581-Article Text-1346-1-10-20210329
581-Article Text-1346-1-10-20210329
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., atas karunia dan
bimbingan-Nya sehingga kerja keras kami dalam penerbitan jurnal ilmiah
“Tanggon Kosala Volume 4, Tahun IV, Desember 2013” dengan tema “Sistem
Pendidikan Karakter pada Program Studi Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian
dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan di Akademi Kepolisian” dapat
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tema bernuansa
pendidikan karakter bagai tidak pernah usang digali dan dikembangkan. Tema
ini adalah kali ketiga diangkat oleh Tanggon Kosala untuk memantapkan
Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian, dengan sudut pandang yang
berbeda.
Kombes Bambang Pristiwanto, S.H., M.M. mengawali Tanggon Kosala
dengan artikel berjudul “Menjadikan Keteladanan sebagai Roh Pendidikan
Karakter di Akpol”. Pendidikan karakter dan keteladanan merupakan dua sisi
mata uang yang dalam implementasinya tidak bisa dipisahkan. Pendidikan
karakter tidak akan berhasil jika tidak disertai keteladanan di dalamanya.
Keteladanan tidak harus bersifat vertikal dari atas ke bawah, tetapi dapat dari
berbagai arah. Siapa pun bisa menjadi teladan bagi orang lain selama ia
memiliki karakter baik yang layak diteladani. Oleh karena itu, semangat yang
harus ditumbuhkan dalam pendidikan karakter adalah berlomba-lomba
menjadikan diri kita sebagai teladan bagi orang lain. Meskipun tampaknya
keteladanan itu berat untuk kita wujudkan, tetapi selama ada kemauan yang
gigih dari masing-masing orang, pendidikan karakter melalui keteladanan
tidak mustahil kita wujudkan. Pembangunan pendidikan karakter tidak bisa
dilakukan oleh satu pihak saja. Di Akademi Kepolisian, misalnya, pem-
bangunan pendidikan karakter harus dilaksanakan bersama-sama. Semua
komponen dalam sebuah lembaga harus berperan semua sesuai dengan
kapasitas, posisi, tanggung jawab, dan kewenangannya.
AKBP Dr. Andre Resep KP., SH., M.Sc. mengikutinya dengan artikel
berjudul “Pendidikan Karakter pada Program Studi Strata 1 Terapan
Kepolisian Guna Membangun Budaya Organisasi Akpol dalam Rangka
Mewujudkan Layanan Prima Polri”. Lebih lanjut diungkapkannya bahwa
iii
Akpol telah mengkristalisasi seluruh nilai-nilai luhur dalam Doktrin Polri 'Tata
Tentrem Kerta Raharja', Pedoman Hidup 'Tribrata', Pedoman Kerja 'Catur
Prasetya' dan Filosofi Pendidikan “Mahir, Terpuji dan Patuh Hukum' serta
sumber nilai lainnya menjadi dua belas (12) nilai karakter unggulan taruna
sebagai peserta didik Akpol, yaitu: 1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa; 2) Cinta Tanah Air; 3) Demokratis; 4)Disiplin; 5) Kerja Keras
dan Cerdas; 6) Profesional; 7)Sederhana; 8)Berempati; 9) jujur; 10) Adil; 11)
Teladan; dan 12) Berintegritas. Nilai-nilai karakter tersebut diintroduksi ke
dalam tiga strategi pendidikan karakter di Akpol, yaitu pendekatan kompre-
hensif (holistik); pendekatan pembelajaran terintegrasi; dan pendekatan
pengembangan kultur sekolah.
Artikel ketiga dikembangkan oleh Kompol Deny Heryanto, S.I.K, M.Si
dengan judul “Pendidikan Karakter sebagai Modal Dasar Pembentukan
Perwira Sarjana Terapan Kepolisian di Akpol”. Sejak dikeluarkannya
Keputusan Kepala Lemdikpol Nomor Kep/404/VII/ 2013 tentang Kurikulum
Penyesuaian Program Akpol Sarjana S1 terapan Kepolisian dirasakan bahwa
pendidikan karakter belum maksimal diimplementasikan dalam kehidupan
taruna Akpol terbukti dari pemberitaan media yang menampilkan perilaku
negatif yang dilakukan oleh oknum alumni Akpol. Dosen masih
mengutamakan aspek penilaian kognitif. Sementara itu masalah yang paling
krusial yakni aspek afektif berupa penanaman nilai-nilai luhur masih sering
diabaikan dan dianggap kurang penting bagi taruna Akpol. Ternyata bekal ilmu
pengetahuan saja tidak cukup bagi peserta didik karena mereka harus
diperkuat dengan bekal karakter yang kuat guna menghindari diri mereka dari
godaan yang besar saat mereka bertugas di lapangan. Strategi penerapan
pendidikan karakter dilaksanakan melalui tiga pola kegiatan dalam
pembentukan pendidikan di Akpol yakni pola pembelajaran, pelatihan, dan
pengasuhan yang dikombinasikan dengan values atau nilai-nilai 12 karakter
kebhayangkaraan yang telah dicetuskan oleh Gubernur Akpol. Selanjutnya
perlu dilakukan pembudayaan pendidikan karakter melalui kegiatan yang
terpola sehingga diharapkan Akpol dapat melahirkan perwira yang tangguh
dan memiliki integritas moral tinggi melalui pembentukan pendidikan
karakter di Akpol.
iv
Tri Sulistiyono, S.H.,M.H. pada artikel keempat melengkapi gagasan
pendidikan karakter dengan memberikan dasar filosofi dan demokratisasi
guna memperkuat pembentukan karakter profesionalitas sarjana terapan
kepolisian. Supaya ada linieritas filosofi pendidikan, dengan demokratisasi
pendidikan dalam pembentukan karakter profesionalitas maka Akpol sebagai
salah satu lembaga pendidikan kedinasan harus memulai dengan regulasi yang
kokoh melalui kurikulum Akpol Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian
dengan kemampuan untuk mewujudkan akreditasi A. Bravo untuk Akpol
Sarjana Terapan Kepolisian.
Senada dengan gagasan Tri Sulistiyono, Waspiah, S.H.,M.H.
memberikan gagasan berjudul Model Integrasi Pendidikan Karakter:
Perspektif Pembentukan Profesionalitas First Line Supervisor Perwira Polisi.
Lebih lanjut diungkapkannya bahwa proses pendidikan di Akpol berproses
melalui tiga pilar kegiatan yaitu pengasuhan, pelatihan, dan pengajaran.
Artinya melalui tiga pilar kegiatan inilah proses pembentukan perwira polisi
profesional, cerdas, bermoral dan modern yang berwawasan global dan
berstandar internasional (Visi Akpol) harus mampu di wujudkan. Oleh karena
itu visi ini akan terwujud jika konsep pendidikan karakter mampu di
integrasikan ke dalam tiga pilar kegiatan tersebut secara bersinergis. Model
integrasi keterpaduan tiga kegiatan dalam proses pembentukan profesionalitas
perwira polisi diharapkan mampu mewujudkan Perwira Polisi yang mampu
menjadi garda depan pejuang keadilan.
Artikel keenam ditulis oleh Drs. Wagiran, M.Hum. berjudul
“Implementaasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran pada Program S1
Terapan Kepolisian”. Artikel ini berisi gagasan aplikatif tentang bagaimana
mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Dua belas
nilai-nilai karakter yang dirumuskan Akpol dari berbagai dokumen yang
relevan dengan visi dan misi Akpol harus diimplementasikan dalam
pembelajaran. Nilai-nilai karakter tersebut merupakan bagian dari aspek
afektif dalam Kurikulum 2013. Aspek afektif secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis yakni sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
Nilai-nilai karakter tersebut perlu diimplementasikan dalam perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Untuk
v
mengintensifkan pelaksanaan pendidikan karakter di Akpol perlu gerakan
pengimplementasian pendidikan karakter ke dalam setiap silabus dan SAP.
Selain itu, perlu mekanisme kontrol yang baik untuk memantau keberhasilan
implementasi pendidikan karakter.
Artikel terakhir berjudul “Penumbuhan Sikap Positif Bahasa untuk
Memperkokoh Kualitas Karakter Polisi” ditulis oleh Drs. Rokhmat, M.Pd.,
seorang guru bahasa Indonesia di Kebumen. Salah satu indikator profesional-
tidaknya seorang polisi terlihat dari bagaimana seorang polisi meng-
implementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata dan
Caturprasetya pada aktivitas sehari-harinya, terlebih ketiga berdinas. Pada
brata yang ketiga terdapat istilah mengayomi, sedangkan pada prasetya yang
keempat terdapat pernyataan “memelihara perasaan tenteram dan damai”. Dua
komponen ini bisa dilihat dari kacamata yang sama, yakni bahwa polisi
memiliki tugas utama membuat masyarakat menjadi tenteram, damai, tidak
mengalami ketertekanan, dan tidak mengalami ketakutan. Kondisi seperti ini
bisa diwujudkan salah satunya melalui sikap bahasa yang positif pada diri
Polri. Sikap bahasa yang positif antara lain berwujud sikap mengambil posisi
secara positif terhadap masyarakat yang berbicara dan memilih bahasa yang
“berdampak” positif pada masyarakat. Sikap positif dalam berbahasa ini
menjadi bagian dari karakter yang harus dikembang-tumbuhkan di tubuh
anggota kepolisian Republik Indonesia. Masyarakat Akademi Kepolisian
sebagai bagian dari masyarakat secara luas memiliki tuntutan untuk mampu
berkomunikasi yang baik tersebut. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa
yang baik mutlak diperlukan oleh masyarakat Akpol. Pembiasaan
menggunakan bahasa yang baik merupakan cermin karakter masyarakat Akpol
secara khusus atau masyarakat (anggota) kepolisian secara umum. Dengan
demikian, tanggung jawab pendidikan karakter tidak saja ada di pundak
lembaga pendidikan formal, tetapi juga pada seluruh lapisan masyarakat.
Akademi kepolisian sebaga lembaga pendidikan formal dengan sendirinya
juga memiliki kewajiban besar dalam melangsungkan pendidikan karakter ini.
Demikian beberapa gagasan tentang pendidikan karakter guna
meningkatkan mutu pendidikan Program Studi Sarjana Strata 1 Terapan
Kepolisian di Akademi Kepolisian. Tentu saja artikel-artikel tersebut belum
vi
dapat mewakili semua gagasan para pelaku dan pecinta profesi polisi. Oleh
karena itu, Jurnal Tanggon Kosala masih menungga gagasan-gagasan kreatif
untuk kemajuan institusi kepolisian umumnya dan Akademi Kepolisian
khususnya.
Desember 2013
Tim Redaksi Jurnal
vii
DAFTAR ISI
JURNAL ILMIAH KEPOLISIAN
TANGGON KOSALA : VOLOME 4, TAHUN IV, DESEMBER 2013
TIM REDAKSI ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI viii
viii
MENJADIKAN KETELADANAN SEBAGAI ROH PENDIDIKAN
KARAKTER DI AKPOL
ABSTRAK
Cita-cita bangsa sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional tersebut
merupakan perwujudan nilai moral bangsa yang harus tertanam dan mengakar dalam
pola hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
karakter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pola pembinaan anak-anak atau
generasi muda, baik yang dilakukan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan
formal, maupun di lingkungan masyarakat luas. Di tiga lingkungan inilah karakter
generasi mendatang akan terbentuk. Pendidikan karakter tidak saja merupakan
tuntutan undang-undang dan peraturan pemerintah, tetapi juga oleh agama, bahkan
juga oleh masyarakat itu sendiri. Setiap agama pastilah mengajarkan karakter atau
akhlak pada pemeluknya. Oleh karena itu, semua unsur yang ada dalam masyarakat
memiliki tanggung jawab yang sama untuk menyelenggarakan pendidikan karakter ini
agar nantinya terbentuk masyarakat yang berkarakter luhur. Meskipun demikian,
pelaksanaan pendidikan karakter bangsa ini memerlukan berbagai perubahan dalam
pelaksanaan proses pendidikan yang terjadi di lembaga pendidikan pada saat sekarang
ini. Perubahan yang diperlukan tidak harus mengubah kurikulum yang berlaku tetapi
menghendaki sikap baru dan keterampilan baru dari para penyelenggara pendidikan.
Sikap dan keterampilan baru tersebut merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
(condito sine qua non) untuk keberhasilan implementasi pendidikan karakter bangsa.
Benteng yang harus kita siapkan itu adalah keteladanan. Keteladanan menjadi penting
untuk mengarahkan generasi ke depan agar berjalan sesuai dengan garis yang kita
kehendaki, yakni garis yang telah ditetapkan oleh tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal, termasuk di Akpol, juga harus
dilaksanakan melalui pengelolaan keteladanan ini. Ketika semua urusan lembaga
pendidikan dari hari ke hari dikelola dengan dilandasi oleh pelaksanaan nilai-nilai
karakter, lembaga pendidikan akan menjadi komunitas yang berkarakter. Lembaga
pendidikan akan menjadi tempat di mana nilai-nilai karakter dilaksanakan dan lembaga
pendidikan akan menjadi tempat bagi setiap peserta didik membiasakan berperilaku
berkarakter. Keteladanan merupakan alat pendidikan karakter yang paling baik. Oleh
karena itu, mendasarkan pendidikan di atas dasar keteladanan merupakan langkah yang
paling tepat. Para ahli mengatakan bahwa karakter tidak bisa diajarkan, hanya bisa
diteladankan.
dito sine qua non) untuk keberhasilan mutu penyelenggaraan dan hasil
implementasi pendidikan karakter pendidikan di lembaga pendidikan
bangsa. Perubahan sikap dan pengua- yang mengarah pada pencapaian
saan keterampilan yang dipersya- pembentukan karakter atau akhlak
ratkan tersebut hanya dapat dikem- mulia peserta didik secara utuh, ter-
bangkan melalui pendidikan dalam padu, dan seimbang, sesuai standar
jabatan yang berfokus, berkelan- kompetensi lulusan. Dengan demi-
jutan, dan sistemik (Kemdiknas kian, melalui pendidikan karakter
2010:ii). diharapkan para taruna mampu seca-
Sebagai upaya untuk meningkat- ra mandiri meningkatkan dan meng-
kan kesesuaian dan mutu pendidikan gunakan pengetahuannya, mengkaji
karakter, Kementerian Pendidikan dan menginternalisasi serta memper-
Nasional mengembangkan grand sonalisasi nilai-nilai karakter dan
design pendidikan karakter untuk akhlak mulia sehingga terwujud da-
setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan lam perilaku sehari-hari. (Depdik-
pendidikan. Grand design menjadi nas 2012:6)
rujukan konseptual dan operasional Pendidikan karakter adalah segala
pengembangan, pelaksanaan, dan sesuatu yang dilakukan guru, yang
penilaian pada setiap jalur dan mampu mempengaruhi karakter
jenjang pendidikan. Konfigurasi ka- peserta didik. Guru membantu mem-
rakter dalam konteks totalitas proses bentuk watak peserta didik. Hal ini
psikologis dan sosial-kultural terse- antara lain mencakup keteladanan
but dikelompokan dalam: Olah Hati bagaimana perilaku guru, cara guru
(Spiritual and emotional develop- berbicara atau menyampaikan mate-
ment), Olah Pikir (intellectual de- ri, bagaimana guru bertoleransi, dan
velopment), Olah Raga dan Kines- berbagai hal terkait lainnya.
tetik (Physical and kinestetic deve- Tujuan pendidikan karakter ada-
lopment), Olah Rasa dan Karsa lah membentuk pribadi anak, supaya
(Affective and Creativity develop- menjadi manusia yang baik, warga
ment). Pengembangan dan imple- masyarakat yang baik, dan warga
mentasi pendidikan karakter perlu negara yang baik. Adapun kriteria
dilakukan dengan mengacu pada manusia yang baik, warga masyara-
grand design tersebut. kat yang baik, dan warga negara yang
Menurut Mochtar Buchori (dalam baik bagi suatu masyarakat atau
Depdiknas 2009:5) pendidikan ka- bangsa, secara umum adalah nilai-
rakter seharusnya membawa peserta nilai sosial tertentu, yang banyak
didik ke pengenalan nilai secara dipengaruhi oleh budaya masyarakat
kognitif, penghayatan nilai secara dan bangsanya. Oleh karena itu,
afektif, dan akhirnya ke pengamalan hakikat dari pendidikan karakter
nilai secara nyata. Pendidikan karak- dalam konteks pendidikan di Indone-
ter bertujuan untuk meningkatkan sia adalah pedidikan nilai, yakni
382 Bambang Pristiwanto, Menjadikan Keteladanan sebagai Roh Pendidikan Karakter di Akpol ...
pendidikan nilai-nilai luhur yang ber- patut ditiru atau dicontoh (KBBI
sumber dari budaya bangsa Indone- 2009:1656). Sesuatu di sini dapat
sia sendiri, dalam rangka membina berupa tindakan, perbuatan, perka-
kepribadian generasi muda (Depdik- taan, dan semacamnya. Atas dasar
nas 2009:7). arti kata teladan tersebut, keteladan-
Atas dasar definisi tersebut kita an bisa diartikan sebagai keadaan
bisa memandang bahwa pendidikan pada diri seseorang yang menjadikan
karakter pada hakikatnya berkaitan dirinya layak dicontoh atau ditiru
dengan pengembangan sikap sese- oleh orang lain. Landak (2010)
orang. Kualifikasi kemampuan sikap mengartikan keteladanan sebagai
seorang taruna atau polisi pada making something as an example,
umumnya adalah memiliki perilaku providing a model. Istilah teladan
sendiri sebenarnya diadopsi dari
yang mencerminkan sikap orang
bahasa Arab yang secara etimologis
beriman, berakhlak mulia, berilmu,
berarti mengikuti atau diikuti. Dalam
percaya diri, dan bertanggung jawab
bahasa Indonesia kata mengikuti
dalam berinteraksi secara efektif dalam konteks keteladanan berarti
dengan lingkungan sosial dan alam meneladani, sedangkan kata diikuti
serta dalam menempatkan diri seba- berarti diteladani. Keteladanan
gai cerminan bangsa dalam pergaul- menyangkut perkataan, perbuatan,
an dunia. Sikap dapat didefinisikan sikap, dan perilaku seseorang yang
sebagai keadaan internal sesorang dapat ditiru atau diteladani oleh pihak
yang memengaruhi pilihan-pilihan lain.
atas tindakan-tindakan pribadi yang Keteladanan pada diri seseorang
dilakukannya (Suhaenah 2001:15). memiliki posisi sentral dalam mem-
Sikap terbentuk dan berubah sejalan bentuk karakter atau kepribadian
dengan perkembangan individu. orang lain. Keadaan dalam diri seseo-
Dengan kata lain, sikap merupakan rang akan berpengaruh kepada ling-
hasil belajar individu melalui inter- kungannya. Bahkan, dalam kon-teks
aksi sosial. yang lebih luas, keteladanan akan
mampu mengubah perilaku masyara-
C. KETELADANAN kat di lingkunganya (http:// id.
1. Hakikat Keteladanan shvoong. com).
Keteladanan merupakan alat
pendidikan karakter yang paling 2. Prinsip Keteladanan
baik. Oleh karena itu, mendasarkan Mengharapkan orang lain untuk
pendidikan di atas dasar keteladanan menjadi seseorang seperti yang kita
merupakan langkah yang paling inginkan bukanlah pekerjaan yang
tepat. Para ahli mengatakan bahwa mudah. Sangatlah sulit meminta
karakter tidak bisa diajarkan, hanya orang lain untuk melakukan apa yang
bisa diteladankan. juga kita lakukan dan kita katakan. Di
Teladan adalah sesuatu yang sinilah pentingnya keteladanan.
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 383
Keteladanan dalam konteks ini bisa aturan selalu ada. Kita akan mampu
dikatakan sebagai perintah tanpa menjadi teladan bagi orang lain jika
kata-kata. Inilah kekuatan keteladan- kita selalu taat pada aturan tersebut.
an. Oleh karena itu, prinsip yang 2) Mencapai target kerja
paling khusus dalam keteladanan se- Orang yang layak diteladani
sungguhnya hanya satu, yakni seseo- adalah orang yang selalu mencapai
rang yang menghendaki diteladani target dalam bekerja. Tanggung ja-
berarti ia harua melakukan apa yang wab seseorang ditentukan oleh tugas
dia inginkan dilakukan oleh orang yang dibebankan pada dirinya sesuai
lain. dengan kedudukan yang dimiliki.
Atas dasar prinsip ini, keteladan- Jika tugas dan kewajiban itu tidak
an selalu diawali dari diri sendiri. mampu dilaksanakan (dengan baik),
Kita tidak mungkin mengharapkan orang yang bersangkutan akan sulit
orang lain meneladani kita jika berada di posisi yang diteladani.
perkataan atau perbuatan kita me- 3) Memiliki sikap positif
mang tidak layak diteladani. Mem- Sikap positif sejalan dengan
buat diri kita menjadi layak ditela- optimis, tanggung jawab, berani, dan
dani oleh orang lain adalah langkah semacamnya. Seseorang yang akan
awal sebuah proses keteladanan bisa diteladani oleh orang lain adalah
dapat dilakukan. seseorang yang mampu mewujudkan
Dalam sebuah organisasi atau sikap positif tersebut dalam segala
lembaga keteladanan sangat diperlu- aspek kehidupannya.
kan. Orang lain lebih senang mengi- 4) Penampilan prima
kuti keteladanan daripada perintah. Semua orang senang melihat
Karena itu, keteladanan menjadi cara penampilan yang good looking.
yang cukup efektif untuk memenga- Penampilan memengaruhi kewi-
ruhi orang lain. Namun, meskipun bawaan seseorang. Jika penampilan
prinsip keteladanan ini cukup efektif, seseorang prima, dalam arti rapih,
penerapannya tidaklah sederhana. bersih, segar, dan meyakinkan; orang
Diperlukan konsistensi dan integritas lain pasti akan semakin interest untuk
serta kejelian dalam menerapkan apa meneladani. Berpenampilan dengan
saja yang akan diteladani orang lain. baik sebenarnya tidak hanya menem-
Untuk memudahkan agar seseorang patkan seseorang menjadi layak
bisa menjadi orang yang diteladani, diteladani, tetapi merupakan bentuk
R. Bruce McAfee dan Betty J. Ricks penghargaan seseorang itu terhadap
memberikan lima kunci utama dalam perusahaan, pekerjaan, dan ling-
memberi keteladanan yang tertuang kungannya. Oleh karena itu, meski-
dalam tulisannya "Leadership By pun bersifat lahiriah, kita tidak boleh
Example: 'Do as I Do!" seperti diurai- mengabaikan penampilan lahir.
kan berikut (http://id. shvoong. com). Namun, kita tidak boleh lupa juga
1) Taat pada aturan bahwa penampilan yang sesungguh-
Dalam lingkup kerja apa pun nya adalah penampilan yang didu-
384 Bambang Pristiwanto, Menjadikan Keteladanan sebagai Roh Pendidikan Karakter di Akpol ...
kung oleh inner power dan beauty Yang terkandung dalam perum-
yang kita miliki. pamaan tersebut adalah makna bah-
5) Komunikatif wa anggota kepolisian yang memiliki
Kemampuan berkomunikasi me- tugas untuk mengajak masyarakat
rupakan aspek yang menentukan agar bisa hidup secara tertib dan
seseorang dipercaya orang lain atau bersih; tidak mungkin bisa melak-
tidak. Dalam prinsip keteladanan, sanakannya jika ia sendiri tidak tertib
seseorang yang layak diteladani dan bersih. Itulah sebabnya, pada
identik dengan seseorang yang bagian awal tulisan ini sudah dinya-
memiliki kemampuan berkomuni- takan bahwa keteladanan memang
kasi yang baik. harus dimulai dari diri sendiri, di
manapun posisi kita, seberapa kecil
D. DARI KETELADANAN ME- pun kewenangan kita.
NUJU PENDIDIKAN KA- Taruna Akpol yang sedang
RAKTER mengikuti pendidikan formal, tentu
1. Pentingnya Keteladanan pada juga tidak bisa dilepaskan dari pen-
Taruna Akpol didikan karakter ini; yang itu berarti
Di Majalah Progo Zebra News juga harus berada dalam proses men-
Edisi Juli 2013 terdapat laporan jadi teladan bagi pihak lain.
wawancara dengan Kapolda DIY. Keteladanan dalam berbagai
Judul laporan tersebut “Jadikan aspek harus ditunjukkan oleh taruna
Polantas Model Keteladanan”. Judul Akpol agar karakter polisi seperti
ini jelas-jelas telah membawa pesan yang dikehendaki oleh tribrata dan
kepada seluruh jajaran kepolisian caturprasetya dapat terwujud nanti-
agar menjadikan dirinya sebagai nya.
teladan. Polisi merupakan bagian 2. Pendidikan Karakter yang Ber-
dari masyarakat yang antara lain pijak pada Keteladanan
bertugas menciptakan keamanan dan Makna pendidikan secara seder-
ketenteraman di masyarakat. Tugas hana dapat diartikan sebagai usaha
ini tidak mungkin bisa dilaksanakan manusia untuk membina kepriba-
jika tidak bersama-sama dengan diannya sesuai dengan nilai-nilai di
masyarakat. Untuk bisa bersama- dalam masyarakat dan kebudayaan.
sama dengan masyarakat mencipta- Dengan demikian, bagaimanapun
kan keharmonisan hidup, seorang sederhananya peradaban suatu ma-
anggota polisi haruslah menjadi syarakat, di dalamnya terjadi atau
pribadi yang disegani oleh anggota berlangsung suatu proses pendidik-
masyarakat karena perilakunya. an. Dengan kata lain, dapat dikatakan
Idiom yang digunakan oleh Ka- bahwa pendidikan pada hakikatnya
polda untuk menyemangati anggota- merupakan usaha manusia untuk
nya adalah “Ibarat orang menyapu, melestarikan hidupnya.
tidak elok jika memakai sapu yang Atas dasar konsep pendidikan
kotor”. semacam itu, agar kita dapat mene-
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 385
di sini dalam arti siapa pun yang ada didikan karakter adalah berlomba-
di dalamnya harus siap menjadi tela- lomba menjadikan diri kita sebagai
dan bagi diri dan pihak lain, serta siap teladan bagi orang lain. Meskipun
meneladani orang lain. tampaknya keteladanan itu berat
untuk kita wujudkan, tetapi selama
E. PENUTUP ada kemauan yang gigih dari masing-
Pendidikan karakter dan ketela- masing orang, pendidikan karakter
danan merupakan dua sisi mata uang melalui keteladanan tidak mustahil
yang dalam implementasinya tidak kita wujudkan.
bisa dipisahkan. Pendidikan karakter Pembangunan pendidikan karak-
tidak akan berhasil jika tidak disertai ter tidak bisa dilakukan oleh satu
keteladanan di dalamanya. Kete- pihak saja. Di Akademi Kepolisian,
ladanan tidak harus bersifat vertikal misalnya, pembangunan pendidikan
dari atas ke bawah, tetapi dapat dari karakter harus dilaksanakan ber-
berbagai arah. Siapa pun bisa men- sama-sama. Semua komponen dalam
jadi teladan bagi orang lain selama ia sebuah lembaga harus berperan se-
memiliki karakter baik yang layak mua sesuai dengan kapasitas, posisi,
diteladani. Oleh karena itu, semangat tanggung jawab, dan kewenangan-
yang harus ditumbuhkan dalam pen- nya.
DAFTAR PUSTAKA
Penyelenggaraan Pendidikan.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2005. Diperbanyak oleh Penerbit Media Centre
Surabaya.
Yaumi, Muhammad. 2010. “Pentingnya Keteladanan Guru dalam Membentuk
Karakter Anak Bangsa”. Makalah dalam Seminar Pendidikan di
Universitas Islam Negeri Alauddin.
PENDIDIKAN KARAKTER
PADA PROGRAM STUDI STRATA SATU TERAPAN KEPOLISIAN
GUNA MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI AKPOL DALAM
RANGKA MEWUJUDKAN PRIMA POLRI
Oleh Andre Resep1
Abstrak
Ada dua perubahan mendasar yang seyogiyanya dilakukan dengan sungguh-
sungguh oleh Akpol. Pertama adalah perubahan program studi Akpol dari tingkat
Diploma-3 menjadi Strata-1 Terapan Kepolisian. Kedua adalah pembangunan
program pendidikan karakter dan pendidikan berkarakter untuk menghasilkan
perwira Polri yang berkarakter. Pancasila menjadi sumber karakter. Akpol
mengkris-talisasi seluruh nilai-nilai luhur dalam Doktrin Polri 'Tata Tentrem Kerta
Raharja', Pedoman Hidup 'Tribrata', Pedoman Kerja 'Catur Prasetya' dan Filosofi
Pendidikan “Mahir, Terpuji dan Patuh Hukum' serta sumber nilai lainnya menjadi
dua belas (12) nilai karakter unggulan taruna sebagai peserta didik Akpol, yaitu: 1)
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Cinta Tanah Air; 3)
Demokratis; 4)Disiplin; 5) Kerja Keras dan Cerdas; 6) Profesional; 7)Sederhana;
8)Berempati; 9) jujur; 10) Adil; 11) Teladan; dan 12) Berintegritas. Nilai-nilai
karakter tersebut diintroduksi ke dalam tiga strategi pendidikan karakter di Akpol,
yaitu pendekatan komprehensif (holistik); pendekatan pembelajaran terintegrasi;
dan pendekatan pengembangan kultur sekolah. Pendidikan karakter secara holistik
menjadi salah satu sarana internasilasi nilai-nilai luhur, dalam hal ini dua belas (12)
nilai karakter dalam pengembangan budaya organisasi Akpol. Budaya organisasi
Polri, yaitu budaya pelayanan dalam wujud pelayanan prima kepolisian pada
masyarakat sebagai outcome pendidikan banyak ditentukan oleh keberhasilan
internalisasi nilai-nilai dua belas karakter melalui pendidikan karakter dan
pendidikan berkarakter di Akpol.
kemampuan teknis (hard skill) yang muara pada dua aspek utama terse-
diperoleh lewat pendidikan, tetapi but, yaitu, menjadikan peserta didik
lebih oleh kemampuan mengelola cerdas dan baik, yaitu, berkarakter:
diri yang di dalamnya termasuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan
karakter dan mengelola orang lain Yang Maha Esa, cakap, kreatif,
(soft skill). ” Kontribusinya pada mandiri, demokratis, kreatif, dan
kesuksesan seseorang relatif sangat bertanggung jawab. Pendidikan
signifikan, yaitu, 20% oleh hard skill Akpol sebagai pendidikan kedinasan
dan 80% oleh soft skill. dan merupakan sub-sistem dari
Lickona (1991) yang dialih- Sistem Pendidikan Nasional juga
bahasakan oleh Wamaungo (2012) mempunyai tujuan yang sama.
menyatakan bahwa “Berdasarkan Rumusan tujuan itu tercermin dalam
penelitian sejarah dari seluruh negara profil lulusan Akpol seperti telah
yang ada di dunia ini, pada dasarnya digambarkan dalam pendahuluan,
pendidikan memiliki dua tujuan, yang sarat dengan kandungan nilai-
yaitu membimbing para generasi nilai karakter (aspek afektif) disam-
muda untuk menjadi cerdas dan ping kecerdasan intelektual (aspek
memiliki perilaku berbudi. ” Sistem kognitif).
pendidikan nasional kita seperti c. Pendekatan dan Strategi Pen-
tertuang dalam UU No. 20 Tahun didikan Karakter
2003 menyatakan bahwa “Pendidik- Wiyani (2012: 26) mengin-
an nasional berfungsi mengembang- troduksi tiga pendekatan yang bisa
kan kemampuan dan membentuk diangkat menjadi strategi pendidikan
watak serta peradaban bangsa yang karakter di dalam konteks sekolah
bermartabat dalam rangka mencer- atau lembaga pendidikan: a. Pende-
daskan kehidupan bangsa, bertujuan katan Komprehensif (holistik); b.
untuk berkembangnya potensi peser- Pendekatan Pembelajaran Terinte-
ta didik agar menjadi manusia yang grasi; dan c. Pendekatan Pengem-
beriman dan bertakwa kepada Tuhan bangan Kultur Sekolah.
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, Pendekatan komprehensif (ho-
sehat, berilmu, cakap, kreatif, listik) mencoba “. . . mengimplemen-
mandiri, dan menjadi warga negara tasikan secara seimbang antara
yang demokratis dan tanggung kekuatan internal dan eksternal, anta-
jawab. ” Disini tampak bahwa ra kekuatan pikiran dengan hati, dan
pendidikan nasional kita juga ber- antara ngerti, ngrasa, nglakoni
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 403
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Sejak bulan Juli 2013 Akpol telah mendapatkan izin operasional dari Pendidikan
Nasional dengan akreditasi C sedangkan dari internal Lemdikpol telah mengeluarkan
Keputusan Kepala Lemdikpol Nomor Kep/404/VII/ 2013 tentang kurikulum
Penyesuaian Program Akpol Sarjana S1 terapan Kepolisian Angkatan 46 Den Anindya
Yodha TA 2011-2015. Selama ini pendidikan karakter belum maksimal
diimplementasikan dalam kehidupan taruna Akpol terbukti dari pemberitaan media yang
menampilkan perilaku negatif yang dilakukan oleh oknum alumni Akpol. Selain itu
peran dosen lebih mengutamakan aspek penilaian kognitif yakni memberikan prioritas
utama mengenai bidang ilmu pengetahuan kepolisian. Sementara itu masalah yang
paling krusial yakni aspek afektif berupa penanaman nilai-nilai luhur masih sering
diabaikan dang dianggap kurang penting bagi taruna Akpol. Ternyata bekal ilmu
pengetahuan saja tidak cukup bagi peserta didik karena mereka harus diperkuat dengan
bekal karakter yang kuat guna menghindari diri mereka dari godaan yang besar saat
mereka bertugas di lapangan. Strategi penerapan pendidikan karakter dilaksanakan
melalui tiga pola kegiatan dalam pembentukan pendidikan di Akpol yakni pola
pembelajaran, pelatihan, dan pengasuhan yang dikombinasikan dengan values atau nilai-
nilai 12 karakter kebhayangkaraan yang telah dicetuskan oleh Gubernur Akpol.
Selanjutnya perlu dilakukan pembudayaan pendidikan karakter melalui kegiatan yang
terpola sehingga diharapkan Akpol dapat melahirkan perwira yang tangguh dan
memiliki integritas moral tinggi melalui pembentukan pendidikan karakter di Akpol.
lain terhadap diri kita tidak hanya kan bahwa pendidikan karakter di
pada tampilan awal saja namun Akpol merupakan kualitas atau
penilaian lebih obyektif didapatkan kekuatan moral seorang taruna yang
melalui pengamatan dalam jangka memiliki kepribadian khusus yang
waktu yang cukup lama. Demikian membedakan dengan orang lain
juga sebaliknya ketika diri kita dinilai melalui penyerapan nilai-nilai, akh-
oleh orang lain. Ketika seorang lak, moral yang diterima dari ling-
taruna sering terlambat apel olahraga kungannya sehingga kelak akan
pagi karena masih tidur atau sang menjadikan dirinya sebagai perwira
taruna biasa tidak mengumpulkan Polri yang berilmu dan berbudi luhur.
pekerjaan rumah tepat waktu yang Artinya bahwa karakter dasar yang
diberikan oleh dosen maka kita melekat pada diri taruna tidak hanya
berkesimpulan bahwa orang itu dia pahami sebatas sebagai pengeta-
memiliki sifat pemalas. Dengan kata huan saja namun dalam kehidupan
lain penilaian terhadap seseorang sehari-hari dilaksanakan juga dalam
berdasarkan kebiasaan atau habits bertutur kata maupun bertindak
yang dilakukannya. Oleh karenanya sebagai perwujudan pendidikan
habits adalah penentu karakter atau karakter yang telah diperolehnya di
kepribadian seseorang sehingga bisa Akpol.
dihargai oleh orang lain. (Siauw, 2. Tujuan Pendidikan Karakter
2013:29). Pendidikan karakter di Akpol
Karakter seorang taruna Akpol bertujuan membentuk para taruna
dibentuk sejak masuk sebagai taruna yang memiliki kemampuan mengo-
yakni pada pendidikan dasar bha- lah pikiran, mengolah perasaan, dan
yangkara dengan status selaku calon mengolah ketrampilan agar menjadi
bhayangkara taruna atau cabhatar. perwira Polri yang dapat diandalkan
Pada saat itulah individu diibaratkan oleh masyarakat. Akpol memfasi-
oleh John Locke sebagai tabula rasa litasi taruna agar memiliki karakter
atau kertas kosong yang siap ditulis positif melalui tujuan pendidikan
dengan tinta pengalaman, penge- karakter agar taruna menguasai
tahuan, dan persepsi yang akan mem- pengetahuan teknis kepolisian ditam-
pengaruhi karakter pribadinya selaku bah pengetahuan umum sebagai
insan bhayangkara yang memiliki pendukung pelaksanaan tugasnya
integritas moral yang tinggi. yang berdasar pada kompetensi dasar
Dengan demikian dapat dikata- yakni kemampuan dasar yang
414 Cak Deny Heryanto, Pendidikan Karakter sebagai Modal Dasar Pembentukan Perwira Sarjana Terapan ...
kan pembinaan fisik atau binsik agar Sejatinya dosen tidak selalu
kondisi badannya selalu memiliki berpatokan pada materi atau bahan
fisik yang prima. ajar yang diajarkannya pada saat itu
Sayangnya kegiatan fisik terse- namun pengalaman-pengalaman
but dituding sebagai penyebab ba- positif yang pernah dialaminya saat
nyaknya taruna yang tidur saat me- bertugas di masa lalu perlu disam-
ngikuti pelajaran di kelas. Bagai- paikan kepada taruna agar mereka
mana ilmu pengetahuan akan diserap memiliki pemahaman dan pengeta-
oleh taruna jika mereka tidur sepan- huan yang benar terhadap suatu
jang jam pelajaran. Belum lagi jika permasalahan yang nantinya akan
ada dosen yang berprinsip sekedar dihadapi di kemudian hari. Namun
menghabiskan jam kuliah tanpa perlu diwaspadai agar dosen tidak
adanya inovasi membangunkan taru- menyampaikan pengalaman negatif
nanya. Sebenarnya cara yang sangat seperti melakukan pemerasan atau 86
efektif dalam menanamkan karakter terhadap masyarakat karena hal itu
positif kepada taruna adalah pada secara tidak langsung dapat mem-
saat dosen menyampaikan materi pengaruhi taruna bahkan akan bisa
kuliah diselipi dengan pesan-pesan dijadikan referensi untuk melakukan
moral. hal serupa di lapangan.
Pada dasarnya pendidikan yang Tentunya dosen juga harus
dilakukan oleh orang dewasa adalah menyampaikan metode pembelajar-
usaha sadar dalam mengembangkan an yang sesuai dengan kondisi peser-
potensi, akal, jasmani, dan akhlak ta didiknya. Mendidik taruna memili-
melalui serangkaian pengetahuan ki kekhasan tersendiri. Di sini
dan pengalaman. Seperti yang disam- dibutuhkan ketrampilan dosen untuk
paikan oleh Dewey dalam Sukma- menggugah semangat dan motivasi
dinata (2001:41) bahwa pengalaman taruna sehingga mereka memiliki
merupakan dasar bagi pengetahuan kemauan untuk mengikuti pelajaran
dan kebijakan. Nilai-nilai moral yang dari awal hingga akhir. Pengalaman
sudah kita ketahui tidak ada artinya selaku tenaga dosen di Akpol, taruna
jika tanpa aplikasi atau penerapan akan lebih bergairah belajar di kelas
pengetahuan tersebut yang dituang- atau istilah lainnya suasana bisa
kan dalam pengalaman yang berguna mencair dan tidak kaku ketika sang
dalam memperkaya keilmuan baik dosen bisa memadukan materi bahan
peserta didik maupun dosen. ajar saat itu diintegrasikan dengan
416 Cak Deny Heryanto, Pendidikan Karakter sebagai Modal Dasar Pembentukan Perwira Sarjana Terapan ...
beda. Pada awal sebagai taruna sosok beladiri Polri sebagai latihan per-
calon bhayangkara taruna diberikan kenalan dalam membentuk seorang
pelatihan peraturan baris-berbaris, taruna.
selanjutnya dalam pendidikan dasar Di bawah ini ada contoh silabus
dilengkapi dengan materi lain yang yang mengintegrasikan kompetensi
bersifat mendasar seperti senam ba- dasar dan pendidikan karakter dalam
lok, merayap tambang, menebak, per- pelatihan.
tolongan pertama gawat darurat, dan
No Mata Kuliah Kompetensi Dasar Karakter
Standar
Kompetens Kompetensi Dasar Karakter
i
1 2 3
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Filsafat dimaknai sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan luas serta menyeluruh dengan segala
hubungan. Filsafat pendidikan adalah kegiatan memikirkan segala sesuatu tentang
pendidikan secara mendalam luas serta menyeluruh dengan segala hubungan yang
merupakan usaha memaknai dan mewujudkan untuk mencapai potensi terbaik
kehidupan manusia. Aliran filsafat pendidikan yaitu esensialime, progresivisme dan
perenialisme berfokus pada titik akhir bahwa pendidikan adalah menuntun kemampuan-
kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata, memperhatikan budi pekerti
dan nilai serta harus bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan dan
kekuatannya sepanjang masa. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem
yang mengatur pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh
filsafat hidup bangsa "Pancasila yang dijabarkan dalam UUD 1945. Selanjutnya di
Jelaskan dalam Pasal 31 ayat (1, 2, 3, 4, 5). Pendidikan dalam perspektif demokrasi
mempunyai peran penting dan strategis dalam pembentukan karakter dan watak
kebangsaan serta pemenuhan HAM setiap orang. Oleh karena itu amandemen Pasal 31
ayat 1, 2, 3, 4, 5 serta mereposisikan anggaran pendidikan dari UU Sisdiknas lebih
proporsional adalah langkah konstruktif untuk membentuk sistem pendidikan yang
demokratis. Pendidikan adalah pilar demokrasi dengan menciptakan paradigma baru
pendidikan demokrasi. Bentuk konkritnya adalah membangun sistem pendidikan
demokrasi terutama perguruan tinggi dalam pembentukan profesionalitas lulusannya.
Supaya ada linieritas filosofi pendidikan, dengan demokratisasi pendidikan dalam
pembentukan karakter profesionalitas maka Akpol sebagai salah satu lembaga
pendidikan kedinasan harus memulai dengan regulasi yang kokoh melalui kurikulum
Akpol Program Sarjana Strata 1 Terapan Kepolisian dengan kemampuan untuk
mewujudkan akreditasi A. Bravo untuk Akpol Sarjana Terapan Kepolisian.
garakan di Maroko abad 10, dan Al- idealisme subjektif yang berpendapat
Azhar Mesir abad 11. Tradisi Univer- hahwa alam semesta itu pada haki-
sitas berkembang di Eropa tahun katnya adalah jiwa/spirit dan segala
1300an. Ketika dunia terus berputar sesuatu yang ada ini nyata ada dalam
dan keseharian tetap berlangsung, arti spiritual. Realisme berpendapat
manusia tetap mewarnai kemapanan- bahwa kualitas nilai tergantung pada
kemapanan yang sedang terjadi apa dan bagaimana keadaannya,
melalui pencapaian pendidikan. apabila dihayati oleh subjek tertentu,
Semua terdapat dalam perkem- dan selanjutnya tergantung pula pada
bangan zaman. Sebagai sesuatu yang subjek tersebut. idealisme, nilai akan
identik dengan karakteristik manu- menjadi kenyataan (ada) atau
sia. disadari oleh setiap orang apabila
Pendidikan adalah upaya me- orang yang bersangkutan berusaha
ngembangkan potensi peserta didik untuk mengetahui atau menyesuai-
agar potensi itu menjadi nyata dan kan diri dengan sesuatu yang
dapat berfungsi dalam hidupnya. menunjukkan nilai kepadanya dan
Dasar pendidikan adalah cita-cita orang itu mempunyai pengalaman
kemanusiaan universal. Pendidikan emosional yang berupa pemahaman
bertujuan menyiapkan pribadi dalam dan perasaan senang tak senang
keseimbangan, kesatuan. organis, mengenai nilai tersehut. Menunut
harmonis, dinamis. guna mencapai realisme, pengetahuan terbentuk
tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat berkat bersatunya stimulus dan
pendidikan adalah filsafat yang tanggapan tententu menjadi satu
digunakan dalam studi mengenai kesatuan. Sedangkan menurut ideal-
masalah-masalah pendidikan. Bebe- isme, pengetahuan timbul karena
rapa aliran filsafat pendidikan; adanya hubungan antara dunia kecil
Esensialisme berpendapat bahwa dengan dunia besar. Esensialisme
dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada berpendapat bahwa pendidikan
cela yang mengatur dunia beserta haruslah bertumpu pada nilai-nilai
isinya dengan tiada cela pula. yang telah teruji keteguhan-ketang-
Esensialisme didukung oleh idealis- guhan, dan kekuatannya sepanjang
me modern yang mempunyai pan- masa. Perenialisme berpendirian
dangan yang sistematis mengenai bahwa untuk mengembalikan keada-
alam semesta tempat manusia bera- an kacau balau seperti sekarang ini,
da. Esensialisme juga didukung oleh jalan yang harus ditempuh adalah
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 433
DAFTAR PUSTAKA
Oleh Waspiah
Abstrak
Integrasi adalah keterpaduan yang bersinergis untuk menghasilkan pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien. Proses pendidikan di Akpol berproses melalui tiga pilar
kegiatan yaitu pengasuhan, pelatihan dan pengajaran. Artinya melalui tiga pilar
kegiatan inilah proses pembentukan perwira polisi profesional, cerdas, bermoral dan
modern yang berwawasan global dan berstandar internasional (Visi Akpol) harus
mampu di wujudkan. Oleh karena itu visi ini akan terwujud jika konsep pendidikan
karakter mampu di integrasikan kedalam tiga pilar kegiatan tersebut secara bersinergis.
Pendidikan karekter yang dimaksudkan adalah pendidikan karakter yang mempunyai
aras linier dengan konsep Dikti (2010) yaitu pendidikan karakter yang dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dalam berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekaligus menjawab amanah UU No. 20
Tahun 2003 yang mengharuskan pendidikan karakter diberikan pada pendidikan formal
khususnya lembaga pendidikan formal termasuk perguruan tinggi yaitu Akpol melalui
pembelajaran, dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan
pembiasaan. Hasil kajian menunjukan integrasi pendidikan karakter ke dalam tiga pilar
kegiatan proses pendidikan di Akpol (Pengajaran, Pengasuhan dan Pelatihan) ternyata
lebih efektif dalam mewujudkan visi dan misi serta tujuan pendidikan di Akpol
(Penelitian Akpol. 2012:135-137). Model integritas berupa keterpaduan tiga kegiatan
dalam proses pembentukan profesionalitas perwira polisi yang kelulusannya dinilai dari
ketuntasan kompetensi Jarlatsuh. Wujud konkritnya Perwira Polisi yang diharapkan
mampu menjadi garda depan pejuang keadilan yang mensejahterakan dengan bijak
mampu menetralkan tujuan hukum yang selalu bersitegang antara keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum (pendapat; Rooscoe Pond).
sebagai salah satu dari tiga kerangka kan solusi secara sistematis agar
dasar ajarannya yang memiliki kedu- tidak berdampak lebih luas di dalam
dukan yang sangat penting, di sam- masyarakat sebab jika tidak ditemu-
ping dua kerangka dasar lainnya, kan solusinya, secara makro akan
yaitu aqidah dan syariah. berdampak pada ancaman keterting-
Negara Indonesia sebagai salah galan bangsa, bahkan bisa berakibat
satu Negara di atas bumi ini menga- fatal terhadap keberlangsungan
nut paham ketuhanan sebagaimana bangsa. Dalam jangka pendek, dam-
tercantum dalam Pancasila yaitu pak yang sangat terasa adalah tidak
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai efisien dan efektifnya pembangunan
warga Indonesia sudah berkewajiban bangsa sebab hasil-hasil pembangun-
untuk menerapkan akhlak atau nilai an yang diperoleh akan terdistorsi
karakter dalam menjalankan suatu sendiri akibat kemunduran karakter
aktifitas sehari-hari. Apabila akhlaq itu sendiri. Sedangkan dalam skala
atau karakter dalam sila-sila Pan- mikro, dampak nyata dari lemahnya
casila tersebut diperhatikan dan karakter tersebut di bidang pendidik-
dibandingkan dengan realitas sosial, an seperti rendahnya mutu pendidik
ternyata memang banyak terjadi dan peserta didik yang mengakibat-
ketidaksesuaian antara teori dan kan mutu pendidikan rendah.
praktek dalam bernegara, berbangsa, Jelas urgensi pendidikan karakter
beragama dan bermasyarakat. merupakan suatu keniscayaan sebab
Fenomena saat ini yaitu dengan pendidikan karakter bertujuan untuk
IPTEKS yang canggih tetapi sangat membentuk manusia yang berwatak
disayangkan hanya mendatangkan dan cerdas. Terutama diberikan pada
nilai karakter yang sedikit, akibatnya lembaga pendidikan yang mencetak
terjadilah permasalahan di berbagai para penegak hukum antara lain
sudut kehidupan yang berdampak Akademi Kepolisian (Akpol).
kepada kerugian, penderitaan dan Linier dengan tantangan kehi-
bencana sosial lainnya. Untuk itu dupan global yang membutuhkan
perlu melihat lebih jauh lagi kompetensi moral tinggi juga sangat
substansi karakter tersebut dalam diperlukan oleh penegak hukum
penerapannya di lingkungan masya- terutama polisi yang bertugas pada
rakat khususnya lingkungan pen- garda depan dalam mengawal
didikan. keadilan yang mensejahterakan bagi
Hal tersebut perlu segera dicari- bangsa dan negara. Polisi mempu-
452 Waspiah, Model Integrasi Pendidikan Karakter ...
nyai tantangan yang jauh lebih kom- sebagai pembentuk Perwira Polisi
pleks dan krodit dalam mewujudkan sebagai core leader. Kondisi ini
keadilan yang mensejahterakan membutuhkan kecerdasan pari-purna
karena selalu bersitegang dengan seorang polisi untuk mampu mem-
penegakkan hukum yang sejak lahir buat kebijakan hukum terkait tugas
dalam kesepanengan antara penca- sebagai pelindung pengayom dan
paian tujuan hukum untuk keadilan, pelayan sekaligus penegak hukum
kemanfaatan ataukah untuk penegak- dimasyarakat. Maka sebagai kenis-
kan hukum. Kesepanengan adalah cayaan tak terbantahkan seorang
Bahasa Jawa yang mendeskrisikan polisi harus melalui pendidikan yang
keadaan yang selalu bersitegang profesional yang berbasis pada pen-
tidak bisa dikompromikan untuk didikan karakter.
tercapaianya tujuan hukum, yaitu Akademi Kepolisian (Akpol)
antara keadilan, kemanfaatan dan sebagai pembentuk perwira polisi da-
kepastian hukum (diambil dari lam proses pendidikannya bertumpu
pendapat Rooscoe Pond). Artinya pada tiga pilar kegiatan secara siner-
dalam mewujudkan tujuan hukum gis melalui Pengajaran, Pelatihan dan
(penegakkan hukum yang dilakukan Pengasuhan (Jarlatsuh). Bagaimana
oleh polisi) tidak serta merta ketiga- pendidikan karakter diintegrasikan,
nya bisa tercapai namun pasti pada bagaimana model tiga pilar (Jarlat-
kondisi tertentu yang tak mampu suh) ini bersinergis, apakah sudah
untuk diwujudkan secara bersamaan, sebagai pendidikan karakter, bagai-
sehingga ada salah satu tujuan hukum mana model integritasnya?. Inilah
yang dikorbankan. Jika ingin pada yang menjadi urgent untuk secara
kepastian hukum dan kemanfaatan fokus dkajian dalam artikel ini.
hukum maka dengan sendirinya
seringkali keadilan substantif tak B. URGENSI PENDIDIKAN KA-
mampu diwujudkan. Pada kondisi RAKTER
seperti ini seorang polisi harus Berbagai krisis, sejak krisis eko-
mampu secara cerdas mengam-bil nomi di tahun 1997, terus mendera
keputusan strategis dan praktis yang bangsa Indonesia dan terus berlang-
paling tepat saat itu. Disinilah sung hingga hari ini seolah tanpa
pendidikan karakter sangat diper- akhir. Fakta menunjukan krisis yang
lukan oleh seorang polisi. Terutama melanda Indonesia bukan hanya
dalam proses pendidikan di Akpol lingkungan yang makin rusak dan
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 453
hasil olah pikir, olah hati, olah raga, on principles of good conduct will not
serta olah rasa dan karsa seseorang be effective if they cannot be
atau sekelompok orang. Karakter integrated with the persons's system
bangsa adalah kualitas perilaku of beliefs about himself, about others,
kolektif kebangsaan yang khas baik and about the good community”.
yang tercermin dalam kesadaran, Karakter sebagaimana dipahami
pemahaman, rasa, karsa, serta Cronbach, bukan akumulasi yang
olahraga seseorang atau sekelompok memisahkan kebiasaan dan gagasan.
orang. Bagi bangsa Indonesia, Karakter adalah aspek kepribadian.
karakter yang dibangun didasarkan Keyakinan, perasaan, dan tindakan
pada falsafah Pancasila, norma UUD sesungguhnya saling berkaitan,
1945, prinsip Bhinneka Tunggal Ika, sehingga mengubah karakter sama
dan komitmen terhadap NKRI. halnya dengan melakukan reor-
Karakter berkaitan dengan kese- ganisasi terhadap kepribadian.
luruhan performance seseorang Berbeda dengan Cronbach, Lic-
dalam berinteraksi dengan ling- kona (1992:37) memahami karakter
kungannya. Oleh karenanya, dalam dalam tiga hal yang saling terkait,
karakter terkandung unsur moral, yaitu moralknowing, moralfeeling,
sikap, dan perilaku. Seseorang dan moralaction. Berdasarkan ketiga
dikatakan berkarakter baik atau aspek tersebut, maka dapat disimpul-
buruk, tidak cukup hanya dicermati kan bahwa seseorang yang berkarak-
dari ucapannya. Melalui sikap dan ter baik adalah yang mengetahui hal
perbuatan riil yang mencerminkan yang baik (moral knowing), memiliki
nilai-nilai karakter tertentu, maka keinginan terhadap hal baik (moral-
karakter seseorang akan dapat feeling), dan melakukan hal baik
diketahui. Karakter akan terbentuk (moral action). Ketiga komponen
melalui kebiasaan. Seperti diungkap tersebut akan mengarahkan seseo-
Cronbach (1977:57): rang memiliki kebiasaan berpikir,
“Character is not accumulation kebiasaan hati, dan kebiasaan bertin-
of separate habits and ideas. Charac- dak, baik yang ditujukan kepada
ter is an aspect of the personality. Tuhan YME, diri sendiri, sesama,
Beliefs, feelings, and action are lingkungan, dan bangsa. Visualisasi
linked; to change character is to re- dari kerangka pemikiran Lickona
organize the personality. tiny lessons dapat dilihat pada bagan berikut ini.
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 457
miliki peran strategis dan merupakan sa lain yang tidak sesuai dengan nilai-
sesuatu yang sangat esensial bagi nilai budaya dan karakter bangsa
kekuatan (power) suatu negara. yang bermartabat.
Dikatakan sebagai sesuatu yang Selaras dengan nilai-nilai falsa-
sangat esensial, karena hilangnya fah Pancasila, pembangunan karakter
karakter berarti menghilangkan po- bangsa bertujuan untuk membina dan
tensi generasi penerus bangsa. Ka- mengembangkan karakter warga
rakter berperan sebagai kemudi dan negara, sehingga mampu mewujud-
kekuatan, agar bangsa ini tidak kan masyarakat yang ber-Ketuhanan
mudah terombang-ambing. Yang Maha Esa, berkemanusiaan
Pendidikan karakter bangsa me- yang adil dan beradab, berjiwa persa-
miliki fungsi yang sangat penting. tuan Indonesia, berjiwa kerakyatan
Kemko Kesra (2010:4) menyebutkan yang dipimpin oleh hikmat kebijak-
tiga fungsi utama pembangunan ka- sanaan dalam permusyawaratan per-
rakter bangsa. Pertama, fungsi pem- wakilan, serta berkeadilan sosial bagi
bentukan dan pengembangan poten- seluruh rakyat Indonesia. Oleh
si. Dalam fungsi ini, pembangunan karena pembangunan karakter sangat
karakter membentuk dan mengem- kompleks dan multidimensional, ma-
bangkan potensi manusia atau warga ka lingkup sasaran pembangunan
negara Indonesia agar berpikiran karakter mencakupi lingkup keluar-
baik, berhati baik, dan berperilaku ga, satuan pendidikan, pemerintahan,
baik sesuai dengan falsafah hidup masyarakat sipil, masyarakat politik,
Pancasila. Kedua, fungsi perbaikan dunia usaha dan industri, dan media
dan penguatan. Dalam hal ini, massa.
pembangunan karakter berfungsi Pengertian pendidikan karakter
memperbaiki dan memperkuat peran secara bahasa, karakter dapat pula
keluarga, satuan pendidikan, masya- dipahami sebagai sifat dasar, kepri-
rakat, dan pemerintah untuk ikut ber- badian, perilaku/tingkah laku, dan
partisipasi dan bertanggung jawab kebiasaan yang berpola. Perspektif
dalam pengembangan potensi warga pendidikan karakter adalah peranan
negara dan pembangunan bangsa pendidikan dalam membangun
menuju bangsa yang maju, mandiri, karakter peserta didik. Pendidikan
dan sejahtera. Ketiga, fungsi menya- Karakter adalah upaya penyiapan
ring, yaitu memilah budaya bangsa kekayaan batin peserta didik yang
sendiri dan menyaring budaya bang- berdimensi agama, sosial, budaya,
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 461
perilak, kemauan bekerja keras, pen- sesuatu yang berguna bagi masya-
tang menyerah, tidak mudah menge- rakat, dan mengakui, serta menghor-
luh dan penuh semangat berprestasi. mati keberhasilan orang lain.
f. Kreatif m. Bersahabat/Komunikatif
Berpikir dan melakukan sesuatu Sikap dan tindakan yang mampu
untuk menghasilkan cara atau hasil berinteraksi dengan sesama manusia
baru dari sesuatu yang telah dimiliki. dalam masyarakat dengan penuh
g. Mandiri cinta kasih dan menyampaikan
Sikap dan perilaku yang tidak dengan penuh kejelasan tanpa ber-
mudah tergantung pada orang lain belit-belit.
dalam menyelesaikan tugas-tugas. n. Cinta Damai
h. Demokratis Sikap dan tindakan dan wawasan
Cara berfikir, bersikap, dan ber- yang menunjukan kecintaan pada
tindak yang menilai sama hak dan lingkungan dan kondisi yang tertib,
kewajiban dirinya dan orang lain. aman, damai dan penuh bersahabatan
i. Rasa Ingin Tahu untuk mewujudkan kesatuan bangsa
Sikap dan tindakan yang selalu dan negara.
berupaya untuk mengetahui lebih o. Gemar Membaca
mendalam dan meluas dari sesuatu Kebiasaan menyediakan waktu
yang dipelajarinya, dilihat, dan untuk membaca berbagai bacaan
didengar. yang memberikan kebajikan bagi
j. Semangat Kebangsaan dirinya.
Cara berpikir, bertindak, dan ber- p. Peduli Lingkungan
wawasan yang menempatkan kepen- Sikap dan tindakan yang selalu
tingan bangsa dan negara di atas berupaya mencegah kerusakan pada
kepentingan diri dan kelompoknya. lingkungan alam di sekitarnya, dan
k. Cinta Tanah Air mengembangkan upaya-upaya untuk
Cara berpikir, bertindak, dan memperbaiki kerusakan alam yang
berwawasan yang berorientasi pada sudah terjadi.
kepentingan bagsa dan negara dalam q. Peduli Sosial
mewujudkan kesejahteraan yang ber- Sikap dan tindakan yang selalu
keadilan dalam kesatuan NKRI. ingin memberi bantuan pada orang
l. Menghargai Prestasi lain dan masyarakat yang membu-
Sikap dan tindakan yang men- tuhkan.
dorong dirinya untuk menghasilkan r. Tanggung Jawab.
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 465
Penilaian dilakukan setiap saat, baik ditunjang oleh variasi modus pe-
pada jam pelajaran maupun di luar nyampaian pelajaran oleh para
jam pelajaran, dikelas maupun di luar dosen. Kebiasaan penyampaian pela-
kelas dengan cara pengamatan dan jaran secara eksklusif dan pende-
pencatatan. Instrumen penilaian katan ekspositorik hendaknya di-
dapat berupa lembar observasi, kembangkan kepada pendekatan
lembar skala sikap, lembar porto- yang lebih beragam seperti diskoveri
folio, lembar check list, dan lembar dan inkuiri. Kegiatan penyampaian
pedoman wawancara. Informasi informasi, pemantapan konsep,
yang diperoleh dari berbagai teknik pengungkapan pengalaman para
penilaian kemudian dianalisis oleh mahasiswa/taruna melalui monolog
dosen untuk memperoleh gambaran oleh dosen perlu diganti dengan
tentang karakter peserta didik. Gam- modus penyampaian yang ditandai
baran menyeluruh tersebut kemudian oleh pelibatan aktif para maha-
dilaporkan sebagai suplemen kartu siswa/taruna baik secara intelektual
hasil studi oleh Lembaga Pendidikan. (bermakna) maupun secara emo-
Pendidikan karakter dalam keter- sional (dihayati kemanfaatannya)
paduan pembelajaran dengan semua sehingga lebih responsif terhadap
mata kuliah sasaran integrasinya upaya mewujudkan tujuan utuh pen-
adalah materi pelajaran, prosedur pe- didikan. Dengan bekal varisai modus
nyampaian, serta pemaknaan penga- pembelajaran tersebut, maka skena-
laman belajar para mahasiswa/ rio pembelajaran yang di dalamnya
taruna. Konsekuensi dari pembela- terkait Pendidikan Karakter lebih
jaran terpadu, maka modus belajar bermakna.
para mahasiswa/taruna harus berva- Penempatan Pendidikan Karakter
riasi sesuai dengan karakter masing- diintegrasikan dengan semua mata
masing mahasiswa/taruna. Variasi pelajaran tidak berarti tidak memiliki
belajar itu dapat berupa membaca ba- konsekuensi. Oleh karena itu, perlu
han rujukan, melakukan pengamat- ada komitmen untuk disepakati dan
an, melakukan percobaan, mewa- disikapi dengan saksama sebagai
wancarai nara sumber, dan sebagai- kosekuensi logisnya. Komitmen ter-
nya dengan cara kelompok maupun sebut antara lain sebagai berikut.
individual. Pendidikan Karakter (sebagai bagian
Terselenggaranya variasi modus dari kurikulum) yang terintegrasikan
belajar para mahasiswa/taruna perlu dalam semua mata pelajaran, dalam
468 Waspiah, Model Integrasi Pendidikan Karakter ...
DAFTAR PUSTAKA
Corten, David. C. 1998. Menuju Abad ke-21 Tindakan Sukarela dan Agenda
Global. Terjemahan Lilian Tejasudhana. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan.
Morgenthau, Hans J. 1991. Politik Antar Bangsa Edisi Revisi Buku Pertama.
Terjemahan A. M. Fatwan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Mulyana, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rokhman, Fathur. 2010. Dari Unnes untuk Bangsa. Semarang: Unnes Press.
Oleh Rokhmat
ABSTRAK
Salah satu indikator profesional-tidaknya seorang polisi terlihat dari bagaimana
seorang polisi mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribrata dan
Caturprasetya pada aktivitas sehari-harinya, terlebih ketiga berdinas. Pada brata yang
ketiga terdapat istilah mengayomi, sedangkan pada prasetya yang keempat terdapat
pernyataan “memelihara perasaan tenteram dan damai”. Dua komponen ini bisa dilihat
dari kacamata yang sama, yakni bahwa polisi memiliki tugas utama membuat
masyarakat menjadi tenteram, damai, tidak mengalami ketertekanan, dan tidak
mengalami ketakutan. Kondisi seperti ini bisa diwujudkan salah satunya melalui sikap
bahasa yang positif pada diri Polri. Sikap bahasa yang positif antara lain berwujud sikap
mengambil posisi secara positif terhadap masyarakat yang berbicara dan memilih
bahasa yang “berdampak” positif pada masyarakat. Sikap positif dalam berbahasa ini
menjadi bagian dari karakter yang harus dikembang-tumbuhkan di tubuh anggota
kepolisian Republik Indonesia. Masyarakat Akademi Kepolisian sebagai bagian dari
masyarakat secara luas memiliki tuntutan untuk mampu berkomunikasi yang baik
tersebut. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa yang baik mutlak diperlukan oleh
masyarakat Akpol. Pembiasaan menggunakan bahasa yang baik merupakan cermin
karakter masyarakat Akpol secara khusus atau masyarakat (anggota) kepolisian secara
umum. Pentingnya pendidikan karakter bagi taruna akpol dengan demikian di
dalamnya juga terkandung pembiasaan berbahasa yang baik atau dalam tulisan ini
disebut dengan istilah bersikap positif terhadap bahasa, terhadap aktivitas berbahasa,
dan terhadap proses berkomunikasi secara umum. Pemerolehan keempat keterampilan
berbahasa melalui urutan yang teratur. Mula-mula, sejak kecil kita belajar menyimak
kemudian disusul dengan berbicara. Baru pada waktu sekolah kita belajar membaca
dan menulis. Atas dasar proses tersebut, kita bisa menganalogikan bahwa untuk
menjadi pembicara yang baik seseorang dituntut menjadi pendengar yang baik pula;
untuk menjadi penulis yang baik seseorang dituntut menjadi pembaca yang baik pula.
Bahasa yang santun menunjukkan kepribadian atau karakter yang santun pula. Itulah
sebabnya pendidikan karakter menjadi mutlak untuk diwariskan melalui pendidikan.
Pendidikan karakter tidak saja dilakukan secara formal, dalam pengertian terintegrasi
dalam kurikulum pendidikan formal, melainkan juga dalam pendidikan informal dan
nonformal. Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan karakter tidak saja ada di
pundak lembaga pendidikan formal, tetapi juga pada seluruh lapisan masyarakat.
Akademi kepolisian sebaga lembaga pendidikan formal dengan sendirinya juga
memiliki kewajiban besar dalam melangsungkan pendidikan karakter ini.
paran tanpa harus merasa takut. Siapa wujud aktualisasi diri. Jika ternyata
pun boleh berpendapat secara ter- aktualisasi diri dengan berbahasa dan
buka. Jika ada yang melanggar berperilaku positif dapat berkenan
aturan, koridornya adalah hukum, bagi orang lain, sebenarnya hanyalah
bukan kekuasaan. Jika ada yang efek dan bukan tujuan. Setiap orang
melanggar pranata sosial dan pranata harus menjaga kehormatan dan
budaya, koridornya adalah sanksi martabat diri sendiri. Hal ini dimak-
sosial, bukan kebencian terhadap sudkan agar orang lain juga meng-
seseorang. Setiap orang dapat secara hargainya. Inilah hakikat berbahasa
bebas mengeluarkan pendapat, secara positif atau secara santun
mengaktualisasi diri secara terbuka (Pranowo 2009: 13-15).
tanpa memiliki rasa takut. Menumbuhkan sikap positif
Meskipun demikian, harus disa- dalam berbahasa pada anggota
dari bahwa tata krama, sopan santun, kepolisian bukan saja untuk lebih
dan tata susila masih perlu diperha- dekat dan lebih komunikatif pada
tikan dan diikuti. Mengeluarkan masyarakat, melainkan lebih dari itu,
pernyataan atau mengaktualisasi diri yakni dapat meningkatkan kebermar-
secara bebas bukan berarti tanpa tabatan anggota kepolisian sendiri.
batas. Dalam berucap dan berperi- Pepatah “bahasa menunjukkan bang-
laku seseorang tidak harus melang- sa” sudah melekat pada hati masya-
gar hukum dan pranata sosial serta rakat sejak dulu kala. Dalam pepatah
pranata budaya. Kondisi seperti itu terkandung makna bahwa salah
itulah yang menjadikan pentingnya satu cara untuk melihat kepribadian
menggunakan bahasa secara positif seseorang adalah melalui pengguna-
dalam berkomunikasi, termasuk oleh an bahasanya. Di sinilah peran
anggota kepolisian. pentingnya pendidikan di Akpol
Bahasa merupakan alat komuni- dalam menumbuhkan karakter taruna
kasi. Berkomunikasi merupakan yang slaah satunya ditempuh dengan
interaksi antara penutur dan mitra menumbuhkan sikap positif dalam
tutur. Berbahasa dan berperilaku berbahasa.
secara positif merupakan kebutuhan Dalam catatan pemerintah, tujuan
setiap orang, bukan hanya untuk pendidikan nasional kita, terutama
anggota kepolisian. Seseorang ber- yang berkaitan dengan karakter
bahasa dan berperilaku secara positif peserta didik sampai saat ini belum-
sebenarnya lebih dimaksud sebagai lah tercapai secara ideal. Selain itu,
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 475
pendidikan kita saat ini juga tidak Ketujuh, standar penilaian belum
mampu menghadapi tantangan- mengarahkan pada penilaian berba-
tantangan, baik yang bersifat internal sis kompetensi (sikap, keterampilan,
maupun yang bersifat eksternal dan pengetahuan) dan belum tegas
(globalisasi). Ada beberapa fakta menuntut adanya remediasi secara
yang menunjukkan bahwa pendidik- berkala.
an saat ini belum mampu mengha- Fakta tersebut menunjukkan
dapi tantangan masa depan. Pertama, masih adanya kesenjangan antara
konten kurikulum di masing-masing konsep ideal tentang pendidikan dan
tingkat pendidikan masih terlalu konsep yang diaplikasikan dalam
padat yang ditunjukkan dengan dunia pendidikan. Dalam berbagai
banyaknya mata pelajaran atau mata aspek, pendidikan saat ini ternyata
kuliah. Kedua, kurikulum belum belum berada pada taraf ideal. Dari
sepenuhnya berbasis kompetensi sisi kompetensi lulusan, ternyata
sesuai dengan tuntutan fungsi dan belum sepenuhnya menekankan
tujuan pendidikan nasional. Ketiga, pendidikan karakter, belum meng-
kompetensi belum menggambarkan hasilkan keterampilan sesuai kebu-
secara holistik domain sikap, kete- tuhan, dan pengetahuan-pengeta-
rampilan, dan pengetahuan. Keem- huan masih lepas. Dari sisi materi
pat, beberapa kompetensi yang dibu- pembelajaran belum relevan dengan
tuhkan (pendidikan karakter, meto- kompetensi yang dibutuhkan dan
dologi pembelajaran aktif, keseim- beban belajar terlalu berat, terlalu
bangan soft skills dan hard skills, luas, dan kurang mendalam. Dari sisi
kewirausahaan, dan lain-lain) belum proses pembelajaran masih berpusat
terakomodasi di dalam kurikulum. pada guru (teacher centered lear-
Kelima, kurikulum belum peka dan ning) dan sifat pembelajaran yang
tanggap terhadap perubahan sosial berorientasi pada buku teks, padahal
yang terjadi pada tingkat lokal, buku teks hanya memuat materi
nasional, maupun global. Keenam, bahasan.
standar proses pembelajaran belum Pendidikan di Akpol tentu harus
menggambarkan urutan pembelajar- memperhatikan kondisi pendidikan
an yang rinci sehingga membuka secara umum yang telah tergambar-
peluang penafsiran yang beraneka kan di atas tersebut agar ke depan
ragam dan berujung pada pembela- dapat mewujudkan pendidikan yang
jaran yang berpusat pada guru. ideal. Salah satu kriteria yang mudah
476 Rokhmat, Penumbuhan Sikap Positif Bahasa untuk Memperkokoh Kualitas Karakter Polisi
itu hanya dapat diperoleh dengan sendiri atau bahasa orang lain dapat
jalan pelatihan secara baik dan benar. disempitkan menjadi cara diri
Semakin sering berlatih dengan cara berbahasa atau cara orang lain
yang benar, akan semakin terampil berbahasa. Menurut Cooper dan
pula dalam berbahasa. Mengingat Fishman (1973) sikap bahasa adalah
bahasa mencerminkan pikiran, mela- sikap seseorang yang berkaitan
tih keterampilan berbahasa berarti dengan acuan bahasa, perilaku
pula melatih keterampilan berpikir bahasa, dan hal yang menjadi
(Tarigan 1980:1). penanda atau lambang. Anderson
Pada tataran ini jelaslah bahwa (1974) membagi sikap menjadi dua:
berbahasa yang baik menjadi penting (1) sikap bahasa dan (2) sikap bukan
bagi anggota kepolisian karena di bahasa. Keduanya dapat menyangkut
sanalah ada pikiran dan kepribadian kepercayaan atau keyakinan menurut
yang dibaca oleh masyarakat. Hasil bahasa. Lebih lanjut Anderson mem-
pembacaan pikiran dan kepribadian berikan batasan sikap bahasa sebagai
oleh masyarakat inilah yang akan tata keyakinan yang berhubungan
melahirkan sikap masyarakat terha- dengan bahasa yang secara relatif
dap anggota kepolisian. Jika hasil berlangsung lama, mengenai suatu
pembacaan itu bersifat positif, sikap objek bahasa yang memberikan
positiflah yang akan ditunjukkan kecenderungan kepada seseorang
oleh masyarakat kepada anggota ke- untuk bertindak dengan cara tertentu
polisian. Sebaliknya, jika hasil pem- yang disukainya.
bacaan itu negatif, sikap negatiflah Pap (1979) memberikan penger-
yang akan ditunjukkan oleh masya- tian sikap bahasa dalam arti sempit
rakat kepada anggota kepolisian. dan arti luas. Dalam arti sempit sikap
Itulah sebabnya seorang anggota bahasa mengacu pada penilaian
polisi perlu menjaga cara berkomu- seseorang terhadap suatu bahasa dan
nikasi, terutama cara berbahasa, agar penilaian terhadap kepribadian
dibaca oleh masyarakat secara penutur bahasa tertentu. Adapun
positif. dalam arti luas, sikap bahasa meliputi
2. Sikap Bahasa pemilihan yang sebenarnya atas
Sikap bahasa adalah posisi suatu bahasa, pelajaran bahasa, atau
mental atau perasaan terhadap bahasa perencanaan bahasa. bahasa.
sendiri atau bahasa orang lain Sikap positif terhadap bahasa
(Kridalaksana, 2001:197). Bahasa seseorang akan berpengaruh terha-
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 479
Sistem nilai yang dianut oleh dan ke dalam mata pelajaran yang
suatu masyarakat merupakan inti relevan bagi sekolah dasar, sekolah
suatu kebudayaan masyarakat itu. lanjutan, dan sekolah menengah;
Dengan demikian, untuk memahami serta tuntutan pengaplikasian bagi
nilai budi pekerti yang berlaku di perguruan tinggi.
masya-rakat tidak bisa dilepaskan Karakter sebagai suatu moral
dari pemahaman kebudayaan masya- excellence atau akhlak dibangun di
rakat tersebut. Kebudayaan menca- atas berbagai kebajikan (virtues)
kup semua hal yang dipelajari dan yang pada gilirannya hanya memiliki
dialami bersama oleh warga masya- makna ketika dilandasi atas nilai-
rakat. Itu berarti kebudayaan meli- nilai yang berlaku dalam budaya
puti pengetahuan, keyakinan, keseni- (bangsa). Karakter bangsa Indonesia
an, moral, hukum, adat-istiadat, dan adalah karakter yang dimiliki warga
segala kemampuan serta kebiasaan Negara Indonesia berdasarkan tin-
anggota masyarakat. Salah satu dakan-tindakan yang dinilai sebagai
wujud kebudayaan adalah bahasa. suatu kebajikan berdasarkan nilai
Melalui bahasa itulah kebudayaan yang berlaku di masyarakat dan
suatu masyarakat tercermin. Nilai- bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
nilai kebudayaan yang antara lain pendidikan budaya dan karakter
berupa karakter suatu masyarakat itu bangsa diarahkan pada upaya me-
diwariskan kepada generasi berikut- ngembangkan nilai-nilai yang men-
nya melalui pendidikan. Di sinilah dasari suatu kebijakan sehingga
letak pentingnya pendidikan karak- menjadi suatu kepribadian diri warga
ter. negara (Kemdiknas 2010:ii).
Pendidikan karakter penting, Pendidikan adalah suatu usaha
karena tatanan kehidupan akan lebih yang sadar dan sistematis dalam
tenteram dan sejahtera apabila mengembangkan potensi peserta
masyarakat mengedepankan karakter didik. Pendidikan adalah juga suatu
yang baik. Untuk itu, pemerintah usaha masyarakat dan bangsa dalam
mengaplikasi pendidikan karakter, mempersiapkan generasi mudanya
baik di taman kanak-kanak/sekolah bagi keberlangsungan kehidupan
dasar maupun di sekolah lanjutan/ masyarakat dan bangsa yang lebih
sekolah menengah, dengan mengin- baik di masa depan. Keberlang-
tegrasikannya ke dalam berbagai sungan itu ditandai oleh pewarisan
program pengembangan bagi TK, budaya dan karakter yang telah
TANGGON KOSALA, Volume 4, Tahun IV, Desember 2013 485
DAFTAR PUSTAKA
Grant, Amy, Alexandra Gottardo, and Esther Geva. 2012. Measures of reading
comprehension: do they measure different skills for children learning
English as a second language?. Reading and Writing 25:1899-1928.
Grice Grice, H. Paul. 1975. “Logic and Conversation” dalam Davis S. (ed. )
Pragmatics: a Reader. New York: Oxford University Press.
Priebe, Sarah J, Jenice M Keenan, and Amanda C. Miller. 2012. How prior
knowledge affects word identification and comprehension. Reading
and Writing 25:131-149.