Anda di halaman 1dari 6

The Development of Small Scale and Low-Cost Galvanic Cells as a Teaching Tool for

Electrochemistry

A. Latar Belakang
Banyaknya sekolah-sekolah yang kekurangan instrumen untuk melakukan percobaan
kimia mengakibatkan terhambatnya model pembelajaran eksperimen kepada para siswa.
Yang kemudian hal ini mendasari untuk menciptakan pengembangan instrument
percobaan kimia yang dibuat dengan lebih sederhana agar dapat menekan biaya.
Penyederhanaan percobaaan kimia dapat dilakukan dengan mengganti barang pecah
belah yang biasa digunakan di laboratorium menjadi platform yang lebih kecil, misalnya
botol injeksi, botol penetes, piring sumur, pipet plastic, dll. Pengembangan dapat
dilakukan dengan menerapkan prinsip “green chemistry”. Dimana pada penerapannya
dapat mengurangi penggunaan bahan kimia namun dengan memberikan hasil lebih
optimal, sehingga dengan begitu, limbah bahan kimia yang dihasilkan juga akan lebih
sedikit.
Elektrokimia telah dianggap sebagai salah satu topik yang paling sulit oleh siswa dan
guru (Finley et al.,1982). Proses elektrokimia yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi
(redoks) dapat diilustrasikan dengan sel galvani. Pada penelitian ini, pembuatan sel
galvani dilakukan dengan menggunakan jembatan garam berupa benang kapas dan
pengurangan jumlah larutan elektrolit hingga 10 kali lipat. Tujuan dari penelitian ini
adalah dikembangkannya sel galvani yang dibuat dalam skala kecil dengan biaya yang
lebih rendah sehingga memudahkan untuk digunakan sebagai bahan ajar di sekolah
menengah.

B. Alat dan Bahan


Alat : 2 botol vial dengan tinggi 7 cm; benang kapas (cotton thread) dengan panjang 18
cm; Elektroda logam dengan 0,54 mm × 9 cm
Bahan : 0,2496 g CuSO4.5H2O; 0,2874 g ZnSO4.7H2O ;0,24647 g MgSO4.7H2O;
0.27801 g FeSO4.7H2O; 0.6659 g Al2(SO4)3.18H2O; 0.1019 g KNO3; 0.0846 g NaNO3
atau 0.0584 g NaCl; 100 mL air terdeionisasi; 3 M HCl
Alat untuk sel galvani skala kecil

C. Hasil dan Pembahasan


Optimalisasi Potensial Sel
Parameter yang mempengaruhi potensial sel diperiksa menggunakan sel yang terpisah.

Berdasarkan gambar A menunjukkan hubungan antara konsentrasi elektrolit dan


potensial sel, dimana potensial sel meningkat seiring meningkatnya konsentrasi elektrolit.
Percobaan dilakukan dengan memperbaiki konsentrasi satu setengah sel yang awalnya
dibuat 0,1 M lalu ditingkatkan hingga 0,01 M yang mengakibatkan meningkatnya
potensial sel. Namun, dalam peningkatan lebih lanjut justru akan mengurangi potensial
sel. Oleh karena itu, untuk percobaan lebih lanjut dipilih konsentrasi 0,01 M.
Secara teoritis potensial sel galvani dapat dihitung menggunakan persamaan Nernst’s:

Q adalah reaksi hasil bagi yang tergantung pada rasio aktivitas ion dalam elektrolit yang
digunakan pada dua setengah sel. Peningkatan nilai Q akan menurunkan nilai potensial
sel, begitu juga sebaliknya. Penurunan nilai Q akan meningkatkan potensial sel. Jadi,
potensial sel dapat diatur dengan mengubah nilai Q yang dapat dilakukan dengan
memvariasikan rasio konsentrasi 2 elektrolit dalam sel.

Gambar B menunjukkan pengaruh volume elektrolit terhadap potensial sel pada


konsentrasi elektrolit tetap dengan 0,1 M setengah sel katoda dan 0,01 M setengah sel
anoda. Dari gambar tersebut dapat dilihat potensial sel meningkat dengan meningkatnya
volume elektrolit sampai 2 mL karena luas permukaan elektroda dan elektrolit
meningkat. Nilai potensial sel yang meningkat mencapai nilai jenuh pada 2-3 mL.
Dengan demikian, kondisi ini dipilih untuk meminimalkan jumlah larutan yang
digunakan.
Parameter lain yang dipelajari adalah pengaruh jenis garam untuk jembatan garam.
Percobaan dilakukan dengan membandingkan penggunaan garam NaCl dan KNO 3.
Berdasarkan grafik tersebut penggunaan NaCl sebagai jembatan garam memang
memberikan hasil potensial sel lebih besar namun tidak bertahan dalam waktu yang lama
sehingga masa hidup sel relatif singkat. Selain itu, NaCl juga bukan pilihan yang baik
ketika elektroda yang digunajan adalah seng, perak atau timbal karena menimbulkan
endapan dari banyak anion. Sedangkan untuk penggunaan KNO3 sebagai jembatan garam
cenderung lebih stabil, terlihat dari besarnya potensial sel yang mampu bertahan dalam
waktu yang lebih lama.

Tabel 1 menunjukkan masa hidup sel skala kecil yang dikembangkan. Berdasarkan tabel
tersebut, terlihat bahwa potensial sel dari masing-masing set eksperimen berbeda tidak
menunjukkan perubahan nilai potensial sel yang signifikan dengan %RSD kurang dari 2.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa reagen dapat digunakan efektif hingga 1 bulan.
Perbandingan metode skala kecil dan metode konvensional

Berdasarkan gambar diatas dapat terlihat bahwa perbedaan potensial sel metode skala
kecil dan metode konvensional tidak jauh berbeda, dengan mempertimbangkan
penggunaan biaya yang rendah dan pengurangan penggunaan bahan kimia maka sel
galvani skala kecil bisa diterapkan sebagai bahan ajar untuk eksperimen elektrokimia.
Gambar A Sel Galvani
Konvensional

Gambar B Pengembangan
Sel Galvani

Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan tabel 2, diketahui nilai post-test siswa lebih baik dibandingkan dengan nilai
pre-test. Pre-test dilakukan sebelum menggunakan sel galvani yang dikembangkan,
sedangkan post-test dilakukan sesudah menggunakan sel galvani yang telah
dikembangkan. Adapun dilihat dari CV (koefisien variasi), hasil CV post-test adalah
15,82% dibandingkan CV pre-test yaitu 24,09%. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman materi oleh siswa. (Perlu diketahui kriteria pertimbangan nilai
CV dibagi menjadi 3, 0-15 artinya metode yang sangat baik, 15-20 artinya metode yang
baik, >20 artinya metode yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai