Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN


METHYLENE BLUE TEST

DISUSUN OLEH:

NAMA : AYNUN SEPTINA MELIYANI


NIM : 113220234
PLUG :L

LABORATORIUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN
METHYLENE BLUE TEST

Disusun untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Lumpur Pemboran Tahun


akademik 2023/2024, Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Oleh:
NAMA : AYNUN SEPTINA MELIYANI
NIM : 113220243
PLUG :L

Disetujui untuk Laboratorium


Analisa Lumpur Pemboran
Oleh:
Asisten Praktikum

Retno Ningtyas W. M.
NIM. 113200019
Methylene Blue Test
Nama : Aynun Septina Meliyani
NIM : 113220234
Plug :L
Judul Acara : Methylene Blue Test

A. Tujuan Acara
1. Untuk menentukan kemampuan clay dalam mengikat kation dari suatu
larutan.
2. Menentukan harga CEC ( Cation Exchange Capacity ) atau KTK
(Kapasitas Tukar Kation) suatu sample bentonite.
3. Menentukan kemampuan clay untuk mengikat kation pada larutan.
B. Dasar Teori
Methylene blue digunakan untuk mengukur total kapasitas
pertukaran kation dari suatu sistem clay, dimana jenis dan kristal salinitasi
mineral, pH larutan, jenis kation yang dipertukarkan dan konsentrasi
kandungan mineral yang terdapat dalam clay, yang mempengaruhi
pertukaran kation. Kemampuan pertukaran kation didasarkan atas urutan
dari kekuatan ikatan-ikatan ion-ion ini yaitu :
Li+ < Na+ < H+ < NH4+ < Mg2+ < Ca2+ < Al3+.
Harga pertukaran kation yang paling besar dimiliki oleh mineral
allogenic (pecahan batuan induk), sedangkan yang paling kecil dimiliki oleh
mineral authogenic (proses kimia).
Adapun hal yang menyebabkan mineral clay memiliki kapasitas tukar
kation adalah :
1. Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silika alumina, akan
menimbulkan muatan yang tidak seimbang sehingga agar seimbang
kembali (harus bervalensi rendah) diperlukan penyerapan kation.
2. Adanya subtitusi alumina bervalensi tiga didalam kristal untuk silika
equivalen serta ion-ion bervalensi terutama magnesium didalam
struktur tetrahedral.
3. Penggantian hydrogen yang muncul dari gugusan hidroksil yang
muncul oleh kation-kation yang dapat ditukar-tukarkan
(exchangeable). Untuk fakta ini masih disangsikan
kemungkinannya karena tidak mungkin terjadi pertukaran hydrogen
secara normal
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Timbangan
2. Cup
3. Gelas Ukur 500 cc
4. Labu Erlenmeyer 250 cc
5. Magnet Batang
6. Hot plate
7. Magnetizer dan Magnetic Stic Bar
8. Pipet
9. Kertas whatman
10. Stop Watch
Bahan :
1. Aquades = 60 ml
2. H2SO4 = 0,5 ml
3. H202 = 15 ml
4. Methylene Blue = 10 ml
5. XCD = 0,5 gr
6. Base mud
C.1. Gambar Alat

Gambar 7.1
Timbangan Digital
( Sumber : Laboraturium Analisa Lumpur Pemboran )
Gambar 7.2
Labu Erlenmeyer
( Sumber : Laboraturium Analisa Lumpur Pemboran )
Gambar 7.3
Cup
( Sumber : Laboraturium Analisa Lumpur Pemboran )
Gambar 7.4
Kertas whatman
( Sumber : Laboraturium Analisa Lumpur Pemboran )
Gambar 7.5
Magnetic Stirer
(https://images.tokopedia.net/img/cache/700/product)
Gambar 7.6
Gelas ukur
( Sumber : Laboraturium Analisa Lumpur Pemboran )
D. Langkah Pengerjaan
1. Masukkan 2 ml lumpur yang sudah siap untuk dianalisis kedalam labu
erlenmeyer 250 cc.
2. Kemudian tambahkan 10 ml air
3. Masukkan magnet batang ke dalam erlemenyer.
4. Meletakkan di atas Magnetizer
5. Menyalakan hot plate dan magnetizer hingga magnet berputar seperti
pengaduk selama 10 menit
6. Menambahkan 15 ml 3% H2O2 menambahkan 0.5 ml H2SO4 dan
diaduk dengan menggunakan magnetisie.
7. Sampel tersebut kemudian dititrasi dengan penambahan larutan
methylene blue setiap 1 ml dan diaduk hingga larut.
8. Ambil sampel dan teteskan diatas kertas sampai terdapat lingkaran dua
warna biru yang berbeda (biru tua dan biru muda).
9. Setelah terjadi dua warna lingkaran biru tua dan biru muda selanjutnya
dikocok manual memastikan warna tersebut berubah atau hilang. Jika
tidak ada perubahan berarti titrasi berakhir.
10. Catat pertukaran kation dari larutan tersebut yang besarnya sama dengan
jumlah ml dari larutan titrasi methylene blue dalam satuan meq/100
gram
E. Hasil dan Perhitungan
• Methylene Blue = 10 ml
• Volume Lumpur = 2 ml
• Larutan H2SO4 = 0.5 ml
• Aquadest = 50 ml

𝑉𝑀𝐵𝑇
• MBT =
𝑉𝑑𝑓
10
= 2

=5
14,5 𝑥 𝑀𝐵𝑇
• ‘BE(MBT) = 𝑉𝑑𝑓
14,5 𝑥 5
= 2

= 36,25 kg/m

5𝑥 𝑀𝐵𝑇
• BE(MBT) = 𝑉𝑑𝑓
5𝑥5
= 2

= 12,5 lb,bbl

100
• CEC(KTK) = 𝐵𝐸 (𝑀𝐵𝑇)𝑥 0,285
100
= 12,5 𝑥 0,285

= 28,07 Meq/100gr

F. Pembahasan dan Kesimpulan


1. Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk menentukan kemampuan clay
dalam mengikat kation dari suatu larutan dan menentukan harga CEC
(Cation Exchange Capacity).
2. Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah dengan titrasi dimana
dilakukan dengan penetesan secara bertahap sejumlah volume larutan
hasil standarisasi ke konsentrasi yang sudah diketahui sebelumnya.
3. Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh data nilai KTK adalah
sebesar 28,07 Meq/100gr
4. Apabila nilai kapasitas tukar kation (KTK) rendah maka semakin besar
kemungkinan tejadinya peristiwa swelling pada clay. Begitu pula
sebaliknya, Apabila nilai kapasitas tukar kation (KTK) tinggi maka
semakin rendah kemungkinan tejadinya peristiwa swelling pada clay.
5. Methylene blue test (MBT) dipakai untuk mengukur total kapasitas
pertukaran kation dari suatu sistem clay dan dari nilai tukar kation
tersebut dapat diprediksikan terjadinya swelling.

Anda mungkin juga menyukai