2010).

1.2 Klasifikasi Rumah Sakit


Menurut Armen (2013) kalsifikasi rumah sakit di kelompokan
berdasarkan maksud dan tujuannya yaitu:
a. Berdasarkan American Hospital Association rumah sakit tingkatan
akses di bagi rumah sakit pemerintah dan rumah sakit non pemerintah.
b. Rumah sakit berdasarkan jenis kepemilikan institusi yaitu pemerintah
nonfederal, non pemerintah nirbala, rumah sakit dimiliki investor,
rumah sakit yang dimiliki pemerintah daerah.
c. Pengelompokan rumah sakit berdasarkan waktu tinggal dibagi menjadi
dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
d. Rumah sakit berdasarkan tempat tidur.
e. Rumah sakit berdasarkan akreditasi (Armen, 2013).
10

2.Instalasi Farmasi
2.1 Pengertian Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu bagian
atau unit pelaksana fungsional dibawah pimpinan seorang apoteker yang
memenuhi syarat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian,
yang terdiri atas perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengendalian
mutu dan pendistribusian serta penggunaan seluruh perbekalan kesehatan
di Dinas Kesehatan Kabupaten (Permenkes RI No. 58 Tahun 2014).
2.2 Tujuan Instalasi Farmasi
Tujuan pembentukan Instalasi Farmasi Kabupaten adalah untuk
melaksanakan pengelolaan obat secara berdaya guna dan berhasil guna
agar obat tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup dan pada waktu
yang tepat, serta melaksanakan pemeliharaan mutu obat untuk menunjang
pelaksanaan upaya kesehatan yang menyeluruh, terarah dan terpadu di
Kabupaten (Kemenkes RI Nomor 633/Menkes/S.K./IV/2012).
Proses pengelolaan obat dapat terwujud dengan baik apabila
didukung dengan adanya ketersediaan dan kemampuan sumber daya
dalam suatu sistem. Dalam Permenkes RI No.
HK.02.02/MENKES/068/2010, dinyatakan bahwa suatu tujuan
pengelolaan obat Kabupaten/Kota adalah tersedianya obat dengan kualitas
baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di unit pelayanan
kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien dan efektif dilakukan dengan
harapan dapat menjamin:
a. Tersedianya rencana kebutuhan jenis dan jumlah obat sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar Kabupaten/Kota.
b. Tersedianya anggaran pengadaan obat yang dibutuhkan tepat pada
waktunya.
c. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien.
d. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik.
11

e. Terjaminnya pendistribusian obat yang baik dengan waktu tunggu yang


pendek.
f. Terpenuhinya kebutuhan obat yang mendukung pelayanan kesehatan
dasar sesuai dengan jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan.
g. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam jumlah dan
kualifikasi yang tepat.
h. Digunakannya obat secara rasional sesuai dengan pedoman yang
disepakati. Tersedianya informasi pengelolaan dan penggunaan obat
yang sahih, akurat dan mutakhir.
2.3 Struktur Gudang Farmasi
Menurut Kemenkes RI (2012), susunan sruktur organisasi gudang
farmasi di kabupaten terdiri dari:
a) Kepala Gudang Farmasi
Kepala Gudang Farmasi dalam melaksanakan tugasnya berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten. Adapun tugas dari Kepala Gudang Farmasi Kabupaten adalah:
1. Menyusun rencana kebijaksanaan di bidang sediaan farmasi dan bahan
medis habis (BMHP) pakai dalam rangka penetapan kebijakan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.
2. Membagi tugas dan mengkoordinasikan Sub bagian dan seksi-seksi
dalam pelaksanaan tugasnya agar terjalin hubungan kerja yang
harmonis.
3. Menilai prestasi kerja bawahan berdasarkan hasil yang dicapai agar
sesuai dengan rencana.
4. Menegakkan disiplin, semangat kerja dan ketenagaan kerja untuk
memungkinkan tercapainya produktivitas tinggi.
5. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas
keuangan, kepegawaian, tata usaha dan urusan dalam satuan kerja.
6. Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu dan memberikan informasi
mengenai pengelolaan obat kepada unit-unit pelayanan kesehatan.
7. Melakukan penyusunan rencana kebutuhan, pencatatan dan pelaporan
mengenai persediaan dan penggunaan obat.
12

8. Menyelenggarakan tata buku pergudangan yang cukup jelas dan mudah


dikontrol, serta membukukan setiap mutasi barang.
9. Megevaluasi hasil kegiatan Gudang Farmasi secara keseluruhan
10. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
berdasarkan laporan bawahan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten.
b) Petugas Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Gudang
Farmasi. Tugas dari petugas tata usaha yaitu:
1. Menyusun rencana Sub Bagian Tata Usaha berdasarkan data program
Gudang Farmasi.
2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat
dilaksanakan.
3. Melaksanakan urusan kepegawaian dan kesejahteraannya.
4. Melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan dalam
dan keamanan.
5. Melaksanakan tata usaha perkantoran satuan kerja.
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana.
7. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikan kepada
atasan.
c) Seksi Penyimpanan dan Pendistribusian
Seksi Penyimpanan dan Pendistribusian dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Gudang Farmasi. Tugas dari seksi penyimpanan dan
pendistribusian yaitu:
1. Menyusun rencana kegiatan seksi Penyimpanan dan Pendistribusian
berdasarkan data program Gudang Farmasi.
2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat
dilaksanakan.
3. Mengatur dan mendistribusikan tugas, memberi petunjuk sesuai dengan
petunjuk kerja agar tercapai keserasian dan kebenaran kerja.
13

4. Melaksanakan penerimaan, menyimpan, pemeliharaan dan pengeluaran


obat.
5. Melaksanakan kegiatan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat
yang ada dalam persedian dan yang akan didistribusikan.
6. Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu obat yang ada di Unit
Pelayanan Kesehatan.
7. Mengumpulkan data tentang kerusakan obat dan obat yang tidak
memenuhi syarat serta ada efek samping obat dan melaporkan kepada
atasan.
8. Melaksanakan pencatatan barang-barang yang disimpan.
9. Melakukan pencatatan segala penerimaan dan pengeluaran barang.
10. Melakukan penyiapan surat kiriman barang.
11. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana.
12. Membuat laporan pelaksanaan kagiatan untuk disampaikan kepada
atasan.
d) Sub Seksi Pencatatan dan Evaluasi
Seksi Pencatatan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala seksi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Gudang Farmasi. Tugas dari seksi pencatatan dan evaluasi adalah:
1. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pencatatan dan Evaluasi berdasarkan
data program Gudang Farmasi.
2. Membagi tugas kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat
dilaksanakan.
3. Mengatur dan mendistribusikan tugas, memberi petunjuk kerja agar
tercapai keserasian dan kebenaran kerja.
4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan evaluasi dari persediaan barang
di Gudang Farmasi dan Unit Pelayanan Kesehatan serta penggunaan
obat.
5. Melakukan persiapan penyusunan rencana kebutuhan obat dan bahan
medis habis pakai yang diperlukan daerah.
6. Melaksanakan administrasi atas semua barang yang diterima, disimpan
maupun yang akan didistribusikan ke Unit Pelayanan Kesehatan.
14

7. Menyiapkan dokumen mutasi barang dan surat-surat perintah


penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang.
8. Menyiapkan laporan mutasi barang secara berkala dan laporan
pencatatan obat akhir tahun anggaran.
9. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Manajemen Perencanaan Logistik Obat


Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk menentukan jumlah
dan priode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dengan hasil pemilihan untuk menjamin terpenuhi
suatu kretria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efesien
(Permenkes No.72 tahun 2016).
Perencanaan obat di lakukan agar menghindari terjadi
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat di
pertanggung jawabkan dan menggunakan dasar-dasar perencanaan
yang telah di tentukan antra lain motede konsumsi, metode
epidiomologi, metode kombinasi dan di sesuaikan degan anggaran
yang tersedia di rumah sakit (Premenkes No.72 tahun 2016).
Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan
dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggung-jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi (metode konsumsi dan epidemiologi) dan
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Permenkes RI N0. 58
tahun 2014). Hal-hal yang mempengaruhi perencanaan pengelolaan
sediaan obat di instalasi farmasi berdasarkan Permenkes RI No. 58
tahun 2014 yang dimaksud pada ayat (1) Pasal 3, meliputi:
15

a) Sumber Daya Manusia (SDM)


Menurut Andiyanto dkk (2018), sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor pendukung dalam kelancaran suatu
kegiatan dalam sebuah organisasi. Manusia selalu berperan dalam
setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana,
pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak
mungkin terwujud tanpa peran aktif dari karyawan meskipun alat-
alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya.
Menurut Permenkes RI No. 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian, instalasi farmasi harus memiliki apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan
petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi
Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian di rumah sakit harus sesuai dengan ketentuan
klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri.

b) Sarana Prasarana
Sarana adalah bangunan yang sebagian atau seluruhnya berada
di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan dan
digunakan untuk penyelenggaraan atau penunjang pelayanan.
Prasarana adalah 30 alat, jaringan, dan sistem yang membuat suatu
Sarana dapat berfungsi (Andiyanto dkk, 2018).
Menurut Permenkes RI No. 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian, Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit harus didukung oleh sarana dan peralatan yang
memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang
berlaku. Lokasi instalasi farmasi harus menyatu dengan sistem
pelayanan rumah sakit, tetapi harus dipisahkan antara fasilitas
untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung kepada
pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu yang dilengkapi
penanganan limbah.
16

c) Metode
Prosedur adalah cara untuk melakukann agar berdaya guna dan
berhasil guna. Metode kerja yang cepat dapat memperlancar
jalannya suatu usaha (Alamsyah, 2011).
Menurut Prabowo (2016) pengadaan obat memiliki 2 metode,
yaitu metode komsumsi dan metode epidiomologi. Metode
komsumsi merupakan metode perencanaan berdasar kan analisis
komsumsi logistik priode sebelumnya sedangkan metode
epidiomologi merupakan perencanaan berdasar kan analisis jumlah
kasus penyakit pda priode sebelumnya. Jumlah kasus ini
tergantung dari jumlah pengunjung, BOR/LOS (hari perawatan)
frekunsi penyakit dan standar pengobatan.
d) Anggaran
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara
sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter
yang meliputi seluruh kegiatan (Hendra Poerwanto, 2011). Tujuan
anggaran untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara
jelas dan formal sehingga bias menghindari kerancuan dan
memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.
Berdasarkan hasil penelitian Ilona (2015), tentang Analisis
Anggaran obat dan realisasi pengadaan obat di Kabupaten Maluku
tahun 2013-2015 bahwa Anggaran sangat berperan besar terhadap
tinggi atau rendahnya cakupan realisasi suatu perencanaan obat
yang sudah ditetapkan sebelumnya.

e) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
menentukan jumlah obat dalam rangka pengadaan. Tujuannya
adalah untuk menetapkan jenis dan jumalh perbekalan farmasi
sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di
17

rumah sakit serta anggaran perbekalan farmasi yang sesuai


(Kemenkes RI, 2010).
Perencanaan kebutuhan farmasi merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadan sediaan farmasi sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan serta
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Permenkes RI No.58,
2014).
Berdasarkan hasil penelitian Gracewati (2020), kegiatan
perencanaan obat di instalasi farmasi dilakukan setiap awal tahun
berjalan untuk kebutuhan satu tahun ke depan. Sebelum menyusun
persiapan perencanaan kebutuhan obat, terlebih dahulu
menyiapkan hasil evaluasi tahunan ataupun laporan bulanan bidang
kefarmasian, yang meliputi data stok persediaan tahun sebelumnya,
data pemakaian obat yang paling sering atau data obat yang cepat
keluar (fast moving) maupun yang lambat keluar (slow moving),
serta data pola penyakit.
f) Pengadaan
Pengadaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi
perencanaan. Proses pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan
dan fungsi penganggaran (Alamsyah, 2011).
Pengadaan merupakan kegiatan yang sangat berkesinambungan
dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan,
penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan dan pembayaran (Permenkes No. 58
Tahun 2014).
18

Menurut Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Volume 2, Nomor


3 tahun 2020, pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan
untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang
efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
dapat dilakukan melalui pembelian, produksi sediaan farmasi dan
sumbangan (Permenkes No. 72 Tahun 2016).
g) Penyimpanan
Menurut Mahfudhoh (2015) dalam Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015,
penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap
obat yang diterima agar tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Obat yang rusak karena
gangguan fisik akan merusak kualitas obat.
Tahap penyimpanan merupakan bagian dari pengelolaan obat
menjadi sangat penting dalam memelihara mutu obat-obatan,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan, mengoptimalkan persediaan, memberikan informasi
kebutuhan obat yang akan datang, serta mengurangi resiko
kerusakan dan kehilangan. Penyimpanan yang salah atau tidak
efisien membuat obat kedaluwarsa tidak terdeteksi dapat membuat
rugi rumah sakit, farmasi maupun perusahaan besar farmasi. Oleh
karena itu didalam pemilihan sistem penyimpanan harus dipilih dan
disesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga pelayanan obat
dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna (Alamsyah,
2011).
h) Pendistribusian
Dalam Permenkes RI nomor 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Distribusi merupakan
suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau
menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
19

habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit


pelayanan ataupun sampai kepada pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Menurut Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Volume 10 Nomor
1 Januari-Juni 2018, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan
merupakan salah satu tugas utama pelayanan farmasi dirumah
sakit. Distribusi memegang peranan penting dalam penyerahan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan ke unit-unit
disetiap bagian farmasi rumah sakit termasuk kepada pasien.
i) Pengendalian
Menurut Permenkes RI No.72 tahun 2016, Pengendalian adalah
kegiatan yang memastikan penggunaan obat sesuai dengan,
forumularium, sesuai dengan diagnosis dan terapi serta memastikan
persediaan efektif dan efisien atau atau tidak terjadi kelebihan dan
juga kekurangan atau kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa dan
kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Menurut Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3
Nomor 1 Januari-Juni 2015, Pengawasan memerlukan ketertiban
dalam pencatatan dan pelaporan agar fungsi bisa berjalan dengan
efektif dan efisien. Pencatatan dan pelaporan obat dituliskan dalam
Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat dan juga kartu stok
obat. Pencatatan dan pelaporan obat harus dilaksanakan dengan
baik dan benar agar fungsi pengawasan dan pengendalian obat
dapat berjalan dengan baik. Menurut Permenkes RI No.58 tahun
2014.
Menurut Depkes RI (2012), adapun beberapa kegiatan di dalam
manajemen perencanaan logistik obat terdiri sebagai berikut :
1. Pemilihan/Seleksi Obat
Fungsi pemilihan/seleksi obat adalah untuk menentukan obat
yang benar-benar diperlukan sesuai dengan populasi penduduk
berdasarkan pola penyakit dengan prinsip dasar:
20

1. Menentukan jenis obat (beberapa jenis item obat yang akan


digunakan/dibeli)
2. Obat memiliki manfaat terapi yang jauh lebih besar dibanding
resiko dan efeksampingnya
3. Merupakan obat terbaik yang memiliki manfaat
Seleksi/pemilihan obat didasarkan pada obat generik terutama
yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang
masih berlaku dengan patokan harga sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian Sera dkk (2016) pemilihan obat di
Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado ditentukan dari obat yang
paling banyak dipakai, pola penyakit, pemakaian obat harian, data
LPLPO, sulitnya memilih item obat menjadi kendala dalam
pemilihan obat, karena pemilihan tidak menggunakan kriteria dasar
seleksi Pemilihan obat hanya berdasarkan obat generik dari Dinas
Kesehatan sehingga masih terdapat duplikasi obat dan pembagian
kerja dalam perencanaan obat yang masih perlu diperbaiki lagi.
2. Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui
pemakaian perbulan masing-masing jenis obat di unit pelayanan
kesehatan selama setahun sebagai data pembanding bagi stok
optimum.
Berdasarkan hasil penelitan Rahmi (2013) bahwa kompilasi
pemakaian obat di Puskesmas Pauh Kota Padang dilihat dari data
pemakaian obat harian tiap unit, dengan data pemakaian obat harian
dapat diketahui obat apa yang paling banyak dipakai tiap bulannya.
Untuk perencanaan obat per tahun digunakan data yang direkap per
tahun yaitu data LPLPO. Apotekernya melakukan stok opname nanti
dihitung berapa obat yang terpakai, berapa obat sisa, dan berapa obat
yang expired.
21

3. Perhitungan Kebutuhan Obat


Cara terbaik untuk menentukan kebutuhan obat dengan
pendekatan dapat dilakukan melalui metode konsumsi, epidemiologi,
dan morbiditas.
1. Metode Konsumsi
Didasarkan atas analisa data konsumsi perbekalan farmasi
pada tahun sebelumnya. Langkah-langkah metode ini adalah :
1) Pengumpulan dan pengolahan data, yang diperoleh dari
pencatatan dan pelaporan informasi baik kartu stock, buku
penerimaan dan pengeluaran serta catatan harian penggunaan
obat.
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah :
 Menghitung pemakaian nyata pertahun.
 Menghitung pemakaian rata-rata perbulan.
 Menghitung kekurangan jumlah obat.
 Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya pertahun.
 Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang.
 Menghitung leadtime (waktu tunggu).
 Menentukan stok pengaman.
 Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk
tahun yang akan datang.
 Menghitung jumlah obat yang perlu diadakan pada tahun
anggaran yang akan datang.
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Jenis data yang diperlukan untuk metode konsumsi yaitu:
alokasi dana, daftar obat, stok awal, LPLPO, sisa stok, obat
hilang/rusak, kadaluarsa, kekosongan obat, pemakaian rata-
rata/pergerakan obat pertahun, lead time, stok pengaman dan
perkembangan pola kunjungan di puskesmas.
22

5. Metode Epidemiologi
Didasarkan pada data jumlah kunjungan, frekuensi
penyakit dan standar pengobatan yang ada. Langkah-langkah
metode ini adalah:
1) Pengumpulan dan pengolahan data.
2) Menyediakan pedoman /standar pengobatan yang
digunakan sebagai perencanaan.
3) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.
4) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia
6. Metode Kombinasi
Merupakan kombinasi metode konsumsi dan metode
epidemiologi. Berupa perhitungan kebutuhan obat yang telah
mempunyai data konsumsi yang jelas namun kasus penyakit
cenderung berubah.
Berdasarkan hasil penelitan Iwan (2014) bahwa
perhitungan Kebutuhan Obat di Puskesmas Gaya Baru V
Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah
yang dilakukan oleh penanggung jawab gudang obat dengan
menggunakan metode konsumsi belum tepat dan belum
menggabungkan antara metode konsumsi dan metode
epidemiologi, sehingga masih terjadi masalah kekurangan
obat di Puskesmas Gaya Baru V Kecamatan Bandar
Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

4. Proyeksi Kebutuhan Obat


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan
rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan stok akhir
diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu dan
estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok penyangga,
menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan
datang dan menghitung rancangan anggaran untuk total kebutuhan
serta pengalokasian kebutuhan obat persumber anggaran.
23

Menurut Depkes RI (2012), tujuan dari manajemen perencanaan


logistik obat adalah untuk mendapatkan :
1. Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
3. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Dalam tahapan perencanaan logistik obat, perencanaan logistik
dikatakan baik apabila mampu menjawab hal-hal sebagai berikut :
1. Apa yang dibutuhkan untuk menentukan jenis barang yang tepat
(what).
2. Berapa yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang tepat (how
much).
3. Bila mana dibutuhkan untuk menentukan waktu yang tepat (when)
4. Dimana dibutuhkan untuk menentukan tempat yang tepat (where).
5. Siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan untuk
menentukan orang atau unit yang tepat (who).
6. Bagaimana diselenggarakan untuk menentukan proses yang tepat
(how).
7. Mengapa dibutuhkan untuk memeriksa apakah keputusan yang
diambil sudah tepat (why).
b. Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Ivancevich et al (2007) yang meliputi masukan,


proses serta keluaran merupakan acuan atau landasan teori yang
diimplementasikan dalam manajemen logistik obat di rumah sakit. Skema
kerangka teori seperti diuraikan berikut ini:

Masukan (Input) Proses


a. Sumber Daya a.Perencanaan
Manusia Keluaran
b.Pengadaan (Output)
b. Sarana Prasarana
c. Sumber Anggaran c.Penyimpanan
d. Metode
d.Pendistribusian
e.Pengendalian
24

c. Kerangka Berfikir

Pengelolaan obat yang baik demi terwujudnya pemenuhan kebutuhan


obat rumah sakit sebagai pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat
tergantung kepada ketersediaan obat yang ada di Instalasi farmasi. Sebagai
kerangka pikir penelitian disajikan berikut :

Output
Input Proses
Tersedianya
a.Sumber daya a. Perencanaan obat yang
manusia b. Pengadaan dibutuhkan
b.Sumber c. Pendistribusian Instalasi
Anggaran d. Pengendalian Farmasi.

Berdasarkan skema kerangka berfikir di atas, ada empat variabel yang


akan diteliti pada penelitian ini yaitu perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan
pengendalian. Berdasarkan survey pendahuluan didapatkan masalah pada
managemen logistik obat di RSUD Kota Dumai, dimana masih adanya ditemukan
informasi kekosongan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai dan obat yang
didistribusikan belum memenuhi kebutuhan yang direncanakan, dan dicurigai
empat proses managemen logistik yang akan diteliti ini merupakan penyebab
masalah dari output hasil managemen logistik yang belum optimal di RSUD Kota
Dumai.
25

BAB III
METODE KEGIATAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
Studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu
untuk diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas pada pelaksanaan
manajemen Logistik obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari s/d Maret 2023.

C. Informan Penelitian
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive
Sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja
(Sugiyono, 2002). Artinya sampel yang dipilih adalah yang mengetahui
permasalahan dengan jelas, untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta
mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar. Informan dalam
penelitian ini adalah Kasi Penunjang Medis, Kepala Instalasi Farmasi, Staf
Instalasi Farmasi dan PJ Gudang Farmasi.
Tabel 3.1
Karakteristik Informan
No Karakteristik Informan Jumlah Kode informen
1 Informan Kunci
Kasi Penunjang Medis 1 orang A1
2 Informan Utama
Kepala Instalasi Farmasi 1 orang B1
3 Informan Pendukung
Dokter 1 orang C1
Staf Instalasi farmasi 2 orang C2a & C2b
PJ.Gudang Farmasi 1 orang D1
Staf Keuangan 1 orang E1
26

Pasien 2 orang F1
Distributor Obat 1 orang G1
TOTAL 10 orang

F. Defenisi Istilah
Tabel 3.2
Definisi Istilah
Cara
No Variabel Definisi Istilah Pengumpulan Instrumen
Data

1 Sumber daya Orang-orang yang terlibat Wawancara Pedoman


manusia dalam pekerjaan Instalasi mendalam wawancara,
Farmasi RSUD Kota Dumai alat perekam

2 Sumber Ketersediaan alokasi sumber Wawancara Pedoman


Anggaran dana dalam menunjang mendalam wawancara,
proses pengelolaan obat alat perekam

3 Perencanaan Proses kegiatan seleksi obat Wawancara Pedoman


dan menentukan jumlah mendalam, wawancara,
obat dalam rangka observasi alat perekam
pengadaan obat di Instalasi
Farmasi.

4 Pengadaan Kegiatan untuk Wawancara Pedoman


menyediakan kebutuhan mendalam, wawancara,
obat yang telah observasi alat perekam
direncanakan dan disetujui.

5 Pendistribusian Rangkaian kegiatan dalam Wawancara Pedoman


pengeluaran dan pengiriman mendalam, wawancara,
obat-obatan yang bermutu observasi alat perekam
dari gudang obat ke seluruh
ruang rawat inap dan rawat
jalan RSUD Kota Dumai.

6 Pengendalian Rangkaian kegiatan untuk Wawancara Pedoman


memastikan tercapainya mendalam, wawancara,
sasaran yang diinginkan observasi alat perekam
sesuai dengan strategi dan
program yang telah
ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan
27

kekurangan/kekosongan
obat.

6 Tersedianya Hasil dari manajemen Wawancara Pedoman


Obat yang logistik obat di Instalasi mendalam, wawancara,
dibutuhkan Farmasi RSUD Kota Dumai observasi alat perekam
Instalasi yaitu tersedianya obat yang
Farmasi dibutuhkan di Instalasi
Farmasi.

G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


a. Jenis data
1.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara :
a. Wawancara
Cara yang dilakukan adalah wawancara mendalam dan terbuka.
b. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan dengan melihat langsung proses kegiatan
di lapangan. Dengan pengamatan diharapkan peneliti lebih jelas
mengetahui proses pelaksanaan kegiatan yang terjadi dilapangan.

1.2 Data Sekunder


Data sekunder diperoleh dari bagian Instalasi Farmasi RSUD Kota
Dumai.
b. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap objek yang
akan diteliti, wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara
dan telaah dokumentasi. Observasi dilakukan pada managemen logistic
obat di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai Tahun 2023.
Insrument utama dalam rangka pengumpulan informasi pada
penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan :
a. Pedoman wawancara
b. Alat perekam

c. Teknik pengambilan Informen


28

Informen dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive


sampling, yaitu cara penentuan infirman yang ditetapkan secara sengaja
atas dasar kriteria atau pertimbangan tertentu.

H. Pengolahan Data
1. Data Primer
Dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi secara
langsung dengan informan ataupun pengamatan terkait penelitian,yang
menggunakan alat tulis dan alat perekam suara. Teknik pelaksanaannya
dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam dalam
wawancara langsung dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan
sebelumnya.

2. Data Sekunder
Dengan melakukan penelusuran dokumen yang sudah ada di
RSUD Kota Dumai, berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
informan, data bakan diolah secara manual sesuai petunjuk pengolahan
data kualitatif dan tujuan penelitian.
Pengelolaan dan analisa data dalam penelitian ini dilakukan
menurut cara analaisa kualitatif sesuai langkah menurut Miles dan
Huberman dalam Emzir (2010), adapun langkah pengelolaan data dan
analisis kualitatif, yaitu :
a. Reduksi data
Mereduksi data berarti memilih data yang penting. Pemokusan dan
membuat kategori, dengan demikian data telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas sesuai tujuan penelitian
b. Penyajian Data
Metode data adalah kumpulan data atau informasi yang telah
disusun sehingga memudahkan mendeskripsikan kesimpulan. Dalam
penelitian ini model data yang telah diperoleh saat wawancara
mendalam, observasi dan telaah dokumen dibuat dalam bentuk teks
naratif yang ditulis dalam matrik
29

c. Penarikan / Verifikasi kesimpulan


Teknik yang telah digunakan untuk menarik kesimpulan yaitu
dengan cara menganalisa data secara content analisis )teknik analisis
isi) yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori yang
ada pada tinjauan pustaka.

I. Analisis Data
Analisis data disajikan dalam bentuk naskah (content analysis). Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini guna membahas
permasalahan yang dirumuskan digunakan teknik analisis kualitatif. Dalam
teknik analisis kualitatif, untuk menganalisis permasalahannya dilakukan
secara deskriptif.
Untuk menjamin derajat kepercayaan data yang dikumpulkan,
digunakan metode triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi sumber berarti membandingkan ulang derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda antara
informan yang satu dengan informan yang lain. Sumber dimaksud disini
yaitu informan dan telaah dokumen.
2. Triangulasi metode yaitu dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan data
hasil pengamatan serta data hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan.

J. Rencana Jadwal Penelitian


Tabel 3.3
30

Rencana Jadwal Penelitian

Februari Maret
No Uraian Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan penyusunan
proposal penelitian
2 Bimbingan proposal
penelitian
3 Seminar penelitian
4 Pengumpulan data
5 Analisis data dan
penyerahan laporan
hasil penelitian
6 Ujian Tesis
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua.


Jakarta:UI Press

Aniriza, Wati. (2021). Gambaran Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Prof. DR. Tabrani Pekanbaru. Skripsi. STIKes Awal Bros.
Pekanbaru

Alamsyah, D. (2011). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Armen, Fakhni., dan Azwar, Viviyanti. (2013). Dasar-dasar Manajemen


Keuangan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Tahun 2020. Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi Riau

Depkes RI. (2012). Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. (Online).
Tersedia : http://www.depkes.go.id. 19 Oktober 2022

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.


Jakarta: Rajawali Pers

Gracewati, Rambu. (2020). Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSUD


Waibakul Kabupaten Sumba Tengah. Jurnal Kesehatan Media Kesehatan
Masyarakat. Vol 2, No.3. Diakses 01 Maret 2023

Hasibuan, M. (2012). Manajemen SDM. Edisi Revisi, Cetakan Ke Tigabelas.


Jakarta : Bumi Aksara

Iwan,I. (2014). Analisis Pengelolaan Obat di Puskesmas Gaya Baru V Kecamatan


Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Kesehatan
Holistik.Vol 8.No1. Diakses 20 Oktober 2022

Ivancevich, John.M., Robert, Konopaske. Dan Michael, T. Matteson. (2007).


Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga

Kemenkes RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010. Jakarta :


Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta :


Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta :


Kemenkes RI
Mahfudhoh, S., dan Rohmah, T.N. (2015). Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia. Vol 3 No.1. Diakses 12 Desember 2022

Mangindara., Elfandra., & Yudha. (2011). Analisis Pengeolaan Obat di


Puskesmas Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai Tahun
2011. Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Vol 1 (1): 1-55.
Diakses 23 Oktober 2022

Muhammad, Faiz, Satrianegara. (2018). Analisis Pengelolaan Manajemen


Logistik Obat di instalasi Farmasi RSUD Lanto Daeng Pasewang
Kabupaten Jeneponto. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol 10 No.1.
Diakses 28 Februari 2023

Pangerapan, D. T., Palandeng, O. E. L. I. and Rattu, A. J. M. (2018). Hubungan


Antara Mutu Pelayanan Dengan Kepuasaan Pasien di Poliklinik Penyakit
Dalam Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado. Jurnal
Kedokteran Klinik, 2(1), 9-18. Diakses 22 Oktober 2022

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 58. (2014). Standar


Pengelolaan Obat Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia

Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesi. (2016). Peraturan Meteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta

Rahmi, M. (2013). Analisis Manajemen Logistik Obat di Puskesmas Pauh Kota


Padang. Jurnal Ilmiah Vol 02 No 1. Diakses 22 Oktober 2022

Rosmania, F.A. Supriyanto, S. (2015). Analisis Pengelolaan Obat Sebagai Dasar


Pengendalian Safety Stock Pada Stagnant dan Stockout Obat. Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Airlangga Vol 3 (1)

RSUD Kota Dumai. (2010). Profil RSUD Kota Dumai Tahun 2020. Dumai:
RSUD Kota Dumai

Sabarguna T. (2010). Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. PT Raja


Grafindo Persada. Jakarta

Sambara, J. (2007). Pola Penggunaan Obat Generik Berlogo di Rumah Sakit


Daerah Kupang. (Online). (http://www.medialitbangkes.com). Diakses 10
Desember 2022

Satibi. (2014). Manajemen Obat di Rumah Sakit. Yogyakarta: Farmasi UGM


Sekula, H. (2010). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Cetakan pertama.
Yogjakarta: Gosyen Publishing.

Sera, S., Hiborang, Franckie, R.R, Maramis., Grace, D.,& Kandou. Gambaran
Pelaksanaan Pengelolaan Obat di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado.
Jurnal FKM Universitas Sam Ratulangi. Vol. 8,No.3. Diakses 23 Oktober
2022

Subagya, H. (1994). Manajemen Logistik. Jakarta: CV Haji Masagung

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Kesembilan.


Bandung: Alfabeta

Syamsuni, T. (2015). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:Cendikawan

Tunggal, S. (2010). Manajemen Farmasi, Edisi kedua. Airlangga University


Press. Surabaya

Undang-Undang RI, Nomor 40 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2023

A. Karakteristik Responden

Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan
Informan Pertanyaan
Kepala Instalasi Sumber Anggaran
Farmasi 1. Bagaimana sumber dana diperoleh dalam proses manajemen logistik
obat?
2. Bagaimana dengan ketersediaannya?
3. Bagaimana jika ada hambatan atau kendala dari sumber anggaran?

Perencanaan
1. Bagaimana proses perencanaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2.Bagaimana proses perencanaan pemilihan jenis obat untuk tahun
berikutnya? Berdasarkan apa pemilihan jenis obatnya?
3. Bagaimana proses untuk menentukan perkiraan kebutuhan obat untuk
rencana yang akan datang?
4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam perencanaan obat ini?

Pengadaan
1. Bagaimana proses pengadaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2. Bagaimana metode yang digunakan dalam pengadaan obat?
3. Bagaimana pennetuan waktu pengadaan obat?
4. Bagaimana dengan obat yang telah dipesan atau dibeli langsung datang
tepat waktu?
5. Kendala apa yang terjadi ketika melakukan pengadaan obat ?

Pengendalian
1. Bagaimana proses pengendalian yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pengendalian?
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2023

A. Karakteristik Responden

Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan
Informan Pertanyaan
Kasi Penunjang Sumber Daya Manusia
Medis 1. Bagaimana sumber daya manusia di Instalasi Farmasi RSUD
Kota Dumai mencukupi dalam proses manajemen logistik?
2. Bagaimana latar belakang pendidikan sumber daya manusia yang ada
di Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai? Apakah sudah sesuai dengan
peraturan yang ada?
3. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di
Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai terkait manajemen pengelolaan
obat?

Sumber Anggaran
1. Bagaimana sumber dana diperoleh dalam proses manajemen logistik
obat?
2. Bagaimana dengan ketersediaannya?
3. Bagaimana jika ada hambatan atau kendala dari sumber anggaran?

Ketersediaan obat di Instalasi Farmasi


1. Bagaimana dengan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi ?
2. Bagaimana dengan obat yang diterima dari distributor ?
3. Bagaimana kebijakan Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai dalam
mengatasi masalah obat yang tidak tersedia dari distributor?

Pengendalian
1. Bagaimana proses pengendalian yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pengendalian?
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2023

A. Karakteristik Responden

Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan
Informan Pertanyaan
Staf Instalasi Pendistribusian
Farmasi 1. Bagaimana proses manajemen pendistribusian obat yang dilakukan
gudang farmasi?
2. Bagaimana dengan anggaran untuk pendistribusian obat?
3. Data apa saja yang diperlukan gudang farmasi dalam proses
pendistribusian obat dari instalasi farmasi ke ruang rawat inap dan rawat
jalan?

Ketersediaan obat di Instalasi Farmasi


1. Bagaimana dengan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi ?
2. Bagaimana dengan obat yang diterima dari distributor ?
3. Bagaimana kebijakan Instalasi Farmasi RSUD Kota Dumai dalam
mengatasi masalah obat yang tidak tersedia dari distributor?

Pengendalian
1. Bagaimana proses pengendalian yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pengendalian?
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2023

A. Karakteristik Responden

Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan
Informan Pertanyaan
PJ Gudang Farmasi Perencanaan
1. Bagaimana proses perencanaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2. Bagaimana proses perencanaan pemilihan jenis obat untuk tahun
berikutnya? Berdasarkan apa pemilihan jenis obatnya?
3. Bagaimana proses untuk menentukan perkiraan kebutuhan obat untuk
rencana yang akan datang?
4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam perencanaan obat ini?

Pengadaan
1. Bagaimana proses pengadaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2. Bagaimana proses pengadaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
2. Bagaimana metode yang digunakan dalam pengadaan obat?
3. Bagaimana pennetuan waktu pengadaan obat?
4. Bagaimana dengan obat yang telah dipesan atau dibeli langsung datang
tepat waktu?
5. Kendala apa yang terjadi ketika melakukan pengadaan obat ?

Pendistribusian
1. Bagaimana proses manajemen pendistribusian obat yang dilakukan
gudang farmasi?
2. Bagaimana dengan anggaran untuk pendistribusian obat?
3. Data apa saja yang diperlukan gudang farmasi dalam proses
pendistribusian obat dari instalasi farmasi ke ruang rawat inap dan rawat
jalan?
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2023

A. Karakteristik Responden

Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan
Informan Pertanyaan
Staf Keuangan Sumber Anggaran
1. Bagaimana sumber dana diperoleh dalam proses manajemen logistik
obat?
2. Bagaimana dengan ketersediaannya?
3. Bagaimana jika ada hambatan atau kendala dari sumber anggaran?
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2023

A. Karakteristik Responden

Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan
Informan Pertanyaan
Distributor Obat 1. Bagaimana jika obat yang dipesan pihak Instalasi Farmasi RSUD Kota
Dumai stok nya kosong ?
2. Bagaimana proses pembayaran yang dilakukan pihak Instalasi Farmasi
RSUD Kota Dumai?
3. Mengapa obat yang datang sering tidak sesuai dengan permintaan?
4. Kendala apa yang sering dialami oleh pihak distributor obat ?
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA DUMAI TAHUN 2023

A. Karakteristik Responden

Informan :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :

B. Daftar Pertanyaan
Informan Pertanyaan
Pasien Pendistribusian
1. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang kelengkapan obat yang tersedia
di Apotek?
2. Bagaimana pendapat bapak/ibu jika ada salah satu obat ada yang tidak
tersedia?

Anda mungkin juga menyukai