Anda di halaman 1dari 329

Dos

enPen
g e
mp u:
E
RIZ
ALAFF
ANAR
RAS
YID IWaya
nAriya
naBasoka
,S.
T.,M.
Eng
.
1
961
122
037
Dos
enPembi
mb i
ng:
K
ELASE/RE
G.B IWaya
nAri
yanaBas
oka
,S.
T.,M.
Eng
.
Ra
sioPMa xKolom :0,
0047
Ra
sioM2-2Ma xKolom :0,
1820
Ra
sioM3-3Ma xKolom :0,
0414
Ra
sioVMa xKo l
om :0,
1820
Ra
sioKomb i
nas
i :0,
0047
Ra
sioM MaxBa l
ok :0,
3477
Ra
sioVMa xBalok :0.
8099

Dos
enPen
g e
mp u:
E
RIZ
ALAFF
ANAR
RAS
YID IWaya
nAriya
naBasoka
,S.
T.,M.
Eng
.
1
961
122
037
Dos
enPembi
mb i
ng:
K
ELASE/RE
G.B IWaya
nAri
yanaBas
oka
,S.
T.,M.
Eng
.
TUGAS STRUKTUR BAJA II
PERANCANGAN GEDUNG BAJA

Rancangalah suatu Gedung (minimal 3 lantai) menggunakan struktur baja dengan ketentuan
sebagai berikut:

1. Mahasiswa mencari gambar gedung beton minimal 3 lantai yang nantinya akan dirancang
ke dalam struktur baja.
2. Gedung di analasis menggunakan Software SAP 2000 dengan model 3 dimensi
3. Pemodelan gedung dibuat dari atap hingga pereletakannya.
4. Struktur laporan berupa:
• Cover
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Daftar Gambar
• Daftar Tabel
• Pendahuluan (pengantar, denah, potongan)
• Tinjauan Pustaka (uraian tentang balok, kolom, sambungan, berisikan dasar-
dasar perhitungan yang akan digunakan)
• Pembebanan (Beban yang diguanakan berdasarkan SNI 1720-2020, termasuk
beban gempa)
• Pemodelan Numerik (Analisis 3D SAP 2000, input SAP 2000, output SAP 2000,
rekapitulasi gaya dalam yang akan dianalisis)
• Analisis (Analisis balok, kolom, sambungan berdasarkan SNI 1729-2015, pelat
tidak perlu dianalisis karena diasumsikan berupa pelat beton dan menjadi beban)
• Kesimpulan (Dimensi struktur yang digunakan)
• Gambar Struktur
• Rangkuman berupa poster
5. Tugas dikumpulkan seminggu setelah Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Struktur
Baja II

Denpasar, 2021
Pembimbing Tugas

(Putu Aryastana, ST., M.Eng., M.Si .)


NIK/NIP.
FORM PENILAIAN TUGAS
MATA KULIAH STRUKTUR BAJA 1

Nama Mahasiswa : …………………………………………………


NIM : …………………………………………………

NO KRITERIA PENILAIAN BOBOT (%) SCORE NILAI


(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4)
A RUTINITAS ASISTENSI
❖ Sangat rutin : 81 – 100
❖ Rutin : 66 – 80 30
❖ Cukup : 51 – 65
❖ Jarang : 26 – 50
❖ Sangat Jarang : 0 – 25
B PEMAHAMAN TERHADAP PERENCANAAN
RANGKA BATANG STRUKTUR ATAP BAJA
❖ Sangat baik : 81 – 100
❖ Baik : 66 – 80 40
❖ Cukup : 51 – 65
❖ Kurang : 26 – 50
❖ Sangat Kurang : 0 – 25
C PEMAHAMAN TERHADAP MENUANGKAN
HASIL PERENCANAAN KE DALAM
GAMBAR
❖ Sangat baik : 81 – 100 30
❖ Baik : 66 – 80
❖ Cukup : 51 – 65
❖ Kurang : 26 – 50
❖ Sangat Kurang : 0 – 25

RERATA NILAI

Denpasar, …………………………………………
Pembimbing Tugas

(Putu Aryasta……na, ST., M.Eng., M.Si )


NIK/NIP. 19800327 2005 011 004
FORM PENILAIAN
TUGAS STRUKTUR BAJA II

Nama Mahasiswa : ………………………………………


NIM : ………………………………………
Kelas : ………………………………………

NO KRITERIA PENILAIAN BOBOT (%) SCORE NILAI


(1) (2) (3) (4) (5) = (3) x (4)
A RUTINITAS ASISTENSI
 Sangat rutin : 81 – 100
 Rutin : 66 – 80 40
 Cukup : 51 – 65
 Jarang : 26 – 50
 Sangat Jarang : 0 – 25
B PEMAHAMAN TERHADAP KONSEP
PERENCANAAN STRUKTUR BAJA
 Sangat baik : 81 – 100
 Baik : 66 – 80 60
 Cukup : 51 – 65
 Kurang : 26 – 50
 Sangat Kurang : 0 – 25

TOTAL NILAI

Denpasar, ………………………………………
Pembimbing Tugas

(Putu Aryasta……na, ST., M.Eng., M.Si )


NIK/NIP. 19800327 2005 011 004
Kartu Bimbingan Tugas dan Praktikum
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
GASAL 2021-2022

Nama/Kelompok : ERIZAL AFFAN ARRASYID /


NIM/KELAS : 1961122037 / REG B E
MATA KULIAH : Struktur Baja II
Waktu Bimbingan : 10/28/2021 19:07:17
Bimbingan ke- :1

CATATAN BUKTI BIMBINGAN

Asistenis gambar untuk tugas baja II

Pembimbing
ttd
I Wayan Ariyana Basoka, S.T., M.Eng.
NIP/NIK: 230700437

Mengetahui

Lembar Kartu Bimbingan ini tidak memerlukan tanda tangan basah dari dosen pembimbing, bukti bimbingan berupa foto/screenshoot pertemuan tatap
muka/tatap maya, teks dalam aplikasi media sosial, dapat digunakan dan sudah divalidasi oleh Program Studi Teknik Sipil FTP Unwar. Dokumen hasil
terkirim secara otomatis ke email setiap mahasiswa ybs dan dosen pembimbing dalam format PDF.

Jalan Terompong No.24 Tanjung Bungkak Denpasar, Telp. 0361-223858


tsipilwarmadewa@gmail.com
Kartu Bimbingan Tugas dan Praktikum
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
GASAL 2021-2022

Nama/Kelompok : ERIZAL AFFAN ARRASYID /


NIM/KELAS : 1961122037 / REG B E
MATA KULIAH : Struktur Baja II
Waktu Bimbingan : 10/28/2021 19:02:12
Bimbingan ke- :2

CATATAN BUKTI BIMBINGAN

Untuk pondasi tiang pancang diganti menggunakan


pondasi jepit, dan untuk dak talalng tetap
menggunakan beton dan penampang nya
mengunakan baja

Pembimbing
ttd
I Wayan Ariyana Basoka, S.T., M.Eng.
NIP/NIK: 230700437

Mengetahui

Lembar Kartu Bimbingan ini tidak memerlukan tanda tangan basah dari dosen pembimbing, bukti bimbingan berupa foto/screenshoot pertemuan tatap
muka/tatap maya, teks dalam aplikasi media sosial, dapat digunakan dan sudah divalidasi oleh Program Studi Teknik Sipil FTP Unwar. Dokumen hasil
terkirim secara otomatis ke email setiap mahasiswa ybs dan dosen pembimbing dalam format PDF.

Jalan Terompong No.24 Tanjung Bungkak Denpasar, Telp. 0361-223858


tsipilwarmadewa@gmail.com
STRUKTUR BAJA II

TUGAS BESAR BAJA


PERENCANAAN STRUKTUR BAJA GEDUNG
KELURAHAN MARGOREJO, SURABAYA

DOSEN PENGEMPU :
I Wayan Ariyana Basoka, S.T., M.Eng.

Disusun oleh:
Erizal Affan Arrasyid
1961122037
E

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
TEKNIK SIPIL
2021/2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas besar ini dengan tepat
waktu. Tugas besar ini membahas tentang Perencanaan Struktur Baja Kantor
Kelurahan Margorejo, Surabaya, dan dibuat dalam rangka memenuhi nilai mata
kuliah Struktur Baja iI semester ganjil.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun telah dibantu, dibimbing dan
di dukung oleh orang-orang yang berada di sekitar penulis,maka dari itu
penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada :

1. Dosen Universitas Warmadewa, khususnya I Wayan Ariyana Basoka,


S.T., M. Eng., selaku dosen pengempu mata kuliah Struktur Baja Ii dan
juga selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan berikut.
2. Dan kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu- persatunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam tugas besar ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih harus di sempurnakan, tetapi penyusun berharap agar tugas
besar ini dapat bermanfaat bagi semua orang, khususnya bagi mahasiswa/i fakultas
teknik sipil.

Denpasar, Januari 2022

Erizal Affan A.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Lokasi Perencanaan. ...................................................................................... 1
1.2. Data Perencanaan........................................................................................... 1
1.2.1. Data Perencanaan. ..................................................................................... 2
1.2.2. Data Bahan dan Spesifikasi Perencanaan Struktur Baja Kantor. .............. 2
1.2.3. Data Bahan dan Spesifikasi Perencanaan Pelat. ....................................... 3
1.2.4. Data Perencanaan Struktur Gedung. ......................................................... 3
1.3.1. Data Gambar Perencanaan. ....................................................................... 3
1.3. Peraturan yang Digunakan............................................................................. 5
1.4. Analisis Perencanaan Struktur Secara Ilmiah. ............................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 8
2.1. Pembebanan. .................................................................................................. 8
2.1.1. Sifat Mekanis Baja. ................................................................................... 8
2.2.1. Beban-Beban dan Aksi Lainnya. .............................................................. 8
2.2. Desain Kekuatan. ......................................................................................... 27
2.3. Komponen Struktur Tarik. ........................................................................... 27
2.3.1. Sifat Mekanis Baja. ................................................................................. 27
2.4. Komponen Struktur. .................................................................................... 28
2.4.1. Kekuatan Tekan. ..................................................................................... 28
2.4.2. Tekuk Lentur Dari Komponen Struktur Tanpa Elemen Langsing .......... 28
2.4.3. Komponen Struktur Dengan Elemen Langsing ...................................... 28
2.5. Komponen Geser ......................................................................................... 29
2.6. Komponen Struktur Lentur. ......................................................................... 30
2.7. Perencanaan Sambungan. ............................................................................ 31
2.7.1. Kontrol Baut ke Tepi (S1)....................................................................... 31

ii
2.7.2. Sambungan Las Metode DBFK .............................................................. 35
2.7.3. Jenis-jenis Las ......................................................................................... 35
2.7.4. Sambungan Pelat Ujung (End Plate)....................................................... 38
2.7.5. Pelat Landasan (Base Plate) .................................................................... 39
2.7.6. Kategori Jepit .......................................................................................... 40
2.7.7. Perhitungan Eksentrisitas ........................................................................ 41
2.7.8. Perhitungan Tegangan Tumpu pada Beton ............................................. 42
2.7.9. Ukuran Pelat Dasar ................................................................................. 42
2.7.10. Perhitungan Tebal Base Pelat ................................................................. 43
2.7.11. Panjang Angkur Minimum ..................................................................... 44
BAB III.................................................................................................................. 45
PEMBEBANAN ................................................................................................... 45
3.1. Perhitungan Beban Struktur......................................................................... 45
3.2. Kombinasi Pembebanan .............................................................................. 45
3.3. Beban Mati. ................................................................................................. 45
3.3.1. Beban Mati pada Pelat ............................................................................ 47
3.3.2. Beban Mati pada Pelat ............................................................................ 48
3.3.3. Beban Mati pada Atap ............................................................................ 49
3.4. Beban Hidup ................................................................................................ 51
3.4.1. Beban Hidup pada Lantai 1..................................................................... 51
3.4.2. Beban Hidup pada Lantai 2..................................................................... 51
3.4.3. Beban Hidup pada Lantai 3..................................................................... 52
3.4.4. Beban Hidup pada Atap .......................................................................... 52
3.4.5. Beban Hidup pada Tangga ...................................................................... 52
3.5. Beban Angin. ............................................................................................... 53
3.5.1. Beban Angin Depan ................................................................................ 56
3.5.2. Beban Angin Samping ............................................................................ 60
3.6. Beban Hujan. ............................................................................................... 64
3.7. Beban Gempa. ............................................................................................. 65
3.7.1. Beban Gempa dengan Statik Ekuivalen .................................................. 65
BAB IV ................................................................................................................. 78
PEMODELAN NUMERIK ................................................................................. 78
4.1. Analisis Struktur 3D. ................................................................................... 78
BAB V ................................................................................................................. 123

iii
ANALISI PERENCANAAN KOLOM .............................................................. 123
5.1. Analisa Kolom pada Nilai P (Gaya Tekan) Maksimum ............................ 124
5.1.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
124
5.1.2. Panjang Efektif...................................................................................... 124
5.1.3. Kuat Tekan Nominal ............................................................................. 126
5.1.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom Baja .................................................. 128
5.1.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial 136
5.1.6. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial 137
5.2. Analisa Kolom pada Nilai M2-2 (Momen sumbu Y) Maksimum dan V
(Gaya Geser) Maksimum. ................................................................................... 138
5.2.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
138
5.2.2. Panjang Efektif...................................................................................... 139
5.2.3. Kuat Tekan Nominal ............................................................................. 141
5.2.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom Baja .................................................. 142
5.2.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial 149
5.2.6. Analisa Geser ........................................................................................ 149
5.3. Analisa Kolom pada Nilai M3-3 (Momen sumbu X) Maksimum............. 151
5.3.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
151
5.3.2. Panjang Efektif...................................................................................... 151
5.3.3. Kuat Tekan Nominal ............................................................................. 153
5.3.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom ........................................................... 155
5.3.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial 162
5.3.6. Analisa Geser ........................................................................................ 163
5.4. Analisa Kolom pada Nilai Rasio Desain Maksimum (Kombinasi
Maksimum). ........................................................................................................ 164
5.4.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
164
5.4.2. Panjang Efektif...................................................................................... 165
5.4.3. Kuat Tekan Nominal ............................................................................. 167

iv
5.4.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom Baja .................................................. 168
5.4.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial 174
BAB VI ............................................................................................................... 176
ANALISIS PERENCANAAN BALOK ............................................................. 176
6.1. Balok Lantai 2 dan 3 (IWF 30x150x12x34) .............................................. 176
6.1.1. Analisa Balok pada Nilai Momen Maksimum...................................... 177
6.1.2. Analisa Balok pada Nilai Momen Maksimum...................................... 182
6.2. Ring Balok Lantai 3 (IWF 180x100x6x10) ............................................... 186
6.2.1. Analisa Balok pada Nilai Momen Maksimum dan Geser Maksimum187
BAB VII .............................................................................................................. 193
PERENCANAAN SAMBUNGAN .................................................................... 193
7.1. Perencanaan Sambungan Kolom-Balok Pada Sayap (Kolom – Balok Lantai
2 dan Lantai 3 ...................................................................................................... 193
7.1.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate ........................................................... 195
7.1.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap. ................................................... 195
7.1.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser.......................... 196
7.1.4. Jumlah Baut .......................................................................................... 196
7.1.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser. .............................................. 196
7.1.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 197
7.1.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum ............................................ 197
7.1.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End Plate ............................................ 198
7.1.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat ............................................................... 199
7.1.10. Kuat Sambungan didasarkan pada baut tanpa efek prying ................... 199
7.1.11. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek
congkel .............................................................................................................. 200
7.1.12. Kontrol Kekuatan baut terhadap Tarik ................................................ 200
7.1.13. Perhitungan las fillet pada penghubung sambungan geser .................. 201
7.1.14. Gaya tarik yang bekerja pada kolom ................................................... 202
7.1.15. Kontrol Kekuatan baut terhadap kombinasi geser dan tarik ................ 202
7.1.16. Gambar Kesimpulan ............................................................................ 203
7.2. Perencanaan Sambungan Kolom-Balok Pada Badan (Kolom-Balok Lantai 2
dan Lantai 3) ....................................................................................................... 204
7.2.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate ........................................................... 206
7.2.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Badan. ................................................... 206

v
7.2.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser.......................... 207
7.2.4. Perhitungan Jumlah Baut. ..................................................................... 207
7.2.5. Kontrol Kekuatan Baut terhadap Geser ................................................ 208
7.2.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 208
7.2.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum ............................................ 208
7.2.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate ............................................ 209
7.2.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat ............................................................... 210
7.2.10. Kuat Sambungan didasarkan pada baut tanpa efek prying ................... 210
7.2.11. Kapasitas Sambungan End-Platee didasarkan kekuatan buat tanpa efek
praying/congkel ................................................................................................ 211
7.3. Perencenaan Sambungan Kolom-Balok Pada Sayap (Kolom Utama-Ring
Balok) .................................................................................................................. 215
7.3.1. Kuat Tumpu Nominal End Pelat ........................................................... 217
7.3.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap .................................................... 218
7.3.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser.......................... 218
7.3.4. Jumlah Baut .......................................................................................... 218
7.3.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser ............................................... 219
7.3.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 219
7.3.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum ............................................ 219
7.3.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate ............................................ 220
7.3.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat ............................................................... 221
7.3.10. Kuat Sambungan Didasarkan Pada Baut Tanpa Efek Prying ............... 221
7.3.11. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek
praying/congkel ................................................................................................ 222
7.4. Perencanaan Sambungan Kolom-Balok Pada Badan (Kolom Utama-Ring
Balok) .................................................................................................................. 226
7.4.1. Kuat Tumpu Nominal End Pelat ........................................................... 228
7.4.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap .................................................... 228
7.4.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser.......................... 229
7.4.4. Jumlah Baut .......................................................................................... 229
7.4.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser ............................................... 230
7.4.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 230
7.4.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum ............................................ 230
7.4.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate ............................................ 231
7.4.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat ............................................................... 232

vi
7.4.10. Kuat Sambungan Didasarkan Pada Baut Tanpa Efek Prying ............... 232
7.4.11. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek
praying/congkel ................................................................................................ 233
7.5. Perencanaan Sambungan Kolom Induk – Kolom Induk ........................... 237
7.5.1. Kuat Tumpu Nominal End Pelat ........................................................... 238
7.5.2. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 1 Bidang Geser.......................... 239
7.5.3. Jumlah Baut .......................................................................................... 239
7.5.4. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Gerser ............................................. 239
7.5.5. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 239
7.5.6. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum ............................................ 240
7.5.7. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate ............................................ 241
7.5.8. Kontrol Terhadap Leleh Pelat ............................................................... 241
7.5.9. Kuat Sambungan Didasarkan Pada Baut Tanpa Efek Prying ............... 242
7.5.10. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek
praying/congkel ................................................................................................ 242
7.6. Perencanaan Angkur .................................................................................. 248
7.6.1. Kuat Tumpu Beton ................................................................................ 250
7.6.2. Tekan Konsentris .................................................................................. 251
7.6.3. Kuat Perlu Pelat Landasan .................................................................... 251
7.6.4. Tegangan Beton Ultimate ..................................................................... 252
7.6.5. Pemeriksaan angkur terhadap gaya geser ............................................. 253
7.6.6. Tegangan Geser yang Terjadi pada Angkur ......................................... 253
7.6.7. Tegangan tarik yang terjadi pada angkur .............................................. 254
7.6.8. Kontrol Panjang Angkur ....................................................................... 254
7.6.9. Kontrol Kuat Geser dengan Satu Bidang Geser ................................... 254
7.6.10. Kontrol Momen ..................................................................................... 255
7.7. Perencanaan Sambungan Menerus Balok-Balok (Lantai 2 dan 3) ............ 257
7.7.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate ........................................................... 258
7.7.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap .................................................... 259
7.7.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser.......................... 259
7.7.4. Jumlah Baut .......................................................................................... 260
7.7.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser ............................................... 260
7.7.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 260
7.7.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum ............................................ 260

vii
7.7.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate ............................................ 261
7.7.9. Gambar Kesimpulan ............................................................................. 262
7.8. Perencanaan Sambungan Tegak – Lurus Balok-Balok ............................. 262
7.8.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate ........................................................... 264
7.8.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap .................................................... 264
7.8.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser.......................... 265
7.8.4. Jumlah Baut .......................................................................................... 265
7.8.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser ............................................... 265
7.8.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 266
7.8.7. Perencanaan Tebal Pelat Ujung Minimum ........................................... 266
7.8.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate ............................................ 267
7.8.9. Gambar Kesimpulan ............................................................................. 268
7.9. Perencanaan Sambungan Menerus Ring Balok-Ring Balok (Lantai 2 dan 3)
268
7.9.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate ........................................................... 269
7.9.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap .................................................... 270
7.9.3. Kuat Tekan Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser ........................... 271
7.9.4. Jumlah Baut .......................................................................................... 271
7.9.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser ............................................... 271
7.9.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 271
7.9.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum ............................................ 272
7.9.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate ............................................ 273
7.9.9. Gambar Kesimpulan ............................................................................. 274
7.10. Perencanaan Sambungan Tegak-Lurus Ring Balok-Ring Balok............... 274
7.10.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate ........................................................... 275
7.10.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap .................................................... 276
7.10.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser.......................... 277
7.10.4. Jumlah Baut .......................................................................................... 277
7.10.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser ............................................... 277
7.10.6. Perencanaan Jarak Baut ........................................................................ 277
7.10.7. Perencanaan Tebal Pelat Ujung Minimum ........................................... 278
7.10.8. Perkiraan tebal Minimum Plat End-Plate ............................................. 279
7.10.9. Gambar Kesimpulan ............................................................................. 279
BAB VIII............................................................................................................. 281

viii
PENUTUP ........................................................................................................... 281
8.1. Kesimpulan ................................................................................................ 281
8.2. Saran. ......................................................................................................... 283
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 284

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Lokasi Perencanaan.. ......................................................................... 1


Gambar 1. 2. Denah Lantai 1. ................................................................................. 3
Gambar 1. 3. Denah Lantai 2 .................................................................................. 4
Gambar 1. 4. Denah Lantai 3. ................................................................................. 4
Gambar 1. 5. Potongan A-A. ................................................................................... 5
Gambar 1. 6. Potongan E-E..................................................................................... 5
Gambar 1. 7. Alur pikir perencanaan struktur gedung. ........................................... 7

Gambar 2. 1. Analisa Statik Ekivalen; (a) Gaya gempa sebenarnya, (b) Ekivalen
gaya lateral. ........................................................................................................... 10
Gambar 2. 2. Gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko tertarget. ............ 14
Gambar 2. 3. Gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko tertarget. ............ 15
Gambar 2. 4. Spektrum Respon Desain ................................................................ 19
Gambar 2. 5. Penentuan simpangan antar lantai. .................................................. 25
Gambar 2. 6. Tata letak baut. ................................................................................ 32
Gambar 2. 7. Jenis - jenis sambungan las. ............................................................ 37
Gambar 2. 8. Sambungan pelat Ujung (end plate). ............................................... 38
Gambar 2. 9. Pelat Landasan (Base Plate). ........................................................... 39
Gambar 2. 10. Beban yang bekerja pada base plate. ............................................. 41
Gambar 2. 11. Base Plate dengan eksentrisitas beban. ......................................... 41

Gambar 3. 1. Brosur berat bata ringan. ................................................................. 46


Gambar 3. 2. Brosur berat keramik. ...................................................................... 46
Gambar 3. 3.Brosur berat genteng. ....................................................................... 49
Gambar 3. 4. Brosur Spresifikasi Usuk. ................................................................ 49
Gambar 3. 5.Brosur Spesifikasi Reng. .................................................................. 50
Gambar 3. 6.Kecepatan Angin di Wilayah Kantor Kelurahan Margorejo Surabaya.
............................................................................................................................... 53
Gambar 3. 7.Grafik Respos Spektrum Surabaya (Tanah Sedang) ........................ 69

Gambar 4. 1.Tampilan Awal Software SAP2000 V20. ........................................ 78


Gambar 4. 2.New Model ....................................................................................... 78
Gambar 4. 3. Input Awal Grid Only ..................................................................... 79
Gambar 4. 4.Edit Grid ........................................................................................... 79
Gambar 4. 5. Input Material Steel ......................................................................... 80
Gambar 4. 6.Input Material Property Data Baja. .................................................. 80
Gambar 4. 7.Input Material Concrete. .................................................................. 81
Gambar 4. 8.Material Property Data Beton. ......................................................... 81
Gambar 4. 9. Input Material Rebar ....................................................................... 81
Gambar 4. 10.Material Property Data U32. .......................................................... 82
Gambar 4. 11.Material Property Data U24. .......................................................... 82
Gambar 4. 12. Profil Penampang Sloof Struktur. ................................................. 83

x
Gambar 4. 13.Profl Penampang Balok IWF. ........................................................ 83
Gambar 4. 14.Penampang Profil Kolom HB. ....................................................... 84
Gambar 4. 15.Profil Penampang Ring Balok IWF. .............................................. 84
Gambar 4. 16.Penampang Profil Kuda-Kuda IWF. .............................................. 85
Gambar 4. 17.Penampang Profil Gording C. ........................................................ 86
Gambar 4. 18.Define Penampang Pelat Lantai 12 cm. ......................................... 86
Gambar 4. 19.Define Pnampang Pelat Tangga 20cm. .......................................... 87
Gambar 4. 20.Define Penampang Pelat Bordes 12cm. ......................................... 87
Gambar 4. 21.Draw Frame Dloof Struktur. .......................................................... 88
Gambar 4. 22.Draw Frame Balok Untuk Lantai 2. ............................................... 89
Gambar 4. 23.Draw Frame Balok Untuk Lantai 3 ................................................ 90
Gambar 4. 24.Draw Frame Ring Balok. ............................................................... 91
Gambar 4. 25.Draw Frame Untuk Kolom ............................................................. 92
Gambar 4. 26.Draw Area Pelat Lantai 2. .............................................................. 93
Gambar 4. 27.Draw Area Pelat Lantai 3. .............................................................. 94
Gambar 4. 28.Model Pelat Tangga dan Bordes. ................................................... 95
Gambar 4. 29.Draw Model Atap. .......................................................................... 96
Gambar 4. 30.Pemodelan Struktur Lengkap. ........................................................ 96
Gambar 4. 31.Define Load Pattern. ...................................................................... 97
Gambar 4. 32.Define Load Case. .......................................................................... 97
Gambar 4. 33.Define Load Combinations. ........................................................... 98
Gambar 4. 34.Assign Area Load Beban mati Lantai 2 ......................................... 98
Gambar 4. 35.Input Beban Mati Pelat Lantai 2. ................................................... 99
Gambar 4. 36.Asign Load Area Beban Mati Lantai 3 .......................................... 99
Gambar 4. 37.Input Beban Mati Pelat Lantai 3. ................................................. 100
Gambar 4. 38.Assign Load Pelat Tangga dan Bordes ........................................ 100
Gambar 4. 39.Input Beban Mati Pada Pelat Bordes dan Tangga. ....................... 101
Gambar 4. 40.Besar Beban Tembok Lantai 2 ..................................................... 101
Gambar 4. 41.Beban Mati Tembok Lantai 2....................................................... 102
Gambar 4. 42.Besar Beban Tembok Lantai 3. .................................................... 102
Gambar 4. 43.Beban Mati Tembok Pada Lantai 3. ............................................. 103
Gambar 4. 44.Beban Tembok pada Ring Balok. ................................................ 103
Gambar 4. 45.Beban Mati Tembok pada Bordes dan Reling. ............................ 105
Gambar 4. 46.Besr Beban Pada Gording. ........................................................... 105
Gambar 4. 47.Beban Mati Pada Gording. ........................................................... 106
Gambar 4. 48.Input Beban Hidup Pada Pelat Lantai 2,(kiri)ruang lab, ruang
pertemuan dan lobby (kanan) Wc. ...................................................................... 106
Gambar 4. 49.Beban Hidup Pada Pelat Lantai 2. ................................................ 107
Gambar 4. 50.Beban Hidup Pada Lantai 3. ......................................................... 108
Gambar 4. 51.Input Beban Hidup Pelat Lantai 3 (kiri) Koridor dan Aula (kanan)
WC. ..................................................................................................................... 108
Gambar 4. 52.Beban Hidup pada Pelat Bordes dan Tangga. .............................. 109
Gambar 4. 53.Beban Hidup Pada Reling. ........................................................... 110
Gambar 4. 54.Beban Hidup pada Gording .......................................................... 111
Gambar 4. 55.Beban Hujan Pada Gording. ......................................................... 112

xi
Gambar 4. 56.Beban Angin Tekan dan Hisap Arah Depan. ............................... 113
Gambar 4. 57.Beban Angin Arah Samping. ....................................................... 114
Gambar 4. 58.Input Respon Spektrum. ............................................................... 115
Gambar 4. 59.Input Case Beban Gempa Dinamis. ............................................. 115
Gambar 4. 60.Edit Scale faktor respon spektrum beban dinamis. ...................... 116
Gambar 4. 61.Setting Modal. .............................................................................. 116
Gambar 4. 62.Beban Gempa Arah X. ................................................................. 117
Gambar 4. 63.Beban Gempa Arah Y. ................................................................. 117
Gambar 4. 64.Set Analyze Option. ..................................................................... 118
Gambar 4. 65.Run Analisys ................................................................................ 118
Gambar 4. 66.Hasil Base Reaction. .................................................................... 119
Gambar 4. 67.Diagram Momen. ......................................................................... 120
Gambar 4. 68.Diagram Geser.............................................................................. 120
Gambar 4. 69.Diagram Normal........................................................................... 121

Gambar 5. 1.Kolom dan Balok Sekitar Kolom No. 1743. .................................. 125
Gambar 5. 2.Gaya Dalam Aksial Maksimum Pada Kolom No. 1743. ............... 128
Gambar 5. 3.Diagram Momen M3-3 Maksimum Pada Kolom No.1743............ 130
Gambar 5. 4.Diagram Momen M3-3 Pada Kolom No.1743 di 1/4L. ................. 130
Gambar 5. 5.Diagram Momen M3-3 Pada Kolom No.1743 di 1/2 L. ................ 131
Gambar 5. 6.Diagram Momen M3-3 Pada Kolom No.1743 di 3/4 L ................. 131
Gambar 5. 7.Lendutan Maksimum Akibat M3-3 Pada Kolom No.1743. ........... 133
Gambar 5. 8.Diagram Momen M2-2 Maksimum Pada Kolom No.1743............ 133
Gambar 5. 9.Diagram Momen M2-2 pada Kolom No.1743 di 1/4L. ................. 134
Gambar 5. 10.Diagram Momen M2-2 Pada Kolom No.1743 di 1/2L. ............... 134
Gambar 5. 11.Diagram Momen M2-2 Pada Kolom No.1743 di 3/4L. ............... 134
Gambar 5. 12.Lendutan Maksimum Akibat M2-2 Pada Kolom No.1743. ......... 136
Gambar 5. 13.Diagram Gaya Geser Maksimum Pada Kolom No.1743. ............ 138
Gambar 5. 14.Kolom dan Sekitar Kolom No.905. .............................................. 139
Gambar 5. 15.Gaya Dalam Aksial maksimum Pada Kolom No.905. ................. 142
Gambar 5. 16.Lendutan MaksimumAkibat M3-3pada Kolom No.905. ............. 146
Gambar 5. 17.Lendutan Maksimum Akibat M3-3 pada Kolom No.905. ........... 148
Gambar 5. 18.Diagram Gaya Geser Maksimum Pada Kolom No.905. .............. 150
Gambar 5. 19.Kolom dan Balok Sekitar Kolom No.458 .................................... 151
Gambar 5. 20.Diagram Gaya Dalam Aksial Pada Kolom No.458...................... 155
Gambar 5. 21.Diagram Momen M3-3 Maksimum pada Kolom No.458 ............ 157
Gambar 5. 22.Diagram Momen M3-3 pada Kolom No.458 di 1/4L .................. 157
Gambar 5. 23.Diagram Momen M3-3 pada Kolom No.548 di 1/2L. ................. 157
Gambar 5. 24.Diagram Momen M3-3 pada Kolom No.458 di 3/4L. ................. 158
Gambar 5. 25.Lendutan Maksimum Akibat M3-3 pada Kolom No.458. ........... 159
Gambar 5. 26.Diagram Momen M2-2 maksimum pada Kolom No.458. ........... 160
Gambar 5. 27.Lendutan Maksimum akibat M3-3 pada Kolom No.458 ............. 162
Gambar 5. 28.Diagram Gaya Geser Maksimum pada Kolom No.458. .............. 164
Gambar 5. 29.Kolom dan Balok Sekitar Kolom No.1743. ................................. 165

xii
Gambar 6. 1.Diagram Gaya Geser Maksimum pada Kolom No.986. ................ 181
Gambar 6. 2.Diagram Momen M3-3 Maksimum pada Ring Balok No.558....... 189
Gambar 6. 3. Lendutan Maksimum Akibat M3-3 pada Kolom No.558. ............ 192

Gambar 7. 1.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok. .............................. 198
Gambar 7. 2.Kekuatan Tarik Nominal Baut. ...................................................... 200
Gambar 7. 3. Sambungan Kolom-Balok Pada Bagian Sayap ............................. 204
Gambar 7. 4.Tata Letak Sambungan End Plate Balok ........................................ 209
Gambar 7. 5. Kuat Sambungan Tanpa Efek Prying. ........................................... 211
Gambar 7. 6.Sambungan Kolom-Balok Pada Bagian Badan. ............................. 215
Gambar 7. 7.Tata Letak Baut Sambungan End-Plate Balok. .............................. 220
Gambar 7. 8.Sambungan Tampa Efek Prying. .................................................... 222
Gambar 7. 9.Sambungan Kolom-Ring Balok pada Sayap. ................................. 226
Gambar 7. 10.Tata Letak baut Sambungan End-Plate Balok.............................. 231
Gambar 7. 11.Sambungan Tanpa Efek Prying. ................................................... 233
Gambar 7. 12.Sambungan Kolom - Ring Balok pada Badan ............................. 236
Gambar 7. 13 Tata Letak BautSambungan End Plate Kolom ............................. 240
Gambar 7. 14.Sambungan Tanpa Efek Prying. ................................................... 242
Gambar 7. 15.Rencana Sambungan Base Plate. ................................................. 250
Gambar 7. 16.Gaya-Gaya yang Bekerja pada Base Plate ................................... 252
Gambar 7. 17.Angkur. ......................................................................................... 257
Gambar 7. 18.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok. ............................ 261
Gambar 7. 19.Sambungan Menerus Balok-Balok............................................... 262
Gambar 7. 20.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok ............................. 267
Gambar 7. 21.Sambungan Tegak Lurus Balok. .................................................. 268
Gambar 7. 22.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok ............................. 272
Gambar 7. 23.Sambungan Ring Balok Menerus. ................................................ 274
Gambar 7. 24.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok. ............................ 278
Gambar 7. 25.Sambungan Tegak Lurus Ring Balok. ......................................... 280

xiii
DAFTAR TABEL

No table of figures entries found.


Tabel 2. 1. Sifat mekanis baja struktural. ................................................................ 8
Tabel 2. 2. Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa.
(Sumber SNI 1726:2019). ..................................................................................... 11
Tabel 2. 3. Faktor keutamaan gempa (Ie). (Sumber SNI 1726:2019) ................... 13
Tabel 2. 4. Klasifikasi situs tanah. (Sumber SNI 1726:2019) ............................... 16
Tabel 2. 5. Koefisien Situs, Fa. (Sumber SNI 1726:2019) ................................... 17
Tabel 2. 6. Koefisien situs, Ffv (Sumber: SNI 1729:2019) .................................. 17
Tabel 2. 7. Nilai parameter periode pendekatan C dan x. (Sumber: SNI
1726:2019) ............................................................................................................ 20
Tabel 2. 8. Koefisien untuk batas pada periode yang dihitung. (Sumber: SNI
1726:2019) ............................................................................................................ 21
Tabel 2. 9.Simpangan antar lantai ijin, Δa a,b. ..................................................... 25
Tabel 2. 10.Jarak tepi minimum baut .................................................................... 31
Tabel 2. 11 Kekuatan eektroda las ........................................................................ 37

Tabel 3. 1.Rekapitulasi beban mati pelat lantai 2 dan 3........................................ 47


Tabel 3. 2.Rekapitulasi beban mati pada tangga. .................................................. 47
Tabel 3. 3. Rekapitulasi beban mati pada bordes. ................................................. 48
Tabel 3. 4. Rekapitulasi beban mati pada balok.................................................... 48
Tabel 3. 5. Rekapitulasi Beban Mati Atap 1 dan 2 ............................................... 50
Tabel 3. 6.Rekapitulasi Beban Mati Atap 3. ......................................................... 50
Tabel 3. 7.Rekapitulasi Beban Hidup Pada Lantai 1 ............................................ 51
Tabel 3. 8.Rekapitulasi Beban Hidup Lantai 2 ..................................................... 51
Tabel 3. 9.Rekapitulasi Beban Hidup Pada Lantai 3 ............................................ 52
Tabel 3. 10.Rekapitulasi Beban Hidup Atap ......................................................... 52
Tabel 3. 11.Rekapitulasi Beban Hidup Pada Tangga ............................................ 52
Tabel 3. 12. Tabel Kategori Resiko Bangunan. .................................................... 54
Tabel 3. 13.Faktor Arah Angin Kd. ...................................................................... 55
Tabel 3. 14.Koefisien Tekanan Internal (GCpi).................................................... 55
Tabel 3. 15.Konstanta Eksposur Daratan. ............................................................. 56
Tabel 3. 16.Koefisien Tekanan Eksternal (Cp). .................................................... 57
Tabel 3. 17.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 1&2...................................... 58
Tabel 3. 18.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 3 ........................................... 58
Tabel 3. 19.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 1&2. ..................................... 59
Tabel 3. 20.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 3 ........................................... 59
Tabel 3. 21. Koefisien Tekanan Eksyternal (Cp). ................................................. 61
Tabel 3. 22.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 1&2...................................... 62
Tabel 3. 23.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 3 ........................................... 62
Tabel 3. 24.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 1&2 ...................................... 63
Tabel 3. 25.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 3 ........................................... 63
Tabel 3. 26.Rekapitulasi Beban Hujan Atap 1&2. ................................................ 64

xiv
Tabel 3. 27.Rekapitulasi Beban Hujan Atap 3 ...................................................... 65
Tabel 3. 28.Kategori Resiko Bangunan. ............................................................... 66
Tabel 3. 29.Nilai Fa. .............................................................................................. 67
Tabel 3. 30.Nilai Fv. ............................................................................................. 67
Tabel 3. 31.Periode dan Nilai Sa........................................................................... 68
Tabel 3. 32.Kategori Desain Seismic. ................................................................... 70
Tabel 3. 33.Faktor Untuk Sistem Pemikul Gaya Seismik. .................................... 70
Tabel 3. 34.Berat Sendiri Masing-Masing Grup Bangunan Dari SAP2000 ......... 71
Tabel 3. 35.Beban Mati Tambahan Pda Pelat Lantai 2. ........................................ 71
Tabel 3. 36.Beban Mati Tambahan Dinding Pada Lantai 2. ................................. 72
Tabel 3. 37.Beban Hidup Pada Lantai 2 ............................................................... 72
Tabel 3. 38.Beban Mati Tambahan Pada Pelat Lantai 3 ....................................... 72
Tabel 3. 39.Beban Mati Tambahan Pada Dinding Lantai 3 .................................. 72
Tabel 3. 40.Beban Hidup Pada Pelat Lantai 3 ...................................................... 72
Tabel 3. 41.Beban Mati Tambahan Pada Ring Balok. .......................................... 73
Tabel 3. 42.Beban mati Tambahan Pada Atap ...................................................... 73
Tabel 3. 43.Beban Hidup Pada Atap. .................................................................... 73
Tabel 3. 44.Beban Mati Tambahan Pada Pelat Berdes. ........................................ 73
Tabel 3. 45.Beban Mati Tambahan Pada Relling. ................................................ 73
Tabel 3. 46.Beban Hidup Pada Relling. ................................................................ 74
Tabel 3. 47.Beban Hidup Pada Pelat Bordes ........................................................ 74
Tabel 3. 48.Beban Mati Tambahan Pada Pelat Tangga ........................................ 74
Tabel 3. 49.Beban Hidup Pada Pelat Tangga. ....................................................... 74
Tabel 3. 50.Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dn x. .................................... 75
Tabel 3. 51.Koefisien Untuk Batas Atas Pada Periode Yang Dihitung. ............... 76
Tabel 3. 52.Sebaran Beban Gempa Setiap Lantai. ................................................ 77
Tabel 3. 53.Beban Gempa Arah X dan Y Tiap Kolom. ........................................ 77

Tabel 4. 1. Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Kolom. ........................ 121


Tabel 4. 2.Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Balok. ........................... 122
Tabel 4. 3.Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Ring Balok. .................. 122

Tabel 5. 1.rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok Pada Kolom No.1743. ...... 125
Tabel 5. 2.Grafik Menentukan nilai k. ................................................................ 126
Tabel 5. 3.Rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok pada Kolom No.1237. ..... 139
Tabel 5. 4.Grafik Menentukan Nilai k. ............................................................... 140
Tabel 5. 5.Rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok pada Kolom No.760. ....... 152
Tabel 5. 6 Grafik Menentukan nilai k ................................................................. 153
Tabel 5. 7.Rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok pad Kolom No.1743 ........ 165
Tabel 5. 8.Grafik Menentukan Nilai k. ............................................................... 166

No table of figures entries found.


Tabel 7. 1. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik........................................... 201

xv
Tabel 7. 2.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik............................................. 212
Tabel 7. 3.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik............................................. 223
Tabel 7. 4.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik............................................. 234
Tabel 7. 5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik Arah X ............................... 245
Tabel 7. 6.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap tarik Arah Y ................................. 245

Tabel 8. 1.Profil Baja Untuk Struktur Bangunan. ............................................... 281

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Lokasi Perencanaan.


Letak lokasi dari Kantor Kelurahan Margorejo ini terletak di Jln. Margorejo
Masjid No.32, Margorejo, Kec. Wonocolo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60238

Gambar 1. 1. Lokasi Perencanaan..

1.2. Data Perencanaan.


Deskripsi model bangunan struktur kantor kelurahan ini dimodelkan dalam
bentuk 3 dimensi. Pada perencanaan ini bangunan gedung memiliki 3 lantai
perletakan jepit pada dasar gedung guna mendapatkan gaya untuk melakukan
perhitungan pada struktur pondasi. Dalam perencanaan ini yaitu menkonversi
gedung SMP N 2 Kuta yang sebelumnya strukturnya dari beton bertulang
dikonversi menjadi struktur baja berat yaitu kolom dan baloknya saja, untuk pelat
tetap menggunakan beton bertulang. Namun dalam perencanaan ini hanya

1
menghitung balok, kolom dan sambungan. Data yang digunakan dalam
perencanaan struktur gedung ini terdiri dari beberapa data yaitu sebagai berikut :

1.2.1. Data Perencanaan.


Berikut adalah data eksisting dari struktur Kantor Kelurahan Margorejo ini
yang memiliki 3 lantai, yaitu :

1. Nama Kantor : Kantor Kelurahan Margorejo


2. Lokasi : Jln. Margorejo Masjid No.32, Margorejo,
Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur
3. Fungsi : Kantor kelurahan dan pelayanan masyarakat
4. Struktur Atas
a. Struktur Rangka : Balok dan kolom beton
b. Struktur Pelat : Pelat beton
5. Panjang Bangunan : 46 m
6. Lebar Bangunan : 20 m
7. Luas Bangunan : 920 m2
8. Tinggi Bangunan : 14,90 m

1.2.2. Data Bahan dan Spesifikasi Perencanaan Struktur Baja Kantor.


Dalam perencanaan struktur baja pada bangunan ini, struktur rangka dan
atap menggunakan Baja BJ 41 dengan data-data sebagai berikut :

1. Tegangan Leleh Minimum (Fy) = 250 Mpa


2. Tegangan Putus Minimum (Fu) = 410 Mpa
3. Modulus Elastis (E) = 200.000 Mpa
4. Mmodulus Geser (G) = 77.200 Mpa
5. Kemiringan Atap = 35°
6. Berat Jenis Baja = 7850 Kg/m3
7. Nisbah poisson ( μ ) = 0.3
8. Koefisien pemuaian ( α ) = 12 x 10-16/°C

2
1.2.3. Data Bahan dan Spesifikasi Perencanaan Pelat.
Struktur pelat menggunakan pelat beton f’c 25 Mpa dengan data-data
sebagai berikut :

1. Modulus Elastisitas (E) = 23500 Mpa


2. Berat Jenis Beton = 2400 Kg/m3

1.2.4. Data Perencanaan Struktur Gedung.


Struktur kolom dan balok menggunakan profil baja dengan spesifikasi
sebagai berikut :

1. Kolom Struktur : H 500x200x10x16


2. Balok Struktur : IWF 180x100x6x10

1.3.1. Data Gambar Perencanaan.


Gambar perencanaan digunakan sebagai acuan dalam pemodelan dan
perhitungan pembebanan untuk mengetahui fungsi ruang masing-masing lantai.
Gambar perencanaan dapat dilihat pada gambar dibawah dan untuk gambar
perencanaan yang lebih lengkap akan disajikan pada lampiran.

Gambar 1. 2. Denah Lantai 1.

3
Gambar 1. 3. Denah Lantai 2

Gambar 1. 4. Denah Lantai 3.

4
Gambar 1. 5. Potongan A-A.

Gambar 1. 6. Potongan E-E.

1.3. Peraturan yang Digunakan.


Dalam analisis struktur baja kantor kelurahan ini menggunakan beberapa
peraturan SNI sebagai berikut :
1. SNI 1729-2015 tentang Spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural.
2. SNI 1727-2020 tentang Beban desain minimum dan kriteria terkait
untuk bangunan gedung dan struktur lain.
3. SNI 1726:2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non gedung.

5
1.4. Analisis Perencanaan Struktur Secara Ilmiah.
Analisis merupakan langkah penting dalam suatu perencanaan, dimana
setiap data dilakukan kajian secara ilmiah dan dianalisis yang akhirnya didapat
suatu kesimpulan dari permasalahan. Analisis dan rancangan yang dilaksanakan
meliputi :
1. Tahap 1.
Tahap persiapan, persiapan dilakukan untuk mencari data informasi
yang mendukung perencanaan struktur.
2. Tahap 2.
Pemilihan profil baja untuk elemen struktur (struktur atap, balok,
kolom) menggunakan asumsi dan trial.
3. Tahap 3.
Pada tahap ini struktur dimodelkan sesuai sistem yang akan
digunakan. Model struktur yang digunakan adalah rangka baja.
4. Tahap 4.
Menghitung besarnya beban-beban yang bekerja pada elemen struktur
utama.
5. Tahap 5.
Analisis struktur terhadap model struktur dengan bantuan SAP 2000
V.20 untuk mengetahui besarnya nilai joint displacement, momen,
gaya geser dan gaya tekan atau gaya tarik pada struktur portal terhdap
beban-beban yang bekerja.
6. Tahap 6.
Kontrol profil baja terhadap momen, gaya gesr dan gaya tekan atau
gaya tarik yang diperoleh dari hasil pemodelan struktur dengan SNI
1729 – 2015 (Spesifikasi untuk bangunan gedung baja structural).
7. Tahap 7.
Kemudian adalah kontril dimensi untuk memenuhi kriteria perencanaan
struktur yang aman dan nyaman yang dapat menunjang fungsi
bangunan.
8. Tahap 8.
Kontrol sambungan pada elemen struktur utama.

6
9. Tahap 9.
Menghitung kontrol dimensi plat beton yang direncanakan.
10. Tahap 10.
Tahap pengambilan keputusan, pada tahap ini dengan berdasarkan hasil
analisis data dan pembahasan, dibuat suatu kesimpulan yang sesuai
dengan tujuan perencanaan. Untuk lebih jelasnya, tahapan perencanaan
disajikan secara sistematis dalam gambar

Gambar 1. 7. Alur pikir perencanaan struktur gedung.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembebanan.
Perencanaan suatu struktur untuk keadaan- keadaan stabil batas, kekuatan
batas, dan kemampuan-layan batas harus memperhitungkan pengaruh- pengaruh
dari aksi sebagai akibat dari beban- beban. Sebelum mengatahui beban- beban,
harus terlebih dahulu mengatahui mutu baja yang akan digunakan dan sifat- sifat
mekanis baja untuk mempermudah perhitungan manual

2.1.1. Sifat Mekanis Baja.


Sifat-sifat mekanis baja struktural untuk kriteria perencanaan ditetapkan
sebagai berikut berdasarkan SNI 1729-2015 tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
a. Modulus Elastisitas : E = 200.000 MPa
b. Modulus geser : G = 77.200 MPa
c. Angka Poison : μ = 0,3
d. Koefisien pemuaian : α = 12 x 10-6/°C

Tabel 2. 1. Sifat mekanis baja struktural.

Tegangan Putus Tegangan Leleh


Peregangan
Jenis Baja Minimum, ƒu Minimum, ƒy
Minimum (%)
(MPa) (MPa)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

2.2.1. Beban-Beban dan Aksi Lainnya.


Berikut ini adalah beban-beban dan aksi lainnya yang di terapkan dalam
perencanaan.

8
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plapon, dinding partisi tetap, tangga,
finishing, klading gedung, dan komponen arsitektural dan struktural serta
peralantan layan tetap. Beban mati yang digunakan mengacu pada brosur produk.

2. Beban Hidup.
Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk konstruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau
beban mati.Pada Perhitungan Beban Hidup tersebut terdapat pada struktur pelat
lantai dan tangga yang akan diakibatkan beban hidup merata dan terpusat. Beban
hidup pada portal disesuaikan dengan SNI 1727-2013 beban minimum untuk
perancangan struktur gedung dan struktur lain subbab 4 Tabel 4.1 halaman 25.

3. Beban Hujan.
Beban air hujan pada atap yang tidak melendut (kN/m2). Apabila istilah
atap yang tidak melendut digunakan, lendutan dari beban (termasuk beban mati)
tidak perlu diperhitungkan ketika menentukan jumlah air hujan pada atap. Beban
hujan yang digunakan mengacu pada SNI 1727- 2020: Beban desain minimum dan
kriteria terkait untuk bangunan gedung dan struktur lain. Beban hujan dapat
dihitung dengan :
R = 0.0098 (ds + dh)

Keterangan :
ds : Kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat
ke lubang masuk system drainase sekunder apabila system
drainase primer tertutup ( tinggi statis ), dalam (mm).
dh : Tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut
diatas lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran
air rencana (tinggi hidrolik), dalam (mm)

9
4. Beban Angin.
Beban angin adalah beban yang diakibatkan oleh angin, termasuk dengan
memperhitungkan bentuk erodinamika bangunan dan peninjauan pengaruh angin
topan, puyuh dan tornado, bila diperlukan Beban angin yang digunakan mengacu
pada SNI 1727:2020.

5. Beban Gempa.
Menurut SNI 1726: 2012 pada halaman 121, yang menjadi utama adalah
prosedur gaya lateral ekivalen boleh digunakan bila struktur terletak di situs dengan
S1 kurang atau sama dengan 0.60g, struktur terletak pada kelas situs SA, SB, SC,
atau SD dan tinggi struktur di atas pemisah isolasi kurang atau sama dengan 4 lantai,
atau 19.8 m dari tinggi struktur.
Analisis statik ekivalen merupakan penyederhanaan dari perhitungan beban
gempa sebenarnya. Beban gempa yang sesungguhnya berasal dari gerakan atau
percepatan tanah dasar bangunan, yang kemudian menjalar pada elemen-elemen
gedung seperti kolom dan balok. Dalam metode statik ekivalen, tanah dasar
dianggap tetap (tidak bergetar) dan beban gempa diekivalenkan menjadi beban
lateral statik yang disebar pada elemen-elemen gedung (misal pada kolom atau
lantai).

Gambar 2. 1. Analisa Statik Ekivalen; (a) Gaya gempa sebenarnya,


(b) Ekivalen gaya lateral.
Sumber; Satyarno, Imam 2021

Selanjutnya akan diuraikan ketentuan perhitungan beban gempa nominal


dengan metode statik ekivalen dengan mengacu pada SNI 1726:2019. Selain dari

10
pasal tersebut, dalam bagian ini juga akan turut diuraikan beberapa hal yang juga
perlu diketahui dalam proses perhitungan, dengan masih mengacu pada peraturan
tersebut.
1. Kategori Resiko Bangunan dan Faktor Keutamaan.
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non
gedung sesuai Tabel 2 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 3.

Tabel 2. 2. Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban
gempa. (Sumber SNI 1726:2019).

Kategori
Jenis Pemanfaatan resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara I
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori risiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
II
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik

11
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
III
gawat darurat
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori
risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap
kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan,
termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori
risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan
III
atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah
meledak) yang mengandungbahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas
yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:

12
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, IV
serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan pada saat keadaan darurat
- Struktur tambahan (termasuk Menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur
stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur
rumah atau struktur pendukung air atau material atau
peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk
ke dalam kategori risiko IV.

Tabel 2. 3. Faktor keutamaan gempa (Ie). (Sumber SNI 1726:2019)

Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie


I atau II 1.0
III 1.25
IV 1.50

2. Wilayah Gempa.
Peta hazard gempa Indonesia meliputi peta percepatan puncak (PGA)
dan respon spektra percepatan di batuan dasar (SB) untuk perioda

13
pendek 0.2 detik (Ss) dan untuk perioda 1.0 detik (S1) dengan redaman
5% mewakili tiga level hazard gempa yaitu 500, 1000 dan 2500 tahun
atau memilikikemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10%
dalam 100 tahun, dan 2% dalam 50 tahun. Definisi batuan dasar SB
adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang memiliki
memiliki kecepatan rambat gelombang geser (Vs) mencapai
750m/detik dan tidak ada lapisan batuan lain di bawahnya yang
memiliki nilai kecepatan rambat gelombang geser yang kurang dari itu.

Gambar 2. 2. Gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko tertarget.


Sumber SNI 1726;2019

14
Gambar 2. 3. Gempa maksimum yang dipertimbangkan resiko tertarget.
Sumber SNI 1726:2019

3. Penentuan Kelas Situs (SA-SF).


Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan
tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak
dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs
tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs
harus diklasifikasikan sesuai dengan Tabel II-4, berdasarkan profil
tanah lapisan 30 m paling atas. Dalam hal ini, kelas situs dengan kondisi
yang lebih buruk harus diberlakukan. Penetapan kelas situs SA dan
kelas situs SB tidak diperkenankan jika terdapat lebih dari 3 m lapisan
tanah antara dasar telapak atau rakit fondasi dan permukaan batuan
dasar.

15
Tabel 2. 4. Klasifikasi situs tanah. (Sumber SNI 1726:2019)

Catatan: N/A = tidak dapat dipakai

Getaran yang dihasilkan gempa cenderung membesar ada tanah lunak


dibandingkan pada tanah keras atau batuan. Data tanah berdasarkan
atas shear wave velocity (kecepatan rambat gelombang geser)
standard penetration resistance (uji penetrasi standard SPT) dan
undrained shear strength (kuat geser undrained).

4. Koefisien situs tanah dan parameter-parameter respons spectral


percepatan gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko-tertarget
(MCER).
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di
permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada
perioda 0.2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor
amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa)
dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda
1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan pada perioda
pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan
pengaruh klasifikasi situs, hanya ditentukan dengan perumusan berikut
ini :
SMS = Fa.Ss …………………….......…....................(2.1)

16
SM1 = Fv.S1 ……………………………….................(2.2)
Keterangan :
Ss = Parameter respons spektral percepatan gempa MCER
terpetakan untuk perioda pendek.
S1 = Parameter respons spektral percepatan gempa MCER
terpetakan untuk perioda 1.0 detik.

Tabel 2. 5. Koefisien Situs, Fa. (Sumber SNI 1726:2019)

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa (MCER)


Situs terpetakan pada perioda pendek, T=0,2 detik, Ss
Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss ≥ 0,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb

Catatan :
- Untuk nilai-nilai antara S2 dapat dilakukan interpolasi linier.
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan
analisis situs-spesifik.

Tabel 2. 6. Koefisien situs, Ffv (Sumber: SNI 1729:2019)

Kelas Parameter respons spektral percepatan gempa


Situs (MCER) terpetakan pada perioda pendek, T=1,0
detik, S1

S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5


SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

17
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF
SSb

Catatan :
- Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier.
- SS = Situs yang memerlukan investigasi geotenik spesifik dan
analisis situs – spesifik.
Keterangan :
SS = Parameter percepatan respons spektral MCE dari peta
gempa pada perioda pendek, redaman 5 persen
S1 = Parameter percepatan respons spektral MCE dari peta
gempa pada perioda 1 detik, redaman 5 persen
Fa = Koefisien situs untuk perioda pendek (pada perioda 0,2
detik)
Fv = Koefisien situs untuk perioda panjang (pada perioda 1
detik)
SDS = Parameter percepatan respons spektral pada perioda
pendek, redaman 5 persen. (2/3.Fa.SS)
SD1 = Parameter percepatan respons spektral pada perioda 1
detik, redaman 5 persen. (2/3.Fv.S1)
T = Perioda fundamental bangunan

5. Spektrum Respons Desain.


Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur
gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum
respons desain harus dikembangkan dan mengikuti ketentuan di bawah
ini :
- Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons
percepatan desain Sa, harus diambil dari persamaan;

18
𝑇
Sa = SDS (0.4 + 0.6 𝑇 )
0

- Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil
dari atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa
,sama dengan SDS
- Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan
desain, Sa, diambil berdasarkan persamaan:
𝑆𝐷1
Sa = 𝑇

Keterangan :
SDS : Parameter respons spektral percepatan desain pada perioda
pendek

SD1 : Parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1


detik

𝑆𝐷1
T0 = 0,2
𝑆𝐷𝑆

𝑆
TS = 𝑆𝐷1
𝐷𝑆

Gambar 2. 4. Spektrum Respon Desain


Sumber SNI 1726:2019

19
6. Menentukan Sistem Penahan Gempa.
Sesuai SNI 1726:2012 halaman 44 nilai R (Koefisien modifikasi
respons), Cd (Faktor pembesaran defleksi), Ω˳ (Faktor kuat-lebih
sistem) untuk gedung parkir masing-masing 4.5 ; 3 ; 4.

7. Waktu getar alami fundamental.


Periode fundamental pendekatan (Ta) dalam detik, harus ditentukan
dari persamaan berikut :
𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 . ℎ𝑛𝑥
Dimana:
hn = Ketinggian struktur (m)
Ct dan x ditentukan dari Tabel 15 SNI 1726:2012 seperti terlihat pada
tabel berikut :

Tabel 2. 7. Nilai parameter periode pendekatan C dan x. (Sumber: SNI


1726:2019)

Tipe Struktur Ct x

Sistem rangka pemikul momen dimana


rangka memikul 100 persen gaya gempa
yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih
kaku dan akan mencegah rangka dari
defleksi jika dikenai gaya gempa

Rangka baja pemikul momen 0.0724 a 0.8

Rangka beton pemikul momen 0.0466 a 0.9

Rangka baja dengan bresing eksentris 0.0731 a 0.75

Rangka baja dengan bresing terkekang 0.0731 a 0.75


terhadap tekuk

Semua sistem struktur lainnya 0.0488 a 0. 5

20
Periode fundamental maksimal (Tmax) dalam detik, dapat ditentukan
dari persamaan berikut :
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑢. 𝑇𝑎

Tabel 2. 8. Koefisien untuk batas pada periode yang dihitung. (Sumber: SNI
1726:2019)

Parameter percepatan respons spectral Koefisien Cu


desain pada 1 detik, SD1
≥ 0.4 1.4
0.3 1.4
0.2 1.5
0.15 1.6
≤ 0.1 1.7

8. Beban Gempa Nominal Statik Ekivalen.


Geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan
sesuai dengan persamaan berikut :
V = Cs . W

𝑆𝐷𝑆
Cs = 𝑅
𝐼𝑒

Dimana :
Cs = Koefisien respons seismik
W = Berat seismik efektif
R = Faktor modifikasi respons
SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain dalam
rentang perioda pendek
Ie = Faktor keutamaan gempa
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan 2.12 tidak perlu
melebihi berikut ini :
𝑆𝐷1
Cs = 𝑅 …………………………….....................................(2.16)
𝑇
𝐼𝑒

21
Cs harus tidak kurang dari:
𝐶𝑠 = 0.044 𝑆𝐷𝑆 . 𝐼𝑒 ≥ 0.01…..………..…………..........(2.17)
Dimana:
SD1 = Parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda
sebesar 1.0 detik
T = Periode fundamental struktur
S = Parameter percepatan spektrum respons maksimum yang
dipetakan
Gaya gempa lateral (Fx) yang timbul di semua tingkat harus
ditentukan dari persamaan berikut:
𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 . 𝑉 ………………………..………………............(2.18)
𝑤𝑥 ℎ𝑥𝑘
𝐶𝑣𝑥 = ∑𝑛 𝑘 ……………………...……………...............(2.19)
𝑖=1 𝑤𝑖 ℎ𝑖

Dimana:
C vx = Faktor distribusi vertikal
V = Gaya lateral desain total
wi dan w x = Bagian berat seisimik efektif total struktur (W) yang
dikenakan pada tingkat i atau x
hi dan hx = Tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x
k = Eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai
berikut: untuk struktur yang mempunyai perioda
sebesar
0,5 detik atau kurang, 1 k untuk struktur yang mempunyai perioda
sebesar 2,5 detik atau lebih, 2 k untuk struktur yang mempunyai
perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus
ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2.

9. Menentukan Koefisien Respon Seismik.


Koefisien respons seismik 𝐶𝑠 , harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑠 = 𝑅 ………………..……………........................................(2.20)
( )
𝐼𝑒

22
Nilai 𝐶𝑠 yang dihitung sesuai persamaan diatas tidak perlu melebihi
berikut ini:
𝑆𝐷1
𝐶𝑠 = 𝑅 ……………………...……….....................................(2.21)
𝑇( )
𝐼𝑒

𝐶𝑠 harus tidak kurang dari 𝐶𝑠 = 0,044𝑆𝐷𝑆 𝐼𝑒 ≥ 0,01

10. Gaya Geser Sismik.


Gaya geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus
ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
𝑉 = 𝐶𝑠 . 𝑊 ………………...……………....................................(2.22)
keterangan:
Cs : Koefisien respons seismik
W : Berat seismik efektik

11. Dsitribusi Vertikal Gaya Gempa.


Gaya gempa (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan
dari persamaan berikut:

𝐹𝑋 = 𝐶𝑉𝑋 𝑉 …………………...………..........................................(2.23)

𝑤 .ℎ𝑥𝑘
𝐶𝑉𝑋 = ∑ 𝑊𝑥 𝑘 ……………..…...………........................................(2.24)
𝑥 .ℎ

𝑤 .ℎ𝑥𝑘 .𝑣
𝑥
𝐹𝑥 = ∑ 𝑊 𝑘 ……………………..……................................... ......(2.25)
𝑥 .ℎ

dimana:
Cvx = Faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total
wi dan wx = Bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
ditempatkan.
hi dan hx = Tinggi dari dasar sampai tingkat / x dinyatakan dalam
meter (m)
k = Eksponen yang terkait dalam struktur
Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0.5 detik
atau kurang, k = 1Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 1.5

23
detik atau kurang, k = 2 Untuk struktur yang mempunyai perioda antara
0.5 dan 2.5 detik atau kurang, k = interpolasi antara 1 dan 2.

12. Distribusi Horisontal Gaya Gempa.


Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) harus ditentukan dari
persamaan berikut:
𝑉𝑥 = ∑𝑛𝑖=𝑥 𝐹𝑖 ………………...…………….................................(2.26)
𝐹𝑖 adalah bagian dari geser dasar seismik (𝑉) yang timbul di tingkat 𝑖,
dinyatakan dalam kN.

13. Jumlah Ragam.


Analisis harus dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk
struktur. Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk
mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling
sedikit 90 persen dari massa aktual dalam masingmasing arah
horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model

14. Penentuan Simpangan Antar Lantai.


Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) harus dihitung
sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan
terbawah yang ditinjau. Lihat gambar 2.10, apabila pusat massa tidak
terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk untuk menghitung
defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa
tingkat diatasnya.
Defleksi pada massa di tingkat x (δx) (mm) harus ditentukan dengan
persamaan berikut:
Cd δxe
δx = 𝐼𝑒

Keterangan:

Cd = faktor amplifikasi defleksi dalam tabel


δxe = defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang
ditentukan dengan analiss elastis

24
Ie = faktor gempa yang ditentukan sesuai dengan pasal 4 SNI
1726:2019 hal. 25

Gambar 2. 5. Penentuan simpangan antar lantai.


Sumber SNI 1726:2019

Simpangan antar lantai tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi


simpangan antar lantai tingkat ijin (Δa) seperti pada tabel berikut :

Tabel 2. 9.Simpangan antar lantai ijin, Δa a,b.


(Sumber: SNI 1726-2012)

Kategori risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser
batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan
dinding interior, partisi, langitlangit dan
0,025hsxc 0,020hsx 0,015hsx
sistem dinding eksterior yang telah didesain
untuk mengakomodasi simpangan antar
lantai tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu batad 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx

25
15. Pengaruh P-deLantaia.
Pengaruh P-deLantaia pada geser dan momen tingkat, gaya dan momen
elemen struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar lantai tingkat
yang timbul oleh pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan
bila koefisien stabilitas (θ) seperti ditentukan oleh persamaan berikut
sama dengan atau kurang dari 0.10:

𝑃 ΔIe
θ = 𝑉 ℎ𝑥 ………………………...............................................(2.28)
𝑥 𝑠𝑥 𝐶𝑑

Koefisien stabilitas (θ) harus tidak melebihi θ max yang ditentukan


sebagai berikut:

0.5
θ𝑚𝑎𝑥 = 𝛽𝐶 ≤ 0.25 ………………...………..............................(2.29)
𝑑

16. Kombinasi Pembebanan.


Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan beban-beban di atas maka struktur baja harus mampu
memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + 1,0L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Keterangan :
D = Mati
Lrata = Hidup Rata
Lpusat = Hidup Rata
R = Hujan
Ex = Gempa Arah X
Ey = Gempa Arah Y
(Sumber: Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain, SNI 1727- 2020).

26
2.2. Desain Kekuatan.
Desain kekuatan berdasarkan desain fraktur beban dan ketahanan, desain
harus dilakukan sesuai dengan:
𝑅𝑢 ≤ ∅𝑅𝑛
Keterangan:
𝑅𝑢 adalah kekuatan perlu
𝑅𝑛 adalah kekuatan nominal
∅ adalah faktor ketahanan
∅𝑅𝑛 adalah kekuatan desain

(Sumber: Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 1792-2015)

2.3. Komponen Struktur Tarik.


2.3.1. Sifat Mekanis Baja.
Kekuatan Tarik desain, ∅𝑡𝑃𝑛, dan kekuatan Tarik tersedia, Pn/Ω𝑡, dari
komponen struktur Tarik, harus nilai terendah yang diperoleh sesuai dengan
keadaan batas dari leleh tarik pada penampang bruto dan keruntuhan Tarik pada
penampang neto.
a) Untuk leleh Tarik pada penampang bruto:
𝑃𝑛 = 𝐹𝑦 𝐴𝑔
∅ = 0,90

b) Untuk keruntuhan Tarik pada penampang neto:


𝑃𝑛 = 𝐹𝑢 𝐴𝑒
∅ = 0,75
Keterangan:
Ag adalah luas bruto dari komponen struktur, mm2
Ae adalah luas neto efektif, mm2
Fy adalah tegangan leleh minimum yang diisyaratkan, MPa
Fu adalah kekuatan tarik minimum yang diisyaratkan, Mpa
(Sumber: Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 1792-
2015.)

27
2.4. Komponen Struktur.
2.4.1. Kekuatan Tekan.
Kuat tekan desain, ∅𝒄𝑷𝒏 dan kekuatan tekan tersedia, Pn/𝛀𝒄, ditentukan
sebagai berikut:
Kekuatan tekan nominal, Pn, harus nilai terendah yang diperoleh
berdasarkan pada keadaan batas dari tekuk lentur, tekuk torsi, dan tekuk torsi lentur.

2.4.2. Tekuk Lentur Dari Komponen Struktur Tanpa Elemen Langsing


Ketentuan tekan nominal, Pn harus ditentukan berdasarkan keadaan
batas dari tekuk lentur.
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝐴𝑔
Tegangan Kritis, Fcr, ditentukan sebaagai berikut:

𝐾𝐿 𝐸 𝐹𝑦 𝐹𝑦
Bila ≤ 4,17 √ ( atau ≤ 2,25) maka 𝐹𝑐𝑟 = [0.685𝐹𝑒 ]
𝑟 𝐹𝑦 𝐹𝑒

𝐾𝐿 𝐸 𝐹𝑦
Bila > 4,17 √ ( atau > 2,25) maka 𝐹𝑐𝑟 = 0.877𝐹𝑒
𝑟 𝐹𝑦 𝐹𝑒

Keterangan:
Fe adalah teknik kritis elastis, MPa
𝜋 2𝐸
𝐹𝑒 =
𝐾𝐿 2
( )
𝑟
(Sumber: Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 1792-2015)

2.4.3. Komponen Struktur Dengan Elemen Langsing


Kekuatan tekan nominal, Pn harus nilai terendah berdasarkan pada keadaan
batas dari tekuk lentur, tekuk torsi, dan tekuk torsi-lentur yang sesuai.
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝐴𝑔

Tegangan Kritis, Fcr, ditentukan sebagai berikut:

𝐾𝐿 𝐸 𝑄𝐹𝑦 𝑄𝐹𝑦
Bila ≤ 4,17 √ ( atau ≤ 2,25) maka = 𝑄 [0.658 𝐹𝑒 ] 𝐹𝑦
𝑟 𝑄𝐹𝑦 𝐹𝑒

28
𝐾𝐿 𝐸 𝑄𝐹𝑦
Bila > 4,17 √ ( atau > 2,25) maka 𝐹𝑐𝑟 = 0.877𝐹𝑒
𝑟 𝑄𝐹𝑦 𝐹𝑒

Keterangan:
Fe adalah tegangan tekuk elastis (MPa)
Q adalah faktor reduksi neto
(Sumber: Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 1792-2015)

2.5. Komponen Geser


Kekuatan geser nominal Vn dari komponen struktur dengan badan tidak
diperkaku atau diperkaku menurut keadaan batas dari pelelehan geser dan tekuk
geser adalah
𝑉𝑛 = 0.6𝐹𝑦 𝐴𝑤 𝐶𝑣
ℎ 𝐸
Untuk badan komponen struktur profil -I canai panas dengan 𝑡𝑤 ≤ 2.24√𝐹𝑦

∅𝑣 = 1.00 𝐶𝑣 = 1.0

Keterangan:
Aw = Luas dari badan, tinggi keseluruhan dikalikan dengan ketebalan badan
Cv = Koefisien geser badan

Kekuatan geser nominal Vn dari PSB bundar sesuai keadaan batas dari
pelelehan geser dan tekuk geser adalah
Fcr Ag
Vn =
2
Keterangan:
𝜋
𝐴𝑔 = . [ 𝐷 2 − ( 𝐷 − 2𝑡 )2 ]
4
1.60𝐸 0.78 𝐸
Fcr harus lebih besar dari 𝐹𝑐𝑟 = 5/4
dan 𝐹𝑐𝑟 = 𝐷 3/2
√𝐿𝑣(𝐷) (𝑡)
𝐷 𝑡

Tetapi tidak boleh melebihi 0.6 Fy


Ag = luas penampang bruto dari komponen struktur
D = diameter terluar
L = jarak dari lokasi gaya geser maksimum ke gaya geser nol
t = tebal dinding desain

29
(Sumber : Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 1792-2015)

2.6. Komponen Struktur Lentur.


Untuk komponen struktur simetris tunggal dalam lengkungan tunggal dan
semua komponen struktur simetris ganda:
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐶𝑏 =
2.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3𝑀𝐶

Keterangan:
Cb = faktor modifikasi tekuk torsi lateral
Mmaks = nilai mutlak momen maksimum
MA = nilai mutlak momen pada titik seperempat dari segmen
MB = nilai mutlak momen pada sumbu segmen
MC = nilai mutlak momen pada titik tiga-perempat dari segmen

Kekuatan nominal Mn harus nilai terendah yang diperoleh sesuai dengan


keadaan batas leleh (momen plastis) dan tekuk torsi lateral
𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 𝐹𝑦 𝑍𝑥
Keterangan:
Fy = tegangan leleh minimum baja
Zx = modulus penampang plastis di sumbu x

Untuk tekuk torsi lateral


Bila 𝐿𝑏 ≤ 𝐿𝑝 , keadaan batas tekuk torsi lateral tidak boleh digunakan
Bila 𝐿𝑏 < 𝐿𝑝 ≤ 𝐿𝑟
Bila 𝐿𝑏 > 𝐿𝑟

𝐸
𝐿𝑝 = 1,76 𝑟𝑦 √
𝑓𝑦

𝑀𝑛 = 𝐹𝑐𝑟 𝑆𝑥 ≤ 𝑀𝑝

2
𝐼𝑦 . ℎ0
𝑟𝑡𝑠 =
2 . 𝑆𝑥

30
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
𝐹𝑐𝑟 = √1 + 0.0078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑆𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
( )
𝑟𝑡𝑠
1
𝐽= ( 𝑏𝑓 . 𝑡𝑓 3 ) + ( ℎ𝑡 − 2𝑡𝑓 ) . 𝑡𝑤 3
3
𝐼𝑦 . ℎ02
𝐶𝑤 =
4
Keterangan:
E = modulus elastis baja
J = konstanta torsi
Sx = modulus penampang elastis di sumbu x
h0 = jarak antar titik berat sayap
(Sumber : Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 1792-2015)

2.7. Perencanaan Sambungan.


2.7.1. Kontrol Baut ke Tepi (S1)
a. Jarak Baut ke Tepi (S1)
`Tabel 10. Jarak tepi minimum baut

Tabel 2. 10.Jarak tepi minimum baut

Sumber: SNI 1729-2015; Tabel J3.4M ; hal. 128


b. Spasi Minimum (S)

31
Jarak antara pusat lubang baut harus, ukuran berlebih, atau lubang-lubang
slot tidak boleh kurang dari 2 2/3 kali diameter nominal, d, dari pengencang,
jarak 3d yang lebih disukai. Sumber: SNI 1729:2015, halaman 127.

Gambar 2. 6. Tata letak baut.

c. Jarak maksimum dari pusat setiap baut ke tepi terdekat dari bagian-bagian
dalam kontak harus 12 kali ketebalan dari bagian yang disambung akibat
perhitungan, tetapi tidak boleh melebihi 6 in. (150 mm). Spasi longitudinal
pengencang antara elemen-elemen yang terdiri dari suatu pelat dan suatu
profil atau dua pelat pada kontak menerus harus sebagai berikut:
1. Untuk komponen struktur dicat atau komponen struktur tidak dicat yang
tidak menahan korosi, spasi tersebut tidak boleh melebihi 24 kali
ketebalan dari bagian tertipis atau 12 in. (305 mm).
2. Untuk komponen struktur tidak dicat dari baja yang berhubungan
dengan cuaca yang menahan korosi atmospheric, spasi tidak boleh
melebihi 14 kali ketebalan dari bagian tertipis atau 7 in. (180 mm)
Catatan: Dimensi pada (1) dan (2) tidak berlaku untuk elemen – elemen
yang terdiri dari dua profil dalam kontak menerus.
(Sumber : SNI 1726-2012; Tabel J3.4M ; hal.129)
Kuat nominal terhadap tarik dan geser:
∅𝑹𝒏 = 𝑭𝒏 ∙ 𝑨𝒃 (SNI-1729-2015, hal. 129)
Dimana:
𝑹𝒏 = Kuat tarik nominal
∅ = Faktor reduksi tarik (0,75)

32
𝑭𝒏 = Tegangan tarik nominal fnt, atau tegangan geser, fnv (MPa)
𝑨𝒃 = Luas tubuh baut tidak berulir nominal atau bagian berulir (mm2)

Kuat nominal tumpu pada lubang-lubang baut:


∅𝑹𝒏 = 𝟏. 𝟐 ∙ 𝒍𝒄 ∙ 𝒕 ∙ 𝒇𝒖 ∙ ≤ 𝟐. 𝟒 ∙ 𝒅 ∙ 𝒕𝒑 ∙ 𝒇𝒖
(Sumber : SNI 1729-2015, hal.132)
(Struktur Baja, AISC 2010, hal.500)
Dimana:
𝑹𝒏 = Kuat tarik nominal
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)
𝒇𝒖 = Kuat tarik putus terendah dari baut atau plat (MPa)
𝒕𝒑 = Tebal plat (mm)
𝒅 = Diameter baut nominal (mm)
𝒍𝒄 = Jarak bersih, dalam arah gaya, antara tepi lubang dan tepi lubang
yang berdekatan atau tepi dari baut atau plat (mm)

Kuat geser baut:


∅ ∙ 𝑹𝒏 = 𝒇𝒏𝒗 ∙ 𝑨𝒃 (Struktur Baja, AISC 2010, hal. 501)
Dimana:
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)
𝑭𝒏𝒗 = Tegangan geser, (MPa)
𝑨𝒃 = Luas tubuh baut tidak berulir nominal atau bagian berulir (mm2)

Menentukan Jumlah Baut:


𝑹𝒖
𝒏=
∅𝑹𝒏
Dimana:
n = Jumlah baut
𝑹𝒏 = Tahanan nominal baut
𝑹𝒖 = Beban Terfaktor

33
Kombinasi gaya tarik dan geser dalam sambungan Tipe tumpuan:
∅𝑹𝒏 = 𝒇′𝒏𝒕 ∙ 𝑨𝒃 (SNI-1729-2015, hal. 129)
Dimana:
𝑨𝒃 = Luas tubuh baut tidak berulir nominal atau bagian berulir (mm 2)
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)
𝒇′𝒏𝒕 = Tegangan tarik nominal yang dimodifikasi mencakup efek
tegangan geser (MPa)

Kuat Blok Pelat/Geser Blok Pelat


𝑹𝒏 = 0.60 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑣 + 𝑈𝑏𝑠 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡 ≤ 0.60 ∙ 𝐹𝑦 ∙ 𝐴𝑔𝑣 + 𝑈𝑏𝑠 ∙ 𝐹𝑢 ∙ 𝐴𝑛𝑡
(SNI-1729-2015, hal. 134)(Struktur Baja, AISC 2010, hal. 502)
Dimana:
𝐹𝑢 = Kuat Tarik minimum pelat sambungan
𝐹𝑦 = Kuat leleh minimum pelat sambungan
𝐹𝑛𝑣 = Luas netto (dengan lubang) potongan yang mengalami gaya geser
𝐴𝑔𝑣 = Luas utuh (tanpa lubang) potongan yang mengalami gaya geser
𝐴𝑛𝑡 = Luas netto potongan (dengan lubang) yang mengalami gaya tarik
𝑈𝑏𝑠 = Untuk tegangan Tarik merata (Ubs = 1.0)
Untuk tegangan Tarik tidak merata (Ubs = 0.5)

Kontrol terhadap momen:


𝟎. 𝟗 ∙ 𝒇𝒚 ∙ 𝒂𝟐 ∙ 𝒃 𝒏
∅ ∙ 𝑴𝒏 = ∑ 𝑻 ∙ 𝒅𝒊
𝟐 𝒊=𝟏
∑𝑻
𝒂 =
𝒇𝒚𝒑 ∙ 𝒃
𝑻 = 𝒇𝒖𝒃 ∙ 𝑨𝒃
Dimana:
𝑨𝒃 = Luas penampang baut
b = Lebar balok pelat penyambung
a = Tinggi penampang tekan
𝒇𝒖𝒃 = Tegangan geser, (MPa) Jenis
𝒇𝒚 = Tegangan leleh

34
2.7.2. Sambungan Las Metode DBFK
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan bahan logam yang
menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya sehingga suhu yang tetap
dengan atau tanpa pemberian tekanan. Meskipun pengetahuan tentang las sudah ada
sejak ribuan tahun silam, namun pemakaian las dalam bidang konstruksi terbilang
masih baru, hal ini disebabkan adanya pemikiran para ahli mengenai beberapa
kerugian las yaitu las dapat mengurangi tahanan leleh bahan dibandingkan paku
keeling dan mereka juga berpendapat bahwa tidak mungkin untuk memastikan
kualitas las yang baik.

2.7.3. Jenis-jenis Las


1. Las Tumpul (groove welds), las ini dipakai untuk menyambung batang-
batang sebidang. Karena las ini harus menyalurkan secara penuh beban
yang bekerja, maka las ini harus memiliki kekuatan yang sama dengan
batang yang disambungkannya. Las tumpul dimana terdapat penyatuan
antara las dan bahan induk sepanjang tebal penuh sambungan dinamakan
las tumpul penetrasi penuh. Sedangkan bila tebal penetrasi lebih kecil dari
pada tebal penuh sambungan, dinamakan las tumpul penetrasi sebagian.
Kuat las tumpul penetrasi penuh ditetapkan sebagai berikut :
a. bila sambungan dibebani dengan gaya Tarik atau gaya tekan
aksial terhadap luas efektif, maka:
∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟗𝟎 ∙ 𝒕𝒆 ∙ 𝒇𝒚 (bahan dasar)
∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟗𝟎 ∙ 𝒕𝒆 ∙ 𝒇𝒚𝒘 (las)
b. bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas
efektif, maka:
∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟗𝟎 ∙ 𝒕𝒆 ∙ (𝟎. 𝟔 ∙ 𝒇𝒚 ) (bahan dasar)
∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟖𝟎 ∙ 𝒕𝒆 ∙ (𝟎. 𝟔 ∙ 𝒇𝒚 ) (las)
Dengan fy dan fu adalah kuat leleh dan kuat tarik putus,
Dimana:
𝒕𝒆 = Tebal efektif las
𝑹𝒏𝒘 = Tahanan nominal per satuan panjang las
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)

35
2. Las sudut (fillet welds), tipe las ini paling banyak dijumpai dibandingkan
tipe las yang lain, 80% sambungan las menggunakan tipe las sudut. Tidak
memerlukan presisi tinggi dalam pengerjaannya. Kuat rencana per satuan
panjang las sudut, ditentukan sebagai berikut:
∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟕𝟓 ∙ 𝒕𝒆 ∙ (𝟎. 𝟔 ∙ 𝒇𝒚 ) (bahan dasar)
∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟕𝟓 ∙ 𝒕𝒆 ∙ (𝟎. 𝟔 ∙ 𝒇𝒚 ) (las)
Sumber: Agus Setiawan, Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode
LRFD, Erlangga, 2008; hal; 141
Dimana :
𝒕𝒆 = tebal efektif las
𝑹𝒏𝒘 = Tahanan nominal per satuan panjang las
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)
Untuk LRFD-AISC beban terfaktor, Pu maka kuat nominal las sudut:
𝑷𝒖 < ∅ ∙ 𝑹𝒏 = 𝑭𝒏𝒘 ∙ 𝑨𝒘𝒆
𝑨𝒘𝒆 = 𝒕 ∙ 𝑳
𝑭𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟔 ∙ 𝑭𝒆𝒙𝒙
Dimana:
t = Tebal efektif las
L = Panjang las
𝑭𝒏𝒘 = Kuat nominal Tarik kawat las
𝑭𝒆𝒙𝒙 = Kuat Tarik kawat las
𝑹𝒏 = Tahanan nominal per satuan panjang las (mm)
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)
(Struktur Baja, AISC 2010, hal. 501)
3. Las baji dan pasak (slot and plug), jenis las ini biasanya digunakan bersama-
sama dengan las sudut. Manfaat utamanya adalah menyalurkan gaya geser
pada sambungan lewatan bila ukuran panjang las terbatas oleh panjang yang
tersedia untuk las sudut. Kuat rencan bagi las baji dan pasak ditentukan:
∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘 = 𝟎. 𝟕𝟓 ∙ (𝟎. 𝟔 ∙ 𝒇𝒖𝒘 ) ∙ 𝑨𝒘 (Struktur baja LRFD, hal. 141)
Dengan:
𝑨𝒘 = luas geser efektif las
𝒇𝒖𝒘 = kuat tarik putus logam las

36
𝑹𝒏𝒘 = Tahanan nominal per satuan panjang las
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)

Gambar 2. 7. Jenis - jenis sambungan las.

Kontrol sambungan las


𝑹𝒖 ≤ ∅ ∙ 𝑹𝒏𝒘
Di mana:
𝑹𝒖 = 𝑷𝒖 = Beban terfaktor las
𝑹𝒏𝒘 = Tahanan nominal per satuan panjang las
∅ = Faktor reduksi tarik (0.75)

Tabel 2. 11 Kekuatan eektroda las

37
2.7.4. Sambungan Pelat Ujung (End Plate)

Gambar 2. 8. Sambungan pelat Ujung (end plate).

Kuat sambungan pelat ujung terhadap kondisi batas leleh:

Dengan nilai u

Dimana tebal pelat minimum dapat dihitung dengan persamaan:

Dimana:
𝑹𝒑𝒚 = Tegangan leleh material pelat ujung, MPa
𝑴𝒑𝒍 = Kapasitas momen plastis pelat ujung, MPa
𝑴𝒖 = Momen Batas sambungan pelat ujung/ momen terfaktor, MPa
∅ = Keruntuhan lentur akibat leleh, = 0.9

38
Kuat sambungan didasarkan pada kekuatan baut tanpa efek
prying/congkel
𝑴𝒏𝒑 = 𝟐 𝑷𝒕 ( 𝒅𝟏 + 𝒅𝟐 )
Dimana:
𝑴𝒏𝒑 = Kapasitas sambungan baut end pleate didasarkan pada kekuatan
baut tanpa efek prying/ congkel, MPa

∅ = Keruntuhan fraktur baut, = 0.75

2.7.5. Pelat Landasan (Base Plate)


Dalam perencanaan suatu struktur baja, bagian penghubung antara
kolom struktur dengan pondasi sering disebut dengan istilah Pelat landasan
(base plate). Pada umumnya suatu struktur base plate terdiri dan suatu plat
dasar, angkur serta sirip-sirip pengaku (stiffener). Suatu sturuktur base plate
dan angkur harus memiliki kemampuan untuk mentransfer gaya geser, gaya
aksial dan momen lentur ke pondasi. Pada Air Traffic Control Tower ini
teori Base Plate digunakan untuk meghubungkan kolom baja dan kolom
beton pada lantai ke 8.

Gambar 2. 9. Pelat Landasan (Base Plate).


Dalam perencanaan suatu struktur base plate biasanya dibagi
menjadi beberapa tipe, yaitu tipe dimana base plate tanpa beban mome
lentur, atau dalam bentuk idealisasi tumpuan, adalah tumpuan sendi. Dan

39
base plate dengan beban momen lentur yang terjadi, angkur harus didesain
agar dapat menahan gaya uplift serta gaya geser yang terjadi.
Dalam kasus ini suatu struktur base plate harus mampu memikul
gaya aksial serta gaya geser. Karena tidak ada momen lentur yang bekerja,
maka akan terjadi distribusi tegangan yang merata pada bidang kontak
antara base plate dan beton penumpu. Sedangkan angkur yang terpasang
ditujukan untuk menahan gaya geser yang terjadi.
Untuk kesetimbangan statis, reaksi tumpuan pada beton (Pp) harus
segaris dengan beban aksial yang bekerja.
𝑷𝒖 ≤ ∅ ∙ 𝑷𝒑
𝑨𝟐
𝑷𝒑 = ∅ ∙ 𝟎. 𝟖𝟓 ∙ 𝒇′𝒄 ∙ 𝑨𝟏
𝑨𝟏
𝑨𝟐
≤𝟐
𝑨𝟏
Di mana:
Pu = Gaya aksial terfaktor
Pp = Gaya aksial nominal
N = Panjang base plate
B = Lebar base plate
A1 = Luas permukaan base plate
A2 = Luas maksimum bagian permukaan beton yang secara
geometris sama dengan dan konsentris dengan daerah yang
dibebani.
ϕ = Faktor Reduksi (0.6)
f’c = Kuat tekan beton

2.7.6. Kategori Jepit


Dalam kasus ini suatu struktur base plate harus mampu memikul
momen lentur yang terjadi. Sedangkan angkur harus didesain agar dapat
menahan gaya uplift serta gaya geser yang terjadi. Dalam kasus ini ada dua
variabel yang harus dihitung yaitu panjang Y dan gaya tarik pada angkur, Tu.

40
Gambar 2. 10. Beban yang bekerja pada base plate.

2.7.7. Perhitungan Eksentrisitas

Gambar 2. 11. Base Plate dengan eksentrisitas beban.

Untuk eksentrisitasnya

𝑴𝒖
𝒆=
𝑷𝒖

Di mana:

𝒆 = Jarak Eksentisitas (mm)

𝑴𝒖 = Momen yang terjadi (Nmm)

41
𝑷𝒖 = Gaya tekan yang terjadi (N)

2.7.8. Perhitungan Tegangan Tumpu pada Beton

Di mana:
∅𝑐 = Faktor Reduksi (0,6)
f’c = Kuat tekan beton
B = Lebar base plate
Tu = Gaya tarik pada angkur
q = Gaya merata pada plat (N/mm)
A1 = Luas base plate
A2 = Luas maksimum base plate yang menahan beban konsentrik

2.7.9. Ukuran Pelat Dasar

Dimana:
B = Lebar base plate
N = panjang base plate
bf = Lebar sayap/ flens kolom
d = tinggi kolom

42
f = jarak angkur ke sumbu base plate dan sumbu kolom

2.7.10. Perhitungan Tebal Base Pelat


Perencanaan tebal base plate dilakukan seperti perencanaan komponen
struktur lentur, dengan persyaratan:

Mpl = momen lentur terfaktor yang terjadi pada base plate, Nmm
Mn = momen nominal base plate, Nmm
Mp = momen lentur plastis dari base plate, Nmm

Besarnya momen lentur terfaktor dapat dihitung dengan persamaan:


fp = tegangan tumpu yang timbul pada permukaan beton, MPa
c = diambil dari nilai ternbesar antara m, n dan n’58
n’ = panjang kantilever base plate dari muka kolom flens atau web
berdasarkan teori garis leleh
untuk kondisi batas leleh, tebal minimum pelat landasannya adalah:

Momen nominal base plate dihitung dengan persamaan:

Dimana:
Setelah menentukan parameter yang diperlukan, selanjutnya
menghitung tebal base plate sesuai perencanaan mengikuti prosedur praktis
perencanaan tebal base plate yang mengacu pada Perencanaan Sruktur
Baja LRFD edisi II, Agus Setiawan, 2008.

43
2.7.11. Panjang Angkur Minimum
Panjang angkur yang ditanam minimum yang di perlukan (L) yakni:

Sumber: http://www.asat.staff.umy.ac.id/files/2012/05/

44
BAB III

PEMBEBANAN

3.1. Perhitungan Beban Struktur


Perhitungan beban struktur bangunan merupakan salah satu langkah yang
memiliki peran penting di dalam analisa struktur. Pada struktur gedung terdapat
beban-beban yang dihitung antara lain beban mati, beban hidup, beban angin, beban
gempa, beban hujan, dan beban-beban lainnya. Perhitungan beban disesuaikan
dengan SNI 1727:2013 tentang beban minimum untuk perancangan bangunan
gedung dan struktur lain. Apabila tidak terdapat informasi yang jelas pada peraturan
tersebut maka nilai yang digunakan mengikuti peraturan lama yaitu PPIUG 1983.

3.2. Kombinasi Pembebanan


Berdasarkan SNI 1727:2020 tentang Beban Minimum Untuk Perancangan
Bangunan Gedung Dan Struktur Lain, kombinasi dasar untuk struktur, komponen
dan fondasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama
atau melebihi efek dari beban terfaktor dalam kombinasi berikut :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 1,2D + E + L
8. 0,9D + E

3.3. Beban Mati.


Rincian Pembebanan :
a. Berat Volume Spesi = 2100 kg/m3 (PPIUG 1983)
b. Berat Volume Bata Ringan = 600 kg/m3 (Brosur)

45
Gambar 3. 1. Brosur berat bata ringan.

c. Berat Penutup Lantai :


- Berat kramik 60x60 = 20,833 kg/m2

Gambar 3. 2. Brosur berat keramik.


- Spesi 4 cm = 84 kg/m2
d. Berat Plafon & Rangka = 16.9 kg/m2
e. Berat Plumbing :
- Beban pipa air bersih 3” = 2,098 kg/m2
- Beban air pipa pada air bersih = 4,42 kg/m2
- Beban pipa air bersih 4” = 2,99 kg/m2
- Beban air pada air bersih = 7,85 kg/m2
- Beban pipa hidrant 4” = 16 kg/m2

46
- Beban air pada air pipa hidrant = 7.85 kg/m2

Total berat pemipaan = 41,208 kg/m2

f. Beban Instalasi Listrik = 9,9 kg/m2 (PPIUG 1983)

3.3.1. Beban Mati pada Pelat


1. Beban mari pada lantai 2 dan 3
Tabel 3. 1.Rekapitulasi beban mati pelat lantai 2 dan 3.

beban merata
NO Jenis Beban mati
(kg/m2)
1 keramik/granit 20.83333333
2 adukan spesi 4 cm 84
3 pemipaan 41.208
4 elektrikal listrik 9.9
5 plafon 16.9
TOTAL 172.8413333

2. Beban mati pada tangga


Tabel 3. 2.Rekapitulasi beban mati pada tangga.

beban merata
NO Jenis Beban mati
(kg/m2)
1 keramik/granit 20.83333333
2 spesi 3 cm 63
3 reling 66.66666667
TOTAL 83.83333333

47
3. Beban mati pada bordes
Tabel 3. 3. Rekapitulasi beban mati pada bordes.

beban merata
NO Jenis Beban mati
(kg/m2)
1 keramik/granit 20.83333333
2 spesi 3 cm 63
TOTAL 83.83333333

3.3.2. Beban Mati pada Pelat


Berat bata ringan type Citicon :

Berat normal = 600 kg/m2

Tebal tembok = 0,15 m

Beban tebal bata ringan = 600 x 0,1 = 60 kg/m2

Tebal spesi = 0,02 m

Beban tebal spesi = 2100 x 42 = 42 kg/m2

Total beban mati dinding = 60 + 42 = 102 42 kg/m2

Berikut adalah rekapitulasi beban mati pada balok.

Tabel 3. 4. Rekapitulasi beban mati pada balok

Beban tembok
Tinggi Lantai
Lantai bata
(m)
ringan(kg/m)
lantai 1 4 408
Lantai 2 4 408
Lantai 3 4 408
ring balok 1 16.9

48
3.3.3. Beban Mati pada Atap
a. Berat penutup atap

Gambar 3. 3.Brosur berat genteng.

Jenis genteng = Genteng Goodyear Italy (Kodok)


Berat Genteng per-m2 = 0.35 kN/m2
b. Berat Usuk

Gambar 3. 4. Brosur Spresifikasi Usuk.


Jenis usuk : Paksa Truss C.75.080
Berat : 0,03 kN/m2

49
c. Berat reng

Gambar 3. 5.Brosur Spesifikasi Reng.


Jenis reng : Paksa Truss R.32.45
Berat : 0,0144 kN/m2
Total beban mati pada atap = 0,35 + 0,03 + 0,0144 = 0,3944 kN/m2
Tabel 3. 5. Rekapitulasi Beban Mati Atap 1 dan 2

No Jarak Antar Gording Beban


gording bawah atas kN/m
1 0 0.8207 0.16184204
2 0.8207 0.8207 0.32368408
3 0.8207 0.8207 0.32368408
4 0.8207 0.8207 0.32368408
5 0.8207 0.8207 0.32368408
6 0.8207 0 0.16184204

Tabel 3. 6.Rekapitulasi Beban Mati Atap 3.

No Jarak Antar Gording Beban


gording bawah atas kN/m
1 0 0.9615 0.1896078
2 0.9615 0.9615 0.3792156
3 0.9615 0.9615 0.3792156
4 0.9615 0.9615 0.3792156
5 0.9615 0.9615 0.3792156
6 0.9615 0 0.1896078

50
Contoh perhitungan :
1. Untuk Gording no.1 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording
pertama + ½ jarak gording kedua
= 0,3944 x ( ½ .0 + ½ .1,6) = 0,16184204 kN/m
2. Untuk Gording no.2 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording
pertama + ½ jarak gording kedua
= 0,3944 x ( ½ . 0,8207 + ½ . 0,8207)
= 0,32368408 kN/m

3.4. Beban Hidup


Beban hidup pada struktur mengikuti tabel 4.3.1 pada SNI 1727:2020
yaitu sebagai berikut.

3.4.1. Beban Hidup pada Lantai 1


Tabel 3. 7.Rekapitulasi Beban Hidup Pada Lantai 1

Jenis Beban Beban Merata Beban Terpusat


No
Hidup (kN/m2) (kN)
1 R. Layanan 4.79 SNI 1727:2020 hal 26
Masyarakat
2 R. Kantor Staf 2.4 SNI 1727:2020 hal 26
Kelurahan
3 Koridor 4.79 SNI 1727:2020 hal 26
4 KM / WC 1.92 SNI 1727:2020 hal 29

3.4.2. Beban Hidup pada Lantai 2


Tabel 3. 8.Rekapitulasi Beban Hidup Lantai 2

Jenis Beban Beban Merata Beban Terpusat


No
Hidup (kN/m2) (kN)
1 R. Kantor Staf 4.79 SNI 1727:2020 hal 26
Kelurahan
2 Ruang Serbaguna 4.79 SNI 1727:2020 hal 26
3 Balkon 4.79 SNI 1727:2020 hal 26

51
4 KM / WC 1.92 SNI 1727:2020 hal 29

3.4.3. Beban Hidup pada Lantai 3


Tabel 3. 9.Rekapitulasi Beban Hidup Pada Lantai 3
No. Jenis Beban Beban Merata Beban Terpusat
Hidup (kN/m2) (kN)
1 Perpustakaan 10.05 SNI 1727:2020 hal 27
2 R. Kelas 3.83 SNI 1727:2020 hal 29
Playgroup
3 Balkon 4.79 SNI 1727:2020 hal 26
3 KM / WC 1.92 SNI 1727:2020 hal 29

3.4.4. Beban Hidup pada Atap


Tabel 3. 10.Rekapitulasi Beban Hidup Atap

Beban
Jenis Beban Beban Terpusat
No Merata
Hidup (kN)
(kN/m2)
1 Beban hidup atap 1.33 SNI 1727:2020 hal 28

3.4.5. Beban Hidup pada Tangga


Tabel 3. 11.Rekapitulasi Beban Hidup Pada Tangga

Jenis Beban Beban Merata Beban Terpusat


No Hidup (kN/m2) (kN)
Tangga dan
1
jalan keluar 4.79 SNI 1727:2020 hal 29
beban padad
2 0.89
sistem pegangan SNI 1727:2020 hal 30
beban pada
3 1.33
tangga tetap SNI 1727:2020 hal 30

52
3.5. Beban Angin.
Untuk mengetahui kecepatan dasar digunakan kecepatan angin harian pada
lokasi perencanaan yaitu di kawasan Kuta, bisa diakses pada website
www.bmkg.go.id Berikut adalah kecepatan angin yang terjadi :

Gambar 3. 6.Kecepatan Angin di Wilayah Kantor Kelurahan Margorejo Surabaya.


Sumber: www.bmkg.go.id

Dilihat dari gambar diatas diambil kecepatan angin rata-rata yaitu 20 km/jam sama
dengan V = 5,556 m/s .
1. Menentukan kategori resiko bangunan.
Termasuk kategori resiko= IV

53
Tabel 3. 12. Tabel Kategori Resiko Bangunan.
Sumber : SNI 1727:2020

2. Menentukan data kecepatan angin (V) dan tinggi bangunan.


Tinggi bangunan = 21,5 m
Kemiringan atap = 35o
Kecepatan angin dasar (V) = 20 km/jam = 5,556 m/s
3. Menentukan parameter arah angin.
Faktor arah angin (Kd) = 0,85

54
Tabel 3. 13.Faktor Arah Angin Kd.
Sumber : SNI 1727:2020

Kategori eksposur =B
Menentukan faktor topografi (Kzt) =1
Faktor elevasi permukaan =1
Faktor efek hembusan angin (G) = 0,85
Klasifikasi ketertupan = Gedung tertutup
Koefisien tekanan internal (GCpi :
Angin tekan = 0,18
Angin hisap = -0,18

Tabel 3. 14.Koefisien Tekanan Internal (GCpi).


Sumber : SNI 1727:2020

55
4. Menentukan koefisien eksposur tekanan velositas Kz atau Kh
Bangunan ini termasuk eksposur B, untuk rumus Kz sebagai berikut :

Tabel 3. 15.Konstanta Eksposur Daratan.


Sumber : SNI 1727:2020

z (tinggi bangunan) = 21,5 m


zg = 365,76
α =7

2
𝑧 α
𝐾𝑧 = 2,01 ( )
𝑧𝑔

2
21,5 7
𝐾𝑧 = 2,01 ( ) = 0,89444
365,76

5. Menentukan tekanan volositas qz atau qh.


qz = 0,613 x Kz x Kzt x Kd x Ke x V2
= 0,613 x 0,8944 x 1 x 0,85 x 1 x 5,55562 = 14,3842 N/m2

3.5.1. Beban Angin Depan


Untuk menentukan beban angin depan sebagai berikut :
B = 17 m
L = 28 m
h = 8,2 m
h/L = 8,2/28 = 0,292857

56
1. Menentukan koefisien tekanan dinding (Cp)
Brdasarkan nilai h/L = 0,292857 ditentukan dari tabel dibawah.

Tabel 3. 16.Koefisien Tekanan Eksternal (Cp).


Sumber : SNI 1727:2020

Cp angin tekan = 0,8


Cp hisap = -0,5

57
2. Hitung tekanan angin
Untuk menghitung beban angin dengan rumus berikut :

a. Angin Tekan
𝑝 = (14,3842 𝑥 0,85 𝑥 0,8) − (14,3842 𝑥 0,18) = 7,19209 𝑁/𝑚2
= 0,007192 kN/m2

Tabel 3. 17.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 1&2.

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.8207 0.002951276
2 0.8207 0.8207 0.005902552
3 0.8207 0.8207 0.005902552
4 0.8207 0.8207 0.005902552
5 0.8207 0.8207 0.005902552
6 0.8207 0 0.002951276

Tabel 3. 18.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 3

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.9615 0.003457599
2 0.9615 0.9615 0.006915199
3 0.9615 0.9615 0.006915199
4 0.9615 0.9615 0.006915199
5 0.9615 0.9615 0.006915199
6 0.9615 0 0.003457599

Contoh perhitungan :
1) Untuk Gording no.1 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording
pertama + ½ jarak gording kedua

58
= 0,007192 x ( ½ .0 + ½ . 0.8207)
= 0.002951276 kN/m
2) Untuk Gording no.2 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording
pertama + ½ jarak gording kedua
= 0.007192094 x ( ½ . 0.8207 + ½ . 0.8207)
= 0.005902552 kN/m

b. Angin Hisap
𝑝 = (14,3842 𝑥 0,85 𝑥 (−0,5)) − (14,3842 𝑥 (−0,18)) = −3,52413 𝑁/𝑚2

= 0,00352 kN/m2

Tabel 3. 19.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 1&2.

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.8207 -0.001446125
2 0.8207 0.8207 -0.00289225
3 0.8207 0.8207 -0.00289225
4 0.8207 0.8207 -0.00289225
5 0.8207 0.8207 -0.00289225
6 0.8207 0 -0.001446125

Tabel 3. 20.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 3

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.9615 -0.001694224
2 0.9615 0.9615 -0.003388447
3 0.9615 0.9615 -0.003388447
4 0.9615 0.9615 -0.003388447
5 0.9615 0.9615 -0.003388447
6 0.9615 0 -0.001694224

59
Contoh perhitungan :
1) Untuk Gording no.1 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording
pertama + ½ jarak gording kedua
= 0,00352 x ( ½ .0 + ½ . 0,3944)
= - 0.001446125 kN/m
2) Untuk Gording no.2 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording
pertama + ½ jarak gording kedua
= 0,00352 x ( ½ . 0,3944+ ½ . 0,3944)
= - 0.00289225

3.5.2. Beban Angin Samping


Untuk menentukan beban angin samping sebagai berikut :
B = 17 m
L = 28 m
h = 8,2 m
h/L = 8,2/17 = 0,482353

1. Menentukan koefisien tekanan dinding (Cp)


Berdasarkan nilai h/L = 0,482353 ditentukan dari tabel dibawah.

60
Tabel 3. 21. Koefisien Tekanan Eksyternal (Cp).
Sumber : SNI 1727:2020

Cp angin tekan = 0,8


Cp hisap = -0,5

2. Hitung tekanan angin


Untuk menghitung beban angin dengan rumus berikut :

61
a. Angin Tekan
𝑝 = (14,3842 𝑥 0,85 𝑥 0,8) − (14,3842 𝑥 0,18) = 7,19209 𝑁/𝑚2

= 0,007192 kN/m2

Tabel 3. 22.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 1&2.

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.8207 -0.001446125
2 0.8207 0.8207 -0.00289225
3 0.8207 0.8207 -0.00289225
4 0.8207 0.8207 -0.00289225
5 0.8207 0.8207 -0.00289225
6 0.8207 0 -0.001446125

Tabel 3. 23.Rekapitulasi Beban Angin Tekan Atap 3

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.9615 0.003457599
2 0.9615 0.9615 0.006915199
3 0.9615 0.9615 0.006915199
4 0.9615 0.9615 0.006915199
5 0.9615 0.9615 0.006915199
6 0.9615 0 0.003457599

Contoh perhitungan :

1) Untuk Gording no.1 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording


pertama + ½ jarak gording kedua
= 0,007192 x ( ½ .0 + ½ . 0.8207)
= - 0.001446125 kN/m
2) Untuk Gording no.2 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording
pertama + ½ jarak gording kedua

62
= 0,007192 x ( ½ . 0.8207 + ½ . 0.8207)
= - 0.00289225 kN/m

b. Angin Hisap
𝑝 = (14,3842 𝑥 0,85 𝑥 (−0,5)) − (14,3842 𝑥(−0,18)) = −3,52413 𝑁/𝑚2

= 0,00352 kN/m2

Tabel 3. 24.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 1&2

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.8207 -0.001446125
2 0.8207 0.8207 -0.00289225
3 0.8207 0.8207 -0.00289225
4 0.8207 0.8207 -0.00289225
5 0.8207 0.8207 -0.00289225
6 0.8207 0 -0.001446125

Tabel 3. 25.Rekapitulasi Beban Angin Hisap Atap 3

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.9615 -0.001694224
2 0.9615 0.9615 -0.003388447
3 0.9615 0.9615 -0.003388447
4 0.9615 0.9615 -0.003388447
5 0.9615 0.9615 -0.003388447
6 0.9615 0 -0.001694224

Contoh perhitungan :

1) Untuk Gording no.1 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording


pertama + ½ jarak gording kedua

63
= 0,00352 x ( ½ .0 + ½ . 0.8207)

= - 0.001446125 kN/m

2) Untuk Gording no.2 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording


pertama + ½ jarak gording kedua
= 0,00352 x ( ½ . 0.8207+ ½ . 0.8207)
= - 0.001694224 kN/m

3.6. Beban Hujan.


Berdasarkan SNI 1727:2020 tentang Beban Minimum Untuk Perancangan
Bangunan Gedung Dan Struktur Lain, beban hujan dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
R = 0,0098(ds + dh)
Dimana:

R : beban air hujan pada atap (kN/m2)

ds : kedalaman air pada atap (mm)

dh : tambahan kedalaman aixwdr (mm)

Direncanakan ds = 20 mm dan dh = 10 mm
R = 0,0098.(20+ 10)

R = 0,0098 ∙ 20

R = 0,294 kN/m2

Tabel 3. 26.Rekapitulasi Beban Hujan Atap 1&2.

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.8027 0.1179969
2 0.8207 0.8207 0.2412858
3 0.8207 0.8207 0.2412858
4 0.8207 0.8207 0.2412858

64
5 0.8207 0.8207 0.2412858
6 0.8207 0 0.1206429

Tabel 3. 27.Rekapitulasi Beban Hujan Atap 3

No Jarak Antar Gording


Beban kN/m
gording bawah atas
1 0 0.9615 0.1413405
2 0.9615 0.9615 0.282681
3 0.9615 0.9615 0.282681
4 0.9615 0.9615 0.282681
5 0.9615 0.9615 0.282681
6 0.9615 0 0.1413405

Contoh perhitungan :

1) Untuk Gording no.1 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording


pertama + ½ jarak gording kedua
= 0,294 x ( ½ .0 + ½ . 0.8027)
= 0.1179969 kN/m
Untuk Gording no.2 = total beban mati atap x ( ½ jarak gording pertama
+ ½ jarak gording kedua
= 0,294 x ( ½ . 0.8027+ ½ . 0.8027)
= 0.2412858 kN/m

3.7. Beban Gempa.


Beban gempa yang dipakai pada perencanaan ini adalah analisis gempa
statik ekuivalen dan respon spektrum pada SAP2000. Adapun proses pembuatan
analisisnya sebagai berikut:

3.7.1. Beban Gempa dengan Statik Ekuivalen


a. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa (Ie)

65
Tabel 3. 28.Kategori Resiko Bangunan.
Sumber : SNI 1726 - 2019

Gedung yang direncanakan difungsikan sebagai sekolah sehinggga


termasuk dalam kategori resiko IV.
b. Menentukan Klasifikasi Situs Tanah
Diasumsikan klasifikasi situs tanah pada daerah Denpasar yaitu Tanah
Sedang (SD)
c. Menentukan Grafik Respon Spektrum di Wilayah Surabaya
- Menentukan nilai SS,S1, dan TL
Digunakan sebagai berikut:
SS = 1,1
S1 = 0,35
TL = 12
- Menentukan Fa dan Fv

66
Tabel 3. 29.Nilai Fa.
Sumber : SNI 1726 - 2019

Tabel 3. 30.Nilai Fv.


Sumber : SNI 1726 - 2019

Dari tabel diatas diperoleh nilai :

Fa = 1,06

Fv = 1,95

Sehingga diperoleh :

𝑆𝑀𝑠 = 𝐹𝑎 . 𝑆𝑠 = 1,06 𝑥 1,1 = 1,166

𝑆𝑀1 = 𝐹𝑣 . 𝑆1 = 1,95 𝑥 0,35 = 0,6825

- Menentukan Parameter Spektra Desain


2 2
𝑆𝐷𝑠 = . 𝑆𝑀𝑠 = 𝑥 1,166 = 0,777
3 3
2 2
𝑆𝐷1 = . 𝑆𝑀1 = 𝑥 0,6825 = 0,455
3 3
- Menentukan Spektrrum Respon Desain

67
𝑆𝐷1 0,455
𝑇𝑜 = 0,2 𝑥 = 0,2 𝑥 = 0,117
𝑆𝐷𝑠 0,777
𝑆𝐷1 0,455
𝑇𝑠 = = = 0,585
𝑆𝐷𝑠 0,777
1) Untuk T < To
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑠 (0,4 + 0,6 )
𝑇𝑜
2) Untuk T > To < Ts
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑠
3) Untuk T > Ts dan T < TL
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷1/𝑇
4) Untuk T > TL
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷1. 𝑇𝐿/𝑇 2
- Menentukan nilai Sa
Dari rumus dan batas nilai Sa diperoleh sebagai berikut .

Tabel 3. 31.Periode dan Nilai Sa.

T T Sa
0 0 0.310933333
To 0.117066895 0.777333333
Ts 0.585334477 0.777333333
Ts+0,4 0.985334477 0.46177213
1 0.455
T 1.385334477 0.328440537
T 1.785334477 0.254854206
T 2.185334477 0.208206114
T 2.585334477 0.175992702
T 2.985334477 0.152411733
T 3.385334477 0.134403263
T 3.785334477 0.120200739
T 4.185334477 0.108712936
T 4.585334477 0.099229402
T 4.985334477 0.091267698
T 5.385334477 0.084488717
T 5.785334477 0.078647138
T 6.185334477 0.073561099
T 6.585334477 0.069092922
T 6.985334477 0.065136466
T 7.385334477 0.061608584
T 7.785334477 0.058443218

68
T 8.185334477 0.055587221
T 8.585334477 0.052997353
T 8.985334477 0.05063807
T 9.385334477 0.048479892
T 9.785334477 0.046498155
T 10.18533448 0.044672072
T 10.58533448 0.042983998
T 10.98533448 0.041418857
T 11.38533448 0.039963692
T 11.78533448 0.038607305
T 12.18533448 0.036772041
T 12.58533448 0.034471733
T 12.98533448 0.03238071
T 13.38533448 0.030474331
T 13.78533448 0.028731482
T 14.18533448 0.027133979
T 14.58533448 0.025666099
T 14.98533448 0.024314187
T 15.38533448 0.023066344
T 15.78533448 0.021912154

Spektrum Respons Desain SNI 2019


SURABAYA, Kelas Situs SD ( tanah sedang)
1
percepatan Respon Sspektra,

0.8
0.6
0.4
0.2
Sa (g)

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Periode, T ( detik )

Gambar 3. 7.Grafik Respos Spektrum Surabaya (Tanah Sedang)

d. Menentukan beban Gempa


1) Menentekun kategori desain seismik

69
Tabel 3. 32.Kategori Desain Seismic.
Sumber : SNI 1726 - 2019

Berdasarkan tebl diatas diperoleh ;


SDs = 0,777  maka termasuk kategori seismik D
SD1 = 0,455  maka termasuk kategori desain seismik D
2) Menentukan koefisien modifikasi respons (R)

Tabel 3. 33.Faktor Untuk Sistem Pemikul Gaya Seismik.


Sumber : SNI 1726 - 2019

70
Pada struktur tugas baja ini sipilih kategori sistem struktur termasuk
rangka baja pemikul momen khusus maka :

R =8

Ω =3

Cd = 5,5

3) Menentukan berat masing-masing lantai


Berat sendiri masing-masing lantai didapat dari SAP 2000 sebagai
berikut :

Tabel 3. 34.Berat Sendiri Masing-Masing Grup Bangunan Dari SAP2000

TABLE: Groups 3 - Masses and Weights


GroupName SelfMass SelfWeight TotalMassX TotalMassY TotalMassZ
Text Kgf-s2/m Kgf Kgf-s2/m Kgf-s2/m Kgf-s2/m
ALL 98975.12 970614.34 98975.12 98975.12 98975.12
KOLOM 1 2419.09 23723.2 2419.09 2419.09 2419.09
KOLOM 2 2419.09 23723.2 2419.09 2419.09 2419.09
KOLOM 3 2419.09 23723.2 2419.09 2419.09 2419.09
LANTAI 2 36129.31 354307.55 36129.31 36129.31 36129.31
LANTAI 3 36129.31 354307.55 36129.31 36129.31 36129.31
ATAP 954.52 9360.69 954.52 954.52 954.52
TANGGA 1 1642.61 16108.5 1642.61 1642.61 1642.61
TANGGA 2 1642.61 16108.5 1642.61 1642.61 1642.61
ALL 98975.12 970614.34 98975.12 98975.12 98975.12
RING BALOK 364.89 3578.34 364.89 364.89 364.89

Setelah mengetahui berat sendiri dari masing-masing grup bangunan dapat


ditentukan berat total dari masing-massing lantai :
a. Lantai 2
Berikut adalah beban mati tambahan pada lantai 2

Tabel 3. 35.Beban Mati Tambahan Pda Pelat Lantai 2.

Beban mati tambahan pada pelat lantai 2


luas (m2) beban merata (kg/m2) total berat (kg)
368 172.8413333 63605.61067

TOTAL 63605.61067

71
Tabel 3. 36.Beban Mati Tambahan Dinding Pada Lantai 2.

Beban mati tambahan dinding pada lantai 2


total berat
panjang dinding (m) beban merata dinding (kg/m)
(kg)
176.5 408 72012

Tabel 3. 37.Beban Hidup Pada Lantai 2

Beban hidup pada pelat lantai 2


beban merata
luas (m2) faktor reduksi total berat (kg)
(kg/m2)
352 488 0.25 171776
16 1.95 0.25 31.2
TOTAL
42951.8

b. Lantai 3
Berikut adalah beban mati tambahan pada lantai 3

Tabel 3. 38.Beban Mati Tambahan Pada Pelat Lantai 3

Beban mati tambahan pada pelat lantai 3


luas (m2) beban merata (kg/m2) total berat (kg)
368 172.8413333 63605.61067

TOTAL 63605.61067

Tabel 3. 39.Beban Mati Tambahan Pada Dinding Lantai 3

Beban mati tambahan dinding pada lantai 3


panjang dinding (m) beban merata dinding (kg/m) total berat (kg)
174.5 408 71196

TOTAL 71196

Tabel 3. 40.Beban Hidup Pada Pelat Lantai 3

Beban hidup pada pelat lantai 3


luas (m2) beban merata (kg/m2) faktor reduksi total berat (kg)
356 488 0.25 173728
12 1.95 0.25 23.4
TOTAL 43437.85

72
c. Ring Balok dan Atap

Tabel 3. 41.Beban Mati Tambahan Pada Ring Balok.

beban mati akibat plafon pada ring balok


panjang (m) beban merata (kg/m) total berat (kg)
90 16.9 1521

Tabel 3. 42.Beban mati Tambahan Pada Atap

Beban mati tambahan pada gording


panjang total (m) beban merata (kg/m) total berat (kg)
137.94 0.17572492 24.23949546
123.24 0.35144984 43.31267828
108.4 0.35144984 38.09716266
93.56 0.35144984 32.88164703
78.84 0.35144984 27.70830539
66.4 0.17572492 11.66813469
TOTAL 177.9074235

Tabel 3. 43.Beban Hidup Pada Atap.

Beban hidup pada gording


jumlah titik faktor
beban titik (kg) total berat (kg)
beban reduksi
120 133 0.25 3990

d. Tangga

Tabel 3. 44.Beban Mati Tambahan Pada Pelat Berdes.

beban mati tambahan pada pelat bordes


luas (m2) beban merata (kg/m2) total berat (kg)
6 83.83333333 503

Tabel 3. 45.Beban Mati Tambahan Pada Relling.

beban mati tambahan pada reling


panjang (m) beban merata (kg/m) total berat (kg)
14.44 100 1444

73
Tabel 3. 46.Beban Hidup Pada Relling.

beban hidup pada reling


jumlah titik beban titk
faktor reduksi total berat (kg)
beban (kg)
2 89 0.25 44.5
3 89 0.25 66.75

Tabel 3. 47.Beban Hidup Pada Pelat Bordes

beban hidup pada pelat bordes


beban merata
luas (m2) faktor reduksi total berat (kg)
(kg/m2)
4.5 479 0.25 538.875

Tabel 3. 48.Beban Mati Tambahan Pada Pelat Tangga

Beban mati tambahan pada pelat tangga


beban merata
luas (m2) total berat (kg)
(kg/m2)
21.632 83.8333333 1813.482667

Tabel 3. 49.Beban Hidup Pada Pelat Tangga.

Beban hidup pada pelat tangga


beban merata faktor
luas (m2) total berat (kg)
(kg/m2 reduksi
5.04 479 0.25 603.54

Rekapitulasi Total Berat Pada Lantai 2

berat lantai 2 = 354307.55 kg


1/2 berat kolom dibawah lantai = 11861.6 kg
1/2 berat kolom diatas lantai = 11861.6 kg
berat mati tambahan pada pelat = 63605.61067 kg
berat mati tambahan dinding = 72012 kg
berat beban hidup = 42951.8 kg
1/2 berat sendiri tangga dan bodes atas lantai = 8054.25 kg
1/2 berat sendiri tangga dan bodes bawah lantai = 8054.25 kg
1/2 berat beban mati pada tangga dan bordes = 7520.965333 kg
1/2 berat beban hidup pada tangga dan bordes = 6840.364 kg
TOTAL BERAT LANTAI 2 587069.99 kg

74
Rekapitulasi Total Berat Pada Lantai 3

berat lantai 3 = 354307.55 kg


1/2 berat kolom dibawah lantai = 11861.6 kg
1/2 berat kolom diatas lantai = 11861.6 kg
berat mati tambahan pada pelat = 63605.61067 kg
berat mati tambahan dinding = 71196 kg
berat beban hidup = 43437.85 kg
1/2 berat sendiri tangga dan bodes bawah lantai = 8054.25 kg
1/2 berat beban mati pada tangga dan bordes = 3760.482667 kg
1/2 berat beban hidup pada tangga dan bordes = 3375.682 kg
TOTAL BERAT LANTAI 3 571460.6253 kg

Rekapitulasi Total Berat Pada Ring Balok

berat sendiri atap 52130.53 kg


berat 1/2 kolom dibawah lantai 11519.51 kg
berat beban mati 177.9074235 kg
berat beban hidup 3990 kg
TOTAL BERAT LANTAI 3 67817.94742 kg

Berat total bangunan = 587069.99 + 571460.6253 + 67817.947 = 1226348.563 kg


Jadi berat seismik = 1226348.563 kg

4) Menentukan waktu getar struktur


𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 ℎ𝑛 𝑥

Untuk parameter ditentukan dari tabel dibawah.

Tabel 3. 50.Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dn x.


Sumber : SNI 1726 – 2019

75
Dari tabel diatas ditentukan:
Ct = 0,0724
hn = adalah tinggi bangunan = 4 + 4 + 4 = 12 m
x = 0,8

𝑇𝑎 = 0,0724 𝑥 120,8 = 0.52854694

𝑇𝑎𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑢 𝑇𝑎

Untuk parameter Cu ditentukan pada tabel dibawah

Tabel 3. 51.Koefisien Untuk Batas Atas Pada Periode Yang Dihitung.


Sumber : SNI 1726 - 2019

Dari tabel diatas ditentukan :


Cu = 1.4
𝑇𝑎𝑚𝑎𝑥 = 1,4 𝑥 0.52854694 = 0.739965716

Jadi Ta yang diambil adalah = 0.739965716 detik

5) Menentukan Koefisien Seismik (Cs)


𝑆𝐷𝑠
𝐶𝑠 =
𝑅
( )
𝐼𝑐
0,7773
𝐶𝑠 = = 0,14575
8
(1,5)

Ta = 0,5144 < TL = 12
Maka Cs max
𝑆𝐷1
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥 =
𝑅
𝑇( )
𝐼𝑐

76
0,455
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥 = = 0.161409505
8
0,5144(1,5)

𝐶𝑠 min = 0,044 𝑥 𝑆𝐷𝑆 𝑥 𝐼𝑐


𝐶𝑠 min = 0,044 𝑥 0,7773 𝑥 1,5 = 0.051304
Jadi : 0,0513 < 0,1457 < 0,1658
Maka Cs yang diambil = 0.161409505

6) Menentukan gaya geser dasar


𝑉 = 𝐶𝑠 𝑥 𝑊
𝑉 = 0,14575 𝑥 841116,6286 = 122592,749 kg

7) Distribusi gaya gempa


𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 𝑥 𝑉
𝑤𝑥 ℎ𝑥𝑘
𝐶𝑣𝑥 =
∑𝑛𝑖=1 𝑤𝑖 ℎ𝑖𝑘

Ta = 0.52854694maka nilai k = 1.01427347


V = 197944.3145 kg
Berikut adalah rekapitulasi beban gempa setiap lantai :
Tabel 3. 52.Sebaran Beban Gempa Setiap Lantai.

Lantai hi (m) Wi (kg) Wi.hik Fi (kg)


Ring balok 12 67817.94742 843197.9628 21000.26264
3 8 571460.6253 4709410.275 117290.194
2 4 587069.99 2395208.682 59653.85783

total 1226348.563 7947816.92


Kemudian ditentukan beban gempa tiap kolom dari arah X dan Y.

Tabel 3. 53.Beban Gempa Arah X dan Y Tiap Kolom.

lantai beban total banyak kolom Beban arah X (kg) Beban arah Y (kg)
Ring balok 21000.26264 42 500.0062533 500.0062533
3 117290.194 42 2792.623667 2792.623667
2 59653.85783 42 1420.329948 1420.329948
NB : diasumsikan beban gempa arah X dan Y sama

77
BAB IV

PEMODELAN NUMERIK

4.1. Analisis Struktur 3D.


Langkah-langkah dalam analisi struktur 3D menggunakan SAP2000 V20
sebagai berikut :
1. Membuka software SAP 2000 V20 dengan cara : klik software SAP 2000
 tunggu tampilan awal software.

Gambar 4. 1.Tampilan Awal Software SAP2000 V20.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

2. Mulai Pemodelan dengan cara :


a. Klik File  New Model  ubah satuan sesuai kebutuhan kemudian klik
Grid Only

Gambar 4. 2.New Model


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

78
b. Pada tampilan Grid Only input Grid sesuai data model  klik OK

Gambar 4. 3. Input Awal Grid Only


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

c. Input data sesuai perencanaan gambar model dengan cara  klik kanan 
pilih Edit Grid  input data grid gambar sesuai perencanaan.

Gambar 4. 4.Edit Grid


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

79
3. Mendefinisikan Data-Data Struktur
a. Meinput material baja dengan cara : pilih menu Define  material  klik
add new material  pilih user dan steel  klik OK

Gambar 4. 5. Input Material Steel


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

b. Input Material Poperty Data baja seperti pada gambar dibawah lalu klik OK

Gambar 4. 6.Input Material Property Data Baja.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

c. Meinput material beton dengan cara : pilih menu Define  material  klik
add new material  pilih user dan concrate  klik OK

80
Gambar 4. 7.Input Material Concrete.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

d. Input Material Poperty Data beton seperti pada gambar dibawah lalu klik
OK

Gambar 4. 8.Material Property Data Beton.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

e. Meinput material pembesian dengan cara : pilih menu Define  material


 klik add new material  pilih user dan rebar  klik OK

Gambar 4. 9. Input Material Rebar


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

81
f. Input Material Poperty Data pembesian U32 dan U24 seperti pada gambar
dibawah lalu klik OK

Gambar 4. 10.Material Property Data U32.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Gambar 4. 11.Material Property Data U24.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

4. Input Data Penampang


a) Penampang Sloof struktur, dengan cara : pilih menu Define  klik section
property  klik frame section  klik add new property  pilih concrete 

82
pilih rectangular  profil sloof yang digunakan 50x30  pilih material
beton f’c 25 Mpa  klik OK.

Gambar 4. 12. Profil Penampang Sloof Struktur.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

b) Penampang balok struktur IWF 350x150x12x24 , dengan cara : : pilih menu


Define  klik section property  klik frame section  klik add new property
 pilih steel  pilih I/Wide Flange  masukkan data IWF sesuai dimensi
yaitu 350x150x12x24  pilih material baja BJ 41  klik OK.

Gambar 4. 13.Profl Penampang Balok IWF.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

c) Penampang kolom HB, dengan cara : : pilih menu Define  klik section
property  klik frame section  klik add new property  pilih steel  pilih

83
I/Wide Flange  masukkan data HB sesuai dimensi yaitu 500x200x10x16
 pilih material baja BJ 41  klik OK.

Gambar 4. 14.Penampang Profil Kolom HB.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

d) Penampang ring balok struktur, dengan cara : : pilih menu Define  klik
section property  klik frame section  klik add new property  pilih steel
 pilih I/Wide Flange  masukkan data IWF sesuai dimensi yaitu
180x100x6x10  pilih material baja BJ 41  klik OK.

Gambar 4. 15.Profil Penampang Ring Balok IWF.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

84
e) Penampang kuda-kuda atap, dengan cara pilih menu Define  klik section
property  klik frame section  klik add new property  pilih steel  pilih
I/Wide Flange  masukkan data IWF sesuai dimensi yaitu 180x100x6x10 
pilih material baja BJ 41  klik OK.

Gambar 4. 16.Penampang Profil Kuda-Kuda IWF.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

f) Penampang gording, dengan cara pilih menu Define  klik section property
 klik frame section  klik add new property  pilih steel  pilih Chanel
 profil C yang digunakan 150x75x6,5x10  pilih material baja BJ 41 
klik OK.

85
Gambar 4. 17.Penampang Profil Gording C.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

5. Input Data Pelat


a) Pelat Lantai 12 cm, dengan cara pilih Define  klik section property  klik
area section  klik add new section  input data pelat sesuai kebutuhan
 lalu klik OK.

Gambar 4. 18.Define Penampang Pelat Lantai 12 cm.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

86
b) Pelat tangga 20 cm, dengan cara pilih Define  klik section property 
klik area section  klik add new section  input data pelat sesuai
kebutuhan  lalu klik OK.

Gambar 4. 19.Define Pnampang Pelat Tangga 20cm.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

c) Pelat bordes 12 cm, dengan cara pilih Define  klik section property 
klik area section  klik add new section  input data pelat sesuai
kebutuhan  lalu klik OK.

Gambar 4. 20.Define Penampang Pelat Bordes 12cm.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

87
6. Menggambar Frame untuk Model Struktur.
a) Menggambar Sloof Struktur.
Pilih tipe grid XY untuk lantai 1, lalu mulai menggambar geometric dengan
mengklik icon draw frame/cable element atau draw  section  Sloof
50x30 sehingga gambar diperoleh sebagai berikut :

Gambar 4. 21.Draw Frame Dloof Struktur.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

b) Menggambar Balok Lantai 2


Pilih tipe grid XY untuk lantai 2, lalu mulai menggambar geometric dengan
mengklik icon drow frame/cable element atau draw  section  IWF
sehingga gambar diperoleh sebagai berikut :

88
Gambar 4. 22.Draw Frame Balok Untuk Lantai 2.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

c) Menggambar Balok Lantai 3


Pilih tipe grid XY untuk lantai 3, lalu mulai menggambar geometric dengan
mengklik icon drow frame/cable element atau draw  section  IWF
sehingga gambar diperoleh sebagai berikut :

89
Gambar 4. 23.Draw Frame Balok Untuk Lantai 3
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

d) Menggambar Ring Balok


Pilih tipe grid XY untuk lantai 3, lalu mulai menggambar geometric dengan
mengklik icon drow frame/cable element atau draw  section  IWF
sehingga gambar diperoleh sebagai berikut :

90
Gambar 4. 24.Draw Frame Ring Balok.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

e) Menggambar Kolom.
Mulau menggambar geometric dengan mengklik draw frame/cable elemen
atau draw  section  pilih HB dan untuk kolom kaki kuda-kuda HB
sehingga gambar sebagai berikut :
Catatan : membuat kolom tambahan setinggi 180 cm ke bawah sebagai
asumsi pondasi pile cap dengan kolom beton.

91
Gambar 4. 25.Draw Frame Untuk Kolom
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

7. Menggambar Pelat
a) Membuat pelat lantai 2.
Kembali ke tampilan XY untuk lantai 2, kemudian pilih Draw Poly Area 
section  pelat lantai 12  gambar pelat sesuai tempatnya, sehingga
diperoleh :

92
Gambar 4. 26.Draw Area Pelat Lantai 2.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

b) Membuat pelat lantai 3


Kembali ke tampilan XY untuk lantai 3, kemudian pilih Draw Poly Area 
section  pelat lantai 12  gambar pelat sesuai tempatnya, sehingga
diperoleh :

93
Gambar 4. 27.Draw Area Pelat Lantai 3.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

8. Menggambar Tangga
Menggambar tangga dengan cara select bagian void yang akan diisikan
tangga, kemudian klik kanan pilik Show Selection Only  buat balok bordes
dan pelat bordes pada tengah-tengah kolom dengan IWF dan pelat bordes 
lanjut gambar pelat tangga, sehingga diperoleh hasil :

94
Gambar 4. 28.Model Pelat Tangga dan Bordes.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

9. Menggambar Atap
Untuk proses menggambar atap sama seperti pada tugas besar baja 1,
yaitu :
a. Menggambar Kuda-Kuda, dengan cara mulai pada ujung kolom diatas ring
balok yang setinggi 1 m, kemudian gambar 1 frame yaitu IWF  pilih menu
Edit  klik pilih Replicate  Radial  pilih Pararel X  masukkan angka
Y dan Z yang akan diputar  Angel 40°  OK , lakukan langkah yang
sama untuk disebelahnya dan tinggal dimiror
b. Menggambar Gording, dengan cara klik draw frame/cable  section C 
gambar sesuai tempat gording yang diinginkan.

95
Gambar 4. 29.Draw Model Atap.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

10. Memberi Perletakan pada Model


Pada semua joint paling bawah kolom diberi perletakan jepit dengan
cara : select semua joint paling bawah dari semua kolom  pilih menu Assign
 klik Joint  Restraints  pilih jepit  OK. Sehingga diperoleh hasil :

Gambar 4. 30.Pemodelan Struktur Lengkap.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

96
11. Mendefinisikan Beban pada Model Struktur
a) Define Load Pattern
Dilakukan dengan cara : pilih menu Define  klik Load Patterns  input
jenis beban seperti pada gambar dibawah :

Gambar 4. 31.Define Load Pattern.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000
b) Load Cases
Dilakukan dengan cara  pilih menu Define  klik Load Cases  cek
kembali apakah semua jenis beban di Load Pattern sudah masuk terbaca.

Gambar 4. 32.Define Load Case.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

c) Load Combination
Dilakukan dengan cara : pilih menu Define  klik Load Combinations 
pilih add New Combo  masukan combo pembebanan sesuai dengan
gambar dibawah :

97
Gambar 4. 33.Define Load Combinations.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

12. Pembebanan
a) Beban Mati
1. Pembebanan Pelat lantai 2
Blok pelat lantai 2  pilih menu Assign  klik Area Loads  pilih
Uniform to Frame Shell  masukkan beban seperti gambar dibawah :

Gambar 4. 34.Assign Area Load Beban mati Lantai 2


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

98
Gambar 4. 35.Input Beban Mati Pelat Lantai 2.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

2. Pembebanan Pelat Lantai 3


Blok pelat lantai 3  pilih menu Assign  klik Area Loads  pilih
Uniform to Frame Shell  masukkan beban seperti gambar dibawah :

Gambar 4. 36.Asign Load Area Beban Mati Lantai 3

99
Gambar 4. 37.Input Beban Mati Pelat Lantai 3.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000
3. Pembebanan Pelat Tangga dan Bordes
Blok pelat bordes dan tangga  pilih menu Assign  klik Area
Loads  pilih Uniform to Frame Shell  masukkan beban seperti
gambar dibawah :

Gambar 4. 38.Assign Load Pelat Tangga dan Bordes

100
Gambar 4. 39.Input Beban Mati Pada Pelat Bordes dan Tangga.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

4. Pembebanan Tembok pada lantai 2


Blok frame di lantai 2 yang ingin diberi beban tembok  pilih menu
Assign  piliih frame load  pilih Distributed  masukkan beban
tembok seperti gambar dibawah :

Gambar 4. 40.Besar Beban Tembok Lantai 2

101
Gambar 4. 41.Beban Mati Tembok Lantai 2.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

5. Pembebanan Tembok pada Lantai 3


Blok frame di lantai 3 yang ingin diberi beban tembok  pilih menu
Assign  piliih frame load  pilih Distributed  masukkan beban
tembok seperti gambar dibawah :

Gambar 4. 42.Besar Beban Tembok Lantai 3.

102
Gambar 4. 43.Beban Mati Tembok Pada Lantai 3.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

6. Pembebanan Tembok pada Ring Balok


Blok frame di ring balok yang ingin diberi beban tembok  pilih
menu Assign  piliih frame load  pilih Distributed  masukkan
beban tembok seperti gambar dibawah :

Gambar 4. 44.Beban Tembok pada Ring Balok.

103
7. Pembebanan Tembok pada Balok Bordes dan Reling
Blok frame di balok bordes dan reling yang ingin diberi beban tembok
 pilih menu Assign  piliih frame load  pilih Distributed 
masukkan beban tembok seperti gambar dibawah :

104
Gambar 4. 45.Beban Mati Tembok pada Bordes dan Reling.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

8. Pembebanan pada Gording


Blok frame gording yang ingin diberi beban mati  pilih menu
Assign  piliih frame load  pilih Distributed  masukkan beban
mati gording sesuai no gording sehingga seperti gambar dibawah :

Gambar 4. 46.Besr Beban Pada Gording.

105
Gambar 4. 47.Beban Mati Pada Gording.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

b) Beban Hidup
1. Pembebanan Pelat Lantai 2
Blok pelat lantai 2  pilih menu Assign  klik Area Loads  pilih
Uniform to Frame Shell  masukkan beban sesuai fungsi ruang seperti
gambar dibawah :

Gambar 4. 48.Input Beban Hidup Pada Pelat Lantai 2,(kiri)ruang lab, ruang
pertemuan dan lobby (kanan) Wc.

106
Gambar 4. 49.Beban Hidup Pada Pelat Lantai 2.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

2. Pembebanan Pelat Lantai 3


Blok pelat lantai 3  pilih menu Assign  klik Area Loads  pilih
Uniform to Frame Shell  masukkan beban sesuai fungsi ruang seperti
gambar dibawah :

107
Gambar 4. 51.Input Beban Hidup Pelat Lantai 3 (kiri) Koridor dan Aula (kanan) WC.

Gambar 4. 50.Beban Hidup Pada Lantai 3.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

108
3. Pembebanan pada Pelat Tangga dan Bordes
Blok pelat bordes dan tangga  pilih menu Assign  klik Area Loads
 pilih Uniform to Frame Shell  masukkan beban seperti gambar
dibawah :

Gambar 4. 52.Beban Hidup pada Pelat Bordes dan Tangga.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

109
4. Pembebanan pada Reling
Select Joint pada ujung reling  pilih menu Assign  Joint Load 
Forces  masukkan beban sesuai gambar dibawah :

Gambar 4. 53.Beban Hidup Pada Reling.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

110
5. Pembebanan pada Gording
Select Joint pada ujung gording yang ingin diisi beban hidup  pilih
menu Assign  Joint Load  Forces  masukkan beban sesuai gambar
dibawah :

Gambar 4. 54.Beban Hidup pada Gording


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

111
c) Beban Hujan
1. Pembebanan pada gording
Blok frame gording yang ingin diberi beban hujan  pilih menu Assign
 piliih frame load  pilih Distributed  masukkan beban hujan gording
sesuai no gording sehingga seperti gambar dibawah :

Gambar 4. 55.Beban Hujan Pada Gording.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

112
d) Beban Angin
1. Pembebanan Angin Arah Depan
Blok frame gording yang ingin diberi beban angin tekan dan hisap  pilih
menu Assign  piliih frame load  pilih Distributed  masukkan beban
angin tekan dan hisapgording sesuai no gording sehingga seperti gambar
dibawah :

Gambar 4. 56.Beban Angin Tekan dan Hisap Arah Depan.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

2. Pembebanan Angin Arah Samping


Blok frame gording yang ingin diberi beban angin tekan dan hisap  pilih
menu Assign  piliih frame load  pilih Distributed  masukkan beban
angin tekan dan hisap gording sesuai no gording sehingga seperti gambar
dibawah :

113
Gambar 4. 57.Beban Angin Arah Samping.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

e) Beban Gempa
Untuk beban gempa digunakan ada 2 yaitu beban beban dinamis dan statik.
1. Beban dinamis dengan Respons Spektrum
Untuk beban dinamis digunakan cara :
- Input nilai respons spektrum pada Define  Function  Respons Spectrum
 masukkan data periode dan nilai Sa

114
Gambar 4. 58.Input Respon Spektrum.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

- Input DX dan DY pada load case dengan menggunakan respons spektrum


pada load case type.

Gambar 4. 59.Input Case Beban Gempa Dinamis.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

115
- Edit respons spektrum dengan mengubah scale faktor.

Gambar 4. 60.Edit Scale faktor respon spektrum beban dinamis.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

- Setting Modal

Gambar 4. 61.Setting Modal.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

2. Beban Gempa Statik Ekivalen


Select joint kolom yang ingin diberi beban gempa statik  pilih menu
Assign  piliih joint load  pilih forces masukkan beban gempa

116
statik arah X dan Y pada masing-masing joint kolom sesuai gambar
dibawah :

Gambar 4. 62.Beban Gempa Arah X.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Gambar 4. 63.Beban Gempa Arah Y.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

117
Menampilkan Hasil Output
1. Run analisis
Dilakukan dengan cara : pilih Analyze Analysis Options  centang semua
deformasi.

Gambar 4. 64.Set Analyze Option.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kemudian pilih Run Analysis  pilih Run Now

Gambar 4. 65.Run Analisys


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

118
2. Menampilkan Hasil Base Reaction
Hasil Base Reaction untuk menentukan apakah beban gempa dinamis
sebanding dengan beban gempa statik. Dilakukan dengan cara select semua
joint jepit  klik ctrl T  pilih Base Reaction

Gambar 4. 66.Hasil Base Reaction.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Karena nilai gempa dinamis lebih kecil dari statik maka hasil analisis gempa
dinamis tidak dipakai.

119
Output Gaya-Gaya Dalam

Gambar 4. 67.Diagram Momen.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Gambar 4. 68.Diagram Geser.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

120
Gambar 4. 69.Diagram Normal.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

1. Rekapitulasi Gaya Maksimal pada Kolom


Tabel 4. 1. Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Kolom.

Profil Panjang Gaya Dalam


Label Kombinasi
Penampang (mm) Maksimum
P max 1743 HB 1.2D + 1.6L + 4000 1088494.26
500x200x10x16 0.5R
M3-3 max 905 HB 1.2D + SY + L 4000 185222447
500x200x10x17
M2-2 max 458 HB 1.2D + SX1 + L 4000 127620838
500x200x10x18
V max 1743 HB 1.2D + SX1 + L 4000 127620838
500x200x10x19
Kombinasi 14 HB 1.2D + 1.6L + 4000 1088494.26
max 500x200x10x20 0.5R

121
2. Rekapitulasi Gaya Maksimal pada Balok
Tabel 4. 2.Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Balok.

Profil Panjang Gaya Dalam


Label Kombinasi
Penampang (mm) Maksimum
M max 986 IWF 1.2D + SY + L 3500 16553.3
180x100x6x10
V max 988 IWF 1.2D + SY + L 3500 171007.29
180x100x6x10

3. Rekapitulasi Gaya Maksimal pada Ring Balok


Tabel 4. 3.Rekapitulasi Gaya Dalam Maksimum Pada Ring Balok.

Profil Panjang Gaya Dalam


Label Kombinasi
Penampang (mm) Maksimum
IWF
M max 558 180x100x6x10 1.2D + SY + L 6000 8349866.64
IWF
5106.46
V max 558 180x100x6x10 1.2D + SY + L 6000

122
BAB V

ANALISI PERENCANAAN KOLOM

Pada analisis kolom menggunakan cara meninjau masing-masing gaya


dalam pada setiap letak gaya dalam maksimum kolom. Pada perencanaan gedung
ini hanya menggunakan 1 jenis profil kolom yaitu HB 500x200x10x16. Untuk
masing-masing gaya dalam maksimum kolom terletak pada lokasi yang berbeda-
beda. Berikut adalah data profil kolom HB 500x200x10x16 :
a. Data Material :
E = 200000 Mpa
Fy = 250 Mpa
Fu = 410 Mpa
b. Data profil kolom :
H = 500 mm
B = 200 mm
tf = 16 mm
tw = 10 mm
r = 20 mm
A (luas) = 11420 mm2
Berat = 89,65 kg/m
Ix = 478000000 mm4
Iy = 21400000 mm4
ix = 204,6 mm
iy = 43,3 mm
Sx = 1912000 mm3
Sy = 214000 mm3
Berikut adalah analisa gaya dalam kolom dari setiap gaya dalam maksimum kolom
:

123
5.1. Analisa Kolom pada Nilai P (Gaya Tekan) Maksimum
Untuk kolom dengan gaya tekan maksimum terletak pada frame dengan
label No. 1743 yaitu pada dengan nilai Pu max = 1088494,26 N yang terletak pada
lantai 1.

5.1.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
1. Pada bagian sayap

0,5 𝑏 𝐸
≤ 0,56 √
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 .200 200000


≤ 0,56 √ = 6,25 ≤ 15,8919  Tidak Langsing
16 250

2. Pada bagian badan

ℎ 𝐸
≤ 1,49 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

𝑑−2.𝑡𝑓 𝐸
≤ 1,49 √𝑓𝑦
𝑡𝑤

500−2.16 200000
≤ 1,49 √ = 46.8 ≤ 42,1235  Langsing
10 250

5.1.2. Panjang Efektif


1. Faktor panjang efektif (k)
Nilai k ditentukan berdasarkan kekuatan tiap elemen balok dan kolom yang
ada di sekitar kolom yang ditinjau.

124
Gambar 5. 1.Kolom dan Balok Sekitar Kolom No. 1743.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Berikut adalah rekapitulasi kekuatan eleemen kolom dan balok :


Tabel 5. 1.rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok Pada Kolom No.1743.
elemen Ix mm4 L mm E Mpa E.I/L
balok kanan 224000000 1750 200000 25600000000
balok kiri 224000000 1750 200000 25600000000
balok depan 224000000 3500 200000 12800000000
balok belakang 224000000 3500 200000 12800000000
kolom atas 478000000 4000 200000 23900000000
kolom bawah 403000000 4000 200000 23900000000

Dari hasil rekapitulasi kekuatan balok dan kolom ditentukan nilai GA dan
GB untuk menentukan nilai nilai k dengan rumus :
𝐸𝐼
∑( )
𝐿 𝑐
𝐺𝐴/𝐵 =
𝐸𝐼
∑( )
𝐿 𝑏

Dengan nilai GB = 1 (untuk perletaakan jeepit digunakan nilai 1)


(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠+ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)
GA =
(𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑘𝑖𝑟𝑖)

(23900000000+ 23900000000)
GA = =0
(25600000000+25600000000+12800000000+12800000000)

125
Tabel 5. 2.Grafik Menentukan nilai k.

Jadi nilai k yang digunakan k = 1,31

2. Panjang efektif
L = 4000 mm
Kontrol terhadap sumbu X
𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑥
1,31 .4000
< 200  25,6109 < 200 (OK)
204,6

Kontrol terhadap sumbu Y


𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑦
1,31 .4000
< 200 121,0116 < 200 (OK)
43,3

5.1.3. Kuat Tekan Nominal


Berdasarkan SNI1729-2015 perhitungan kuat tekan nominal berdasarkan
Bab E3 dan E4 dan penggunaan tabel E1.1.
1. Tekuk lentur dari komponen struktur tanpa elemen langsing (subbab E3)
a. Menentukan tegangan kritis (Fcr)
 Terhadap sumbu X
𝑘.𝐿 𝐸 1,31 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑥 43,3 250

126
25,6109 ≤ 133,2189 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan
rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,31 .4000 2 = 3006,3391 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
152,2
)
𝑟𝑥
250
𝐹𝑐𝑟 = [0,6581663,6272 ] . 250 = 241,4482 𝑀𝑝𝑎

 Terhadap sumbu Y
𝑘.𝐿 𝐸 1,31 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑦 88,4 250

121,0161 ≤ 133,2189 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan


rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,31 .4000 2 = 134,6488 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
88,4
)
𝑟𝑥

250
𝐹𝑐𝑟 = [0,658561,2175 ] . 250 = 114,9326 𝑀𝑝𝑎

2. Tekuk torsi dan tekuk torsi lentur dari komponen struktur tanpa elemen
langsing (Subbab E4)
Menentukan tegangan kritis Fcr
 𝐻𝑜 = ℎ − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦.ℎ𝑜2 21400000.3312
 𝐶𝑤 = = = 1253269600000 mm6
4 4

 G = 77200 Mpa
2𝑏𝑓.𝑡𝑓3 +(𝑑−𝑡𝑓)𝑡𝑤3 2 .200 . 163 +(500−16)103
 𝐽= = = 707466,667
3 3
𝜋2 𝐸.𝐶𝑤 1
 Fe = ( (𝐾 + 𝐺𝐽) . (𝐼𝑥+𝐼𝑦) =
𝑧 𝐿)2

𝜋 2 200000.31253269600000 1
= ( + 77200 . 707466,6667) . ( )
(1,5.4000)2 478000000 + 21400000

= 246,8261219 Mpa
menggunakan Fcr menggunakan rumus no. a (E3-2)

127
250
 𝐹𝑐𝑟 = [0,658635,0929395 ] . 250 = 163,6170 𝑀𝑝𝑎

3. Kuat Tekan Nominal (Pn)


Kuat tekan nominal dihitung dengan rumus E3-1 SNI 1729-2015.
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟. 𝐴𝑔
Fcr yang digunakan adalah yang terkecil yaitu = 114,9326 Mpa
Sehingga :
Ø𝑃𝑛 = 0,9 . 114,9326. 17390 = 1181277,503 𝑁
Pu (hasil analisis SAP 2000) = 637760,95 N (berdasarkan kombinasi 1.2D
+ 1.6L + 0.5R)

Gambar 5. 2.Gaya Dalam Aksial Maksimum Pada Kolom No. 1743.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol :
∅𝑷𝒏 ≥ 𝑷𝒖
𝟏𝟏𝟖𝟏𝟐𝟕𝟕 𝑵 ≥ 𝟎, 𝟔𝟑𝟕𝟕𝟔𝟎, 𝟗𝟓  (AMAN)
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 ∶
𝟏 ≥ 𝟎. 𝟓𝟑𝟗𝟖𝟗𝟎𝟖𝟕𝟗

5.1.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom Baja


1. Cek kompak dan Nonkompak pelat sayap dan badan
a. Pada bagian sayap
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

128
0.5 𝑏 𝐸
≤ 0.38√
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 200 200000


≤ 0,38√  6,25 ≤ 10,7480 (Kompak)
16 250

b. Pada bagian badan


Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

ℎ 𝐸
≤ 3,76√
𝑡𝑤 𝑓𝑦

ℎ = 𝑑 − 2. 𝑡𝑓 = 500 − 2 . 16 = 468 𝑚𝑚
468 200000
≤ 3,76√  46,8 ≤ 106,3488 (Kompak)
10 250

2. Akibat Pelelehan
a. Sumbu X (M3-3)
Mn = Mp = Fy. Zx
1
Zx = 𝑏𝑓. 𝑡𝑓(𝑑 − 𝑡𝑓 ) + 4 𝑡𝑤(𝑑 − 2𝑡𝑓)2
1
Zx = 200.16(500 − 16) + 4 10(500 − 2.16)2 = 2096360 mm3

Mnx = Mpx = 250 𝑥 2096360 = 524090000 N.mm

b. Sumbu Y (M2-2)
Mn = Mp = Fy. Zy
2 1
Zy = 4 . 𝑡𝑓. 𝑏𝑓 2 . + 4 (𝑑 − 2. 𝑡𝑓 ). 𝑡𝑤 2
2 1
Zy = 4 . 16. 2002 . + 4 (500 − 2.16). 102 = 331700 mm3

Mny = Mpy = 250 𝑥 331700 = 82925000 N.mm

3. Tekuk torsi lateral


Menggunakan rumus pada subbab F2 pada SNI 1729-2015. Kuat komponen
struktur dalam memikul momen lentur tergantung darti panjang antara dua

129
pengekang lateral yang berdekatan. Menggunakan batas-batas bentang lateral
untuk komponen struktur profil I kompak simetris ganda.
- Bila Lb ≤ Lp, keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh digunakan.
- Bila Lp < Lb ≤ Lr, maka:
𝐿−𝐿𝑝
Mn = Cb [ Mp – (Mp – 0.7 Fy.Sx) (𝐿 )] ≤ 𝑀𝑝
𝑟 −𝐿𝑝

- Bila Lb > Lr, maka:


Mn = Fcr.Sx ≤ Mp, dimana:
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
Fcr = √1 + 0.078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑠𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 )
𝑡𝑠

A. Momen Pada Kolom (M3-3)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh nilai
M3-3 maksimum pada kolom No. 1743 sebesar 2229839,1 N.mm pada kombinasi
1,2D + 1,6L + 0,5R. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 2229839,1 N.mm

Gambar 5. 3.Diagram Momen M3-3 Maksimum Pada Kolom No.1743.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 1234063,59N.mm

Gambar 5. 4.Diagram Momen M3-3 Pada Kolom No.1743 di 1/4L.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

130
 Momen maksimum pada jarak ½ L :
MB = 238288.09N.mm

Gambar 5. 5.Diagram Momen M3-3 Pada Kolom No.1743 di 1/2 L.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 757487.41 N.mm

Gambar 5. 6.Diagram Momen M3-3 Pada Kolom No.1743 di 3/4 L


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu X (M3-3)
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 43,3 ∙ √ = 2155.487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 200 𝑥 163 + 3 (500 − 16) 𝑥 103 = 707466,6667 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 .21400000 . 3312
𝐶𝑤 = = = 1253269600000 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)

131
𝑏𝑓 200
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51,42594772 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.200.16
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 √ + √( )2 + 6,67( )
0,7𝐹𝑦 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝐸

𝐿𝑟 =

200000
1,95 .51,4259 √707466,6667 + √(707466,6667)2 + 6,67(0,7 .250)2
0,7 .250 1912000.484 1912000.484 200000

= 6432,378541 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 2155,487743 mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432,378541 mm
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan .

2. Untuk bentang menengah


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 524090000 N.mm
ØMn = 0,9 . 524090000 = 471681000 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
471681000 N.mm ≥ 2229839,1 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0,00472743

 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = 500 L = 4000 = 8 mm
500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0,005176 mm

132
Gambar 5. 7.Lendutan Maksimum Akibat M3-3 Pada Kolom No.1743.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol Lendutan:
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 0,005176 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0,000647

B. Momen Pada Kolom (M2-2)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh nilai
M2-2 maksimum pada kolom No. 1743 sebesar 551536,17N.mm pada kombinasi
1,2D + 1,6L + 0,5R. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 551536,17 N.mm

Gambar 5. 8.Diagram Momen M2-2 Maksimum Pada Kolom No.1743.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 263707.88 N.mm

133
Gambar 5. 9.Diagram Momen M2-2 pada Kolom No.1743 di 1/4L.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ½ L :


MB = 8040.14 N.mm

Gambar 5. 10.Diagram Momen M2-2 Pada Kolom No.1743 di 1/2L.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 279788,15 N.mm

Gambar 5. 11.Diagram Momen M2-2 Pada Kolom No.1743 di 3/4L.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu Y (M2-2)
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 43,3 ∙ √ = 2155,487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3

134
2 1
𝐽 = 3 . 200 𝑥 163 + 3 (500 − 16) 𝑥 103 = 707466,6667 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 21400000 . 4842
𝐶𝑤 = = = 1,25327𝐸 + 12 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)
𝑏𝑓 200
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51,4259 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.200.16
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 0,7𝐹𝑦 √𝑆𝑥ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥ℎ𝑜)2 + 6,67( )
𝐸

200000
𝐿𝑟 = 1,95 . 51,4259 √707466,6667 + √(707466,6667)2 + 6,67(0,7 .250)2
0,7 .250 1912000.484 1912000.484 200000

= 6432,378541 mm

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :


Lp = 2155,487743 mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432,378541 mm
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan .

2. Untuk bentang menengah


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 82925000 N.mm
ØMn = 0,9 . 82925000 = 74632500 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
74632500 N.mm ≥ 551536,17 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0,007390027
 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = 500 L = 4000 = 8 mm
500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :

135
f = 0,003762 mm

Gambar 5. 12.Lendutan Maksimum Akibat M2-2 Pada Kolom No.1743.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol Lendutan :
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 0,003762 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0,00047025

5.1.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan Aksial
Interaksi lentur dan gaya tekan pada struktur simetris ganda dan struktur
simetris tunggal, dipaksa melentur terhadap sumbu geometris (x dan y) harus
dibatasi oleh persamaan H1-1b sesuai SNI 1729-2015.
𝑃𝑢
a. Bila ≥ 0.2
𝑃𝑛
𝑃𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ×( + )≤1
𝑃𝑛 9 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
𝑃𝑢
b. Bila 𝑃𝑛 < 0.2
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+( + )≤1
2 ∙ 𝑃𝑛 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
Nilai Rasio Pu terhadap Pn
𝑃𝑢
≥ 0,1
𝑃𝑛
637760,95
≥ 0,2  0,485901791 < 0,1  menggunakan persamaan No.a
1312530,559

Ketentuan :’
Mux = 2229839,1 N.mm
Mnx = 524090000 N.mm

136
Muy = 551536,17 N.mm
Mny = 82925000 N.mm
637760,95 2229839,1 551536,17
+( + )≤1
2 ∙ 1312530,559 524090000 82925000
0.495595757 ≤ 𝟏 (AMAN)

5.1.6. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan Aksial
Pada kasus ini dianggap bahwa kolom merupakan tipe tanpa pengaku, untuk
badan dari profil simetris ganda tunggal serta kanal lainnya, kecuali PSB bundar,
koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :
Untuk badan pengaku transversal :

< 260, 𝐾𝑣 =
𝑡𝑤
500
< 260 𝐾𝑣 =  50 < 260, 𝐾𝑣 = 5
10

ℎ 𝐾𝑣. 𝐸
≤ 1,10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

500 5.200000
≤ 1,10 √  50 ≤ 69,57010852
10 250

Maka ditentukan Cv = 1
Memenuhi syarat kolom tanpa pengaku
Kuat geser pelat badan tanpa pengaku :
𝐴𝑤 = 𝑡𝑤 . ℎ𝑡
ht = 500 - (2 . 16) = 500 – 38 = 468
Aw = 312 x 12 = 4680 mm2
Menghitug Vn
𝑉𝑛 = 0.6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 . 𝐶𝑣 =
= 0,6 . 250 . 4680 . 1 = 702000 N
ØVn = 0,9 x 561600 N = 631800 N
Berdasarkan hasil analisis pemodelan SAP 2000 untuk gaya geser di kolom
No.1743 maksimum terdapat pada kombinasi 1,2D + 1,6L + 0,5R.

137
Vu = 30553,9 N

Gambar 5. 13.Diagram Gaya Geser Maksimum Pada Kolom No.1743.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol :
ØVn ≥ Vu
631800 N ≥ 3055,.9 N……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0,048360082

5.2. Analisa Kolom pada Nilai M2-2 (Momen sumbu Y) Maksimum dan V
(Gaya Geser) Maksimum.
Untuk kolom dengan gaya tekan maksimum terletak pada frame dengan label
no. 905 yaitu pada dengan nilai M2-2 max = 127620838 N.mm dan V max =
39401,06 N terletak pada lantai 2.

5.2.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
1. Pada bagian sayap

0,5 𝑏 𝐸
≤ 0,56 √
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 .200 200000


16
≤ 0,56 √ 250
= 6.25 ≤ 15.8391919  Tidak Langsing

2. Pada bagian badan

ℎ 𝐸
≤ 1,49 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

𝑑−2.𝑡𝑓 𝐸
≤ 1,49 √𝑓𝑦
𝑡𝑤

300−2.16 200000
≤ 1,49 √ = 46.8 ≤ 42.14356416  Langsing
10 250

138
5.2.2. Panjang Efektif
1. Faktor panjang efektif (k)
Nilai k ditentukan berdasarkan kekuatan tiap elemen balok dan kolom yang
ada di sekitar kolom yang ditinjau.

Gambar 5. 14.Kolom dan Sekitar Kolom No.905.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Berikut adalah rekapitulasi kekuatan elemen kolom dan balok :

Tabel 5. 3.Rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok pada Kolom No.1237.


elemen Ix mm4 L mm E Mpa E.I/L
balok kanan 224000000 3000 200000 6400000000
balok kiri 224000000 4000 200000 11133333333
balok depan 0 0 0 0
balok belakang 224000000 3500 200000 9542857143
kolom atas 4780000000 4000 200000 23900000000
kolom bawah 4780000000 4000 200000 20150000000

Dari hasil rekapitulasi kekuatan balok dan kolom ditentukan nilai GA dan GB
untuk menentukan nilai nilai k dengan rumus :

139
𝐸𝐼
∑(
𝐿 )𝑐
𝐺𝐴/𝐵 =
𝐸𝐼
∑( )
𝐿 𝑏
(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠+ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ)
GA = (𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛)

GA = 2.13046983
GB = 1
Tabel 5. 4.Grafik Menentukan Nilai k.

Jadi nilai k yang digunakan k = 1,48

2. Panjang efektif
L = 4000 mm
Kontrol terhadap sumbu X
𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑥
1,48 .4000
< 200  28.93450635 < 200 (OK)
152,2

Kontrol terhadap sumbu Y


𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑦
1,48 .4000
< 200  136.7205543 < 200 (OK)
88,4

140
5.2.3. Kuat Tekan Nominal
Berdasarkan SNI1729-2015 perhitungan kuat tekan nominal berdasarkan
Bab E3 dan E4 dan penggunaan tabel E1.1.
1. Tekuk lentur dari komponen struktur tanpa elemen langsing (subbab E3)
a. Menentukan tegangan kritis (Fcr)
 Terhadap sumbu X
𝑘.𝐿 𝐸 1,48 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑥 152,2 250

28.93450635 ≤ 133.2189176 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan


rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,4 .4000 2 = 2355.359142 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
152,2
)
𝑟𝑥
250
𝐹𝑐𝑟 = [0,6581456,6075 ] . 250 = 239.1367578 𝑀𝑝𝑎

 Terhadap sumbu Y
𝑘.𝐿 𝐸 1,48 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑦 88,4 250

136.7205543 ≤ 133.2189176 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan


rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,4 .4000 2 = 105.492521 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
88,4
)
𝑟𝑥
250
𝐹𝑐𝑟 = [0,658491,3803 ] . 250 = 92.71823224 𝑀𝑝𝑎

2. Tekuk torsi dan tekuk torrsi lentur dari komponen struktur tanpa elemen
langsing (Subbab E4)
Menentukan tegangan kritis Fcr
 𝐻𝑜 = ℎ − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦.ℎ𝑜2 21400000.4842
 𝐶𝑤 = = = 1.25327𝐸 + 12 mm6
4 4

 G = 77200 Mpa

141
2𝑏𝑓.𝑡𝑓 3 +(𝑑−𝑡𝑓)𝑡𝑤3 2 .200 . 163 +(500−16)103
 𝐽= 3
= 3
= 707466.6667
𝜋2 𝐸.𝐶𝑤 1
 Fe = ( (𝐾 + 𝐺𝐽) . (𝐼𝑥+𝐼𝑦) =
𝑧 𝐿)2

𝜋2 200000.3725074000000 1
 = ( + 77200 . 707466.6667) . ( )
(1,5.4000)2 4780000000+21400000

= 246.8261219 Mpa
menggunakan Fcr menggunakan rumus no. a (E3-2)
250
 𝐹𝑐𝑟 = [0,658635,0929395 ] . 250 = 163.6170328𝑀𝑝𝑎

3. Kuat Tekan Nominal (Pn)


Kuat tekan nominal dihitung dengan rumus E3-1 SNI 1729-2015.
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟. 𝐴𝑔
Fcr yang digunakan adalah yang terkecil yaitu = 92.71823224 Mpa
Sehingga :
Ø𝑃𝑛 = 0,9 . 92.71823224. 11420 = 952957.9909 𝑁
Pu (hasil analisis SAP 2000) = 201562,51 N (berdasarkan kombinasi 1.2D
+ SY + L)

Gambar 5. 15.Gaya Dalam Aksial maksimum Pada Kolom No.905.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol :
∅𝑷𝒏 ≥ 𝑷𝒖
𝟗𝟓𝟐𝟗𝟓𝟕. 𝟗𝟗𝟎𝟗 𝑵 ≥ 𝟐𝟎𝟏𝟓𝟔𝟐. 𝟓𝟏 𝑵  (AMAN)
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 ∶
𝟏 ≥ 𝟎. 𝟐𝟏𝟏𝟓𝟏𝟐𝟒𝟖𝟐

5.2.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom Baja


1. Cek kompak dan Nonkompak pelat sayap dan badan

142
a. Pada bagian sayap
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

0.5 𝑏 𝐸
≤ 0.38√
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 200 200000


≤ 0,38√  6.25 ≤ 10.74802307 (Kompak)
16 250

b. Pada bagian badan


Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

ℎ 𝐸
≤ 3,76√
𝑡𝑤 𝑓𝑦

ℎ = 𝑑 − 2. 𝑡𝑓 = 500 − 2 . 16 = 468 𝑚𝑚
500 200000
≤ 3,76√  26 ≤ 106.3488599 (Kompak)
10 250

2. Akibat pelelehan
a. Sumbu X (M3-3)
Mn = Mp = Fy. Zx
1
Zx = 𝑏𝑓. 𝑡𝑓 (𝑑 − 𝑡𝑓 ) + 𝑡𝑤(𝑑 − 2𝑡𝑓)2
4
1
Zx = 200.16(500 − 16) + 4 10(500 − 2.16)2 = 2096360 mm3

Mnx = Mpx = 250 𝑥 2096360 = 524090000 N.mm


b. Sumbu Y (M2-2)
Mn = Mp = Fy. Zy
2 1
Zy = 4 . 𝑡𝑓. 𝑏𝑓 2 . + 4 (𝑑 − 2. 𝑡𝑓 ). 𝑡𝑤 2
2 1
Zy = 4 . 16. 2002 . + 4 (500 − 2.16). 102 = 331700 mm3

Mny = Mpy = 250 𝑥 331700 = 82925000 N.mm

143
3. Tekuk torsi lateral
Menggunakan rumus pada subbab F2 pada SNI 1729-2015. Kuat komponen
struktur dalam memikul momen lentur tergantung dari panjang antara dua
pengekang lateral yang berdekatan. Menggunakan batas-batas bentang lateral
untuk komponen struktur profil I kompak simetris ganda.
- Bila Lb ≤ Lp, keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh digunakan.
- Bila Lp < Lb ≤ Lr, maka:
𝐿−𝐿𝑝
Mn = Cb [ Mp – (Mp – 0.7 Fy.Sx) (𝐿 )] ≤ 𝑀𝑝
𝑟 −𝐿𝑝

- Bila Lb > Lr, maka:


Mn = Fcr.Sx ≤ Mp, dimana:
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
Fcr = √1 + 0.078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑠𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 )
𝑡𝑠

A. Momen Pada Kolom (M3-3)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M3-3 maksimum pada kolom No. 905 sebesar 85862005 N.mm pada
kombinasi 1.2D + SY + L. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 85862005 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 26248613.86 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ½ L :


MB = 55023625.8 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 3696674 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu X (M3-3)

144
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 43,3 ∙ √ = 2155.487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 200 𝑥 163 + 3 (500 − 16) 𝑥 103 = 707466.6667 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 .21400000 . 3312
𝐶𝑤 = = = 1.25327𝐸 + 12 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)
𝑏𝑓 200
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51.42594772 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+ 6𝑏𝑓𝑡𝑓
) 6.200.16

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 0,7𝐹𝑦 √𝑆𝑥ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥ℎ𝑜)2 + 6,67( )
𝐸

200000 707466.6667 707466.6667 2 0,7 .250 2


𝐿𝑟 = 1,95 . 51.4259 √ + √( ) + 6,67( )
0,7 .250 1912000.484 2303000.331 200000

= 6432.378541 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 2155.487743 mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432.378541 mm
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan

2. Untuk bentang menengah


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 524090000 N.mm
ØMn = 0,9 . 524090000 = 471681000 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
471681000 N.mm ≥ 85862005 N.mm……. (AMAN)

145
Rasio :
1 ≥ 0.182034055

 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = 500 L = 4000 = 8 mm
500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0.142542 mm

Gambar 5. 16.Lendutan MaksimumAkibat M3-3pada Kolom No.905.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol Lendutan:
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 0.142542 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.01781775

B. Momen Pada Kolom (M2-2)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M2-2 maksimum pada kolom No. 905 sebesar 50605337 N.mm pada
kombinasi 1.2D + SY + L. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 83120212 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 19812949 N.mm

146
 Momen maksimum pada jarak ½ L :
MB = 127620838 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 13938974.9 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu Y (M2-2)
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 43,3 ∙ √ = 2155.487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 200 𝑥 163 + 3 (500 − 16) 𝑥 103 = 707466.6667 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 21400000 . 4842
𝐶𝑤 = = = 1.25327𝐸 + 12 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)
𝑏𝑓 350
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51.42594772 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.200.16
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 √ + √( )2 + 6,67( )
0,7𝐹𝑦 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝐸

200000 707466.6667 707466.6667 2 0,7 .250 2


𝐿𝑟 = 1,95 .51.4259 √ + √( ) + 6,67( )
0,7 .250 1912000.484 1912000.484 200000

= 16041,1695 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 2155.487743 mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432.378541 mm

147
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan.

2. Untuk bentang menengah


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 82925000 N.mm
ØMn = 0,9 . 82925000 = 74632500 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
74632500 N.mm ≥ 50605337 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.678060322
 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = L= 4000 = 8 mm
500 500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 2 mm

Gambar 5. 17.Lendutan Maksimum Akibat M3-3 pada Kolom No.905.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol Lendutan :
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 2 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.25

148
5.2.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial
Interaksi leenntur dan gaya teekan pada struktur simmetris ganda dan
struktur simetris tunggal, dipaksa melenntur terhadap sumbu geometris (x dan y)
harus ddibatasi oleh persamaan H1-1b sesuai SNI 1729-2015.
𝑃𝑢
a. Bila 𝑃𝑛 ≥ 0.2
𝑃𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ×( + )≤1
𝑃𝑛 9 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
𝑃𝑢
b. Bila 𝑃𝑛 < 0.2
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+( + )≤1
2 ∙ 𝑃𝑛 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
Nilai Rasio Pu terhadap Pn
𝑃𝑢
≥ 0.2
𝑃𝑛
201562.51
≥ 0.2  0.190361234 < 0,2  menggunakan persamaan
1058842.212

No.b
Ketentuan :’
Mux = 85862005 N.mm
Mnx = 524090000 N.mm
Muy = 50605337 N.mm
Mny = 82925000 N.mm
201562.51 85862005 50605337
+( + )≤1
2 ∙ 1058842.212 524090000 82925000
0.869265556 ≤ 𝟏 (AMAN)

5.2.6. Analisa Geser


Pada kasus ini dianggap bahwa kolom merupakan tipe tanpa pengaku, untuk
badan dari profil simetris ganda tunggal serta kanal lainnya, kecuali PSB bundar,
koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :
Untuk badan pengaku transversal :

< 260, 𝐾𝑣 = 5
𝑡𝑤

149
350
< 260 𝐾𝑣 = 5  50 < 260, 𝐾𝑣 = 5
12

ℎ 𝐾𝑣. 𝐸
≤ 1.10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

500 5.200000
≤ 1.10 √  50 ≤ 69,5701
10 250

Maka ditentukan Cv = 1
Memenuhi syarat kolom tanpa pengaku
Kuat geser pelat badan tanpa pengaku :
𝐴𝑤 = 𝑡𝑤 . ℎ𝑡
ht = 500 - (2 . 16) = 500 – 38 = 468
Aw = 468 x 10 = 4680 mm2
Menghitung Vn
𝑉𝑛 = 0.6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 . 𝐶𝑣 =
= 0,6 . 250 . 4680 . 1 = 702000 N
ØVn = 0,9 x 702000 N = 631800 N
Berdasarkan hasil analisis pemodelan SAP 2000 untuk gaya geser di kolom No. 905
maksimum terdapat pada kombinasi 1,2D + SY + L.
Vu = 39401.06N

Gambar 5. 18.Diagram Gaya Geser Maksimum Pada Kolom No.905.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol :
ØVn ≥ Vu
505440 N ≥ 39401.06 N……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.062363185

150
5.3. Analisa Kolom pada Nilai M3-3 (Momen sumbu X) Maksimum.
Untuk kolom dengan gaya tekan maksimum terletak pada frame dengan
label no.458 yaitu pada dengan nilai M3-3 max = 185222447 N.mm di lantai 2.

5.3.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
1. Pada bagian sayap

0,5 𝑏 𝐸
≤ 0,56 √
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 .200 200000


≤ 0,56 √ = 6.25 ≤ 15,8919  Tidak Langsing
16 250

2. Pada bagian badan

ℎ 𝐸
≤ 1,49 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

𝑑−2.𝑡𝑓 𝐸
≤ 1,49 √𝑓𝑦
𝑡𝑤

200−2.16 200000
≤ 1,49 √ = 46.8 ≤ 42,1235  Langsing
10 250

5.3.2. Panjang Efektif


1. Faktor panjang efektif (k)
Nilai k ditentukan berdasarkan kekuatan tiap elemen balok dan kolom yang
ada di sekitar kolom yang ditinjau.

Gambar 5. 19.Kolom dan Balok Sekitar Kolom No.458


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

151
Berikut adalah rekapitulasi kekuatan eleemen kolom dan balok :

Tabel 5. 5.Rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok pada Kolom No.760.


elemen Ix mm4 L mm E Mpa E.I/L
balok kanan 167000000 3500 200000 9542857143
balok kiri 167000000 1500 200000 22266666667
balok depan 167000000 1750 200000 19085714286
balok belakang 0 0 0 0
kolom atas 478000000 4000 200000 23900000000
kolom bawah 403000000 4000 200000 20150000000

Dari hasil rekapitulasi kekuatan balok dan kolom ditentukan nilai GA dan
GB untuk menentukan nilai nilai k dengan rumus :
𝐸𝐼
∑( )
𝐿 𝑐
𝐺𝐴/𝐵 =
𝐸𝐼
∑( )
𝐿 𝑏
𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
GA = (𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑘𝑖𝑟𝑖)
(20150000000)
GA = (954285714+22266666667+19085714286+0) = 0.3959

GB = 2

152
Tabel 5. 6 Grafik Menentukan nilai k

Jadi nilai k yang digunakan k = 1,41

2. Panjang efektif
L = 4000 mm
Kontrol terhadap sumbu X
𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑥
1,2 .4000
< 200  27.5659824 < 200 (OK)
152,2

Kontrol terhadap sumbu Y


𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑦
1,2 .4000
< 200  130.2540416 < 200 (OK)
88,4

5.3.3. Kuat Tekan Nominal


Berdasarkan SNI1729-2015 perhitungan kuat tekan nominal berdasarkan
Bab E3 dan E4 dan penggunaan tabel E1.1.
1. Tekuk lentur dari komponen struktur tanpa elemen langsing (subbab E3)
a. Menentukan tegangan kritis (Fcr)
 Terhadap sumbu X

153
𝑘.𝐿 𝐸 1,2 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑥 152,2 250

27.5659824 ≤ 133.2189176 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan


rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,2 .4000 2 = 2595.029759 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
27.5659824
)
𝑟𝑥
250
𝐹𝑐𝑟 = [0,6581982,6046 ] . 250 = 240.1199549 𝑀𝑝𝑎

 Terhadap sumbu Y
𝑘.𝐿 𝐸 1,2 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑦 88,4 250

130.2540416 ≤ 133.2189176 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan


rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,2 .4000 2 = 116.2269594 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
130.2540416
)
𝑟𝑥
250
𝐹𝑐𝑟 = [0,658668,8232 ] . 250 = 101.6132772 𝑀𝑝𝑎

2. Tekuk torsi dan tekuk torrsi lentur dari komponen struktur tanpa elemen
langsing (Subbab E4)
Menentukan tegangan kritis Fcr
 𝐻𝑜 = ℎ − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦.ℎ𝑜2 21400000.4842
 𝐶𝑤 = = = 1.25327𝐸 + 12 mm6
4 4

 G = 77200 Mpa
2𝑏𝑓.𝑡𝑓 3 +(𝑑−𝑡𝑓)𝑡𝑤3 2 .200 . 163+(500−16)103
 𝐽= = = 707466.6667
3 3
𝜋2 𝐸.𝐶𝑤 1
 𝐹𝑒 = ( (𝐾 2 + 𝐺𝐽) . (𝐼𝑥+𝐼𝑦) =
𝑧 𝐿)

𝜋2 200000.1.25327𝐸+12 1
 = ( + 77200 . 707466.6667) . (4780000000+21400000)
(1,5.4000)2

 = 246.8261219 Mpa
menggunakan Fcr menggunakan rumus no. a (E3-2)

154
250
 𝐹𝑐𝑟 = [0,658635,0929395 ] . 250 = 163.6170328 𝑀𝑝𝑎

3. Kuat Tekan Nominal (Pn)


Kuat tekan nominal dihitung dengan rumus E3-1 SNI 1729-2015.
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟. 𝐴𝑔
Fcr yang ddigunakan adalah yang terkecil yaitu = 101.6132772 Mpa
Sehingga :
Ø𝑃𝑛 = 0,9 . 101.6132772. 17390 = 1044381.263 𝑁
Pu (hasil analisis SAP 2000) = 198327,92 N (berdasarkan kombinasi 1.2D
+ 1.6L + 0.5Lr)

Gambar 5. 20.Diagram Gaya Dalam Aksial Pada Kolom No.458.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol :
∅𝑷𝒏 ≥ 𝑷𝒖
𝟏𝟎𝟒𝟒𝟑𝟖𝟏. 𝟐𝟔𝟑 𝑵 ≥ 𝟏𝟗𝟖𝟑𝟐𝟕. 𝟗𝟐 𝑵  (AMAN)
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 ∶
𝟏 ≥ 𝟎. 𝟏𝟖𝟗𝟖𝟗𝟗𝟗𝟐𝟐

5.3.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom


1. Cek kompak dan Nonkompak pelat sayap dan badan
a. Pada bagian sayap
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

0.5 𝑏 𝐸
≤ 0.38√
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 350 200000


≤ 0,38√  6.25 ≤ 10.74802307 (Kompak)
19 250

155
b. Pada bagian badan
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

ℎ 𝐸
≤ 3,76√
𝑡𝑤 𝑓𝑦

ℎ = 𝑑 − 2. 𝑡𝑓 = 500 − 2 . 16 = 468 𝑚𝑚
468 200000
≤ 3,76√  46.8 ≤ 106.3488599 (Kompak)
10 250

2. Akibat pelelehan
a. Sumbu X (M3-3)
Mn = Mp = Fy. Zx
1
Zx = 𝑏𝑓. 𝑡𝑓 (𝑑 − 𝑡𝑓 ) + 4 𝑡𝑤(𝑑 − 2𝑡𝑓)2
1
Zx = 200.16(500 − 16) + 10(500 − 2.16)2 = 2096360 mm3
4

Mnx = Mpx = 250 𝑥 2096360 = 524090000 N.mm


b. Sumbu Y (M2-2)
Mn = Mp = Fy. Zy
2 1
Zy = 4 . 𝑡𝑓. 𝑏𝑓 2 . + 4 (𝑑 − 2. 𝑡𝑓 ). 𝑡𝑤 2
2 1
Zy = 4 . 16. 2002 . + 4 (500 − 2.16). 102 = 331700 mm3

Mny = Mpy = 250 𝑥 331700 = 82925000 N.mm


3. Tekuk torrsi lateral
Menggunakan rumus pada subbab F2 pada SNI 1729-2015. Kuat komponen
struktur dalam memikul momen lentur tergantung darti panjang antara dua
pengekang lateral yang berdekatan. Menggunakan batas-batas bentang lateral
untuk komponen struktur profil I kompak simetris ganda.
- Bila Lb ≤ Lp, keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh digunakan.
- Bila Lp < Lb ≤ Lr, maka:
𝐿−𝐿𝑝
Mn = Cb [ Mp – (Mp – 0.7 Fy.Sx) (𝐿 )] ≤ 𝑀𝑝
𝑟 −𝐿𝑝

- Bila Lb > Lr, maka:


Mn = Fcr.Sx ≤ Mp, dimana:

156
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
Fcr = √1 + 0.078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑠𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 )
𝑡𝑠

A. Momen Pada Kolom (M3-3)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M3-3 maksimum pada kolom No. 458 sebesar 185222447 N.mm pada
kombinasi 1,2D + SX + L. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 185222447 N.mm

Gambar 5. 21.Diagram Momen M3-3 Maksimum pada Kolom No.458


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 57517913.43 N.mm

Gambar 5. 22.Diagram Momen M3-3 pada Kolom No.458 di 1/4L


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ½ L :


MB = 23017157.9 N.mm

Gambar 5. 23.Diagram Momen M3-3 pada Kolom No.548 di 1/2L.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

157
 Momen maksimum pada jarak ¾ L :
MC = 104116503 N.mm

Gambar 5. 24.Diagram Momen M3-3 pada Kolom No.458 di 3/4L.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu X (M3-3)
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 43,3 ∙ √ = 2155.487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 200 𝑥 163 + 3 (500 − 16) 𝑥 103 = 51.42594772 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 .136000000 . 3312
𝐶𝑤 = = = 1.25327𝐸 + 12 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)
𝑏𝑓 350
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51.42594772 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.200.16
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 0,7𝐹𝑦 √𝑆𝑥ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥ℎ𝑜)2 + 6,67( )
𝐸

200000 51.42594772 51.42594772 2 0,7 .250 2


𝐿𝑟 = 1,95 . 51.4259 √ + √( ) + 6,67( )
0,7 .250 1912000.484 1912000.484 200000

158
= 6432.378541 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 2155.487743 mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432.378541 mm
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan

2. Untuk bentang menengah


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 524090000 N.mm
ØMn = 0,9 . 524090000 = 471681000 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
471681000 N.mm ≥ 185222447 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.392685834
 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = 500 L = 4000 = 8 mm
500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0.565401 mm

Gambar 5. 25.Lendutan Maksimum Akibat M3-3 pada Kolom No.458.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000
Kontrol Lendutan:
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 0.565401 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.070675125

159
B. Momen Pada Kolom (M2-2)
Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M2-2 maksimum pada kolom No. 458 sebesar 3090119.47 N.mm pada
kombinasi 1,2D + SX + L. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 39064002 N.mm

Gambar 5. 26.Diagram Momen M2-2 maksimum pada Kolom No.458.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 57517913.43 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ½ L :


MB = 2054926.99 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 1215857 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu Y (M2-2)
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 43,3 ∙ √ = 2155.487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = . 200 𝑥 163 + (500 − 16) 𝑥 103 = 707466.6667 mm4
3 3

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚

160
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 21400000 .4842
𝐶𝑤 = 4
= 4
= 1.25327𝐸 + 12 mm6

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)
𝑏𝑓 350
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51.42594772 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.200.16
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 0,7𝐹𝑦 √𝑆𝑥ℎ𝑜 + √(𝑆𝑥ℎ𝑜)2 + 6,67( )
𝐸

200000
𝐿𝑟 = 1,95 . 51.4259 √707466.6667 + √(707466.6667)2 + 6,67(0,7 .250)2
0,7 .250 1912000.484 1912000.484 200000

= 6432.378541 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 2155.487743 mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432.378541 mm
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan
2. Untuk bentang menengah
Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 82925000 N.mm
ØMn = 0,9 . 82925000 = 74632500 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
74632500 N.mm ≥ 3090119.47 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.041404475
 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = 500 L = 4000 = 8 mm
500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom
yaitu :
f = 0.143904 mm

161
Gambar 5. 27.Lendutan Maksimum akibat M3-3 pada Kolom No.458
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol Lendutan :
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 0.143904 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.017988

5.3.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial
Interaksi lentur dan gaya tekan pada struktur simetris ganda dan struktur
simetris tunggal, dipaksa melentur terhadap sumbu geometris (x dan y) harus
dibatasi oleh persamaan H1-1b sesuai SNI 1729-2015.
𝑃𝑢
a. Bila 𝑃𝑛 ≥ 0.2
𝑃𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ×( + )≤1
𝑃𝑛 9 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
𝑃𝑢
b. Bila 𝑃𝑛 < 0.2
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+( + )≤1
2 ∙ 𝑃𝑛 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
Nilai Rasio Pu terhadap Pn
𝑃𝑢
≥ 0.2
𝑃𝑛
198327.92
≥ 0.2  0.170909929 < 0,2  menggunakan persamaan
1160423.626

No.b
Ketentuan :’
Mux = 185222447 N.mm

162
Mnx = 524090000 N.mm
Muy = 3090119.47 N.mm
Mny = 82925000 N.mm
198327.92 185222447 3090119.47
+( + )≤1
2 ∙ 1160423.626 524090000 82925000
0.476136243 ≤ 𝟏 (AMAN)

5.3.6. Analisa Geser


Pada kasus ini dianggap bahwa kolom merupakan tipe tanpa pengaku, untuk
badan dari profil simetris ganda tunggal serta kanal lainnya, kecuali PSB bundar,
koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :
Untuk badan pengaku transversal :

< 260, 𝐾𝑣 = 5
𝑡𝑤
500
< 260 𝐾𝑣 = 5  50 < 260, 𝐾𝑣 = 5
10

ℎ 𝐾𝑣. 𝐸
≤ 1.10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

500 5.200000
≤ 1.10 √  50 ≤ 69,5701
10 250

Maka ditentukan Cv = 1
Memenuhi syarat kolom tanpa pengaku
Kuat geser pelat badan tanpa pengaku :
𝐴𝑤 = 𝑡𝑤 . ℎ𝑡
ht = 500 - (2 . 16) = 500 – 38 = 468
Aw = 468 x 10 = 4680 mm2
Menghitug Vn
𝑉𝑛 = 0.6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 . 𝐶𝑣 =
= 0,6 . 250 . 4680 . 1 = 702000 N
ØVn = 0,9 x 702000 N = 631800 N
Berdasarkan hasil analisis pemodelan SAP 2000 untuk gaya geser di kolom No.458
maksimum terdapat pada kombinasi 1,2D + SX + L.
Vu = 36624,81 N

163
Gambar 5. 28.Diagram Gaya Geser Maksimum pada Kolom No.458.
Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol :
ØVn ≥ Vu
631800 N ≥ 36624.81 N……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.057968993

5.4. Analisa Kolom pada Nilai Rasio Desain Maksimum (Kombinasi


Maksimum).
Untuk kolom dengan gaya tekan maksimum terletak pada frame dengan
label no.1743 pada lantai 1

5.4.1. Cek Kelangsingan Badan dan Sayap Profil Baja Sesuai SNI 1729-2015
1. Pada bagian sayap

0,5 𝑏 𝐸
≤ 0,56 √
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 200 200000


≤ 0,56 √ = 6,25 ≤ 15.8391919  Tidak Langsing
16 250

2. Pada bagian badan

ℎ 𝐸
≤ 1,49 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

𝑑−2.𝑡𝑓 𝐸
≤ 1,49 √𝑓𝑦
𝑡𝑤

500−2.16 200000
≤ 1,49 √ = 46.8 ≤ 42.14356416  Langsing
10 250

164
5.4.2. Panjang Efektif
1. Faktor panjang efektif (k)
Nilai k ditentukan berdasarkan kekuatan tiap elemen balok dan kolom yang
ada di sekitar kolom yang ditinjau.

Gambar 5. 29.Kolom dan Balok Sekitar Kolom No.1743.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Berikut adalah rekapitulasi kekuatan eleemen kolom dan balok :

Tabel 5. 7.Rekapitulasi Kekuatan Kolom dan Balok pad Kolom No.1743


elemen Ix mm4 L mm E Mpa E.I/L
balok kanan 224000000 1750 200000 25600000000
balok kiri 224000000 1750 200000 25600000000
balok depan 224000000 3500 200000 12800000000
balok belakang 224000000 3500 200000 12800000000
kolom atas 478000000 4000 200000 23900000000
kolom bawah 478000000 4000 200000 23900000000

Dari hasil rekapitulasi kekuatan balok dan kolom ditentukan nilai GA dan
GB untuk menentukan nilai nilai k dengan rumus :
𝐸𝐼
∑( )
𝐿 𝑐
𝐺𝐴/𝐵 = 𝐸𝐼
∑( )
𝐿 𝑏

165
𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠
GA = (𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛+𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑘𝑖𝑟𝑖)
(23900000000)
GA = (25600000000+25600000000) = 0.622395833

GB = 1 (untuk jepit diambil nilai 1)

Tabel 5. 8.Grafik Menentukan Nilai k.

Jadi nilai k yang digunakan k = 1,31

2. Panjang efektif
L = 4000 mm
Kontrol terhadap sumbu X
𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑥
1,28 .4000
< 200  25.61094819 < 200 (OK)
152,2

Kontrol terhadap sumbu Y


𝑘. 𝐿
< 200
𝑟𝑦
1,28.4000
< 200  121.0161663 < 200 (OK)
88,4

166
5.4.3. Kuat Tekan Nominal
Berdasarkan SNI1729-2015 perhitungan kuat tekan nominal berdasarkan
Bab E3 dan E4 dan penggunaan tabel E1.1.
1. Tekuk lentur dari komponen struktur tanpa elemen langsing (subbab E3)
a. Menentukan tegangan kritis (Fcr)
 Terhadap sumbu X
𝑘.𝐿 𝐸 1,28 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑥 152,2 250

25.61094819 ≤ 133.2189176 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan


rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,28 .4000 2 = 3006.339178 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
152,2
)
𝑟𝑥
250
𝐹𝑐𝑟 = [0,6583006.339178 ] . 250 = 241.4482752 𝑀𝑝𝑎

 Terhadap sumbu Y
𝑘.𝐿 𝐸 1,2 .4000 200000
≤ 4.71 √𝐹𝑦  ≤ 4.71 √
𝑟𝑦 88,4 250

121.0161663 ≤ 133.2189176 (OK)  menggunakan Fcr menggunakan


rumus no. a (E3-2)
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = [0,658 𝑓𝑒 ] 𝑓𝑦

𝜋2 𝐸 𝜋2 200000
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿  1,28 .4000 2 = 134.6488072 𝑀𝑝𝑎
( )2 (
88,4
)
𝑟𝑥
250
𝐹𝑐𝑟 = [0,658134.6488072 ] . 250 = 114.9326234 𝑀𝑝𝑎

2. Tekuk torsi dan tekuk torrsi lentur dari komponen struktur tanpa elemen
langsing (Subbab E4)
Menentukan tegangan kritis Fcr
 𝐻𝑜 = ℎ − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦.ℎ𝑜2 21400000.4842
 𝐶𝑤 = = = 1253269600000 mm6
4 4

 G = 77200 Mpa
2𝑏𝑓.𝑡𝑓 3 +(𝑑−𝑡𝑓)𝑡𝑤3 2 .200 . 163+(500−16)103
 𝐽= 3
= 3
= 707466.6667

167
𝜋2 𝐸.𝐶𝑤 1
 Fe = ( (𝐾 2 + 𝐺𝐽) . (𝐼𝑥+𝐼𝑦) =
𝑧 𝐿)

𝜋2 200000.1253269600000 1
 = ( + 77200 . 707466.6667) . ( )
(1,5.4000)2 403000000+136000000

= 246.8261219 Mpa
menggunakan Fcr menggunakan rumus no. a (E3-2)
250
 𝐹𝑐𝑟 = [0,658246.8261219 ] . 250 = 163.6170328 𝑀𝑝𝑎

3. Kuat Tekan Nominal (Pn)


Kuat tekan nominal dihitung dengan rumus E3-1 SNI 1729-2015.
𝑃𝑛 = 𝐹𝑐𝑟. 𝐴𝑔
Fcr yang digunakan adalah yang terkecil yaitu = 114.9326234 Mpa
Sehingga :
Ø𝑃𝑛 = 0,9 . 114.9326234. 11420 = 1181277.503 𝑁
Pu (hasil analisis SAP 2000) = 637760.95 N (berdasarkan kombinasi 1.2D
+ 1.6L + 0.5R)

∅𝑷𝒏 ≥ 𝑷𝒖
𝟏𝟏𝟖𝟏𝟐𝟕𝟕. 𝟓𝟎𝟑 𝑵 ≥ 𝟔𝟑𝟕𝟕𝟔𝟎. 𝟗𝟓 𝑵  (AMAN)
𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐 ∶
𝟏 ≥ 𝟎. 𝟓𝟑𝟗𝟖𝟗𝟎𝟖𝟕𝟗

5.4.4. Analisa Stabilitas Lentur Kolom Baja


1. Cek kompak dan Nonkompak pelat sayap dan badan
a. Pada bagian sayap
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

0.5 𝑏 𝐸
≤ 0.38√
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5 200 200000


≤ 0,38√  6.25 ≤ 10,7480 (Kompak)
16 250

b. Pada bagian badan


Berdasarkan kelangsingan :

168
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

ℎ 𝐸
≤ 3,76√
𝑡𝑤 𝑓𝑦

ℎ = 𝑑 − 2. 𝑡𝑓 = 500 − 2 . 16 = 468 𝑚𝑚
468 200000
≤ 3,76√  46.8 ≤ 106,3488 (Kompak)
10 250

2. Akibat pelelehan
a. Sumbu X (M3-3)
Mn = Mp = Fy. Zx
1
Zx = 𝑏𝑓. 𝑡𝑓 (𝑑 − 𝑡𝑓 ) + 4 𝑡𝑤(𝑑 − 2𝑡𝑓)2
1
Zx = 200.16(500 − 16) + 4 10(500 − 2.16)2 = 2096360 mm3

Mnx = Mpx = 250 𝑥 2096360 = 524090000 N.mm


b. Sumbu Y (M2-2)
Mn = Mp = Fy. Zy
2 1
Zy = 4 . 𝑡𝑓. 𝑏𝑓 2 . + 4 (𝑑 − 2. 𝑡𝑓 ). 𝑡𝑤 2
2 1
Zy = 4 . 16. 2002 . + 4 (500 − 2.16). 102 = 331700 mm3

Mny = Mpy = 250 𝑥 331700 = 82925000 N.mm


3. Tekuk torrsi lateral
Menggunakan rumus pada subbab F2 pada SNI 1729-2015. Kuat komponen
struktur dalam memikul momen lentur tergantung darti panjang antara dua
pengekang lateral yang berdekatan. Menggunakan batas-batas bentang lateral
untuk komponen struktur profil I kompak simetris ganda.
- Bila Lb ≤ Lp, keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh digunakan.
- Bila Lp < Lb ≤ Lr, maka:
𝐿−𝐿𝑝
Mn = Cb [ Mp – (Mp – 0.7 Fy.Sx) (𝐿 )] ≤ 𝑀𝑝
𝑟 −𝐿𝑝

- Bila Lb > Lr, maka:


Mn = Fcr.Sx ≤ Mp, dimana:
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
Fcr = √1 + 0.078 ( )
𝐿 2 𝑠𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 𝑏 )
𝑡𝑠

169
A. Momen Pada Kolom (M3-3)
Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M3-3 maksimum pada kolom No. 1743 sebesar 2229839.1 N.mm pada
kombinasi 1.2D + 1.6L + 0.5R. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 2229839.1 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 1234063.59 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ½ L :


MB = 238288.09 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 757487.41 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu X (M3-3)
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 43,3 ∙ √ = 2155.487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 200 𝑥 163 + 3 (500 − 16) 𝑥 103 = 707466.6667 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 21400000.4842
𝐶𝑤 = = = 1253269600000 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)

170
𝑏𝑓 350
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51.42594772 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.200.16
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 √ + √( )2 + 6,67( )
0,7𝐹𝑦 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝐸

200000 707466.6667 707466.6667 2 0,7 .250 2


𝐿𝑟 = 1,95 . 51.4259 √ + √( ) + 6,67( )
0,7 .250 1912000.484 1912000.484 200000

= 6432.378541 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 2155.487743 mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432.378541 mm
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan
2. Untuk bentang menengah
Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 524090000 N.mm
ØMn = 0,9 . 524090000 = 471681000 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
471681000 N.mm ≥ 2229839.1 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.00472743
 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = L= 4000 = 8 mm
500 500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0.005176 mm
Kontrol Lendutan:
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 0.005176 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.000647

171
B. Momen Pada Kolom (M2-2)
Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M2-2 maksimum pada kolom No.1743 sebesar 551536.17 N.mm pada
kombinasi 1.2D + 1.6L + 05R. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada kolom :
Mu max = 551536.17 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 263707.88 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ½ L :


MB = 8040.14 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 279788.15 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu Y (M2-2)
Lb = 4000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 88,4 ∙ √ = 2155.487743
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 200 𝑥 163 + 3 (500 − 16) 𝑥 103 = 707466.6667 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 500 − 16 = 484 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 21400000 . 4842
𝐶𝑤 = = = 1.25327𝐸 + 12 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


ganda)

172
𝑏𝑓 350
𝑟𝑡𝑠 = = 1.500.10
= 51.42594772 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.200 16
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 √ + √( )2 + 6,67( )
0,7𝐹𝑦 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝐸

200000 707466.6667 707466.6667 2 0,7 .250 2


𝐿𝑟 = 1,95 .51.4259 √ + √( ) + 6,67( )
0,7 .250 1912000.484 1912000.484 200000

= 6432.378541 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 2155.487743mm
Lb = 4000 mm
Lr = 6432.378541 mm
Karena Lp ≥ Lb maka keadaan batas dari tekuk torsi tidak boleh digunakan

2. Untuk bentang menengah


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat pelelehan = 82925000 N.mm
ØMn = 0,9 . 82925000 = 74632500 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
74632500 N.mm ≥ 551536.17 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0, 0.007390027
 Kontrol Lendutan
1 1
fiijin = 500 L = 4000 = 8 mm
500

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0.003762 mm
Kontrol Lendutan :
fijin ≥ f
𝟖 mm ≥ 0.003762 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.00047025

173
5.4.5. Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan
Aksial
Interaksi lentur dan gaya tekan pada struktur simetris ganda dan struktur
simetris tunggal, dipaksa melentur terhadap sumbu geometris (x dan y) harus
dibatasi oleh persamaan H1-1b sesuai SNI 1729-2015.
𝑃𝑢
a. Bila 𝑃𝑛 ≥ 0.2
𝑃𝑢 8 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+ ×( + )≤1
𝑃𝑛 9 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
𝑃𝑢
b. Bila 𝑃𝑛 < 0.2
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
+( + )≤1
2 ∙ 𝑃𝑛 𝑀𝑛𝑥 𝑀𝑛𝑦
Nilai Rasio Pu terhadap Pn
𝑃𝑢
≥ 0.2
𝑃𝑛
637760.95
≥ 0.2  0.485901791 < 0,2  menggunakan persamaan
1312530.559

No.b
Ketentuan :’
Mux = 2229839.1 N.mm
Mnx = 524090000 N.mm
Muy = 29782351,11 N.mm
Mny = 293745500 N.mm
637760.95 2229839.1 551536.17
+( + )≤1
2 ∙ 1312530.559 524090000 82925000
0.253856607 ≤ 𝟏 (AMAN)

5.4.6. Analisa Geser


Pada kasus ini dianggap bahwa kolom merupakan tipe tanpa pengaku, untuk
badan dari profil simetris ganda tunggal serta kanal lainnya, kecuali PSB bundar,
koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :
Untuk badan pengaku transversal :

< 260, 𝐾𝑣 = 5
𝑡𝑤

174
500
< 260 𝐾𝑣 = 5  50 < 260, 𝐾𝑣 = 5
10

ℎ 𝐾𝑣. 𝐸
≤ 1.10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

500 5.200000
≤ 1.10 √  50 ≤ 69,5701
10 250

Maka diteentukan Cv = 1
Memnuhhi syarat kolom tanpa pengaku
Kuat geser pelat badan tanpa pengaku :
𝐴𝑤 = 𝑡𝑤 . ℎ𝑡
ht = 350-(2 . 16) = 500 – 32 = 468
Aw = 468 x 10 = 4680 mm2
MenghitugVn
𝑉𝑛 = 0.6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 . 𝐶𝑣 =
= 0,6 . 250 . 4680 . 1 = 702000 N
ØVn = 0,9 x 702000 N = 631800 N
Berdasarkan hasil analisis pemodelan SAP 2000 untuk gaya geser di kolom
No.1743 maksimum terdapat pada kombinasi 1.2D + 1.6L + 05R.
Vu = 30553.9 N
Kontrol :
ØVn ≥ Vu
505440 N ≥ 30553.9 N……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.048360082

175
BAB VI

ANALISIS PERENCANAAN BALOK

Pada analisis balok menggunakan cara meninjau masing-masing gaya dalam


pada setiap letak gaya dalam maksimum kolom. Pada perencanaan gedung ini
hanya menggunakan 1 jenis profil balok yaitu IWF 350x150x12x24 dan hanya
menggunakan 1 jenis profil ring balok IWF 180x100x6x10. Untuk masing-masing
gaya dalam maksimum kolom terletak pada lokasi yang berbeda-beda.

6.1. Balok Lantai 2 dan 3 (IWF 30x150x12x34)


Perhitungan analisis balok lantai 2 dan 3 berdasarkan pemilihan momen
maksimum dan gaya geser maksimum. Berikut adalah data profil balok sebagai
berikut :
a. Data Material :
E = 200000 Mpa
Fy = 250 Mpa
Fu = 410 Mpa
b. Data profil balok :
H = 350 mm
B = 150 mm
tf = 24 mm
tw = 12 mm
r1 = 25 mm
r2 = 12,5 mm
A (luas) = 11110 mm2
Berat = 87,21 kg/m
Ix = 224000000 mm4
Iy = 11800000 mm4
ix = 142 mm
iy = 32,6 mm
Sx = 1280000 mm3
Sy = 157000 mm3

176
Berikut adalah analisa gaya dalam balok dari setiap gaya dalam maksimum balok :

6.1.1. Analisa Balok pada Nilai Momen Maksimum.


Untuk balok dengan gaya tekan maksimum terletak pada frame dengan label
No.986 pada lantai 2 dengan nilai Mu max = 79314242.11 N.mm pada M3-3.

6.1.1.1 Analisa Stabilitas Lentur Balok Baja


1. Cek kompak dan Nonkompak pelat sayap dan badan
a. Pada bagian sayap
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

0.5 𝑏 𝐸
≤ 0.38√
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5.150 200000
≤ 0,38√  3,125 ≤ 10,7480 (Kompak)
24 250

b. Pada bagian badan


Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

ℎ 𝐸
≤ 3,76√
𝑡𝑤 𝑓𝑦

ℎ = 𝑑 − 2. 𝑡𝑓 = 350 − 2 . 24 = 302 𝑚𝑚
302 200000
12
≤ 3,76√ 250
 25,1667 ≤ 106,3488 (Kompak)

2. Akibat pelelehan
a. Sumbu X (M3-3)
Mn = Mp = Fy. Zx
𝑡𝑤. ℎ𝑡2
Zx = + (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤)(ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ). 𝑡𝑓
4
12.3502
Zx = + (150 − 12)(350 − 24). 24 = 1447212 mm3
4

Mnx = Mpx = 250 𝑥 1447212 = 361803000 N.mm

177
3. Tekuk torsi lateral
Menggunakan rumus pada subbab F2 pada SNI 1729-2015. Kuat komponen
struktur dalam memikul momen lentur tergantung dari panjang antara dua
pengekang lateral yang berdekatan. Menggunakan batas-batas bentang
lateral untuk komponen struktur profil I kompak simetris ganda.
- Bila Lb ≤ Lp, keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh digunakan.
- Bila Lp < Lb ≤ Lr, maka:
𝐿−𝐿𝑝
Mn = Cb [ Mp – (Mp – 0.7 Fy.Sx) (𝐿 )] ≤ 𝑀𝑝
𝑟 −𝐿𝑝

- Bila Lb > Lr, maka:


Mn = Fcr.Sx ≤ Mp, dimana:
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
Fcr = √1 + 0.078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑠𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 )
𝑡𝑠

A. Momen Pada Kolom (M3-3)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M3-3 maksimum pada balok No. 986 sebesar 132649291 N.mm pada
kombinasi 1,2D + 1,6L + 0,5R. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada balok :
Mu max = 79314242.11 N.mm
 Momen maksimum pada jarak ¼ L :
MA = 62296481.47 N.mm
 Momen maksimum pada jarak ½ L :
MB = 68986654.16 N.mm
 Momen maksimum pada jarak ¾ L :
MC = 27018836.43 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu X (M3-3)
Lb = 7000 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

178
200000
Lp = 1.76 ∙ 32,6 ∙ √ = 1622,838
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 150 𝑥 243 + 3 (350 − 24) 𝑥 123 = 1570176 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 350 − 24 = 326 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 11800000 . 3262
𝐶𝑤 = = = 313514200000 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


tunngal)
𝑏𝑓 150
𝑟𝑡𝑠 = = 1.350.12
= 39.62029078 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.150.24
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 √ + √( )2 + 6,67( )
0,7𝐹𝑦 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝐸

200000
𝐿𝑟 = 1,95 . 96,1046 √ 1570176 + √(
1570176
)2 + 6,67(
0,7 .250 2
)
0,7 .250 1280000.326 1280000.326 200000

= 7972,25825 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 1622,838347 mm
Lb = 7000 mm
Lr = 7972,25825 mm
Diperoleh kesimpulan Lp ≤ Lb ≤ Lr maka digunakan keadaan batas dari
tekuk torsi-lateral.

2. Perhitungan Tekuk Torsi Lateral


𝐿 − 𝐿𝑝
Mn = Cb ∙ [Mp – (Mp – 0.7 ∙ Fy ∙ Sx) ( )] ≤ 𝑀𝑝
𝐿𝑟 − 𝐿 𝑝
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
Cb =
2.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3𝑀𝐶

12,5 132649291
Cb =
2,5 . 79314242.11 + 3.62296481.47 + 4. 68986654.16 + 3. 27018836.43
Cb = 1.335835597

179
7000 − 1622,8383
Mn = 1,753 ∙ [361803000 – (361803000 – 0.7 ∙ 250 ∙ 1280000) ( )]
7972,2582 − 1622,8383
≤ 𝑀𝑝

253407856 N.mm ≤ 361803000 N.mm……….. (OK)


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat tekuk torsi lateral = 253407856
N.mm
ØMn = 0,9 . 253407856 = 228067070.4 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
228067070.4 N.mm ≥ 79314242.11 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.347767181

6.1.1.2 Analisa Geser Balok


Pada kasus ini dianggap bahwa balok merupakan tipe tanpa pengaku, untuk
badan dari profil simetris ganda tunggal serta kanal lainnya, kecuali PSB bundar,
koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :
Untuk badan pengaku transversal :

< 260, 𝐾𝑣 = 5
𝑡𝑤
350
< 260 𝐾𝑣 = 5  29,1667 < 260, 𝐾𝑣 = 5
12

ℎ 𝐾𝑣. 𝐸
≤ 1.10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

350 5.200000
≤ 1.10 √  29,1667 ≤ 69,5701
12 250

Maka diteentukan Cv = 1
Memnuhhi syarat balok tanpa pengaku
Kuat geser pelat badan tanpa pengaku :
𝐴𝑤 = 𝑡𝑤 . ℎ𝑡
ht = h – 2tf
ht = 350-(2.24) = 350 – 48 = 302
Aw = 302 x 12 = 3624 mm2
Menghitung Vn

180
𝑉𝑛 = 0.6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 . 𝐶𝑣 =
= 0,6 . 250 . 3624 . 1 = 543600 N
ØVn = 0,9 x 543600 N = 489240 N
Berdasarkan hasil analisis pemodelan SAP 2000 untuk gaya geser di balok No.986
maksimum terdapat pada kombinasi 1,2D + 1,6L + 0,5R.
Vu = 100238,25 N

Gambar 6. 1.Diagram Gaya Geser Maksimum pada Kolom No.986.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol :
ØVn ≥ Vu
489240 N ≥ 100238.25N……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0,2048

6.1.1.3 Kontrol Lendutan


1 1
fiijin = 360 L = . 7000 = 9,722 mm
360

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0.3705 mm
Kontrol Lendutan:
fijin ≥ f
𝟗, 𝟕𝟐𝟐 mm ≥ 0.3705 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.038108571

181
6.1.2. Analisa Balok pada Nilai Momen Maksimum.
Untuk balok dengan gaya tekan maksimum terletak pada frame dengan label
No.988 pada lantai 2 dengan nilai Mu max = 78417521.44 N.mm pada M3-3.

6.1.2.1 Analisa Stabilitas Lentur Balok Baja


1. Cek kompak dan Nonkompak pelat sayap dan badan
a. Pada bagian sayap
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

0.5 𝑏 𝐸
≤ 0.38√
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5.150 200000
≤ 0,38√  3,125 ≤ 10,7480 (Kompak)
24 250

b. Pada bagian badan


Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

ℎ 𝐸
≤ 3,76√
𝑡𝑤 𝑓𝑦

ℎ = 𝑑 − 2. 𝑡𝑓 = 350 − 2 . 24 = 302 𝑚𝑚
302 200000
≤ 3,76√  25,1667 ≤ 106,3488 (Kompak)
12 250

2. Akibat pelelehan
a. Sumbu X (M3-3)
Mn = Mp = Fy. Zx
𝑡𝑤. ℎ𝑡2
Zx = + (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤)(ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ). 𝑡𝑓
4
12.3502
Zx = + (150 − 12)(350 − 24). 24 = 1447212 mm3
4

Mnx = Mpx = 250 𝑥 1447212 = 361803000 N.mm


3. Tekuk torsi lateral

182
Menggunakan rumus pada subbab F2 pada SNI 1729-2015. Kuat
komponen struktur dalam memikul momen lentur tergantung darti panjang
antara dua pengekang lateral yang berdekatan. Menggunakan batas-batas
bentang lateral untuk komponen struktur profil I kompak simetris ganda.
- Bila Lb ≤ Lp, keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh digunakan.
- Bila Lp < Lb ≤ Lr, maka:
𝐿−𝐿𝑝
Mn = Cb [ Mp – (Mp – 0.7 Fy.Sx) (𝐿 )] ≤ 𝑀𝑝
𝑟 −𝐿𝑝

- Bila Lb > Lr, maka:


Mn = Fcr.Sx ≤ Mp, dimana:
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
Fcr = √1 + 0.078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑠𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 )
𝑡𝑠

A. Momen Pada Kolom (M3-3)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M3-3 maksimum pada balok No. 988 sebesar 78417521.44 N.mm pada
kombinasi 1,2D + SY + L. Berikut adalah hasil lengkapnya :
 Momen maksimum pada balok :
Mu max = 78417521.44 N.mm
 Momen maksimum pada jarak ¼ L :
MA = 47821589.42 N.mm
 Momen maksimum pada jarak ½ L :
MB = 62872069.1 N.mm
 Momen maksimum pada jarak ¾ L :
MC = 4142899.78 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu X (M3-3)
Lb = 3500 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

183
200000
Lp = 1.76 ∙ 32,6 ∙ √ = 1622,838
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 150 𝑥 243 + 3 (350 − 24) 𝑥 123 = 1570176 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 350 − 24 = 326 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 11800000 . 3262
𝐶𝑤 = = = 313514200000 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


tunggal)
𝑏𝑓 150
𝑟𝑡𝑠 = = 1.350.12
= 39.62029078 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6.150.24
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 √ + √( )2 + 6,67( )
0,7𝐹𝑦 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝐸

200000
𝐿𝑟 = 1,95 . 96,1046 √ 1570176 + √(
1570176
)2 + 6,67(
0,7 .250 2
)
0,7 .250 1280000.326 1280000.326 200000

= 7972,25825 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 1622,838347 mm
Lb = 3500 mm
Lr = 7972,25825 mm
Diperoleh kesimpulan Lp ≤ Lb ≤ Lr maka digunakan keadaan batas dari
tekuk torsi-lateral.

2. Perhitungan Tekuk Torsi Lateral


𝐿 − 𝐿𝑝
Mn = Cb ∙ [Mp – (Mp – 0.7 ∙ Fy ∙ Sx) ( )] ≤ 𝑀𝑝
𝐿 𝑟 − 𝐿𝑝
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
Cb =
2.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3𝑀𝐶

12,5 76028455
Cb =
2,5 . 78417521.44 + 3.47821589.42 + 4. 62872069.1 + 3. 4142899.78
Cb = 1.624424126

184
3500 − 1622,8383
Mn = 2,368 ∙ [361803000 – (361803000 – 0.7 ∙ 250 ∙ 1280000) ( )] ≤ 𝑀𝑝
7972,2582 − 1622,8383

107575921.3 N.mm ≤ 361803000 N.mm……….. (OK)


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat tekuk torsi lateral =
107575921.3 N.mm
ØMn = 0,9 . 107575921.3 = 96818329.19 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
96818329.19 N.mm ≥ 78417521.44 N.mm……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.809944998

6.1.2.2 Analisa Geser Balok


Pada kasus ini dianggap bahwa balok merupakan tipe tanpa pengaku,
untuk badan dari profil simetris ganda tunggal serta kanal lainnya, kecuali PSB
bundar, koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :
Untiuk badan pengaku transversal :

< 260, 𝐾𝑣 = 5
𝑡𝑤
350
< 260 𝐾𝑣 = 5  29,1667 < 260, 𝐾𝑣 = 5
12

ℎ 𝐾𝑣. 𝐸
≤ 1.10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

350 5.200000
≤ 1.10 √  29,1667 ≤ 69,5701
12 250

Maka diteentukan Cv = 1
Memnuhhi syarat balok tanpa pengaku
Kuat geser pelat badan tanpa pengaku :
𝐴𝑤 = 𝑡𝑤 . ℎ𝑡
ht = h – 2tf
ht = 350-(2.24) = 350 – 48 = 302
Aw = 302 x 12 = 3624 mm2
MenghitugVn
𝑉𝑛 = 0.6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 . 𝐶𝑣 =

185
= 0,6 . 250 . 3624 . 1 = 543600 N
ØVn = 0,9 x 543600 N = 489240 N
Berdasarkan hasil analisis pemodelan SAP 2000 untuk gaya geser di balok No.988
maksimum terdapat pada kombinasi 1,2D + SY +L pada V2.
Vu = 83325.65N
Kontrol :
ØVn ≥ Vu
489240 N ≥ 83325.65 N……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.170316511

6.1.2.3 Kontrol Lendutan


1 1
fiijin = 360 L = . 7000 = 9,722 mm
360

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0.202904 mm

Kontrol Lendutan:
fijin ≥ f
𝟗, 𝟕𝟐𝟐 mm ≥ 0.202904 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.020870126

6.2. Ring Balok Lantai 3 (IWF 180x100x6x10)


Perhitungan analisis ring balok berdasarkan pemilihan momen maksimum dan
gaya geser maksimum. Berikut adalah data profil ring balok sebagai berikut :
a. Data Material :
E = 200000 Mpa
Fy = 250 Mpa
Fu = 410 Mpa
b. Data profil balok :
H = 180 mm
B = 100 mm

186
tf = 10 mm
tw = 6 mm
r1 =10 mm
r2 = 5 mm
A (luas) = 3006 mm2
Berat = 23,6 kg/m
Ix = 167000000 mm4
Iy = 13800000 mm4
ix = 74,5 mm
iy = 21,4 mm
Sx = 1860000 mm3
Sy = 28000 mm3
Berikut adalah analisa gaya dalam balok dari setiap gaya dalam maksimum balok :

6.2.1. Analisa Balok pada Nilai Momen Maksimum dan Geser Maksimum
Untuk ring balok dengan gaya momen dan geser maksimum terletak pada
frame dengan label No.558.

6.2.1.1 Analisa Stabilitas Lentur Balok Baja


1. Cek kompak dan Nonkompak pelat sayap dan badan
a. Pada bagian sayap
Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

0.5 𝑏 𝐸
≤ 0.38√
𝑡𝑓 𝑓𝑦

0,5.180 200000
≤ 0,38√  5 ≤ 10,7480 (Kompak)
10 250

b. Pada bagian badan


Berdasarkan kelangsingan :
λ < 𝜆𝑝 (Penampang kompak)
λ > 𝜆𝑝 (Penampang nonkompak)

187
ℎ 𝐸
≤ 3,76√
𝑡𝑤 𝑓𝑦

ℎ = 𝑑 − 2. 𝑡𝑓 = 180 − 2 . 10 = 160 𝑚𝑚
160 200000
≤ 3,76√  26.66666667 ≤ 106,3488 (Kompak)
6 250

2. Akibat pelelehan
a. Sumbu X (M3-3)
Mn = Mp = Fy. Zx
𝑡𝑤. ℎ𝑡2
Zx = + (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤)(ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ). 𝑡𝑓
4
9.2002
Zx = + (100 − 6)(180 − 10). 10 = 208400 mm3
4

Mnx = Mpx = 250 𝑥 208400 = 52100000 N.mm

3. Tekuk torrsi lateral


Menggunakan rumus pada subbab F2 pada SNI 1729-2015. Kuat komponen
struktur dalam memikul momen lentur tergantung dari panjang antara dua
pengekang lateral yang berdekatan. Menggunakan batas-batas bentang lateral
untuk komponen struktur profil I kompak simetris ganda.
- Bila Lb ≤ Lp, keadaan batas dari tekuk torsi-lateral tidak boleh digunakan.
- Bila Lp < Lb ≤ Lr, maka:
𝐿−𝐿𝑝
Mn = Cb [ Mp – (Mp – 0.7 Fy.Sx) ( )] ≤ 𝑀𝑝
𝐿𝑟 −𝐿𝑝

- Bila Lb > Lr, maka:


Mn = Fcr.Sx ≤ Mp, dimana:
𝐶𝑏 𝜋 2 𝐸 𝐽𝑐 𝐿𝑏 2
Fcr = √1 + 0.078 ( )
𝐿𝑏 2 𝑠𝑥 ℎ0 𝑟𝑡𝑠
(𝑟 )
𝑡𝑠

A. Momen Pada Kolom (M3-3)


Berdasarkan hasil analisa pemodelan struktur pada SAP 2000 diperoleh
nilai M3-3 maksimum pada ring balok No. 558 sebesar 3882000 N.mm pada
kombinasi 1,2D + 1,6R + 0,5Wki. Berikut adalah hasil lengkapnya :

188
 Momen maksimum pada balok :
Mu max = 3882000 N.mm

Gambar 6. 2.Diagram Momen M3-3 Maksimum pada Ring Balok No.558.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

 Momen maksimum pada jarak ¼ L :


MA = 997790.1 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ½ L :


MB = 8349866.64 N.mm

 Momen maksimum pada jarak ¾ L :


MC = 1995603.51 N.mm

1. Berdasarkan Panjang Batang


 Sumbu X (M3-3)
Lb = 3500 mm

𝐸
Lp = 1.76 ∙ iy ∙ √
𝐹𝑦

200000
Lp = 1.76 ∙ 21,5 ∙ √ = 1065.298792
250

2 1
𝐽= 𝑏𝑓 𝑥 𝑡𝑓 3 + (ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 ) 𝑥 𝑡𝑤 3
3 3
2 1
𝐽 = 3 . 100 𝑥 103 + 3 (180 − 10) 𝑥 63 = 78906.66667 mm4

ℎ𝑜 = ℎ𝑡 − 𝑡𝑓 = 180 − 10 = 170 𝑚𝑚
𝐼𝑦 .ℎ𝑜2 13800000 . 1702
𝐶𝑤 = = = 99705000000 mm6
4 4

c = 1 (berdasarkan SNI 1729-205 pada pasal F2-8a untuk profil I simetris


tunngal)

189
𝑏𝑓 150
𝑟𝑡𝑠 = = 1.180.10
= 26.57470017 mm
1 ℎ𝑡𝑤 √12(1+ )
√12(1+6𝑏 𝑡 ) 6 .100.6
𝑓 𝑓

𝐸 𝐽𝑐 𝐽𝑐 0,7𝐹𝑦 2
𝐿𝑟 = 1,95𝑟𝑡𝑠 √ + √( )2 + 6,67( )
0,7𝐹𝑦 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝑆𝑥ℎ𝑜 𝐸

200000 78906.66667 78906.66667 2 0,7 .250 2


𝐿𝑟 = 1,95 . 26.5747 √ + √( ) + 6,67( )
0,7 .250 1860000.170 1860000.170 200000

= 2974.823294 mm
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil :
Lp = 1065.298792 mm
Lb = 7000 mm
Lr = 2974.823294 mm
Diperoleh kesimpulan Lp ≤ Lb ≤ Lr maka digunakan keadaan batas dari
tekuk torsi-lateral.

2. Perhitungan Tekuk Torsi Lateral


𝐿 − 𝐿𝑝
Mn = Cb ∙ [Mp – (Mp – 0.7 ∙ Fy ∙ Sx) ( )] ≤ 𝑀𝑝
𝐿𝑟 − 𝐿 𝑝
12.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
Cb =
2.5 𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 + 3𝑀𝐴 + 4𝑀𝐵 + 3𝑀𝐶

12,5 132649291
Cb =
2,5 . 132649291 + 3.23996780,8 + 4. 98517926,76 + 3. 49388702,7
Cb = 0.931656494
7000 − 1622,8383
Mn = 0.9316 ∙ [361803000 – (361803000 – 0.7 ∙ 250 ∙ 1280000) ( )] ≤ 𝑀𝑝
7972,2582 − 1622,8383

3882000N.mm ≤ 52100000 N.mm……….. (OK)


Maka mn yang digunakan adalah Mn akibat tekuk torsi lateral =
386658217.4 N.mm
ØMn = 0,9 . 386658217.4 = 46890000 N.mm
Kontrol :
ØMn ≥ Mu
299296483 N.mm ≥ 3882000 N.mm……. (AMAN)
Rasio :

190
1 ≥ 0.082789507

6.2.1.2 Analisa Geser Balok


Pada kasus ini dianggap bahwa balok merupakan tipe tanpa pengaku,
untuk badan dari profil simetris ganda tunggal serta kanal lainnya, kecuali PSB
bundar, koefisien geser badan, Cv ditentukan sebagai berikut :
Untuk badan pengaku transversal :

< 260, 𝐾𝑣 = 5
𝑡𝑤
180
< 260 𝐾𝑣 = 5  30 < 260, 𝐾𝑣 = 5
10

ℎ 𝐾𝑣. 𝐸
≤ 1.10 √
𝑡𝑤 𝑓𝑦

180 5.200000
≤ 1.10 √  30 ≤ 69,5701
10 250

Maka ditentukan Cv = 1
Memenuhi syarat balok tanpa pengaku
Kuat geser pelat badan tanpa pengaku :
𝐴𝑤 = 𝑡𝑤 . ℎ𝑡
ht = h – 2tf
ht = 180 - (2.10) = 180 – 20 = 160
Aw = 160 x 6 = 960 mm2
Menghitung Vn
𝑉𝑛 = 0.6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 . 𝐶𝑣 =
= 0,6 . 250 . 960 . 1 = 144000 N
ØVn = 0,9 x 144000 N = 129600 N
Berdasarkan hasil analisis pemodelan SAP 2000 untuk gaya geser di balok No.558
maksimum terdapat pada kombinasi 1,2D + 1,6L + 0,5R.
Vu = 5106.46 N

Kontrol :
ØVn ≥ Vu
129600 N ≥ 5106.46 N……. (AMAN)

191
Rasio :
1 ≥ 0.039401698

6.2.1.3 Kontrol Lendutan


1 1
fiijin = 360 L = . 7000 = 9,722 mm
360

dari perhitungan SAP 2000 lendutan maksimum yang terjadi pada kolom yaitu :
f = 0.660312 mm

Gambar 6. 3. Lendutan Maksimum Akibat M3-3 pada Kolom No.558.


Sumber : Hasil Analisis SAP 2000

Kontrol Lendutan:
fijin ≥ f
𝟗, 𝟕𝟐𝟐 mm ≥ 0.660312 mm ……. (AMAN)
Rasio :
1 ≥ 0.067917806

192
BAB VII

PERENCANAAN SAMBUNGAN

7.1. Perencanaan Sambungan Kolom-Balok Pada Sayap (Kolom – Balok


Lantai 2 dan Lantai 3
Sambungan Balok IWF 350x150x12x24 pada sayap kolom HB
500x200x10x16
Data Kolom (HB 500x200x10x16) :
- H = 500 mm
- B = 200 mm
- tf = 16 mm
- tw = 10 mm
- r = 20 mm
- A = 11400 mm2
- Berat = 89,65 kg/m
- Ix = 4780000000 mm4
- Iy = 21400000 mm4
- ix = 204,6 mm
- iy = 43,3 mm
- Sx = 1912000 mm3
- Sy = 214000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 2096360 mm3
- Zy = 331700 mm3

Data Balok (IWF 350 x 150 x 12 x 24)


- H = 350 mm
- B = 150 mm
- tf = 24 mm

193
- tw = 12 mm
- r = 25 mm
- A = 11110 mm2
- Berat = 87,21 kg/m
- Ix = 224000000 mm4
- Iy = 11800000 mm4
- ix = 142 mm
- iy = 32,6 mm
- Sx = 1280000 mm3
- Sy = 157000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 1447212 mm3
- Zy = 280872 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 20 mm
- Diameter lubang (dl) = 20 + 2 = 22 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 202 = 314,1592 mm2
4

- tp sayap = 16 mm
- tp end = 18 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 46 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 171007.29 N
- Mu = 16553.3 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 15 mm

194
7.1.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate
a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 407376𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 407376 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁
b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 22 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 389664 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 389664 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 292248 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 292248 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛𝑡 = 292248 𝑁

7.1.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap.


a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 19 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 430008 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 430008 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 322506 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 22 ∙ 19 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 411312 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0,75 ∙ 411312 𝑁

195
∅𝑅𝑛𝑡 = 308484 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 322506 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 308484 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛𝑡 = 308484 𝑁

7.1.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 314,159 ∙ 2
𝑅𝑛 = 363796,4293 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 363796,4293 𝑁
∅𝑅𝑛 = 272847,322 𝑁

7.1.4. Jumlah Baut


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 272847,322 N
Nilai Vu = 171007.29 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛
171007.29
𝑛= = 0.626750846
272847,322
𝑛 ≈ 4 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 8 baut

7.1.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser.

𝑉𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
171007.29
𝑉𝑏 = < 272847,322 𝑁
8

196
𝑉𝑏 = 21375.91125 < 272847,322 𝑁….(OK)

7.1.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 216 mm
- S1atau Pt = 40 mm
b. Jarak Antar Baut
- Smin = 3 ∙ 20 = 60 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 14 x 18 = 252 mm
- S atau Pb = 90 mm

7.1.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum


- tf = 24 mm
- bf = 150 mm
- d = 350 mm
- lc = 46 mm
- g = 150 – (2 x 46) = 58 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 90 = 130 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 24 = 16 mm
- x = 15 mm
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 350 − 130
𝑢= √150 ∙ 58 ∙ ( )
2 350 − 40

𝑢 = 39,2880 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

197
Gambar 7. 1.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok.

7.1.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End Plate

𝑀𝑢 16553.3
𝐴= = = 73.57022222
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
150 350 − 40 350 − 130
𝐵= ∙( + ) = 1458.724672
2 16 39,2880
350 − 40
𝐶 = 2(16 + 90 + 39,2880) [ ] = 1553,0788
58
1/2
𝐴 1/2 73.57022222
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 1458,7246 + 1553,0788
= 0.156292349
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
18 ≥ 0.156292….(OK)

198
7.1.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat
𝑏𝑓 𝑑 − 𝑃𝑡 𝑑 − 𝑃𝑡2 𝑑 − 𝑃𝑡
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝 2 ∙ ∙ ( + ) + (𝑃𝑓 + 𝑃𝑏 + 𝑢) ( )
2 𝑃𝑡 𝑢 𝑔
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝2 ∙ 𝐵 + 𝐶
𝑀𝑝𝑙 = 250 ∙ 182 ∙ 1458,7246 + 1553,0788
𝑀𝑝𝑙 = 243956082,6 𝑁𝑚𝑚
∅𝑀𝑝𝑙 = 0.9 ∙ 243956082,6 = 219560474,3 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑝𝑙 > 𝑀𝑢
219560474,3 𝑁𝑚𝑚 > 16553.3 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.1.10. Kuat Sambungan didasarkan pada baut tanpa efek prying


1 1
𝑑1 = 𝑑 − ( ∙ 𝑡𝑓) − 𝑝𝑡 = 350 − ( ∙ 24) − 40
2 2
𝑑1 = 298 𝑚𝑚
𝑑2 = 𝑑1 − 𝑝𝑏
𝑑2 = 298 − 80 = 208 𝑚𝑚
𝑑3 = 𝑑2 − 𝑝𝑏
𝑑3 = 208 − 90 = 118 𝑚𝑚
𝑑4 = 𝑑3 − 𝑝𝑏
𝑑4 = 118 − 90 = 28 𝑚𝑚
Kekuatan tarik nominal baut
𝑃𝑛 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑛𝑡
𝑃𝑛 = 314,1592 ∙ 780
𝑃𝑛 = 245044,227 𝑁

199
Gambar 7. 2.Kekuatan Tarik Nominal Baut.

7.1.11. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek


congkel
𝑀𝑛𝑝 = 2 ∙ 𝑃𝑡 ∙ (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4)
𝑀𝑛𝑝 = 2 . 40 . (298 + 208 + 118 + 28) = 319537672 𝑁. 𝑚𝑚
∅𝑀𝑛𝑝 = 0.75 ∙ 319537672 = 239653254 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑛𝑝 > 𝑀𝑢
239653254 𝑁𝑚𝑚 > 16553.3 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.1.12. Kontrol Kekuatan baut terhadap Tarik


- d1 = 10 mm
- d2 = 100 mm
- d3 = 190 mm
- d4 = 280 mm
𝛴𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22 + 𝑑32 + 𝑑42
Ʃ𝑑𝑖 = 124600 mm
Gaya tarik perlu
𝑀𝑢 ∙ 𝑑1 16553.3 ∙ 10
𝑇𝑢1 = = = 1.328515249 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600
𝑀𝑢 ∙ 𝑑2 16553.3 ∙ 100
𝑇𝑢2 = = = 13.28515249 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600

200
𝑀𝑢 ∙ 𝑑3 16553.3 ∙ 190
𝑇𝑢3 = = = 25.24178973 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600
𝑀𝑢 ∙ 𝑑4 16553.3 ∙ 280
𝑇𝑢4 = = = 37.19842697 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600
Gaya tarik 1 baut
𝑇𝑏 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑢𝑏
𝑇𝑏 = 314,1592 ∙ 780
𝑇𝑏 = 245044,227 𝑁
Karena pada sambungan terdapat 2 baut dalam 1 baris maka:
∅𝑇𝑑 = ∅ ∙ 2 ∙ 𝑇𝑏
∅𝑇𝑑 = 0.75 ∙ 2 ∙ 245044,227
∅𝑇𝑑 = 367566,3405 𝑁
Syarat,
∅𝑇𝑑 > 𝑇𝑢

Tabel 7. 1. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik

∅𝑇𝑑 𝑇𝑢 Kontrol
367566.3405 N > 1.328515249 N OK
367566.3405 N > 13.28515249 N OK
367566.3405 N > 25.24178973 N OK
367566.3405 N > 37.19842697 N OK

7.1.13. Perhitungan las fillet pada penghubung sambungan geser


- Elektrode E70 (Fuw) = 483 MPa
- Tebal pelat tertipis = 18 mm
- Tebal las (a) = 15 mm
- Tinggi las (te) = 10,605 mm
- Panjang bagian yang di las (L)
𝐿 = (2 ∙ 𝑏) + (4 ∙ 𝑡𝑓 ) + (2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑟𝑜) + (2 ∙ (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤 − 2 − 𝑟𝑜)) + (
∙ (𝑑 − 2 ∙ 𝑡𝑓 − 2 ∙ 𝑟𝑜))
L = 1276 mm
Luas Efektif (Awe)

201
𝐴𝑤𝑒 = 𝐿 ∙ 𝑡𝑒
𝐴𝑤𝑒 = 1276 ∙ 10,605
𝐴𝑤𝑒 = 13531,98 𝑚𝑚2
Kuat nominal per mm2
𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 𝐹𝑢𝑤
𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 483
𝐹𝑛𝑤 = 289,8 𝑀𝑃𝑎
Kuat nominal las
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑤 ∙ 𝐴𝑤𝑒
𝑅𝑛 = 289.8 ∙ 13531,98
𝑅𝑛 = 3921567,804 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 3921567,804 𝑁
∅𝑅𝑛 = 2941175,853 N

7.1.14. Gaya tarik yang bekerja pada kolom


𝐹 = 𝐴𝑠 ∙ 𝐹𝑦
𝐹 = 11110 ∙ 250
𝐹 = 2777500 𝑁

Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝐹
2941175,853 𝑁 > 2777500 𝑁….(OK)

7.1.15. Kontrol Kekuatan baut terhadap kombinasi geser dan tarik


- Fnt = 780 MPa
- Fnv = 579 MPa
- Ab = 314,1592 mm2
- Vu = 171007.29 N
- Frv = 544.3331102 MPa
- ∅ = 0.75
𝐹𝑛𝑡
𝐹 ′𝑛𝑡 = 1.3𝐹𝑛𝑡 − . 𝐹𝑟𝑣 ≤ 𝐹𝑛𝑡
∅𝐹𝑛𝑣

202
780
𝐹 ′𝑛𝑡 = 1.3 ∙ 780 − . 544.3331102 ≤ 𝐹𝑛𝑡
0.75 ∙ 579
𝐹 ′𝑛𝑡 = 36.2686795 𝑀𝑃𝑎 ≤ 780 𝑀𝑃𝑎 karena F’nt dengan nilai min
maka tidak dipakai
Digunakan nilai nilai Fnt = 780 Mpa
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑡 ∙ 𝐴𝑏
𝑅𝑛 = 780 ∙ 314,159
𝑅𝑛 = 245044,227 N
182133,99
𝑛=
245044,227
𝑛 = 0.697862962
Karena digunakan 2 baut dalam 1 baris maka:
𝑅𝑛 = 2 ∙ 245044,227 = 490088,454 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 490088,454
∅𝑅𝑛 = 367566,3405 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝑇𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠
367566,3405 𝑁 > 37.19842697…(OK)

7.1.16. Gambar Kesimpulan

203
Gambar 7. 3. Sambungan Kolom-Balok Pada Bagian Sayap

7.2. Perencanaan Sambungan Kolom-Balok Pada Badan (Kolom-Balok


Lantai 2 dan Lantai 3)
Sambungan Balok IWF 350x150x12x24 pada sayap kolom HB
350x350x12x19
Data Kolom (HB 350 x 350 x 12 x 19) :
- H = 500 mm
- B = 200 mm
- tf = 16 mm
- tw = 10 mm
- r = 20 mm
- A = 11400 mm2
- Berat = 89,65 kg/m
- Ix = 4780000000 mm4
- Iy = 21400000 mm4
- ix = 204,6 mm
- iy = 43,3 mm
- Sx = 1912000 mm3
- Sy = 214000 mm3

204
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 2096360 mm3
- Zy = 331700 mm3

Data Balok (IWF 350 x 150 x 12 x 24)


- H = 350 mm
- B = 150 mm
- tf = 24 mm
- tw = 12 mm
- r = 25 mm
- A = 11110 mm2
- Berat = 87,21 kg/m
- Ix = 224000000 mm4
- Iy = 11800000 mm4
- ix = 142 mm
- iy = 32,6 mm
- Sx = 1280000 mm3
- Sy = 157000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 1447212 mm3
- Zy = 280872 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 20 mm
- Diameter lubang (dl) = 20 + 2 = 22 mm

205
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = 4
. 𝜋. 202 = 314,1592 mm2

- tp badan = 12 mm
- tp end = 18 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 46 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 171007.29 N
- Mu = 16553.3 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 10 mm

7.2.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 407376𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 407376 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁
b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 22 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 389664 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 389664 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 292248 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 292248 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛𝑡 = 292248 𝑁

7.2.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Badan.


a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu

206
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 12 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 271584 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 271584 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 203688 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 22 ∙ 12 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 259776 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 259776 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 194832 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 203688 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 194832 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛𝑡 = 194832 𝑁

7.2.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 314,159 ∙ 2
𝑅𝑛 = 363796,4293 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 363796,4293 𝑁
∅𝑅𝑛 = 272847,322 𝑁

7.2.4. Perhitungan Jumlah Baut.


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 194832 N
Nilai Vu = 182133,99 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛

207
182133,99
𝑛= = 0.877716648
194832
𝑛 ≈ 4 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 8 baut

7.2.5. Kontrol Kekuatan Baut terhadap Geser


𝑉𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
0.877716648
𝑉𝑏 = < 194832 𝑁
8
𝑉𝑏 = 21375.91125 < 194832 𝑁….(OK)

7.2.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 216 mm
- S1atau Pt = 45 mm

b. Jarak Antar Baut


- Smin = 3 ∙ 20 = 60 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 14 x 18 = 252 mm
- S atau Pb = 90 mm

7.2.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum


- tf = 24 mm
- bf = 150 mm
- d = 350 mm
- lc = 46 mm
- g = 150 – (2 x 46) = 58 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 90 = 135 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 24 = 21 mm
- x = 10 mm

208
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 350 − 135
𝑢= √150 ∙ 58 ∙ ( )
2 350 − 40

𝑢 = 39.156056𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

Gambar 7. 4.Tata Letak Sambungan End Plate Balok

7.2.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate

𝑀𝑢 16553.3
𝐴= = = 73.57022222
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
150 350 − 40 350 − 135
𝐵= ∙( + ) = 1094.776564
2 21 39,2880

209
350 − 40
𝐶 = 2(21 + 90 + 39,2880) [ ] = 1579.227485
58
1/2
𝐴 1/2 73.57022222
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 1094.776564 + 579.2274858
= 0.16587
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
18 ≥ 0.165870825….(OK)

7.2.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat


𝑏𝑓 𝑑 − 𝑃𝑡 𝑑 − 𝑃𝑡2 𝑑 − 𝑃𝑡
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝 2 ∙ ∙ ( + ) + (𝑃𝑓 + 𝑃𝑏 + 𝑢) ( )
2 𝑃𝑡 𝑢 𝑔
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝2 ∙ 𝐵 + 𝐶
𝑀𝑝𝑙 = 250 ∙ 182 ∙ 1094.776564 + 1579.227485
𝑀𝑝𝑙 = 216594328 𝑁𝑚𝑚
∅𝑀𝑝𝑙 = 0.9 ∙ 216594328 = 194934895.2 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑝𝑙 > 𝑀𝑢
194934895.2 𝑁𝑚𝑚 > 16553.3 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.2.10. Kuat Sambungan didasarkan pada baut tanpa efek prying


1 1
𝑑1 = 𝑑 − ( ∙ 𝑡𝑓) − 𝑝𝑡 = 350 − ( ∙ 24) − 40
2 2
𝑑1 = 298 𝑚𝑚
𝑑2 = 𝑑1 − 𝑝𝑏
𝑑2 = 298 − 80 = 208 𝑚𝑚
𝑑3 = 𝑑2 − 𝑝𝑏
𝑑3 = 208 − 90 = 118 𝑚𝑚
𝑑4 = 𝑑3 − 𝑝𝑏
𝑑4 = 118 − 90 = 23 𝑚𝑚
Kekuatan tarik nominal baut
𝑃𝑛 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑛𝑡
𝑃𝑛 = 314,1592 ∙ 780

210
𝑃𝑛 = 245044,227 𝑁

Gambar 7. 5. Kuat Sambungan Tanpa Efek Prying.

7.2.11. Kapasitas Sambungan End-Platee didasarkan kekuatan buat tanpa efek


praying/congkel
𝑀𝑛𝑝 = 2 ∙ 𝑃𝑡 ∙ (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4)
𝑀𝑛𝑝 = 2 . 40 . (298 + 208 + 118 + 23) = 309735902.9 𝑁. 𝑚𝑚
∅𝑀𝑛𝑝 = 0.75 ∙ 309735902.9 = 232301927.2 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑛𝑝 > 𝑀𝑢
232301927.2 𝑁𝑚𝑚 > 16553.3 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.2.12. Kontrol Kekuatan baut terhadap Tarik


- d1 = 10 mm
- d2 = 100 mm
- d3 = 190 mm
- d4 = 280 mm
𝛴𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22 + 𝑑32 + 𝑑42
Ʃ𝑑𝑖 = 124600 mm
Gaya tarik perlu
𝑀𝑢 ∙ 𝑑1 132649291 ∙ 10
𝑇𝑢1 = = = 1.328515249 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600

211
𝑀𝑢 ∙ 𝑑2 132649291 ∙ 100
𝑇𝑢2 = = = 13.28515249 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600
𝑀𝑢 ∙ 𝑑3 132649291 ∙ 190
𝑇𝑢3 = = = 25.24178973 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600
𝑀𝑢 ∙ 𝑑4 132649291 ∙ 280
𝑇𝑢4 = = = 298088,2944 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 124600
Gaya tarik 1 baut
𝑇𝑏 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑢𝑏
𝑇𝑏 = 314,1592 ∙ 780
𝑇𝑏 = 245044,227 𝑁
Karena pada sambungan terdapat 2 baut dalam 1 baris maka:
∅𝑇𝑑 = ∅ ∙ 2 ∙ 𝑇𝑏
∅𝑇𝑑 = 0.75 ∙ 2 ∙ 245044,227
∅𝑇𝑑 = 367566,3405 𝑁
Syarat,
∅𝑇𝑑 > 𝑇𝑢
Tabel 7. 2.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik

∅𝑇𝑑 𝑇𝑢 Kontrol
367566,3405 N > 1.328515249 N OK
367566,3405 N > 13.28515249 N OK
367566,3405 N > 25.24178973 N OK
367566,3405 N > 37.19842697 N OK

7.2.13. Perhitungan las fillet pada penghubung sambungan geser

- Elektrode E70 (Fuw) = 483 MPa


- Tebal pelat tertipis = 12 mm
- Tebal las (a) = 15 mm
- Tinggi las (te) = 10,605 mm
- Panjang bagian yang di las (L)
𝐿 = (2 ∙ 𝑏) + (4 ∙ 𝑡𝑓 ) + (2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑟𝑜) + (2 ∙ (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤 − 2 − 𝑟𝑜)) + (
∙ (𝑑 − 2 ∙ 𝑡𝑓 − 2 ∙ 𝑟𝑜))

212
L = 1276 mm

Luas Efektif (Awe)


𝐴𝑤𝑒 = 𝐿 ∙ 𝑡𝑒
𝐴𝑤𝑒 = 1276 ∙ 10,605
𝐴𝑤𝑒 = 13531,98 𝑚𝑚2

Kuat nominal per mm2


𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 𝐹𝑢𝑤
𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 483
𝐹𝑛𝑤 = 289,8 𝑀𝑃𝑎
Kuat nominal las
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑤 ∙ 𝐴𝑤𝑒
𝑅𝑛 = 289.8 ∙ 13531,98
𝑅𝑛 = 3921567,804 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 3921567,804 𝑁
∅𝑅𝑛 = 2941175,853 N

7.2.14. Gaya tarik yang bekerja pada kolom


𝐹 = 𝐴𝑠 ∙ 𝐹𝑦
𝐹 = 11110 ∙ 250
𝐹 = 2777500 𝑁

Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝐹
2941175,853 𝑁 > 2777500 𝑁….(OK)

7.2.15. Kontrol Kekuatan baut terhadap kombinasi geser dan tarik


- Fnt = 780 MPa
- Fnv = 579 MPa
- Ab = 314,1592 mm2
- Vu = 171007.29 N
- Frv = 544.3331102 MPa

213
- ∅ = 0,75
𝐹𝑛𝑡
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3𝐹𝑛𝑡 − . 𝐹𝑟𝑣 ≤ 𝐹𝑛𝑡
∅𝐹𝑛𝑣
780
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3 ∙ 780 − . 544.3331102 ≤ 𝐹𝑛𝑡
0.75 ∙ 579
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 36.2686795 𝑀𝑃𝑎 ≤ 780 𝑀𝑃𝑎 karena F’nt dengan nilai min maka
tidak dipakai:
Digunakan nilai nilai Fnt = 780 Mpa
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑡 ∙ 𝐴𝑏
𝑅𝑛 = 780 ∙ 314,159
𝑅𝑛 = 245044,227 N
182133,99
𝑛=
245044,227
𝑛 = 0.697862962
Karena digunakan 2 baut dalam 1 baris maka:
𝑅𝑛 = 2 ∙ 245044,227 = 490088,454 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 490088,454
∅𝑅𝑛 = 367566,3405 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝑇𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠
367566,3405 𝑁 > 37.19842697…(OK)

7.2.16. Gambar Kesimpulan

214
Gambar 7. 6.Sambungan Kolom-Balok Pada Bagian Badan.

7.3. Perencenaan Sambungan Kolom-Balok Pada Sayap (Kolom Utama-


Ring Balok)
Sambungan Balok IWF 200x150x9x16 pada sayap kolom HB
350x350x12x19
Data Kolom (HB 350 x 350 x 12 x 19) :
- H = 500 mm
- B = 200 mm
- tf = 16 mm
- tw = 10 mm
- r = 20 mm
- A = 11400 mm2
- Berat = 89,65 kg/m
- Ix = 4780000000 mm4
- Iy = 21400000 mm4
- ix = 204,6 mm
- iy = 43,3 mm
- Sx = 1912000 mm3
- Sy = 214000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa

215
- fu = 410 Mpa
- Zx = 2096360 mm3
- Zy = 331700 mm3

Data Balok (IWF 180 x 100 x 6 x 10)


- H = 180 mm
- B = 100 mm
- tf = 10 mm
- tw = 6 mm
- r1 = 10 mm
- r2 =5
- A = 3006 mm2
- Berat = 23,6 kg/m
- Ix = 167000000 mm4
- Iy = 1380000 mm4
- ix = 74,5 mm
- iy = 21,5 mm
- Sx = 186000 mm3
- Sy = 28000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 208400 mm3
- Zy = 51440 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 16 mm
- Diameter lubang (dl) = 16 + 2 = 18 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 202 = 201,0619 mm2
4

216
- tp sayap = 19 mm
- tp end = 18 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 46 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 30366,19 N
- Mu = 3882000 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 15 mm

7.3.1. Kuat Tumpu Nominal End Pelat


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 407376𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 407376 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁

b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban


𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 318816 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 318816 𝑁

∅𝑅𝑛𝑡 = 239112 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁

∅𝑅𝑛𝑡 = 239112 𝑁

Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :


∅𝑅𝑛 = 239112 𝑁

217
7.3.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap
a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 19 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 430008 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 430008 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 322506 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 19 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 336528 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0,75 ∙ 336528 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 252396 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 322506 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 252396 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛 = 252396 𝑁

7.3.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 201,0619 ∙ 2
𝑅𝑛 = 232829,7147 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 232829,7147 𝑁
∅𝑅𝑛 = 174622,2861 𝑁

7.3.4. Jumlah Baut


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 174622,2861 N
Nilai Vu = 30366,19 N

218
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛
30366,19
𝑛= = 0,17389
174622,2861
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 6 baut

7.3.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser


𝑅𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
30366,19
𝑉𝑏 = < 174622,2861 𝑁
6
𝑉𝑏 = 5061,0316 < 174622,2861 𝑁….(OK)

7.3.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 12 x 18 = 216 mm
- S1atau Pt = 40 mm

b. Jarak Antar Baut


- Smin = 3 ∙ 16 = 48 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 14 x 18 = 252 mm
- S atau Pb = 60 mm

7.3.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum


- tf = 10 mm
- bf = 100 mm
- d = 180 mm
- lc = 46 mm
- g = 150 – (2 x 46) = 8 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 60 = 100 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 16 = 30 mm
- x = 15 mm

219
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 180 − 100
𝑢= √100 ∙ 8 ∙ ( )
2 180 − 40

𝑢 = 10.69044968 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

Gambar 7. 7.Tata Letak Baut Sambungan End-Plate Balok.

7.3.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate

220
𝑀𝑢 3882000
𝐴= = = 17253.33333
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
150 180 − 40 180 − 100
𝐵= ∙( + ) = 240.8166481
2 24 36,8697
200 − 40
𝐶 = 2(24 + 60 + 36,8697) [ ] = 3524.165739
58
1/2
𝐴 1/2 17253.33333
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 240.8166481 + 3524.165739
= 2.1406
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
18 ≥ 2.1406….(OK)

7.3.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat


𝑏𝑓 𝑑 − 𝑃𝑡 𝑑 − 𝑃𝑡2 𝑑 − 𝑃𝑡
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝 2 ∙ ∙ ( + ) + (𝑃𝑓 + 𝑃𝑏 + 𝑢) ( )
2 𝑃𝑡 𝑢 𝑔
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝2 ∙ 𝐵 + 𝐶
𝑀𝑝𝑙 = 250 ∙ 182 ∙ 240.8166481 + 3524.165739
𝑀𝑝𝑙 = 304963573.3 𝑁𝑚𝑚
∅𝑀𝑝𝑙 = 0.9 ∙ 304963573.3 = 274467216 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑝𝑙 > 𝑀𝑢
304963573.3 𝑁𝑚𝑚 > 3882000 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.3.10. Kuat Sambungan Didasarkan Pada Baut Tanpa Efek Prying


1 1
𝑑1 = 𝑑 − ( ∙ 𝑡𝑓) − 𝑝𝑡 = 200 − ( ∙ 16) − 40
2 2
𝑑1 = 135 𝑚𝑚
𝑑2 = 𝑑1 − 𝑝𝑏
𝑑2 = 152 − 60 = 75 𝑚𝑚
𝑑3 = 𝑑2 − 𝑝𝑏
𝑑3 = 92 − 60 = 15 𝑚𝑚
Kekuatan tarik nominal baut

221
𝑃𝑛 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑛𝑡
𝑃𝑛 = 201,0619 ∙ 780
𝑃𝑛 = 156828,3053 𝑁

Gambar 7. 8.Sambungan Tampa Efek Prying.

7.3.11. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek


praying/congkel
𝑀𝑛𝑝 = 2 ∙ 𝑃𝑡 ∙ (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3)
𝑀𝑛𝑝 = 2 . 40 . (135 + 75 + 15) = 70572737.37 𝑁. 𝑚𝑚
∅𝑀𝑛𝑝 = 0.75 ∙ 86569224,51 = 52929553.03 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑛𝑝 > 𝑀𝑢
52929553.03 𝑁𝑚𝑚 > 3882000 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.3.12. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik


- d1 = 8 mm
- d2 = 68 mm
- d3 = 128 mm
𝛴𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22 + 𝑑32
Ʃ𝑑𝑖 = 21072 mm
Gaya tarik perlu

222
𝑀𝑢 ∙ 𝑑1 3882000 ∙ 8
𝑇𝑢1 = = = 1473.8041 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 21072
𝑀𝑢 ∙ 𝑑2 3882000 ∙ 68
𝑇𝑢2 = = = 12527.33485 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 21072
𝑀𝑢 ∙ 𝑑3 3882000 ∙ 128
𝑇𝑢3 = = = 23580.8656 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 21072
Gaya tarik 1 baut
𝑇𝑏 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑢𝑏
𝑇𝑏 = 201,0619 ∙ 780
𝑇𝑏 = 156828,30 𝑁
Karena pada sambungan terdapat 2 baut dalam 1 baris maka:
∅𝑇𝑑 = ∅ ∙ 2 ∙ 𝑇𝑏
∅𝑇𝑑 = 0.75 ∙ 2 ∙ 156828,30
∅𝑇𝑑 = 235242,4579 𝑁
Syarat,
∅𝑇𝑑 > 𝑇𝑢
Tabel 7. 3.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik.

∅𝑇𝑑 𝑇𝑢 Kontrol
235242,4579 > 1473.8041 OK
235242,4579 > 12527.33485 OK
235242,4579 > 23580.8656 OK

7.3.13. Perhitungan Las Fillet pada Penghubung Sambungan Geser


- Elektrode E70 (Fuw) = 483 MPa
- Tebal pelat tertipis = 18 mm
- Tebal las (a) = 15 mm
- Tinggi las (te) = 10,605 mm
- Panjang bagian yang di las (L)
𝐿 = (2 ∙ 𝑏) + (4 ∙ 𝑡𝑓 ) + (2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑟𝑜) + (2 ∙ (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤 − 2 − 𝑟𝑜)) + (
∙ (𝑑 − 2 ∙ 𝑡𝑓 − 2 ∙ 𝑟𝑜))
L = 748 mm
Luas Efektif (Awe)
𝐴𝑤𝑒 = 𝐿 ∙ 𝑡𝑒

223
𝐴𝑤𝑒 = 982 ∙ 10,605
𝐴𝑤𝑒 = 7932.54 𝑚𝑚2
Kuat nominal per mm2
𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 𝐹𝑢𝑤
𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 483
𝐹𝑛𝑤 = 289,8 𝑀𝑃𝑎
Kuat nominal las
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑤 ∙ 𝐴𝑤𝑒
𝑅𝑛 = 289.8 ∙ 7932.54
𝑅𝑛 = 2298850.092 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 2298850.092 𝑁
∅𝑅𝑛 = 1724137.569 N

7.3.14. Gaya Tarik yang Bekerja Pada Kolom


𝐹 = 𝐴𝑠 ∙ 𝐹𝑦
𝐹 = 6416 ∙ 250
𝐹 = 751500 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝐹
1724137.569 𝑁 > 751500 𝑁….(OK)

7.3.15. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Kombinasi Geser dan Tarik


- Fnt = 780 MPa
- Fnv = 579 MPa
- Ab = 201,0619 mm2
- Vu = 30366,19 N
- Frv = 151,0290 MPa
- ∅ = 0.75
𝐹𝑛𝑡
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3𝐹𝑛𝑡 − . 𝐹𝑟𝑣 ≤ 𝐹𝑛𝑡
∅𝐹𝑛𝑣
780
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3 ∙ 780 − . 151,0290 ≤ 𝐹𝑛𝑡
0.75 ∙ 579

224
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 742.7215 𝑀𝑃𝑎 ≤ 780 𝑀𝑃𝑎
Digunakan nilai nilai F’nt = 742,7215Mpa
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑡 ∙ 𝐴𝑏
𝑅𝑛 = 780 ∙ 201,0619
𝑅𝑛 = 156828.3053 N
30366,19
𝑛=
149333,0359
𝑛 = 0.193626973
Karena digunakan 2 baut dalam 1 baris maka:
𝑅𝑛 = 2 ∙ 149333,0359 = 313656.6105 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 298666,0718
∅𝑅𝑛 = 235242.4579 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝑇𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠
235242.4579 𝑁 > 23580.8656…(OK)

7.3.16. Gambar Kesimpulan

225
Gambar 7. 9.Sambungan Kolom-Ring Balok pada Sayap.

7.4. Perencanaan Sambungan Kolom-Balok Pada Badan (Kolom Utama-


Ring Balok)
Sambungan Balok IWF 200x150x9x16 pada sayap kolom HB
350x350x12x19
Data Kolom (HB 350 x 350 x 12 x 19) :
- H = 500 mm
- B = 200 mm
- tf = 16 mm
- tw = 10 mm
- r = 20 mm
- A = 11400 mm2
- Berat = 89,65 kg/m
- Ix = 4780000000 mm4
- Iy = 21400000 mm4
- ix = 204,6 mm
- iy = 43,3 mm
- Sx = 1912000 mm3
- Sy = 214000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa

226
- Zx = 2096360 mm3
- Zy = 331700 mm3

Data Balok (IWF 180 x 100 x 6 x 10)


- H = 180 mm
- B = 100 mm
- tf = 10 mm
- tw = 6 mm
- r1 = 10 mm
- r2 =5
- A = 3006 mm2
- Berat = 23,6 kg/m
- Ix = 167000000 mm4
- Iy = 1380000 mm4
- ix = 74,5 mm
- iy = 21,5 mm
- Sx = 186000 mm3
- Sy = 28000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 208400 mm3
- Zy = 51440 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 16 mm
- Diameter lubang (dl) = 16 + 2 = 18 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 202 = 201,0619 mm2
4 4

- tp sayap = 19 mm

227
- tp end = 18 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 46 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 30366,19 N
- Mu = 3882000 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 15 mm

7.4.1. Kuat Tumpu Nominal End Pelat


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 407376𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 407376 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁

b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban


𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 18 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 318816 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 318816 𝑁

∅𝑅𝑛𝑡 = 239112 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 305532 𝑁

∅𝑅𝑛𝑡 = 239112 𝑁

Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :


∅𝑅𝑛 = 239112 𝑁

7.4.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap


a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu

228
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 19 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 271584 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 271584 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 203688 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 12 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 212544 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0,75 ∙ 212544 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 159408 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 203688 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 159408 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yaitu :
∅𝑅𝑛 = 159408 𝑁

7.4.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 201,0619 ∙ 2
𝑅𝑛 = 232829,7147 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 232829,7147 𝑁
∅𝑅𝑛 = 174622,2861 𝑁

7.4.4. Jumlah Baut


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 159408 N
Nilai Vu = 30366,19 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛

229
30366,19
𝑛= = 0,19049
159408
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 6 baut

7.4.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser


𝑅𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
30366,19
𝑉𝑏 = < 159408 𝑁
6
𝑉𝑏 = 5061,0316 < 159408 𝑁….(OK)

7.4.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 12 x 18 = 216 mm
- S1atau Pt = 40 mm

b. Jarak Antar Baut


- Smin = 3 ∙ 16 = 48 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 14 x 18 = 252 mm
- S atau Pb = 60 mm

7.4.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum


- tf = 10 mm
- bf = 100 mm
- d = 150 mm
- lc = 46 mm
- g = 100 – (2 x 46) = 8 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 60 = 100 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 16 = 30 mm
- x = 15 mm
Menentukan jarak u

230
1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 200 − 100
𝑢= √150 ∙ 58 ∙ ( )
2 200 − 40

𝑢 = 10.69044968 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

Gambar 7. 10.Tata Letak baut Sambungan End-Plate Balok.

7.4.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate

𝑀𝑢 3882000
𝐴= = = 17253.33333
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
150 180 − 40 180 − 100
𝐵= ∙( + ) = 240.8166481
2 24 36,8697

231
200 − 40
𝐶 = 2(24 + 60 + 36,8697) [ ] = 3524.165739
58
1/2
𝐴 1/2 17253.33333
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 240.8166481 + 3524.165739
= 2.1406
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
18 ≥ 2.1406….(OK)

7.4.9. Kontrol Terhadap Leleh Pelat


𝑏𝑓 𝑑 − 𝑃𝑡 𝑑 − 𝑃𝑡2 𝑑 − 𝑃𝑡
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝 2 ∙ ∙ ( + ) + (𝑃𝑓 + 𝑃𝑏 + 𝑢) ( )
2 𝑃𝑡 𝑢 𝑔
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝2 ∙ 𝐵 + 𝐶
𝑀𝑝𝑙 = 250 ∙ 182 ∙ 240.8166481 + 3524.165739
𝑀𝑝𝑙 = 304963573.3 𝑁𝑚𝑚
∅𝑀𝑝𝑙 = 0.9 ∙ 304963573.3 = 274467216 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑝𝑙 > 𝑀𝑢
274467216 𝑁𝑚𝑚 > 3882000 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.4.10. Kuat Sambungan Didasarkan Pada Baut Tanpa Efek Prying


1 1
𝑑1 = 𝑑 − ( ∙ 𝑡𝑓) − 𝑝𝑡 = 200 − ( ∙ 16) − 40
2 2
𝑑1 = 132 𝑚𝑚
𝑑2 = 𝑑1 − 𝑝𝑏
𝑑2 = 152 − 60 = 75 𝑚𝑚
𝑑3 = 𝑑2 − 𝑝𝑏
𝑑3 = 92 − 60 = 15 𝑚𝑚
Kekuatan tarik nominal baut
𝑃𝑛 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑛𝑡
𝑃𝑛 = 201,0619 ∙ 780
𝑃𝑛 = 156828,3053 𝑁

232
Gambar 7. 11.Sambungan Tanpa Efek Prying.

7.4.11. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek


praying/congkel
𝑀𝑛𝑝 = 2 ∙ 𝑃𝑡 ∙ (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3)
𝑀𝑛𝑝 = 2 . 40 . (135 + 75 + 15) = 70572737.37 𝑁. 𝑚𝑚
∅𝑀𝑛𝑝 = 0.75 ∙ 86569224,51 = 52929553.03 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑛𝑝 > 𝑀𝑢
52929553.03 𝑁𝑚𝑚 > 3882000 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.4.12. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik


- d1 = 8 mm
- d2 = 68 mm
- d3 = 128 mm
𝛴𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22 + 𝑑32
Ʃ𝑑𝑖 = 21072 mm
Gaya tarik perlu
𝑀𝑢 ∙ 𝑑1 3882000 ∙ 8
𝑇𝑢1 = = = 1473.8041 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 21072
𝑀𝑢 ∙ 𝑑2 3882000 ∙ 68
𝑇𝑢2 = = = 12527.33485 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 21072

233
𝑀𝑢 ∙ 𝑑3 3882000 ∙ 128
𝑇𝑢3 = = = 23580.8656 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 21072
Gaya tarik 1 baut
𝑇𝑏 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑢𝑏
𝑇𝑏 = 201,0619 ∙ 780
𝑇𝑏 = 156828,30 𝑁
Karena pada sambungan terdapat 2 baut dalam 1 baris maka:
∅𝑇𝑑 = ∅ ∙ 2 ∙ 𝑇𝑏
∅𝑇𝑑 = 0.75 ∙ 2 ∙ 156828,30
∅𝑇𝑑 = 235242,4579 𝑁
Syarat,
∅𝑇𝑑 > 𝑇𝑢
Tabel 7. 4.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik.

∅𝑇𝑑 𝑇𝑢 Kontrol
235242,4579 > 1473.8041 OK
235242,4579 > 12527.33485 OK
235242,4579 > 23580.8656 OK

7.4.13. Perhitungan Las Fillet pada Penghubung Sambungan Geser


- Elektrode E70 (Fuw) = 483 MPa
- Tebal pelat tertipis = 12 mm
- Tebal las (a) = 15 mm
- Tinggi las (te) = 10,605 mm
- Panjang bagian yang di las (L)
𝐿 = (2 ∙ 𝑏) + (4 ∙ 𝑡𝑓 ) + (2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑟𝑜) + (2 ∙ (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤 − 2 − 𝑟𝑜)) + (
∙ (𝑑 − 2 ∙ 𝑡𝑓 − 2 ∙ 𝑟𝑜))
L = 748 mm
Luas Efektif (Awe)
𝐴𝑤𝑒 = 𝐿 ∙ 𝑡𝑒
𝐴𝑤𝑒 = 982 ∙ 10,605
𝐴𝑤𝑒 = 7932.54 𝑚𝑚2
Kuat nominal per mm2

234
𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 𝐹𝑢𝑤
𝐹𝑛𝑤 = 0,60 ∙ 483
𝐹𝑛𝑤 = 289,8 𝑀𝑃𝑎
Kuat nominal las
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑤 ∙ 𝐴𝑤𝑒
𝑅𝑛 = 289.8 ∙ 10414,11
𝑅𝑛 = 2298850.092 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 2298850.092 𝑁
∅𝑅𝑛 = 1724137.569 N

7.4.14. Gaya Tarik yang Bekerja Pada Kolom


𝐹 = 𝐴𝑠 ∙ 𝐹𝑦
𝐹 = 6416 ∙ 250
𝐹 = 751500 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝐹
1724137.569 𝑁 > 751500 𝑁….(OK)

7.4.15. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Kombinasi Geser dan Tarik


- Fnt = 780 MPa
- Fnv = 579 MPa
- Ab = 201,0619 mm2
- Vu = 30366,19 N
- Frv = 151,0290 MPa
- ∅ = 0.75
𝐹𝑛𝑡
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3𝐹𝑛𝑡 − . 𝐹𝑟𝑣 ≤ 𝐹𝑛𝑡
∅𝐹𝑛𝑣
780
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3 ∙ 780 − . 151,0290 ≤ 𝐹𝑛𝑡
0.75 ∙ 579
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 742.7215 𝑀𝑃𝑎 ≤ 780 𝑀𝑃𝑎
Digunakan nilai nilai F’nt = 742,7215Mpa
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑡 ∙ 𝐴𝑏

235
𝑅𝑛 = 780 ∙ 201,0619
𝑅𝑛 = 156828.3053 N
30366,19
𝑛=
156828.3053
𝑛 = 0.193626973
Karena digunakan 2 baut dalam 1 baris maka:
𝑅𝑛 = 2 ∙ 156828.3053= 313656.6105 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 313656.6105
∅𝑅𝑛 = 235242.4579 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝑇𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠
235242.4579 𝑁 > 23580.8656…(OK)

7.4.16. Gambar Kesimpulan

Gambar 7. 12.Sambungan Kolom - Ring Balok pada Badan

236
7.5. Perencanaan Sambungan Kolom Induk – Kolom Induk
Sambungan Balok HB 500x200x10x16 pada sayap kolom HB
350x350x12x19
Data Kolom (HB 500 x 200 x 10 x 16) :
- H = 500 mm
- B = 200 mm
- tf = 16 mm
- tw = 10 mm
- r = 20 mm
- A = 11400 mm2
- Berat = 89,65 kg/m
- Ix = 4780000000 mm4
- Iy = 21400000 mm4
- ix = 204,6 mm
- iy = 43,3 mm
- Sx = 1912000 mm3
- Sy = 214000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 2096360 mm3
- Zy = 331700 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 20 mm
- Diameter lubang (dl) = 20 + 2 = 22 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 202 = 201,0619 mm2
4

- tp sayap = 10 mm
- tp end = 20 mm

237
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 95 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 39401,06 N
- MuY(M2-2) = 127620838 N.mm
- MuX (M3-3) = 185222447 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 10 mm
Mutu baja sambungan :
- Fu = 410 Mpa
- Fy = 250 Mpa

7.5.1. Kuat Tumpu Nominal End Pelat


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 46 ∙ 20 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 934800 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 934800 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 701100 𝑁

b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban


𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 22 ∙ 20 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 432960 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 432960 𝑁

∅𝑅𝑛𝑡 = 324720 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 701100 𝑁

∅𝑅𝑛𝑡 = 324720 𝑁

Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :


∅𝑅𝑛 = 324720 𝑁

238
7.5.2. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 1 Bidang Geser
𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 314,1592 ∙ 1
𝑅𝑛 = 181898,2146 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 181898,2146 𝑁
∅𝑅𝑛 = 136423.661 𝑁

7.5.3. Jumlah Baut


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas, kuat tumpu yang dipakai
adalah yang terkecil, yaitu :
∅Rn = 136423,661 N
Nilai Vu = 39401,06 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛
39401,06
𝑛= = 0,2888
136423,66
𝑛 ≈ 5 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 10 baut

7.5.4. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Gerser


𝑅𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
39401,06
𝑉𝑏 = < 136423,661 𝑁
10
𝑉𝑏 = 3940,106 𝑁 < 136423,661 𝑁….(OK)

7.5.5. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end = 12 x 20 = 240 mm
- S1atau Pt = 50 mm
b. Jarak Antar Baut
- Smin = 3 ∙ d = 3 x 20 = 60 mm

239
- Smax = 14 ∙ tp end = 14 x 20 = 280 mm
- S atau Pb = 62,5 mm

7.5.6. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum


tf = 16 mm
bf = 200 mm
d = 500 mm
lc = 95 mm
g = 500 – 95 – 10 = 115 mm
Pt2 = S1+S = 112,5 mm
Pf = S1-tf = 34 mm
x = 10 mm
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 500 − 112,5
𝑢= √200 ∙ 196 ∙ ( )
2 500 − 50

𝑢 = 70.36610611 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

Gambar 7. 13 Tata Letak BautSambungan End Plate Kolom

240
7.5.7. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate

𝑀𝑢 127620838
𝐴= = = 567203.7244
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
200 500 − 50 500 − 112,5
𝐵= ∙( + ) = 1329.036324
2 31 116,520
500 − 50
𝐶 = 2(31 + 62,5 + 116,520) [ ] = 1305.908657
115
𝐴 1/2 3694231644 1/2
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 1695,5866 + 642,9206
= 14.6718
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
20 ≥ 14.6718….(OK)

7.5.8. Kontrol Terhadap Leleh Pelat


𝑏𝑓 𝑑 − 𝑃𝑡 𝑑 − 𝑃𝑡2 𝑑 − 𝑃𝑡
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝 2 ∙ ∙ ( + ) + (𝑃𝑓 + 𝑃𝑏 + 𝑢) ( )
2 𝑃𝑡 𝑢 𝑔
𝑀𝑝𝑙 = 𝐹𝑝𝑦 ∙ 𝑡𝑝2 ∙ 𝐵 + 𝐶
𝑀𝑝𝑙 = 250 ∙ 202 ∙ 1329.036324 + 1305.908657
𝑀𝑝𝑙 = 263494498.1 𝑁𝑚𝑚
∅𝑀𝑝𝑙 = 0.9 ∙ 263494498.1 = 237145048.3 𝑁𝑚𝑚
Syarat,
∅𝑀𝑝𝑙 > 𝑀𝑢
237145048.3 𝑁𝑚𝑚 > 127620838 𝑁𝑚𝑚….(OK)

241
7.5.9. Kuat Sambungan Didasarkan Pada Baut Tanpa Efek Prying
1 1
𝑑1 = 𝑑 − (2 ∙ 𝑡𝑓) − 𝑝𝑡 = 500 − (2 ∙ 19) − 50

𝑑1 = 422 𝑚𝑚
𝑑2 = 𝑑1 − 𝑝𝑏
𝑑2 = 422 − 62,5 = 379,5 𝑚𝑚
𝑑3 = 𝑑2 − 𝑝𝑏
𝑑3 = 317 𝑚𝑚
𝑑4 = 𝑑3 − 𝑝𝑏
𝑑4 = 254,5 𝑚𝑚
𝑑5 = 𝑑4 − 𝑝𝑏
𝑑5 = 192 𝑚𝑚
Kekuatan tarik nominal baut
𝑃𝑛 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑛𝑡
𝑃𝑛 = 314,159 ∙ 780
𝑃𝑛 = 245044,227 𝑁

Gambar 7. 14.Sambungan Tanpa Efek Prying.

7.5.10. Kapasitas Sambungan End-Plate didasarkan kekuatan baut tanpa efek


praying/congkel
𝑀𝑛𝑝 = 2 ∙ 𝑃𝑡 ∙ (𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4 + 𝑑5))
𝑀𝑛𝑝 = 776790199.5 𝑁𝑚𝑚
∅𝑀𝑛𝑝 = 0,75 ∙ 776790199.5 = 582592649.6 𝑁𝑚𝑚

242
Syarat,
∅𝑀𝑛𝑝 > 𝑀𝑢
582592649.6 𝑁𝑚𝑚 > 127620838 𝑁𝑚𝑚….(OK)

7.5.11. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Titik


a. Arah X
d1 = 10 mm
d2 = 72,5 mm
d3 = 135 mm
d4 = 197,5 mm
d5 = 260 mm
𝛴𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22 + 𝑑32 + 𝑑42 + 𝑑52
Ʃ𝑑𝑖 = 130187,5 mm
Gaya tarik perlu
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑1
𝑇𝑢𝑥1 = = 14227.36031𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑2
𝑇𝑢𝑥2 = = 103148.3622 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑3
𝑇𝑢𝑥3 = = 192069.3641 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑4
𝑇𝑢𝑥4 = = 280990.3661 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑5
𝑇𝑢𝑥5 = = 369911.368 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2
Jumlah baut dalam 1 baru sebanyak 5 buah, maka :
𝑇𝑢1 = 81647504 = 2845.472061 𝑁
𝑇𝑢𝑥2
𝑇𝑢2 = = 20629.67245 𝑁
5
𝑇𝑢𝑥3
𝑇𝑢3 = = 38413.87283 𝑁
5
𝑇𝑢𝑥4
𝑇𝑢4 = = 56198.07321 𝑁
5
𝑇𝑢𝑥5
𝑇𝑢5 = = 73982.2736 𝑁
5

243
b. Arah-Y
- d1 = 10 mm
- d2 = 125 mm
𝛴𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22
Ʃ𝑑𝑖 = 15725 mm
Gaya tarik perlu
𝑀𝑢𝑦 ∙ 𝑑1
𝑇𝑢𝑦1 = = 14227.36031 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2
𝑀𝑢𝑦 ∙ 𝑑2
𝑇𝑢𝑦2 = = 177842.0038 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2
Jumlah baut dalam 1 baru sebanyak 2 buah, maka :
𝑇𝑢𝑦1
𝑇𝑢1 = = 7113.680154 𝑁
2
𝑇𝑢𝑦2
𝑇𝑢2 = = 88921.00192 𝑁
2
Gaya tarik maksimum yang terjadi adalah Tu = 161805,5192 N
Gaya tarik 1 baut
𝑇𝑏 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑢𝑏
𝑇𝑏 = 314,159 ∙ 780
𝑇𝑏 = 245044.227 𝑁
a. Pada Arah-X
Karena pada sambungan terdapat 5 baut dalam 1 baris maka:
∅𝑇𝑑 = ∅ ∙ 5 ∙ 𝑇𝑏
∅𝑇𝑑 = 0.75 ∙ 5 ∙ 245044,227
∅𝑇𝑑 = 918915.8512 𝑁
Syarat,
∅𝑇𝑑 > 𝑇𝑢

244
Tabel 7. 5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Tarik Arah X

∅𝑇𝑑 𝑇𝑢 Kontrol
918915,8512 N > 14227.36031 OK
918915,8512 N > 103148.3622 OK
918915,8512 N > 192069.3641 OK
918915,8512 N > 280990.3661 OK
918915,8512 N > 369911.368 OK

b. Pada Arah-Y
Karena pada sambungan terdapat 2 baut dalam 1 baris maka:
∅𝑇𝑑 = ∅ ∙ 2 ∙ 𝑇𝑏
∅𝑇𝑑 = 0.75 ∙ 2 ∙ 245044,227
∅𝑇𝑑 = 367566.3405 𝑁
Syarat,
∅𝑇𝑑 > 𝑇𝑢
Tabel 7. 6.Kontrol Kekuatan Baut Terhadap tarik Arah Y

∅𝑇𝑑 𝑇𝑢 Kontrol
367566.3405 N > 14227.36031 OK
367566.3405 N > 177842.0038 OK

7.5.12. Perhitungan Las Fillet pada Penghubung Sambungan Geser


Elektrode E70 (Fuw) = 483 MPa
Tebal pelat tertipis = 12 mm
Tebal las (a) = 15 mm
Tinggi las (te) = 10,605 mm
Panjang bagian yang di las (L)
𝐿 = (2 ∙ 𝑏) + (4 ∙ 𝑡𝑓) + (2 ∙ 𝜋 ∙ 𝑟𝑜) + (2 ∙ (𝑏𝑓 − 𝑡𝑤 − 2 − 𝑟𝑜)) + (2 ∙ (𝑑 − 2 ∙ 𝑡𝑓 − 2 ∙ 𝑟𝑜))

L = 1780 mm
Luas Efektif (Awe)
𝐴𝑤𝑒 = 𝐿 ∙ 𝑡𝑒

245
𝐴𝑤𝑒 = 1780 ∙ 10.605
𝐴𝑤𝑒 = 18876.9 𝑚𝑚2
Kuat nominal per mm2
𝐹𝑛𝑤 = 0.60 ∙ 𝐹𝑢𝑤
𝐹𝑛𝑤 = 0.60 ∙ 483
𝐹𝑛𝑤 = 289,8 𝑀𝑃𝑎
Kuat nominal las
𝑅𝑛 = 𝐹𝑛𝑤 ∙ 𝐴𝑤𝑒
𝑅𝑛 = 289,8 ∙ 18876.9
𝑅𝑛 = 5470525.62 N
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 5470525.62 𝑁
∅𝑅𝑛 = 4102894.215 N

7.5.13. Gaya Tarik yang Bekerja Pada Kolom


𝐹 = 𝐴𝑠 ∙ 𝐹𝑦
𝐹 = 17390 ∙ 250
𝐹 = 2855000 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝐹
4102894.215 𝑁 > 2855000 𝑁….(OK)

7.5.14. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Kombinasi Geser dan Tarik


- Fnt = 780 MPa
- Fnv = 579 MPa
- Ab = 314,1592 mm2
- Vu = 39401,06N
- Frv = 125,417 MPa
- ∅ = 0.75
𝐹𝑛𝑡
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3𝐹𝑛𝑡 − . 𝐹𝑟𝑣 ≤ 𝐹𝑛𝑡
∅𝐹𝑛𝑣
780
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 1.3 ∙ 780 − . 125,417 ≤ 𝐹𝑛𝑡
0.75 ∙ 579

246
𝐹 ′ 𝑛𝑡 = 788,725 𝑀𝑃𝑎 ≤ 780 𝑀𝑃𝑎….(tidak OK) karena F’nt lebih besar
dari Fnt maka digunakan Fnt = 780
𝑅𝑛 = 780 ∙ 314,1592
𝑅𝑛 = 245044,227 N
39401,06
𝑛=
245044,227
𝑛 = 0,1607
Karena digunakan 2 baut dalam 1 baris maka:
𝑅𝑛 = 2 ∙ 245044,227
𝑅𝑛 = 490088,454 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0,75 ∙ 490088,454
∅𝑅𝑛 = 367566,3405 𝑁
Syarat,
∅𝑅𝑛 > 𝑇𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠
367566,3405 𝑁 > 161805,5192 𝑁…(OK)

7.5.15. Gambar Kesimpulan

247
Gambar 1. Sambungan kolom-kolom

7.6. Perencanaan Angkur


Digunakan Data Kolom (HB 500 x 200 x 10 x 16) :
- H = 500 mm
- B = 200 mm
- tf = 16 mm
- tw = 10 mm
- r = 20 mm
- A = 11400 mm2
- Berat = 89,65 kg/m
- Ix = 4780000000 mm4
- Iy = 21400000 mm4
- ix = 204,6 mm
- iy = 43,3 mm
- Sx = 1912000 mm3
- Sy = 214000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa

248
- fu = 410 Mpa
- Zx = 2096360 mm3
- Zy = 331700 mm3

Material Baja BJ 41 :

fu = 410 Mpa

fy = 250 Mpa

Mutu beton (f’c) = 25 Mpa

Modulus elastis baja = 200000 Mpa

Modulus elastis beton = 23500 Mpa

Diameter baut angkur (Øα) = 20 mm

futa (tarik angkur) = 400 Mpa

fya (leleh angkur) = 248 Mpa

fnt (tarik nominal angkur) = 300 Mpa

fva (geser nominal angkur/ulir) = 180 mpa

fva (geser nominal angkur/polos) = 225,2 Mpa

n (jumlah angkur) = 6 buah

Hasil Analisa yang diperoleh dari program SAP2000 :

- Pu = 637760,95 Nmm
- Vu = 39401,06 Nmm
- Mux = 185222447 Nmm
- Muy = 50605337 Nmm

 Mencari dimensi Base Plate yang akan digunakan

249
Dimensi Rencana base plate

Gambar 7. 15.Rencana Sambungan Base Plate.

P = 600 mm
L = 300 mm
N = 600 mm
B = 300 mm
x = 50 mm
f = (½ ∙ d) (½ ∙ t f) + x
f = 292 mm
Jumlah angkur rencana yang digunakan 4 buah ∅20 mm

7.6.1. Kuat Tumpu Beton


Luas beton tumpuan = Luas pelat landasan
A1 = Luas Pelat Landasan =N∙B
= 600 ∙ 300
= 180000 mm2
A2 = Luas Beton =P∙L
= 600 ∙ 300
= 180000 mm2

250
Karena Luas Pelat Landasan < Luas Beton Pedestal, maka kuat tumpu nya
(Pp) adalah:
𝐴
Pp = 0.85 ∙ 𝑓 ′𝑐 ∙ 𝐴1 √𝐴2 ≤ 1.7 ∙ 𝑓 ′𝑐 ∙ 𝐴1
1

180000
= 0.85 ∙ 25 ∙ 180000 ∙ √180000 ≤ 1.7 ∙ 25 ∙ 180000

= 3825000 𝑁 ≤ 7650000 𝑁 … (𝑶𝑲)

Kuat tumpu nominal


∅ 𝑃𝑝 = 0.65 ∙ 𝑃𝑝
= 0.65 ∙ 3825000
= 2486250 N

Maka tegangan tumpu beton maksimumnya (fp(max)):


𝐴
fp(max) = 0.85 ∙ 𝑓 ′𝑐 ∙ √𝐴2 ≤ 1.7 ∙ 𝑓 ′𝑐
1

202500
= 0.85 ∙ 25 ∙ √202500 ≤ 1.7 ∙ 25

= 21,25 𝑁 ≤ 42,5 𝑁 … (𝑶𝑲)

7.6.2. Tekan Konsentris


𝑃
𝑢
fp = 𝐵 ∙𝑁 ≤ 𝑓𝑝(max)
637760,95
= ≤ 21,25 𝑁
600 ∙300

= 3.543116389 ≤ 21,25 𝑁 … (𝑶𝑲)

7.6.3. Kuat Perlu Pelat Landasan


Mpl = ½ ∙ fp ∙ l2
Mencari nilai l, dimana l adalah nilai terbesar dari m, n dan λn'
Menghitung besaran m, x dan n:
N = 600 mm
B = 300 mm

251
d = 500 mm
bf = 200 mm
𝑁 − 0.95 ∙ 𝑑 600 − 0.95 ∙ 500
m = = = 62.5 mm
2 2
𝐵 − 0.8 ∙ 𝑏𝑓 300 − 0.8 ∙ 200
n = = = 70 mm
2 2
4 ∙ 𝑑 ∙ 𝑏𝑓 𝑃𝑢
X = {(𝑑 + 𝑏𝑓)2} ∙ = 0.209400174 mm
𝑃𝑝

2 ∙ √𝑋 2 ∙ √ 0.209400174
λ = = = 0.484451726 ≤ 1…………OK
1+ √1 − 𝑋 1+ √1 − 0.209400174

λn’ = ¼ ∙ 0.484451726 ∙ √500 ∙ 200


= 38.2992718 mm
Diambil nilai terbesar dari m, n dan λn', Maka l = 70 mm
Maka Kuat Perlu Pelat Landasannya:
Mpl = ½ ∙ fp ∙ l2
= ½ ∙ 3,543116389 ∙ 702
= 8680.635153 N

7.6.4. Tegangan Beton Ultimate

Gambar 7. 16.Gaya-Gaya yang Bekerja pada Base Plate

qmax = fp(max) ∙ B
= 21,25 ∙ 300
= 6375 N/mm

252
𝑃𝑢 637760,95
Ymin =𝑞 = = 100.0409333 mm
𝑚𝑎𝑥 6375

Mencari Jarak
𝑁 𝑌𝑚𝑖𝑛 600 100.0409333
𝑒𝑚𝑎𝑥 = - = - = 249.9795333 mm
2 2 2 2

𝑒𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = 𝑒𝑚𝑎𝑥
Menghitung eksentrisitas yang terjadi
𝑀𝑢 83120212
e= = 637760,95 = 79.34844082 mm
𝑃𝑢

Syarat :
𝑒 ≤ 𝑒𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
79.34844082 ≤ 249.979533 … (𝑶𝑲) (𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑟 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠)
Maka baut angkur hanya diperlukan untuk menahan gaya geser dan faktor
keamanan saat masa konstruksi
Untuk Kondisi batas leleh maka tebal minimum yang diperlukan untuk pelat
landasan adalah:

4 ∙ 𝑀𝑝𝑙 4 ∙ 8680.635153
𝑡𝑝 ≥ √ = √ = 12.4226568 ≈ 13 𝑚𝑚
∅ 𝑓𝑦 ∅ ∙ 250

Maka kuat lentur nominal pada base platenya:


𝑡𝑝 2 132
𝑀𝑛 = ∙ 𝑓𝑦 = ∙ 250 = 10562.5 𝑁𝑚𝑚
4 4
∅𝑀𝑛 = 0.9 ∙ 10562.5 = 9506.25
Syarat:
∅𝑀𝑛 > 𝑀𝑝𝑙
9506.25 > 8680.635153 … (𝑶𝑲)

7.6.5. Pemeriksaan angkur terhadap gaya geser


Digunakan 6 buah angkur ∅20
- Gaya geser terfaktor pada angkur

𝑉𝑢 39401.06
𝑉𝑢𝑏 = = = 6566.843333 𝑁
𝑛 46

7.6.6. Tegangan Geser yang Terjadi pada Angkur


Ab = ¼ ∙ 𝜋 ∙ 202 = 314,1592 mm2

253
∅ ∙ 𝑓𝑣𝑎 ∙ 𝐴𝑏 = 0.75 ∙ 180 ∙ 314,1592 = 42411,5008 𝑁
Syarat :
𝑉𝑢𝑏 < ∅𝑓𝑣𝑎 ∙ 𝐴𝑏
6566.843333 < 42411,5008 … (𝑶𝑲)

7.6.7. Tegangan tarik yang terjadi pada angkur


qY = qmax ∙ Ymin
= 9562,5 ∙ 66.69395556
= 637760,95 N
Gaya pada angkur
Tu = qY − Pu
= 637760,95 – 637760,95
= 0 N (Karena tarik angkur tak terjadi)
Baut angkur 4 buah ∅ 20 mm
∅𝑇𝑛 = 𝑛𝑎 ∙ ∅ ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑓𝑦
= 6 ∙ 0.9 ∙ 314,1592 ∙ 250
= 424115.0082 N
Syarat:
∅𝑇𝑛 > 𝑇𝑢
424115.0082 > 0 (𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑟 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠 4 𝑏𝑢𝑎ℎ)

7.6.8. Kontrol Panjang Angkur


𝐹𝑦 248
𝐿= ∙𝑑 = ∙ 20
4 ∙ √𝑓𝑐 ′ 4 ∙ √25
𝐿 = 248 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚

7.6.9. Kontrol Kuat Geser dengan Satu Bidang Geser


Fnt = 780 mm
Fnv = 579 mm
d = 20 mm
Ab = 314,1592 mm
n total = 6 baut

254
Vu = 39401,06 N
𝑉𝑛 = 𝐹𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏
𝑉𝑛 = 579 ∙ 314,1592
𝑉𝑛 = 181898,2146 𝑁
∅𝑉𝑛 = 0.75 ∙ 181898,2146 𝑁
∅𝑉𝑛 = 136423,661 𝑁
𝑉𝑢
∅𝑉𝑛 ≥
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
39401,06
136423,661 𝑁 ≥
6
136423,661 𝑁 ≥ 6566.84333 ….(OK)

7.6.10. Kontrol Momen


- Mux = 185222447 N.mm
- Muy = 50605337 N.mm

a. Arah X
- d1 = 10 mm
- d2 = 594 mm
- Ʃ𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22
- Ʃ𝑑𝑖 2 = 352936 𝑚𝑚
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑1 185222447 ∙ 10
𝑇𝑢𝑥1 = = = 5248.046303 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 194581
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑2 185222447 ∙ 441
𝑇𝑢𝑥2 = = = 311733.9504 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 194581
𝑇𝑢𝑥1 5248.0463036
𝑇𝑢1 = = = 2624.023152 N
2 2

𝑇𝑢𝑥2 311733.9504
𝑇𝑢2 = = = 155866.9752
2 2

b. Arah Y
- d1 = 10 mm
- d2 = 594 mm
- Ʃ𝑑𝑖 2 = 𝑑12 + 𝑑22

255
- Ʃ𝑑𝑖 2 = 352936 𝑚𝑚
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑1 50605337 ∙ 10
𝑇𝑢𝑦1 = = = 1433.838911 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 194581
𝑀𝑢𝑥 ∙ 𝑑2 50605337 ∙ 441
𝑇𝑢𝑦2 = = = 85170.03133 𝑁
Ʃ𝑑𝑖 2 194581
𝑇𝑢𝑦1 1433.838911
𝑇𝑢1 = = = 716.9194557 𝑁
2 2
𝑇𝑢𝑦2 85170.03133
𝑇𝑢2 = = = 42585.01567 𝑁
2 2

Gaya tarik maksimum yang terjadi adalah:


Tu max = 155866.9752 N + 42585.01567 N
Tu max = 198451.9909 N
Gaya tarik 1 baut
𝑇𝑛 = 𝐴𝑏 ∙ 𝐹𝑢𝑏
𝑇𝑛 = 314,1592 ∙ 780
𝑇𝑛 = 245044.227 𝑁
Syarat,
∅𝑇𝑛 > 𝑇𝑢
0.9 ∙ 245044.227 𝑁 > 198451.9909 N
220539,8043 𝑁 > 198451.9909 N…..(OK)

7.6.11. Gambar Kesimpulan

256
Gambar 7. 17.Angkur.

7.7. Perencanaan Sambungan Menerus Balok-Balok (Lantai 2 dan 3)


Sambungan Balok IWF 350x150x12x24 menerus pada bagian badan
Data Balok (IWF 350 x 150 x 12 x 24)
- H = 350 mm
- B = 150 mm
- tf = 24 mm
- tw = 12 mm
- r = 25 mm
- A = 11110 mm2
- Berat = 87,21 kg/m
- Ix = 224000000 mm4
- Iy = 11800000 mm4
- ix = 142 mm
- iy = 32,6 mm
- Sx = 1280000 mm3
- Sy = 157000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 1447212 mm3
- Zy = 280872 mm3

257
Data baut rencana :
- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 16 mm
- Diameter lubang (dl) = 16 + 2 = 18 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 162 = 201,0619 mm2
4

- tp badan = 12 mm
- tp end = 15 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 42,5 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 182133,99 N
- Mu = 132649291 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 10 mm

7.7.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 313650 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 313650 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁
b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁

258
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛 = 177120 𝑁

7.7.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap


a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 12 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 250920 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 250920 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 188190 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 12 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 212544 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0,75 ∙ 212544 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 159408 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 188190 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 159408 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛 = 159408 𝑁

7.7.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 201,0619 ∙ 1
𝑅𝑛 = 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 87311,1430 𝑁

259
7.7.4. Jumlah Baut
Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 87311,1430 N
Nilai Vu = 182133,99 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛
182133,99
𝑛= = 2.0860
87311,1430
𝑛 ≈ 4 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 4 baut

7.7.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser


𝑅𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
182133,99
𝑉𝑏 = < 87311,1430 𝑁
4
𝑉𝑏 = 45533,4975 < 87311,1430 𝑁….(OK)

7.7.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 180 mm
- S1atau Pt = 40 mm

b. Jarak Antar Baut


- Smin = 3 ∙ 12 = 48 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 252 mm
- S atau Pb = 290 mm

7.7.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum


- tf = 24 mm
- bf = 150 mm

260
- d = 350 mm
- lc = 42,5 mm
- g = 150 – (2 x 42,5) = 117,5 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 290 = 330 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 24 = 16 mm
- x = 10 mm
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 350 − 330
𝑢= √150 ∙ 117,5 ∙ ( )
2 350 − 40

𝑢 = 16,8604 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

Gambar 7. 18.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok.

7.7.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate

𝑀𝑢 132649291
𝐴= = = 589552,4044
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)

261
150 350 − 40 350 − 330
𝐵= ∙( + ) = 1454,3112
2 16 16,8604
350 − 40
𝐶 = 2(16 + 290 + 39,2880) [ ] = 1703,6039
117,5
1/2
𝐴 1/2 589552,4044
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 1454,3112 + 1703,6039
= 13,9909
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
15 ≥ 13,6634….(OK)

7.7.9. Gambar Kesimpulan

Gambar 7. 19.Sambungan Menerus Balok-Balok

7.8. Perencanaan Sambungan Tegak – Lurus Balok-Balok


Sambungan Balok IWF 350x150x12x24 tegak lurus pada bagian sayap.
Data Balok (IWF 350 x 150 x 12 x 24)

262
- H = 350 mm
- B = 150 mm
- tf = 24 mm
- tw = 12 mm
- r = 25 mm
- A = 11110 mm2
- Berat = 87,21 kg/m
- Ix = 224000000 mm4
- Iy = 11800000 mm4
- ix = 142 mm
- iy = 32,6 mm
- Sx = 1280000 mm3
- Sy = 157000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 1447212 mm3
- Zy = 280872 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 16 mm
- Diameter lubang (dl) = 16 + 2 = 18 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 162 = 201,0619 mm2
4

- tp badan = 12 mm
- tp end = 15 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 42,5 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 182133,99 N

263
- Mu = 132649291 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 10 mm

7.8.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 313650 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 313650 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁
b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛 = 177120 𝑁

7.8.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap


a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 24 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 501840 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 501840 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 376380 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 24 ∙ 410

264
𝑅𝑛𝑡 = 425088 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0,75 ∙ 425088 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 318816 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 376380 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 318816 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛 = 318816 𝑁

7.8.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 201,0619 ∙ 1
𝑅𝑛 = 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 87311,1430 𝑁

7.8.4. Jumlah Baut


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 87311,1430 N
Nilai Vu = 182133,99 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛
182133,99
𝑛= = 2.0860
87311,1430
𝑛 ≈ 4 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 4 baut

7.8.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser


𝑅𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
182133,99
𝑉𝑏 = < 87311,1430 𝑁
4

265
𝑉𝑏 = 45533,4975 < 87311,1430 𝑁….(OK)

7.8.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 180 mm
- S1atau Pt = 40 mm
b. Jarak Antar Baut
- Smin = 3 ∙ 12 = 48 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 252 mm
- S atau Pb = 290 mm
7.8.7. Perencanaan Tebal Pelat Ujung Minimum
- tf = 24 mm
- bf = 150 mm
- d = 350 mm
- lc = 42,5 mm
- g = 150 – (2 x 42,5) = 117,5 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 290 = 330 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 24 = 16 mm
- x = 10 mm
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 350 − 330
𝑢= √150 ∙ 117,5 ∙ ( )
2 350 − 40

𝑢 = 16,8604 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

266
Gambar 7. 20.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok

7.8.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate

𝑀𝑢 132649291
𝐴= = = 589552,4044
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
150 350 − 40 350 − 330
𝐵= ∙( + ) = 1454,3112
2 16 16,8604
350 − 40
𝐶 = 2(16 + 290 + 39,2880) [ ] = 1703,6039
117,5
1/2
𝐴 1/2 589552,4044
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 1454,3112 + 1703,6039
= 13,9909
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
15 ≥ 13,6634….(OK)

267
7.8.9. Gambar Kesimpulan

Gambar 7. 21.Sambungan Tegak Lurus Balok.

7.9. Perencanaan Sambungan Menerus Ring Balok-Ring Balok (Lantai 2


dan 3)
Sambungan Balok IWF 180x100x6x10 menerus pada bagian badan
Data Balok (IWF 180 x 100 x 6 x 10)
- H = 180 mm
- B = 100 mm
- tf = 10 mm
- tw = 6 mm
- r1 = 10 mm
- r2 =5
- A = 3006 mm2
- Berat = 23,6 kg/m
- Ix = 167000000 mm4
- Iy = 1380000 mm4

268
- ix = 74,5 mm
- iy = 21,5 mm
- Sx = 186000 mm3
- Sy = 28000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 208400 mm3
- Zy = 51440 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 16 mm
- Diameter lubang (dl) = 16 + 2 = 18 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 162 = 201,0619 mm2
4

- tp badan = 9 mm
- tp end = 15 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 42,5 mm

Gaya dalam pada balok :


- Vu = 30366,19 N
- Mu = 25334296,72 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 10 mm

7.9.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 313650 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 313650 𝑁

269
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁
b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁

Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yaitu :
∅𝑅𝑛 = 177120 𝑁

7.9.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap


a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 9 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 188190 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 188190 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 141142,5 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 9 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 159408 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0,75 ∙ 159408 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 119556 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 141142.5 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 119556 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :

270
∅𝑅𝑛 = 119556 𝑁

7.9.3. Kuat Tekan Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 201,0619 ∙ 1
𝑅𝑛 = 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 87311,1430 𝑁

7.9.4. Jumlah Baut


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 87311,1430 N
Nilai Vu = 30366,19 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛
30366,19
𝑛= = 0.3477
87311,1430
𝑛 ≈ 4 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 4 baut

7.9.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser


𝑅𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
30366,19
𝑉𝑏 = < 87311,1430 𝑁
4
𝑉𝑏 = 7591.5475 < 87311,1430 𝑁….(OK)

7.9.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 180 mm
- S1atau Pt = 40 mm
b. Jarak Antar Baut

271
- Smin = 3 ∙ 12 = 48 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 210 mm
- S atau Pb = 120 mm

7.9.7. Perhitungan Tebal Pelat Ujung Minimum


- tf = 10 mm
- bf = 100 mm
- d = 180 mm
- lc = 42,5 mm
- g = 100 – (2 x 42,5) = 67,5 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 120 = 160 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 10 = 30 mm
- x = 10 mm
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 180 − 160
𝑢= √100 ∙ 67,5 ∙ ( )
2 180 − 40

𝑢 = 15.52647509 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

Gambar 7. 22.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok

272
7.9.8. Perkiraan Tebal Minimum Plat End-Plate

𝑀𝑢 25334296,72
𝐴= = = 112596.8743
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
100 180 − 40 180 − 160
𝐵= ∙( + ) = 234.6214557
2 24 23,4687
180 − 40
𝐶 = 2(24 + 140 + 23,4687) [ ] = 510,553
117,5
1/2
𝐴 1/2 112596.8743
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 234.6214557 + 686.6283411
= 11.0554
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
15 ≥ 11.0554….(OK)

273
7.9.9. Gambar Kesimpulan

Gambar 7. 23.Sambungan Ring Balok Menerus.

7.10. Perencanaan Sambungan Tegak-Lurus Ring Balok-Ring Balok


Sambungan Balok IWF 180x100x6x10 menerus pada bagian badan
Data Balok (IWF 180 x 100 x 6 x 10)
- H = 180 mm
- B = 100 mm
- tf = 10 mm
- tw = 6 mm
- r1 = 10 mm
- r2 =5
- A = 3006 mm2
- Berat = 23,6 kg/m
- Ix = 167000000 mm4

274
- Iy = 1380000 mm4
- ix = 74,5 mm
- iy = 21,5 mm
- Sx = 186000 mm3
- Sy = 28000 mm3
- E = 200000 Mpa
- fy = 250 Mpa
- fu = 410 Mpa
- Zx = 208400 mm3
- Zy = 51440 mm3

Data baut rencana :


- Jenis Baut = A490
- Kuat tarik minimum (fnt) = 780 Mpa
- Tegangan Geser Baut (fnv) = 579 Mpa
- Diameter baut (db) = 16 mm
- Diameter lubang (dl) = 16 + 2 = 18 mm
1 1
- Luas baut (Ab) = 4 . 𝜋. ∅2 = . 𝜋. 162 = 201,0619 mm2
4

- tp sayap = 16 mm
- tp end = 15 mm
- jarak baut ke tepi pelat (lc) = 42,5 mm

Gaya dalam pada balok :

- Vu = 30366,19 N
- Mu = 25334296,72 N.mm
- Penambahan Luasan (x) = 10 mm

7.10.1. Kuat Tumpu Nominal End Plate


a. Kuat geser di belakang di biang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢

275
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 313650 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 313650 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁
b. Kuat tumpu pelat ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 15 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0.75 ∙ 236160 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 235237,5 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 177120 𝑁
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛 = 177120 𝑁

7.10.2. Kuat Tumpu Nominal Kolom Sayap


a. Kuat geser pelat di belakang bidang tumpu
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 𝑙𝑐 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑣 = 1.2 ∙ 42,5 ∙ 16 ∙ 410
𝑅𝑛𝑣 = 334560 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 0.75 ∙ 334560 𝑁
∅𝑅𝑛𝑣 = 250920 𝑁
b. Kuat tumpu pelat Ketika memikul beban
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 𝑑𝑙 ∙ 𝑡𝑝 ∙ 𝐹𝑢
𝑅𝑛𝑡 = 2.4 ∙ 18 ∙ 16 ∙ 410
𝑅𝑛𝑡 = 283392𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 0,75 ∙ 283392 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 212544 𝑁
Jadi :
∅𝑅𝑛𝑣 = 250920 𝑁
∅𝑅𝑛𝑡 = 212544 𝑁

276
Maka kuat tumpu nominal diambil yang terkecil, yatu :
∅𝑅𝑛 = 212544 𝑁

7.10.3. Kuat Tumpu Nominal Geser Dengan 2 Bidang Geser


𝑅𝑛 = 𝑓𝑛𝑣 ∙ 𝐴𝑏 ∙ 𝑚
𝑅𝑛 = 579 ∙ 201,0619 ∙ 1
𝑅𝑛 = 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 0.75 ∙ 116414,8574 𝑁
∅𝑅𝑛 = 87311,1430 𝑁

7.10.4. Jumlah Baut


Berdasarkan ketiga perhitungan kuat tumpu diatas. Kuat tumpu yang
dipakai adalah yang terkecil, yaitu:
∅Rn = 87311,1430 N
Nilai Vu = 30366,19 N
𝑉𝑢
𝑛=
∅𝑅𝑛
30366,19
𝑛= = 0,3477
87311,1430
𝑛 ≈ 4 𝑏𝑎𝑢𝑡
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ≈ 4 baut

7.10.5. Kontrol Kekuatan Baut Terhadap Geser


𝑅𝑢
𝑉𝑏 = < ∅𝑅𝑛𝑣
𝑛
30366,19
𝑉𝑏 = < 87311,1430 𝑁
4
𝑉𝑏 = 7591,5475 < 87311,1430 𝑁….(OK)

7.10.6. Perencanaan Jarak Baut


a. Jarak Tepi
- S1min = 22 mm

277
- S1max = 12 x tp end (pelat tertipis) = 180 mm
- S1atau Pt = 40 mm
b. Jarak Antar Baut
- Smin = 3 ∙ 12 = 48 mm
- Smax = 14 ∙ tp end (pelat tertipis) = 210 mm
- S atau Pb = 120 mm

7.10.7. Perencanaan Tebal Pelat Ujung Minimum


- tf = 10 mm
- bf = 100 mm
- d = 180 mm
- lc = 42,5 mm
- g = 100 – (2 x 42,5) = 67,5 mm
- Pt2 = S1+S = 40 + 120 = 160 mm
- Pf = S1-tf = 40 – 10 = 30 mm
- x = 10 mm
Menentukan jarak u

1 𝑑 − 𝑃𝑡2
𝑢= √𝑏𝑓 ∙ 𝑔 ∙ ( )
2 𝑑 − 𝑃𝑡

1 180 − 160
𝑢= √100 ∙ 67,5 ∙ ( )
2 180 − 40

𝑢 = 15.52647509 𝑚𝑚
Dimensi tata letak baut sambungan End-Plate Balok :

Gambar 7. 24.Tata Letak Baut Sambungan End Plate Balok.

278
7.10.8. Perkiraan tebal Minimum Plat End-Plate

𝑀𝑢 25334296,72
= = = 112596,8743
(0.9 ∙ 𝐹𝑦) (0.9 ∙ 250)
150 200 − 40 200 − 180
𝐵= ∙( + ) = 234.6214557
2 24 23,4687
200 − 40
𝐶 = 2(24 + 140 + 23,4687) [ ] = 686.6283411
117,5
1/2
𝐴 1/2 112596,8743
𝑇𝑝 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ( ) = ( )
𝐵+𝐶 234.6214557 + 686.6283411
= 11.0554
Jadi,
𝑡𝑝 ≥ tp minimum
15 ≥ 11.0554….(OK)

7.10.9. Gambar Kesimpulan

279
Gambar 7. 25.Sambungan Tegak Lurus Ring Balok.

280
BAB VIII

PENUTUP

8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis serta perhitungan dari perencanaan “Kantor
Kelurahan Margorejo”, Surabaya – Jawa Timur yang berlantai 3 dengan
menggunakan struktur baja dapat disimpulkan sebagai berikut ;
1. Perencanaan “Struktur Baja Kantor Kelurahan Margorejo” dengan luas
bangunan 920 m2 menggunakan Mutu BJ 41 dengan profil sebagai berikut :

Tabel 8. 1.Profil Baja Untuk Struktur Bangunan.

Dimension
No Frame
d (mm) x bf (mm) tw (mm) tf (mm)
1 Kolom Lantai 1 HB 500 x 200 12 19
2 Kolom Lantai 2 HB 500 x 200 12 19
3 Kolom Lantai 3 HB 500 x 200 12 19
4 Sloff Lantai 1 S 400 x 300
5 Balok Lantai 2 IWF 350 x 150 12 24
6 Balok Lantai 3 IWF 350 x 150 12 24
7 Ring Balok IWF 180 x 100 6 10
8 Kaki Kuda-Kuda IWF 180 x 100 6 10
9 Kuda-kuda IWF 100 x 70 7 10
10 Gording C 150 x 70 6,5 10
2. Perencanaan Pelat:

Pelat Lantai (Lantai 2,3) : 12 cm


Pelat Bordes : 12 cm
Pelat Tangga : 20 cm
3. Perencanaan Sambungan memakai sambungan baut dan las. Untuk
sambungan dengan menggunakan baut dijabarkan sebagai berikut :
a. Sambungan Kolom ke Balok pada bagian sayap Lantai 2&3 digunakan
tipe baut A490 dengan ukuran baut ∅ 20 𝑚𝑚 digunakan 8 baut dengan

281
jarak S1 = 40 mm dan S = 90 mm. dengan menggunakan Las Elektroda
E70, (fuw) = 483 Mpa, tebal las = 15 mm, tinggi las = 10,605 mm.
b. Sambungan Kolom ke Balok pada bagian badan Lantai 2&3 digunakan
tipe baut A490 dengan ukuran baut ∅ 20 𝑚𝑚 digunakan 8 baut dengan
jarak S1 = 40 mm dan S = 90 mm. dengan menggunakan Las Elektroda
E70, (fuw) = 483 Mpa, tebal las = 15 mm, tinggi las = 10,605 mm.
c. Sambungan Kolom ke ring Balok pada bagian sayap digunakan tipe
baut A490 dengan ukuran baut ∅ 16 𝑚𝑚 digunakan 6 baut dengan
jarak S1 = 40 mm dan S = 60 mm. dengan menggunakan Las Elektroda
E70, (fuw) = 483 Mpa, tebal las = 15 mm, tinggi las = 10,605 mm.
d. Sambungan Kolom ke ring Balok pada bagian badan digunakan tipe
baut A490 dengan ukuran baut ∅ 16 𝑚𝑚 digunakan 6 baut dengan
jarak S1 = 40 mm dan S = 60 mm. dengan menggunakan Las Elektroda
E70, (fuw) = 483 Mpa, tebal las = 15 mm, tinggi las = 10,605 mm.
e. Sambungan Kolom ke Kolom digunakan tipe baut A490 dengan ukuran
baut ∅ 16 𝑚𝑚 digunakan 8 baut dengan jarak S1 = 50 mm dan S = 62,5
mm. dengan menggunakan Las Elektroda E70, (fuw) = 483 Mpa, tebal
las = 15 mm, tinggi las = 10,605 mm.
f. Sambungan ke pondasi (Angkur) digunakan tipe baut A490 dengan
ukuran baut ∅ 20 𝑚𝑚 digunakan 4 baut.
g. Sambungan Balok ke Balok menerus digunakan tipe baut A490 dengan
ukuran baut ∅ 16 𝑚𝑚 digunakan 4 baut dengan jarak S1 = 40 mm dan
S = 290 mm.
h. Sambungan Balok ke Balok tegak lurus digunakan tipe baut A490
dengan ukuran baut ∅ 16 𝑚𝑚 digunakan 4 baut dengan jarak S1 = 40
mm dan S = 290 mm.
i. Sambungan Ring Balok ke Ring Balok menerus digunakan tipe baut
A490 dengan ukuran baut ∅ 16 𝑚𝑚 digunakan 4 baut dengan jarak S1
= 40 mm dan S = 140 mm.
j. Sambungan Ring Balok ke Ring Balok teggak lurus digunakan tipe baut
A490 dengan ukuran baut ∅ 16 𝑚𝑚 digunakan 4 baut dengan jarak S1
= 40 mm dan S = 140 mm.

282
8.2. Saran.
Diperlukan anlisis yang lebih lanjut agar didapatkan bangunan yang lebih
ekonomis baik dari pemilihan profil maupun sambungan yang digunakan.

283
DAFTAR PUSTAKA

Afif. (2016). Perencanaan Struktur Baja Bangunan Atas Gedung Air Traffic
Control Tower Bandara Samarinda Baru. Malang.

Badan Standardisasi Nasional. (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


Untuk Struktur Gedung Non Gedung. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. (2013). Beban Minimum Untuk Perancangan


Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. (2015). Spesifikasi Untuk Gedung Baja Struktural.


Jakarta.

284
LAMPIRAN
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN
U
KELURAHAN MARGOREJO
B T
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
SURABAYA 60238, JAWA TIMUR,
S INDONESIA

NAMA PAKET PEKERJAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KELURAHAN MARGOREJO

REVISI TANGGAL TTD

DIGAMBAR :
BORDES

R. PLAY GROUP 1 R. PLAY GROUP 2 R. PLAY GROUP 3 R. PLAY GROUP 4


FFL +8.05 FFL +8.05 FFL +8.05 FFL +8.05

ERIZAL AFFAN ARRASYID

BALKON TURUN DIPERIKSA :


FFL +4.03

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

VOID R.BERMAIN ANAK


FFL +4.05
VOID
HALAMAN
FFL -0.60
DISETUJUI :

KETUA JURUSAN

TURUN

PERPUSTAKAAN MASYARAKAT
FFL +4.05

KM/WC KM/WC KM/WC


FFL +4.00 FFL +4.00 FFL +4.00 MENGETAHUI :
BORDES

KEPALA SMK NEGERI 5 SURABAYA

NAMA GAMBAR SKALA :

SITE PLAN
1. SITE PLAN

N.T.S

KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR

ARS
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN
U
KELURAHAN MARGOREJO
B T
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
SURABAYA, 60238, JAWA TIMUR,
S INDONESIA

NAMA PAKET PEKERJAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KELURAHAN MARGOREJO

C D E REVISI TANGGAL TTD


4600

1480 150 420 400 350 350 350 300 400 400
130 350 350 350 300

A T.WUDHU

DIGAMBAR :

PARKIR MUSHOLAH TERAS GUDANG R.SATPOL PP R.TAMU VIP R.LASTE TATA GUDANG
FFL -0.60 FFL -0.55 MUSHOLAH RASKIN PEMERINTAHAN

B FFL -0.55
B
B

ERIZAL AFFAN ARRASYID


NAIK
TERAS
FFL -0.02

DIPERIKSA :
C
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

TAMAN R.SEKRETARIS
FFL -0.60
D HALAMAN
FFL -0.60 KOLAM IKAN

PENDOPO DISETUJUI :
E FFL -0.02

TERAS KETUA JURUSAN


FFL -0.02
NAIK
R.LURAH

F
G
R.LAYANAN R.STAF
MASYARAKAT PELAYANAN
A
KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC
FFL -0.05 FFL -0.05 FFL -0.05 FFL -0.05 FFL -0.05 FFL -0.05

H MENGETAHUI :
150 150 200 600
930 70 1000 100 1400 300 150 150 150 150 200
4600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C D E
NAMA GAMBAR SKALA :

DENAH Lt. 1
1. DENAH Lt.1 1 : 200

SKALA 1 : 200

KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR

ARS 02
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN
U
KELURAHAN MARGOREJO
B T
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
SURABAYA 60238, JAWA TIMUR,
S INDONESIA

NAMA PAKET PEKERJAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KELURAHAN MARGOREJO
C D E
4600 REVISI TANGGAL TTD
1480 150 420 400 350 700 300 800
130 350 350 350 300

A
BORDES

DIGAMBAR :
R.PENGURUS R.RAPAT R.KESEHATAN
KELURAHAN FFL +4.05 FFL +4.05

B FFL +4.05
B
B

BALKON NAIK TURUN


FFL +4.03
ERIZAL AFFAN ARRASYID
C
DIPERIKSA :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

VOID R.ADMINISTRASI
D VOID
FFL +4.05

E
DISETUJUI :
NAIK TURUN

KETUA JURUSAN

F
R.SERBA GUNA
FFL +4.05
G
A
KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC
FFL +4.00 FFL +4.00 FFL +4.00 FFL +4.00 FFL +4.00

BORDES
H
200 600
MENGETAHUI :
930 70 1000 100 1400 300 150 150 150 150 200
4600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C D E

NAMA GAMBAR SKALA :

DENAH Lt. 2
1. DENAH Lt.2 1 : 200

SKALA 1 : 200

KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR

ARS 03
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN
U
KELURAHAN MARGOREJO
B T
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
SURABAYA 60238, JAWA TIMUR,
S INDONESIA

NAMA PAKET PEKERJAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KELURAHAN MARGOREJO

C D E
4600 REVISI TANGGAL TTD

1480 150 420 400 350 350 350 300 800


130 350 350 350 300

A
BORDES

DIGAMBAR :
R. PLAY GROUP 1 R. PLAY GROUP 2 R. PLAY GROUP 3 R. PLAY GROUP 4
FFL +8.05 FFL +8.05 FFL +8.05 FFL +8.05

B B
B

BALKON TURUN
FFL +8.03 ERIZAL AFFAN ARRASYID

C
DIPERIKSA :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

VOID R.BERMAIN ANAK


D VOID
FFL +8.05

E
DISETUJUI :

TURUN KETUA JURUSAN

F
PERPUSTAKAAN MASYARAKAT
FFL +8.05
G
A
KM/WC KM/WC KM/WC
FFL +8.00 FFL +8.00 FFL +8.00

BORDES

H
200 600 MENGETAHUI :
930 70 1000 100 1400 300 300 150 150 200
4600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

C D E

NAMA GAMBAR SKALA :

DENAH Lt. 3
1. DENAH Lt.3 1 : 200

SKALA 1 : 200

KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR

ARS 04
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN

KELURAHAN MARGOREJO
BUBUNGAN
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
RANGKA ATAP KUDA-KUDA KAYU
BALOK BUBUNGAN
PAPAN ROUTER 20/20 KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
IKATAN ANGIN
BALOK GAPIT TIANG GANTUNG GENTENG KODOK GLAZZURE SURABAYA 60238, JAWA TIMUR,
RENG 2/3
USUK 5/7 BATANG SOKONG USUK 5/7 INDONESIA
GENTENG KODOK GLAZZURE GORDING
BATANG TARIK
GORDING 8/12
KAKI KUDA-KUDA
TALANG BETON TALANG BETON

PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM
+11.43 +11.43 +11.43 +11.43 +11.43 +11.43

+ 9.54 + 8.94
NAMA PAKET PEKERJAAN
PERPUSTAKAAN MASYARAKAT KM/WC KM/WC KM/WC
FFL+8.05 FFL+8.03 FFL+8.00 FFL+8.00 FFL+8.00
+ 8.00
PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
+7.43 +7.43 +7.43 +7.43 +7.43 +7.43
KELURAHAN MARGOREJO
BORDES

REVISI TANGGAL TTD


R. SERBA GUNA KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC
FFL+4.05 FFL+4.00 FFL+4.00 FFL+4.00 FFL+4.00 FFL+4.00
+ 4.02 + 4.00
PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM
+3.43 +3.43 +3.43 +3.43 +3.43 +3.43 +3.43

BORDES

+ 2.10
DIGAMBAR :
PENDOPO R. LAYANAN MASYARAKAT R. STAF PELAYANAN KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC KM/WC
FFL-0.02 FFL-0.05 FFL-0.05 FFL-0.05 FFL-0.05 FFL-0.05 FFL-0.05
HALAMAN
FFL-0.60 - 0.30
- 0.60 - 0.75
- 1.35
- 1.30

- 7.35
2088 700 700 300 800 ERIZAL AFFAN ARRASYID

DIPERIKSA :

POTONGAN A-A PEMBIMBING I PEMBIMBING II

SKALA 1 : 200

BUBUNGAN

RANGKA ATAP KUDA-KUDA KAYU IKATAN ANGIN


PAPAN ROUTER 20/20
BALOK BUBUNGAN DISETUJUI :
TIANG GANTUNG GENTENG KODOK GLAZZURE BALOK GAPIT
RENG 2/3
USUK 5/7
BATANG SOKONG USUK 5/7
GORDING GENTENG KODOK GLAZZURE
KETUA JURUSAN
BATANG TARIK
GORDING 8/12
KAKI KUDA-KUDA
TALANG BETON TALANG BETON TALANG BETON

PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM
+11.43 +11.43 +11.43 +11.43 +11.43

+ 8.94
R. PLAY GROUP 4 R. PLAY GROUP 3 R. PLAY GROUP 2 R. PLAY GROUP 1
FFL+8.05 FFL+8.05 FFL+8.05 FFL+8.05
+ 8.00 MENGETAHUI :
PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM
+7.43 +7.43 +7.43 +7.43

BORDES

+ 5.64 + 6.24
GENTENG BUBUNGAN
BATANG SOKONG
R. KESEHATAN KUDA-KUDA GALVALUM
R. RAPAT R. PENGURUS KELURAHAN BATANG TARIK BATANG KUNCI IKATAN ANGIN
FFL+4.05 FFL+4.05 FFL+4.05
+ 4.00 + 4.59
SENG GALVALUM
PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM
+3.43 +3.43 +3.43 +3.43 +3.43 DECK BETON
PLAFOND GYPSUM
+3.60 + 3.47
BORDES

+ 2.10
NAMA GAMBAR SKALA :
GUDANG R. LASTE TATA PEMERINTAHAN R. TAMU VIP R. SATPOL PP GUDANG RASKIN
TERAS MUSHOLAH MUSHOLAH
PARKIR
- 0.30 FFL-0.55 FFL-0.55
FFL-0.60 1. POTONGAN A-A 1 : 200
- 0.75 - 0.60
- 1.00
- 1.35
1. POTONGAN B-B 1 : 200
- 1.35

- 7.35

654 400 300 350 350 350 400 420 150 1468

POTONGAN B-B KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR

SKALA 1 : 200
STR 05
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN

PAPAN ROUTER 20/20


KELURAHAN MARGOREJO
BALOK BUBUNGAN - 7.80
GENTENG KODOK GLAZZURE
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
RENG 2/3
KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
TIANG GANTUNG
USUK 5/7 SURABAYA 60238, JAWA TIMUR,
BATANG SOKONG
BATANG TARIK
INDONESIA
GORDING
KAKI KUDA-KUDA
TALANG
+ 4.25

+1.52

PENDOPO
FFL-0.02
NAMA PAKET PEKERJAAN
PARKIR - 0.02
FFL-0.60
- 0.58
- 0.88
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
- 1.68 KELURAHAN MARGOREJO
270 850 420 400 60 - 1.88
2000
REVISI TANGGAL TTD

POTONGAN C-C
SKALA 1 : 200

DIGAMBAR :

ERIZAL AFFAN ARRASYID

DIPERIKSA :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II
BALOK BUBUNGAN PAPAN ROUTER 20/20 BALOK BUBUNGAN PAPAN ROUTER 20/20
TIANG GANTUNG GENTENG KODOK GLAZZURE TIANG GANTUNG GENTENG KODOK GLAZZURE
BATANG SOKONG RENG 2/3 BATANG SOKONG RENG 2/3
BATANG TARIK USUK 5/7 BATANG TARIK USUK 5/7
GORDING GORDING
KAKI KUDA-KUDA KAKI KUDA-KUDA
TALANG BETON TALANG BETON TALANG BETON TALANG BETON

PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM


+11.43 +11.43 +11.43

DISETUJUI :

KETUA JURUSAN
R. PLAY GROUP 1 BALKON PERPUSTAKAAN MASYARAKAT BALKON BALKON
FFL+8.05 FFL+8.00 FFL+8.05 FFL+8.00 FFL+8.00
+ 8.00 + 8.00
PLAFOND GYPSUM PLAFOND GYPSUM
+7.43 +7.43

BORDES BORDES
+ 6.00

R. PENGURUS KELURAHAN BALKON R. SERBA GUNA BALKON BALKON


FFL+4.05 FFL+4.00 FFL+4.05 FFL+4.00 FFL+4.00
+ 4.00 + 4.00
PLAFOND GYPSUM
+3.43
MENGETAHUI :
PEMERINTAHAN KOTA SURABAYA
BORDES BORDES
KANTOR KELURAHAN
MARGOREJO
+ 2.00
JL. MARGOREJO MASJID NO.32 SURABAYA

RUANG
PELAYANAN
TERPADU

GUDANG RASKIN TERAS KORIDOR KORIDOR TERAS TERAS TERAS KM/WC


FFL-0.02 FFL-0.02 FFL-0.02 FFL-0.02 FFL-0.02 FFL-0.02 FFL-0.05

- 0.30 - 0.30
- 0.75 - 0.75
- 1.35 - 1.35

- 7.35 - 7.35
500 200 600 200 500 500 200 600 200 500
2000 2000
NAMA GAMBAR SKALA :

1. POTONGAN C-C 1 : 200


POTONGAN D-D POTONGAN E-E
1. POTONGAN D-D 1 : 200
SKALA 1 : 200 SKALA 1 : 200
1. POTONGAN E-E 1 : 200

KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR

STR 06
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN

KELURAHAN MARGOREJO
+ 14.90
+ 14.50
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
SURABAYA 60238, JAWA TIMUR,
INDONESIA
+ 12.00

+ 9.54 NAMA PAKET PEKERJAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KELURAHAN MARGOREJO

+ 4.00
REVISI TANGGAL TTD

PEMERINTAHAN KOTA
+ 2.20
SURABAYA
KELURAHAN MARGOREJO
KECAMATAN WONOCOLO
LEMBAGA KETAHANAN
MASYARAKAT KELURAHAN
( LKMK )
+ 1.50
PEMBERDAYAAN & KESEJAHTERAAN
KELUARGA ( PKK )
KELOMPOK TANI MELATI
PEMBERDAYAAN KELUARGA
( POS DAYA )
MADHANI

DIGAMBAR :
- 0.60

TAMPAK BARAT
ERIZAL AFFAN ARRASYID
SKALA 1 : 200

DIPERIKSA :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

+ 14.90
DISETUJUI :

+ 12.00

MENGETAHUI :

NAMA GAMBAR SKALA :

- 0.60 1. TAMPAK DEPAN 1 : 200

1. TAMPAK BELAKANG 1 : 200

TAMPAK TIMUR
SKALA 1 : 200
KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR
KETERANGAN :

RENCANA PEMBANGUNAN

KELURAHAN MARGOREJO
JL. MARGOREJO MASJID NO.32
KEL. MARGOREJO, KEC. WONOCOLO
SURABAYA 60238, JAWA TIMUR,
INDONESIA

+ 8.94

NAMA PAKET PEKERJAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
+ 5.64 KELURAHAN MARGOREJO

+ 4.00 REVISI TANGGAL TTD

DIGAMBAR :
- 0.60 - 0.60

TAMPAK UTARA
ERIZAL AFFAN ARRASYID
SKALA 1 : 200

DIPERIKSA :

+14.90
+14.50 DISETUJUI :

KETUA JURUSAN

+12.00

+ 9.54

MENGETAHUI :

+ 4.12

NAMA GAMBAR SKALA :

- 0.60 - 0.60
1. TAMPAK SAMPING KANAN 1 : 200

1. TAMPAK SAMPING KIRI 1 : 200

TAMPAK SELATAN
SKALA 1 : 200

KODE GMBR. J. GAMBAR NO. LEMBAR

ARS 08
U

B T

S
B
350 350 350 350 300 400 385
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK &
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 PERENCANAAN
A K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 UNIVERSITAS WARMADEWA
2022

350

350
NAMA GAMBAR:

DENAH STRUKTUR LANTAI 1


S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
B
K1 K1 K1 K1 K1

150
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 SKALA: 1:100
350

200
NO. LBR: 01 JMH. LBR: 11
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
C TANGGAL: 20 JANUARI 2022
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

DIGAMBAR OLEH:

ERIZAL AFFAN ARRASYID

2000
600

600
NIM: 1961122037

S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 KETERANGAN :
D
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

200
S1 S1 S1 S1 S1 S1
350

S1

150
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
E
K1 K1 K1 K1 K1

150
A A
350

200
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
F
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

350 350 350 350 300 200 200 200 200

2500 MATA KULIAH:

STRUKTUR BAJA II
1 2 3 4 5 6 7 8
DOSEN PENGAMPU:
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.
B

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
DENAH STRUKTUR LANTAI 1
SKALA, 1 : 150

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
U

B T

S B
350 350 350 350 300 400 385

JURUSAN TEKNIK SIPIL


B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 FAKULTAS TEKNIK &
PERENCANAAN
A K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022

350

350
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1
B1 120 MM B1 120 MM B1 120 MM B1 120 MM B1 B1 120 MM B1 120 MM
NAMA GAMBAR:
VOID
B1 B1 B1 B1 B1 B1 DENAH STRUKTUR LANTAI 2
B
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

150
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1
120 MM 120 MM 120 MM 120 MM
120 MM 120 MM 120 MM

B1 SKALA: 1:100
350 B1
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1

200
SLAB 1 SLAB 1
120 MM 120 MM 120 MM 120 MM 120 MM 120 MM
120 MM 120 MM

B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 NO. LBR: 02 JMH. LBR: 11


C
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1
TANGGAL: 20 JANUARI 2022
SLAB 1
120 MM

DIGAMBAR OLEH:

2000
600

600
SLAB 1
B1 B1 B1 120 MM B1 ERIZAL AFFAN ARRASYID

SLAB 1
120 MM

NIM: 1961122037
B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
D KETERANGAN :
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

200
350

B1 SLAB 1
120 MM B1 SLAB 1
120 MM B1
SLAB 1
120 MM B1 SLAB 1
120 MM B1 B1 SLAB 1
120 MM B1
SLAB 1
120 MM
SLAB 1
120 MM

150
B1 B1 B1 B1 B1 B1
E
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 SLAB 1 K1

150
SLAB 1 SLAB 1
SLAB 1
VOID 120 MM
120 MM 120 MM 120 MM

A A
350

SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1


B1 120 MM B1 120 MM
B1 120 MM B1 120 MM
B1 B1 B1
SLAB 1 SLAB 1

200
SLAB 1 SLAB 1
120 MM 120 MM
120 MM 120 MM

B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
F
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

350 350 350 350 300 200 200 200 200

2500
MATA KULIAH:

1 2 3 4 5 6 7 8 STRUKTUR BAJA II

DOSEN PENGAMPU:
B I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
DENAH STRUKTUR LANTAI 2
SKALA, 1 : 150

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
U

B T

S B
350 350 350 350 300 400 385

JURUSAN TEKNIK SIPIL


B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 FAKULTAS TEKNIK &
A K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022

350

350
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1
B1 120 MM B1 120 MM B1 120 MM B1 120 MM B1 B1 120 MM B1 120 MM

NAMA GAMBAR:
VOID
B1 B1 B1 B1 B1 B1 DENAH STRUKTUR LANTAI 3
B
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

150
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1
120 MM 120 MM 120 MM 120 MM
120 MM 120 MM 120 MM

B1 SKALA: 1:100

350
B1 SLAB 1
SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1

200
SLAB 1 SLAB 1
120 MM 120 MM 120 MM 120 MM 120 MM 120 MM
120 MM 120 MM

B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 NO. LBR: 03 JMH. LBR: 11


C
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1
TANGGAL: 20 JANUARI 2022
SLAB 1
120 MM

DIGAMBAR OLEH:

2000
600

600
SLAB 1
B1 B1 B1 120 MM B1
ERIZAL AFFAN ARRASYID
SLAB 1
120 MM

NIM: 1961122037
B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
D
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 KETERANGAN :

200
350

B1 SLAB 1
120 MM B1 SLAB 1
120 MM B1
SLAB 1
120 MM B1 SLAB 1
120 MM B1 B1 SLAB 1
120 MM B1
SLAB 1
120 MM
SLAB 1
120 MM

150
B1 B1 B1 B1 B1 B1
E
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 SLAB 1 K1

150
SLAB 1 SLAB 1
SLAB 1
VOID 120 MM
120 MM 120 MM 120 MM

A A
350

SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1 SLAB 1


B1 120 MM B1 120 MM
B1 120 MM B1 120 MM
B1 B1 B1
SLAB 1 SLAB 1

200
SLAB 1 SLAB 1
120 MM 120 MM
120 MM 120 MM

B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1 B1
F
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

350 350 350 350 300 200 200 200 200

2500
MATA KULIAH:
1 2 3 4 5 6 7 8 STRUKTUR BAJA II

DOSEN PENGAMPU:
B I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
DENAH STRUKTUR LANTAI 3
SKALA, 1 : 150

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
U

B T

S
B
350 350 350 350 300 400 385
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK &
RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 PERENCANAAN
A K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 UNIVERSITAS WARMADEWA
2022

350

350
RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 NAMA GAMBAR:

DENAH STRUKTUR RING BALOK


RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1
B
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

150
SKALA: 1:100
RB1
350

200
NO. LBR: 04 JMH. LBR: 11
RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1
C
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 TANGGAL: 20 JANUARI 2022

DIGAMBAR OLEH:

2000
600

600
RB1 RB1 RB1 RB1 ERIZAL AFFAN ARRASYID

NIM: 1961122037

RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1


D KETERANGAN :
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

200
350

RB1 RB1 RB1 RB1 RB1

150
RB1 RB1
E
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

150
A A
350

RB1 RB1 RB1 RB1 RB1

200
RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1 RB1
F
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1

350 350 350 350 300 200 200 200 200

2500 MATA KULIAH:

STRUKTUR BAJA II
1 2 3 4 5 6 7 8
DOSEN PENGAMPU:
B I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
DENAH STRUKTUR RING BALOK
SKALA, 1 : 150

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
U

B T

S
B
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK &
PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
NAMA GAMBAR:

DENAH STRUKTUR LANTAI II

SKALA: 1:100

NO. LBR: 05 JMH. LBR: 11

TANGGAL: 20 JANUARI 2022

DIGAMBAR OLEH:

ERIZAL AFFAN ARRASYID

NIM: 1961122037

KETERANGAN :

A A

GORDING C 140X60X7X10
MATA KULIAH:

KUDA-KUDA IWF 200X100X7X10 STRUKTUR BAJA II

DOSEN PENGAMPU:
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

B
DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
DENAH PERENCANAAN ATAP
SKALA, 1 : 150

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
U

B T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK &
PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
NAMA GAMBAR:

POTONGAN A-A STRUKTUR

GORDING C 150X100X6X10
SKALA: 1:100

KUDA-KUDA IWF 200X100X7X10


NO. LBR: 06 JMH. LBR: 11

KAKI KUDA-KUDA HB 200X200X8X12


TANGGAL: 20 JANUARI 2022
RING BALOK IWF 180X100X9X16

PELAT BORDES 120 MM DIGAMBAR OLEH:

PELAT TANGGA ERIZAL AFFAN ARRASYID

PELAT BETON
PELAT BONDEK NIM: 1961122037
BALOK IWF 350X150X12X24

PELAT SAMBUNGAN 18 MM KETERANGAN :

BAUT 20 MM

KOLOM HB 500X200X10X16

SLOOF 500X300 MM
TANAH URUG

PONDASI MENERUS BATU KALI

TANAH ASLI

PONDASI BORE PILE

MATA KULIAH:
1 2 3 4 5 6 7 8
STRUKTUR BAJA II

DOSEN PENGAMPU:
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
POTONGAN A-A STRUKTUR
SKALA, 1 : 150

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
U

B T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK &
PERENCANAAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
NAMA GAMBAR:

POTONGAN B-B STRUKTUR

SKALA: 1:100

GORDING C 150X100X6X10 NO. LBR: 07 JMH. LBR: 11

TANGGAL: 20 JANUARI 2022


KUDA-KUDA IWF 200X100X7X10

KAKI KUDA-KUDA HB 200X200X8X12 DIGAMBAR OLEH:

RING BALOK IWF 180X100X9X16 ERIZAL AFFAN ARRASYID

NIM: 1961122037

PELAT BETON KETERANGAN :


PELAT BONDEK
BALOK IWF 350X150X12X24

PELAT SAMBUNGAN 18 MM

BAUT 20 MM

KOLOM HB 500X200X10X16

SLOOF 500X300 MM
TANAH URUG

PONDASI MENERUS BATU KALI

TANAH ASLI

PONDASI BORE PILE

MATA KULIAH:

STRUKTUR BAJA II

A B C D E F DOSEN PENGAMPU:
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,
POTONGAN B-B STRUKTUR
SKALA, 1 : 150

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
JURUSAN TEKNIK SIPIL
BALOK IWF 350X150X12X24
KOLOM HB 500X200X10X16 FAKULTAS TEKNIK &
PELAT BADAN BALOK IWF 350X150X12X24
PELAT END 18 MM PERENCANAAN
LAS FILLET 15 MM UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
NAMA GAMBAR:
PELAT SAYAP BALOK IWF 350X150X12X24 PELAT END 18 MM
BAUT Ø20 DETAIL SAMBUNGAN
PELAT SAYAP BALOK IWF 350X150X12X24 BAUT Ø20
SKALA: 1:25
KOLOM HB 500X200X10X16

NO. LBR: 08 JMH. LBR: 11

DETAIL 1 SAMBUNGAN KOLOM-BALOK


TANGGAL: 20 JANUARI 2022
PADA BAGIAN BADAN
SKALA, 1 : 25 DETAIL 2 SAMBUNGAN KOLOM-BALOK
PADA BAGIAN BADAN DIGAMBAR OLEH:

SKALA, 1 : 25 ERIZAL AFFAN ARRASYID

NIM: 1961122037

KETERANGAN :

KOLOM HB 500X200X10X16 BALOK IWF 350X150X12X24


PELAT END 18 MM PELAT BADAN BALOK IWF 350X150X12X24

BAUT Ø20

PELAT SAYAP BALOK IWF 350X150X12X24


PELAT END 18 MM MATA KULIAH:
PELAT SAYAP BALOK IWF 350X150X12X24
STRUKTUR BAJA II
BAUT Ø20

DOSEN PENGAMPU:
KOLOM HB 500X200X10X16
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DETAIL 1 SAMBUNGAN KOLOM-BALOK


PADA BAGIAN SAYAP
SKALA, 1 : 25 DISETUJUI OLEH:
DETAIL 1 SAMBUNGAN KOLOM-BALOK DOSEN PEMBIMBING,

PADA BAGIAN SAYAP


SKALA, 1 : 25

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
KOLOM HB 500X200X10X16 LAS FILLET 15 MM

PELAT END 18 MM
BALOK IWF 200X150X9X16

PELAT END 18 MM

PELAT SAYAP RING BALOK IWF 180X100X6X10 BAUT Ø16 JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAUT Ø16
PELAT BADAN RING BALOK IWF 200X150X9X16 FAKULTAS TEKNIK &
PERENCANAAN
PELAT SAYAP RING BALOK IWF 180X100X6X10 KOLOM HB 500X200X10X16 UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
NAMA GAMBAR:

DETAIL SAMBUNGAN
DETAIL 2 SAMBUNGAN KOLOM-RING BALOK
DETAIL 1 SAMBUNGAN KOLOM-RING BALOK PADA BAGIAN BADAN
PADA BAGIAN BADAN SKALA: 1:25
SKALA, 1 : 25
SKALA, 1 : 25
NO. LBR: 09 JMH. LBR: 11

TANGGAL: 20 JANUARI 2022

DIGAMBAR OLEH:

ERIZAL AFFAN ARRASYID

NIM: 1961122037

KETERANGAN :

KOLOM HB 350X350X12X19

PELAT END 18 MM
BALOK IWF 200X150X9X16
PELAT END 18 MM

PELAT SAYAP RING BALOK IWF 200X150X9X16


PELAT BADAN RING BALOK IWF 200X150X9X16

KOLOM HB 350X350X12X19

PELAT SAYAP RING BALOK IWF 200X150X9X16

MATA KULIAH:

DETAIL 2 SAMBUNGAN KOLOM-RING BALOK STRUKTUR BAJA II


DETAIL 1 SAMBUNGAN KOLOM-RING BALOK PADA BAGIAN SAYAP
PADA BAGIAN SAYAP SKALA, 1 : 25
DOSEN PENGAMPU:
SKALA, 1 : 25
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
KOLOM HB 500X2000X10X16

BAUT Ø20 JURUSAN TEKNIK SIPIL


BAUT Ø20
FAKULTAS TEKNIK &
KOLOM HB 350X350X12X19
PERENCANAAN
PELAT END 20 MM UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
NAMA GAMBAR:

DETAIL SAMBUNGAN
PELAT END 20 MM
DETAIL 2 SAMBUNGAN KOLOM-KOLOM
SKALA, 1 : 20 SKALA: 1:20

NO. LBR: 10 JMH. LBR: 11

DETAIL 1 SAMBUNGAN KOLOM-KOLOM TANGGAL: 20 JANUARI 2022

SKALA, 1 : 20
DIGAMBAR OLEH:

ERIZAL AFFAN ARRASYID

NIM: 1961122037

KETERANGAN :

KOLOM HB 350X350X12X19

BASE PLATE 15 MM KOLOM HB 500X200X10X16

BASE PLATE 15 MM

ANGKUR Ø20

DETAIL 1 ANGKUR
SKALA, 1 : 20 MATA KULIAH:

DETAIL 2 ANGKUR STRUKTUR BAJA II


SKALA, 1 : 20
DOSEN PENGAMPU:
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437
BALOK IWF 350X150X12X24
BALOK IWF 350X150X12X24 JURUSAN TEKNIK SIPIL
BAUT Ø16
FAKULTAS TEKNIK &
PERENCANAAN
BAUT Ø16 UNIVERSITAS WARMADEWA
PELAT END 15 MM
2022
PELAT END 15 MM
NAMA GAMBAR:

DETAIL SAMBUNGAN
DETAIL 1 SAMBUNGAN MENERUS BALOK
SKALA, 1 : 20 DETAIL 2 SAMBUNGAN MENERUS BALOK SKALA: 1:20

SKALA, 1 : 20
NO. LBR: 11 JMH. LBR: 12

TANGGAL: 20 JANUARI 2022

DIGAMBAR OLEH:

ERIZAL AFFAN ARRASYID

NIM: 1961122037

KETERANGAN :

BAUT Ø16
PELAT END 15 MM
BAUT Ø16
PELAT END 15 MM
BALOK IWF 350X150X12X24

BALOK IWF 350X150X12X24

DETAIL 1 TEGAK LURUS BALOK


SKALA, 1 : 20 DETAIL 1 SAMBUNGAN MENERUS BALOK
SKALA, 1 : 20 MATA KULIAH:

STRUKTUR BAJA II

DOSEN PENGAMPU:
I Wayan Ariyana Basoka, ST., M.Eng.

DISETUJUI OLEH:
DOSEN PEMBIMBING,

I Wyn Ariyana Basoka, ST., M.Eng.


NIK. 230700437

Anda mungkin juga menyukai