Anda di halaman 1dari 11

Analisa Bahan Ajar Modul AlQur’an Hadits KB 1 Artikel 2

KONTROVERSI ZAKAT PROVESI PERSPEKTIF ULAMA KONTEMPORER

Berikut analisis artikel yang berjudul Kontroversi zakat profesi perspektif ulama
kontemporer yang ditulis oleh fuad riyadi

a. Lima ( 5 ) konsep dan deskripsinya yang temukan di dalam Bahan Ajar.


1. Esensi dari zakat adalah pengelolaan dana yang diambil dari aghniyā ’ (QS. al-
Taubah [9]: 103), untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya (QS. al-
Taubah [9]: 60) dan bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam. Zakat bisa didistribusikan secara langsung kepada
orang-orang yang berhak, baik kepada satu atau lebih penerima zakat maupun
kepada organisasi sosial yang mengurusi fakir miskin. Namun hendaknya
dialokasikan orang-orang yang benar membutuhkan. Untuk menghindari
pemberian zakat kepada orang yang salah, maka pembayar zakat hendaknya
memastikan dulu
2. Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian
profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama
orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi
nishab. Misal profesi dokter, konsultan, advokat, dosen, arsitek, dan sebagainya.
3. Pada masa Rasulullah zakat profesi belum ada. Penggagas zakat profesi adalah
Syeikh Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Az Zakah sekitar tahun 1969. praktik
zakat profesi mulai marak di Indonesia kira-kira sejak tahun 90-an akhir dan awal
tahun 2000-an. Sejak saat itu zakat profesi mulai banyak diterapkan oleh lembaga
pengelola zakat di Indonesia, baik BAZ (badan amil zakat) milik pemerintah, baik
BASDA atau BASNAZ, maupun LAZ (lembaga amil zakat) milik swasta, seperti
PKPU, Dompet Dhuafa, dan sebagainya.
4. Ada dua kaidah umum syar’i yang disepakati para ‘ulama tentang ketentuan
wajibnya zakat harta harus dipenuhi, yaitu pertama adanya batas minimal nishab.
Bila tidak mencapai batas minimal nishab maka tidak wajib zakat. Kedua, Harus
menjalani haul. Haul adalah kurun waktu satu tahun dalam hitungan kalender
hijriyah. Bila tidak mencapai putaran satu tahun, maka tidak wajib zakat.
5. Terdapat khilafiyah (perbedaan pendapat) di kalangan ulama ataupun lembaga
dakwah/fatwa dalam masalah zakat profesi. Ada sebagian yang membolehkan
zakat profesi, seperti Syeikh Abdul Wahhab Khallaf, Syeikh Abu Zahrah, Yusuf
Qardhawi, Prof. Didin Hafidhuddin, Quraisy Syihab, Majelis Tarjih Muhammadiyah,
MUI (Majelis ulama Indonesia). Namun ada pula sebagian yang tidak setuju dan
tidak membolehkan zakat profesi, dengan alasan utama bahwa zakat profesi tidak
pernah dicontohkan oleh Nabi SAW. Mereka misalnya Dr. Wahbah Az Zuhaili, Prof.
Ali As Salus, Syeikh Bin Baz, Syeikh Muhammad bin Shaleh Utsaimin, Hai`ah
Kibaril ulama, Dewan Hisbah PERSIS, Bahtsul Masail NU, dan juga Hizbut Tahrir
Indonesia (HTJ).

b. Evaluasi dan refleksi atas pemaparan materi pada Bahan Ajar.


Dengan membaca artikel ini pemahaman kita tentang zakat profesi semakin
mendalam. Kita dapat mengetahui asal mula kewajiban zakat profesi, yang pada
zaman nabi belum ada. serta kita dapat mengetahui alasan ulama mewajibkan zakat
profesi atau pun menolak kewajiban zakat profesi dengan alasan yang logis dan
berlandaskan nash tertentu.

c. Kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar.
Kelebihan artikel ini adalah penjelasannya runut dan terperinci serta adanya
penjelasan masing-masing ulama yang menerima ataupun menolak keberadaan zakat
profesi

d. Kaitkan isi Bahan Ajar dengan nilai moderasi beragama.


Kaitan materi ini dengan moderasi beragama adalah penetapan zakat profesi sebagai
salah satu kewajiban umat islam adalah satu bentuk ijtihad yang dilakukan oleh para
ulama. Meskipun ada perbedaan pendapat dikalangan ulama terkait zakat profesi ini
dimana Sebagian ulama menerima dan Sebagian lain menolak zakat profesi namun
semua pendapat ulama tersebut memiliki alasasan yang jelas dan didasarkan pada
nash tertentu. Untuk itu kita sebagai umat islam harus menerima keanekaragaman
pendapat tersebut, tanpa menjadikan hal tersebut pemicu perpecahan diantara
sesame umat muslim. Hendaklah kita melaksanakan ketentuan zakat profesi ini dalam
kehidupan sehari-hati , segingga zakat profesi tidak hanya sebatas wacana ditengah
masyarakat. Diharapkan dengan adanya zakat profesi ini kita dapat membantu
saudara sesame muslim yang membutuhkan bantuan.
Analisa Bahan Ajar Modul Fiqih KB 2 Artikel 1

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Berikut analisis artikel yang berjudul poligami dalam perspektif hukum islam yang ditulis
oleh andi intan cahyani

a. Lima ( 5 ) konsep dan deskripsinya yang temukan di dalam Bahan Ajar.


1. Konsep poligami (ta’addud al-zaujā t) dalam ilmu fikih secara umum dipahami
sebagai seorang suami dalam waktu bersamaan yang mengumpulkan dua sampai
empat istri. Poligami tidak dapat diketahui secara pasti awal mula
kemunculannya. Sejak ribuan tahun silam, sebelum datangnya Islam poligami
sudah menjadi tradsi yang dianggap wajar. Jadi tidak benar jika dikatakan bahwa
poligami berawal dari ajaran islam.
2. Poligami tidaklah serta merta diperbolehkan dalam Islam. Islam memiliki batasan
dan syarat yang ketat kepada seorang yang hendak melakukan poligami,
diantaranya boleh melakukan poligami sampai dengan empat istri apabila ia
bener-benar mampu dalam berlaku adil terhadap istri-istrinya yang menyangkut
persoalan nafkah, tempat tinggal dan pembagian waktu. Islam menekankan
dengan tegas, apabila dikhawatirkan untuk tidak bisa berlaku adil maka cukuplah
dengan satu istri.
3. Praktik poligami yang dilakukan oleh Rasulullah saw. sangat jauh berbeda dengan
poligami yang terjadi sekarang ini. Adapun maksud dan tujuan dari praktik
poligami Rasulullah dapat dilihat dari persoalan atau sebab mengapa beliau
berpoligami. Diantaranya: Pertama, Rasulullah diutus untuk menyebarkan kasih
dan sayang kepada seluruh alam oleh Allah swt. Kedua, Rasulullah diutus menjadi
contoh suri tauladan untuk umat manusia. Ketiga, Rasulullah diutus untuk
melindungi dan mengangkat martabat kaum wanita, anak-anak yatim, para budak,
dan kaum tertindas lainnya. Keempat, Rasulullah menyuruh umatnya untuk
berumah tangga untuk membentuk keluarga yang sejahtera, bahagia dan
menumbuhkan generasi Islami yang kuat dimasa depan. Bukan semata-mata
untuk menyalurkan fitrah seksnya
4. Ulama yang pada umumnya memperbolehkan melakukan praktik poligami
tidaklah cenderung memudahmudahkan, kebolehan tersebut mempunyai syarat
yang sangat ketat. Sedangkan yang cenderung melarang praktik poligami berasal
dari ulama-ulama kontmporer. Menurut mereka dalam Islam sesungguhnya
menganut prinsip monogami dan melarang keras terjadinya poligami karena
bersumber dari kebiasaan bangsa Arab pra-Islam yang memberikan status dan
kedudukan lebih dominan kepada laki-laki.
5. Indonesia sebagai negara hukum, memiliki peraturan tesendiri mengenai
perkawinan, yang tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1974. Dalam pasal 3 (1) UU No.
1/1974 undang-undang tersebut secara jelas bahwa hukum perkawinan di
Indonesia menganut asas monogami yang diperuntukkan bagi laki-laki maupun
bagi perempuan. Akan tetapi, dalam undang-undang ini pula terdapat
pengecualian, seorang suami bisa beristri lebih dari satu orang apabila ada izin
dari pihak yang bersangkutan, dalam hal ini istri terdahulu. Adanya pengecualian
ini berlandaskan pada agama yang tidak mengharamkan praktik poligami. a dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 55 dinyatakan bahwa laki-laki bisa beristri
lebih dari satu orang sampai empat orang dengan syarat suami harus mampu
berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya, dan apabila syarat tersebut
dikhawatirkan tidak terpenuhi maka suami dilarang beristri lebih dari satu.

b. Evaluasi dan refleksi atas pemaparan materi pada Bahan Ajar.


Dengan membaca artikel ini kita mengetahui hukum poligami yang sebenarnya,
dengan mempertimbangkan praktik poligami yang dilakukan Rasulullah saw disertai
dengan pertimbangan beberapa sudut pandang dari berbagai ulama.

c. Kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar.
Kelebihan artikel ini adalah dijelaskan dengan Bahasa yang ringan dan mudah
dipahami oleh pembaca
Kekurangan dari artikel ini adalah tidak menjelaskan bagaimana hukum bagi
seseorang yang menolak dipoligami sehingga pemahaman pembaca tidak utuh terkait
dengan permasalahan poligami ini

d. Kaitkan isi Bahan Ajar dengan nilai moderasi beragama.


Kaitan materi ini dengan moderasi beragama adalah poligami dalam agama
Islam jelas hukumnya sehingga tak perlu dipermasalahkan. Hanya saja ada syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhi Ketika seseorang akan melakukan polihami
diantaranya bisa berlaku adil, yang menyangkut persoalan nafkah, tempat tinggal dan
pembagian waktu. Islam menekankan dengan tegas, apabila dikhawatirkan untuk
tidak bisa berlaku adil maka cukuplah dengan satu istri.
Disinilah letak moderasi hukum Islam, dimana Islam mentolerir
ketidakmampuan manusia untuk bersikap adil pada aspek dimana tidak ada manusia
yang mempu melakukannya, akan tetapi pada aspek dimana manusia mampu
melakukannya, seperti: aspek materi dan aspek giliran, tidak ada alasan bagi manusia
ketika memilih untuk hidup berpoligami, untuk tidak bersikap adil diantara isteri-
isterinya.
Memahami ayat seputar poligami secara moderat, dan bersikap arif dan
bijaksana dalam melihat pembolehan poligami dalam Islam, sesungguhnya dapat
meminimalisir tudingan miring yang kerap disematkan kepada ajaran Islam. Karena
sejatinya, praktek poligami yang dilakukan oleh rasulullah saw selama masa
hidupnya adalah berlebihan untuk dianggap sebagai sebuah praktek sunah bagi
umatnya.
Analisa Bahan Ajar Modul Fiqih KB 4 Artikel 1

PERSPEKTIF ULAMA BANGKA BELITUNG TENTANG TEORI KHILAFAH DAN


IMPLIKASINYA TERHADAP UKLHWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH
BASYARIYAH DALAM KEUTUHAN NKRI
DI BANGKA BELITUNG

Berikut analisis artikel yang berjudul Perspektif Ulama Bangka Belitung Tentang Teori
Khilafah Dan Implikasinya Terhadap Uklhwah Islamiyah Dan Ukhuwah Basyariyah Dalam
Keutuhan Nkri Di Bangka Belitung yang ditulis oleh Suparta

A. Lima ( 5 ) konsep dan deskripsinya yang temukan di dalam Bahan Ajar.


1. Merebaknya isu tentang khilafah yang digulirkan oleh salah satu Ormas Islam
ternyata tidak semua ulama di Bangka Belitung bisa menerimanya. Sehingga
masalah khilafah menjadi khilafiayah di antara para ulama Bangka Belitung.
Dengan kata lain, ada sebagian Ulama yang Pro dengan Khilafah dan ada ulama
yang Pro dengan Khilafah. Letak perbedaan yang paling tajam yang dalam konsep
khilafah dikalangan Ulama Bangka Belitung ini terletak pada perbedaan
pemahaman pada kholafah yang harus di terapkan di Indonesia. Namun jika
khilafah yang ditreapkan pada masa Rasulullah seluruh Ulama Bangka Belitung
sepakat, karena memang pernah ada Khilafah pada masa Rasulullah saw dan
dijalankan sempurna karena memang yang menjadi khalifahnya langsung Baginda
Rasulullah saw. Akan tetapi, ketika khilafah ini dipaksakan untuk ditegakkan di
Indonesia maka disisnilah mulai terjadi pro dan kontra.
2. Para Ulama Bangka Belitung sepakat dalam penegakan nilai-nilai syari’ah Islam di
Indonesia, karena tidak merubah falsafah Indonesia sendiri. Seperti ungkapan KH.
Hasyim Sya’roni bahwa penerapan syari’ah bagi umat islam wajib karena itu
merupakan ajaran yang harus dijalankan. Misalnya jika ia menjadi pimpinan
seperti menjadi presiden, Gubernur atau Bupati sementara ia adalah umat islam
maka harus patuh dan tunduk pada syari’at Islam. Para ulama Bangka Belitung
berpendapat bahwa khilafah memang bagus, akan tetapi tidak cocok jika harus
dipaksakan tegak di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Bangsa Indonesia telah
memiliki ideologi sendiri yaitu Pancasila dan UUD 1945. Jika ada kelompok yang
memaksakan maka akan berimplikasi negatif terhadap ukhuwah islamiyah di
Bangka Belitung dan umumnya di Indonesia.
3. Menurut KH.Muhammad Thoha ketua MUI Bangka Barat, ia mengatakan bahwa
selama ini di majelis Ulama Indonesia telah menyepakati model Islam yang cocok di
Indonesia adalah model islam wasathiyah yakni model Islam pertengahan.
Maksudnya adalah posisi Islam yang baik adalah Islam yang mengedepankan
kemaslahatan umat daripada kemudharatan bagi umat. Melalui model islam
wasathan inilah akhirnya umat Islam bisa diterima dimana-mana dan bisa berada
dimana-mana dengan catatan jangan sampai sampai mengenyampingkan
akidahnya. Model ini khusus yang berkorelasi dengan masalah muamalah bukan
masalah akidah. Ukhuwah basyariyah yang sudah berjalan di Indonesia sudah
sangat baik dengan prinsip Islam wasathannya. Jika berusaha keluar dari prinsip
ini maka dikhawatirkan akan terjadi konflik yang berkepanjangan.
4. Meurut Sujoko salah satu Pimpinan Daerah Muhammadiyah mengatakan bahwa
Khilafah bisa berimplikasi positif dan juga bisa negatif. Berimplikasi positif bila
khilafah ini sudah menjadi kesepakatan ulama se-Indonesia, tidak ada perbedaan
pendapat lagi dan didukung oleh pemerintah. Jika demikian maka khilafah bisa
serasi dengan ukhuwah basyariyah. Akan tetapi akan berdampak negatif terhadap
ukhuwah basyariyah jika khilafah ini ditegakkan ditengah-tengah perselisihan
pendapat baik di antara umat Islam maupun dalam pemerintahan. Terlebih lagi
akan ditentang oleh umat beragama yang lainnya. Jika hal ini terjadi maka khilafah
bukan menjadi sumber yang berkah akan tetapi justru akan menjadi sumber
masalah dan sumber konflik.
5. Mayoritas ulama yang diwawancari di berbagai daerah yang ada di Bangka
Belitung mengatakan bahwa sistem Khilafah belum cocok dilaksanakan di
Indonesia. Ketidak cocokan ini bukan berarti mereka menganggap bahwa sistem
khilafah itu jelek, akan tetapi disebabkan oleh sistem yang ada di Indonesia dari
sejak kemerdekaan sudah memiliki model dan sistem sendiri. Oleh sebab itu,
diperlukan usaha yang masif dan pendekatan persuatif yang aktif dengan berbagai
pihak jika memang sistem khilafah ini mau ditegakkan.

B. Evaluasi dan refleksi atas pemaparan materi pada Bahan Ajar.


Dengan membaca materi ini memperkaya pemahaman kita terkait pandangan ulama
bangka Belitung tentang khilafah. Dimana masalah khilafah menjadi khilafiayah di
antara para ulama Bangka Belitung. Letak perbedaan yang paling tajam terletak pada
perbedaan pemahaman pada kholafah yang harus di terapkan di Indonesia. Namun
jika khilafah yang diterapkan pada masa Rasulullah seluruh Ulama Bangka Belitung
sepakat, karena memang pernah ada Khilafah pada masa Rasulullah saw dan
dijalankan sempurna karena memang yang menjadi khalifahnya langsung Baginda
Rasulullah saw. Akan tetapi, ketika khilafah ini dipaksakan untuk ditegakkan di
Indonesia maka disisnilah mulai terjadi pro dan kontra. Para Ulama Bangka Belitung
sepakat dalam penegakan nilai-nilai syari’ah Islam di Indonesia, karena tidak
merubah falsafah Indonesia sendiri. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa
sistem Khilafah belum cocok dilaksanakan di Indonesia. Ketidak cocokan ini bukan
berarti mereka menganggap bahwa sistem khilafah itu jelek, akan tetapi disebabkan
oleh sistem yang ada di Indonesia dari sejak kemerdekaan sudah memiliki model dan
sistem sendiri.

C. Kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar.
Kelebihan dari artikel ini adalah penyampaian materi dengan kata-kata yang ringan
dan mudah dimengerti sehingga walaupun bahasannya cukup berat namun bisa tetap
dimengerti oleh pembaca yang awam dengan permasalahan khilaf ini

D. Kaitkan isi Bahan Ajar dengan nilai moderasi beragama.


Kaitan materi ini dengan moderasi beragama adalah dengan adanya pro kontra
tekait khilafah di Indonesia, kita sebagai generasi bangsa harus bisa menerima
keberagaman yang ada agar tidak menimbulkan perpecahan. Kita harus mengkaji
lebih dalam lagi sebenarnya konsep khilafah itu seperti apa, agar tidak menyalahi
ajaran islam karena banyak orang-orang yang mengaitkan khilafah ini dengan islam
radikal padahal dalam kenyataannya tidaklah demikian. Setelah kita memahami
konsep khilafah secara komprehensif kemudian kita lihat kondisi, adat istiadat, dan
keberagaman yang ada di Indonesia. Kemudian dikaji apakah konsep khilafah tadi
bisa diterapkan di Indosesia. Apakah kemajemukan bangsa kita cocok dengan konsep
tersebut. Hal ini semua dilakukan agar tidak terjadi perpecahan dalam bangsa kita.
Analisa Bahan Ajar Modul Fiqih KB 3 Artikel2

RIBA DALAM PERSPEKTIF KEUANGAN ISLAM

Berikut analisis artikel yang berjudul Riba dalam perspektif keuangan islam yang ditulis
oleh Anita Rahmawaty, M.Ag

A. Lima ( 5 ) konsep dan deskripsinya yang temukan di dalam Bahan Ajar.


1. Konsep riba sebenarnya telah lama dikenal dan telah mengalami perkembangan
dalam pemaknaan. Kajian mengenai riba, ternyata bukan hanya diperbincangkan
oleh umat Islam saja, tetapi berbagai kalangan di luar Islam-pun memandang
serius persoalan ini. Jika dirunut mundur hingga lebih dari dua ribu tahun silam,
kajian riba ini telah dibahas oleh kalangan non-Muslim, seperti Hindu, Budha
Yahudi, Yunani, Romawi dan Kristen. Konsep riba di kalangan Yahudi, yang
dikenal dengan istilah "neshekh" dinyatakan sebagai hal yang dilarang dan hina.
Pelarangan ini banyak terdapat dalam kitab suci mereka, baik dalam Old
Testament (Perjanjian lama) maupun dalam undang-undang Talmud. Sedangkan
pada masa Yunani dan Romawi Kuno, praktek riba merupakan tradisi yang lazim
berlaku. Pada masa Yunani sekitar abad VI SM hingga 1 M, terdapat beberapa jenis
bunga yang bervariasi besarnya.
2. riba telah jelas dan tegas dilarang dalam Islam. Pelarangan riba dalam al-Qur’an
tidak diturunkan sekaligus melainkan secara bertahap, sejalan dengan kesiapan
masyarakat pada masa itu, seperti pelarangan minuman keras. Adapun tahap-
tahap pelarangan riba dalam al-Qur'an dapat dijelaskan sebagai berikut: Tahap
pertama, disebutkan bahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan
Allah, sedangkan shodaqoh akan meningkatkan keberkahan berlipat ganda. Tahap
kedua, Riba dipersamakan dengan mereka yang mengambil kekayaan orang lain
secara tidak benar dan mengancam kedua belah pihak dengan siksa Allah yang
pedih. Tahap ketiga, pelarangan riba dengan dikaitkan pada suatu tambahan yang
berlipat ganda. Tahap keempat merupakan tahap terakhir di mana Allah dengan
tegas dan
jelas mengharamkan riba, menegaskan perbedaan yang jelas antara jual beli dan
riba dan menuntut kaum Muslimin agar menghapuskan seluruh hutang-pihutang
yang mengandung riba
3. Polemik ulama seputar bunga bank tidak bisa dilepaskan dari persoalan dasar
hukum Islam pada bidang mu'amalat dimana pengaturannya oleh nash dilakukan
secara umum, tidak dijelaskan secara rinci, berbeda dengan persoalan ibadah dan
aqaid. Di samping itu, persoalan intinya terletak pada perbedaan dalam
menentukan 'illat hukum seputar riba. Sebagian ulama memakai "ziyadah"
(tambahan) dan sebagian ulama yang lain memakai "dzulm" (kemudlaratan).
Setidaknya, terdapat dua pandangan kelompok ulama yang sangat concern
mencermati status bunga bank ini, yaitu kelompok Neo-Revivalisme dan
modernis.
4. Pelarangan riba, menurut Qardhawi memiliki hikmah yang tersembunyi di balik
pelarangannya yaitu perwujudan persamaan yang adil di antara pemilik harta
(modal) dengan usaha, serta pemikulan resiko dan akibatnya secara berani dan
penuh rasa tanggung jawab. Prinsip keadilan dalam Islam ini tidak memihak
kepada salah satu pihak, melainkan keduanya berada pada posisi yang seimbang.
5. Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi Islam
menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing) ketika pemilik modal
bekerja sama dengan pengusaha untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila
kegiatan usaha menghasilkan, keuntungan dibagi bersama dan apabila kegiatan
usaha menderita kerugian, kerugian juga ditanggung bersama. Sistem bagi hasil
ini dapat berbentuk mudharabah atau musyarakah dengan berbagai variasinya.

B. Evaluasi dan refleksi atas pemaparan materi pada Bahan Ajar.


Dengan membaca materi ini memperkaya pemahaman kita tentang konsep riba
dalam islam. Dimana riba sering ditemui dalam praktek perbangkan yaitu dengan
adanya bunga bank. polemik ulama seputar bunga bank tidak bisa dilepaskan dari
persoalan dasar hukum Islam pada bidang mu'amalat dimana pengaturannya oleh
nash dilakukan secara umum, tidak dijelaskan secara rinci, berbeda dengan persoalan
ibadah dan aqaid. Pelarangan riba memiliki hikmah yang tersembunyi di balik
pelarangannya yaitu perwujudan persamaan yang adil di antara pemilik harta
(modal) dengan usaha, serta pemikulan resiko dan akibatnya secara berani dan penuh
rasa tanggung jawab. Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional,
ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing) ketika pemilik
modal bekerja sama dengan pengusaha untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila
kegiatan usaha menghasilkan, keuntungan dibagi bersama dan apabila kegiatan usaha
menderita kerugian, kerugian juga ditanggung bersama.

C. Kelebihan dan kekurangan terkait dengan penjelasan materi pada Bahan Ajar.
Kelebihan dari artikel ini adalah penyampaian materi dilakukan penulis secara rinci
dengan banyak data pendukung.
Kekurangan dari artikel ini adalah terlalu Panjang sehingga melelahkan untuk dibaca.

D. Kaitkan isi Bahan Ajar dengan nilai moderasi beragama.


Sebagai alternatif/pemecahan masalah riba yang redapat dalam bank
konvebsional maka hadirlah perbankan syariah. perbankan syariah menawarkan
sistem bagi hasil (profit and loss sharing) ketika pemilik modal bekerja sama dengan
pengusaha untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan,
keuntungan dibagi bersama dan apabila kegiatan usaha menderita kerugian, kerugian
juga ditanggung bersama. Dengan demikian system perbankan syariah merupakan
salah satu implementasi dari moderasi beragama, karena dalam perbankan syariah
mengandung unsur keadilan antara nasabah dan bank.

Anda mungkin juga menyukai