PEMBEBANAN STRUKTUR
4.1. BEBAN MATI (Dead Load)
Beban Mati (dead load) adalah berat seluruh komponen elemen struktural
bangunan yang terdiri atas pelat, balok, kolom. Beban mati akan dihitung
secara otomatis oleh software ETABS v16 dengan menggunakan berat jenis
beton bertulang 2400 kg/m3.
4.2. BEBAN MATI TAMBAHAN (Super Impose Dead Load)
Beban mati tambahan atau super imposed dead load adalah berat komponen
nonstruktural seperti arsitektural dan komponen MEP yang terdapat pada
struktur bangunan.
Beban mati tambahan (SIDL) yang digunakan pada desain ini adalah:
Tabel 2. 1 Beban Mati Tambahan
NO JENIS BEBAN BEBAN SATUAN SUMBER
(ASCE 7-16 Table C3-1,
1 Penutup Lantai 1,1 kN/m2 Ceramic or quarry tile (19 mm)
on 25 mm mortar bed
(ASCE 7-16 Table C3-1,
2 Ducting 0,19 kN/m2 Mechanical Duct Allowance)
(ASCE 7-16 Table C3-1,
3 Penggantung langit-langit 0,1 kN/m2 Suspended Steel Channel
System)
(ASCE 7-16 Table C3-1,
4 Plafon 0,05 kN/m2
Acoustical Fiberboard)
(ASCE 7-16 Table C3-1,
5 Dinding bata ringan 1,53 kN/m2
Concrete Brick)
Untuk dinding, beban berupa beban merata yang menumpu pada balok,
sehingga :
Beban dinding = berat dinding bata ringan per m persegi x tinggi
= 153 kg/m2 x 4,5 m
= 688,50 kg/m
4.3.BEBAN HIDUP (Live Load)
Beban hidup atau live load adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan gedung sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
atap dan lantai. Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan
dengan rencana fungsi bangunan yaitu sebagai gedung perkuliahan. Beban
hidup pada bangunan ini terdiri dari :
Atap datar = 96 kg/m2 (SNI 1727:2013 Tabel 4-1)
Ruang kelas (koridor) = 479 kg/m2 (SNI 1727:2013 Tabel 4-1)
4.4.BEBAN GEMPA (Earthquake)
Pembebanan gempa pada perancangan bangunan ini menggunakan analisis
respons spektra (Response Spectrum Analysis) berdasarkan SNI 1726:2012.
Berikut ada data tanah untuk menentukan kelas situs :
Bedasarkan kedua tabel diatas, maka kategori desain seismik Kota Malang
dengan kelas situs tanah lunak adalah D.
SD1 0,590
TS = = = 0,974
SDS 0,605
T
Untuk T = 0 s T < T0 Sa = SDS [0,40 + 0,60 T ]
0
0
Sa = 0,605 [0,40 + 0,60 0,195]
Sa = 0,242
SD1
Untuk T = 1,074 s T > TS Sa = T
0,590
Sa = 1,074
Sa = 0,549
Tabel 2.2 Perhitungan Spektrum Respon Percepatan Desain (Sa)
Spektrum Respon
Periode, T (detik) Periode, T (detik)
Percepatan Desain, Sa (g)
0 0 0,242
T0 0,195 0,605
TS 0,974 0,605
TS+0,1 1,074 0,549
TS+0,2 1,174 0,502
TS+0,3 1,274 0,463
TS+0,4 1,374 0,429
TS+0,5 1,474 0,400
TS+0,6 1,574 0,375
TS+0,7 1,674 0,352
TS+0,8 1,774 0,332
TS+0,9 1,874 0,315
TS+1,0 1,974 0,299
TS+1,1 2,074 0,284
TS+1,2 2,174 0,271
TS+1,3 2,274 0,259
TS+1,4 2,374 0,248
TS+1,5 2,474 0,238
TS+1,6 2,574 0,229
TS+1,7 2,674 0,221
TS+1,8 2,774 0,213
TS+1,9 2,874 0,205
TS+2,0 2,974 0,198
TS+2,1 3,074 0,192
TS+2,2 3,174 0,186
TS+2,3 3,274 0,180
TS+2,4 3,374 0,175
TS+2,5 3,474 0,170
TS+2,6 3,574 0,165
Spektrum Respon
Periode, T (detik) Periode, T (detik)
Percepatan Desain, Sa (g)
TS+2,7 3,674 0,160
TS+2,8 3,774 0,156
TS+2,9 3,874 0,152
TS+3,0 3,974 0,148
TS+3,1 4,074 0,145
TS+3,2 4,174 0,141
TS+3,3 4,274 0,138
TS+3,4 4,374 0,135
TS+3,5 4,474 0,132
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 1 2 3 4 5
Periode, T (detik)
Grafik 1. Grafik antara Percepatan Respon Spektra dgn Periode untuk Kelas
Situs SE