ZAKAT HASIL
ZAKAT HASIL JASA
TANAH YANG
(PROFESI)
DISEWAKAN
PENYALURAN
ZAKAT UNTUK ZAKAT
PEMBANGUNAN PRODUKTIF
Kelompok Mustahiq Zakat MASJID Gagasan Zakat Produktif
Hukum Zakat untuk Pembangunan Prospek Zakat Produktif
Masjid
C. ZAKAT PRODUKTIF
1. Gagasan Zakat Produktif
Ide untuk mengembangkan zakat sebagai modal
usaha muncul ketika fokus perhatian dilakukan secara
seksama bahwa para fuqara dan masakin tidak semuanya
orang-orang yang memiliki keterbatasan kekuatan fisik. Di
antara mereka terdapat banyak yang memiliki kesehatan
fisik dan keahlian yang dapat dikembangkan, tapi mereka
tidak memiliki modal. Sehingga keluar ide untuk
memberikan zakat kepada mereka untuk bisa dijadikan
sebagai modal usaha yang dapat meningkatkan status
ekonominya dan sekaligus mengembangkan keahlian yang
mereka miliki. Maka pihak yang paling berperan dalam
zakat produktif ini adalah kreatifitas mustahiq untuk
menjadikan zakat sebagai modal yang terus
dikembangkan.
2. Prospek Zakat Produktif
Dalil mengenai zakat produktif ini ialah QS. al-
Baqarah: 273, yang artinya: “Berinfaklah untuk orang-orang
faqir yang terikat oleh jihad di jalan Allah, mereka tidak
mampu berusaha di bumi. Orang yang tidak tahu, menyangka
mereka adalah orang yang kaya karena memelihara diri dari
meminta-minta. Kamu melihat mereka dengan melihat sifat-
sifatnya. Mereka tidak meminta-minta kepada orang secara
medesak. Dan apa yang kamu nafkahkan di jalan Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah:
273)
Arif Mufraini dalam Buku Akuntansi dan Manajemen
Zakat telah mengemas bentuk inovasi pendistribusian zakat
yang dikategorikan dalam empat bentuk:
a) Pertama, distribusi bersifat “konsumtif tradisional,”
yaitu zakat dibagikan kepada mustahik untuk
dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah, atau
zakat mal yang dibagikan kepada para korban bencana
alam.
b) Kedua, distribusi bersifat “konsumtif kreatif.” yaitu
zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari
barangnya semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-
alat sekolah atau beasiswa.
c) Ketiga, distribusi bersifat “produktif tradisional,” yaitu
zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang
produktif seperti kambing, sapi, dan lain sebagainya.
Pemberian dalam bentuk ini dapat menciptakan usaha
yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin.
d) Keempat, distribusi dalam bentuk “produktif kreatif,”
yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik
untuk menambah modal pedagang pengusaha kecil
ataupun membangun proyek sosial dan proyek
ekonomis.
Zakat produktif adalah zakat yang disalurkan kepada
mustahik dengan cara yang tepat guna, efektif manfaatnya
dengan sistem yang serba guna dan produktif, sesuai dengan
pesan syariat dan peran serta fungsi sosial ekonomis dari
zakat.
Hikmah yang dapat dipetik dari praktek zakat
produktif, ialah:
a) Agar terjadi komunikasi yang dapat menghilangkan
menara gading antara si miskin dengan si kaya.
b) Menjadikan si muzakki (pemberi zakat) akan merasa puas
dan senang karena zakatnya bisa berkembang, di sisi lain
menjadikan mustahiq tidak menjadi mental pengemis dan
tersalurkan kemampuannya.
c) Tidak terjadi sikap pembiaran terhadap fakir miskin dan
telah menyelamatkan bahaya dari kefakiran yang dapat
menjadikan seorang menjadi kafir.
D. PENYALURAN ZAKAT UNTUK PEMBANGUNAN
MESJID
1. Kelompok Mustahiq Zakat
Jumhur ulama sepakat bahwa kelompok mustahiq
zakat itu terdiri delapan asnaf atau bagian. Kesepakatan
tersebut didasari oleh ayat al-Qur’an surat al-Taubat ayat
60. Delapan kelompok (mustahiq) zakat sebagaimana
tercantum dalam ayat di atas, penjelasannya sebagai
berikut.
a. Fuqara, yaitu Orang yang tidak memiliki harta dan
pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhannya sehari-
hari. Orang yang termasuk kelompok ini tidak memiliki
suami (isteri), ayah, ibu, dan anak yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Masakin, yaitu Orang yang memiliki pekerjaan, tapi
hasilnya tidak dapat memenuhi kebutuhannya,
c. Amilin yaitu Yaitu orang yang bekerja memungut zakat
(panitia zakat).
d. Muallaf, pengertiannya dapat berarti orang yang baru
masuk Islam sedangkan imannya masih lemah, maka
untuk menguatkannya perlu diyakinkan dengan zakat.
Atau orang kafir yang berniat untuk masuk Islam, tapi
masih tipis keimanannya, maka ia dapat diberi zakat
supaya niat masuk Islamnya menjadi kuat.
e. Budak, yaitu orang yang hidupnya tidak merdeka,
dikuasai oleh tuannya dan berniat untuk
membebaskan dirinya
f. Orang yang terlilit hutang, yaitu orang yang memiliki
tunggakan hutang kepada orang lain baik hutang
tersebut untuk kepentingan pribadinya atau hutang
karena untuk biaya kebajikan.
g. Orang yang berjuang di jalan Allah, yaitu para tentara
yang berperang melawan serangan orang kafir.
h. Orang yang sedang dalam perjalanan. Yaitu orang yang
sedang melakukan sebuah perjalanan dengan tujuan
yang baik bukan untuk kemaksiatan, seperti pelajar
atau mahasiswa yang belajar di luar negeri
2. Hukum Zakat untuk Pembangunan Masjid
Berdasarkan Ijtihad para ulama, zakat pembangunan
mesjid dimasukkan dalam salah satu asnaf zakat yakni
Sabilillah.
Menurut Mahmud Syaltut, istilah sabilillah memiliki
arti kemaslahatan ummat yang manfaatnya kembali kepada
kaum muslimin seperti pembangunan mesjid, rumah sakit,
perlengkapan pendidikan, dan sebagainya. Memperkuat
pendapatnya, Syaltut mengutip pendapat Imam Al-Razi yang
mengatakan bahwa kata sabilillah tidak terbatas pada arti
tentara. Syaltut juga mengutip pendapat al-Qaffal yang
berpendapat bahwa boleh menyalurkan zakat ke semua
bentuk kebaikan seperti untuk mengurus mayat, membangun
benteng, dan pembangunan mesjid. Tetapi Syaltut
memberikan catatan bahwa zakat yang diperbolehkan untuk
pembangunan mesjid dengan syarat mesjid itu hanya satu-
satunya di suatu desa, atau untuk pembangunan mesjid baru
karena mesjid yang tersedia tidak cukup lagi untuk
menampung jamaah. Menurut Syaltut, arti sabilillah dapat
disimpulkan menyangkut pemeliharaan posisi materi dan
spritual suatu bangsa termasuk di dalamnya mesjid.
Menurut al-Maraghi, istilah sabilillah adalah semua
perkara yang berhubungan dengan kemaslahatan ummat
dapat dimasukkan ke dalam sabilillah, seperti perkara yang
menyangkut masalah agama dan pemerintahan, seperti
masalah pelayanan haji.
M. Rasyid Ridha berpendapat bahwa, istilah sabilillah
mencakup semua kepentingan syariah secara umum yang
berkenaan dengan masalah agama dan negara dan yang
terpenting, untuk persiapan kepentingan perang dengan
membeli persenjataan.
Menurut Yusuf Qardhawi, istilah sabilillah memiliki
arti yang lentur, yaitu semua sarana yang dapat dipergunakan
untuk memperjuangkan kemajuan ummat Islam dan melawan
semua bentuk serangan orang-orang kafir, semuanya
termasuk sabilillah. Lebih rinci, beliau menyebutkan usaha
pembebasan Islam dari kekuasaan dengan memerangi kaum
kafir, sarana pendidikan dan pengajaran serta lembaga
da’wah, surat kabar islami, penerbitan buku-buku islami dan
para da’i, semua yang disebutkan di atas dapat dimasukkan
ke dalam cakupan makna sabilillah.
Sayyid Sabiq berpendapat, bahwa istilah sabilillah
adalah semua jalan yang dapat menyampaikan kepada
keridhaan Allah, baik berupa ilmu atau amal.
Daftar materi bidang
2 studi yang sulit Ketentuan persentase dan nasab untuk penyaluran zakat produktif
dipahami pada modul
Daftar materi yang
sering mengalami Penyaluran zakat untuk pembangunan mesjid, ketentuan dan nasab
3
miskonsepsi dalam serta persentase penyalurannya
pembelajaran