Anda di halaman 1dari 5

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : FIKIH


B. Kegiatan Belajar : Hukum Zakat (KB 1)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


A. ZAKAT HASIL TANAH YANG DISEWAKAN
1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat Tanah yang
Disewakan
a. Pengertian Jakat Tanah yang Disewakan
Zakat tanah yang disewakan adalah zakat yang
dikeluarkan dari tanah yang disewakan. Zakat
tanah yang disewakan harus memenuhi
beberapa komponen dalam transaksi zakat hasil
tanah yang disewakan sebagai berikut:
a. Sebidang tanah yang disewakan
b. Pemilik tanah yang menyewakan tanah kepada
orang lain
c. Penyewa tanah sekalgus orang yang menggarap
tanah sewa
Ajru (upah) yang dibayarkan oleh penyewa
kepada pemilik tanah.
Menurut Majma’ al-Faqih al-Islam yang dikutip oleh
Konsep (Beberapa istilah dan Wahbah Zuhaili tentang zakat harta yang tidak
1
definisi) di KB bergerak dan tanah yang disewakan terutama
tanah yang disewakan bukan untuk pertanian
maka tidak ada kewajiban zakat pada aset harta
tidak bergerak dan tanah yang disewakan karena
yang wajib dizakati adalah hasil pemasukan dari
harta yang tidak bergerak dan tanah yang
disewakan itu. Jika tanah yang disewakan itu
menghasilkan seperti pertanian atau apapun yang
dikelolanya maka wajib mengeluarkan zakat
sebesar 2,5 % setelah berlalunya waktu satu tahun
(haul) dari waktu al-qabdhu (penyerahterimaan)
dengan tetap memperhatikan.
2. Siapa yang Wajib Mengeluarkan Zakatnya
Pertama, menurut Jumhur ulama, bahwa yang wajib
mengeluarkan zakat hasil tanah yang disewakan
adalah pihak penyewa.
Kedua, menurut pendapat Abu Hanifah dan
pengikutnya bahwa pemilik tanahlah yang wajib
mengeluarkan zakatnya karena dari sebab tanah itulah
ada hasil yang diperoleh.
Ketiga, Imam Malik, Syafi’i, Imam At-Tsauri, Imam
Ibnu Mubarak dan Imam Ibnu Abu Tsaur
berpendapat, penyewa tanahlah yang wajib
membayar zakat, pendapat ini sejalan dengan
pendapat poin pertama. Adapun ketentuan zakat
tanah yang disewakan untuk kegiatan usaha tersebut
diqiyaskan pada zakat perdagangan. Besaran
nishabnya setara nishab emas dan perak senilai 85
gram emas murni, zakatnya sebesar 2,5 %. Cara
menghitung zakat.

B. ZAKAT HASIL JASA (PROFESI)


1. Pengertian dan Hukumnya
Dalam terminologi Arab, zakat penghasilan dan profesi
lebih populer disebut dengan istilah zakatu kasb al-amal wa
al-mihan al- hurrah), atau zakat atas penghasilan kerja dan
profesi bebas. Istilah itu digunakan oleh Yusuf Al-
Qardhawi dalam kitab Fiqhu Zakah dan Wahbah Az-
Zuhaili dalam kitab Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu. Zakat
profesi dapat dimaknai sebagai zakat pekerjaan yang sudah
menjadi keahlian seseorang yang diperoleh melalui proses
pendidikan seperti dokter, dosen, pengacara, pilot, dan
guru. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan
bahwa penghasilan yang dimaksud ialah setiap
pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain-
lainnya yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti
pejabat negara, pegawai,karyawan, maupun tidak rutin
seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta
pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya.

2. Cara Mengeluarkan dan Nisabnya


Berapa nisab (batas minimal) dan prosentase yang
harus
dikeluarkan? Terjadi perbedaan pendapat para ulama
terhadap penetapan nisabnya:
a. Abdurrahman Hasan, Imam Abu Zahra, dan Abdul
Wahab Khallaf, mereka berpendapat bahwa nisab
zakat profesi sekurang-kurangnya setara dengan
lima wasaq atau 300 sha sekitar 930 liter atau 653
Kg hasil panen. Persentase zakat disamakan
(diqiyaskan) dengan zakat pertanian yang
pengairannya menggunakan alat (mesin), yaitu
sebesar 5 % setiap mendapatkan gaji atau honor.
b. Jumhur ulama berijtihad bahwa nisab zakat profesi
adalah harta setara dengan seharga emas 93,6 gram
emas murni yang diambil dari penghasilan bersih
setelah dikeluarkan seluruh biaya hidup. Kelebihan
inilah yang dihitung selama satu tahun, lalu
dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 % setiap bulan.
Prosentase ini diqiyaskan dengan zakat mata uang
yang telah ditetapkan oleh Hadits.
c. Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa
zakat profesi disamakan dengan zakat rikaz (barang
temuan) maka tidak ada syarat nisab dan
prosentasenya 20 persen pada saat menerimanya.
d. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwa MUI No
3 tanggal 7 Juni tahun 2003 menyebutkan bahwa
semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan
zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab
dalam satu tahun, yakni senilai emas 85 gram dalam
setahun. Zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada
saat menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak
mencapai nishab, maka semua penghasilan
dikumpulkan selama satu tahun; kemudian zakat
dikeluarkan jika penghasilan bersihnya sudah cukup
nishab. perdagangan yakni jumlah total harta
dikurangi total biaya yang telah dikeluarkan,
kemudian dikalikan dengan 2,5 %.

B. ZAKAT PRODUKTIF
Permasalahannya yang kemudian muncul bagaimana
hukum penyaluran zakat untuk modal usaha? berikut
bahasannya.
1. Gagasan Zakat Produktif
Ide untuk mengembangkan zakat sebagai modal
usaha muncul ketika fokus perhatian dilakukan
secara seksama bahwa para fuqara dan masakin
tidak semuanya orang-orang yang memiliki
keterbatasan kekuatan fisik. Di antara mereka
terdapat banyak yang memiliki kesehatan fisik
dan keahlian yang dapat dikembangkan, tapi
mereka tidak memiliki modal. Sehingga keluar ide
untuk memberikan zakat kepada mereka untuk
bisa dijadikan sebagai modal usaha yang dapat
meningkatkan status ekonominya dan sekaligus
mengembangkan keahlian yang mereka miliki.
2. Prospek Zakat Produktif
Prospek ke depan, zakat yang diperoleh
dari hasil usaha ini memiliki peluang yang cerah
jika pengelolaannya dilakukan secara baik dan
profesional. Pengelolaan itu dapat dilakukan
melalui pengembangan sumber daya mustahiq
yang potensial yang jumlahnya cukup banyak.
Lain halnya ketika menghadapi mustahiq zakat
yang konsumtif, yaitu yang tidak memiliki
kemampuan dan keahlian untuk
mengembangkan zakat seperti orang jompo,
anak yatim yang masih kecil, orang dewasa yang
cacat atau sakit berat maka zakat untuk mereka
ini hanya untuk membantu kelangsungan hidup
mereka karena mereka lebih banyak bersifat
pasif. Dengan demikian, zakat produktif adalah
zakat yang didistribusikan kepada mustahik, yang
dikelola dan dikembangkan melalui perilaku-
perilaku bisnis.

D. PENYALURAN ZAKAT UNTUK PEMBANGUNAN MASJID


1. Kelompok Mustahiq Zakat
Jumhur ulama sepakat bahwa kelompok mustahiq zakat
itu terdiri delapan asnaf atau bagian. Sesuai dengan Qs.
At-Taubah: 60

Artinya: “Shadaqah adalah hak untuk fakir, miskin, amil


zakat, muallaf, budak, orang yang terlilit hutang, di jalan
Allah, dan orang yang dalam perjalanan (musafir). Sebagai
kewajiban yang datang dari Allah dan Allah Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 60)

2. Di antara kedelapan macam mustahiq zakat seperti


tersebut di atas, terdapat
mustahiq yang disebut sabilillah yang secara bahasa
artinya jalan Allah. Para ulama dalam memahami kata
sabilillah tidak hanya terbatas pada makna hakiki
yaitu para pejuang yang berperang menegakkan
agama Allah tapi memahaminya juga dari makna
majazi yang bersifat umum. Terkait dengan makna
yang terakhir ini, para ulama memiliki penafsiran yang
beraneka ragam.
Menurut Yusuf Qardhawi, istilah sabilillah memiliki arti
yang lentur, yaitu semua sarana yang dapat
dipergunakan untuk memperjuangkan kemajuan
ummat Islam dan melawan semua bentuk serangan
orang-orang kafir, semuanya termasuk sabilillah.
Lebih rinci, beliau menyebutkan usaha pembebasan
Islam dari kekuasaan dengan memerangi kaum kafir,
sarana pendidikan dan pengajaran serta lembaga
dakwah, surat kabar islami, penerbitan buku-buku
islami dan para da’i, semua yang disebutkan di atas
dapat dimasukkan ke dalam cakupan makna
sabilillah.

Istilah – istilah sewa menyewa


1. Mujir
Daftar materi pada KB yang
2 2. Mustajir
sulit dipahami
3. Arju
4. Ajr

1. Istilah “fisabilillah” dikmanai orang – orang yang sedang


dijalan Allah’ terkadang orang memaknainya hanya sebatas
mkna secara hakiki saja, akan tetapi bisa di fahami dari
Daftar materi yang sering
aspek makna majazinya, yaitu kegiatan – kegiatan yang
3 mengalami miskonsepsi dalam
berhubungan dengan kemaslahatan Ummat (pembanguan
pembelajaran
masjid, sarana Pendidikan dan sarana yang lain yang
banyak manfaat untuk kegiatan ibadah, itu termasuk
fisabilillah)

Anda mungkin juga menyukai